Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU


CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA
DI SMA N 16 KOTA PADANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Strata I Keperawatan

Oleh :

Syerly Nurhasanah Febriani


18101050123

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi inidiajukanoleh:
Nama : Syerly Nurhasanah Febriani
NIM : 18101050123
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku
Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di
SMA N 16 Kota Padang

Telahdiperiksa dan
disetujuiuntukdiseminarkandandipertahankandihadapan Tim Penguji Seminar
Skripsi Program StudiKeperawatan SekolahTinggiIlmuKesehatanAlifah Padang.

Padang, September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep

SekolahTinggiIlmuKesehatanAlifah Padang
Ketua,

Dr. Ns. Asmawati, S. Kep. M.Kep

i
PERNYATAAN PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Syerly Nurhasanah Febriani


NIM : 18101050123
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku
Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di
SMA N 16 Kota Padang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan Penguji Seminar Hasil pada


Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I
Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep ( ......................................)

Pembimbing II
Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep ( ......................................)

Penguji I
Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep ( ......................................)

Penguji II
Ns. Syalvia Oresti, S.Kep, M.Kep ( ......................................)

Disahkan oleh
Ketua STIKes Alifah

( Dr. Ns. Asmawati, S.KepM.Kep )

ii
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Syerly Nurhasanah Febriani


NIM : 18101050123
Tempat/Tangggal Lahir : Padang/ 21 Februari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : S- 1 Keperawatan
Agama : Islam
Alamat : Kampung Tangah No. 53, RT 03 RW 20,
Kel. Lubuk Buaya, Kec. Koto Tangah
Status : Belum Menikah
Anak ke : Anak Pertama Dari Satu Bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Ramalis Chaniago
Ibu : Maysuryati

Riwayat Pendidikan
1. SDN 11 Lubuk Buaya Padang : 2006 – 2012
2. SMP N 3 Batang Anai Padang Pariaman : 2012 - 2015
3. SMA Pertiwi 1 Padang : 2015 – 2018
4. Stikes Alifah Padang : 2018 - Sekarang

iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap : Syerly Nurhasanah Febriani


NIM : 18101050123
Tempat/Tgl. Lahir : 21/02/1999
Tahun Masuk : 2018
Program Studi : S1 Keperawatan
Nama Pembimbing Akademik : Ns. Edo Gusdiasyah, S.Kep., M.Kep
Nama Pembimbing I : Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep
Nama Pembimbing II : Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang
berjudul :

“Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying di Media Sosial


Pada Remaja di SMA N 16 Kota Padang”

Apabila suatu saat ini terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, September 2022

Syerly Nurhasanah Febriani

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAHPADANG
Skripsi, September 2022

Syerly Nurhasanah Febriani

Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying di Media Sosial


Pada Remaja di SMA N 16 Kota Padang

xii + 73 halaman, 7 tabel, 2 gambar, 9 lampiran

ABSTRAK

Penggunaan akses internet di Indonesia semakin tinggi, maka secara tidak


langsung penggunaan media sosial juga semakin tinggi. Perilaku menyimpang di
media sosial yang mereka punya salah satunya terjadi media sosial adalah tindakan
cyberbulliying. Berdasarkan informasi daridata bagian Jatanras Polresta Kota
Padang ada 5 kasus kekerasan danbullyingdan kasus terbanyak terdapat di
kecamatan Kuranji yaitu sebanyak 18 kasus yang dilakukan oleh kelompok umur
remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antarakepercayaan diri
dengan perilaku cyberbullying di media sosial pada remaja di SMAN 16 Kecamatan
Kuranji Kota Padang tahun 2022.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
setional. Penelitian di SMAN 16 Kota Padang dari tanggal 12 Maret s/d 10 Juni
2022. Populasi adalah seluruh siswa kelas X – XI di SMAN 16 Padang, jumlah
siswa kelas X sebanyak 389 orang dan siswa kelas XI sebanyak 267 orang. Jadi
jumlah sampel pada penelitian ini 87 orang. Teknik pengambilan sampel
Proportional Staratified Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisa melalui
analisis univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis bivariat
dengan uji statistic Chi-Square
Hasil penelitian didapatkan bahwa 50,6% remaja memiliki kepercayaan diri
yang kurang baik dan 52,9% perilaku cyberbullying yang beresiko.Hasil uji statistik
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku
cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMAN 16 Kota Padang.
Kesimpulan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying. Bagi siswa,
siswa perlu memahami lagi mengenai pengertian perilaku cyberbullying karena
banyak siswa yang tidak mengetahui tentang perilaku cyberbullying sehingga
mereka melakukan perilaku tersebut tanpa rasa bersalah dan memahami mengenai
dampak baik bagi pelaku atau pun korban karena perilaku ini memiliki banyak
dampak negatif yang tidak baik untuk dilakukan.

Daftar Bacaan : 47 (2012-2021)


Kata Kunci : Kepercayaan Diri, Perilaku,Cyberbullying, Media
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

v
Scription, September 2022

Syerly Nurhasanah Febriani

The Relationship of Self-Confidence with Cyberbullying Behavior in Social


Media in Teenagers at SMA N 16, Padang City

xii + 60 pages, 7 tables, 2 pictures, 9 attachments

ABSTRACT

The use of internet access in Indonesia is getting higher, then indirectly the
use of social media is also getting higher. Deviant behavior on social media that
they have, one of which occurs in social media is cyberbullying. Based on
information from Police Commissioner Heri Satriawan, Padang City Police, there
were 5 cases of violence and bullying and the most cases were in Kuranji sub-
district, namely 18 cases committed by the adolescent age group. This study aims
to determine the relationship between self-confidence and cyberbullying behavior
on social media in adolescents at SMAN 16 Kuranji District, Padang City in 2022.
This type of research is analytic with a cross-sectional approach.
The study was conducted at SMAN 16 Padang City from Marc 12 to June
10, 2022. The population was all students in grades X – XI at SMAN 16 Padang,
389 students in class X and 267 students in class XI. So the number of samples in
this study was 87 people. The sampling technique is Proportional Staratified
Random Sampling. Collecting data using a questionnaire. Data processing is
carried out computerized and analyzed through univariate analysis in the form of
frequency distribution tables and bivariate analysis with Chi-Square statistical tests
The results showed that 50.6% of adolescents had poor self-confidence and
52.9% of risky cyberbullying behavior. The results of statistical tests using the chi-
square test obtained p value = 0.000 (p <0.05) meaning that there is a significant
relationship between the relationship between self-confidence and cyberbullying
behavior in Social Media among Adolescents at SMAN 16 Padang City.
The conclusion of the research is that there is a significant relationship
between the relationship between self-confidence and cyberbullying behavior.For
students, students need to understand more about the meaning of cyberbullying
behavior because many students do not know about cyberbullying behavior so they
do this behavior without guilt and understand the impact on both the perpetrator
and the victim because this behavior has many negative impacts that are not good
to do

Reading List : 47 (2012-2021)


Keywords: Confidence, Behavior, Cyberbullying, Media

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam juga dipanjatkan kepada Nabi yang

mulia, Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying di

Media Sosial Pada Remaja di SMA N 16 Kota Padang”.

Peneliti sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi tidak akan dapat

berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak baik secara moril dan meteril. Pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.KepPembimbing 1 yang telah banyak

meluangkan waktu untuk bimbingan dan memberikan saran kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

2. Ibu Ns. Welly, S. Kep.,M.Keppembimbing II yang juga telah banyak

meluangkan waktu untuk bimbingan dan memberikan saran kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

3. Dr. Ns. Asmawati, S.Kep. M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Alifah Padang.

4. Ns. Ledia Restipa, M. Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKes Alifah Padangyang telah banyak

memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii
6. Ibu Seprah Madeni, M.Pd Kepala SMA Negeri 6 Padang yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah memberikan doa,

semangat, dan segala dukungannya sejak lahir hingga saat ini kepada

peneliti.

8. Teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2018 yang telah

memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penelitidalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuan yang telah

diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca agar

dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Padang, September 2022

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................... i
PERNYATAAN PENGUJI .............................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP PENELITI ....................................................................... iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup .................................................................................. 10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja ................................................................................. 11
B. Kepercayaan Diri .............................................................................. 18
C. Media Sosial ...................................................................................... 32
D. Cyberbullying .................................................................................... 45
E. Kerangka Teori ................................................................................. 53
F. Kerangka Konsep .............................................................................. 54
G. Defenisi Operasional ......................................................................... 55
H. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 56

ix
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 56
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 58
E. Pengolahan Data .............................................................................. 59
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 60
BAB IV HASIL PENELITAIN
A. Karakteristik Responden ................................................................... 62
B. Analisis Univariat ............................................................................. 63
C. Analisis Bivariat ................................................................................ 64
BAB V PEMBAHASAN
A. Kepercayaan Diri .............................................................................. 66
B. Perilaku Cyberbullying ..................................................................... 67
C. Hubungan AntaraKepercayaan Diri dengan Perilaku
Cyberbullying .................................................................................... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No. Hal
Tabel 2.1 Defenisi Operasional .......................................................................... 55

Tabel 4.1 Distrbusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Remaja di


SMAN 16 Kota Padang ...................................................................... 62

Tabel 4.2 Distrbusi Frekuensi Usia Pada Remaja di SMAN 16


Kota Padang........................................................................................ 62

Tabel 4.3 Distrbusi Frekuensi Jejaring Sosial yang digunakan Pada


Remaja di SMAN 16 Kota Padang ..................................................... 63

Tabel 4.4 Distrbusi Frekuensi Kepercayaan Diri Pada Remaja di


SMAN 16 Kota Padang ...................................................................... 63

Tabel 4.5 Distrbusi Frekuensi Perilaku Cyberbullying Diri Pada


Remaja di SMAN 16 Kota Padang ..................................................... 64

Tabel 4.6 Hubungan AntaraKepercayaan Diri dengan Perilaku


Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMAN
16 Kota Padang................................................................................... 64

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 53

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

Lampiran 2. Permohonan Kepada Responden

Lampiran 3. Format Persetujuan Responden

Lampiran 4. Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

Lampiran 6. Master Tabel

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 9. Lembaran Konsultasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini teknologi berkembangan sangat maju. Teknologi komunikasi

berkembang di bidang komunikasi yang awalnya harus tatap muka, sekarang

bisa melalui handphone komunikasi jarak jauh dapat melihat lawan komunikasi

. Teknologi informasi diciptakan mempermudah pengguna dalam melakukan

pekerjaan, dapat memecahkan masalah yang dihadapi pengguna dan internet

merupakan salah satu media yang paling banyak digunakanterutama pada remaja

dapat dengan cepat mengirimkan informasi melalui internetmencari informasi

dan berinteraksi dalam sarana alat informasi seperti whatsapp, instagram, twitter,

dan facebook (Tondeur et al 2017).

Keberadaan internet di Indonesia sebagai media konfergensi resmiah

diakui pemerintah sejak bangsa Indonesia resmi bergabung dengan World

Summit on the Information Society(WSIS) bentuk United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization(UNESCO) Indonesia langsung aktif

mengikuti aktifitas pertemuan WSIS di tahun 2003 bangsa Indonesia tanpak

langsung berupaya mengejar ketertinggalannya dengan negara-negara yang

lebih maju dalam bidang internet.Pengguna internet di Indonesia pada tahun

2020 mencapai 175,6%. Kemudian pada awal 2021 sudah mencapai 202,6 juta

jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 % atau 27 juta jiwa yang mana penetrasi internet

di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 %.

1
2

Penggunaan akses internet di Indonesia semakin tinggi, maka secara tidak

langsung penggunaan media sosial juga semakin tinggi. Media sosial membantu

seseorang berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia selama ada

koneksi internet, media sosial juga sebagai alat membagikan informasi berupa

teks, gambar, audio dan video kepada orang lain dan perusahaan atau sebaliknya

menurut (Kotler & Keller, 2017) .

Pengguna media sosial sangat mudah digunakan sehingga tidak heran jika

banyak orang dapat dengan mudah mendaftarkan diri dengan menggunakan

media sosial. Jumlah pengguna media sosial pada tahun 2021 mencapai 191,4

juta jiwa sedangkanpada Januari 2022 angka ini meningkat 21 juta jiwa atau

12,6 persen yaitu sekitar 191,4 juta. Mereka harus tumbuh dan

berkembangdalam lingkungandimana kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari (Vany, 2021).

Media sosial disingkat Medsos merupakan bentuk kemajuan teknologi

informasi dari komunikasi media sosial menyebabkan informasi apapun tersebar

dengan mudah dimasyarakat sehingga dapat mempengaruhi cara pandang dan

gaya hidup manusia di ajak berdialog mengasah ketajaman nalar dan

psikologisnya dengan handphone, leptop, dan komputer perkembangan media

sosial semakin maju dikalangan remaja dapat dimanfaatkan sebagai alat

komunikasi yang mudah digunakan dan diakses (Adawia, 2018).

Media masa bisa diakses oleh semua umur, termasuk remaja.Masa remaja

merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak hingga dewasa, yang


3

melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Pengguna media sosial

terhadap remaja yang merupakan pengguna tertinggi di media sosial dengan

persentase 75,50% (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia,

2017).Perubahan pada pengguna media sosial yang tinggi dapat meningkatkan

perilaku berisiko yang berbahaya bagi individu dan menyebabkan stres, remaja

juga sering menggunakan media sosial untuk mengomentari status atau

postingan orang lain munculnya perilaku menyimpang di media sosial yang

mereka punya salah satunya terjadi media sosial adalah tindakan cyberbulliying

terhadap media sosial remaja tidak bisa menghindari resiko penggunaan

teknologi dan internet yang juga bisa disebut cyberbulliying (Mawar & Adi

2021).

Bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan secara

berulang dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Menurut

Wiryada dkk (2017), bullying adalah tindakan perilaku agresif yang bertujuan

untuk melukai korban. Perilaku bullying dapat berupa bullying fisik seperti

menampar atau mencederai dan dapat juga berupa bullying verbal seperti

mengolok-olok, memaki atau mengancam. Cyberbulliyingmerupakan serangan

yang dilakukan oleh individu atau kelompok ketika menggunakan teknologi,

mencegah individu atau kelompok tersebut untuk membela diri. cyberbullying

juga mengacu dalam bentuk kekerasan, menghina, memperlakukan dan mencela

menggunakan teknologi digital atau media sosial yang dilakukan oleh remaja

kepada teman sebayanya dengan adanya media sosial akan lebih banyak

terjadinya perilaku cyberbulliying karena perilaku yang termotivasi (Motivated


4

Offonder) untuk melakukan pembajakan, balas dendam pencurian atau hanya

untuk hiburan.Menurut survei UNICEF tahun 2021didapatkan sebanyak 45 %

dari 2,777 anak muda usia 14-24 tahun pernah mengalami cyberbullying.

Data yang dikeluarkan oleh UNESCO mengatakan bahwa proporsi anak-

anak dan remaja yang terkena dampak cyber-bullying berkisar dari 5 % hingga

21 %, dengan anak perempuan yang berisiko lebih tinggi daripada anak laki-laki

(Unicef, 2021).

Di Indonesia, jumlah remaja yang menjadi korban

cyberbullyingdilaporkan sebesar 80 %, danhampir setiap harinya, remaja

mengalami cyberbullying. Menurut laporan United NationsChildren’s Fun

(UNICEF), korban cyberbullying di Indonesia mencapai 41-50 %. Selain itu,

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa parapelajar di

sekolah rentan menjadi korban cyberbullying. KPAI melaporkan bahwa kasus

yang berhubungan dengan dunia maya telah melibatkan 3.096remaja. Dari

jumlah tersebut, terungkap data korban kasus bullying di media sosial sebanyak

83 remaja,dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak 32 dan perempuan sebanyak

51(Ningrum&Amna, 2020).

Berdasarkan data dari UPTD PPA Sumatera Barat dari januari

hingga september 2019 terdapat 30 kasus bullying pada anak telah

dilaporkan dan ditangani (DPPA, 2019). Sementara menurut data Sistem

Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA)

Sumatera Barat tahun 2021 terdapat 15 kasus perilaku kekerasan dan

bullying di Sekolah (SIMFONI-PPA, 2021).


5

Berdasarkan informasi dariKompol Heri Satriawan Polresta Kota Padang

ada 5 kasus kekerasan danbullying, yang salah satunya terdapat di kecamatan

Padang Utara, dimanakasus kekerasan danbullyingini sudah ditangani sejak

Januari hingga September 2019. Sedangkan kasus cyberbulliyingterbanyak

terdapat di kecamatan Kuranji yaitu sebanyak 18 kasus yang dilakukan oleh

kelompok umur remaja.

Cyberbulliying lebih mudah dilakukan dari pada kekerasan karena pelaku

tidak perlu menghadapi kelompok sasaran yang akan menjadi target.

Cyberbulliying memiliki dampak negatif adanya perasaan gelisah dan cemas

membuka media sosial. Cara mencegah perilaku cyberbulliying di dalam

keluarga merupakan pondasi awal seseorang dalam membentuk sikap

dikehidupannya sehari-hari karena mereka belajar langsung dari keluarga

terutama ibu dan ayah yang pertama kali mengenalkan media sosial kepada

mereka agar sifatnya lebih baik karena akan timbul dampak negatif ketika

melakukan hal yang tidak di perbolehkan kedua orang tua (Sri Lestari, 2018).

Kepercayaan diri merupakan keyakinan untuk melakukan sesuatu pada

diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang meyakini akan kemampuan diri,

optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis (Ghufron &

Risnawati, 2019). Kepercayaan diri sangat penting bagi kehidupan seseorang

merupakan hasil remaja mencari jati diri dan memiliki pengaruh yang besar

terhadap interaksi interpresonalnya. Seseorang yang kurang percaya diri

memiliki rasa percaya diri yang rendah, sehingga orang tersebut mudah
6

dipengaruhi oleh orang lain sehingga menyebabkan orang tersebut tidak percaya

bahwa dirinya mampu menghadapi kondisi sosial sekitarnya (Beatrik, 2019).

Faktor-faktor kepercayaan diri; Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh

pada kepercayaan diri mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama

rendahnya harga diri dan kepercayaan diri seseorang., cita-cita seseorang yang

bercita-cita normal akan memiliki kepercayaan diri karena tidak perlu untuk

menutupi kekurangnya pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan, sikap

hati-hati seseorang yang percaya diri bersikap secara berlebihan, pengalaman

hidup bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan

adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri (Lauser, 2019).

Terbentuknya kepercayaan diri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

manusia pada umumnya kepercayaan diri sudah terbentuk sikap orang tua yang

terlalu melindungi menyebabkan rasa percaya diri kurang individu sebagai salah

satu aspek kepribadian terbentuk dalam interaksi lingkungannya, khusus

lingkungan sosialnya.Bahwa orang percaya diri akan bekerja keras dalam

menghadapi tantangan, tidak ragu-ragu, mandiri, dan kreatif berani

menyampaikan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa ada merasa

cemas akan diterima atau ditolak oleh orang lain baik tua, muda, maupun anak-

anak, sudah dikenal maupun belum, dalam suasana santai dan formal (Lugo &

Hersey 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan di Kota Padang tahun ajaran

2020-2021 maka sekolah menengah atas yang ada di Kecamatan Kuranji dengan

jumlah siswa terbanyak terdapat di SMA 16 Kota Padang dengan jumlah siswa

sebanyak 1003 orang. SMA N 16 Padang merupakan salah satu sekolah negeri
7

yang terletak di KotaPadang khususnya di Kecamatan Kuranji, dengan akreditasi

sekolahyaitu A (Dinas Pendidikan Kota Padang, 2021). Kepala sekolah SMAN

16 Padang Padang mengatakan bahwasanya selamapembelajaran daring siswa

dan gurumenggunakan aplikasi zoom, youtube,dan whatsapp untuk proses

belajar mengajar. Berdasarkan laporan dariguru bimbingan konseling di SMA N

16 Padang mengatakanada kasus siswa yang mengejek dan memberikan

gelarburuk ke temanya.Selama pembelajarandaring, siswa pernah mengalami

kejadian cyberbullying di media sosial seperti,terdapat 18 orang siswa menghina

dan mengomentari hal buruk terkait foto yangdiunggahnya di status media sosial

temannya.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SMA N 16 Padang pada bulan

Maret 2022 kepada 10 siswa di SMAN 16 Padang, yang terdiri dari 5orang dari

kelas X, 2 orang darikelas XI, dan 3 orang dari kelas XII. Siswayang dilakukan

wawancaramengatakan memiliki handphone pribadi selamapembelajaran daring

danrata-rata siswa memiliki media sosial seperti facebook, Instagram,whatsapp,

twitter, youtube, tiktok, dan telegram. Selain itu, diantara 10siswa yang

dilakukan wawancara , 6 siswa mengatakan pernah dihinatemannya di media

sosial, 2 orang diancam orang lain di media sosial, 1oranglain pernah

menyebarkan percakapan pribadi di media sosial tanpa

seizinya, dan 1 orang siswa juga mengatakan pernah menghina orang lain

di media sosial.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang

hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku Cyberbullying di media sosial

pada remaja di SMAN 16 Kota Padangtahun 2022.


