Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja dengan
Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif di RW 02 Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok”. Karya ilmiah akhir ners ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini juga tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, masukan, pengarahan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
3. Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen koordinator mata
ajar Praktik Klinik KKMP peminatan komunitas.
4. Ns. Intan Asri Nurani, S. Kep., M. Kep selaku mahasiswa residen penanggung
jawab di wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis,
yang telah membantu dan membimbing dengan sabar serta memberikan
banyak masukan selama Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan
Peminatan Komunitas.
5. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
iah
6. Riri Maria, SKp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar Karya Ilm
Akhir Ners (KIAN).
7. Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademis.
8. Bapak dan Ibu ku tercinta, terima kasih atas semua doa serta dukungannya.
9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Keperawatan reguler angkatan
2008 dan ekstensi 2010 terima kasih atas kebersamaan serta bantuannya
selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
iv
Depok, Juli 20
Penulis
13
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas diri. Permasalahan
yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa
adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan
ketersediaan layanan pada kelompok remaja. Komunikasi yang baik antara orang
tua dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan
yang terjadi pada mereka. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga Bp. R dengan anak remaja dengan masalah ketidakefektifan
koping terutama komunikasi infektif di RW 02 Kelurahan Cisalak P asar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi
komunikasi efektif ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara
orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang
harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar serta
membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah. Saat
dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa An. H yang awalnya adalah
anak yang pendiam dan tertutup setelah Ibu. R berkomunikasi efektif
menggunakan “pesan saya” bisa lebih membuka dirinya, An. H juga sudah mulai
mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada
orang tuanya. Saran bagi keluarga adalah agar keluarga lebih mengoptimalkan
dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi
yang terbuka antara orang tua dengan remaja.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 10
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 10
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Kelimuan....................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Aplikatif........................................................................ 11
1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga................................... 11
1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan................................... 12
1.4.3 Manfaat Metodologi.................................................................... 12
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 13
2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan..... 13
2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban)............. 14
2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan........... 15
2.2 Remaja.................................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Remaja....................................................................... 16
2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja................................................................ 20
2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja................................... 23
2.2.4 Perubahan pada Remaja.............................................................. 24
2.3 Keluarga................................................................................................ 25
2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja................. 26
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..................................... 28
2.5.1 Pengkajian Keluarga.................................................................... 29
2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga............................. 29
2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga.............. 30
2.5.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga........................................... 31
2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga.......................................... 32
2.5.6 Evaluasi....................................................................................... 33
2.6 Ketidakefektifan Koping....................................................................... 33
2.6.1 Komunikasi.................................................................................. 34
2.6.1.1 Komunikasi Efektif.......................................................... 34
2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif............................................... 35
ix Universitas Indonesia
4. ANALISIS SITUASI.................................................................................. 63
4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 63
4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................. 64
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP................................... 64
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja.................................. 66
4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait...... 68
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan....................................... 70
5. PENUTUP................................................................................................... 72
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 72
5.2 Saran..................................................................................................... 73
5.2.1 Pengambil Kebijakan................................................................... 73
5.2.2 Perawat Komunitas...................................................................... 74
5.2.3 Keluarga...................................................................................... 74
5.2.4 Remaja......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 75
LAMPIRAN....................................................................................................... 78
Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri
(BKKBN, 2009).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan
pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi
sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.
Remaja pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis
dan psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan
dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat
beragam (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang
sangat beragam di masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja
(Hurlock, 1998).
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya
krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas
dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009).
Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara
lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri,
emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan
perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif,
pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis
yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada
keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak
berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya,
karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia
ini sering terlibat dalam geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada
remaja, sering mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan
(stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress
sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan
titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal
pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan
sering kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja
merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa
transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada
situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi
dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa (Purwanto,
1999).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang
dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut:
a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja ang
y
dan
sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi ba
terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan
cepat. Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari p ada
pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.
c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi m asih
nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa
bagian badan.
d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-
tanda kedewasaan.
Sedangkan menurut Purwanto (1999), periode remaja adalah periode
yang dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan
seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu. Secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1998).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan
mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan
emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup
ngat
fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sa
ogis.
rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiol
Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada
remaja (Santrock, 2007).
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari
pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial
terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang
berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, mas alah
yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai
sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gej olak
emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasa lah.
Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah p ada
remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, sosial-ekonomi, latar
belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007).
Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus
terlebih dahulu memahami karakteristik psikososial yang dialami oleh
remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto (1999) dijelaskan
bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan
(15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun).
1. Remaja Awal (10 -14 tahun)
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang
biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran
diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis
maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan emosi
ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.
Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan
berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung
memberontak dan terjadi konflik.
Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian,
gaya yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk
kelompok sebaya yang sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan
kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung
mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk
tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi obat
(narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu
remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang
lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).
