Anda di halaman 1dari 17

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ARTIKEL ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eva Adillia

NIM : 1830501115

Jurusan/Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

menyatakan bahwa:

Artikel ini adalah karya penulis sendiri, bukan contekan/plagiat, dan belum
pernah Palembang, 14 Agustus 2021
Yang membuat pernyataan
dipublikasikan di jurnal manapun.

Mengetahui,
E
DPL KKN Reguler Angkatan ke-75
va Adillia
NIM. 1830501115

Dr. Saipul An-Nur, M.Pd


NIP. 197012081996031003

MANAJEMEN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES


PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PELAJAR TPA
DI DESA SANTAPAN TIMUR KECAMATAN KANDIS KABUPATEN
OGAN ILIR

Eva Adillia1, Dr. Saipul Annur M.Pd2, Dolla Sobari, M.Ag3

1
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Raden Fatah Palembang
2
Prodi Manajemen Pendidikan Islam, UIN Raden Fatah Palembang
3
LP2M UIN Raden Fatah Palembang

Email : adilliaeva38@gmail.com

Abstrak

Program pengabdian masyarakat dalam bentuk pendidikan ini atas dasar kerjasama Mahasiswa
Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang dengan Desa Santapan
Timur, Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Kegiatan ini menggambarkan manajemen komunikasi interpersonal antara
tenaga pengajar dan pelajar TPA di Desa Santapan Timur dalam proses penerapan pendidikan
karakter, dimana sebagai salah satu bagian dari pengabdian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
hambatan, faktor yang mendukung pencapaian serta solusi dalam proses penerapan pendidikan
karakter terhadap pelajar TPA di Desa Santapan Timur. Kegiatan ini berfokus pada pelajar TPA
yang menggunakan teori komunikasi interpersonal melalui pendekatan langsung kepada pelajar
TPA dengan memberikan contoh dan kebiasaan berperilaku baik, dengan tujuan dapat mengubah
perilaku pelajar TPA yang berakhlak mulia beserta meningkatkan minat belajar pada pelajar.
Dimana, dimasa pandemi Covid-19 saat ini, berdasarkan hasil pengamatan, sebagian pelajar
mengalami kesulitan dalam belajar sehingga berpengaruh pada minat belajar serta berperilaku
kurang baik seperti berkata kasar merupakan gambaran bahwa kualitas karakter para pelajar yang
menurun. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting diterapkan, karena melalui
pendidikan karakter sejak dini, para pelajar lebih diarahkan pada hal-hal yang positif.

Kata kunci : manajemen, komunikasi interpersonal, pendidikan karakter


Abstract

Community service program in the form of education is based on the cooperation of students of
The Real Work Lecture of Raden Fatah State Islamic University Palembang with East Santapan
Village, Kandis Subdistrict, Ogan Ilir Regency, South Sumatra Province to improving the quality
of education. The activity describes the management of interpersonal communication between
teaching and TPA students in the East Santapan village in the process of implementing character
education, which is a part of the service. This is done to know of obstacles, factors that support
achievement and solutions in the process of applying character education to TPA students in East
Santapan village.The activity focuses on the TPA students and uses the interpersonal
communication theory through a direct approach to the TPA students by example and good
behavior, with the goal of changing the behavior of the least morally debased students and
increasing interest in learning the students. Where, at the covid-19 pandemic, as observed, some
students have difficulty learning and thus influence learning and misbehaving interests like harsh
language is an idea that the quality of character of the students is declining. Character education
is therefore vital, for through early character education, students are more directed at positive
things.

Keywords : management, interpersonal communication, character education

PENDAHULUAN

Komunikasi ialah aktivitas dasar manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri
karena manusia merupakan makhluk sosial dan saling membutuhkan untuk memenuhi
kebutuhannya. Untuk itu, komunikasi diperlukan untuk memajukan aktivitas seluruh
umat manusia. Jika proses berjalan dengan baik, maka komunikasi akan berjalan dengan
lancar dan sukses. Hubungan antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik itu yang
berhubungan dengan bahasa normal atau non-verbal yang sering dikaitkan dengan
simbol, gambar atau sarana komunikasi. Komunikasi memainkan peran penting tidak
hanya dalam mempertahankan hidup tetapi juga dalam menjaga hubungan dan mencapai
kebahagiaan dalam hidup.

