Anda di halaman 1dari 10

MENGEMBANGKAN POTENSI AFEKTIF GENERASI ALPHA MELALUI

NILAINILAI PANCASILA DI SEKOLAH DASAR


Livia Hasya Noor Salima
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia email:
Liviahasyns@upi.edu

Abstrak
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada Era disrupsi ini membuat
pendidikan karakter harus lebih diperkuat kembali khususnya untuk
generasi Alpa. Salah satu pendidikan karakter yang dapat diterapkan pada
generasi alpa ini adalah potensi Afektif. Untuk mengembangkan potensi
efektif ini kita bisa menggunakan model konsenderasi yang merupakan
sebuah alternatif strategi pembelajaran yang dapat Membentuk kepribadian
serta meningkatkan potensi Afektif Peserta didik. Salah satu
implementasinya adalah dengan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dengan mengajak peserta didik untuk memandang
permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah pengetahuan
mereka mengenai sikap tertentu yang sesuai dengan nilai yang harus
dimilikinya.
Kata Kunci: Genarasi Alpha, Pancasila, Potensi Afektif

Abstract
In this era of disruption the values of Pancasila has weakened,
because of this the need arise to strengthen character values especially for
the Alpha generation. One of the character values that can be taught to the
Alpha generation is affective potential. To strengthen the affective potential
the consideration model cam be used, which is an alternative teaching
strategy that can shape personality and strengthen affective potential in
students. One of the ways to implement it is to apply values of Pancasila in
every day life by inviting students to look at problems from various angles to
broaden their knowledge about certain attitudes that align with the values
that they have.
Key words: Affective potential, alpha generation, Pancasila

1
A. Pendahuluan
Guru profesional abad 21 merupakan guru yang dapat mengikuti
perkembangan zaman dengan baik serta dapat memahami generasi yang
mereka ajarkan dengan cara terampil dalam mengajar membangun serta
mengembangkan hubungan antara guru dengan sekolah ataupun komunitas
yang lebih luas lagi selain itu seorang seorang guru profesional dapat
dikatakan sebagai pembelajar dalam agen perubahan di sekolah.
Pada hakikatnya kita sudah memasuki pada generasi alpha atau anak
anak pada generasi Millennial yang terlahir pada tahun 2010. Mereka
merupakan generasi yang sangat dekat dan akrab dengan internet. Generasi
alpha pun dapat dikatakan sebagai generasi yang sangat akrab dengan
teknologi digital serta generasi yang diklaim paling cerdas dibandingkan
generasi sebelumnya. Akan tetapi meskipun mereka dapat dikatakan sebagai
generasi yang melek akan teknologi hal ini tidak menutup kemungkinan
mereka akan memiliki Value yang rendah dalam artian mereka akan dinilai
dinilai memiliki kekurangan karena sikap mereka yang dominan Busi dan
suka mengatur tidak suka berbagi serta sulit sekali untuk mengikuti aturan.
Mungkin teknologi sudah menjadi bagian dari hidup mereka dalam artian
mereka dapat mengakses jejaring sosial dengan mudahnya mereka dapat
menjelajahi dunia dengan jejaring sosial tersebut akan tetapi kemampuan
berkomunikasi mereka sangatlah kurang. Pada sudut pandang yang lain atau
lebih tepatnya Sisi positif dari perkembangan digital pada generasi Alpha
yaitu banyaknya kesempatan yang sangat luas yang memberikan manfaat
positif di samping risiko pada perkembangan digital ini. Di sinilah peran
Afektif sangat dibutuhkan oleh peserta didik yang harus diperhatikan oleh
guru Serta orang tua.
Aspek sikap yang ada dalam diri peserta didik bisa kita sebut dengan
aspek afektif . Aspek Afektif merupakan aspek yang begitu penting diantara
tiga aspek dalam pembelajaran. Pembelajaran efektif ini lebih menekankan
pada pembelajaran kognitif dan keterampilan. Efektif sangat berkaitan erat
dengan nilai atau value yang sulit diukur. Untuk menanamkan Velue yang
baik kepada peserta didik tidaklah semudah itu karena memerlukan waktu
yang cukup memakan waktu mengapa demikian karena pada penerapan
aspek ini memerlukan observasi yang tidak hanya bisa dilakukan dalam satu
kali atau bisa dikatakan proses dalam penerapan pembelajaran efektif ini
cukup panjang. Pemenuhan serta peningkatan sikap dan moral peserta didik
dapat dikembangkan melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di
sekolah dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang diajarkan
pada mata pelajaran tersebut.

