Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
PTA 2022/2023
A. Judul Artikel : Otto Nyatakan Saksi Ahli Psikologi Langgar Kode Etik
B. Penerbit : Tirto.id
D. Lampiran Kasus :
Pernyataan itu diungkapkan Otto Hasibuan dalam sidang lanjutan atas terdakwa
Jessica Kumala Wongso dengan agenda pembacaan nota pembelaan. Sebelum ini,
terkait pemaparan kondisi psikis Jessica, Otto juga menyebutkan bahwa hasil
pemeriksaan psikologis tidak memiliki kesesuaian dan tidak benar.
Menurut dia, psikolog hanya dapat membuka rahasia tanpa persetujuan klien
untuk keperluan hukum atau tujuan lain seperti membantu mereka yang memerlukan
pelayanan personal baik secara perorangan maupun organisasi serta untuk melindungi
pengguna layanan psikologi dari masalah atau kesulitan.
"Dengan demikian di mana ahli psikologi Antonia Ratih, yang membuka rahasia
di depan umum, adalah bertentangan dengan kode etik profesi psikolog. Apalagi ahli
psikologi ini hadir di persidangan secara volunteer, bukan atas perintah pengadilan,"
katanya.
Otto melanjutkan, apabila saksi ahli tersebut membuka rahasia di muka sidang
tanpa perintah pengadilan atau di mana pun akan mendapat ancaman hukum pidana.
Dia juga menuduh jaksa penuntut umum telah keliru menafsirkan kode etik profesi
tersebut. "Sehingga penjelasan di sini hanya terkait dengan pengungkapan rahasia di
di sidang pengadilan,” katanya.
Berdasarkan analisis dari artikel tersebut dapat diketahui Otto Hasibuan selaku
pengacara hukum Jessica Kumala Wongso menolak pernyataan saksi ahli psikolog
Antonia Ratih dan menyebut Antonia Ratih melanggar kode etik psikologi. Dalam
kasus ini Antonia menjadi saksi independen dan mengungkapkan data kepribadian
Jessica dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dari hasil observasinya
Antonia Ratih menyebut bahwa perilaku yang dilakukan oleh Jessica memberikan
respon yang tidak normal dan ada kecenderungan menggunakan kebohongan yang
rumit untuk beralih dari satu hubungan ke hubungan lain, hal ini berkaitan dengan teori
amorous narcisstic. Kemudian dalam sidang lanjutan ini, Antonia Ratih menjelaskan
hasil pemeriksaannya ketika disuruh menjelaskan oleh hakim. Kemudian
pernyataannya inilah yang diperdebatkan oleh Otto dan psikolog pihak Jessica karena
melanggar kode etik psikologi.
Berdasarkan hasil analisis, kasus Antonia Ratih ini melanggar kode etik psikologi
khususnya pasal 24 mengenai kerahasiaan data dan pasal 26 ayat 1 mengenai
pengungkapan kerahasiaan data. Seperti yang dikatakan oleh Otto berdasarkan hukum
yang berlaku psikolog atau ahli psikologi tidak dibolehkan mengungkapkan rahasia
pengguna layanan psikologi serta orang yang dilayani dimuka umum. Psikolog dan
ilmuwan psikologi, wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut klien atau
pengguna layanan psikologi dalam hubungan pelaksanaan kegiatannya.
a) Dapat diberikan hanya kepada yang ber- wenang mengetahuinya dan hanya
memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan tujuan pemberian layanan
psikologi.
b) Dapat didiskusikan hanya dengan orang- orang atau pihak yang secara langsung
berwenang atas diri pengguna layanan psikologi.
c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada
pihak ketiga hanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan
pengguna layanan psikologi, profesi, dan akademisi. Dalam kondisi tersebut
indentitas orang yang menjalani pemeriksaan psikologi tetap dijaga
kerahasiaannya.
Seandainya data orang yang menjalani layanan psikologi harus dimasukkan ke data
dasar (data base) atau sistem pencatatan yang dapat diakses pihak lain yang tidak dapat
diterima oleh yang bersangkutan maka Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus
menggunakan kode atau cara lain yang dapat melindungi orang tersebut dari
kemungkinan untuk bisa dikenali. Dalam kasus ini Antonia Ratih mengungkapkan data
Jessica dipersidangan terbuka yang dihadiri oleh wartawan dan orang yang memiliki
kepentingan sehingga dapat diketahui publik.
Kemudian dalam pasal 26 ayat 1 yang berisi sejak awal Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi harus sudah merencanakan agar data yang dimiliki terjaga kerahasiaannya
dan data itu tetap terlindungi, bahkan sesudah ia meninggal dunia, tidak mampu lagi,
atau sudah putus hubungan dengan posisinya atau tempat praktiknya.
HIMPSI. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi
Indonesia.
Ratnasari (2016) Otto Nyatakan Saksi Ahli Psikologi Langgar Kode Etik. Tirto.id.
Diakses pada tanggal 6 Nov 2022, dari
https://tirto.id/otto-nyatakan-saksi-ahli-psikologi-langgar-kode-etik-bT2n