8

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas rumusan masalah

dalam penelitian ini bagaimana “Hubungan antara kepercayaan diri dengan

perilaku Cyberbullyingdi media sosial pada remaja di SMAN 16 Kota Padang

tahun 2022”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di

media sosial pada remaja di SMAN 16 Kota Padang tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kepercayaan diri pada remaja di SMAN 16

Kota Padang tahun 2022.

b. Diketahui distribusi frekuensi perilaku cyberbullying di media sosial pada

remaja di SMAN 16 Kota Padang tahun 2022.

c. Diketahui hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying

di media sosial pada remaja di SMAN 16 Kota Padang tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta

pemahaman dalam proses penyusunan laporan penelitian dengan baik dan

benar disamping itu di dunia keperawatan mengetahui hubungan antara


9

kepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial pada

remaja di Kota Padang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar atau masukan

untuk meneliti lebih lanjut dan sebagai acuan pembelajaran atau

perbandingan dalam penulisan skripsi selanjutnya tentang hubungan

antara kepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial

pada remaja di Kota Padang.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan informasi bagi institusi pendidikan dan dapat

dijadikan bahan acuan untuk penelitian berikutnya dalam perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya sekolah ilmu kesehatan (STIKes) Alifah

Padang.
10

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan kita tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku

cyberbullying di media sosial pada remajadi Kota Padang.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang hubungan antarakepercayaan diri dengan

perilaku cyberbullying di media sosial pada remaja di SMAN 16 Padang.

Adapun Variabel Dependen Cyberbulliyingdan variabel Independen

kepercayaan diri. Jenis penelitian ini analitik dengan desain cross sectional.

Penelitian ini telah dilakukan di SMAN 16 Kota Padang. Waktu penelitian telah

dilakukan tanggal 12 Maret s/d 10 Juni 2022. Populasi dalam penelitian ini

seluruh siswa kelas X – XI di SMAN 16 Padang, jumlah siswa kelas X sebanyak

389 orang dan siswa kelas XI sebanyak 267 orang. Jadi jumlah sampel pada

penelitian ini 87 orang. Teknik pengambilan sampel Proportional Staratified

Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan

data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisa melalui analisis univariat

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji statistic

Chi-Square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1. Pengertian

Menurut WHO, remaja adalah invididu yang berusia 10-19 tahun.

Selain istilah remaja, dikenal juga istilah young people atau kaum muda

yaitu kelompok usia 10-24 tahun. Masa rejama berlangsung melalui 3

tahapan yaitu masa remaja awal (10-14 tahun), menengah (15-16 tahun),

dan akhir (17-19 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan

cepat pertumbuhan dan pematangan fisik. Masa remaja menengah ditandai

dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan

berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa

dewasa, dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis

dengan orangtua. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran

sebagai orang dewasa, termasuk klasifikan tujuan pekerjaan dan

internalisasi suatu sistem nilai pribadi (Dhamayanti, Asmara, 2017).

2. Fase Remaja

Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dengan usia 10-19

tahun, sedangkan menurut Peraturan Menkes Nomor 25 tahun

2014menjelaskan bahwa remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)

menyebutkanbahwa remaja berada pada rentang usia 10-24 tahun dengan

11
12

status yang

belum menikah (Diananda, 2018).

Dalam penjelasan (Diananda, 2018)menyebutkan beberapa fase

remaja yang dijelaskan sebagi berikut :

a. Pra Remaja (11/12 tahun hingga 14 tahun)

Fase ini merupakan fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini

remaja akan sangat tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar.

Adanya perubahan-perubahan bentuk tubuh termasuk perubahan

hormonal yang menyebabkan perubahan kondisi psikologis remaja.

b. Remaja Awal (13/14 tahun hingga 17 tahun)

Fase ini merupakan fase dimana banyak perubahan yang terjadi

dalam diri remaja. Pada fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan

mulai mandiri dengan keputusan yang mereka ambil. Pemikiran

remajasemakin logis, dan semakin banyak waktu untuk membicarakan

keinginan dengan orang tua.

c. Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)

Pada fase ini remaja ingin menonjolkan diri, mereka ingin menjadi

pusat perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih

bersemangat,dan sudah mulai menetapkan identitas diri dan

tidakbergantung padakondisi emosional.


13

3. Karakteristik Masa Remaja

Penelitian (Jannah, 2016) menjelaskan bahwa Masa remaja

merupakan masa yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Masa

remaja memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan dari masa

masa pertumbuhan yang lain. Salah satunya diungkapkan seorang ahli

Hurlock (1997) bahwa karakteristik remaja yaitu:

a. Masa Remaja Merupakan masa Peralihan

Masa remaja awal tidak terlepas dari kondisi peralihan. Kondisi

inibukan berarti remaja berubah dari kondisi sebelumnya, namun

masaperalihan ini merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana satu

tahapperkembangan yang menuju ke tahap perkembangan berikutnya.

Osterieth (dalam Hurlock (1997)) menjelaskan bahwa kondisi

psikologis remaja berasal dari masa kanak-kanak dan karakteristik

khas remaja sudah terlihat dari masa akhir kanak-kanak. Perubahan

yang terjadi dalam masa remaja awal mengakibatkan perilaku individu

berubah, masa ini remaja akan merasakan keraguan akan peran yang

dilakukan. Dalam keadaan seperti ini akan menyebabkan remaja dapat

mencoba hal baru dalam kehidupan seperti gaya kehidupan, pola

perilaku, dan keinginan serta sifat yang diinginkan bagi dirinya sendiri.

b. Masa Remaja Merupakan Masa Perubahan

Perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi dalam keadaan

yang sama dengan perubahan fisik pada remaja awal. Perubahan


14

perilaku berbanding sama dengan perubahan fisik. Disebutkan ada

empatperubahan yang terjadi, yakni:

1) Perubahan tingkat emosi

Perubahan emosi sejajar dengan adanya perubahan fisik dan

psikologi yang terjadi pada remaja. Beberapa kondisi perubahan

fisikyang signifikan menjadikan remaja mengalami stres dan

menyebabkan kondisi psikologis terguncang. Hal ini menjadikan

remaja lebih rentan mengalami perubahan emosi.

2) Perubahan bentuk tubuh, minat dan peran

Perubahan signifikan yang tejadi pada remaja salah satunya

perubahan bentuk tubuh, minat dan peran. Dalam hal ini perubahan

bentuk tubuh akan sangat terlihat yang menyebabkan masalah baru

seperti payudara yang membesar mengakibatkan remaja lebih malu

dan bingung dalam berpakaian. Masalah tersebut menjadikan

remajaharus menjalankan peran untuk diri sendiri agar dapat

menyelesaikanmasalah tersebut.

3) Berubahnya pola minat dan perilaku

Masa kanak-kanak yang awalnya dianggap penting, pada masa ini

menjadi hal yang sudah tidak penting seperti halnya masa kanak-

kanak yang harus memiliki banyak teman, pada masa remaja

awalmenjadikan mereka mengerti banyaknya teman sudah tidak

menjadikan suatu prioritas.


15

4) Takut dalam tanggung jawab yang diberikan

Masa remaja awal menjadikan individu menginginkan kebebasan,

namun pada masa ini remaja tetap masih takut untuk bertanggung

jawab karena takut akan cara mengatasi tanggung jawab tersebut.

Hal ini menjadikan remaja masih ragu dalam mengambil

tanggungjawab yang akan diberikan.

5) Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan masalah

Masa remaja awal akan penuh dengan masalah yang terjadi. Hal ini

terjadi dikarenakan pada saat masa kanak-kanak, masalah yang

terjadi pada mereka lebih banyak diselesaikan oleh orang tua

mereka. Namun, pada kondisi ini mereka merasa mandiri sehingga

pada masa ini mereka menolak bantuan orang tua dan orang lain

dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan menjadikan

masalah yang lebih besar ketika remaja tidak dapat menyelesaikan

dan memilik jalan keluar yang baik. Mereka justru akan terjebak

pada permasalahan baru dan lebih besar.

6) Masa remaja menimbulkan banyak ketakutan

Anggapan bahwa pada masa remaja merupakan suatu kondisi yang

tidak rapih, tidak mudah dipercayai, dan cenderung berperilaku

kasardan merusak. Hal ini yang menjadikan remaja takut untuk

bertanggung jawab, dikarenakan anggapan masyarakat yang

tidakpercaya kepada dirinya membuat remaja semakin takut jika


16

tidak

dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja pada masa ini menjadi tidak realistis, karena remaja akan

melihat diri sendiri dan orang lain sesuai dengan keinginannya.

Mereka beranggapan bahwa apapun yang diinginkannya akan

terwujud. Semakin tinggi keinginan maka semakin tinggi

emosionalyang dihadapi. Pada saat orang lain di sekitar tidak

mendukungkeinginannya, maka semakin meningkat emosi remaja.

Denganproses pertumbungan umur dan sikap yang dewasa, akan

membuatremaja berfikir secara realistis.

c. Masa Remaja Sebagai ambang Masa Dewasa

Remaja berfikir bahwa setelah ini mereka memasuki fase masa

dewasa. Pada masa ini remaja akan memusatkan diri pada perilaku

seperti orang dewasa. Pada masa ini menjadikan remaja menginginkan

pola perilaku seperti usia dewasa pada umumnya seperti meroko,

minum alcohol, konsumsi narkoba, dan melakukan seks bebas. Remaja

akan menganggap dirinya bahwa perilaku tersebut benar sesuai

dengancitra orang dewasa.

d. Tugas perkembangan

Remaja merupakan fase yang penting dalam kehidupan

manusia.Fase ini harus diarahkan dalam hal hal yang baik agar

mencapaikehidupan dewasa yang sehat. Untuk mendapatkan kehidupan


17

dewasayang sehat maka harus menjalankan tugas perkembangan

dengan baikdan benar. Jika tugas perkembangan dilakukan dengan baik,

makaakan membawa remaja dalam kebahagiaan dan kesuksesan.

Sebaliknyajika tahap perkembangan tidak dijalankan dengan baik maka

akanmembawa kesusahan pada masa dewasa selanjutnya.

Sebagaimana dijabarkan oleh Havighurst dalam Gunarsa

(2018)tahap perkembangan remaja dijelaskan sebagai berikut (Putro,

2017):

1) Menerima adanya perubahan fisik yang terjadi dan harus

melakukan peran sesuai dengan jenisnya dan merasakan

kepuasan terhadap dirinya sendiri.

2) Menjalankan peran sosial dengan teman sebaya dan harus

menjalankan sesuai dengan jenis kelamin masing masing.

3) Terbebas dari ketergantungan orang lain seperti orang tua danorang

yang lebih dewasa

4) Mengembangkan pemikiran tentang konsep kehidupan

masyarakat

5) Harus mencari jaminan untuk masa depan agar dapat membantu

menopang kehidupan ekonomi

6) Menyiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan dimasa

depan

7) Mempersiapkan diri dari tanggungjawab yang diberikan sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat


18

8) Mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga

9) Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersiap baik dari

orang sekitar.

B. Kepercayaan Diri

1. Pengertian

Menurut Lauster (2015) dalam kehidupan manusia, kepercayaandiri

merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting. Salah satu

aspekkepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang

sehinggatidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai

kehendak,gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Lauster

(2015) mengatakan bahwa sifat kepribadian bukan merupakan sifat

yangditurunkan (bawaan), melainkan diperoleh dari pengalaman hidup,

dapatdiajarkan, dan ditanamkan melalui pendidikan. Keturunan memainkan

peranyang tak begitu penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.

Kepercayaan pada diri sendiri memengaruhi sikap hati-

hati,ketaktergantungan, ketidak serakahan, toleransi, dan cita-cita. Ahli

ilmu jiwayang terkenal Alfred Adler (dalam Lauster, 2015) mengatakan

bahwakebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan

kepercayaandiri. Namun kepercayaan pada diri sendiri yang sangat

berlebihan tidak selalubersifat positif. Orang yang terlalu percaya pada diri

sendiri sering tidak hatihatidan seenaknya. Tingkah laku mereka sering

menyebabkan konflikdengan orang lain. Sering memberikan kesan kejam

dan lebih banyak punyalawan dari pada teman.


19

2. Ciri-ciri Individu yang Kurang Percaya Diri

Berikut adalah beberapa ciri individu yang kurangpercaya diri

(merupakan kebalikan dari indvidu yang memikipercaya diri):

a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-matademi

mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.Orang tidak

percaya sering harus rela menerima pendapatorang lain meskipun

pendapat itu berbeda denganpendapatnya sendiri, supaya ia tetap

terterima dalankelompoknya. Orang tidak berani berbeda karena

hatinyatidak tenang jika ia ditolak dari kelompoknya.

b. Memiliki konformitas sangat tinggi terhadap orang laindan kelompok,

karena ia selalu menyimpan rasatakut/kekhawatiran terhadap penolakan

orang lain dankelompok.

c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangandiri) dan

memandang rendah kemampuan diri sendiri,namun di lain pihak

memasang harapan yang tidakrealistik terhadap diri sendiri, hal ini yang

membuatdirinya banyak mengalami kekecewaan disebabkan

tidaktercapainya harapan-harapan itu. Orang yang tidak percayadiri

sering melakukan berbagai hal, yang kadang-kadangtidak sesuai dengan

keadaan dirinya demi untuk menutupikekurangan, sering merasa diri

tidak mampu, meskipunmenurut penilaian orang lain dan memang

padakenyataannya dirinya memiliki kemampuan.

d. Memiliki sikap pesimis, yang membuat dirinya tidak mauberbuat,

karena merasa apa yang dilakukannya tidak adagunanya atau sulit untuk
20

dicapai. Orang yang memilikirasa percaya diri rendah mudah menilai

segala sesuatu darisisi negatif, sehingga yang terpikirkan olehnya

adalahsegala kejelekan ataupun ketidakbaikan dari orang-orangatau

segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.

e. Memiliki perasaan takut gagal, sehingga menghindarisegala resiko dan

tidak berani memasang target untukberhasil. Orang yang memiliki rasa

percaya diri rendahselalu diliputi perasaan takut gagal, sehingga sering

tidakmau berbuat, meskipun dia mampu melakukannya.

f. Orang yang tidak percaya diri cenderung menolak pujianyang ditujukan

secara tulus, karena orang yang tidakpercaya diri merasa pujian itu tidak

sesuai dengan keadaandirinya ataupun menganggap ada sesuatu maksud

dibalikpujian itu.

g. Orang yang tidak percaya diri selalumenempatkan/memposisikan diri

sebagai yang terakhir,karena menilai dirinya tidak mampu, dan bukan

karenamenghargai orang lain, sehingga mendahulukan oranglain.

h. Orang yang tidak percaya diri mempunyai external locusof control

dalam arti mudah menyerah pada nasib, mudahputus asa, tidak ulet,

motivsi berprestasi rendah, dansangat tergantung pada keadaan

danpengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain.

i. Orang tidak percaya diri suka membicarakan kejelekanorang lain bukan

denga maksud belajar dari kejelekan itu.Orang seperti ini saat merasa

dirinya jelek, dia akanberusaha mencari teman dan membuat orang lain

supayatidak terlihat lebih baik dari dirinya. Jika orang lain


21

sudahterungkap kejelekannya maka ia akan merasa bahwa diabukan

orang paling jelek. Jelek di sini bukan dalammasalah fisik melainkan

masalah tingkah laku dankemampuan.

j. Orang yang tidak percaya diri tidak mau menghargai karyaorang lain,

karena dia merasa tidak mampu menghasilkankarya yang bagus. Dia

akut orang lain dianggap lebih baikdari dirinya. Dia hanya mau

menghargai karya seseorangyang sudah diakui secara umum.

Percaya diri memegang peranan sangat penting dalamkeberhasilan

seseorang. Kita bisa melewatkan berbagaikesempatan bagus jika kita tidak

percaya diri. Krisis percayadiri adalah salah satu penghambat terbesar

dalam bertindak.Bukan hanya ragu bertindak, bahkan tidak bertindak

samasekali. Sebenarnya masih banyak ciri-ciri yang lain, tetapi ciriciriini

cukup menonjol yang sering dijumpai dalamkehidupan sehari-hari. Intinya

ciri orang yang tidak percayadiri ialah tidak mau orang lain dianggap lebih

baik darinya.

Sementara hati kecilnya mengakui kalau dia itu tidak lebihbaik,

maka jalan keluarnya ialah dengan menjatuhkan oranglain atau karya orang

lain.Seseorang yang percaya diri selalu menghargai karyaorang lain atau

apa yang dilakukan oleh orang lain, karena diasendiri merasa mampu

berbuat yang sama atau yang lebihbaik. Orang yang percaya diri akan

mampu mengakuikehebatan orang lain dalam satu bidang, sebab dia

yakinbahwa dia juga memiliki suatu kelebihan di bidang lain.Orang yang

percaya diri tidak menjadi angkuh dengankelebihan yang dimilikinya,


22

karena dia menyadari setiapmanusia di samping ada kelebihan juga

memiliki kekurangan,demikian pula sebaliknya. Percaya diri berbeda

denganangkuh. Orang yang tidak percaya diri sering menuding orangyang

percaya diri sebagai orang yang angkuh, padahalpercaya diri dan angkuh

sangat berbeda. Angkuh adalahmerasa dirinya lebih baik dari orang lain,

sementara percayadiri ialah yakin bahwa dirinya memiliki potensi luar

biasasebagai anugerah Allah yang patut disyukuri.

3. Memupuk Rasa Percaya Diri

Menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional perludimulai

dari diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingatbahwa hanya individu

yang bersangkutan yang dapatmengatasi rasa kurang percaya diri yang

sedang dialaminya.Beberapa saran berikut layak menjadi pertimbangkan

jikaAnda tidak memiliki rasa percaya diri.

a. Menilai diri secara obyektif

Belajarlah menilai diri secara obyektif dan jujur, dari

segikelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Susunlahdaftar

kelebihan yang dimiliki, seperti prestasi yangpernah diraih, sifat-sifat

positif, potensi diri baik yangsudah diaktualisasikan maupun yang

belum, keahlianyang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana

yangmendukung kemajuan diri. Sadari semua potensiberharga Anda

dan temukan potensi yang belumdikembangkan. Pelajari kendala yang

selama inimenghalangi perkembangan diri Anda, seperti: polaberpikir

yang keliru, niat dan motivasi yang lemah,kurangnya disiplin diri,


23

kurangnya ketekunan dankesabaran, tergantung pada bantuan orang

lain, atau punsebab-sebab eksternal lain. Di samping itu cacatlah

segalakekurangan diri Anda secara obyektif. Mintalah bantuanorang

lain untuk menemukan kekurangan itu. Hasilanalisis dan pemetaan

terhadap kondisi diri tersebut,kemudian digunakan untuk membuat dan

menerapkanstrategi pengembangan diri yang lebih realistik.

b. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri

Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan danpotensi yang Anda

miliki. Ingatlah bahwa semua itudidapat melalui proses belajar,

berevolusi dantransformasi diri sejak dahulu hingga

kini.Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernahdiraih,

berarti mengabaikan atau menghilangkan satujejak yang membantu

Anda menemukan jalan yang tepatmenuju masa depan.

Ketidakmampuan menghargai dirisendiri, mendorong munculnya

keinginan yang tidakrealistik dan berlebihan, contoh: ingin cepat kaya,

ingincantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segalacara. Jika

ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnyabersumber dari rasa rendah

diri yang kronis, penolakanterhadap diri sendiri, ketidakmampuan

menghargai dirisendiri sehingga berusaha sekuat tenaga

menutupikeaslian diri.

c. Berpikir positif (positive thinking)

Hidup yang sehat dimulai dengan berikir positif. Orangyang

berpikir positif bukan berarti telah menjamintercapainya suatu


24

keberhasilan, namun setidaknya kitasudah berada di jalan yang benar

untuk mencapai sebuahkeberhasilan (Nugroho, 2012). Selanjutnya

Nugroho(2012) mengemukakan 10 (sepuluh) ciri yang bisa dilihatpada

orang yang memiliki pikiran positif dan telahbertindak benar, yakni:

melihat masalah sebagaitantangan, menikmati hidup dengan penuh

semangat,pikiran terbuka untuk menerima kritik, saran dan

ide;membuang segala hal yang berbau negatif dalam hati danpikiran,

mensyukuri apa yang dimilikinya, tidakmendengarkan gosip yang tidak

menentu, tidak membuatalasan tetapi langsung melakukan tindakan,

tidak underestimate, menggunakan bahasa tubuh yang positif, danpeduli

pada citra diri.

