Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PELUANG DAN TANTANGAN PERFORMA KERJA GURU


BK KELOMPOK MILLENIALS DI KOTA PALEMBANG

oleh:

Kurniasari, M.Pd., Kons.

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

JUNI 2019
HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENELITIAN DOSEN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

1. Judul Penelitian : Analisis Peluang Dan Tantangan Performa


Kerja Guru Bk Kelompok Millenials Di
Kota Palembang

2. Bidang Ilmu : Bimbingan dan Konseling

3. Kategori Penelitian : Kelompok

4. Ketua Penelitian
a. Nama : Kurnia Sari, M.Pd., Kons.

b. Jenis kelamin : Perempuan

c. NIDN : 0228108901
d. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.1 /III.B
e. Jabatan Fungsional : AsistenAhli
f. Fakultas/ Jurusan : FKIP
g. Bidang Keahlian : BimbingandanKonseling
5. Jumlah Anggota Peneliti : 1 Orang Dosen 1 Orang Mahasiswa
6. Lokasi Penelitian : Kota Palembang
7. Lama Penelitian : 3 Bulan
8. Biaya Yang Diperlukan : Rp. 7.000.000,00
Mengetahui, Palembang, 15 Juni 2019
Dekan FKIP Ketua Peneliti

Dr. DessyWardiyahM.Pd. Kurniasari. M.Pd., Kons.

Menyetujui,
Ketua LPPKMK

Dr. Rohana, M.Pd


A. Judul Penelitian : ANALISIS PELUANG DAN TANTANGAN
PERFORMA KERJA GURU BK KELOMPOK MILLENIALS DI
KOTA PALEMBANG
B. Bidang Ilmu : Pendidikan
C. Pendahuluan
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, gap generasi merupakan situasi
yang pasti ditemui dalam berbagai bidang pekerjaan, termasuk di bidang
pendidikan. Saat ini terdapat tiga kelompok generasi yang terlibat dalam proses
pendidikan yaitu generasi X, generasi Y (millenials), dan generasi Z, bahkan
untuk di pendidikan dasar sudah masuk kelompok generasi alpha. Pimpinan
sekolah dan guru – guru senior umumnya merupakan generasi X, yang termasuk
kelompok generasi millenials sendiri ialah guru penata muda atau lulusan
terbaru (fresh graduate), sedangkan peserta didik termasuk pada generasi Z.
Masturi (2015) mengemukakan berbagai rumusan pendidikan lama
menekankan pendidikan sebagai kegiatan mewariska nilai genarasi lama dengan
generasi baru,baik nilai inlektual, moral, sosila, estetika dan sebagainya, yang
kesemuaanya itu merupakan kebudayaan manusia. Sementara itu, Staf Ahli
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Inovasi dan Daya
Saing berpendapat kondisi yang terjadi saat ini ialah muridnya abad ke-21,
gurunya masih abad ke-20 (Media Indonesia, 2017). Artinya gap generasi akan
berdampak pada ketidak sesuaian budaya pendidikan yang dibangun, bahkan
cenderung dipaksakan untuk diikuti oleh genearasi selanjutnya.
Dalam konteks layanan bimbingan dan konseling di sekolah, gap
generasi berdampak kepada cara pandang dan cara menyelesaikan permasalahan.
Guru BK pada kelompok X cenderung bersikap text book pada teori lama, serta
pengalaman hidup. Di lain sisi, peserta didik yang notabenenya generasi Z dan
alpha (usia SMP) memiliki kepercayaan diri untuk sukses, cenderung
berperilaku praktis dan ingin bebas. Dalam menyelesaikan perosoalan pun dapat
dikatakan generasi z memiliki akses yang lebih mudah dan luas terhadap
informasi yang dibutuhkan. Olehkarena itu tidak sedikit masalah berbeda paham

1
yang terjadi antara guru BK dengan peserta didik, dan banyak simpulan keliru
seperti guru bk tidak diminati, peserta didik tidak mau mendengar nasihat guru,
dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi gap yang terlalu jauh peran besar kelompok millenials
sangatlah dibutuhkan. Guru BK kelompok millenials pada dasarnya sebagai
penguhubung antara dua generasi tadi. Millenial disebut sebagai kelompok yang
dinamis terhadap perubahan, cepat beradaptasi, cepat menerima keragaman, dan
inklusif dalam lingkungan kerja karena mudah merasa telah menjadi bagian dari
lingkungan tersebut (Harvey & Clark, 2016). Selain itu, dengan keterampilan
teknologi yang dimiliki oleh generasi millenial akan sangat membantu mereka
untuk memahami kebutuhan peserta didik sebagai digital native, yang
selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada pimpinan sekolah.
Di lain pihak millenials justru memiliki pandangan negatif dalam
menjalani pekerjaan. Loyalitas dan sikap millenials dalam bekerja salah satu
aspek yang dipermasalahkan. Berdasarkan riset Dale Carnegie Indonesia (2016),
ditemukan hanya 25% tenaga kerja millennials yang terlibat sepenuhnya dengan
instansi tempat mereka bekerja. Persoalan tersebut diperkuat dengan temuan
Gallup (2016) yang menunjukkan hanya 29% dari genenrasi millennial terlibat
dalam pekerjaan dan intansi, baik secara emosional maupun perilaku.
Sedangkan sebanyak 16% dari millennial tidak terlibat sama sekali dan
cenderung cuek serta seringkali memberikan permasalahan bagi instansi.
Dua sisi yang berbeda dari generasi millenials ini menarik untuk dikaji
secara mendalam. Satu sisi generasi millenials merupakan sumber daya potensial
dalam praktik pendidikan, ditambah ketersediaan tenaga pendidik terutama guru
BK semakin berkurang, di tahun 2018 saja berdasarkan data dinas pendidikan
provinsi sumatera selatan untuk di jenjang SMA sederajat sendiri 2.300 guru
dari total sekitar 13 ribu guru yang akan pensiun (Sriwijaya Post, 28 Februari
2018). Kekosongan posisi tersebut pastinya akan diisi oleh kelompok millenials,
yang mayoritas berstatus honorer. Loyalitas dan sikap kerjanya pun kembali
dipertanyakan.

2
Oleh karena itu tim peneliti tertarik untuk melakukan analisis mengenai
peluang dan tantangan yang dihadapi guru BK kelompok millenials di Kota
Palembang dalam melakukan pekerjaannya. Dengan melakukan analisis
diharapkan dapat dirumuskan preferensi guru BK kelompok millenials dalam
bekerja, serta memberikan rekomendasi kepada program studi BK Universitas
PGRI Palembang berkenaan dengan pengembangan kurikulum dan kegiatan
akademik, sehingga dapat mempersiapkan lulusan yang lebih tepat guna yang
notabennya termasuk pada kelompok generasi millenials.

C. Perumusan Masalah

Mayoitas guru BK di sekolah merupakan generasi X yang mememiliki


perbedaan cara dan pandangan siswa dalam mengatasi masalah. Kinerja guru BK
kelompok millenials dibutuhkan untuk menjembatani gap yang terlalu jauh antara
karakteristik generasi X pada mayoritas guru BK di sekolah dengan karakteristik
peserta didik sebagai generasi Z. Kelompok millenials memiliki peluang besar
untuk menjembatani keinginan, kebutuhan, dan cara kerja yang diharapkan oleh
kedua kelompok generasi melalui kemampuan adaptasi, cepat tanggap, dan
keahlian menggunakan perangkat teknologi. Namun, di lain pihak kelompok
generasi millenials diragukan loyalitas dan sikapnya dalam bekerja.
Agar dapat ditemukan preferensi langkah pengembangan yang tepat untuk
menyiapkan dan memantapkan kinerja guru BK kelompok millenials di sekolah,
terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian ini.
1. Apa saja yang menjadi kekuatan dan keterbatasan guru BK kelompok
millenials dalam memberikan layanan?
2. Apa saja tantangan yang ditemui guru BK kelompok millenials selama
menjalankan layanan?
3. Apa saja yang menjadi peluang guru BK kelompok millenialas untuk
menjalankan layanan yang lebih baik ?

3
D. Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik millenials
Generasi millennials disebut juga generasi Y, Netters, dan Nexters adalah
generasi yang berkembang di zaman penuh inovasi-inovasi ilmu teknologi
informasi (Robbins & Judge, 2010). Teknologi merupakan hal tidak bisa
dipisahkan dari generasi milleniaals, dan mereka nyaman dengan keberagaman,
teknologi, serta komunikasi online untuk tetap terkoneksi dengan teman-temanya.
Choi et al (2012) berpendapat generasi millenials lebih fleksibel terhadap
hal-hal yang baru dan segala kemungkinan yang mungkin terjadi, sehingga sering
digambarkan sebagai generasi yang sangat nyaman dengan perubahan. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Harvey & Clark (2016) menyebut millenial sebagai
kelompok yang dinamis terhadap perubahan, cepat beradaptasi, cepat menerima
keragaman, dan inklusif dalam lingkungan kerja karena mudah merasa telah
menjadi bagian dari lingkungan tersebut
Dalam bersikap, millenials cenderung spontan, interaktif dan juga ingin
didengar, oleh karena itu gaya kepemimpinan yang efektif adalah kolaboratif,
tidak hirarkis, dan transparan. Transparansi sangat penting untuk membangun dan
membina hubungan antara pihak manajemen dengan karyawan saat ini.
(Development & Learning in Organizations, 2010)
Dalam hal pekerjaan, millenials menaruh harapan yang tinggi dan mencari
arti pekerjaan mereka (Robbins & Judge, 2010). Millenials rata-rata akan berganti
pekerjaan sampai dua puluh kali semasa hidup mereka, dibandingkan dengan para
tradisionalis yang bekerja pada pemberi kerja yang sama sampai mereka pensiun.
Millenials tidak setia kepada perusahaan, sebaliknya mereka setia kepada teman-
teman mereka. Apabila mereka merasa bos atau rekan kerja mereka seperti teman
mereka, maka mereka akan tetap tinggal di perusahaan. Apabila mereka tidak
menyukai atasan mereka maka mereka akan berhenti tanpa berpikir. (Cran, 2014).
2. Gap generasi di dunia kerja
Generasi langgas yang memiliki cara kerja yang berbeda dengan generasi-
generasi sebelumnya menuntut kesiapan dari para pimpinan organisasi untuk
dapat menyesuaikan kebijakan-kebijakannya dengan karaktersitik generasi ini

4
agar dapat mengoptimalkan kinerja mereka. Kinerja karyawan yang baik akan
membuat kinerja organisasi baik pula, sehingga sasaran-sasaran organisasi dapat
tercapai dan memiliki keunggulan bersaing.

3. Tantangan guru BK di era 4.0


Menghadapi era disrupsi pada abad 21 peranan guru BK dituntut untuk
dapat menguasai teknologi digital, sehingga dapat menjadi model digital citizen
dan membimbing siswa membentuk kebiasaan dalam mengakses dunia digital
dengan cara yang aman (Anggraeni, 2017: 151). Guru BK diharapkan bukan
hanya tahu perkembangan teknologi, namun dapat menjadikan teknologi sebagai
alat bantu menjangkau layanan yang lebih luas pada siswa, namun tetap didasari
oleh kode etik dalam pelyanan BK.
Lebih lanjut Sink, C. A. (Rakhmawati, D., 2017: 61), menjelaskan bahwa
perkembangan di era disrupsi mendorong guru BK untuk melakukan kegiatan
berikut ini: (a) Mengembangkan dan memperbarui keterampilan yang dibutuhkan
untuk melayani semua siswa. (b) Menjelajahi inovasi dalam pendidikan dan
konseling baik secara teori dan praktek. (c) Advokasi untuk diri mereka sendiri
dan program mereka. (d) Melaksanakan program komprehensif yang dirancang
dengan baik. (e) Berkolaborasi dengan pihak lain, personil sekolah, dan dengan
lembaga- lembaga dan program masyarakat. (f) Memfasilitasi siswa baik
kebutuhan maupun program prestasi. (g) Membuat komunitas yang nyaman di
sekolah dan (h) Menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru BK harus berupaya melalukan
gaya literasi baru, yaitu literasi manusia dan ICT literacy. (1) Literasi manusia
untuk mengembangkan daya tahan siswa di era disrupsi dengan cara
mengembangkan kognitif siswa ke arah Higher Order Mental Skill, berpikir kritis,
dan sistemik. Literasi manusia juga untuk mengembangkan: ketrampilan
kepemimpinan dan bekerja dalam tim, kelincahan dan kematangan, serta jiwa
kewirausahaan. (2) ICT literacy: bukan sekedar melek komputer, namun
mencakup dimensi yang lebih luas. ICT literacy dilakukan dengan cara
mengkombinasikan dan mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik layanan

5
bimbingan dan konseling disertai dengan komitmen kualitas ke dalam konsep dan
praktik TPACK (Technology, Paedagogy, Content, dan Knowledge) (Ahmad,
2018). TPACK merupakan kompetensi guru BK secara utuh yang dibutuhkan
dalam menghadapai era disrupsi di revolusi 4.0.

4. Penggunan Analisis SWOT Sebagai Strategi Pengembangan Kualitas Guru


BK
Mulyasa (2005) berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi dewasa ini
cenderung menimbulkan permasalahan dan tantangan baru yang berdampak luas
terhadap tugas-tugas pengelolaan pendidikan.. Perbaikan dan pengembangan
bidang pendidikan bukan hanya perbaikan secara fisik, tetapi juga peningkatan
profesionalitas manusia pengelola atau pelaksana lembaga pendidikan itu sendiri.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan, kekuatan dan kelemahan dalam
manajemen strategik maka analisis SWOT merupakan salah satu alternatif yang
digunakan dalam mengnalisis manajemen pendidikan, terutama dalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Komponen analisis SWOT dalam pengembangan SDM guru antara lain
sebagai berikut.
a. Strength (Kekuatan) mencakup keterampilan atau keunggulan -
keunggulan lain yang relatif membedakan suatu SDM atau lembaga.
Dalam komponen strength yang dianalisis ialah kompetensi dan
Mutu dari performa kerja yang ditampilkan. Selain itu, aturan,
budaya, dan karakteristik yang khas pun dan menjadi daya pembeda
dapat dikatan sebagai strength.
b. Weakenss (Kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius
dan akan menghambat kinerja efektif. Dalam praktiknya, aspek
tersebut dapat ditemukan dari sarana dan prasarana yang dimiliki,
kemampuan manajerialyang rendah, dan pelayana yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
c. Oportunity (Pilihan) adalah adalah situasi penting yang
menguntungkan dalam pengembangan SDM dan pelayanan. Secara

6
operasional aspek oportunity dapat berupa program pelatihan,
inovasi dan pengembangan layanan,
d. Threat (Ancaman) berbicara faktor eksternal atau kondisi yang
cenderung memiliki efek negatif pada performa layanan yang
diharapkan. Ketidak sesuaian antara karakteristik guru BK dengan
tuntuan lingkungan, budaya, digitalisasi yang ada pada peserta didik
dapat menjadi ancaman yang cukup serius.

Berdasarkan aspek – aspek SWOT tersebut, dapat dipetakan kepada


beberapa strategi analasis seeperti pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Model analisis SWOT


Analisis SWOT dapat memberikan informasi kunci dalam pengembangan
kualitas performa kerja guru BK. Dengan melalukan analisis SWOT dapat
dipetakan berbagai kebijakan dan rencana strategik yang tepat, juga saling
melengkapi, agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan lebih
relevan dan berkualitas.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ialah untuk menemukan preferensi langkah


pengembangan yang tepat untuk menyiapkan dan memantapkan kinerja guru BK

7
kelompok millenials di sekolah. Secara terperinci tujuan khusus dari penelitian
ialah sebagai berikut.
1. Untuk menggambarkan kekuatan dan keterbatasan guru BK kelompok
millenials dalam memberikan layanan.
2. Untuk mengggambarkan tantangan yang ditemui guru BK kelompok
millenials selama menjalankan layanan.
3. Untuk menemukan peluang pengembangan guru BK kelompok millenialas
untuk menjalankan layanan yang lebih baik, berdasarkan analisis SWOT.

F. Kontribusi Penelitian

Secara umum, penelitian akan berkontribusi kepada program


pengembangan dan penyiapan guru BK kelompok milenials di Kota Palembang,
kontri busi secara rinci antara lain :
1. Sebagai landasan pengembangan program pendampingan oleh Majelis
Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kota Palembang
2. Sebagai bahan perbaikan kurikulum dan metode pembelajaran di Program
Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Palembang.

G. Metode Penelitian

1. Meotde

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei menurut Kerlinger (Sugiyno, 2014) yaitu penelitian yang dilakukan dalam
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil
dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian yang relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis dan
psikologis.
Penelitian survei ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang akurat
dan jelas mengenai kinerja guru BK pada kelompok milenial di Kota Palembang.
Data faktual mengenai kondisi apa adanya dari kelompok sampel dapat menjadi
informasi yang berarti untuk melakukan analisis SWOT yang akan dilakukan.

8
2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian adalah performa kerja guru BK kelompok


millenials, yaitu kemampuan, keterampilan, dan kebiasaan yang dinilai mampu
dilakukan oleh sampel penelitian (kelompok guru BK millenial) dengan skala 1
(sulit) – 5 (biasa dan mudah dilakukan). Secara operasional aspek dan indikator
variabel disajikan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1
Aspek dan indikator dalam variabel penelitian
No Aspek Indikator
1 Kompetensi 1. Mengikuti perubahan
Pribadi 2. Cepat beradaptasi dengan perubahan
3. Memiliki makna dan target dalam bekerja
4. Memiliki loyalitas dalam bekerja
2 Kompetensi A. Menerima keragaman
Sosial B. Inklusif dalam lingkungan kerja
C. Mampu membuat kolaborasi
D. Membina hubungan yang baik dengan manajemen dan
rekan kerja di sekolah
E. Bersikap egalitar (non hirarkis)

3 Penguasaan 1. Menjadikan teknologi sebagai alat bantu menjangkau


Teknologi layanan yang luas
Informasi 2. Memahami dan menggunakan kode etik dalam
memanfaatkan teknologi
3. Berinovasi menggunakan teknologi
4. Memiliki materi layanan yang beragam melalui
penggunaan teknologi
4 Keterampilan 1. Melakukan advokasi terhadap program
Penunjang 2. Melakukan resolusi konflik
3. Melakukan aktivitas literasi , terutama literasi digital

9
3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitan adalah Guru BK di 22 SMA Negeri Se-Kota


Palembang, yang termasuk pada kelompok usia generasi millenials. Rentang usia
yang menjadi batasan populasi ialah guru BK yang berusia 23 – 30 tahun dengan
pengalaman bekerja lebih dari 1 tahun.
Adapun sampel penelitian berjumlah 44 orang yang dipilih dengan teknik
Stratified Sampling, yaitu mengambil sample dengan memperhatikan strata
(tingkatan) didalam populasi. Dalam stratified sampel dikelompokkan
berdasarkan usia dan lama masa kerja, dari setiap sekolah dipilih satu orang guru
BK paling muda dengan masa kerja lebih dari satu tahun, dan satu orang yang
usia paling mendekati 30 tahun dengan masa kerja terlama.

4. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan melalui angket yang terdiri dari berbagai
pernyataan yang sudah tervalidasi secara kontruk dan isi. Secara teknis
penyebaran angket akan menggunakan aplikasi google form untuk memberikan
keleluasaan waktu bagi responden, selain itu mempermudah jangkauan penelitian.

5. Analisis data
Analisis data yang akan dilakukan terdiri dari dua tahap analisis, yaitu
analisis deskriptif dan analisis SWOT. Analisis deskriptif dilakukan untuk
mengkategorikan performa berdasarkan intensitas jawaban pada angket, secara
rinci kategori performa disajikan pada tabel 2.

Tabel 2.
Kriteria kategori performa berdasarkan intensitas jawaban

10
Setelah kategori performa dari setiap aspek diperoleh, dilakukan analisis SWOT
berdasarkan data deskriptif. Bentuk analisis yang akan dilakukan antara lain
sebagai berikut.

1.) Analisis SO
Analisis ini dibuat berdasarkan ide mengenai peluang masa depan guru
BK kelompok millenials, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan
untuk memanfaatkan peluang.
2.) Strategi ST
Analisis ini berfokus kepada kekuatan yang dimiliki sampel dengan
cara menghindari ancaman yang bersumber dari keterbatasan.
3.) Strategi WO
Analisis ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
4.) Strategi WT
Analisis ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman

H. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yang dimulai dari bulan Juli
2019 sampai September 2019. Rincian jadwal pelaksanaan penelitian disajikan
pada tabel 3.
Tabel 3.
Jadwal Penelitian
TAHAPAN KEGIATAN WAKTU
Persiapan Studi pendahuluan dan Juli
penyusunan usul penelitian
Lapangan Pelaksanaan survei dan Awal Agustus – Pertengahan
pengumpulan data September
Analisis Data Analisis dan pengolahan data September

11
I. Personalia Penelitian

Personalia dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Ketua Peneliti
1.) Nama Lengkap dan Gelar : Kurniasari, M.Pd, Kons.
2.) Gol. Pangkat dan NIP : -
3.) Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
4.) Jabatan Struktural : -
5.) Fakultas/Program Studi : Bimbingan dan Konseling
6.) Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Palembang
7.) Bidang Keahlian : Bimbingan dan Konseling
b. Angota
1.) Nama Lengkap dan Gelar : Ahmad Rofi S., M.Pd.
2.) Gol. Pangkat dan NIP : -
3.) Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
4.) Jabatan Struktural : -
5.) Fakultas/Program Studi : Bimbingan dan Konseling
6.) Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Palembang
7.) Bidang Keahlian : Bimbingan dan Konseling
c. Tenaga Laboran/Teknisi :
d. Pekerjaan Lapangan/Pencacah : -
e. Tenaga Administrasi : 1 Orang mahasiswa BK semester 7

J. Perkiraan Biaya Penelitian

Berikut adalah rincian biaya penelitian.

a. Bahan dan Alat Penelitian : Rp. 2.000.000,-


a) Kertas 1 dus : Rp. 200.000,-
b) Catridge : Rp. 200.000,-
c) Tinta : Rp. 200.000,-
d) Fotocopy : Rp. 300.000,-
e) Map Plastik 4 buah : Rp. 50.000,-

12
f) Transport peneliti : Rp. 1.050.000,-

b. Konsep Laporan : Rp. 700.000,-


a) Biaya Pengetikan : Rp. 300.000,-
b) Biaya Fotocopy : Rp. 300.000,-
c) Transport Lokal : Rp. 100.000,-

c. Seminar Proposal : Rp. 1.350.000,-


a) Konsumsi : Rp. 1.000.000,-
b) Penggandaan proposal : Rp. 300.000,-
c) Map Plastik : Rp. 50.000,-

d. Seminar Hasil : Rp. 1.850.000,-


a) Konsumsi : Rp. 1.000.000,-
b) Penggandaan hasil penelitian : Rp. 300.000,-
c) Map Plastik : Rp. 50.000,-
d) Fotocopy : Rp. 500.000,-

e. Laporan Hasil : Rp. 1.100.000,-


a) Biaya pengetikan : Rp. 200.000,-
b) Fotocopy : Rp. 300.000,-
c) Penjilidan : Rp. 300.000,-
d) Map Plastik : Rp. 100.000,-
e) Transport : Rp. 200.000,-

f. Total Biaya : Rp. 7.000.000,-

13
K. Daftar Pustaka

Ahmad, Intan. 2018. Proses Pembelajaran Digital dalam Revolusi Industri 4.0.
Rakernas Ristekdikti 16 Januari 2018.

Anggraeni, A. D. (2017). The role of school counselors in forming student


becoming a digital citizen. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 1(2), 151-160.

Choi, Y. G. Junehee K., Wansoo K. (2012). Effects of attitudes vs experience of


workplace fun on employee behaviors. International Journal of
Contemporary Hospitality Management.

Cran, Cheryl. (2014). Generasi X, Y, & Zoomer di Tempat Kerja. PT. Gramedia.,
Jakarta

Dale Carnegie Indonesia. (2016). Employee Engagement Among Millennials.


Jakarta: Dale Carnegie Indonesia.
Development and Learning in Organizations .(2010) "Pied piper to the Y
generation: What type of leadership meets the needs of a twenty‐first
century workforce?", Development and Learning in Organizations: An
International Journal, Vol. 24 Issue: 4, pp.23-26,
https://doi.org/10.1108/14777281011056749
Gallup.inc. (2016). How Millennials want to work and live. Singapura: Gallup.
Inc.
Harvey, E. &. (2016). Millennials vs. boomers: Listen, learn, and succeed
together. Naperville, IL: Simple Truths.
Masturi. (2015). Counselor Encapsulation: Sebuah Tantangan Dalam Pelayanan
Konseling Lintas Budaya. Jurnal Konseling GUSJIGANG. Vol. 1 No. 2
(ISSN 2460-1187).
Mulyasa, E. (2005). MBS: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung:
Rosdakarya.
Rakhmawati, Dini. (2017). Konselor Sekolah Abad 21: Tantangan dan Peluang.
Jurnal Konseling Online: Gusjigang. Vol. 3. No. 1. Hal.58-63.
Robbins, S., & Judge, T. (2010). Essentials of Organizational Behavior, 10th ed.
Upper Saddle River, NJ: Pearson Education
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

14
Yuliani.(2018).2300 Guru Pensiun Kepala Dinas Pendidikan Akui Sumsel Krisis
Guru Janjikan Ini Untuk Honorer. (2018, Februari 28). Dipetik Maret
2019, dari palembang.tribunnews.com:
http://palembang.tribunnews.com/2018/02/28/2300-guru-pensiun-kepala-
dinas-pendidikan-akui-sumsel-krisis-guru-janjikan-ini-untuk-honorer
Winata , Dhika Kusuma.(2017).Pelajar Abad Ke-21 Butuhkan Guru Milenial.
Dipetik Maret 10, 2019, dari mediaindonesia.com:
http://mediaindonesia.com/read/detail/123990-pelajar-abad-ke-21-
butuhkan-guru-milenial

15

Anda mungkin juga menyukai