Anda di halaman 1dari 4

Profil Siswa yang Kita Harapkan Terwujud

Video tersebut menjelaskan literasi yang perlu dimiliki oleh pendidikan dan siswa.
Keterampilan literasi abad 21, atau kadang-kadang disebut keterampilan IMT, yang
perlu dimiliki oleh siswa ada tiga:
1. Literasi Informasi: Memahami fakta, angka, statistik, dan data.
Literasi informasi adalah keterampilan dasar. Ini membantu siswa memahami
fakta, terutama poin data, yang akan mereka temui secara online. Yang lebih
penting lagi, hal ini mengajarkan mereka bagaimana memisahkan fakta dari
fiksi.
2. Literasi Media: Memahami metode dan saluran di mana informasi
dipublikasikan.
Literasi media adalah praktik mengidentifikasi metode penerbitan, media, dan
sumber, serta membedakan mana yang kredibel dan mana yang tidak. Sama
seperti keterampilan sebelumnya, literasi media berguna untuk menemukan
kebenaran di dunia yang penuh dengan informasi. Beginilah cara siswa
menemukan sumber informasi yang dapat dipercaya dalam kehidupan
mereka. Tanpanya, apapun yang tampak kredibel akan menjadi kredibel.
Namun dengan hal ini, mereka dapat mengetahui media atau format mana
yang harus diabaikan. Mereka juga belajar mana yang harus diterima, mana
yang sama pentingnya.
3. Literasi Teknologi: Memahami mesin yang mewujudkan Era Informasi.
Literasi teknologi melangkah lebih jauh dengan mengajarkan siswa tentang
mesin yang terlibat dalam Era Informasi. Literasi teknologi memberi siswa
informasi dasar yang mereka perlukan untuk memahami gadget apa yang
melakukan tugas apa dan mengapa. Pemahaman ini menghilangkan perasaan
mengintimidasi yang cenderung dimiliki oleh teknologi. Lagi pula, jika Anda
tidak memahami cara kerja teknologi, itu mungkin ajaib. Namun literasi
teknologi menyingkapkan alat-alat canggih yang digunakan di dunia saat ini.
Hasilnya, siswa dapat beradaptasi dengan dunia dengan lebih efektif. Mereka
dapat memainkan peran penting dalam evolusinya.
Untuk menguasai ketiga skills tersebut, siswa diharapkan memiliki ciri diri yang
merepresentasikan kualitas dan potensi untuk berkembang sesuai perkembangan
zaman atau disebut profil pembelajar. Adapun profil Pembelajar menurut IB PYP
(International Baccalaureate Primary Years Programme) terdapat 10 atribut, antara
lain:

1. Peneliti (Inquirer)
2. Berpengetahuan (Knowledable)
3. Pemikir (Thinkers)
4. Komunikator (Communicators)
5. Bermartabat (Principled)
6. Terbuka (Open-Minded)
7. Peduli (Caring)
8. Pemberani (Risk-Taker)
9. Seimbang (Balanced)
10. Reflektif (Reflective)

Siapkah Siswa Menjadi Warga Negara Masa Kini dan Masa Depan?

Siswa siap menjadi warga negara masa kini dan masa depan. Mereka dapat
memahami secara mendalam tentang isu-isu global, memiliki keterampilan berpikir
kritis, kemampuan berkolaborasi, serta kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan.
Berikut adalah implementasi profil siswa menurut IB dan beragam literasi yang perlu
dipelajari dan dikembangkan sehingga membantu siswa menjadi warga negara yang
siap:
1. Pengetahuan yang Mendalam. IB mendorong siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mendalam dalam berbagai subjek. Dengan memahami
berbagai aspek kehidupan dan budaya, siswa dapat menjadi warga negara
yang lebih berpengetahuan dan mampu berkontribusi dalam konteks global.
2. Keterampilan Berpikir Kritis. Profil siswa menurut IB menekankan pentingnya
menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan membuat keputusan
yang rasional. Ini membantu mereka menjadi warga negara yang mampu
menyaring informasi yang diterima, memahami implikasi dari keputusan
mereka, dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
3. Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi. IB juga mengembangkan
keterampilan komunikasi dan kolaborasi melalui pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Siswa belajar untuk berkomunikasi dengan jelas
dan efektif, bekerja sama dalam tim, dan menghargai kontribusi orang lain.
Ini membantu mereka menjadi warga negara yang dapat berinteraksi dengan
beragam individu dan berkontribusi dalam memecahkan masalah kompleks.
4. Kesadaran Akan Isu-isu Global. Mereka diajarkan untuk memahami
kompleksitas isu-isu ini dan merenungkan peran mereka sebagai warga dunia
dalam mengatasi tantangan tersebut.
5. Sikap Berpikir Kritis dan Reflektif. Siswa didorong untuk mempertanyakan
asumsi, mengenali perspektif yang berbeda, dan mengeksplorasi implikasi
dari tindakan mereka. Dengan melakukan ini, siswa dapat menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan berpikir kritis terhadap perubahan yang
terjadi di masyarakat.
Melalui pendekatan pendidikan yang berorientasi pada profil siswa menurut IB,
sekolah dapat membantu siswa mengembangkan beragam literasi yang relevan
dengan tuntutan masa kini dan masa depan. Dengan demikian, siswa akan lebih siap
untuk menjadi warga negara yang berdaya saing, berkontribusi positif terhadap
masyarakat, dan menghadapi tantangan global yang kompleks.
Cara Pendidik dan Pengelola Pendidikan Menjawab Tantangan Tersebut
Ada beberapa tantangan yang dihadapi pendidik termasuk pengelola Pendidikan
menurut Azizah (2022), seperti, sistem pembelajaran yang sangat cepat, sulitnya
membuat siswa untuk berpikir ilmiah karena plagiarisme, kurangnya rasa
nasionalisme akibat pengaruh globalisasi, dan sulitnya mengubah karakter siswa
agar menjadi lebih baik.
Menurut saya, cara pendidik dan pengelola pendidikan menjawab tantangan tersebut
dapat dilakukan dengan menangani cepatnya tranformasi pembelajaran dari offline
ke online melalui penggunaan teknologi e-learning seperti Zoom, WhatsApp,
Telegram, Gmeet, dan lain-lain ataupun menggunakan media digital seperti
LiteracyCloud. Upaya lainnya untuk mengatasi rendahnya kemampuan berpikir ilmiah
adalah dengan guru atau pengelola pendidikan memberikan pelatihan membuat
karya ilmiah dan cara berpikir ilmiah bagi siswa. Lalu, upaya mengatasi kurangnya
karakter dan rasa nasionalisme adalah dengan penerapan pendidikan karakter dan
Profil Pelajar Pancasila dalam kehidupan siswa di sekolah sehari-hari.
Kondisi Menjadi Pendukung atau Penghambat Upaya Menjawab
Tantangan
Faktor pendukung dalam menjawab tantangan dari upaya peningkatan literasi
digital tersebut menurut Kartikasari (2022), antara lain: 1) komitmen Kepala
Sekolah yang baik untuk melaksanakan gerakan listrasi digital, 2) peran para
guru dan peserta didik serta komponen sekolah yang lain dalam menyukseskan
upaya tersebut, dan. 3) ketersediaan dana yang cukup untuk menyediakan buku
di perpustakaan.
Faktor penghambat dalam menjawab tantangan dari upaya peningkatan literasi
digital tersebut menurut Fanani, et al (2017), antara lain:
1. Faktor internal: Ketersediaan dana yang kurang mendukung. Kondisi ini
menunjukkan bahwa sumber dana yang terbatas dapat menghambat
pemenuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan
gerakan literasi secara optimal. Kekurangan dana dapat membatasi
kemampuan sekolah dalam mengadakan kegiatan literasi yang beragam dan
berkesinambungan.
2. Faktor eksternal: Kurangnya dukungan dari pemerintah. Sekolah memerlukan
bantuan dan dukungan dari pemerintah untuk menunjang kegiatan literasi
seperti penyediaan sumber daya, pelatihan bagi guru, dan peningkatan
fasilitas. Tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah, implementasi
kebijakan literasi digital di sekolah akan sulit dilaksanakan secara efektif dan
berkelanjutan.
Dengan memahami kondisi pendukung dan penghambat dalam Upaya menjawab
tantangan tersebut, kolaborasi antar stakeholders selalu dibutuhkan untuk
menginternalisasi profil pembelajar dalam diri siswa, guru, dan pengelola
Pendidikan. 10 atribut profil pembelajar mendukung dalam peningkatan tiga literacy
skills dalam diri.
Daftar Pustaka

Azizah, Nur. (2022). Peran Guru Dalam Menjawab Tantangan Pembelajaran Abad 21.
10.31237/osf.io/tpnjx.
Fanani, M. A., et al. (2017). "Faktor - Faktor Penghambat Pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah." Jurnal Kultur Demokrasi, vol. 5, no. 2.

Kartikasari, Erlin (2022) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Gerakan


Literasi Sekolah. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
https://erepository.uwks.ac.id/13164/

SCSA. The twelve 21st Century skills. https://scstemacademy.org/what-are-21st-


century-skills/

Anda mungkin juga menyukai