Berusahalah memerangi setiap asumsi, prasangka ataupersepsi

negatif yang muncul dalam benak Anda. Janganbiarkan pikiran negatif

berlarut-larut karena tanpa sadarpikiran itu akan terus berakar,

bercabang dan berdaun.Semakin besar dan menyebar, makin sulit

dikendalikandan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif

menguasaipikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa

depanAnda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkanoleh

pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalahmenuliskannya untuk

kemudian di review kembali secaralogis dan rasional. Setelah mereview

biasanya orang lebihbisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.

d. Gunakan self-affirmation
25

Untuk memerangi negative thinking (berpikir negatif)gunakan

self-affirmation yaitu berupa kata-kata yangmembangkitkan rasa

percaya diri. Contohnya:

1) Saya pasti bisa !!

2) Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidakada orang yang

boleh menentukan hidup saya !

3) Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan inisungguh menjadi

pelajaran yang sangat berhargakarena membantu saya memahami

tantangan

4) Sayalah yang memegang kendali hidup ini

5) Saya bangga pada diri sendiri

e. Berani mengambil resiko

Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Andabisa

memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi.Dengan demikian,

Anda tidak perlu menghindari setiapresiko, melainkan lebih

menggunakan strategi-strategiuntuk menghindari, mencegah atau pun

mengatasiresikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkanorang

lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Andaingin mengembangkan

diri sendiri (bukan diri sepertiyang diharapkan orang lain), pasti ada

resiko dantantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan

tidakberbuat apa-apa daripada maju bertumbuh denganmengambil

resiko.

f. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan


26

Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orangyang paling

menderita hidupnya adalah orang yang tidakbisa bersyukur pada Tuhan

atas apa yang telahditerimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut

tidakpernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca matapositif.

Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama inipun tidak dilihat sebagai

pemberian dari Tuhan.Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua

berkat,kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan,

kemampuan,keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan

sertaberbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orangyang selalu

melihat matahari tenggelam, tidak pernahmelihat matahari terbit.

Hidupnya dipenuhi dengankeluhan, rasa marah, iri hati dan dengki,

kecemburuan,kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan.

Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu

bisamenikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadidalam

hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasakurang percaya diri

yang kronis, karena selalumembandingkan dirinya dengan orang-orang

yangmembuat munculnya rasa cemburu dalam hatinya. Olehsebab itu,

belajarlah bersyukur atas apapun yang Andaalami dan percayalah

bahwa Tuhan pasti menginginkanyang terbaik untuk hidup Anda.

Tumbuhkan keyakinanbahwa jika seorang hamba bersyukur terhadap

nikmatyang diberikan Allah kepadanya, maka niscaya Allahakan

menambahkan nikmat itu.Menetapkan tujuan yang realistikAnda perlu

mengevaluasi tujuan-tujuan yang Andatetapkan selama ini, dalam arti


27

apakah tujuan tersebutsudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan

tujuanyang lebih realistik, maka akan memudahkan Anda

dalammencapai tujuan tersebut. Dengan demikian Anda akanmenjadi

lebih percaya diri dalam mengambil langkah,tindakan dan keputusan

dalam mencapai masa depan,sambil mencegah terjadinya resiko yang

tidak diinginkan.Mungkin masih ada beberapa cara lain yang

efektifuntuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika Anda

dapatmelakukan beberapa hal seperti yang disarankan di atas,niscaya

Anda akan terbebas dari ketidakpercayaan diri.

Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik adalahjangan

sampai Anda mengalami rasa percaya diri yangberlebih-lebihan (over

confidence). Rasa percaya diriyang berlebihan bukanlah menggambar

kondisi kejiwaanyang sehat karena hal tersebut merupakan rasa

percayadiri yang bersifat semu.Rasa percaya diri yang berlebihan pada

umumnya tidakbersumber dari potensi diri yang ada, namun lebih

didasarioleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua

danmasyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasiindividu

untuk harus menjadi orang sukses. Selain itu,persepsi yang keliru pun

dapat menimbulkan asumsi yangkeliru tentang diri sendiri hingga rasa

percaya diri yang begitubesar tidak dilandasi oleh kemampuan yang

nyata. Hal ini punbisa didapat dari lingkungan di mana individu di

besarkan,dari teman-teman, atau dari dirinya sendiri (disebabkankonsep

diri yang tidak sehat). Sebagai contoh, seorang anakyang sejak lahir
28

ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinyaadalah spesial, istimewa,

pandai, pasti akan menjadi orangsukses, dan harapan-harapan tinggi

lainnya, namun dalamperjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah

memilikiusaha-usaha untuk sukses yang riil dan atas usaha sendiri.

Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi seorangmanipulator

dan dan otoriter, memperalat, menguasai danmengendalikan orang lain

untuk mendapatkan apa yang diainginkan.Rasa percaya diri pada

individu seperti itu tidaklahdidasarkan oleh kompetensi nyata, tetapi

lebih pada faktorfaktorpendukung eksternal, seperti kekayaan,

jabatan,koneksi, relasi, dukungan keluarga, nama besar orangtua,

dansebagainya. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, makaindividu

tersebut bukan siapa-siapa.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan diri

Menurut Sungkar dan Partini (2015), faktor-faktor

yangmemengaruhi kepercayaan diri seseorang terdiri dari dua faktor yaitu

faktorinternal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri,

harga diri,kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal

meliputipendidikan, pekerjaan, dan lingkungan dan pengalaman hidup.

a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu atau faktor

internalantara lain:

1) Konsep diri. Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang

diawalidengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam

pergaulansuatu kelompok. Menurut Centi (dalam Sungkar dan


29

Partini, 2015), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya

sendiri.Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya

mempunyaikonsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai

rasa percayadiri akan memiliki konsep diri positif. Menurut Fitt, dkk

(dalamSungkar dan Partini, 2015), bahwa sesorang yang

mempunyaikonsep diri yang baik juga memiliki kesanggupan

untukmengaktualisasikan diri secara optimal, dengan demikian

akanmenumbuhkan dorongan untuk berprestasi yang tinggi pada

diriindividu. Konsep diri merupakan sesuatu yang ada dalam

diriindividu dan mempunyai pengaruh besar terhadap

keseluruhanperilaku yang ditampilkan seseorang (Martalima, dalam

Sungkar danPartini, 2015).

2) Harga diri. Meadow (dalam Sungkar dan Partini, 2015) hargadiri

yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang

yangmemiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional

danbenar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan

denganindividu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi

cenderungmelihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya

bahwausahanya mudah menerima orang lain sebagaimana

menerimadirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga

diri rendahbersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya

terbentur padakesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.


30

3) Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh

padakepercayaan diri Anthony (dalam Sungkar dan Partini,

2015)mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama

rendahnyaharga diri dan percaya diri seseorang. Pentingnya

penampilan diriuntuk meningkatkan kepercayaan diri dikarenakan

penampilan lebihbaik menjadi lebih menarik dan tidak canggung.

Lauster (dalamSungkar dan Partini, 2015) juga berpendapat

bahwaketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri

yangkentara.

4) Pengalaman hidup. Lauster (dalam Sungkar dan Partini,

2015)mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari

pengalaman yangmengecewakan adalah paling sering menjadi

sumber timbulnya rasarendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya

seseorang memiliki rasatidak aman, kurang kasih sayang dan kurang

perhatian. Pembentukankepercayaan diri bersumber dari

pengalaman pribadi yang dialamiseseorang dalam perjalanan

hidupnya. Pengalaman dapatmemberikan pengaruh yang positif dan

negatif bagi pertumbuhankepercayaan diri. Kepercayaan diri

ditentukan pula olehpengalaman-pengalaman yang dialami sejak

kecil. Menurut Lavitas(dalam Sungkar dan Partini, 2015),

kepercayaan diri diperolehdari pengalaman hidup. Belajar dari

pengalaman masa lalu berartimengakhiri kesalahan-kesalahan,


31

memutuskan segala kemampuandan kesadaran untuk tidak

mengulangi kesalahan tersebut.

b. Faktor-faktor dari luar diri individu atau faktor eksternal antara lain:

1) Pendidikan. Pendidikan memengaruhi kepercayaan diri

seseorang.Anthony (dalam Sungkar dan Partini, 2015) lebih

lanjutmengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah

cenderungmembuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih

pandai,sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi

cenderung akanmenjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada

individu lain.Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan

hidup denganrasa percaya diri dan kekuatannya dengan

memerhatikan situasi darisudut kenyataan.

2) Pekerjaan. Rogers (dalam Sungkar dan Partini,

2015)mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan

kreatifitasdan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut

dikemukakanbahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan

melakukan pekerjaan,selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan

rasa bangga di dapatkarena mampu mengembangkan kemampuan

diri.

3) Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini

merupakanlingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang

baik yangditerima dari lingkungan keluarga seperti anggota

keluarga yangsaling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa


32

nyaman danpercaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan

masyarakatsemakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh

masyarakat, makasemakin lancar harga diri berkembang (Centi,

dalam Sungkar danPartini, 2015). Sedangkan pembentukan

kepercayaan diri jugabersumber dari pengalaman pribadi yang

dialami seseorang dalamperjalanan hidupnya. Pemenuhan

kebutuhan psikologis merupakanpengalaman yang dialami

seseorang selama perjalanan yang burukpada masa kanak-kanak

akan menyebabkan individu kurang percayadiri (Drajat, dalam

Sungkar dan Partini, 2015).

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan diri

di atas,penulis mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhikepercayaan diri seseorang meliputi konsep diri, harga

diri, lingkungan(keluarga dan sekolah), dan pengalaman yang dimiliki

oleh individu.
33

C. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan

pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama,

berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan

sosial secara virtual. Karakteristik umum yang dimiliki setiap media sosial

yaitu adanya keterbukaan dialog antar para pengguna (Rulli Nasrullah,

2015).

Sosial media dapat dirubah oleh waktu dan diatur ulang oleh

penciptanya, atau dalam beberapa situs tertentu, dapat diubah oleh suatu

komunitas. Selain itu sosial media juga menyediakan dan membentuk cara

baru dalam berkomunikasi. Seperti diketahui, sebelum muncul dan

populernya media sosial, kebanyakan orang berkomunikasi dengan cara

sms atau telpon lewat handphone. Namun sekarang dengan adanya media

sosial, orang cenderung berkomunikasi lewat layanan obrolan (chat) atau

berkirim pesan lewat layanan yang tersedia di media sosial. Arus

perkembangan tenologi ini bagaimana pun tak akan bisa kita bending,

sebagian besar anak dan remaja saat ini telah familiar dengan berbagai situs

jejaring sosial tersebut, tidak saja anak dan remaja kota, bahkananak-anak

di pedesan pun kini telah berangsur-angsur mulai mengunakaan jejaring

sosial tersebut.

Berkembang pesatnya situs jejaring sosial tersebut tentu saja punya

dampak positif dan juga negatif, oleh karena itu penting untuk di buat suatu
34

sistem pengawasan dan bimbingan bagi mereka agar dampak negatif nya

dapat di hindari dan dampak positif nya semakin di rasakan. Tahun 2009

hingga saat ini, media sosial (facebook, WhatsAp, path, instagram, twitter,

dan lain-lain) menjelma menjadi dunia kedua setelah dunia maya. Sebuah

perusahaan riset dan pemasaran dari Singapura menyatakan bahwa

pengguna internet aktif di Indonesia sudah terhitung sejak Januari 2014

tercatat sebanyak 72,7 juta orang. Sebanyak 98% dari pengguna internet

memiliki akun media sosial dan 79% aktif mengakses akun media sosial

dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Facebook memegang jumlah

terbesar yaitu 93% dari jumlah total pengguna internet di Indonesia (Endri

Kusumaratih, 2017).

Tugas mengawasi dan membimbing itu tetu saja bukan guru di

sekolah semata, orang tualah yang seharusnya berperan dalam pengawasan

dan bimbingan bagi anak-anaknya. Untuk pedoman pengawasan tersebut

tentu saja para orang tua, para anak dan remaja itu sendiri mengetahui apa

saja dampak positif dan negatif situs jejaring sosial tersebut. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah sebuah alat

komunikasi yang berupa obrolan chat untuk berinteraksi dengan orang lain,

bekerja sama, berbagi, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Macam-

macam jejaringan sosial antara lain sebagai berkut:

a. Twitter

Twitter didirikan oleh Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan

Williams. Twitter merupakn salah satu jejaring sosial yang paling


35

mudah digunakan, karena hanya memerlukan waktu yang singkat tetapi

informasi yang di sampaikan dapat langsung menyebar luas. Twitter

juga merupakan sebuiah wen dan layanan mikroblog yang bisa

digunakana untuk melakukan sebuah microblogging atau twitter, yaitu

memiliki update status yang biasa disebut dengan tweet berjumlah 140

karakter lebih singkat dari media lainnya; Dapat dengan meggunakan

fungsi RT@username; Memiliki cara sendiri untuk berbagi foto dan

video yang biasa di sebut dengan tweetpic. Dengan menggunakan

Twitter pengguna dapat mengirim dan menerima pembaharuan melalui

webside, sms,rrs (hanya menerima), atau melaui tweetie, twitterrific,

twhirl, twitterfon, twitterdeck, feedalizr, dengan add-ons dan masih

banyak lagi.

b. Facebook

Facebook atau yang sering disebut dengan FB merupakan Sosial

networking (jejaring sosial) yang didirikan oleh MarkZuckerberg pada

tanggal 4 februari 2004. Pada awalnya keanggotaan Facebook di batasi,

akhirnya pada tanggal 11 september 2006 facebook resmi di buka untuk

umum dengan e-mail apapun.Facebook adalah suatu jenis jejaring sosial

yangh dapat dijadikan sebagai tempat untuk menjalin hubungan

pertemanan dengan seluruh orang yanga ada di belahan dunia untuk

dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Facebook merupakan

situs pertemanan yang dapat digunakan oleh manusia untuk bertukar

informsasi , berbagai foto, video, dan lainya.


36

Ciri-ciri dari sebuah akun facebook, yaitu memiliki pages dan

groups. Dapat melakukan update status lebih dari 140 karakter sesuai

dengan kebutuhan.Dapat langsung memberi komentar atau memberikan

apresiasi dari update status orang-orang yang sudah menjadi teman di

facebook; Memiliki fasilitas chatting yang memungkinkan pemilik

facebook untuk dapat melakukan chat secara langsung dengan orang-

orang yang sudah berteman di facebook; Dapat berbagi foto dengan cara

tagging; Dapat membuat album foto yang berisikan nama album, lokasi

tempat pengambilan foto, dan jika diperlukan dapat berisikan penjelasan

singkat mengenai fototersebut; Dapat membuat album viedeo yang

berdurasi maksimal 2 menit dan berukuran kurang dari 100 MB.

c. Blog

Blog merupkan singkatan dari web + log, yaitu sejenis website

pribadi yang dapat digunakan untuk menulis suatu pesan atau informasi

secara terus menerus dan mempublikasikannya. Blog dapat berupa

berita atau artikel di yang nantinya akan terus di perbaharui. Dalam satu

blog dapat berisi bermacam-macam artikel yang dikelompokkan dalam

suatu kategori atau hanya terdiri atau satu jenis kategori saja.Ciri-ciri

dari sebuah blog yaitu konten utama berisi artikel (post) yang di

publikasikan secara kronologis; Para pengunjung blog dapat secara

langsung mengomentari artikel yang di tulis oleh pemilik blog; Arsip

dari artikel-artikel lama per hari, per miggu, maupun per tahun; daftar

link terhadap web yang terkait biasa di sebut blogroll ; memiliki fasilitas
37

feed yang menungkinkan isi dari suatu blog dapat dilihat tanpa harus

membuka halaman web.

d. WhatsApp

WhatsApp Messenger adalah aplikasi pesan untuk ponsel cerdas.

WhatsApp Messenger merupakan aplikasi pesan lintas platform yang

memungkinkan kita bertukar pesan tanpa pulsa,karena WhatsApp

Mesenger menggunakan paket data internet. Aplikasi WhatsApp

Messenger menggunkan koneksi internet 3G, 4G atau wifi untuk

komunikasi data.WhatsApp dapat di gunakan untuk pengguna iphone,

blackberry, android serta Symbian (nokia). Aplikasi WhatsApp hanya

dapat bekerja untuk sesama pengguna yang memiliki aplikasi

WhatsApp. Aplikasi ini menggunkan nomor telepon ponsel yang kita

gunakan untuk berinteraksi dengan sesama pengguna WhatsApp.

2. Karakteristik Media

Sosial Media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak

dimiliki oleh beberapa media siber lainnya. Ada batasan-batasan dan ciri

khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh media sosial 2 dibanding dengan

media lainnya. Adapun karakteristik media sosial yaitu: (Aida Rismana,

2016).
38

a. Jaringan (network).

Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun

dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet.

Jaringan yang terbentuk antar pengguna (users) merupakan jaringan

yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti

komputer, telepon genggam atau tablet.Jaringan yang terbentuk antar

pengguna ini pada akhirnya membentuk komunitas, contohnya seperti

Facebook,WhatsApp twitter dan lain-lain.

b. Informasi (information)

Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang dikonsumsi oleh

pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan komoditas

yang diproduksi dan didistribusikan antar pengguna itu sendiri. Dari

kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk

sebuah jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara

pada institusi masyarakat berjejaring.

c. Arsip (archive)

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang

menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapan

pun dan melalui perangkat apa pun. Setiap informsi apa pun yang

diunggah di Facebook informasi itu tidak hilang begitu saja saat

pergantian hari, bulan bahkan sampai tahun.


39

d. Interaktif (interactivity)

Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antar

pengguna. Jaringan ini tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan

atau pengikut di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan

interaksi antar pengguna tersebut.

3. Dampak Penggunaan Media Sosial

a. Dampak Positif

Beberapa dampak positif pengguna media sosial bagi siswa sebagai

berikut:

1) Memperluas jaringan pertemanan. Mereka bisa memperluas

jaringan pertemanan seluasnya karena tidak dibatasi oleh luas

wilayah, anak-abak dan remaja bisa menjadi lebih mudahmenjalin

pertemanan dengan orang lain di seluruh dunia, meskipun

sebelumnya belum pernah bertemu secara langsung.

2) Remaja akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui

teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena mereka

berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain..

3) Memudahkan dalam memperoleh informasi. Remaja menjadi

mudah untuk memperoleh informasi yang ada di internet karena

adanya blog ataupun website. Selain itu sosial media juga bisa

digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan ,

kebudayaan, dan lain-lain.


40

4) Situs jejaring sosial membuat anak dan remaja menjadi lebih

bersahabat, perhatian dan empati. Misanya memberikan perhatian

pada saat ada teman mereka berulang tahun, mengomentari foto,

video dan status teman mereka, sehingga hubungan persahabatan

meski tidak dapat bertemu secara fisik.

5) Anak-anak dan remaja bisa memanfaatkan untuk belajar

mengembangakan keterampilan teknis dan memiliki jiwa sosial

yang sangat di butuhkan di zaman era digital seperti saat ini. Mereka

beradaptasi, bersosialisasi dengan masyarakat banyak dan menjalin

pertemanan dengan berbagai orang dari berbagai daerah.

6) Memudahkan remaja untuk bisa sharing atau berbagi. Dengan

adanya blog, remaja mudah berbagi mengenai

penmgalamanhidupnya dan berbagai hal lainya dengan

mempostingnya ke blog.

7) Bisa di jadikan tempat iklan bagi yang ingin melakukan usaha

online.saat ini sosial media telah memberikan layanan iklan . seperti

blogger, facebook, Twitter dan lainnya bisa menempatkan iklan di

status tersebut.

8) Sebagai media diskusi, media dakwah, tukar informasi dan

mengajak kebaikan.

9) Dengan sosial media kita dapat mendiskusikan tentang pemecahan

sebuah masalah, kita bisa berdakwah tentang kebaikan dan yang

pasti bertukar informasi atau sharing dengan orang lain. Sebagai


41

media iklan, baik iklan grastis dengan cara posting maupun iklan

berbayar yang telah disediakan.

b. Dampak Negatif

Beberapa dampak negatif pengguna media sosial bagi siswa

sebagai berikut :

1) Remaja menjadi kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial

tanpa tahu waktu. Kebanyakan apabila seorang remaja

menggunakan jejaring sosial, mereka bisa saja berjam-jam untuk

menggunakannya dan mereka lupa waktu untuk belajar sehingga

waktu belajar menjadi berkurang.

2) Menggangu kesehatan, terlalu banyak mentap layar handphone

maupun computer atau laptop dapat menganggu kesehatan mata.

3) Remaja menjadi malas berkomuniksi di dunia nyata. Tingkat

pemahaman bahasapun menjadi terganggu. Jika remaja tersebut

terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya.

4) Situs jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingkan diri

sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan di sekitar

mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini

dapat mengakibatkan menjadi kurang di dunia nyata.

5) Menjadikan seseorang menjadi malas belajar karena sering

menggunakan jejaring sosial untuk bermain game yang ada di situs

tersebut. Facebook menyediakan layanan game yang membuat

remaja menjadi kecanduan game.