2
Dengan demikian seorang guru pada perkembangan abad dua satu
ini harus memahami bagaimana kondisi anak anak yang diajarkannya karena
perbedaan kondisi sedangkan kebanyakan guru di Indonesia adalah guru
yang lahir pada generasi yang berbeda. Dalam sebuah artikel yang
membahas mengenai pengembangan guru profesional menghadapi generasi
alpha Yang ditulis oleh (Ganjar setia Widodo serta Kharisma Sita Rofiqoh)
mengatakan bahwa pada hasil survei mereka lakukan mayoritas guru tidak
tahu dan kurang memahami soal generasi Alpha. Sedangkan dalam
kenyataannya pemerintah sangat berusaha secara maksimal dalam
penggunaan teknologi di dunia pendidikan yang dihadapkan pada suatu
tantangan yang sangat besar. Hal ini membuat kesenjangan generasi dalam
artian guru dapat dikatakan sebagai pendatang digital sedangkan siswa
sebagai penduduk asli digital. Akan tetapi bagaimanapun juga pendidikan
karakter merupakan sebuah kunci keberhasilan individu Mengapa demikian
karena ada sebuah penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa sekitar
90% kasus pemecatan diakibatkan oleh perilaku yang buruk tidak
bertanggung jawab hubungan inter personal yang sangat buruk dan
ketidakjujuran seorang individu. Dalam penelitian lain memberikan riset
bahwa 80% keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh emosional
quotient.

Dengan demikian peneliti memiliki tujuan untuk mengkaji lebih


dalam mengenai potensi Afektif yang harus diterapkan pada generasi Alpha,
karena adanya urgensi pendidikan moral dan sikap karena terjajah oleh
kejamnya arus Globalisasi. Hal tersebut cukup mengkhawatirkan untuk
kesinambungan para generasi penerus bangsa. Karena akan adanya dampak
yang lebih serius jika pendidikan karakter tidak di terapkan sejak dini.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipilih adalah Deskriptif analisis. Pada metode
ini peneliti mengambil masalah dan memusatkan perhatian terhadap
masalah-masalah sebagaimana masalah yang ada saat penelitian dilakukan,
hasil yang kemudian di olah lalu dianalisis untuk diambil kesimpulan. Sumber
dari analisis ini yaitu literatur Yang berkaitan dengan konteks permasalahan.

C. Hasil Penelitan dan Pembahasan


Tujuan dari pendidikan nasional yang harus diterapkan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia terdapat pada Pengertian
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang tercantum pada UU Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem Pendidikan Nasional (UU

3
Sisdiknas). Poin utama terdapat pada pasal 3 UU Sisdiknas yang menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
Peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, Berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan utama dari poin tersebut yaitu
rumusan mengenai kualitas seorang manusia atau warga negara Indonesia
yang harus dimiliki serta dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Menurut Rosidatun (2018:21) pendidikan karakter dapat di
definisikan juga sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang
mulia atau good karakter dari peserta didik dengan mempraktikkan serta
mengajarkan nilai nilai dan juga moral serta pengambilan keputusan yang
beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dengan
Tuhan nya. Sedangkan menurut Sukiyat pendidikan karakter merupakan
proses menyatu rasakan sistem nilai kemanusiaan serta nilai nilai budaya
Indonesia dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, Berbangsa, dan
bernegara.
Dunia sudah dihadapkan dengan Era digital di mana semua dapat
berlangsung dan dijelajahi secara instan termasuk dunia pendidikan, untuk
mencapai masa ini tidaklah mudah karena tidak semua generasi dapat
mengikuti perkembangan ini dalam hal lain Ada generasi yang mungkin sulit
untuk mengimplementasikan Era digital ini di kehidupannya akan tetapi hal ini
berbanding terbalik dengan generasi terbaru yaitu generasi Alpha yang lahir
pada tahun 2011 hingga 2025 Yang di mana mereka akan sangat akrab dengan
teknologi digital dan diklaim bahwa mereka akan menjadi generasi paling
cerdas dibanding generasi generasi sebelumnya. Pada perbedaan ini juga akan
menimbulkan perbedaan terhadap karakter dari setiap generasi.
Berbicara mengenai karakter, pada generasi alpha Akan banyak timbul
fenomena di mana anak pada generasi Alpha ini cenderung praktis dan berita
perilaku instan. Di mana mereka lebih menyukai pemecahan masalah yang
praktis. Mereka enggan untuk memberikan proses yang cukup panjang serta
mencermati sebuah masalah. Mengapa demikian karena mereka lahir di dalam
dunia yang semua serba instan. Karena mereka berfikir sangat praktis, hal ini
membuat generasi Alpha Kurang memerhatikan nilai nilai dan dapat dikatakan
lebih egois dibanding generasi generasi sebelumnya.
Pada Realitanya lebih banyak generasi milenial ataupun generasi Z
dibanding generasi alpa yang melakukan banyak penyimpangan dan tidak
sejalan dengan nilai Pancasila. Ini menjadi salah satu ciri bahwa penerapan
karakter di Indonesia tidak mencerminkan nilai dari Pancasila itu sendiri. Hal

4
ini tercermin dari banyaknya fenomena-fenomena penyimpangan yang
dilakukan oleh generasi muda. Jika dilihat masih terdapat banyak
permasalahan atau penyimpangan yang belum tercermin pada suatu bangsa
ini dapat dikatakan bahwa perlunya ada Penumbuhan karakter pada penerus
bangsa. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan atau menerapkan
potensial efektif dengan menerapkan nilai nilai Pancasila pada kehidupan
sehari-hari khususnya bagi peserta didik.
Pendidikan karakter menjadi urgensi pada generasi Alpha karna
permasalahan yang terjadi oleh generasi sebelumnya, Hal ini sangat bertolak
belakang dengan nila-nilai pada Pancasila yang di mana bangsa Indonesia telah
memiliki nilai Pancasila sejak jaman kerajaan kuno. Implementasi dari nilai
nilai Pancasila ini bisa menjadi salah satu kejian pokok untuk
menyeimbangkan antara perkembangan zaman dengan stabilitas karakter
pada peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini
bersangkutan dengan kutipan yang dikemukakan (Rajasa,2007), generasi
muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui tiga proses yaitu Yang
pertama adalah pembangunan karakter yaitu sebuah usaha yang dilakukan
untuk membentuk sebuah Tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti),
insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan velue Yang baik
berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Yang kedua adalah pemberdayaan karakter
yaitu Memanifestasikan pembangunan yang berpusat pada masyarakat yang
menghadirkan nilai nilai kemanusiaan. Dan yang terakhir adalah merekayasa
karakter yaitu menuntut agar generasi muda terus melakukan pembelajaran
terhadap daya saing untuk memperkuat Ketahanan bangsa.
Pancasila berperan sebagai dasar negara, yang menjadi tolak ukur dari
penyelenggaraan negara serta asas bagi bangsa Indonesia. Nilai dari setiap sila
yang terdapat pada Pancasila harus di implementasikan dan ditaati karena
Pancasila memiliki sifat yang imperatif Yang artinya bersifat mengharuskan
warga negara untuk Patuh terhadap Pancasila. Nilai nilai yang terkandung
pada Pancasila semakin lama akan semakin luntur jika tidak diterapkan kepada
peserta didik sejak dini mengapa demikian karena perkembangan zaman yang
mulai melunturkannya.
Nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila sudah semestinya diterapkan
di kehidupan sehari-hari sebagai warga negara bangsa Indonesia yang baik dan
bermoral. Karena kelima sila Pancasila pada hakikatnya dapat dikatakan
sebagai dasar filsafat negara. Nilai nilai Pancasila juga merupakan suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai Asas Pemersatu satu bangsa. Nilai-
nilai dari Pancasila ini juga dapat dikatakan sebagai dasar dari motivasi atas
semua perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dalam kenegaraan. Dalam
butir- butir pancasila memiliki makna sebagai berikut :

5
1. Pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha esa memiliki nilai yang
menggambarkan bahwa Indonesia sebagai warga negara yang agama. Dalam
artian setiap warga Indonesia memiliki agama sesuai yang dipercaya.
2. Pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai
mau mengenai kemanusiaan yang di mana dalam bulir ini mengajarkan bahwa
setiap warga negara Indonesia harus memiliki sikap yang adil serta manusiawi
kepada setiap orang, terlepas dari perbedaan yang ada. Maksud dan tujuan dari
sila ini adalah menjunjung tinggi Harkat serta martabat sebagai makhluk yang
memiliki adab dan seluruh rakyat Indonesia memiliki hak dan wewenang yang
sama di mata, hukum, agama, masyarakat dan lainnya.
3. poin ke ketiga yaitu persatuan Indonesia yang memiliki arti bahwa warga
negara Indonesia harus bersatu dan tidak boleh terpecah belah karena pada
hakikatnya Indonesia memiliki semboyan yaitu Bhinneka tunggal Ika yang
artinya berbeda beda tetapi tetap satu jua.
4. Pada buat Lear ke empat ini yaitu kerakyatan Eliminasi Bijaksana An
dalam permusyawaratan perwakilan nilai yang terkandung dalam poin ini
yaitu negara harus mengutamakan rakyat dan kedaulatan bangsa.
5. Pada bulir terakhir ini berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. nilai yang terkandung. Pada bulir ini ialah nilai keadilan yang di
mana sila ini mengajarkan bahwa tiap warga negara Indonesia harus bersikap
adil kepada semua orang.
Pada uraian di atas menunjukkan nilai nilai yang terkandung pada bulir
bulir Pancasila. Pada implementasi nilai Pancasila sendiri khususnya di Era
Globalisasi pada generasi alpha bisa dilakukan dengan cara Mengembangkan
sifat nasionalisme kepada peserta didik. Nationalisme dapat di kembangkan
dengan banyak cara yaitu salah satunya adalah memberikan kesempatan
kesempatan pada siswa untuk berkreasi pada peringatan peringatan hari
penting seperti sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan ataupun
hari besar nasional lainnya. Dalam meningkatkan nationalisme ini secara tidak
langsung dapat meningkatkan potensi Afektif pada siswa. Akan tetapi untuk
meningkatkan potensi efektif siswa kita bisa mengajarkan dari hal-hal yang
lebih kecil yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari Dan dilakukan
secara berkala dan terus menerus supaya eksistensi pada nilai dan butir
Pancasila ini akan selalu di implementasikan dengan baik maka secara tidak
langsung potensi Afektif peserta didik akan lebih stabil dan sesuai dengan
norma yang berlaku pada masyarakat. Dalam pengimplementasian bagaimana
cara menerapkan pendidikan karakter untuk generasi alpha yang sudah
terindikasi bahwa pada generasi ini anak anak akan jauh lebih menyukai hal
hal yang lebih instan yaitu dengan penerapan pendidikan karakter yang
menyenangkan agar tindakan yang dipandu dengan nilai nilai normatif,

6
mengapa demikian agar generasi penerus bangsa ini akan tetap menghargai
norma norma yang ada dan menjadikannya sebagai fondasi awal pada dirinya
dalam berorientasi pada masyarakat dengan rasa percaya diri yang memiliki
keberanian serta Teguh pendirian.
Tujuan utama dari pendidikan karakter menurut Nurul Zuriah
(2008:64-65) yaitu memberikan fasilitasi siswa supaya mampu menggunakan
pengetahuan, mengkaji, menginternalisasi, dan mempersonalisasi kan nilai
serta mengembangkan keterampilan sosial serta Ahlaq mulia di dalam diri
siswa tersebut, sehingga dapat memberikan dampak serta perilaku yang sesuai
dengan konteks sosial budaya yang ber Bhinneka sepanjang Hayat. urgensi
pendidikan karakter dapat terlihat dalam konteks kemajuan ciri-ciri dari
angkatan kerja yang dibutuhkan oleh negara dan generasi yang akan datang.
Memiliki karakter bangsa yang baik akan menjadi fondasi yang kokoh bagi
Modernisasi dan pembangunan, tidak akan tunduk pada Penet rasi serta
kekalahan nilai nilai budaya asing melainkan akan menjadi kekuatan untuk
kemajuan. Oleh karena itu, menghidupkan kembali sebuah nilai nilai yang unik
dan menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia merupakan sarana kemajuan bagi
generasi alpha di masa depan, Dan ini merupakan tanggung jawab kita bersama
selaku guru serta orang tua.

D. Kesimpulan
Generasi alpha dapat dikatakan sebagai generasi yang Dekat dengan
teknologi. Arus Globalisasi yang terus menarik generasi generasi muda
khususnya generasi alpha ke dalam banyaknya tindakan menyimpang menjadi
sebuah pertanda bahwa eksistensi Pancasila semakin memburuk. Oleh karena
itu penerapan nilai Pancasila adalah menjadi jawaban atas apa permasalahan
yang sedang dihadapi ini. Penerapan nilai nilai Pancasila harus diterapkan agar
mampu menyelesaikan segala permasalahan dan membentuk sikap yang bijak
serta meningkatkan potensi Afektif pada peserta didik akan tetapi hal ini tidak
luput dari dukungan orang tua serta peran seorang guru.

7
DAFTAR PUSTAKA
Adha. "Kekuatan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membangun
Kepribadian Masyarakat Indonesia." Al-Adabiya, 2020: 676-687.
Antari. "Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Penguatan Karakter Bangsa."
Widyadari : Jurnal Pendidikan, 2020.
Arnada, Ike Puspita. "PENGARUH PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA
PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8
MAKASSAR." Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM, 2015: 34.
Ayu, f.m and Trisna. "Penguatan Pancasila Dalam Perbuatan (Alternatif Tindakan
Kuratif Di Era Globalisasi)." Jurnal Global Citizen, 2017.
Bafadal, Ibrahim. "Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya."
Bumi Aksara, 2008: 70.
Dewi, Wulandari and. "Urgensi Membumikan Pancasila Bagi Karakter Penerus
Bangsa Di Era Globalisasi." Jurnal Pendidikan Tambusai, 2021.
Fadlurrohim, i, a Husein, h Wibowo, i Yulia, and s Raharjo. "Memahami
Perkembangan Anak Generasi alpha Di Era Industri 4.0." Jurnal Pekerjaan
Sosial, 2019.
Fatimah. "Strategi Pembelajaran Afektif Untuk Investasi Pendidikan Masa
Depan." 2015.
Hamzah, s. h. "Aspek Pengembangan Peserta
Didik: Kognitif, Afektif, Psikomotorik." Dinamika Ilmu:
Jurnal Pendidikan, 2012.
Handitya. "Menyemai Nilai Pancasila Pada Generasi Muda Cendekia. Adil
Indonesia Journal,." Adil Indonesia Journal, 2019.
Hidayat, n and Dewi, d. "Meningkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap
Implementasi Nlai-Nilai Pancasila Di Era Globalisasi." Edupsycouns, 2021.
Jannah, Saniatu Nisail, and Uep Tatang Sontani. "Sarana dan prasarana
pembelajaran sebagai faktor determinan terhadap motivasi belajar
siswa." JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN Vol. 3 No. 1,
2018: 63-70.
Jannah, Saniatu Nisail, and Uep Tatang Sontani. "Sarana dan prasarana
pembelajaran sebagai faktor determinan terhadap motivasi belajar
siswa." JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN Vol. 3 No. 1,
2018: 63-70.

8
Maftuh, b. "Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dan Nasionalisme Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan." Jurnal educationist, 2008.
Miski, R. "PENGARUH SARANA DAN PRASARANA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA." Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 4 Nomor 2, 2015: 70.
Nugraha, An'Umillah and. "Pentingnya Peran Nilai-Nilai Pancasila Terhadap
Karakter Remaja Pada Era Globalisasi Dan Disrupsi." Harmony, 2021: 35-
41.
Omeri, n. "Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Manajer
Pendidikan." n.d.: 3-7.
Pratiwi, Desi Eka. "ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD PADA ZONA UTARA
KABUPATEN MOJOKERTO." ELSE (Elementary School Education Journal)
Volume 3 Nomor 1, 2019: 63.
Purwanto, Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Rahmat, Hery, and Miftahul Jannatin. "Hubungan Gaya Mengajar Guru dengan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris." El Midad 10.2
, 2018: 98-111.
Susilawati, Yasir and. "Pendidikan Karakter Pada Generasi Alpha: Tanggung
Jawab, Disiplin Dan Kerja Keras." Jurnal PKM Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2021.
Swandhina, m and Maulana, r. "Generasi Alpha: Saatnya Anak Usia Dini Melek
Digital Refleksi Proses Pembelajaran Dimasa Pandemi Covid-19." Jesa
Jurnal Edukasi Sebelas April, 2022: 1-9.
Whiting, Lisa S. " Semi-structured interviews: guidance for novice researchers."
Nursing Standard (through 2013), 22(23), 35., 2008.
Widodo, g s., and Rofiqoh, k. s. "Pengembangan Guru Profesional Menghadapi
Generasi Alpha." Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 2020.
Yusuf, Syamsu. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Bandung
Rizqi Perss, 2009.

9
10

Anda mungkin juga menyukai