2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)
Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini
biasanya remaja lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu
berkompromi, tenang, sabar, lebih toleran untuk menerima pendapat
orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk berfikir independen dan
menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Remaja juga
mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu
dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan
mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih
untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan keluar ga.
Remaja mulai memiliki minat yang besar dalam seni, olah raga,
organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya intelektualitas
mereka. Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan
peduli untuk mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya
sehingga remaja sering bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang
dirasakan nyaman bagi mereka walaupun berisiko. Beberapa remaja
menyalahgunakan narkoba karena tertarik dengan keterangan yang
diberikan oleh media mengenai sensasi yang dihasilkan, mereka
bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat memberikan
pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007).
3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)
Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya
sehingga mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang
tumbuh dengan baik dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik
secara finansial maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress
sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang
yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri.
Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan teman-
temannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak
dalam acara keluarga. Keluarga diharapkan terus mema ntau
perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan banyak peraturan
karena mereka sudah ingin dianggap dewasa.
2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu
yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
ode
Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa peri
aku.
lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan peril
ing.
Akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sangat pent
tnya
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepa
aja.
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal pada masa rem
dan
Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1998).
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi
sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya
akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan
datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan
juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan
perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998).
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan si kap
juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka peruba han
sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan
hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi y ang
intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikolo gis.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku m aka
nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersi kap
ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1998).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta
para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka
memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya
menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan
mereka (Hurlock, 1998).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau
dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau
agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya.
Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal (Hurlock,
1998).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal
(Hurlock, 1998).
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna erah
m
nya,
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana ada
nya
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak ha
nya,
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-teman
menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa
rah.
remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi ma
nya
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakan
diri
atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sen
(Hurlock, 1998).
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan
bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan
obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan
(Hurlock, 1998).
2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
a. Menerima citra tubuh
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan
waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-
cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai den gan
apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998).
b. Menerima identitas seksual
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tida klah
mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka t elah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi
berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong untuk
memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempel ajari
peran feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri sel ama
bertahun-tahun (Hurlock, 1998).
c. Mengembangkan sisitem nilai personal
Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus
mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus
bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998).
d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
ntuk
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha u
mandiri harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1998).
e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak
remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman
yang diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya
yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok
dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua
(Hurlock, 1998).
f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh
perkembangan ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal
dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja
(Hurlock, 1998).
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-
nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki,
adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang
bertanggung jawab (Hurlock, 1998).
2.2.4 Perubahan pada Remaja
a. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi
pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk
pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu:
1. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langs ung
dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja p utri
(menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-l aki.
2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih
lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut
disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi
perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar
kemaluan (pubis).
b. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisik yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
a) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul peril aku
ingin coba-coba.
2.3 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tem pat
anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umum nya
anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang y ang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkat kan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota kelua rga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik
pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik a nak-
anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk
(2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008)
Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya
masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku
anak sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana
diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak akan
ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang
tua dengan anak.
4 Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat, harus segera ditangani 2
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
2.7 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Program inovasi intervensi unggulan yang dilakukan dalam menyelesaikan
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R yaitu dengan komunikasi
efektif antara remaja dan orang tua. Dalam berkomunikasi dengan remaja ada
beberapa kunci pokok yang harus diperhatikan, yaitu pertama, mendengar supaya
remaja mau bicara, kedua menerima dahulu perasaan remaja, dan ketiga bicara
supaya di dengar. Oleh sebab itu orang tua dan orang dewasa harus mau belajar
dan berubah dalam cara berbicara dan cara mendengar. Dalam mencapai tujuan
berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus lebih
dahulu siap dan mau berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang
efektif dengan mereka (BKKBN, 2002).
Adapun prosedur dari pelaksanaan komunikasi efektif, yaitu:
1. Remaja:
1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat
dan terbuka
2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya
3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan
bantuan orang tua untuk memfasilitasi
2. Orang tua:
1. Mendengar supaya remaja banyak bicara
2. Menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai
3. Berbicara supaya didengar
4. Mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam
mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja
3. Lingkungan
1. Diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif,
tenang, dan privacy remaja terjaga
2. Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup ntuk
u
menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan
atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya (cacatan: tergantung
masalah yang mau dikomunikasikan oleh remaja, dan kesepakatan dengan
remaja)
4. Pelaksanaan
Dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan remaja terdapat enam
kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar
dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, yaitu:
1. Mengenal diri sendiri
Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua dan
orang dewasa harus mengenal kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya,
kekurangan atau kelemahan yang dirasa mengganggu, cara memanfaatkan
kelebihan dan mengatasi kekurangan diri. Dengan pengenalan diri, orang tua
bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain
itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Bagaimana cara orang tua mampu menerima diri mereka sendiri, yaitu:
1) Menghargai diri sendiri; biasakan tidak membandingkan diri dengan
orang lain, karena setiap orang itu unik. Masing-masing orang berbeda.