42

6) Siswa menjadi mudah malas, tidak mengerjakan tugas karena selalu

ingin tahu status teman-temannya. Sehingga untuk hal yang kurang

bermanfaat, contohnya chatting, yang akan berpengaruh terhadap

minat belajar.

7) Menyebabkan kurangnya sopan santun remaja saat ini. Dengan

adanya media sosial, semakin banyak para remaja yang

menggunakan bahasa yang tidak sepantasnya. Dan bagi remaja yang

masih polos, tentu akan menganggap bahwa bahasa tersebut adalah

bahasa modern abak zaman sekarang.

8) Untuk anak-anak dan remaja, tidak ada aturan cara mengeja dan

mematuhi tata bahasa seperti di dunia nyata. Hal ini dapatmemebuat

mereka semakin sulit membedakan antara berkomunikasi di dunia

maya dan di dunia nyata. Hal ini dapat mempengaruhi keterampilan

menulis di sekolah dalam hal ejaan maupun tata bahasa.

9) Penipuan. Seperti sosial media lainya, facebook juga rentan di

manfaatkan untuk tujuan penipuan. Kita tidak akan tahu sebenarnya

siapa di balik account facebook. Orang dengan mudah membuat

account baru untuk keperluan yang tidak baik. Ada yang

menggunakan modus berkenalan dan akhirnya menjadi akrab di

dunia maya yang ternyata ujung-ujungnya di gunakan untuk

melakukan penipuan atau tindakan kriminal lainya. Belakangan ini

marak kasus penculikan terhadap gadis remaja setelah berkenalan


43

lewat jejaring sosial, ada pula yang melarikan diri atau kabur dari

rumah setelah berkomunikasi dengan teman jejaring sosialnya.

10) Pornografi. Anggapan yang mengatakan bahwa sosial media identic

dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan

penyampaian informasi yang dimiliki di internet, pornografi pun

merajalela. Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen browser

melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih

jenis home page yang dapat di akses. Di internet terdapat gambar-

gambar pornografi dankekerasan yang bisa mengakibatkan

dorongan kepada seseorang untuk bertindak criminal.

11) Carding. Karena sifatnya yang real time (langsung), cara belanja

dengan menggunakan kartu kredit adalah cara yang paling banyak

di gunakan dalam dunia internet. Para pejabat internet pun paling

banyak melakukan kejahatan di bidang ini. Dengan sifat yang

terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang

menggunakan kartu kredit) on-line dan mencatat jode kartu yang

digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang

mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka.

12) Perjudian. Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan

jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu khusus untuk

memenuhi keinginannya. Adanya hanya perlu menghindari situs

seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan

memerluakan banyak prsetujuan dan pengunjungnya.


44

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial

adalah sebuah media online, dengan para penggunaanya bisa dengan

mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan misi meliputi blog,

jejaring sosial, wiki, forum dan dunia vitual. Blog , jejaring sosial dan

wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh

masyarakat di seluruh dunia.

4. Penggunaan Media Sosial Pada Remaja

Media sosial pada era sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari aktivitas kehidupan sehari-hari dari hampir semua orang.

Lenhart, Smith, Anderson, Duggan, dan Perrin pada tahun 2015 telah

mengidentifikasi bahwa kelompok usia 13-17 tahun merupakan pengguna

berat media sosial, dengan 87% memiliki akses ke komputer, dan 58% ke

perangkat tablet/smartphone. Media sosial telah menjadi ruang dimana kita

membentuk dan membangun hubungan, membentuk identitas diri,

mengekspresikan diri, dan belajar tentang dunia di sekitar kita. Namun perlu

diingat kembali bahwa seperti halnya teknologi pada umumnya,

penggunaan media sosial tentunya memiliki pengaruh baik dan buruk pada

berbagai aspek kehidupan penggunanya, terutama pada segi kesehatan

mental pengguna. Mengingat pengguna media sosial sebagian besar adalah

anak remaja dan pada usia tersebut merupakan fase yang sangat penting bagi

perkembangan emosional dan psikososial mereka, maka kami membuat

ulasan ini dengan tujuan untuk meninjau dan menganalisis secara sistematis

artikel-artikel ilmiah mengenai pengaruh penggunaan media sosial bagi


45

kesehatan mental anak remaja untuk dijadikan sebagai sumber bagi

masyarakat pada umumnya untuk memahami lebih dalam terkait dampak

negatif dari penggunaan media sosial.

D. Cyberbullying

1. Pengertian Bullying

Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara

berulang dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti orang lain.Menurut

Wiryada dkk (2017), bullying adalah tindakan perilaku agresif yang

bertujuan untuk melukai korban. Perilaku bullying dapat berupa bullying

fisik seperti menampar atau mencederai dan dapat juga berupa bullying

verbal seperti mengolok-olok, memaki atau mengancam.

Sejiwa (2017), mengatakan bullying adalah situasi penyalahgunaan

kekuatan/kekuasaan suatu kelompok. Kekuataan yang dimiliki bukan hanya

kekuatan fisik, namun juga mental. Perilaku tersebut membuat korban

menjadi merasa tertekan, trauma dan merasa tak berdaya.

Jadi, dapat disimpulkan bullying adalah penyalahgunaan

kekuasaan/kekuatan yang dilakukan secara berulang yang bertujuan untuk

melukai korban.

2. Pengertian Perilaku Cyberbullying pada remaja

Cyberbullying adalah perilaku agresif, interns dan dilakukan secara

sengaja dan berulang olehindividu dengan memanfaatkan tekhnologi dan

media elektronik sebagai media untuk menyerang orang tertentu (Karyati &

Aminudin, 2019).
46

Menurut Stutsky (dalam Karyati & Aminudin, 2019), cyberbullying

adalah penggunaan dari teknologi komunikasi modern yang ditujukan untuk

mempermalukan, menghina, mepermainkan atau mengintimidasi individu

untuk menguasai dan mengatur individu tersebut.

Menurut Vandebosch dan Van Cleemput, Juvonen dan Gross,

(dalam Safaria dkk, 2016), cyberbullying adalah bentuk gangguan dan

penghinaan lewat dunia virtual atau dunia maya. Dengan kata lain

cyberbullying adalah perilaku bullying yang ditransformasikan ke dunia

maya.

Jadi, dapat disimpulkan Cyberbullying adalah perlakuan yang

ditujukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti, melukai dan

menyebabkan kerugian bagi pihak yang lemah dengan menggunakan sarana

komunikasi.

3. Karakteristik Cyberbullying

Karakterisitik perilaku cyberbullying adalah sebagai berikut:

a. Disindir melalui jejaring sosial yang dapat berupa pesan ,foto, atau

status lewat media sosial

b. Diancam melalui media sosial yang memiliki tujuan untuk

mengintimidasi korban.

c. Teror melalui media sosial yang berupa ancaman atau sindiran yang

berupa pesan, atau gambar, dilakukan secara berulang-ulang.

Menurut Safaria dkk, (2016) ada 4 karakteristik cyberbullying :

a. Perilaku cyberbullying yang dilakukan berulang-ulang


47

Cyberbullying biasanya tidak hanya terjadi satu kali, tapi dilakukan

berulang kali, kecuali jika itu adalah ancaman pembunuhan atau

ancaman serius terhadap hidup seseorang.

b. Menyiksa secara psikologis

Cyberbullying menimbulkan penyiksaan secara psikologis bagi

korbannya. Korban biasanya mendapat perlakuan seperti

difitnah/digosipkan, penyebaran foto dan video korban dengan tujuan

mempermalukan korban,

c. Cyberbullying dilakukan dengan tujuan.

Cyberbullying dilakukan karena pelaku memiliki tujuan, seperti untuk

mempermalukan korban, balas dendam, mengatasi stress dari konflik

yang sedang terjadi., dan hanya untuk bersenang-senang.

d. Terjadi di dunia maya.

Cyberbullying dilakukan dengan menggunakan sarana Teknologi

Informasi, seperti jejaring sosial dan pesan teks.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan karakteristik

cyberbullying menurut Vydia dkk (2010) adalah sindiran melalui

media sosial, teror melalui media sosial, adanya ancaman melalui

media sosial, menyiksa secara psikologis, dilakukan dengan tujuan,

terjadi di dunia maya dan dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan

karakteristik Cyberbullying menurut Safaria, dkk (2016) adalah

perilaku cyberbullying dilakukan berulang-ulang, menyiksa secara

psikologis, dilakukan dengan tujuan, dan terjadi di dunia maya.


48

4. Bentuk-bentuk Cyberbullying

Patchin dan Hinduja (2012) menjelaskan perilaku-perilaku yang

dapat dikategorikan sebagai cyberbullying :

a. Memposting komentar yang jahat dan menyakitkan tentang orang lain

secara online.

b. Memposting foto yang memalukan yang menyakiti perasaan orang lain.

c. Memposting video yang memalukan yang menyakiti perasaan orang

lain.

d. Membuat tautan/webpage yang menjelekkan orang lain.

e. Menyebar rumor orang lain secara online.

f. Menganggu seseorang melalui pesan teks.

g. Menganggu seseorang secara online.

h. Berpura-pura menjadi orang lain kemudian bertindak kejam dan

menyakitkan.

Kowalsky (2019) mengemukakan perilaku yang dikategorikan

sebagai sebagai perilaku cyberbullying :

a. Flaming yaitu berargumen atau bertengkar di media sosial dengan

mengirim pesan teks dengan kata-kata yang frontal dan dipenuhi

kemarahan

b. Harrasment yaitu pesan gangguan pada email, sms, maupun pesan teks

di jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus.

c. Denigration yaitu menyebar informasi palsu orang lain di internet

dengan maksud merusak reputasi orang tersebut


49

d. Impersonationyaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan

pesan –pesan/ status di media sosial sehingga orang lain mengira pesan

/status tersebut milik korban

e. Outing dan Trickey yaitu membujuk seseorang agar mendapatkan

informasi atau foto rahasianya dan kemudian menyebarkannya untuk

mempermalukannya.

f. Exclusion yaitu mengucilkan atau mengabaikan seseorang di kelompok/

grup media sosial

g. Cyberstalking yaitu mengirim pesan berulang yang berupa ancaman

atau intimidasi

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk

cyberbullying menurut Patchin dan Hinduja (2012), adalah memposting

komentar yang jahat dan menyakitkan tentang orang lain secara online,

memposting foto yang memalukan yang menyakiti perasaan orang lain,

memposting video yang memalukan yang menyakiti perasaan orang lain,

membuat tautan/webpage yang menjelekkan orang lain, menyebar rumor

orang lain secara online, menganggu seseorang melalui pesan teks,

menganggu seseorang secara online dan berpura-pura menjadi orang lain

kemudian bertindak kejam dan menyakitkan. Sedangkan, bentuk-bentuk

cyberbullying menurut Kowalsky (2012), adalah flaming, harrasment,

denigration, impersonation, outing dan trickey, exlusion, cyberstaking.

Bentuk Cyberbullying yang dipaparkan oleh Kowalsky, (2012),

akan digunakan peneliti sebagai alat ukur dalam mengetahui perilaku


50

cyberbullying pada remaja karena bentuk-bentuk cyberbullying tersebut

sudah beberapa kali digunakan sebagai patokan alat ukur dalam penelitian

serta penjelasan mengenai bentuk-bentuk cyberbullying jelas dan mudah

dimengerti.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying.

Menurut Pandie dan Weismann, (2016) ada 3 faktor yang

menyebabkan perilaku cyberbullying, meliputi :

a. Prediktor keluarga

Khatryn (2012) mengutip pendapat Schwart, Shields dan

Cichetty menjelaskan bahwa keterlibatan dalam membullying orang lain

berkatian dengan pediktor keluarga, seperti kelekatan yang insecure,

pendisiplinan fisik yang keras, dan korban pola asuh orang tua yang

overprotektif.

b. Faktor Internal

Perilaku yang bisa menuju pada kriminalitas, merupakan wujud

kegagalan pada seorang individu dalam mengontrol dirinya terhadap

dorongan-dorongan instintifnya. Individu tidak bisa mengendalikan

dorongan-dorongan dalam nalurinya dan tidak bisa menyaurkan dalam

hal-hal yang berguna atau bermanfaat (Kartono 2013).

Individu yang tidak dapat mengendalikan dirinya, baik pikiran

maupun emosinya adalah ciri-ciri individu yang tidak memiliki

kematangan emosi yang baik. Walgito (2014), menyatakan karakteristik


51

kematangan emosi yang baik salah satunya adalah pengendalian emosi

dan pikiran.

c. Faktor Eksternal atau Eksogen

Faktor eksternal atau eksogen yang dikenal dengan pengaruh

alam sekitar, faktor sosial, atau faktor sosiologis yang adalah semua

perangsang dan pengaruh luar yang bisa menyebabkan munculnya suatu

perilaku tertentu (tindak kekerasan, kejahatan masal, dan kekerasan

lainnya). Kelompok teman sebaya dan lingkungan atau iklim sekolah

juga memperngaruhi individu untuk melakukan cyberbullying.

Menurut Syam (2015) dalam Karyanti & Aminudin (2019) ada dua

faktor seseorang melakukan cyberbullying yaitu :

a. Faktor yang bersumber dari dalam diri cyberbullies (faktor intern).

Tidak adanya rasa bersalah dari cyberbullies kriminalitas, cyberbullies

memang tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu adalah perbuatan

yang dilarang oleh undang-undang. Faktor lainnya yang menjadi

penyebab terjadinya perilaku cyberbullying yaitu karena perasaan emosi

akibat kecemburuan, dendam, sakit hati, kekecewaan dan kurang

percaya diri.
52

b. Faktor yang bersumber dari luar diri cyberbullies (faktor ekstern)

Faktor perkembangan teknologi faktor adanya kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi yang mempermudah individu untuk

berinteraksi dengan individu lainnya. Menurut Quiroz, dkk (dalam

Karyanti & Aminudin (2019) sedikitnya terdapat tiga faktor yang

menyebabkan perilaku cyberbulying yaitu hubungan keluarga, tradisi

dan pengaruh media.

6. Pengukuran perilaku Cyberbullying

Untuk menilai variabel perilaku Cyberbullyingpada penelitian

menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan. Dengan

alternatif jawaban :

STS : Bila anda “Sangat Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut.

TS : Bila anda “Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut.

S : Bila anda “Sesuai” dengan pernyataan tersebut

SS : Bila anda “Sangat Sesuai” dengan pernyataan tersebut

Kemudian jawaban yang diberikan responden pada kuesioner

dikalkulasikan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Beresiko :> mean (64,1)

b. Tidak beresiko : < mean (64,1)


53

E. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut ini :
Perkembangan psikologi remaja :
1) Masih memperlihatkankedekatan serta ketergantungan
Remaja denganorangtua.
2) Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
3) Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan
kemandirian
Kenakalan Remaja

Dampak Positif :
1) Memperluas jaringan pertemanan.
Faktor yang 2) Remaja akan termotivasi untuk belajar
Mengembangkan
mempengaruhi mengembangkan diri.
bentukperilaku
yangmenyimpang • Faktor internal 3) Memudahkan dalam memperoleh informasi.
• Faktor eksternal 4) Menjadi lebih bersahabat, perhatian dan empati.
5) Mengembangakan keterampilan teknis dan memiliki
jiwa sosial.
6) Media sharing atau berbagi.
7) Tempat iklan.
8) media diskusi, media dakwah, tukar informasi dan
mengajak kebaikan
(Aida Rismana, 2016)

Media sosial :
Dampak Negatif :
- Twitter
1) Kecanduan.
- Facebook
2) Menggangu kesehatan
- Blog
3) Malas berkomuniksi di dunia nyata.
- WhatsApp
4) Lebih mementingkan diri sendiri..
(Endri Kusumaratih, 2017) 5) Malas belajar.
6) kurangnya sopan santun.
Faktor internal : 7) Tidak ada aturan.
1. Perasaan emosi akibat 8) Penipuan.
kecemburuan 9) Pornografi.
2. Dendam 10) Carding.
3. Sakit hati 11) Perjudian
4. Kekecewaan. (Aida Rismana, 2016)
5. Kepercayaan diri
(Syam, 2015)

Perilaku cyberbullying :
Faktor eksternal : - Perilaku cyberbullying yang dilakukan berulang-
1. Hubungan keluarga ulang
Tradisi - Menyiksa secara psikologis
2. Pengaruh media. - Cyberbullyingdilakukan dengan tujuan.
(Syam, 2015) - Terjadi di dunia maya
(Safaria dkk, 2016)

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying
di Media Sosial Pada Remaja
Sumber : (Endri Kusumaratih, 2017), (Aida Rismana, 2016), (Syam, 2015), (Safaria dkk, 2016)
54

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan kerangka teori, dapat disusun

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepercayaan Perilaku
Diri Cyberbullying

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying
di Media Sosial Pada Remaja
55

G. Defenisi Operasional

Tabel 2.1
Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara Hasil ukur Skala


Ukur Ukur
1. Variabel
Independen
Kepercayaan Salah satu Kuesioner Angket 1. Baik : > mean Nominal
Diri aspekkepribadian (58,4)
yang berupa 2. Kurang Baik :
keyakinan akan < mean (58,4)
kemampuan diri
seseorang
sehinggatidak
terpengaruh oleh
orang lain dan dapat
bertindak sesuai
kehendak,gembira,
optimis, cukup
toleran, dan
bertanggung jawab.
2. Variabel
Dependen
Perilaku Perilaku berulang Kuesioner Angket 1. Tidak Nominal
cyberbullying yang ditujukan untuk beresiko : <
menakuti, membuat mean (64,1)
marah, atau 2. Beresiko :>
mempermalukan mean (64,1)
mereka yang menjadi
sasaran di medi
sosial.

H. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di

media sosial pada remaja di SMAN 16 Kota Padang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko

dengan faktor efek dalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan

antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial pada

remaja. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectionalyaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan

efek, dengan cara pendekatan, observasional atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan diSMAN 16 Padang yang terletak di

Jalan Bukit Napa No.1 Kecamatan Kuranji Kota Padang. Waktu penelitian

mulai dari bulan Maret 2022 sampai dengan bulan September 2022.

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 12 Maret s/d 10 Juni 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

56
57

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I

– II SMAN 16 Padang yang berjumlah 656 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalampenelitian ini,

teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai

berikut:

N
n =
1 + N (d 2 )

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d2 = Penyimpangan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

656
n =
1 + 656 (0,12 )

656
n = = 86,7
7,56

n = 87

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 87 orang. Teknik

sampling digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random

sampling dengan jenis pengambilan sampel secara proporsional sampel

dengan rumus sebagai berikut :

Populasi per kelas


Sampel = x Total Sampel (n)
Total semua populasi
58

Table 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel

Perhitungan Jumlah Sampel


No Kelas Jumlah siswa Perhitungan Jumlah sampel
1 X IPA1 34 34 : 656 x 87 5
X PA2 38 38 : 656 x 87 5
X PA3 35 35 : 656 x 87 5
X PA4 36 36 : 656 x 87 5
X PA5 35 35 : 656 x 87 5
2 X IPS1 34 34 : 656 x 87 5
X IPS2 36 36 : 656 x 87 5
X IPS3 36 36 : 656 x 87 5
X IPS4 36 36 : 656 x 87 5
X IPS5 35 35 : 656 x 87 5
X IPS6 34 34 : 656 x 87 5
3 XI IPA1 40 40 : 656 x 87 5
XI IPA2 39 39 : 656 x 87 5
XI IPA3 40 40 : 656 x 87 5
4 XI IPS1 37 37 : 656 x 87 5
XI IPS2 39 39 : 656 x 87 5
XI IPS3 37 37 : 656 x 87 5
XI IPS4 35 35 : 656 x 87 5
Jumlah 656 656 : 656 x 87 87

Untuk pengambilan sampel masing-masing kelas dilakukan secara acak

menggunakan sistem lotre/undian. Adapun kriteria sampel dalam penelitian

ini sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi (memenuhi syarat) :

1) Responden adalah siswa dan siswi SMAN 16Kota Padang Kelas X-

XI.

2) Bersedia jadi responden

3) Berada ditempat saat dilakukan penelitian

b. Kriteria Eksklusi :

1) Mengundurkan diri atau tidak patuh selama penelitian berlangsung

2) Saat penelitian tidak ada ditempat


59

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden dengan membagikan

kuesioner. Adapun langkah-langkah pengumpulan data primer adalah

sebagai berikut :

1) Peneliti mengurus perizinan dari institusi pendidikan (Keperawatan

STIkes Alifah Padang) kepada Dinas Pendidikan

2) Setelah proses pengurusan surat di Dinas Pendidikan selesai, Peneliti

menyerahkan surat kepada Kepala Sekolah.

3) Setelah mendapatkan izin peneliti menemui responden untuk dilakukan

pengumpulan data.

2) Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari sekolah meliputi profil Sekolah

berupa data jumlah siswa. Data sekunder ini peneliti dapatkan saat

melakukan penelitian.

E. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan(Editing)

Setelah semua kuesioner lengkap diisi oleh responden, maka peneliti

melakukan pemeriksaan lembaran kuesioner tersebut dan semua kuesioner

sudah lengkap dan benar.


60

2. Pengkodean (Coding)

Setelah semua kuesioner dipastikan lengkap dan benar, maka langkah

selanjut yang peneliti lakukan memberi kode setiap masing-masing jawaban

responden. Untuk variabel kepercayaan diri bila jawaban sangat setuju (SS)

diberi kode 4, setuju (S) diberi kode 3, tidak setuju (TS) diberi kode 2 dan

sangat tidak setuju (STS) diberi kode 1. Sedangkan untuk variabel perilaku

cyberbullying bila jawaban sangat setuju (SS) diberi kode 4, setuju (S)

diberi kode 3, tidak setuju (TS) diberi kode 2 dan sangat tidak setuju (STS)

diberi kode 1.

3. Memasukkan Data (Entry Data)

Setelah semua jawaban diberi kode, maka langkah selanjutnya peneliti

memasukkan kode tersebut dalam master tabel menggunakan program

microsoft exel untuk olah menggunakan program SPSS.

4. Pembersihan Data (Cleaning Data)

Setelah semua data selesai dientry, maka langkah selanjut peneliti

melakukan pengecekkan kembali data yang sudah selesai di entry dan

semua data sudah bersih dari kesalahan dan sudah bisa lanjutkan analisis

data.

5. Tabulasi Data (Tabulating)

Setelah semua data dipastikan bersih dari kesalahan, maka langkah selanjut

peneliti melakukan penataan data kemudian menyusun data dengan

membuat tabel distribusi frekuensi berdasarkan kriteria.


61

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

kepercayaan diri dan perilaku cyberbullyingdalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase.

a. Kepercayaan diri

Untuk menganalisa variabel kepercayaan diri ditentukan dengan

cara menilai dengan 20 pertanyaan, dimana masing-masing pertanyaan

tersebut diberi nilai, kemudian dikalkulasikan dan dicari nilai mean

(rata-rata) kelompok. Untuk menginterpretasikan data digunakan nilai

rata-rata (Mean ) dengan rumus :

X=
 X (X
i 1 + X 2 + X 3 + .......X n )
n (jumlah banyak sampel)

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)


∑ = Jumlah
n = Banyak nilai
X = Data nilai dari masing-masing responden
i = Pengamatan

Setelah dipatkan nilai rata-ratanya kemudian skor masing-

masing responden di bandingkan dengan nilai mean kelompok yang

sudah didapatkan dan di kategikan menjadi dua kelompok yaitu :

1) Baik : < mean (58,4)

2) Kurang Baik : > mean (58,4)


62

b. Perilaku cyberbullying

Untuk menganalisa variabel perilaku cyberbullying ditentukan

dengan cara menilai dengan 30 pertanyaan, dimana masing-masing

pertanyaan tersebut diberi nilai, kemudian dikalkulasikan dan dicari

nilai mean (rata-rata) kelompok. Untuk menginterpretasikan data

digunakan nilai rata-rata (Mean ) dengan rumus :

X=
 X (X
i 1 + X 2 + X 3 + .......X n )
n (jumlah banyak sampel)

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)


∑ = Jumlah
n = Banyak nilai
X = Data nilai dari masing-masing responden
i = Pengamatan

Setelah dipatkan nilai rata-ratanya kemudian skor masing-

masing responden di bandingkan dengan nilai mean kelompok yang

sudah didapatkan dan di kategikan menjadi dua kelompok yaitu :

1) Beresiko :> mean (64,1)

2) Tidak beresiko : < mean (64,1)


63

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan kepercayaan

diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial menggunakan uji Chi-

Square dengan derajat kepercayaan 95% dengan α = 0,05, jika p ≤ α (0,05)

maka hipotesis nol (Ha) diterima, artinya ada hubungan antara kepercayaan

diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial.

Analisis bivariat pada penelitian menggunakan tabel silang 2x2.

Hasil uji chi-square yang digunakan adalah continuity correction adalah

tidak ada nilai harapa (nilai Expected count) kurang dari 5.


64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Distrbusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Remaja
di SMAN 16 Kota Padang

No. Jenis Kelamin f %


1. Laki-laki 52 59,8
2. Perempuan 35 40,2
Jumlah 87 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh

(59,8%) responden berjenis kelamin laki-laki.

2. Usia

Tabel 4.2
Distrbusi Frekuensi Usia Pada Remaja
di SMAN 16 Kota Padang

No. Usia f %
1. 15 tahun 2 2,3
2. 16 tahun 13 14,9
3. 17 tahun 62 71,3
4. 18 tahun 10 11,5
Jumlah 87 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh

(71,3%) responden berumur 17 tahun.


65

B. Analisis Univariat

1. Kepercayaan Diri

Tabel 4.3
Distrbusi Frekuensi Kepercayaan Diri Pada Remaja
di SMAN 16 Kota Padang

No. Kepercayaan Diri f %


1. Baik 43 49,4
2. Kurang Baik 44 50,6
Jumlah 87 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh

(50,6%) responden memiliki kepercayaan diri yang kurang baik.

2. Perilaku Cyberbullying

Tabel 4.4
Distrbusi Frekuensi Perilaku Cyberbullying Diri Pada Remaja
di SMAN 16 Kota Padang

No. Perilaku f %
Cyberbullying
1. Tidak Beresiko 41 47,1
2. Beresiko 46 52,9
Jumlah 87 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh

(52,9%) responden memiliki perilaku cyberbullying yang beresiko.


66

C. Analisis Bivariat

Tabel 4.5
Hubungan AntaraKepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying
di Media Sosial Pada Remaja di SMAN 16 Kota Padang

Perilaku Cyberbullying
Kepercayaan Tidak Total
Beresiko P value
Diri Beresiko
f % f % f %
Baik 29 67,4 14 32,6 43 100,0
Kurang Baik 12 27,3 32 72,7 44 100,0 0,000
Jumlah 41 47,1 46 52,9 87 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa perilaku

cyberbullying yang beresiko lebih banyak terjadi pada responden yang

memiliki kepercayaan diri yang kurang baik (72,7%) dibandingkan dengan

responden yang memiliki kepercayaan diri yang baik (32,6%).

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000

(p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antarahubungan

antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di Media Sosial Pada

Remaja di SMAN 16 Kota Padang.


67

BAB V

PEMBAHASAN

A. Kepercayaan Diri Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separo

(50,6%) responden memiliki kepercayaan diri yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah

Asmara Putri (2021) tentang hubunngan kepercayaan diri terhadap perilaku

cyberbullying media sosial pada remaja, hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa 58% remaja memiliki kepercayaan diri yang kurang baik.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki

kepercayaan diri rendah. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu

yang membuat dirinya merasa mampu untuk mengembangkan penilaian positif

baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya

(Indriyati, 2016). Kepercayaan diri seseorang terdiri dari faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi, konsep diri, harga diri, kondisi fisik,

dan pengalaman hidup, sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan,

pekerjaan dan lingkungan (Widjaja, 2016).

Menurut Hasbullah dalam Anggelina (2022) rasa percaya diri yaitu

suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilkinya

dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mecapai berbagai

tujuan dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki

kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan

mempunyai tujuan yang realistis, artinya individu tersebut akan membuat


68

tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan

akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan

telah ditetapkan.

Orang dengan rasa percaya diri yang rendah, mereka menunjukkan

perilaku pesimis dan melihat bahwa semua situasi yang mereka hadapi adalah

negatif. Seseorang yang kurang percaya diri memiliki rasa percaya diri yang

rendah, sehingga orang tersebut mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga

menyebabkan orang tersebut tidak percaya bahwa dirinya mampu menghadapi

kondisi sosial sekitarnya (Beatrik, 2019).

Kepercayaan diri merupakan hasil dari proses pembentukan identitas.

Identifikasi diri yang jelas mengarah pada tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Identitas yang kabur akan mengurangi rasa percaya diri. Kepercayaan diri

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi

dengan orang lain. Pada remaja terdapat masa-masa yang dimana dirinya

berubah menjadi negatif seperti hilangnya kepercayaan diri. Salah satu

contohnya adalah mendapatkan perilaku cyberbullying di media sosial.

Kepercayaan diri sangat penting bagi kehidupanseseorang. Kepercayaan diri

merupakan hasil remaja mencari jati diri dan memiliki pengaruh yang besar

terhadap interaksi interpersonalnya (Annisa, Yuliadi, & Nugroho, 2020).

Menurut asumsi peneliti bahwa kepercayaan diri yang dimiliki remaja

pada penelitian ini paling banyak adalah kepercayaan diri kurang baik. Hal ini

disebabkan karena mereka menunjukkan perilaku pesimis dan melihat bahwa

semua situasi yang mereka hadapi adalah negatif. Terbukti dari hasil analisis
69

kuesioner didapatkan 71,3% remaja yang tidak menerima setiap kritikan dari

orang lain demi kebaikannya, 51,7% tidak dapat menghargai orang lain yang

berbeda prinsinya dengannya dan 64,4% tidak dapat berfikir secara obyektif

dalam menghadapi suatu masalah.

B. Perilaku Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separo

(52,9%) responden memiliki perilaku cyberbullying yang beresiko.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah atau

sedang menerima perilaku bullying berjenis kelamin perempuan dengan jumlah

35 responden (40,2%) dan laki – laki 52 responden (59,8%). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah atau sedang

menerima perilaku bullying beresiko berjumlah 46 responden (52,9%) dan

bullying tidak beresiko berjumlah 41 responden (47,1%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2013)

dengan judul Depresi Pada Remaja Korban Bullying mengatakan bullying dapat

menimbulkan persaan tidak aman pada remaja dengan berkurangnya dukungan

sosial dan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk diterima pada lingkungan teman

sebaya.

Menurut Wiryada dkk (2021), bullying adalah tindakan perilaku agresif

yang bertujuan untuk melukai korban. Perilaku bullying dapat berupa bullying

fisik seperti menampar atau mencederai dan dapat juga berupa bullying verbal

seperti mengolok-olok, memaki atau mengancam. Sejiwa (2020), mengatakan

bullying adalah situasi penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan suatu kelompok.


70

Kekuataan yang dimiliki bukan hanya kekuatan fisik, namun juga mental.

Perilaku tersebut membuat korban menjadi merasa tertekan, trauma dan merasa

tak berdaya. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku cyberbullying

adalah kecerdasan sosial, kontrol orangtua yang rendah, serta pengawasan

orangtua terhadap pemakaian sosial media pada remaja dan dukungan sosial

dari orang terdekat (Underwood & Ehrenreich, 2017).

Menurut asumsi peneliti bahwa masih banyak remaja memiliki perilaku

cyberbullying yang beresiko. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kuesioner

dimana didapatkan 52,9% sengaja memposting foto-foto aib seseorang di

jejaring sosial secara berulang. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh

gejolak emosi negatif dari individu itu sendiri. Dalam perubahan sosio-

emosional yang mencakup meningkatnya usaha untuk memahami diri sendiri

serta pencarian identitas, remaja tidak hanya melibatkan pemahaman diri

namun juga melakukan evaluasi terhadap dirinya. Perilaku cyberbullying yang

beresiko ini sering dilakukan oleh remaja yang menggunakan media sosial

instagram dan whattsapp.

C. Hubungan AntaraKepercayaan Diri dengan Perilaku Cyberbullying

Berdasarkan hasil penelitian didapatkanbahwa perilaku cyberbullying

yang beresiko lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki kepercayaan

diri yang kurang baik (72,7%) dibandingkan dengan responden yang memiliki

kepercayaan diri yang baik (32,6%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi-

square didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang


71

signifikan antara hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku

cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMAN 16 Kota Padang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah

Asmara Putri (2021) tentang hubungan kepercayaan diri terhadap perilaku

cyberbullying media sosial pada remaja, menemukan bahwa adanya hubungan

kepercayaan diri terhadap perilaku cyberbullying media sosial pada remaja.

Berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh Putri (2021) diperoleh dalam

uji hipotesis statistik parameter dengan teknik uji korelasi Pearson product

moment adalah sig. 0,832 (p> 0,05), sehingga dapat dikatakan tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian

yang dilakukan (Musharraf, Bauman, Anis-Ul-Haque, & Malik, 2018)

menyatakan individu yang mengalami cyberbullying mempunyai keprcayaan

diri yang rendah dibanding dengan yang tidak mengalami cyberbullying di

internet.

Seperti yang diungkapkan oleh studi komprehensif yang dilakukan oleh

A Gorzig dan Olafsson K di 25 negara / wilayah, kasus cyberbullying sebagian

besar dilakukan oleh remaja perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Di

negara-negara ini, lebih dari 25.000 berpartisipasi Penulis menyatakan bahwa

remaja perempuan lebih cenderung menjadi korban bullying di media social

(Cohen, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairani, Suryadi, &

Wahyuni (2018) menunjukkan bahwa variabel harga diri dan jenis kelamin

berpengaruh signifikan terhadap perilaku cyberbullying. (Muliasari, 2019)

mengatakan dari sudut pandang patologi sosial, penyebab terjadinya perilaku


72

cyberbullying adalah penyimpangan yang terjadi ketika seseorang menjelma

menjadi komponen yang mempengaruhi keadaan. Penyimpangan tersebut

terjadi karena pelaku atau orang lain merasionalkan penyimpangan tersebut,

dan pengaruh pribadi tidak dapat menyatu dengannya. Alasan penyimpangan

tersebut adalah karena ada keinginan yang tidak terpenuhi yang mendorongnya

untuk melenyapkan orang lain. Orang tersebut merasa terlalu pintar, menjadi

egois, dan melihat bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah gratis.

Penelitian yang dilakukan di Instanbul yang melibatkan 185 siswa

menengah pertama kelas 8, kepercayaan diri mempunyai peran yang sangat

signifikan terhadap korban bullying (Bingöl, 2018). Berdasarkan penelitian,

jenis kelamin dapat menentukan tinggi rendahnya kepercayaan diri seseorang,

dimana dapat dilihat bahwa remaja laki-laki memiliki kepercayaan diri yang

lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan ketika mendapatkan

bullying di media sosial. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku

cyberbullying adalah kecerdasan sosial, kontrol orangtua yang rendah, serta

pengawasan orangtua terhadap pemakaian sosial media pada remaja dan

dukungan sosial dari orang terdekat (Underwood & Ehrenreich, 2017).

Menurut asumsi peneliti bahwa masih ditemukan ada beberapa remaja

yang pernah atau sedang menerima perilaku bullying memiliki kepercayaan diri

yang kurang baik, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu remaja

tersebut kurang bisa mengungkapkan perasaan, selain itu keadaan yang dialami

subjek di luar lingkungan sekolah serta kejadian buruk yang terjadi di masa lalu.
73

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lebih dari separuh (50,6%) responden memiliki kepercayaan diri yang

kurang baik.

2. Lebih dari separuh (52,9%) responden memiliki perilaku cyberbullying

yang beresiko.

3. Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000

(p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan

antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di Media Sosial Pada

Remaja di SMAN 16 Kota Padang.

B. Saran

Saran yang diberikat terkait penelitian tentang kepercayaan diri dengan

cyberbullying di masa yang akan datang beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Bagi peneliti kedepannya diharapkan agar mampu untuk mengontrol

variabel yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap cyberbullying

seperti usia, jenis kelamin, keaktifan dalam bermain jejaring social, serta

budaya dan daerah remaja agar dapat agar dapat memperoleh informasi

yang lebih banyak lagi terkait hubungan antara kepercayaan diri dengan

perilaku cyberbullying pada remaja.


74

2. Bagi siswa, siswa perlu memahami lagi mengenai pengertian perilaku

cyberbullying karena banyak siswa yang tidak mengetahui tentang perilaku

cyberbullying sehingga mereka melakukan perilaku tersebut tanpa rasa

bersalah dan memahami mengenai dampak baik bagi pelaku atau pun korban

karena perilaku ini memiliki banyak dampak negatif yang tidak baik untuk

dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Aida Rismana. 2016. Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Motivasi Belajar Siswa-
Siswi Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Geografi,3(5) : 39-50
Anggelina, 2022. Analisis Kepercayaan Diri Siswa SMP Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Masa Pandemi’, Jurnal ABSIS, 4(1), 349-355.
https://doi.org/10.30606/absis.v4i1.902
Annisa, Yuliadi, & Nugroho, 2020. Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri Dengan
Intensitas Penggunaan Media Sosial Whatsapp Pada Mahasiswa Kedokteran
2018. Jurnal Wacana. Vol 12 No. 1
Adawia, 2018. Kesulitan Guru DalamMengimplementasikan Penilaian Autentik.
Jurnal JurusanPGMI, 131-152
Asmara Putri, 2021. Hubunngan kepercayaan diri terhadap perilaku cyberbullying
media sosial pada remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan.
Beatrik, 2019. Jurnal Peningkatan Mutu Perawat Dan
Asuhan Keperawatan Melalui Evaluasi Keperawatan.
Bingöl, 2018. Unconditional Self-Acceptance and Perfectionistic Cognitions as
Predictors of Psychological Well-Being. Journal of Education and Training
Studies, 7(1), 67-75.
Cohen, 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung. Alfabeta
Chairani, Suryadi, & Wahyuni. 2018. Pengaruh Harga Diri Dan Gender Terhadap
Cyberbullying Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Volume 11 No.1, Juni
2018
Dhamayanti, Asmara, 2017. Remaja: Kesehatan dan
permasalahannya. Jakarta : IDAI.
Dinas Pendidikan Kota Padang, 2021. Profil Pendidikan Kota Padang. Diknas.
Diananda, A. 2018. Psikologi Remaja danPermasalahanya. Istiqhna. 1(1).116-132.
Endri Kusumaratih, 2017. Renik Media Sosial. Hadila, h, 9.16

Ghufron & Risnawati, 2019. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-. Ruzz Media
Group
Gunarsa, 2018.Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan. Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Indriyati, 2016. Hubungan body image dengan kepercayaan diri remaja putri.
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling. 110-113
Indah Asmara Putri, 2021. Hubungan kepercayaan diri terhadap perilaku
cyberbullying media sosial pada remaja. Jurnal Penelitian
Jannah, M. 2016. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangan Dalam Islam. Jurnal
Psikoislamedia Vol. I , 2-4.
Kartono, 2013.Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan. Bandung:
PenerbitMandar Maju.
Karyati & Aminudin, 2019. Cyberbullying & Body shaming,. Yogyakarta: Penerbit
K-Media
Kotler & Keller. 2018. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks
Kowalsky, 2012.Electronic Bullying Among Middle
School Students. Journal of Adolescent Health, 41(6), 22–30.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2007.08.017
Mawar & Adi 2021. Faktor-faktoryang mempengaruhi cyberbullying
pada remaja. Prosiding SeminarNasional Magister Psikologi
Universitas AhmadDahlanISSN:2715-7121. 309-403.
Muliasari, 2019. Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak
(Studi Kasus Di Mi Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo). Skripsi : Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo
Musharraf, S., Bauman, S., Anis-Ul-Haque, M., & Malik, J. A. (2018).
Development and validation of ICT self-efficacy scale: Exploring the
relationship with cyberbullying and victimization. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 15(12).
https://doi.org/10.3390/ijerph15122867
Ningrum& Amna, 2020. Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental pada
Remaja. INSANJurnal Psikologi dan Kesehatan Mental. Vol. 5(1), 35-48
doi: 10.20473/jpkm.v5i12020.35-48
Nugroho, 2012. Hubungan Stres Terhadap Gula Darah Karyawan. Pabrik Tekstil.
Jurnal Kesehatan
Lauser, 2019. Tes Kepribadian (terjemahan D. H. Gulo). Jakarta: Bumi Aksara.
Lugo & Hersey 2019. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kepercayaan Diri
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Satya Kisma Usaha Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Kapital: Jurnal Ilmu Manajemen Volume 02, No 01,
Maret 2020 Hal 33-46