Komunikasi adalah hasil dari hubungan sosial, yang mengarah ke interaksi sosial.
Menurut Rochajat Harun dan Elviano Ardianto, komunikasi memiliki beberapa fungsi.
Yaitu, mengenal diri sendiri dan orang lain, mengenal dunia luar, menciptakan dan
memelihara lingkungan, bermain, bersenang-senang, dan membantu orang lain. Hal ini
menunjukkan pentingnya komunikasi bagi manusia. Di pendidikan sendiri, komunikasi
memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, sekolah
maupun di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan lembaga pendidikan formal
yang tujuan utamanya adalah mengubah perilaku para pelajar, dimana hal tersebut
melibatkan komunikasi itu sendiri.

Pendidikan berbasis karakter sudah menjadi niat dan komitmen pemerintah. Pada
Senin, 2 Mei 2011, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter
dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) melalui pidato Menteri Pendidikan.
Seluruh sektor dan pelosok tanah air segera menerapkan konsep pendidikan di semua
jenjang pendidikan. Kebijakan ini ditempuh dengan tujuan melatih peserta didik atau
generasi penerus bangsa Indonesia agar memiliki kepribadian berbudi luhur, mulia serta
kepribadian yang baik, tangguh dan berkarakter unggul. Bahwasanya, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),
berperasaan baik atau loving good (moral feeling) dan berperilaku baik (moral action)
sehingga terbentuk perwujudan perilaku serta sikap hidup pelajar/siswa yang terarah.
Dalam rangka lebih memperkuat aplikasi pendidikan karakter dalam satuan pendidikan
sudah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber berdasarkan Agama, Pancasila, Budaya, &
Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Toleransi, (3) Jujur, (4) Kerja keras,
(5) Disiplin, (6) Mandiri, (7) Kreatif, (8) Rasa ingin tahu, (9) Demokratis, (10) Cinta
Tanah air, (11) Semangat Kebangsaan, (12) Bersahabat/komunikatif, (13) menghargai
prestasi, (14) Gemar Membaca, (15) cinta damai, (16) Peduli Sosial, (17) Peduli
lingkungan, (18) Bertanggung Jawab.

Namun, di masa pandemi Covid-19 saat ini, berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara yang telah dilakukan, beberapa para pelajar TPA di Desa Santapan Timur
kesulitan dalam belajar yang berpengaruh kepada minat belajar serta faktor lingkungan
yang menyebabkan menurunnya kualitas karakter para pelajar TPA. Maka dengan hal ini,
perlunya melakukan pendekatan kepada pelajar TPA dengan menggunakan komunikasi
interpersonal antara tenaga pengajar (komunikator) dan pelajar TPA (komunikan) sebagai
langkah efektif dalam proses penerapan pendidikan karakter terhadap pelajar TPA di
Desa Santapan Timur, Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi yang lebih
jelas dan lengkap serta untuk memudahkan peneliti dalam proses penelitian dan
observasinya. Oleh karena itu, penulis menetapkan lokasi penelitian ialah lokasi selama
kegiatan Kuliah Kerja Nyata, yaitu dari tanggal 20 Juli sampai dengan 26 Juli 2021 di
Desa Santapan Timur, Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir.

Metode Penelitian

Tipe Penelitian yang peneliti lakukan selama di lokasi KKN adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar,
Menurut Sugiono (2013:13), metode penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai metode
penelitian berbasis filosofi positivis yang digunakan untuk mensurvei populasi atau
sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel sering dilakukan secara acak untuk
menyelidiki hipotesis yang telah ditetapkan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


Metode Wawancara kepada tenaga pengajar, Metode Observasi/pengamatan serta Metode
Dokumentasi (pengumpulan data berupa gambar). Dan untuk teknik analisis data yaitu
analisis model yang dipopulerkan oleh Miles dan Huberman, diantaranya pengumpulan
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan :

Manajemen Komunikasi

Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, “communicate”,


berarti: (1) untuk bertukar perasaan, fikiran dan informasi; (2) untuk membuat tahu; (3)
untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti: (1) pertukaran simbol,
pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran antara individu melalui simbol-
simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan suatu gagasan, dan (4) suatu ilmu
pengetahuan mengenai pengiriman informasi. Lasswell mengemukakan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Sedangkan manajemen sendiri berasal dari kata “manage” dalam bahasa Inggris
artinya mengatur, melaksanakan, mengelola. Jadi managemen adalah seni untuk
mengatur atau melaksanakan atau mengelola sesuatu. Menurut Handoko (2003: 8),
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya dari suatu
organisasi.

