DISUSUN OLEH :
Almira Cintia Dewi
Doni Pramana
Febri Hogan
Islamiah Tri Adinda
Risan B Sitohang
KELAS: B-2018
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Dosen pengampu yaitu Ibu Dra. Rosni, M.Pd yang telah
memberikan tugas buat kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3. Tujuan....................................................................................................3
1.4. Manfaat..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PARADIGMA BELAJAR.....................................................................4
2.2 MAKNA MENGAJAR...........................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Paradigma pembelajaran adalah cara pandang kita terhadap masalah-masalah
pembelajaran yang terjadi di sekolah. Jika dikaji lebih jauh, paradigma
pembelajaran/pendidikan adalah cara pandang kita terhadap masalah-masalah kehidupan,
sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai kehidupan atau proses pembudayaan.
Pengaturan lingkungan belajar adalah proses menciptakan iklim yang baik seperti
penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran, dan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.
Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran. Yang dapat diartikan sebagai
proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah
yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai
macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain
sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru
sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari paradigma belajar?
2. Ciri-ciri makna pembelajaran?
3. Prinsip proses pembelajaran?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma belajar?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri makna pembelajaran?
3. Untuk mengetahui prinsip proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma belajar
Paradigma pembelajaran adalah cara pandang kita terhadap masalah-masalah
pembelajaran yang terjadi di sekolah. Jika dikaji lebih jauh, paradigma
pembelajaran/pendidikan adalah cara pandang kita terhadap masalah-masalah kehidupan,
sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai kehidupan atau proses pembudayaan.
Pengaturan lingkungan belajar adalah proses menciptakan iklim yang baik seperti
penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran, dan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.
Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran. Yang dapat diartikan sebagai proses
pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang
positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Kata
“pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai
macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain
sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru
sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne
(1992: 3), yang menyatakan bahwa, “Instruction is a set of event that effect learners in
such away that learning is facilitated”. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau
teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih
ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia
untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Pandangan
mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan.
Hal ini didorong karena ada minimal tiga alasan penting.
1. Siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme
yangsedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan
membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena
itulah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi
yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai
informasi, tugas dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit namun justru
semakin kompleks. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi
yang dibutuhkan akan tetapi ia juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi,
sehingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan
penting untuk kehidupan mereka. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai
sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan
sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.
2. Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak
mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya
perkembangan ilmu ekonomi, biologi, hukum, dan lain sebagainya. Apa yang
dulu tidak pernah terbayangkan, sekarang menjadi kenyataan. Dalam bidang
teknologi, begitu hebatnya orang menciptakan benda-benda mekanik yang bukan
hanya diam, tetapi bergerak, bahkan bisa terbang menembus angkasa luar.
Demikian juga kehebatan para ahli yang bergerak dalam bidang kesehatan yang
mampu mencangkok organ tubuh manusia sehingga menambah harapan hidup
manusia. Semua dibalik kehebatan-kehebatan itu, bersumber dari apa yang kita
sebut sebagai pengetahuan. Abad pengetahuan itulah yang seharusnya menjadi
dasar perubahan. Bahwa belajar, tak hanya sekedar menghafal informasi,
menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan
pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
3. Penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan
pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini,
anggapan manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat
ditentukan oleh lingkungan seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik,
telah banyak ditinggalkan orang. Orang sekarang lebih percaya, bahwa manusia
adalah organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran
kognitif holistik. Potensi itulah yang akan menentukan perilaku manusia. Oleh
karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha
mengembangkan potensi yang dimiliki. Disini, siswa tidak lagi dianggap sebagai
objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun
oleh siswa.
Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma
mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar
sebagaiproses mengatur lingkungan.
Paradigma perubahan tentang mengajar disebabkan oleh tiga faktor yaitu:
1. Siswa membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan dan membimbing mereka,
sehingga guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas
menyampaikan informasi, akan tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber
belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri
2. Belajar, bukan hanya sekedar menghafal informasi, menghafal rumus-rumus,
tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah
kemampuan berpikir
3. Siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek belajar yang
harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian
mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan; penilaian, merupakan proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
h. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk
satu semester atau satu tahun; dan
i. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.
B. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Rombongan belajar
SMP/MTs 3-33 32
2.
SMA/MA 3-36 36
3.
SMK 3-72 36
4.
SDLB 6 5
5.
SMPLB 3 8
6.
SMALB 3 8
7.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi
yang mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar
dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
BAB V
PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic
assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada
aspek sikap.
Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial)
pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan
Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman,
catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan
tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil
pembelajaran.