Pandie dan Weismann, 2016.Pengaruh Cyberbullying di MediaSosial Terhadap


Perilaku Reaktif Sebagai Pelku Maupun Sebagai KorbanCyberbullying
Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar. JurnalJaffary, vol. 14 no. 1
Putri, 2021. Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Perilaku Cyberbullying Media
Sosial Pada Remaja. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Ramadhani, 2013. Depresi Pada Remaja Korban Bullying mengatakan bullying.
Jurnal Penelitian Kesehatan.
Rifga Alza N. A, 2020.Hubungan Antara Persepsi Terhadap Cyberbullying dengan
Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Dewasa Awal.
SkripsiUniversitas Esa Unggul.
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan
Sosioteknologi. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media
Safaria dkk, 2016. Pengaruh BimbinganPreceptorship Model Kognitif Sosial
Terhadap PeningkatanKompetensi Klinik pada Mahasiswa.
PSIKOPEDAGOGIA. 2016. Vol.5, No. 1. ISSN: 2301-6167
Sejiwa. 2017. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan LingkunganSekitar
Anak. Jakarta: Grasindo.
SIMFONI-PPA, 2021. Rasio Anak Korban Kekerasan.
Sugiyono. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta.
Sungkar dan Partini, 2015.Sense of Humor sebagai Langkah
Meningkatkan Kepercayaan Diri Guru PPL dalam Proses Belajar
Mengajar.Jurnal Indigenous. Volume 13, Nomor 1, Mei 2015, Hal 92-101,
ISSN. 0854-2880
Sri Lestari, 2018. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cyber
Bullying Pada Kalangan Remaja. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 18 (2),
257-262. https://doi.org/10.31294/jc.v18i2
Syam, 2015. Komunikasi Transendental Prespektif Sains
Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tondeur, J., Van Braak, J., & Valcke, M.(2007). Curricula and the use of ICTin
education: Two worlds apart?British Journal of EducationalTechnology,
38(6), 962–976.https://doi.org/10.1111/j.1467-8535.2006.00680.x
Unicef, 2021. 70% remaja dunia jadi korban
kekerasan online. Diakses tanggal 20 Desember 2021 dari :
https://www.aa.com.tr/id/dunia/unicef-70-remaja-dunia-jadi-
korban-kekerasan-online/1385034#
Vydia dkk, 2010.Pengaruh sosial media terhadap
komunikasi interpersonal dan cyberbullying pada remaja. Jurnal
Transformatika, 12(1), 14-18
Walgito, 2014.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Insan Cita.
Widjaja, 2016. Hubungan Antara Percaya Diri Dengan Penyesuaian Sosial Siswa
Kelas X Di Sma Negeri 3 Bantul. Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta
Wiryada dkk, 2017.GambaranCyberbullying pada Remaja Pengguna Jejaring
Sosial di SMA N 1 danSMA N 2 Ungaran. Jurnal Psikologi Ilmiah, 9 (1), 87.
Lampiran 1

RENCANA BIMBINGAN SKRIPSI DAN SKRIPSI


MAHASISWA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG TAHUN AJARAN 2021/2022

Tahun 2022
No. Kegiatan Maret Apri Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyerahan topik/judul penelitian
2 Bimbingan Skripsi
3 Pendaftaran dan Ujian Skripsi
Perbaikan Skripsi dan Penyerahan
4
Pengesahan Skripsi
5 Penelitian dan konsultasi penelitian
6 Pendftaran dan Ujian Hasil
7 Perbaikan Skripsi dan Pengesahan Skripsi
8 Persiapan Yudisium
12 Yudisium

Pembimbing I Pembimbing II Padang, September 2022


Peneliti

Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep Syerly Nurhasanah Febriani
Lampiran 2

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth. :
Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Alifah Padang bermaksud akan mengadakan penelitian :
Nama : Syerly Nurhasanah Febriani
NIM : 18101050123
Alamat : Padang
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Kepercayaan
Diri dengan Perilaku Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMA N
16 Padang”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan Sdra/Sdri sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
untuk keperluan penelitian.
Apabila Sdra/Sdri menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan
Sdra/Sdri untuk mendantangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Atas perhatian saudara saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Syerly Nurhasanah Febriani


Lampiran 3

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Informed Consent

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

saudara Syerly Nurhasanah Febriani mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Alifah Padang dengan judul “Hubungan Kepercayaan Diri

dengan Perilaku Cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMA N 16

Padang”.

Demikianlah persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa

paksaan.

Padang, September 2022

Responden

( )
Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER

No. Variabel Nomor Item Jumlah Item


4. Kepercayaan Diri 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 20
11,12,13,14,15,16,17
18,19,20
5. Perilaku Cyberbullying 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 30
11,12,13,14,15,16,17
18,19,20,21,22,23,24
25,26,27,28,29,30
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU


CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA
DI SMA N 16 PADANG

A. Identitas Responden

1. Inisial : …………………..
2. Jenis Kelamin : (L / P)
3. Usia Saat ini : ……………tahun
4. Jejaring Sosial yang digunakan (boleh pilih lebih dari satu)
a. Facebook
b. Youtube
c. Twitter
d. Instragram
e. Tik Tok
f. LINE
g. WhatsApp
h. Email
i. Lainnya………..

B. Kuesioner Kepercayaan Diri


PETUNJUK PENGISIAN :
3. Bacalah pertanyaan-pertanyaan pada lembar berikut, kemudian kerjakan
dengansungguh-sungguh sesuai dengan keadaan anda
4. Sebaiknya jawaban bersifat spontan dan tidak didasarkan atas apa yang
subjek anggapwajar
5. Usahakan jangan sampai ada nomor yang terlewat, dan perlu subjek ketahui
bahwasemua data adalah rahasia.
6. Semua jawaban adalah benar, dan tidak ada jawaban yang salah, sesuai
dengankeadaan subjek .
7. Pada angket terdapat beberapa pertanyaan yang diikuti oleh mpat alternatif
jawaban,yaitu : SS, S, TS, STS
Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan subjek dengan memberi
tandasilang (x) pada jawaban :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya menerima setiap kritikan dari orang lain
demi kebaikan saya
2. Saya menganggap diri saya sama dengan orang
yang saya idolakan
3. Saya tidak putus asa ketika pendapat saya
ditolak orang lain
4. Saya selalu membuat rencana-rencana kegiatan
yang sesuai sengan kemampuan saya
5. Biasanya saya lebih senang apabila saya dapat
mandiri
6. Saya tidak percaya diri dengan kondisi tubuh
saya sekarang ini
7. Saya menghargai orang lain yang berbeda
prisnsip dengan saya
8. Bila suatu ketika ada teman yang menyakiti
perasaan saya, saya mudah memaafkannya
tanpa dia meminta maaf terlebih dahulu
9. Saya memahami diri saya sendiri
10. Saya akan menunggu orang lain terlebih
dahulu untuk mengambil suatu tindakan
11. Kegagalan yang saya alami menimbulkan
kekecewaan dalam diri saya
12. Saya biasanya menyelesaikan persoalan saya
sendiri tanpa bantuan orang lain
13. Saya akan menjaga penampilan di manapun
saya berada
14. Sulit bagi saya untuk melupakan
kegagalankegagalan yang pernah saya alami
15. Biasanya saya selalu berfikir secara obyektif
dalam menghadapi suatu masalah
16. Saya merasakan banyak kekurangan pada
tubuh saya
17. Saya selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh
saya
18. Saya selalu merasa yakin dapat mengerjakan
pekerjaan sesulit apapun
19. Saya takut ketika pendapat saya tidak dapat
diterima orang lain
20. Meskipun ada hambatan, saya yakinakan dapat
menyelesaikan apa yang menjadi tanggung
jawab saya
Sumber : Lauser, 2019
C. Kuesioner Perilaku Cyberbullying

PETUNJUK:
Baca dan pahami isi pernyataan pada lembar berikut dan kemudian nyatakanlah
sesuai dengan keadaan diri saudara, dengan cara memberikan tanda centang ( √
) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan
jawaban untuk skala ini adalah:
STS : Bila anda “Sangat Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut.
TS : Bila anda “Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut.
S : Bila anda “Setuju ” dengan pernyataan tersebut
SS : Bila anda “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut.

Anda bebas untuk menentukan pilihan jawaban saudara sendiri. Tidak ada
jawaban benar ataupun salah dalam skala ini, mohon diisi sesuai dengan
keadaan Anda yang sesungguhnya.

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya sengaja mengirim pesan berisi
kata-kata amarah di jejaring sosial.
2. Saya sengaja berkata kasar kepada
orang yang berkomentar buruk tentang diri saya
di jejaring sosial.
3. Saya sengaja memposting foto-foto aib
seseorang di jejaring sosial secara berulang.
4. Saya sengaja ikut menyebarluaskan
berita di jejaring sosial yang belum diketahui
kebenarannya.
5. Saya sengaja mengirimkan pesan
ancaman kepada orang lain melalui jejaring
sosial secara berulang kali.
6. Saya memanfaatkan jejaring sosial untuk
mengirim kata-kata semangat.
7. Saya sengaja meng-hacker akun orang
lain untuk mempermalukannya melalui jejaring
sosial.
8. Saya menghindari untuk menyebarkan
aib seseorang di jejaring sosial.
9. Saya menghindari menyebarkan berita yang
belum diketahui kebenarannya (hoax).
10. Saya sengaja memposting berita
bohong dengan maksud merusak nama orang
lain secara terus-menerus di jejaring sosial.
11. Saya sengaja membajak akun seseorang untuk
mengetahui pesan-pesan pribadi yang digunakan
sebagai bahan ejekan melalui jejaring sosial.
No. Pernyataan SS S TS STS
12. Saya menghindari melontarkan pesan
kebencian di jejaring sosial.
13. Saya sengaja menggunakan akun fake
(palsu) untuk menyebarkan keburukan seseorang
di jejaring sosial.
14. Saya sengaja mengompori orang-orang yang
sedang berdebat yang terjadi di grup chatting.
15. Saya menghindari mengeluarkan
seseorang dari grup chatting.
16. Saya sengaja mengumpulkan informasi pribadi
orang lain dan menyebarkannya di jejaring
sosial.
17. Saya log in pada akun media sosial atau
memasang pelacak pada handphone seseorang
tanpa izin untuk melihat aktivitas media sosial
orang tersebut.
18. Saya sengaja mengumpulkan foto-foto aib orang
lain dan menyebarkannya di
jejaring sosial.
19. Saya sengaja memanggil orang yang saya benci
dengan julukan aneh melalui akun chatting.
20. Saya sengaja memposting kata sindiran melalui
akun jejaring sosial.
21. Saya menghindari untuk membuat
berita hoax di jejaring sosial.
22. Saya menghindari memanggil dengan
julukan aneh kepada orang yang dibenci di
jejaring sosial.
23. Saya sengaja mengeluarkan orang yang saya
benci dari grup chatting.
24. Saya memanfaatkan jejaring sosial
untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat.
25. Saya menghindari menggunakan akun milik
orang lain.
26. Saya menghindari menyebarkan foto-
foto aib seseorang di jejaring sosial.
27. Saya menghindari berkomentar kasar di jejaring
sosial.
28. Saya sengaja men-stalking seseorang
untuk mencari-cari kesalahan orang tersebut
secara berulang di jejaring sosial.
29. Saya sengaja meng-capture isi
percakapan berisi aib seseorang dan
menyebarkannya di jejaring sosial.
30. Saya sengaja menggunakan akun milik orang
lain agar seseorang tersebut terlihat buruk.
Sumber : Rifga Alza N. A (2020)
HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS

Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LK 52 59.8 59.8 59.8
PR 35 40.2 40.2 100.0
Total 87 100.0 100.0

Usia Saat ini

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 2 2.3 2.3 2.3
16 13 14.9 14.9 17.2
17 62 71.3 71.3 88.5
18 10 11.5 11.5 100.0
Total 87 100.0 100.0

Facebook

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 63 72.4 72.4 72.4
Ya 24 27.6 27.6 100.0
Total 87 100.0 100.0

Youtube

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 30 34.5 34.5 34.5
Ya 57 65.5 65.5 100.0
Total 87 100.0 100.0

Twitter

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 64 73.6 73.6 73.6
Ya 23 26.4 26.4 100.0
Total 87 100.0 100.0
Instragram

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 8 9.2 9.2 9.2
Ya 79 90.8 90.8 100.0
Total 87 100.0 100.0

Tik Tok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 28 32.2 32.2 32.2
Ya 59 67.8 67.8 100.0
Total 87 100.0 100.0

LINE

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 87 100.0 100.0 100.0

WhatsApp

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 17 19.5 19.5 19.5
Ya 70 80.5 80.5 100.0
Total 87 100.0 100.0

Email

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 54 62.1 62.1 62.1
Ya 33 37.9 37.9 100.0
Total 87 100.0 100.0

Kepercayaan Diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 43 49.4 49.4 49.4
Kurang Baik 44 50.6 50.6 100.0
Total 87 100.0 100.0

Perilaku Cyberbullying

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Beresiko 41 47.1 47.1 47.1
Beresiko 46 52.9 52.9 100.0
Total 87 100.0 100.0
UJI NORMALITAS
Explore
De scri ptives

St atist ic St d. E rror
Total S kor Mean 58.41 .509
Keperc ayaan Diri 95% Confidenc e Lower Bound 57.40
Int erval for Mean Upper Bound
59.43

5% Trimmed M ean 58.49


Median 58.00
Variance 22.548
St d. Deviat ion 4.748
Minimum 46
Maxim um 68
Range 22
Int erquartile Range 7
Sk ewness -.209 .258
Kurtos is -.383 .511

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Skor
.100 87 .217 .982 87 .279
Kepercayaan Diri
a. Lilliefors Significance Correction

Explore
De scri ptives

St atist ic St d. E rror
Total S kor Peri laku Mean 64.11 .841
Cy berbully ing 95% Confidenc e Lower Bound 62.44
Int erval for Mean Upper Bound
65.79

5% Tri mmed M ean 64.57


Median 66.00
Variance 61.568
St d. Deviat ion 7.847
Mi nimum 43
Maxim um 76
Range 33
Int erquartile Range 8
Sk ewness -.998 .258
Kurtos is .650 .511

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Skor Perilaku
.141 87 .204 .914 87 .231
Cyberbullying
a. Lilliefors Significance Correction
Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kepercayaan Diri *
87 100.0% 0 .0% 87 100.0%
Perilaku Cyberbullying

Kepercayaan Diri * Perilaku Cyberbullying Crosstabulation

Perilaku Cyberbullying
Tidak
Beresiko Beresiko Total
Kepercayaan Baik Count 29 14 43
Diri Expected Count 20.3 22.7 43.0
% within
67.4% 32.6% 100.0%
Kepercayaan Diri
Kurang Baik Count 12 32 44
Expected Count 20.7 23.3 44.0
% within
27.3% 72.7% 100.0%
Kepercayaan Diri
Total Count 41 46 87
Expected Count 41.0 46.0 87.0
% within
47.1% 52.9% 100.0%
Kepercayaan Diri

Chi-Square Tests

As ymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.083 b 1 .000
Continuity Correction a 12.517 1 .000
Likelihood Ratio 14.490 1 .000
Fis her's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.921 1 .000
As sociation
N of Valid Cases 87
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.
26.
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN TAHUN 2022

Syerly Nurhasanah Febriani 1, Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep 2, Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep 3
1 Program Studi Keperawatan, STIKes Alifah, Padang, 23137, Indonesia

Emai : syerly@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan akses internet di Indonesia semakin tinggi, maka secara tidak langsung penggunaan
media sosial juga semakin tinggi. Perilaku menyimpang di media sosial yang mereka punya salah satunya
terjadi media sosial adalah tindakan cyberbulliying. Berdasarkan informasi daridata bagian Jatanras Polresta
Kota Padang ada 5 kasus kekerasan danbullyingdan kasus terbanyak terdapat di kecamatan Kuranji yaitu
sebanyak 18 kasus yang dilakukan oleh kelompok umur remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuihubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying di media sosial pada remaja di
SMAN 16 Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross setional. Penelitian di SMAN 16 Kota Padang dari tanggal 12 Maret s/d 10 Juni 2022.
Populasi adalah seluruh siswa kelas X – XI di SMAN 16 Padang, jumlah siswa kelas X sebanyak 389 orang
dan siswa kelas XI sebanyak 267 orang. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini 87 orang. Teknik
pengambilan sampel Proportional Staratified Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisa melalui analisis univariat dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji statistic Chi-Squar. Hasil penelitian
didapatkan bahwa 50,6% remaja memiliki kepercayaan diri yang kurang baik dan 52,9% perilaku
cyberbullying yang beresiko.Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000
(p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku
cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di SMAN 16 Kota Padang. Kesimpulan hasil penelitian bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antarakepercayaan diri dengan perilaku cyberbullying.
Bagi siswa, siswa perlu memahami lagi mengenai pengertian perilaku cyberbullying karena banyak siswa
yang tidak mengetahui tentang perilaku cyberbullying sehingga mereka melakukan perilaku tersebut tanpa
rasa bersalah dan memahami mengenai dampak baik bagi pelaku atau pun korban karena perilaku ini
memiliki banyak dampak negatif yang tidak baik untuk dilakukan.

Kata Kunci : Kepercayaan Diri, Perilaku,Cyberbullying, Media

The Relationship of Self-Confidence with Cyberbullying Behavior in Social Media in


Teenagers at SMA N 16, Padang City

ABSTRACT

The use of internet access in Indonesia is getting higher, then indirectly the use of social media is
also getting higher. Deviant behavior on social media that they have, one of which occurs in social media is
cyberbullying. Based on information from Police Commissioner Heri Satriawan, Padang City Police, there
were 5 cases of violence and bullying and the most cases were in Kuranji sub-district, namely 18 cases
committed by the adolescent age group. This study aims to determine the relationship between self-
confidence and cyberbullying behavior on social media in adolescents at SMAN 16 Kuranji District, Padang
City in 2022. This type of research is analytic with a cross-sectional approach. The study was conducted at
SMAN 16 Padang City from Marc 12 to June 10, 2022. The population was all students in grades X – XI at
SMAN 16 Padang, 389 students in class X and 267 students in class XI. So the number of samples in this
study was 87 people. The sampling technique is Proportional Staratified Random Sampling. Collecting data
using a questionnaire. Data processing is carried out computerized and analyzed through univariate
analysis in the form of frequency distribution tables and bivariate analysis with Chi-Square statistical tests.
The results showed that 50.6% of adolescents had poor self-confidence and 52.9% of risky cyberbullying
behavior. The results of statistical tests using the chi-square test obtained p value = 0.000 (p <0.05)
meaning that there is a significant relationship between the relationship between self-confidence and
cyberbullying behavior in Social Media among Adolescents at SMAN 16 Padang City. The conclusion of the
research is that there is a significant relationship between the relationship between self-confidence and
cyberbullying behavior.For students, students need to understand more about the meaning of cyberbullying
behavior because many students do not know about cyberbullying behavior so they do this behavior without
guilt and understand the impact on both the perpetrator and the victim because this behavior has many
negative impacts that are not good to do.