2) Menghargai upaya yang sudah dilakukan; walaupun mungkin belum
berhasil tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah
dilakukan
3) Menentukan tujuan hidup kita; tentukan tujuan dalam mendidik anak.
Ingin menjadi ibu atau ayah yang menjadi panutan bagi anak-anaknya
4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain; memandang diri nya
maupun remaja dari sisi yang positif
5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri; bersedia menghabis kan
waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan
tercapai
6) Mengendalikan perasaan; tidak mudah marah, menghadapi kesedi han
secara wajar tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat
dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang
2. Mengenal diri remaja
Penting bagi orang tua dan orang dewasa memahami perasaan remaja.
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua dan orang dewasa kurang dapat memahami
perasaan anaknya yang diajak biocara. Agar komunikasi dapat lebih efektif,
orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami
perasaan anak sebagai lawan bicara.
Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar
perasaannya dimengerti, didengar, dihargai dan dirinya dapat diterima oleh
orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa
kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga.
Mereka akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting,
tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya.
Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah pertama, perasaan negatif.
Perasaan ini antara lain berupa perasaan marah, kesal, bosan, bingung,
kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman,
merasa tidak dicintai, dan sebagainya. Kedua, perasaan positif, antara lain
berupa perasaan berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat,
bangga, hebat, dan sebagainya.
Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi
atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya.
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua dan orang dewasa harus
menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia
sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman
dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicara. Selanjutnya orang
tua dan orang dewasa akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakandan
dialami remaja.
Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan bagaimana perasaan yang
sebenarnya. Bahasa tubuh mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala
bentuk komunikasi dan umumnya terkirim tanpa kita sadari.
Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota badan dan tubuh, posisi tubuh
remaja, bisa memberi isyarat yang banyak kepada orang tua agar memahami
perasaan remaja. Demikian pula nada dan tempo suara. Oleh karena itu
penting bagi setiap orang untuk mengenal bahasa tubuh.
3. Mendengar aktif
iliki
Dalam upaya untuk berkomunikasi yang efektif, orang tua harus mem
ima
ketrampilan untuk menjadi pendengar aktif, mendengar atau mener
kan
perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan untuk menunjuk
ang
kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap perasaan y
tua
terkandung didalamnya. Tujuan dari mendengar aktif adalah orang
ang
memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa y
kita lihat atau kita sangka.
Teknik mendengar aktif:
1) Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh
2) Membuka diri dan siap mendengarkan
3) Tidak berbicara ketika remaja berbicara
4) Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak sesuai
dengan kacamata anak, bukan kacamata orang tua
Mendengar aktif sangat tepat digunakan bila: pertama, remaja sedang
mengalami masalah dan menunjukkan emosi yang kuat, atau kedua, remaja
tidak menunjukkan emosi akan tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang
tidak nyaman.
Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah berperan seperti cermin,
dengan memantulkan kembali, menemani perasaan, serta mengulang isi pesan
yang diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar, dipahami dan
didukung. Misal: Tono bilang dia akan ketemu aku di acara pertemuan
remaja. Eh nggak tahunya dia nggak muncul, jadinya aku nggak punya
temaan disana. Orang tua: Jadi Ana malu dong ya, karena Tono tidak datang.
Cara menjadi cermin: Ketika remaja berbicara tunggulah 10 detik sebelum
membalas pembicaraan. Gunakan waktu untuk berpikir “Apa yang sedang
dirasakan anak saya?” dan ”Apa yang menyebabkan anak saya punya
perasaan seperti ini?”. Ada beberapa kata-kata sebagai ungkapan
memantulkan perasaan anak kita, yaitu: ”kamu kayaknya lagi ...... kar
ena
......” atau ”Kamu kelihatannya ......... karena ..........”.
Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar aktif pada saat
berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1. Membantu remaja untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaan
nya
sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
2. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalah
nya
sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenar
nya
dirasakan oleh anak dan remaja. Dengan demikian perasaan negatif
tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
3. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan
remaja. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan remaja yang
sedang kita dengarkan masalahnya.
4. Membuat remaja merasa dirinya penting dan berharga.
5. Membuat remaja merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah
menerima dan memahami orang lain.
6. Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya sehingga mudah
terjalin kerjasama.
4. Membandingkan
Tujuan orang tua: Memotivasi dengan memberi contoh orang lain.
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak disayang, pilih kasih, saya memang
selalu jelek.
5. Mencap
Tujuan orang tua: Memberitahu kekurangan dengan maksud remaja
berubah.
Pesan yang ditangkap remaja: Itulah saya.
6. Mengancam
Tujuan orang tua: Supaya menurut/ patuh dengan cepat.
Pesan yang ditangkap remaja: Cemas, takut.
7. Menasehati
Tujuan orang tua: Supaya remaja tahu mana yang baik dan buruk.
Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan bawel.
8. Membohongi
Tujuan orang tua: Membuat urusan jadi gampang.
Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/ orang dewasa tidak dapat
dipercaya.
9. Menghibur
Tujuan orang tua: Menghilangkan kesedihan atau kekecewaan, remaja
jadi senang terus dan jangan larut
Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan dimengerti melarikan
masalah.
10. Mengkritik
Tujuan orang tua: Meningkatkan kemampuan dirinya agar remaja
memperbaiki kesalahan.
Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah.
11. Menyindir
Tujuan orang tua: Memotivasi, mengingatkan supaya tidak selalu
melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya.
Pesan yang ditangkap remaja: Menyakiti hati.
12. Menganalisa
Tujuan orang tua: Mencari penyebab positif/ negatif remaja atau
kesalahannya dan berupaya mencegahnya agar tidak melakukan
kesalahan yang sama lagi.
Pesan yang ditangkap remaja: Ibu sok pintar.
(BKKBN, 2002).
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
46 Universitas Indonesia
menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter
di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini
jarang dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang
(suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan beberapa
teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke
warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R
mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan.
Namun An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-
temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R
sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga
mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas
setiap anggota keluarga. Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya. An. H mengatakan malas belajar dan jarang
Universitas Indonesia
Evaluasi standar dari tujuan khusus kelima antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja, yaitu: Puskesmas
(Program Kesehatan Peduli Remaja), psikolog, guru wali kelas, guru BP di
sekolah; 2) Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi
mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga mengenai
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar
tempat tinggal; 2) Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan; 3) Motivasi keluarga untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi; 4) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu Ibu. R juga mengatakan dengan teknik komunikasi efektif yang
sudah dilakukan Ibu. R untuk berkomunikasi dengan anak remaja (An. H),
membuat An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau
menceritakan masalahnya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Namun Ibu.
R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak yang sudah
lama diterapkan, Ibu. R juga mengatakan terkadang tidak memiliki waktu banyak
dalam berbicara dengan anak remaja di rumah karena pekerjaan dan
kesibukannya. Akan tetapi, Ibu. R memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat
memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, Ibu. R merasa selama ini
selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh An. H apabila berbicara dengan
remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka.
Setelah dilakukan eveluasi sumatif untuk masalah ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat kemandirian
keluarga. Menurut hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan yang rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV”. Kemandirian IV yaitu
keluarga yang dapat: 1) Menerima petugas puskesmas; 2) Menerima yankes
sesuai rencana; 3) Menyatakan masalah kesehatan secara benar; 4) Memanfaatkan
faskes sesuai anjuran; 5) Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran; 6)
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif; 7) Melaksanakan tindakan
promotif secara aktif.
63 Universitas Indonesia
yang berisiko untuk terjadinya ketiga masalah tersebut karena wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar yang berdekatan dengan ibu Kota Jakarta. Laporan tahunan Badan
Narkotika Kota Depok (2008) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di
Kota Depok berkisar 1,5% dari total penduduk Kota Depok, dan 75% kasus
berasal dari kelompok umur 10-18 tahun. Hasil observasi yang dilakukan penulis
dan kelompok didapatkan data bahwa terdapat tempat yang sering dijadikan
nongkrong para remaja di malam hari. Kehamilan Tidak Diinginkan juga sering
terjadi di RW ini dimana ada 10 kasus KTD dalam satu tahun. Delapan belas
remaja di RW 2 diambil untuk dibina. Data yang diperoleh bahwa dari 7 orang
remaja lelaki yang diambil 6 diantaranya pernah mencoba untuk merokok.
Sedangkan 50% dari 18 remaja mengaku sudah pernah berpacaran. Hasil
pengkajian juga dapat diketahui bahwa dari 18 remaja yang diambil sebagai
keluarga binaan mengaku jarang berbincang-bincang atau bercerita dengan orang
tuanya. Padahal komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa
dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang
terjadi pada mereka. Melihat pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan
orang tuanya, maka peneliti terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah koping
keluarga tidak efektif (komunikasi infektif) di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak
Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok karena remaja ini (An. H) mengaku
tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua. An. H juga
mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Selain itu, An. H
mengaku sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R yang
bertempat tinggal di wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok maka dapat disimpulkan hasil pengkajian awal yang
menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi yaitu pola
komunikasi antar remaja dan orang tua yang tidak efektif, yaitu Ibu. R
mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, An. H
merupakan seorang anak yang tertutup dan lebih suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga, Bp. R memang agak keras
untuk mendidik anak-anaknya, An. H mengaku tidak pernah menceritakan
masalah yang dihadapinya pada orang tua, terkadang percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan ketegangan, An. H lebih suka menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya
yang lain, saat ini An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar),
dan orang tuanya tidak mengetahui hal itu, Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
Tersusun tiga masalah keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R, yaitu(1)
Ketidakefektifan koping keluarga Bp. R; (2) Ketidakefektifan performa eran
p
remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H; (3) Risiko penurunan prestasi
belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Rencana program dalam mengatasi
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah
komunikasi yaitu dengan program yang diberi nama komunikasi efektif antara
remaja dan orang tua. Program ini diimplementasikan kedalam suatu bentuk
intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang
melibatkan keluarga Bp. R dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan
empowerment.
Rencana tindakan yang disusun untuk menyelesaikan masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi di keluarga Bp. R,
72 Universitas Indonesia
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi
inefektif antara orang tua dan remaja yaitu:
5.2.1 Pengambil Kebijakan
Perlunya kejasama antara remaja, keluarga, tokoh masyarakat, dan
puskesmas dalam membina masalah remaja. Kerja sama ini dapat disu sun
dan diaspirasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh remaja
dan disetujui serta diketahui oleh keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan bisa berbentuk aktivitas keagamaan, keolahragaan ataupun
kegiatan sosial sehingga remaja dapat mengekspresikan kreasi dan
masalahnya melalui kelompok tersebut. Selain itu juga perlunya kerjasama
antar pihak Kelurahan dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR). Kegiatan dapat dimulai dengan
pembentukan klinik konseling remaja di puskesmas.
Universitas Indonesia
Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik.
Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika.
Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting
th
and protecting the public’s health. 6 Ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Anderson, E. T., & Mc.Farlane, J. M. (2000). Community health and nursing,
concept and practice. Lippincott: California.
Aprilia, K. (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresi pada remaja. Style Sheet http: http://lib. uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_i/08410087-riza-amalia.ps. Diakses pada
tanggal 28 Juni 2013.
Bintarto. (2000). Interaksi desa-kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.
BKKBN. (2002). Teknik berkomunikasi dengan remaja. Jakarta.
________. (2012). Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta.
________. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta:
Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih
Bahasa Ester M. Jakarta: EGC.
Clemen-stone, S., McGuire, S. L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive
community health nursing: Family, aggregate, & community practice. 6th
Ed. St. Louis: Mosby, Inc.
Depkes RI. (2004). Sistem kesehatan nasional. Jakarta.
Dewi, E. N. (2008). Persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga, stres
dan kecenderungan kenakalan pada remaja. Dalam
http://ebookbrowse.com/uii-skripsi-persepsi-terhadap-ko-03320150-erva-
novasari-dewi-3996587172-abstract-pdf-d427011075. Diakses pada tanggal
25 Juni 2013.
th
Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and family development. 6 Ed. New
York: Harper & Row Publisher.
Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja. Edisi ke-4. Bandung: Rosdakarya.
75 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
a. Data Umum:
1. Nama Keluarga (KK): Bp. R
2. Jenis Kelamin: Laki-laki
3. Pendidikan Terakhir: SMP
4. Usia: 38 tahun
5. Pekerjaan: Buruh
6. Alamat: RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kec. Cimanggis
7. Komposisi Keluarga:
Jenis Hubungan Usia Pendidika n
No Nama Kelamin dgn KK
1 Ibu. R Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. H Laki-laki Anak 1 14 thn SMP kls 2
3 An. F Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. L Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek. R Perempuan Ibu 61 thn SD
Genogram:
Nenek. R
61 thn
Bp. R Ibu. R
38 thn 30 thn
78 Universitas Indonesia
Keterangan:
: Laki-laki : Cerai
8. Tipe Keluarga:
Keluarga Bp. R termasuk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/ besar). Keluarga Bp. R (38 tahun) terdiri dari Bp. R, Ibu R,
ketiga anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu Nenek. R (61 tahun).
9. Suku Bangsa:
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu. R juga
berasal dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka
gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa Indonesia. Saat di luar
rumah pun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam
percakapan. Ibu. R mengatakan keluarganya tidak memiliki
kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama:
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat lima waktu dan puasa
dilakukan. Menurut keluarga Bp. R, agama berperan sangat penting
dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada
anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit
tersebut.
11. Status Sosek Keluarga:
Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 –
2.500.000 setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai
pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R
terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R sehari-hari membuka warung
yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
79 Universitas Indonesia
rumahnya dengan penghasilan perhari menurut Ibu. R adalah
50.000-an. Keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan
dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu. R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R
saat ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya
bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekr easi
keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu
liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur
anak sekolah, tetapi sekarang jarang dilakukan, hanya jika ada
waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu. R juga mengatakan
biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak
rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah,
Ibu. R mengatakan keluarganya dapat menikmati hiburan melalui
TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika
banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main
keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil
mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton
balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.
80 Universitas Indonesia
cita, yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi hanya sebatas
harapan dan tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu. R saat ini sudah berlangsung selama
15 tahun, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia
sekolah. Saat ini, Ibu. R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha
membesarkan ketiga anaknya dengan memenuhi segala
kebutuhan mereka.
14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi:
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan
jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki
usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul den gan
keluarga, jika berada di rumah An. H banyak menghabiskan
waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang
berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu
galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Bp. R
sering marah-marah sehingga An. H malas untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenarnya Bp. R baik,
tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R
juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak
memasuki SMP. An. H mengatakan tidak mengetahui tugas
perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja,
karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi
mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya
sebagai remaja.
15. Riwayat Keluarga Inti:
Bp. R dan Ibu. R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya
lahir setahun kemudian. Ibu. R dan Bp. R baru memutuskan
memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi
yang dipilih adalah pil KB.
81 Universitas Indonesia
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya:
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit,
keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak
ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah:
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
82 Universitas Indonesia
Denah rumah Bp. R:
Kamar
Mandi Dapur
Ruang T
Tidur Ruang e
Keluarga r
a 10 m
s
Ruang Warung
Ruang Tamu
Tidur
Teras
7m
83 Universitas Indonesia
maka dirumah tersebut ditinggali keluarga Bp. R dan ibunya.
Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:
Bp. R selalu menekankan pada Ibu. R supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan
lainnya. Apabila ada waktu luang Ibu. R mengajak anaknya
bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun,
tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan
sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R
sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/ MC di acara-
acara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/ RW. Ibu. R
juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan
rumahnya. Saudara Ibu. R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu. R,
setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman
seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya,
bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan
menggunakan motor.
21. Sistem Pendukung Keluarga:
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan
orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan
berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah
keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan
bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang hidup
saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya
fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota
keluarga yang sakit menurut Ibu. R sangat membantu keluarga.
84 Universitas Indonesia
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu. R
mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat
dari orang tua. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi
pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama
dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan
kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk
bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan keluarga:
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu. R
punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya
pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi
perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu. R juga berinisiatif sendiri
untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang
sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran:
Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari
nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
Ibu. R
kan
Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserah
gga
kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tan
dan juga membuka usaha warung di rumahnya.
An. H
85 Universitas Indonesia
An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu. R yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H
dan kakak dari An. L.
An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu. R juga berperan sebagai
adik dari dua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
Nenek. R
Sebagai Ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An.
H, An. F dan An. L.
Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Budaya:
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma bud
aya.
Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap mas
alah
yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.
e. Fungsi Keluarga
26. Fungsi Afektif:
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah
dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An.
H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan
pendapatnya.
27. Fungsi Sosialisasi:
Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan
86 Universitas Indonesia
dari apotek. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan
kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi
obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan
bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok
hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus
diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada
badannya.
87 Universitas Indonesia
33. Strategi Adaptasi Disfungsional:
Tidak ada.
g. Harapan Keluarga:
Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi
sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara
perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik:
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanp a
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tida k
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat berge rak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, bab,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lem
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB T B
o
No Nama (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (c m)
3 An. H 120/80 88 20 36,5 51 1 56
(14 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat
suara tambahan.
90 Universitas Indonesia
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus
terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik,
refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela
normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanp a
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tida k
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat berge rak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitar nya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat
bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama o
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm)
4 An. F 110/80 91 21 36,8 36 139
(12 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
91 Universitas Indonesia
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak terab a,
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kana n,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elasti s,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanp a
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
92 Universitas Indonesia
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama o
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm)
5 An. L 110/70 92 22 36,9 31 134
(9 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lain nya dak
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, ti aba,
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak ter
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kana n,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
93 Universitas Indonesia
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat
bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama o
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (c m)
6 Nenek. R 140/90 90 23 37 52 1 55
(61 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan .
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainn ya a,
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak terab
bising usus terdengar 8 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kana n,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5 555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
94 Universitas Indonesia
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, jarak pandang berkurang.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat berge rak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya ,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
95 Universitas Indonesia
Nenek. R:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak memiliki keluhan
fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan
terakhir.
96 Universitas Indonesia
teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang lain
An. H mengatakan sering ditawari untuk
mencoba merokok oleh teman- temannya di
sekolah maupun di lingkungan rumah
An. H juga mengatakan sering main dengan
teman-temannya hingga malam hari
Data Objektif:
Bp. R terlihat jarang berada dirumah
An. H merupakan anak pertama dalam
keluarga
An. H berusia 14 tahun, berada pada
masa remaja awal (12-15 tahun)
Di rumahnya tidak ada yang bisa
mengajarkan peran dan tanggung
jawab kepada remaja (An. H)
Defisiensi pengetahuan tentang tugas
perkembangan maupun tanggung
jawab sebagai remaja
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
2 Data Subjektif: Risiko penurunan
Ibu. R mengatakan bahwa anaknya prestasi belajar pada
jarang belajar dan nilainya pas-pasan keluarga Bp. R
Ibu. R mengatakan tidak pernah khususnya An. H.
memantau aktivitas belajar anaknya di
rumah
An. H mengatakan malas belajar dan
jarang mengerjakan tugas sekolahnya
Data Objektif:
97 Universitas Indonesia
suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul
dengan keluarga
Ibu. R mengatakan Bp. R memang
agak keras untuk mendidik anak-
anaknya
An. H mengaku tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
An. H mengatakan kadang percakapan
dengan orang tua akan berakhir
dengan ketegangan
An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada
teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang
lain
An. H mengatakan sudah memiliki
teman dekat wanita (pacar), dan orang
tuanya tidak mengetahui hal itu
Data Objektif:
Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada
anaknya
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
98 Universitas Indonesia
Ubah: orang tuanya, melalui pendekatan
Mudah komunikasi yang efektif akan
pengenalan peran dan tanggung jawab
remaja maka penerapan peran pada
remaja di keluarga Bp. R akan efektif.
99 Universitas Indonesia
4 Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2 Masalah ini merupakan proses
Masalah: pembelajaran anak yang hasilnya
Ada masalah tetapi belum terlihat.
tidak perlu segera
ditangani
Total 3 5/6
b. Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R.
2. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R
khususnya An. H.
3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya
An. H.
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
dalam menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
2.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2 .1.1 Diskusikan bersama
risiko akibat verbal menyebutkan 3 dari 5 keluarga apa yang
masalah risiko akibat masalah diketahui keluarga
komunikasi yang komunikasi yang tidak tentang risiko akibat
tidak efektif dalam efektif dalam keluarga masalah komunikasi
keluarga bila tidak bila tidak diatasi, yaitu: yang tidak efektif dalam
diatasi. 1. Kenakalan remaja keluarga bila tidak
2. Menimbulkan diatasi.
perubahan sikap 2 .1.2 Berikan pujian kepada
pada diri remaja keluarga tentang
3. Anggota keluarga pemahaman keluarga
saling tertutup satu yang benar.
sama lain 2 .1.3 Berikan informasi
4. Seringnya terjadi kepada keluarga tentang
perceraian orang tua risiko akibat masalah
5. Anak remaja merasa komunikasi yang tidak
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 3 .1.1 Diskusikan bersama
jenis-jenis verbal menyebutkan jenis- keluarga apa yang
komunikasi. jenis komunikasi, yaitu: diketahui keluarga
1. Komunikasi verbal tentang jenis-jenis
dengan kata-kata komunikasi.
2. Komunikasi non 3 .1.2 Berikan pujian kepada
verbal disebut keluarga tentang
dengan bahasa tubuh pemahaman yang benar.
3 .1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai jenis-jenis
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
3 .1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
5. Setelah 3 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan
untuk fasilitasi
komunikasi efektif
dalam keluarga, dengan
mampu:
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengasuh anak
remaja, dengan
mampu: .1.1 Dorong keluarga untuk
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 3 menceritakan sikap
sikap orang tua verbal menyebutkan minimal 3 orang tua dalam
dalam mengasuh dari 4 sikap orang tua mengasuh anak remaja.
anak remaja. dalam mengasuh anak
5. Setelah 1 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada untuk berkonsultasi
mengenai tumbuh
kembang remaja,
dengan mampu:
5.1 Menyebutkan Respon Keluarga dapat 5 .1.1 Diskusikan bersama
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas keluarga mengenai
kesehatan untuk yang dapat dikunjungi, fasilitas kesehatan yang
berkonsultasi yaitu: ada disekitar tempat
mengenai tumbuh 1. Puskesmas (PKPR) tinggal.
kembang remaja. 2. Rumah sakit 5 .1.2 Motivasi keluarga untuk
3. Klinik dokter mengulang fasilitas
4. Psikolog kesehatan yang dapat
5. Guru wali kelas dikunjungi.
6. Guru BP di sekolah 5 .1.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
5.2 Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi 5 .2.3 Motivasi keluarga untuk
fasilitas pelayanan afektif pelayanan kesehatan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk untuk konsultasi kesehatan.
berkonsultasi tumbuh kembang 5.2.4 Berikan reinforcement
berkomunikasi.
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapa i ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal komunikasi yang efektif
antara orang tua denga n remaja,
mengambil keputusan dalam
menciptakan komunika si yang efektif
dalam keluarga dan me ndemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
Planning:
Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa
pertama (ketidakefektifan koping pada
keluarga Bp. R)
1 29 Mei 2013 1. Mengevaluasi TUK 1 – 5 Subjektif :
jam 10.00 Keluarga (Ibu. R) mam pu menyebutkan
WIB kembali pengertian ko munikasi
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
pengertian komunikasi keluarga yang
efektif
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
penyebab komunikasi t idak efektif.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
syarat-syarat komunika si efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu mengide ntifikasi
kembali komunikasi ko munikasi yang
tidak efektif pada kelua rga Bp. R.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
risiko akibat masalah komunikasi yang
136 Universitas Indonesia
tidak efektif dalam kel uarga bila tidak
diatasi
Ibu. R mengatakan sud ah
mengusahakan berbica ra dengan
anaknya
Ibu. R mampu mengam bil keputusan
untuk mengikuti progra m masalah
ketidakefektifan kopin g terutama
masalah komunikasi.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
jenis-jenis komunikasi.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
hambatan dalam berko munikasi.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
faktor-faktor dalam diri remaja untuk
mendukung komunikas i efektif.
Ibu. R mampu menyeb utkan kembali
faktor-faktor dalam diri orang tua untuk
i efektif
mendukung komunikas
utkan kembali
Ibu. R mampu menyeb
n untuk
faktor-faktor lingkunga i efektif
mendukung komunikas
utkan kembali
Ibu. R mampu menyeb
esehatan yang
jenis-jenis pelayanan k
rga untuk
dapat dikunjungi kelua
komunikasi
berkonsultasi masalah maja yang ada
antara orang
disekitar tua dan
tempat re
tinggal.
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai dita ndai dengan
keluarga telah mampu mengenal
komunikasi yang efekti f antara orang
tua dengan remaja, me ngambil
keputusan dalam menc iptakan
komunikasi yang efekti f dalam
keluarga, mendemonstr asikan
komunikasi yang efekti f dengan anak
remaja, memodifikasi l ingkungan dan
memanfaatkan pelayan an kesehatan
untuk memfasilitasi ko munikasi efektif
dalam keluarga antara o rang tua dan
remaja.
Planning:
TUK 1 – 3 untuk diagnosa ke dua
(ketidakefektifan performa peran
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dap at
mendemonstrasikan ke mbali cara
komunikasi terbuka de ngan remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapa i ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal masalah tum buh kembang
remaja, mengambil kep utusan yang
tepat untuk mengasuh a nak remaja dan
munikasi yang
mendemonstrasikan ko
maja.
terbuka dengan anak re
itandai dengan
TUK 4 dan 5 tercapai d
memodifikasi
keluarga telah mampu
faatkan
lingkungan dan meman
tuk
pelayanan kesehatan un
enerapkan peran
memfasilitasi dalam m
maja.
dan tanggung jawab re
Planning:
tuk diagnosa ke
Evaluasi TUK 1 – 5 un
erforma peran
dua (ketidakefektifan p
pada keluarga Bp. R khususnya An. H)
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dap at
mendemonstrasikan ke mbali cara
komunikasi terbuka de ngan remaja
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai dita ndai dengan
keluarga telah mampu mengenal
masalah tumbuh kemba ng remaja,
mengambil keputusan yang tepat untuk
mengasuh anak remaja ,
mendemonstrasikan ko munikasi yang
terbuka dengan anak re maja,
memodifikasi lingkung an dan
memanfaatkan pelayan an kesehatan
untuk memfasilitasi me mfasilitasi
dalam menerapkan per an dan tanggung
jawab remaja.
TINGKAT KEMANDIRIAN
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan alasan:
Kriteria Ya Tidak Pembenaran
Keluarga √ Selama praktek dan melakukan kunjung an
menerima petugas rumah, keluarga selalu menerima
perawatan kehadiran perawat dengan sikap ramah dan h
kesehatan terbuka sesuai dengan kontrak yang tela
masyarakat disepakati bersama. Keluarga dan
mahasiswa hampir selalu menyepakati
kontrak yang telah ditentukan. Apabila at
keluarga ada acara dan kegiatan pada sa
kontrak yang telah disepakati, keluarga
memberitahukan kepada mahasiswa
terlebih dahulu.
Keluarga √ Saat proses pengkajian, keluarga menjaw ab
mengungkapkan pertanyaan mahasiswa dengan benar yang
masalah kesehatan kemudian di klarifikasi dengan pemeriksaan
yang dialami fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
secara benar Keluarga dengan terbuka mau membicarakan
masalah kesehatan yang ada dengan
mahasiswa. Keluarga merasa yakin bahwa
kehadiran mahasiswa adalah untuk membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatan
yang ada.
Keluarga √ Hasil pengkajian yang dilakukan
menerima mahasiswa kepada dan bersama keluarga
pelayanan kemudian dianalisis untuk menentukan
kesehatan yang masalah keperawatan. Masalah atau
diberikan sesuai diagnosa keperawatan yang ada disusun
dengan rencana secara prioritas bersama keluarga dan
keperawatan direncanakan intervensi untuk
mengatasinya. Tiga diagnosa keperawatan
yang ditemukan telah diselesaikan dua
diagnosa utamanya.
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Mila Sri Wardani
NPM : 0806457155
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1990
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Komp. DEPPEN Blok DD No. 4 RT 001/ RW 011
Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis –
Depok 16954
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Telepon : 08561129187
Email : milasri.wardani@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1995 – 1996 : TK Dian Paramita Cimanggis – Depok
2. 1996 – 2001 : SD Negeri Harjamukti IV Cimanggis – Depok
3. 2001 – 2002 : SD Negeri 05 Pagi Cibubur – Jakarta Timur
4. 2002 – 2005 : SMP Negeri 147 Cibubur – Jakarta Timur
5. 2005 – 2008 : SMA Negeri 99 Cibubur – Jakarta Timur