Manajemen komunikasi pada dasarnya adalah kombinasi dari ilmu komunikasi


dan teori manajemen untuk aplikasi ke banyak platform multimedia yang berbeda.
Manajemen komunikasi juga dapat dipahami sebagai perencanaan sistematis,
implementasi, pemantauan dan modifikasi semua saluran komunikasi di dalam dan di
antara organisasi. Menyebarluaskan pedoman untuk komunikasi baru yang terhubung ke
jaringan, organisasi atau komunikasi teknologi, termasuk organisasi maupun pendidikan.
Oleh karena itu, konsep manajemen komunikasi adalah suatu cara bagi setiap individu
untuk mengelola proses komunikasi dalam hubungannya dengan pihak lain dalam hal
komunikasi.

Secara umum, tujuan dari manajemen komunikasi adalah agar orang-orang dapat
berinteraksi dengan baik sehingga mereka dapat memahami dan memahami bagaimana
berkomunikasi dengan baik. Atau, manajemen komunikasi dapat digunakan sebagai
sarana untuk menginformasikan bagaimana orang lain berinteraksi. Beberapa tujuan lain
dari manajemen komunikasi adalah pengembangan bentuk interaksi profesional,
pembentukan niat baik, toleransi yang tinggi, kerjasama, saling menghormati dan
pencapaian sudut pandang menguntungkan lainnya. Menurut buku Prinsip Manajemen
(Sukarna, 2011:10) karya George R. Terry (1958), fungsi manajemen adalah Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling
(Pengawasan), yang disingkat dengan POAC.

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi secara tatap muka


maupun melalui media perantara dan saling mempengaruhi, mendengarkan,
menyampaikan pernyataan, keterbukaan, dan peka, dimana merupakan cara paling efektif
dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara
langsung. Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dalam Liliweri (1991)
diartikan sebagai proses pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang
lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Sedangkan
Mulyana (2004 : 73) mengemukakan komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individu-individu secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan) menangkap
reaksi lawan bicaranya secara langsung, baik itu verbal maupun non-verbal.

Indikator Komunikasi Interpersonal

Sedikitnya ada lima hal yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif.

a. Keterbukaan (Openness).

Kualitas keterbukaan mengarah pada tiga aspek dari komunikasi


interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada
individu/orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segara membukakan semua riwayat hidupnya. Dalam hal ini, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi agar komunikasi berjalan
dengan efektif.

Aspek keterbukaan yang kedua mengarah kepada kesediaan si komunikator


untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Sedangkan aspek ketiga
menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran.

Gambar 1 : Saya dan salah satu pelajar TPA kegiatan belajar Al-Qur’an. Disini, komunikasi
memegang peranan penting dalam kegiatan tersebut

b. Empati (empathy).
Empati adalah “suatu kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang
sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain.
melalui kacamata orang lain itu. “Bersimpati, di pihak lain adalah turut merasakan.
Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang, dapat
mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal,
kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekpresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi
terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan
fisik, serta sentuhan. Beberapa metode pengungkapan empati secara verbal adalah:
merefleksi balik kepada pembicara perasaan, membuat pernyataan tentatif, dan
adanya pengungkapan diri.

Dalam hal ini, kami melakukan interaksi terhadap adik-adik pelajar TPA
dengan tujuan memberikan pengertian serta pembelajaran, diantaranya terkait betapa
pentingnya bersikap sopan santun kepada orang yang lebih tua, memberikan contoh
berperilaku yang baik.

c. Sikap mendukung (Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap


mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung, dan memperlihatkan sikap-sikap
yang mendukung. Dalam hal ini, pada saat kami mengadakan lomba, respon adik-
adik para pelajar sangat positif, terbukti dengan sikap sportif/saling mendukung satu
sama lainnya.

d. Sikap positif (positiveness).

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal sedikitnya


dilakukan dua cara yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif
mendorong orang melakukan proses interaksi. Sikap positif mengacu pada aspek dari
komunikasi interpersonal.

Dalam hal ini, kami melakukan interaksi terhadap pelajar TPA melalui
kegiatan belajar mengajar Al-Qur'an sekaligus menanamkan nilai-nilai Islam.
Beberapa pelajar TPA merespon positif dengan menyimak serta bertanya terkait apa
yang disampaikan, dan beberapa pelajar TPA yang jenuh dengan menunjukkan gestur
'bermain-main' sehingga tidak serius dalam belajar. Maka, disini kami menempatkan
diri sebagai bagian mereka dengan cara pembawaan materi yang ringan agar mudah
dipahami oleh pelajar TPA di sana, sehingga proses penerapan pendidikan karakter
melalui komunikasi berjalan dengan efektif.

Gambar 2: Komunikasi antara tenaga pengajar dan pelajar TPA dalam kegiatan Belajar Al-
Qur’an di Desa Santapan Timur

e. Kesetaraan (equality).

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, tidak


sependapat dan konflik lebih dilihat sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain. Kesetaraan tidak harus menerima atau menyetujui dari semua perilaku verbal
dan nonverbal pihak lain. Dalam hal kesetaraan ini terbentuk dari dua hal yaitu
menerima pihak lain dan memberikan penghargaan secara positif kepada orang yang
diajak berkomunikasi.

Hal ini, saya beserta teman-teman KKN mengadakan lomba anak-anak islami
sebagai wadah kreatifitas para pelajar TPA di Desa Santapan Timur beserta kegiatan
bimbingan belajar sehingga dapat meningkatkan minat belajar pada adik-adik pelajar
TPA tersebut. Dari kegiatan tersebut, tentunya ada beberapa pelajar TPA yang unggul
sehingga menimbulkan rasa iri dari pelajar TPA lainnya. Maka, kami sebagai
komunikan memberikan motivasi serta apresiasi kepada pelajar TPA lainnya untuk
lebih giat dalam belajar serta mengembangkan potensi dirinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator komunikasi interpersonal


dalam penelitian ini adalah adanya keterbukaan yang ditandai dengan sikap terbuka
terhadap komunikan, adanya kejujuran dan kepemilikan perasaan dan pikiran, lalu
empati dimulai dengan refleksi balik dengan adanya pernyataan tentatif, selanjutnya
pengungkapan diri dengan sikap yang mendukung dengan bersikap secara deskriptif,
spontan, dan provisional. Sikap positif dengan ciri-ciri menyatakan sikap positif
mendorong tenaga pengajar (komunikator) untuk berinteraksi dengan apa adanya
kepada para pelajar TPA (komunikan) di Desa Santapan Timur.

Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mengacu pada proses penanaman nilai, berupa pemahaman-


pemahaman, tata cara merawat dan menghidupi nilai-nilai itu, serta bagaimana seorang
siswa memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai tersebut secara nyata
(Susanti. 2013). Lebih jelas Lickona (1991) menyatakan bahwa pengertian pendidikan
karakter adalah suatu usaha yang disengaja/terencana untuk membantu seseorang yang
bertujuan dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang
sebenar-benarnya. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa meliputi:

(1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran
yang baik, dan berprilaku baik.
(2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
(3) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada
bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia (Kemendiknas. 2011).

Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti, pendidikan
watak, pendidikan moral, pendidikan nilai, yang dilakukan secara sadar, sistematis dan
ditujukan agar kemampuan seseorang atau peserta didik berkembang sehingga bisa
memutuskan dan mempraktikkan kebaikan dalam kesehariannya seperti bertanggung
jawab, jujur, bekerja keras dan menghormati orang lain adalah pengertian dan tujuan dari
pendidikan karakter.
Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara serta observasi dalam kaitannya proses komunikasi


yang terjadi antara tenaga pengajar dengan pelajar TPA, ternyata peran tenaga pengajar
sangat signifikan dalam membentuk karakter pelajar itu sendiri. Pembiasaan karakter
terhadap pelajar TPA dapat dilakukan dengan cara menyisipkan nilai-nilai Islam dalam
pembelajaran seperti salam, doa sebelum dan sesudah pelajaran. Tenaga pengajar/guru
melakukan berbagai macam cara dalam mengajar dan menyisipkan pendidikan karakter,
pada saat menenangkan pelajar, guru mengkreasikan tepukan tangan dan nyanyian (ice
breaking).

Berdasarkan komponen komunikasi Interpersonal :

1. Sumber/Komunikator : Dalam konteks komunikasi interpersonal, komunikator adalah


individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan suatu informasi
atau pesan. Komunikasi Interpersonal dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat
bahwa kedudukan guru/tenaga pengajar sebagai komunikator dalam memberikan
perintah, nasehat, dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada pelajar TPA.
2. Komunikan/penerima pesan : siswa/pelajar diharapkan mampu merespon pesan atau
pelajaran yang telah diberikan guru/tenaga pengajar dan memberikan feedback
kepada guru sehingga guru akan mengkomunikasikan lagi apa yang disampaikan, hal
tersebut akan berjalan dengan efektif jika antara komunikator dan komunikan terjadi
feedback (hubungan timbal balik).

Berdasarkan Teori Komunikasi Interpersonal :

Efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan 5 unsur yang


dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empaty), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (Openness)

Komunikasi interpersonal yang efektif haruslah dapat terbuka kepada orang


yang diajak berinteraksi, dan yang diajak berinteraksi juga mau terbuka kepada yang
mengajak. Dari hasil proses wawancara dengan guru dengan siswa bahwa ada
keterbukaan antara guru dengan siswa, guru bertanya kepada siswa agar mau
bercerita jika ada masalah baik masalah dari lingkungan luar maupun dari lingkungan
TPA misal ada masalah dengan teman sebayanya, sering berkelahi, siswa mau
bercerita dengan guru agar bisa dinasehati. Sedangkan informan pelajar TPA
darihasil wawancara dengan siswa menurut peneliti, pelajar kurang membuka diri
dengan guru/tenaga pengajarnya, masih ada perasaan takut, kurang percaya diri. Jadi
keterbukaan masih belum terjalin.

2. Empati (Empaty).

Empati adalah kemampuan seseorang yang bertujuan mengetahui apa yang


dialami orang lain di saat tertentu. Berempati adalah ikut merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya dan ikut merasakan perasaan yang sama. Guru mempunyai
rasa empati dalam memberikan nasehat kepada siswa-siswanya. Pengajar mengatakan
rasa empati sangat penting dan sangat berpengaruh dalam memotivasi siswa/pelajar
dan mau menerima materi yang pengajar berikan, karena di TPA banyak anak-anak
yang berbeda-beda karakter dan pasti berbeda dalam menyikapi suatu masalah yang
datang dari pelajar tersebut, tentunya sebagai pengajar, guru juga harus bersikap
peduli dengan mereka dengan sikap memeluk, memberikan pujian supaya anak
tersebut semangat, sehingga minat belajarnya meningkat.

3. Sikap Mendukung (Supportiveness).

Jalinan antarpribadi yang efektif ialah proses dalam hubungan dimana


terdapat sikap yang mendukung (supportiveness). Dari hasil observasi dan
wawancara guru dengan siswa, bisa dilihat bahwa guru selalu memberikan dukungan
kepada siswa-siswanya, misalnya dalam hal-hal positif ketika siswa sedang ikut
lomba, guru selalu memberikan dukungan moral dan juga dukungan moril hal itu
akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai keinginannya.

4. Sikap Positif (Positiveness).

Sikap positif dalam komunikasi interpersonal dilakukan dengan dua cara


yaitu menyatakan sikap positif, secara positif dapat mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi. Sikap positif mengarah kepada dua aspek dari komunikasi
interpersonal. Perasaan positif dalam berkomunikasi sangat penting terhadap proses
interaksi yang efektif. Berdasarkan hasil pengamatan, guru selalu menciptakan sikap
positif kepada siswa dengan meningkatkan rasa percaya diri baik dari aspek fisik dan
sosial.