Keywords : Confidence, Behavior, Cyberbullying, Media

PENDAHULUAN berkembangdalam lingkungandimana kemajuan


Pada saat ini teknologi berkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan
sangat maju. Teknologi komunikasi berkembang bagian integral dari kehidupan sehari-hari (Vany,
di bidang komunikasi yang awalnya harus tatap 2021).
muka, sekarang bisa melalui handphone Media sosial disingkat Medsos merupakan
komunikasi jarak jauh dapat melihat lawan bentuk kemajuan teknologi informasi dari
komunikasi . Teknologi informasi diciptakan komunikasi media sosial menyebabkan informasi
mempermudah pengguna dalam melakukan apapun tersebar dengan mudah dimasyarakat
pekerjaan, dapat memecahkan masalah yang sehingga dapat mempengaruhi cara pandang dan
dihadapi pengguna dan internet merupakan salah gaya hidup manusia di ajak berdialog mengasah
satu media yang paling banyak ketajaman nalar dan psikologisnya dengan
digunakanterutama pada remaja dapat dengan handphone, leptop, dan komputer perkembangan
cepat mengirimkan informasi melalui media sosial semakin maju dikalangan remaja
internetmencari informasi dan berinteraksi dalam dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang
sarana alat informasi seperti whatsapp, instagram, mudah digunakan dan diakses (Adawia, 2018).
twitter, dan facebook (Tondeur et al 2017).
Keberadaan internet di Indonesia sebagai Media masa bisa diakses oleh semua umur,
media konfergensi resmiah diakui pemerintah termasuk remaja.Masa remaja merupakan masa
sejak bangsa Indonesia resmi bergabung dengan transisi dari masa kanak-kanak hingga dewasa,
World Summit on the Information Society(WSIS) yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
bentuk United Nations Educational, Scientific and emosional. Pengguna media sosial terhadap
Cultural Organization(UNESCO) Indonesia remaja yang merupakan pengguna tertinggi di
langsung aktif mengikuti aktifitas pertemuan media sosial dengan persentase 75,50% (Asosiasi
WSIS di tahun 2003 bangsa Indonesia tanpak Penyelenggara Jasa Internet Indonesia,
langsung berupaya mengejar ketertinggalannya 2017).Perubahan pada pengguna media sosial
dengan negara-negara yang lebih maju dalam yang tinggi dapat meningkatkan perilaku berisiko
bidang internet.Pengguna internet di Indonesia yang berbahaya bagi individu dan menyebabkan
pada tahun 2020 mencapai 175,6%. Kemudian stres, remaja juga sering menggunakan media
pada awal 2021 sudah mencapai 202,6 juta jiwa. sosial untuk mengomentari status atau postingan
Jumlah ini meningkat 15,5 % atau 27 juta jiwa orang lain munculnya perilaku menyimpang di
yang mana penetrasi internet di Indonesia pada media sosial yang mereka punya salah satunya
awal 2021 mencapai 73,7 %. terjadi media sosial adalah tindakan
Penggunaan akses internet di Indonesia cyberbulliying terhadap media sosial remaja tidak
semakin tinggi, maka secara tidak langsung bisa menghindari resiko penggunaan teknologi
penggunaan media sosial juga semakin tinggi. dan internet yang juga bisa disebut cyberbulliying
Media sosial membantu seseorang (Mawar & Adi 2021).
berkomunikasi dengan orang lain di seluruh Bullying merupakan suatu tindakan negatif
dunia selama ada koneksi internet, media sosial yang dilakukan secara berulang dan disengaja
juga sebagai alat membagikan informasi berupa yang bertujuan untuk menyakiti orang lain.
teks, gambar, audio dan video kepada orang lain Menurut Wiryada dkk (2017), bullying adalah
dan perusahaan atau sebaliknya menurut (Kotler tindakan perilaku agresif yang bertujuan untuk
& Keller, 2017) . melukai korban. Perilaku bullying dapat berupa
Pengguna media sosial sangat mudah bullying fisik seperti menampar atau mencederai
digunakan sehingga tidak heran jika banyak orang dan dapat juga berupa bullying verbal seperti
dapat dengan mudah mendaftarkan diri dengan mengolok-olok, memaki atau mengancam.
menggunakan media sosial. Jumlah pengguna Cyberbulliyingmerupakan serangan yang
media sosial pada tahun 2021 mencapai 191,4 juta dilakukan oleh individu atau kelompok ketika
jiwa sedangkanpada Januari 2022 angka ini menggunakan teknologi, mencegah individu atau
meningkat 21 juta jiwa atau 12,6 persen yaitu kelompok tersebut untuk membela diri.
sekitar 191,4 juta. Mereka harus tumbuh dan cyberbullying juga mengacu dalam bentuk
kekerasan, menghina, memperlakukan dan target. Cyberbulliying memiliki dampak negatif
mencela menggunakan teknologi digital atau adanya perasaan gelisah dan cemas membuka
media sosial yang dilakukan oleh remaja kepada media sosial. Cara mencegah perilaku
teman sebayanya dengan adanya media sosial cyberbulliying di dalam keluarga merupakan
akan lebih banyak terjadinya perilaku pondasi awal seseorang dalam membentuk sikap
cyberbulliying karena perilaku yang termotivasi dikehidupannya sehari-hari karena mereka belajar
(Motivated Offonder) untuk melakukan langsung dari keluarga terutama ibu dan ayah
pembajakan, balas dendam pencurian atau hanya yang pertama kali mengenalkan media sosial
untuk hiburan.Menurut survei UNICEF tahun kepada mereka agar sifatnya lebih baik karena
2021didapatkan sebanyak 45 % dari 2,777 anak akan timbul dampak negatif ketika melakukan hal
muda usia 14-24 tahun pernah mengalami yang tidak di perbolehkan kedua orang tua (Sri
cyberbullying. Lestari, 2018).
Data yang dikeluarkan oleh UNESCO Kepercayaan diri merupakan keyakinan
mengatakan bahwa proporsi anak-anak dan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai
remaja yang terkena dampak cyber-bullying karakteristik pribadi yang meyakini akan
berkisar dari 5 % hingga 21 %, dengan anak kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung
perempuan yang berisiko lebih tinggi daripada jawab, rasional, dan realistis (Ghufron &
anak laki-laki (Unicef, 2021). Risnawati, 2019). Kepercayaan diri sangat penting
Di Indonesia, jumlah remaja yang menjadi bagi kehidupan seseorang merupakan hasil remaja
korban cyberbullyingdilaporkan sebesar 80 %, mencari jati diri dan memiliki pengaruh yang
danhampir setiap harinya, remaja mengalami besar terhadap interaksi interpresonalnya.
cyberbullying. Menurut laporan United Seseorang yang kurang percaya diri memiliki rasa
NationsChildren’s Fun (UNICEF), korban percaya diri yang rendah, sehingga orang tersebut
cyberbullying di Indonesia mencapai 41-50 %. mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga
Selain itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyebabkan orang tersebut tidak percaya bahwa
(KPAI) menyatakan bahwa parapelajar di sekolah dirinya mampu menghadapi kondisi sosial
rentan menjadi korban cyberbullying. KPAI sekitarnya (Beatrik, 2019).
melaporkan bahwa kasus yang berhubungan Faktor-faktor kepercayaan diri; Perubahan
dengan dunia maya telah melibatkan 3.096remaja. kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan
Dari jumlah tersebut, terungkap data korban kasus diri mengatakan penampilan fisik merupakan
bullying di media sosial sebanyak 83 penyebab utama rendahnya harga diri dan
remaja,dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak kepercayaan diri seseorang., cita-cita seseorang
32 dan perempuan sebanyak 51(Ningrum&Amna, yang bercita-cita normal akan memiliki
2020). kepercayaan diri karena tidak perlu untuk
Berdasarkan data dari UPTD PPA Sumatera menutupi kekurangnya pada diri sendiri dengan
Barat dari januari cita-cita yang berlebihan, sikap hati-hati
hingga september 2019 terdapat 30 kasus bullying seseorang yang percaya diri bersikap secara
pada anak telah berlebihan, pengalaman hidup bahwa kepercayaan
dilaporkan dan ditangani (DPPA, 2019). diri diperoleh dari pengalaman yang
Sementara menurut data Sistem mengecewakan adalah paling sering menjadi
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan sumber timbulnya rasa rendah diri (Lauser, 2019).
Anak (SIMFONI PPA) Terbentuknya kepercayaan diri tidak dapat
Sumatera Barat tahun 2021 terdapat 15 kasus dilepaskan dari perkembangan manusia pada
perilaku kekerasan dan umumnya kepercayaan diri sudah terbentuk sikap
bullying di Sekolah (SIMFONI-PPA, 2021). orang tua yang terlalu melindungi menyebabkan
Berdasarkan informasi dariKompol Heri rasa percaya diri kurang individu sebagai salah
Satriawan Polresta Kota Padang ada 5 kasus satu aspek kepribadian terbentuk dalam interaksi
kekerasan danbullying, yang salah satunya lingkungannya, khusus lingkungan
terdapat di kecamatan Padang Utara, dimanakasus sosialnya.Bahwa orang percaya diri akan bekerja
kekerasan danbullyingini sudah ditangani sejak keras dalam menghadapi tantangan, tidak ragu-
Januari hingga September 2019. Sedangkan kasus ragu, mandiri, dan kreatif berani menyampaikan
cyberbulliyingterbanyak terdapat di kecamatan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa
Kuranji yaitu sebanyak 18 kasus yang dilakukan ada merasa cemas akan diterima atau ditolak oleh
oleh kelompok umur remaja. orang lain baik tua, muda, maupun anak-anak,
Cyberbulliying lebih mudah dilakukan dari sudah dikenal maupun belum, dalam suasana
pada kekerasan karena pelaku tidak perlu santai dan formal (Lugo & Hersey 2019).
menghadapi kelompok sasaran yang akan menjadi
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan di sampel Proportional Staratified Random
Kota Padang tahun ajaran Sampling. Pengumpulan data menggunakan
2020-2021 maka sekolah menengah atas yang ada kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara
di Kecamatan Kuranji dengan jumlah siswa komputerisasi dan dianalisa melalui analisis
terbanyak terdapat di SMA 16 Kota Padang univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dengan jumlah siswa sebanyak 1003 orang. SMA dan analisis bivariat dengan uji statistic Chi-
N 16 Padang merupakan salah satu sekolah negeri Square
yang terletak di KotaPadang khususnya di
Kecamatan Kuranji, dengan akreditasi HASIL DAN PEMBAHASAN
sekolahyaitu A (Dinas Pendidikan Kota Padang,
2021). Kepala sekolah SMAN 16 Padang Padang A. Karakteristik Responden
mengatakan bahwasanya selamapembelajaran 1. Jenis Kelamin
daring siswa dan gurumenggunakan aplikasi
zoom, youtube,dan whatsapp untuk proses belajar Tabel. 1
mengajar. Berdasarkan laporan dariguru Distrbusi Frekuensi Jenis Kelamin
bimbingan konseling di SMA N 16 Padang
mengatakanada kasus siswa yang mengejek dan No. Jenis f %
memberikan gelarburuk ke temanya.Selama Kelamin
pembelajarandaring, siswa pernah mengalami 1. Laki-laki 52 59,8
kejadian cyberbullying di media sosial 2. Perempuan 35 40,2
seperti,terdapat 18 orang siswa menghina dan Jumlah 87 100,0
mengomentari hal buruk terkait foto
yangdiunggahnya di status media sosial Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan
temannya. bahwa lebih dari separuh (59,8%) responden
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di berjenis kelamin laki-laki.
SMA N 16 Padang pada bulan Maret 2022 kepada
10 siswa di SMAN 16 Padang, yang terdiri dari 2. Usia
5orang dari kelas X, 2 orang darikelas XI, dan 3 Tabel. 2
orang dari kelas XII. Siswayang dilakukan Distrbusi Frekuensi Usia
wawancaramengatakan memiliki handphone
pribadi selamapembelajaran daring danrata-rata No. Usia f %
siswa memiliki media sosial seperti facebook, 1. 15 tahun 2 2,3
Instagram,whatsapp, twitter, youtube, tiktok, dan 2. 16 tahun 13 14,9
telegram. Selain itu, diantara 10siswa yang 3. 17 tahun 62 71,3
dilakukan wawancara , 6 siswa mengatakan 4. 18 tahun 10 11,5
pernah dihinatemannya di media sosial, 2 orang Jumlah 87 100,0
diancam orang lain di media sosial, 1oranglain
pernah menyebarkan percakapan pribadi di media Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan
sosial tanpa seizinya, dan 1 orang siswa juga bahwa lebih dari separuh (71,3%) responden
mengatakan pernah menghina orang lain di media berumur 17 tahun.
sosial.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti B. Analisis Univariat
melakukan penelitian tentang hubungan antara 1. Kepercayaan Diri
kepercayaan diri dengan perilaku Cyberbullying
di media sosial pada remaja di SMAN 16 Kota Tabel. 3
Padangtahun 2022. Distrbusi Frekuensi Kepercayaan Diri
METODE PENELITIAN No. Kepercayaan f %
Jenis penelitian ini analitik dengan desain Diri
cross sectional. Penelitian ini telah dilakukan di
1. Baik 43 49,4
SMAN 16 Kota Padang. Waktu penelitian telah
2. Kurang Baik 44 50,6
dilakukan tanggal 12 Maret s/d 10 Juni 2022.
Jumlah 87 100,0
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas
X – XI di SMAN 16 Padang, jumlah siswa kelas
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan
X sebanyak 389 orang dan siswa kelas XI
bahwa lebih dari separuh (50,6%) responden
sebanyak 267 orang. Jadi jumlah sampel pada
memiliki kepercayaan diri yang kurang baik.
penelitian ini 87 orang. Teknik pengambilan
2. Perilaku Cyberbullying seorang individu yang membuat dirinya
merasa mampu untuk mengembangkan
Tabel. 4 penilaian positif baik terhadap dirinya sendiri
Distrbusi Frekuensi Perilaku Cyberbullying maupun terhadap lingkungan yang
dihadapinya (Indriyati, 2016). Kepercayaan
No. Perilaku f % diri seseorang terdiri dari faktor internal dan
Cyberbullying faktor eksternal. Faktor internal meliputi,
1. Tidak Beresiko 41 47,1 konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan
2. Beresiko 46 52,9 pengalaman hidup, sedangkan faktor eksternal
Jumlah 87 100,0 meliputi pendidikan, pekerjaan dan
lingkungan (Widjaja, 2016).
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan Menurut Hasbullah dalam Anggelina
bahwa lebih dari separuh (52,9%) responden (2022) rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan
memiliki perilaku cyberbullying yang beresiko. seseorang terhadap segala aspek kelebihan
yang dimilkinya dan keyakinan tersebut
C. Analisis Bivariat membuatnya merasa mampu untuk mecapai
berbagai tujuan dalam hidupnya. Jadi, dapat
Tabel. 5 dikatakan bahwa seseorang yang memiliki
Hubungan AntaraKepercayaan Diri dengan kepercayaan diri akan optimis di dalam
Perilaku Cyberbullying melakukan semua aktivitasnya, dan
mempunyai tujuan yang realistis, artinya
Perilaku Cyberbullying individu tersebut akan membuat tujuan hidup
Kepercayaan Tidak yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa
Beresiko P value
Diri Beresiko
f % f % yang direncanakan akan dilakukan dengan
Baik 29 67,4 14 32,6 keyakinan akan berhasil atau akan mencapai
Kurang Baik 12 27,3 32 72,7 0,000 tujuan telah ditetapkan.
Jumlah 41 47,1 46 52,9
Orang dengan rasa percaya diri yang
rendah, mereka menunjukkan perilaku
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan
pesimis dan melihat bahwa semua situasi
bahwa perilaku cyberbullying yang beresiko
yang mereka hadapi adalah negatif. Seseorang
lebih banyak terjadi pada responden yang
yang kurang percaya diri memiliki rasa
memiliki kepercayaan diri yang kurang baik
percaya diri yang rendah, sehingga orang
(72,7%) dibandingkan dengan responden yang
tersebut mudah dipengaruhi oleh orang lain
memiliki kepercayaan diri yang baik (32,6%).
sehingga menyebabkan orang tersebut tidak
Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square
percaya bahwa dirinya mampu menghadapi
didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) artinya
kondisi sosial sekitarnya (Beatrik, 2019).
terdapat hubungan yang signifikan
Kepercayaan diri merupakan hasil
antarahubungan antarakepercayaan diri dengan
dari proses pembentukan identitas.
perilaku cyberbullying di Media Sosial Pada
Identifikasi diri yang jelas mengarah pada
Remaja di SMAN 16 Kota Padang.
tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Identitas
yang kabur akan mengurangi rasa percaya
PEMBAHASAN
diri. Kepercayaan diri mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
A. Kepercayaan Diri Pada Remaja
dan berinteraksi dengan orang lain. Pada
Berdasarkan hasil penelitian
remaja terdapat masa-masa yang dimana
didapatkan bahwa lebih dari separo (50,6%)
dirinya berubah menjadi negatif seperti
responden memiliki kepercayaan diri yang
hilangnya kepercayaan diri. Salah satu
kurang baik.
contohnya adalah mendapatkan perilaku
Hasil penelitian ini sejalan dengan
cyberbullying di media sosial. Kepercayaan
penelitian yang dilakukan oleh Indah Asmara
diri sangat penting bagi kehidupanseseorang.
Putri (2021) tentang hubunngan kepercayaan
Kepercayaan diri merupakan hasil remaja
diri terhadap perilaku cyberbullying media
mencari jati diri dan memiliki pengaruh yang
sosial pada remaja, hasil penelitiannya
besar terhadap interaksi interpersonalnya
menunjukkan bahwa 58% remaja memiliki
(Annisa, Yuliadi, & Nugroho, 2020).
kepercayaan diri yang kurang baik.
Menurut asumsi peneliti bahwa
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri yang dimiliki remaja pada
sebagian besar memiliki kepercayaan diri
penelitian ini paling banyak adalah
rendah. Kepercayaan diri adalah sikap positif
kepercayaan diri kurang baik. Hal ini Menurut asumsi peneliti bahwa masih
disebabkan karena mereka menunjukkan banyak remaja memiliki perilaku
perilaku pesimis dan melihat bahwa semua cyberbullying yang beresiko. Hal ini dapat
situasi yang mereka hadapi adalah negatif. dilihat dari hasil analisis kuesioner dimana
Terbukti dari hasil analisis kuesioner didapatkan 52,9% sengaja memposting foto-
didapatkan 71,3% remaja yang tidak foto aib seseorang di jejaring sosial secara
menerima setiap kritikan dari orang lain demi berulang. Hal ini disebabkan karena adanya
kebaikannya, 51,7% tidak dapat menghargai pengaruh gejolak emosi negatif dari individu
orang lain yang berbeda prinsinya dengannya itu sendiri. Dalam perubahan sosio-emosional
dan 64,4% tidak dapat berfikir secara obyektif yang mencakup meningkatnya usaha untuk
dalam menghadapi suatu masalah. memahami diri sendiri serta pencarian
identitas, remaja tidak hanya melibatkan
B. Perilaku Cyberbullying di Media Sosial pemahaman diri namun juga melakukan
Pada Remaja evaluasi terhadap dirinya. Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian cyberbullying yang beresiko ini sering
didapatkan bahwa lebih dari separo (52,9%) dilakukan oleh remaja yang menggunakan
responden memiliki perilaku cyberbullying media sosial instagram dan whattsapp.
yang beresiko.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yang pernah C. Hubungan AntaraKepercayaan Diri
atau sedang menerima perilaku bullying dengan Perilaku Cyberbullying
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah Berdasarkan hasil penelitian
35 responden (40,2%) dan laki – laki 52 didapatkanbahwa perilaku cyberbullying
responden (59,8%). Hasil penelitian yang beresiko lebih banyak terjadi pada
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki kepercayaan diri
responden yang pernah atau sedang menerima yang kurang baik (72,7%) dibandingkan
perilaku bullying beresiko berjumlah 46 dengan responden yang memiliki kepercayaan
responden (52,9%) dan bullying tidak diri yang baik (32,6%). Hasil uji statistik
beresiko berjumlah 41 responden (47,1%). menggunakan uji chi-square didapatkan nilai
Sejalan dengan penelitian yang p = 0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan
dilakukan oleh Ramadhani (2013) dengan yang signifikan antara hubungan
judul Depresi Pada Remaja Korban Bullying antarakepercayaan diri dengan perilaku
mengatakan bullying dapat menimbulkan cyberbullying di Media Sosial Pada Remaja di
persaan tidak aman pada remaja dengan SMAN 16 Kota Padang.
berkurangnya dukungan sosial dan tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan
terpenuhinya kebutuhan untuk diterima pada penelitian yang dilakukan oleh Indah Asmara
lingkungan teman sebaya. Putri (2021) tentang hubungan kepercayaan
Menurut Wiryada dkk (2021), diri terhadap perilaku cyberbullying media
bullying adalah tindakan perilaku agresif yang sosial pada remaja, menemukan bahwa
bertujuan untuk melukai korban. Perilaku adanya hubungan kepercayaan diri terhadap
bullying dapat berupa bullying fisik seperti perilaku cyberbullying media sosial pada
menampar atau mencederai dan dapat juga remaja.
berupa bullying verbal seperti mengolok-olok, Berbeda dengan hasil yang dilakukan
memaki atau mengancam. Sejiwa (2020), oleh Putri (2021) diperoleh dalam uji
mengatakan bullying adalah situasi hipotesis statistik parameter dengan teknik uji
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan suatu korelasi Pearson product moment adalah sig.
kelompok. Kekuataan yang dimiliki bukan 0,832 (p> 0,05), sehingga dapat dikatakan
hanya kekuatan fisik, namun juga mental. tidak ada hubungan antara variabel
Perilaku tersebut membuat korban menjadi independen dengan variabel dependen.
merasa tertekan, trauma dan merasa tak Penelitian yang dilakukan (Musharraf,
berdaya. Faktor yang dapat menyebabkan Bauman, Anis-Ul-Haque, & Malik, 2018)
terjadinya perilaku cyberbullying adalah menyatakan individu yang mengalami
kecerdasan sosial, kontrol orangtua yang cyberbullying mempunyai keprcayaan diri
rendah, serta pengawasan orangtua terhadap yang rendah dibanding dengan yang tidak
pemakaian sosial media pada remaja dan mengalami cyberbullying di internet.
dukungan sosial dari orang terdekat Seperti yang diungkapkan oleh studi
(Underwood & Ehrenreich, 2017). komprehensif yang dilakukan oleh A Gorzig
dan Olafsson K di 25 negara / wilayah, kasus
cyberbullying sebagian besar dilakukan oleh KESIMPULAN DAN SARAN
remaja perempuan dibandingkan dengan anak
laki-laki. Di negara-negara ini, lebih dari A. Kesimpulan
25.000 berpartisipasi Penulis menyatakan 1. Lebih dari separuh (50,6%) responden
bahwa remaja perempuan lebih cenderung memiliki kepercayaan diri yang kurang
menjadi korban bullying di media social baik.
(Cohen, 2014). Hasil penelitian yang 2. Lebih dari separuh (52,9%) responden
dilakukan oleh Chairani, Suryadi, & Wahyuni memiliki perilaku cyberbullying yang
(2018) menunjukkan bahwa variabel harga beresiko.
diri dan jenis kelamin berpengaruh signifikan 3. Hasil uji statistik menggunakan uji chi-
terhadap perilaku cyberbullying. (Muliasari, square didapatkan nilai p = 0,000
2019) mengatakan dari sudut pandang (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang
patologi sosial, penyebab terjadinya perilaku signifikan antara hubungan
cyberbullying adalah penyimpangan yang antarakepercayaan diri dengan perilaku
terjadi ketika seseorang menjelma menjadi cyberbullying di Media Sosial Pada
komponen yang mempengaruhi keadaan. Remaja di SMAN 16 Kota Padang.
Penyimpangan tersebut terjadi karena pelaku
atau orang lain merasionalkan penyimpangan B. Saran
tersebut, dan pengaruh pribadi tidak dapat Saran yang diberikat terkait penelitian
menyatu dengannya. Alasan penyimpangan tentang kepercayaan diri dengan
tersebut adalah karena ada keinginan yang cyberbullying di masa yang akan datang
tidak terpenuhi yang mendorongnya untuk beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
melenyapkan orang lain. Orang tersebut 1. Bagi peneliti kedepannya diharapkan agar
merasa terlalu pintar, menjadi egois, dan mampu untuk mengontrol variabel yang
melihat bahwa segala sesuatu yang dilakukan dapat mempengaruhi kepercayaan
manusia adalah gratis. terhadap cyberbullying seperti usia, jenis
Penelitian yang dilakukan di kelamin, keaktifan dalam bermain jejaring
Instanbul yang melibatkan 185 siswa social, serta budaya dan daerah remaja
menengah pertama kelas 8, kepercayaan diri agar dapat agar dapat memperoleh
mempunyai peran yang sangat signifikan informasi yang lebih banyak lagi terkait
terhadap korban bullying (Bingöl, 2018). hubungan antara kepercayaan diri dengan
Berdasarkan penelitian, jenis kelamin dapat perilaku cyberbullying pada remaja.
menentukan tinggi rendahnya kepercayaan 2. Bagi siswa, siswa perlu memahami lagi
diri seseorang, dimana dapat dilihat bahwa mengenai pengertian perilaku
remaja laki-laki memiliki kepercayaan diri cyberbullying karena banyak siswa yang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja tidak mengetahui tentang perilaku
perempuan ketika mendapatkan bullying di cyberbullying sehingga mereka
media sosial. Faktor yang dapat menyebabkan melakukan perilaku tersebut tanpa rasa
terjadinya perilaku cyberbullying adalah bersalah dan memahami mengenai
kecerdasan sosial, kontrol orangtua yang dampak baik bagi pelaku atau pun korban
rendah, serta pengawasan orangtua terhadap karena perilaku ini memiliki banyak
pemakaian sosial media pada remaja dan dampak negatif yang tidak baik untuk
dukungan sosial dari orang terdekat dilakukan
(Underwood & Ehrenreich, 2017).
Menurut asumsi peneliti bahwa masih UCAPAN TERIMAH KASIH
ditemukan ada beberapa remaja yang pernah Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu
atau sedang menerima perilaku bullying Ns. Diana Arianti, S.Kep.,M.Kep Pembimbing
memiliki kepercayaan diri yang kurang baik, 1 dan Ibu Ns. Welly, S. Kep.,M.Kep
hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor pembimbing II, Dr. Ns. Asmawati, S.Kep. M.Kep,
yaitu remaja tersebut kurang bisa Ibu Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep, Ibu Ns.
mengungkapkan perasaan, selain itu keadaan
yang dialami subjek di luar lingkungan
Syalvia Oresti, S.Kep, M.Kep, Seluruh
Bapak/Ibu dosen dan staf pengajar STIKes Alifah
sekolah serta kejadian buruk yang terjadi di
Padang, Kepala Sekolah SMAN 16 Padang,
masa lalu.
Orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah
memberikan doa dan semangat kepada peneliti
dan teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan
angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan,
motivasi, dan doa kepada peneliti dalam Ghufron & Risnawati, 2019. Teori-Teori
menyelesaikan skripsi ini serta semua pihak yang Psikologi. Yogyakarta: Ar-. Ruzz Media
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang Group
telah memberikan bantuan kepada peneliti Gunarsa, 2018.Psikologi Praktis: Anak, Remaja
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan dan. Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
baik. Mulia
Indriyati, 2016. Hubungan body image dengan
DAFTAR PUSTAKA kepercayaan diri remaja putri. Jurnal
Aida Rismana. 2016. Pengaruh Jejaring Sosial Kajian Bimbingan dan Konseling. 110-
Terhadap Motivasi Belajar Siswa-Siswi 113
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Indah Asmara Putri, 2021. Hubungan
Pendidikan Geografi,3(5) : 39-50 kepercayaan diri terhadap perilaku
Anggelina, 2022. Analisis Kepercayaan Diri cyberbullying media sosial pada remaja.
Siswa SMP Dalam Pembelajaran Jurnal Penelitian
Matematika Pada Masa Pandemi’, Jurnal Jannah, M. 2016. Remaja dan Tugas-Tugas
ABSIS, 4(1), 349-355. Perkembangan Dalam Islam. Jurnal
https://doi.org/10.30606/absis.v4i1.902 Psikoislamedia Vol. I , 2-4.
Annisa, Yuliadi, & Nugroho, 2020. Hubungan Kartono, 2013.Psikologi Anak, Psikologi
Tingkat Kepercayaan Diri Dengan Perkembangan. Bandung: PenerbitMandar
Intensitas Penggunaan Media Sosial Maju.
Whatsapp Pada Mahasiswa Kedokteran Karyati & Aminudin, 2019. Cyberbullying &
2018. Jurnal Wacana. Vol 12 No. 1 Body shaming,. Yogyakarta: Penerbit K-
Adawia, 2018. Kesulitan Guru Media
DalamMengimplementasikan Penilaian Kotler & Keller. 2018. Manajemen Pemasaran.
Autentik. Jurnal JurusanPGMI, 131-152 Jakarta: Indeks
Asmara Putri, 2021. Hubunngan kepercayaan diri Kowalsky, 2012.Electronic Bullying Among
terhadap perilaku cyberbullying media Middle
sosial pada remaja. Jurnal Penelitian School Students. Journal of Adolescent
Kesehatan. Health, 41(6), 22–30.
Beatrik, 2019. Jurnal Peningkatan Mutu Perawat https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2007.0
Dan 8.017
Asuhan Keperawatan Melalui Evaluasi Mawar & Adi 2021. Faktor-faktoryang
Keperawatan. mempengaruhi cyberbullying
Bingöl, 2018. Unconditional Self-Acceptance and pada remaja. Prosiding SeminarNasional
Perfectionistic Cognitions as Predictors of Magister Psikologi
Psychological Well-Being. Journal of Universitas AhmadDahlanISSN:2715-
Education and Training Studies, 7(1), 67- 7121. 309-403.
75. Muliasari, 2019. Dampak Perilaku Bullying
Cohen, 2014. Pembangunan Berbasis Terhadap Kesehatan Mental Anak (Studi
Masyarakat. Bandung. Alfabeta Kasus Di Mi Ma’arif Cekok Babadan
Chairani, Suryadi, & Wahyuni. 2018. Pengaruh Ponorogo). Skripsi : Institut Agama Islam
Harga Diri Dan Gender Terhadap Negeri Ponorogo
Cyberbullying Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Musharraf, S., Bauman, S., Anis-Ul-Haque, M., &
Psikologi Volume 11 No.1, Juni 2018 Malik, J. A. (2018). Development and
Dhamayanti, Asmara, 2017. Remaja: Kesehatan validation of ICT self-efficacy scale:
dan Exploring the relationship with
permasalahannya. Jakarta : IDAI. cyberbullying and victimization.
Dinas Pendidikan Kota Padang, 2021. Profil International Journal of Environmental
Pendidikan Kota Padang. Diknas. Research and Public Health, 15(12).
Diananda, A. 2018. Psikologi Remaja https://doi.org/10.3390/ijerph15122867
danPermasalahanya. Istiqhna. 1(1).116- Ningrum& Amna, 2020. Cyberbullying
132. Victimization dan Kesehatan Mental pada
Endri Kusumaratih, 2017. Renik Media Sosial. Remaja. INSANJurnal Psikologi dan
Hadila, h, 9.16 Kesehatan Mental. Vol. 5(1), 35-48
doi: 10.20473/jpkm.v5i12020.35-48
Nugroho, 2012. Hubungan Stres Terhadap Gula Cakrawala-Jurnal Humaniora, 18 (2),
Darah Karyawan. Pabrik Tekstil. Jurnal 257-262. https://doi.org/10.31294/jc.v18i2
Kesehatan Syam, 2015. Komunikasi Transendental
Lauser, 2019. Tes Kepribadian (terjemahan D. H. Prespektif Sains
Gulo). Jakarta: Bumi Aksara. Terpadu. Bandung : PT Remaja
Lugo & Hersey 2019. Pengaruh Kecerdasan Rosdakarya Offset.
Emosional dan Kepercayaan Diri Terhadap Tondeur, J., Van Braak, J., & Valcke, M.(2007).
Produktivitas Kerja Karyawan PT. Satya Curricula and the use of ICTin education:
Kisma Usaha Kabupaten Labuhanbatu Two worlds apart?British Journal of
Selatan. Kapital: Jurnal Ilmu Manajemen EducationalTechnology, 38(6), 962–
Volume 02, No 01, Maret 2020 Hal 33-46 976.https://doi.org/10.1111/j.1467-
8535.2006.00680.x
Pandie dan Weismann, 2016.Pengaruh Unicef, 2021. 70% remaja dunia jadi korban
Cyberbullying di MediaSosial Terhadap kekerasan online. Diakses tanggal 20
Perilaku Reaktif Sebagai Pelku Maupun Desember 2021 dari :
Sebagai KorbanCyberbullying Pada Siswa https://www.aa.com.tr/id/dunia/unicef-70-
Kristen SMP Nasional Makassar. remaja-dunia-jadi-
JurnalJaffary, vol. 14 no. 1 korban-kekerasan-online/1385034#
Putri, 2021. Hubungan Kepercayaan Diri Vydia dkk, 2010.Pengaruh sosial media terhadap
Terhadap Perilaku Cyberbullying Media komunikasi interpersonal dan
Sosial Pada Remaja. Jurnal Ilmu cyberbullying pada remaja. Jurnal
Pengetahuan Sosial Transformatika, 12(1), 14-18
Ramadhani, 2013. Depresi Pada Remaja Korban Walgito, 2014.Pengantar Psikologi Umum.
Bullying mengatakan bullying. Jurnal Yogyakarta : Insan Cita.
Penelitian Kesehatan. Widjaja, 2016. Hubungan Antara Percaya Diri
Rifga Alza N. A, 2020.Hubungan Antara Persepsi Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas X
Terhadap Cyberbullying dengan Di Sma Negeri 3 Bantul. Skripsi :
Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Universitas Negeri Yogyakarta
pada Dewasa Awal. SkripsiUniversitas Wiryada dkk, 2017.GambaranCyberbullying pada
Esa Unggul. Remaja Pengguna Jejaring Sosial di SMA N
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial Perspektif 1 danSMA N 2 Ungaran. Jurnal Psikologi
Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi. Ilmiah, 9 (1), 87.
Jakarta: Simbiosa Rekatama Media
Safaria dkk, 2016. Pengaruh
BimbinganPreceptorship Model Kognitif
Sosial Terhadap PeningkatanKompetensi
Klinik pada Mahasiswa.
PSIKOPEDAGOGIA. 2016. Vol.5, No. 1.
ISSN: 2301-6167
Sejiwa. 2017. Bullying: Mengatasi Kekerasan di
Sekolah dan LingkunganSekitar Anak.
Jakarta: Grasindo.
SIMFONI-PPA, 2021. Rasio Anak Korban
Kekerasan.
Sugiyono. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sungkar dan Partini, 2015.Sense of Humor
sebagai Langkah
Meningkatkan Kepercayaan Diri Guru
PPL dalam Proses Belajar
Mengajar.Jurnal Indigenous. Volume 13,
Nomor 1, Mei 2015, Hal 92-101, ISSN.
0854-2880
Sri Lestari, 2018. Pengaruh Media Sosial
Terhadap Perilaku Cyber
Bullying Pada Kalangan Remaja.
 

P69SES
P69S ES 0EPE6A7
0EP E6A7A
A5AN

 Nama ' Ny" P


 No" C! ' F;+-=
Umur ' -+ tahun
D ' Diaetes !ellitus
>enis kelamin ' Perempuan
6uang ' Agate

DIA&N9SA P E R E N  A N A A N
 N
I!PLE!EN5ASI E?ALUASI
o"
0EPE6A7A5A
 N
5U>UAN IN5E6?ENSI 6ASI9NALISASI

( - ; = +  
..
( &angguan rasa &angguan rasao  0a/i
0a/i tingkat
tingkat nyeri
nyeri kli
klien
eno  Dengan
Den gan men
mengk
gka/i
a/i ting
tingkat
kat nynyeri
eri 5gl" (. >an -..+2 Pkl" .F 5gl" (. >anuari -..+
nyaman nyeri nyaman
nyam an nyeri teratasi dengan skala dengan .8+ klien2 maka kita akan mengetahui 7IB Pkl" .F;. 7IB
sehuungan dengan dalam
alam G = mingg ingguuo  !emer
!em erika
ikan
n ther
therapy
apy seara
searapa
pa es
esar
ar nye
nyeriri yan
yangg kli
klien
en !engka/i tingkat o  0lien masih mengeluh

adanya luka gangren  perawatan dengan  pronalges ;  ( ampul I! rasakan sehingga dapat nyeri
yang ditandai dengan kriteria ' o  Atur
Atur posisi
posisi tidur
tidur kli
klien
en mempermudah
memper mudah untuk melakukan
melakukan nyeri klien o  Luka gangren masih ada

' o  5idak
5ida k tampak adanya tindakan selan/utnya
DS ' 0lien mengaluh
senyaman mungkin dengan skala klien tampak meringis
luka o  Analg
Analgetik
etik dap
dapat
at men mengha
ghama
matt
nyeri pada daerah Dala m wa k kttu G ; stimulus nyeri ehingga respon nyeri nyeri '
telapak kaki kanan mu
mungnggu
gu pe
pera
rawa
watan
tan dapat erkurang . ' tidak nyeri
D9' 8 5ampak adanya gangguan rasa nyaman o  Deng
Dengan
an meng
mengatu
aturr poposis
sisii ya
yang
ng ( ' nyeri ringan
luka gangren ny
nyeri
eri ter
teratas
atasii dengan
dengan nya
nyaman
man dihara
diharapka
pkan n nynyeri
eri aka
akan
n - ' nyeri sedang
  8 0lien tampak kriteria ' sedikit erkurang ; ' nyeri erat
meringis kesakitan o   0lien tidak meng
mengeluh
eluh = ' nyeri mngerikan
nyeri lagi + ' nyeri seerat8eratnya
o   0lien tidak meringis
Pkl" .F(. 7IB
!em
em erik
erikan
an th
ther
erap
apy
y
 pronalges ( amp per I!
I!

Pkl" .F(+ 7IB
!e
!eng
ngat
atur
ur poposi
sisi
si tidu
tidur 

senyaman mungkin
- &anggua n i n ntte gr
gritas &anggu
&an gguan
an int
integr itaso  Bers
egritas Bersih
ihka
kan
n luka
luka klien
klieno  Dengan diersihkannya luka setiap 5gl" (. >an -..+2 Pkl" .F =+ 5gl" (. >anuari -..+
ku
kuli
litt se
sehu
huuung
nganan kuli
kulitt te
tera
ratas
tasii dalam
dalam setiap hari dengan NaCl ha
hari
ri men/
men/ag
agaa ag
agar
ar luluka
ka tida
tidak 
k  7IB Pkl" .).+ 7IB
dengan adanya waktu ( minggu  sagestam terk
terkoontam
ntamin
inas
asii oleh
leh kum
uman
an o  !asih ada luka

gangren yang  perawatan dengano  Berikan therapy


!emersihkan
sehingga tidak ter/adi infeksi o  0lien mengeluh nyeri

ditandai dengan ' kriteria '    Ceropid ' -  ( gr  o  Dengan memerikan therapy maka luka setiap hari dengan lukanya
DS ' 0lien mengelu
mengeluh h adao  0lien tidak meng
mengeluheluh   !etroposin ' ;  +.. r 
luk
lukaa dit
ditelap
elapak
ak kak kakii
 akan mempe
memper#epat
r#epat peny
penyemuh
emuhanan dengan kompres
nyeri dan tidak   luka
seelah kanan meringis lagi  NaCl Sagestam
D9' 8 5a
5ampa
mpakk ada
adany
nyaao  5idak ada luka
luka gangren
Pkl" .).. 7IB
  8 0lien
0lien tampa
tampak 

meringis kesakitan !emerikan
therapy
   Ceropid ( gr per

I?
   !etropusin +.. gr 

 per I?

; &angguan aktifitas &ang


&angguguan
an ak
akti
tifitaso  Uah posisi adan klien o 
fitas Dengan meng
Dengan menguah
uah posisi
posisi ttidur
idur ( 5gl"
5gl" (. >an
>an -.
-..+
.+22 Pkl"
Pkl" 5gl" (. >anuari -..+
sehari8hari teratasi dalam waktu Go  Latih
atih klien
lien dalam
alam  /am (2 maka akan dapat men#egah .)(.7IB Pkl" .);. 7IB
sehuung
sehuungan
an dengan
dengan ; min
mingg
ggu
u perperawa
awatan
tan melaku
melakukan
kan perger
pergeraka
akan
n ter/adiya de#uitus !e
!engngu
uah
ah poposi
sisi
si tidu
tidur 
r o  0lien mengeluh kakinya
ad
adan
anyya kes
esul
ulit
itan
an dengan kriteria ' sedikit demi sedikit o  Diharapkan dengan melatih sedikit klien masih sulit digerakan
 ergerak yango  0aki
aki klien
lien dap apat
at demii sed
dem sedikit
ikit maka
maka kli
klien
en den
dengan
gan karena sakit
ditandai dengan ' di
dige
gera
raka
kan
n de
deng
ngan
an send
sendir
irin
inya
ya dapa
dapatt mela
melaku kuka
kan
n Pkl".)(+ 7IB
o   ADL diantu
DS' 0lie
0lien
n memeng
ngeleluh
uh  eas aktifitas !elat
elatih
ih kl
klie
ien
n dalam
alam
 

DIA&N9SA P E R E N  A N A A N
 N
I!PLE!EN5ASI E?ALUASI
o"
0EPE6A7A5A
 N
5U>UAN IN5E6?ENSI 6ASI9NALISASI

( - ; = +  
kakinya sulito  ADL dap
dapat
at man
mandir
diri2
i2 melak
melakuk
ukan
an pe
perg
rger
erak
akan
an
digerakan yaitu sedikit demi sedikit
Do ' 8 0aki
0aki kanan kli
klien
en   0lie
 0lienn dapa
dapatt mand
mandii
tampak sulit sendiri
digerakan karena ada   BA0 dan BAB dengan

luka gangren sendiri


ditelapak kaki    !engg
!en gganti
anti pak
pakaian
aian
  8 ADL diantu sendiri

= &angguan rraasa a maman &angguan aman #emas o  >ela >elask


skan
an pa
pada
da klie
klien
no  Dengan dierikann
Dengan dierikannya
ya pen/elasan
pen/elasan 5gl" (. /an -..+2 pkl" .) ;+
5gl" (. >anuari -..+
#emas
#emas seh
sehuu
uunga
ngann teratasi dalam waktu G tentang keadaan maka klien akan menegerti dan rasa 7IB Pkl" (... 7IB
den
dengan
gan kur
kurang nya -
angnya /am perawatan  penyakitnya
in
info
form
rmas
asii tentang dengan kriteria '
tentang
#emaspun akan hilang !en/elaskan pada o  0lien tidak mengeluh
o  :akinkan
:akinkan pada klien kalauo  Dengan
Den gan mey
meyakin
akinkan
kan pad
padaa kli
klien
en #emas lagi
 penyakitnya yango  0li
0lien
en tak menmengel
geluh
uh  penyakitnya akan semuh  ahwa penyakitnya akan semuh klien tentang o  0lien tidak ertanya

ditandai dengan M #emas


DS' 0lie
0lien
n me meng
ngel
eluh
uho  Ekspresi tampak tenang
mak
maka diha
dihara
rapk
pkan
an klklie
ien
n akan
akan keadaan tentang keadaan
semakin
semaki n yakin kalau peny
penyakitny
akitnyaa  penyakitnya
#emas dengano  0lien
0lien tidak
tidak er
ertan
tanya
ya akan semuh  penyakitnya o  Ekspresi klien tampak

keadaannya tentang penyakitnya tenang


Do ' 8 Ekspresi
Ekspresi tamp
tampak 
ak 
Pkl" .)=. 7IB
#emas
  8 0lie
0lien n sesela
lalu
lu !e
!eyayaki
kink
nkan
an pa
pada
da kl
klien
ien
kal
kalau
au penpenya
yakit
kitnya
nya aka
akann
 ertanya8tanya
semuh
tentang penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai