Menciptakan Generasi yang Berkarakter dari berbagai Perspektif Pendidikan
Oleh: Indri Salsabila
2207530 Pada perkembangan zaman yang begitu masif ini terdapat banyak sekali beragam adaptasi yang harus dilakukan agar dapat bertahan ditengah gempuran yang berkembang cukup pesat. Perubahan zaman yang cepat ini pula mengakibatkan modifikasi nilai - nilai individu dan sosial yang berlaku. Sebab perubahan tersebut setidaknya dapat membantu juga mempermudah manusia dalam melakukan beragam aktivitas karena kemudahan tersebutlah secara perlahan nilai - nilai sosial seperti gotong royong dan kerjasama kini mulai terkikis. Sedangkan nilai - nilai individualisme semakin menyeruak. Baik secara sadar maupun tidak nilai - nilai pancasila dan nilai norma yang berlaku kini sudah mulai menghilang. Hal tersebut menimbulkan efek terhadap rendahnya tingkat moralitas dan karakteristik pada peserta didik. Rendahnya tingkat karakteristik pada peserta didik dapat dilihat dari berbagai fenomena salah satu contohnya yakni seorang siswa yang tidak memiliki empati ketika temannya mengalami musibah, seorang siswa yang melakukan kecurangan tanpa merasa bersalah dan masih banyak lagi beberapa karakter yang mencerminkan kerendahan sifat individu tersebut. Dengan kata lain, jika sebuah bangsa ingin menciptakan generasi yang memiliki karakter yang ideal dan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di Indonesia maka diperlukan berbagai upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya untuk menciptakan generasi yang memiliki karakter yang ideal yakni melalui pendidikan atau lebih dikenal dengan pendidikan karakter. Hal tersebut pula termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang membahas bahwasanya pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai sarana individu dalam mengembangkan kecakapan juga membentuk karakter dan kultur bangsa yang memiliki martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian pembentukan karakter adalah salah satu fokus pendidikan nasional. Membangun karakter itu sendiri tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia, karena pendidikan karakter diharapkan mampu melahirkan individu ataupun generasi yang memiliki integritas yang tinggi dengan mengimplementasikan nilai - nilai pancasila juga nilai norma dan budaya setempat. Usaha untuk mengaplikasikan pendidikan karakter yakni dengan pendekatan holistik yakni pendekatan yang memadupadankan pendidikan karakter ini terhadap perspektif kehidupan sekolah. Dengan kata lain perkembangan karakter dapat dilaksanakan dari segi intrinsik maupun ekstrinsik, maka dari itu terdapat pula kontribusi dari beragam perspektif pendidikan terhadap pembangunan generasi yang akan datang. Selain perspektif sekolah perspektif orang tua pula dibutuhkan karena, orang tua merupakan role mode utama bagi seorang anak. Selain itu, orang tua memiliki peranan dalam memperagakan atau mencontohkan hal-hal baik yang dapat memberikan efek terhadap karakter anak tersebut. Dengan kata lain, apabila orang tua tersebut memberikan contoh yang baik maka anak tersebut akan memiliki karakter yang baik pula. Selanjutnya terdapat perspektif masyarakat dalam pembentukan karakter generasi bangsa yakni masyarakat adalah sebuah fasilitator dimana lahirnya nilai-nilai serta norma- norma yang mengandung karakteristik generasi bangsa. Kemudian masyarakat dapat menawarkan serta memperkokoh nilai-nilai baik yang sesuai dengan karakteristik bangsa diantaranya nilai kejujuran, nilai toleransi, dan lainnya. Selanjutnya, selain ketiga perspektif tersebut terdapat pula perspektif pendidikan lainnya yang menyebutkan bahwasanya pendidikan dapat menciptakan karakteristik bangsa yang ideal dan sesuai dengan bangsa Indonesia perspektif – perspektif tersebut diantaranya adalah: Pertama terdapat perspektif filosofis atau filsafat dimana, pendidikan ini memiliki kontribusi dalam membimbing serta mengarahkan karakter juga kemampuan dasar peserta didik supaya mempunyai karakter yang luhur dan berakhlak mulia juga juga memberikan suatu konstruksi agar dapat mengetahui bagaimana potensi dalam dirinya. Selanjutnya filsafat pendidikan pula menyebutkan bahwasanya filsafat dapat menjadi suatu pendobrak agar siswa mampu mencari alternatif lain dengan mempertimbangkan kemampuan intelektual yang dimiliki dalam menghadapi berbagai persoalan yang akan dihadapinya. Kedua terdapat perspektif budaya dalam pembentukan karakter peserta didik di mana perspektif budaya ini memiliki kontribusi secara aktif dalam mengembangkan potensi peserta generasi bangsa agar mampu berinovasi serta kreatif dalam mengembangkan kebudayaannya Selain itu, nilai kebudayaan Indonesia sendiri memuat beragam nilai positif dalam pembentukan karakter diantaranya seperti nilai toleransi dan nilai penyesuaian individu terhadap lingkungan kemudian perspektif budaya juga dapat dijadikan sebagai tameng untuk membentengi nilai-nilai asing yang dapat merusak karakteristik bangsa. Ketiga dapat perspektif sosiologi terhadap pembentukan karakteristik bangsa sebab sosiologi membahas bagaimana cara seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain perspektif sosiologi ini mengajarkan bagaimana karakter seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain agar terciptanya hubungan sosial yang baik. Keempat terdapat perspektif psikologi dalam membangun karakteristik generasi bangsa perspektif psikologi ini membahas pula bagaimana usaha seseorang dalam mencetak individu lainnya agar memiliki karakteristik yang baik, contohnya aspek psikologi ini selalu memperhatikan bagaimana kesehatan mental serta kenyamanan seseorang dalam melakukan sesuatu. Seperti seorang guru yang menciptakan suasana kelas yang nyaman, tentram, aman, dan bahagia pada saat kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang ideal akan menghasilkan siswa dengan karakter yang tenang dan tidak temperamental. Hal ini terjadi karena lingkungan yang ideal secara berkelanjutan dapat dijadikan sebagai suatu ajang dalam membentuk serta menguatkan karakteristik baik dalam diri siswa. Kelima terdapat perspektif agama dalam pembentukan karakteristik bangsa. Hal ini jelas sangatlah berkontribusi karena, agama sendiri mengandung nilai-nilai baik. Kemudian agama pula merupakan landasan seseorang dalam menjalankan format kehidupan. Format tersebutlah yang dapat membangun karakter individu melalui penanaman nilai spiritual, ibadah, dan aqidah yang mampu melahirkan karakter ideal sesuai dengan ajaran agama masing- masing. Sebab setiap agama pasti akan mengajarkan hal-hal baik kepada pemeluk agamanya dan mengakibatkan karakter individu dapat baik pula, jika individu tersebut memeluk suatu agama . Keenam terdapat landasan Pancasila terhadap pembangunan karakteristik bangsa dapat dilihat dari butir-butir Pancasila yang merupakan adopsi nilai-nilai baik yang beredar pada masyarakat kala itu untuk dijadikan suatu landasan dalam menjalankan suatu ketatanegaraan juga dapat dijadikan sebagai acuan menjalani kehidupan dengan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila. Ketujuh perspektif teknologi dalam usaha pembangunan karakteristik generasi bangsa yakni teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam menyampaikan nilai-nilai baik. Contohnya seperti seseorang influencer yang memberikan serta mengajak followersnya agar berbuat baik. Selanjutnya teknologi pula dapat dijadikan sebagai sarana seorang siswa dalam melakukan konsultasi terhadap gurunya dikarenakan persoalan-persoalan tertentu. Kemudian teknologi merupakan pendekatan yang sangat ampuh dalam membentuk karakteristik generasi bangsa. Dengan kata lain jika teknologi tersebut digunakan dengan positif maka akan melahirkan hasil yang positif pula sedangkan jika teknologi digunakan dengan hasil yang negatif maka akan menghasilkan hasil yang negatif pula. Dapat disimpulkan bahwasanya beragam multi perspektif pendidikan mengandung hal- hal baik yang dapat membangun serta melahirkan generasi bangsa yang berkarakter ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma yang berlaku saat ini. Perspektif tersebut diantaranya perspektif filsafat atau filosofis, perspektif budaya, perspektif sosiologis, perspektif psikologi, perspektif agama, perspektif Pancasila, dan perspektif teknologi. Selanjutnya multi perspektif pendidikan tersebut dapat dijadikan sebagai pendekatan seseorang dalam membangun karakteristik seseorang lainnya. Kemudian perspektif orang tua dan masyarakat pula berkontribusi secara penuh dan aktif dalam mencetak dan melahirkan karakteristik generasi bangsa yang sesuai dengan apa yang diharapkan dengan kata lain, orang tua dan masyarakat pula bertanggung jawab terhadap pembentukan karakteristik generasi bangsa dengan disokong oleh beragam multi perspektif pendidikan yang dapat meningkatkan karakter generasi bangsa ini menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka Herlambang, Y. T. W. Rahman. S. Nizan (2021). Landasan Pendidikan : Sebuah Tinjauan Multiperspektif Dasar Esensial Pendidikan Indonesia. Bumi Aksara.