Upaya pembinaan yang dilakukan sebagai tenaga pengajar, guru


mengembangkan minat dan bakat para pelajar berupa ketrampilan, menjadikan
pelajar merasa lebih memiliki keunggulan sehingga mereka lebih bisa menerima
keadaan diri mereka serta memberikan respon yang positif. Dalam hal ini para tenaga
pengajar dapat menerapkan metode pengajaran yang efisien untuk siswa serta
memberikan respon positif ketika pelajar tersebut berhasil dalam melakukan tahapan
kegiatan belajarnya.

5. Kesetaraan (Equality).

Komunikasi interpersonal ini akan efektif apabila berada dalam kondisi


setara. Dari hasil pengamatan/observasi antara tenaga pengajar (guru) dengan pelajar,
mereka sama-sama memberikan hal-hal positif misal menegur jika salah,
memberikan nasehat-nasehat yang baik, memberikan hukuman jika salah dan semua
pelajar TPA tanpa memandang siswa tersebut salah atau tidak, dimana tujuannya
untuk mendidik serta menanamkan nilai-nilai karakter pada pelajar TPA di Desa
Santapan Timur.
Gambar 3: beberapa rangkaian kegiatan bimbingan belajar dan kegiatan belajar Al-
Qur’an dalam proses penerapan pendidikan karakter terhadap pelajar.

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan, manajemen proses komunikasi interpersonal terhadap


pelajar TPA dalam proses penerapan pendidikan karakter sebagaimana dalam teori
komunikasi interpersonal antara guru/tenaga pengajar dengan siswa/pelajar sudah
berjalan dengan efektif.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antara guru dengan pelajar


TPA berjalan dengan efektif dilihat dari kelima unsur komunikasi interpersonal yakni
keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan. Dimana guru/tenaga
pengajar bersikap bijak dalam melakukan proses penerapan pendidikan karakter dengan
menunjukkan sikap ramah, penyayang dan menghargai setiap pendapat siswa yang
berbeda-beda serta memberikan kepercayaan kepada siswa dan memberikan dukungan,
motivasi dalam hal kegiatan positif siswa.

Rekomendasi kepada pengurus desa setempat ialah sediakan fasilitas-fasilitas


penunjang TPA Desa serta taman baca, dimana dengan fasilitas yang mendukung dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan rekomendasi untuk tenaga pengajar yaitu dengan
menerapkan metode-metode yang tepat dalam mengajar agar proses belajar mengajar
menyenangkan, menciptakan suasana yang kondusif, agar proses belajar mengajar lebih
terarah, Selalu memberikan motivasi serta support penuh kepada siswa, mengadakan
kerjasama antara orang tua siswa dengan TPA secara teratur, mungkin tiap minggu sekali,
untuk mengadakan pertemuan membahas persoalan-persoalan yang siswa hadapi jika ada
masalah dan melakukan evaluasi agar tercipta keamanan, kenyamanan, serta tujuan yang
ingin dicapai.
REFERENSI
Abdusshomad, A. 2020. Pengaruh Covid-19 Terhadap Penetapan Pendidikan Karakter
dan Pendidikan Islam. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama,
12(2), 107-115.
Devito, Joseph. A.1994. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books
George, R. Terry, dan Leslie W Rul. 1999. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasmawati, Fifi. 2018. Manajemen dalam Komunikasi. AL-IDÂRAH. 5(6). 76-86.
http://dx.doi.org/10.37064/ai.v5i6.4830
Hestanto. 2018. Manajemen. https://www.hestanto.web.id/teori-manajemen-menurut-
george-r-terry/. diakses 13 Agustus 2021
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwaningsih, Tutik. 2019. Memanfaatkan Kedahsyatan Komunikasi Interpersonal
dalam Proses Pembelajaran. BKPSDM Kabupaten Buleleng Bali, dalam link
https://bkpsdm.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/memanfaatkan-
kedahsyatan-komunikasi-interpersonal-dalam-proses-pembelajaran-28. diakses
12 Agustus 2021
Putri, D. R. 2015. Manajemen Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Siswa dalam
Proses Penerapan Pendidikan Karakter di Kelompok Bermain Islam Al Azhar 28
Solo Baru.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Edisi Pertama: Yogyakarta. Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai