Latar Belakang
Pada era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity) yang sedang
kita hadapi, ketidakpastian menjadi salah satu masalah utama dalam menentukan suatu
keputusan terkait perencanaan, perancangan, maupun eksekusi suatu kegiatan. Terlebih
lagi, pandemi COVID-19 yang tak kunjung henti menyebabkan kedinamisan kondisi
yang berdampak kepada Himpunan Mahasiswa Sipil Institut Teknologi Bandung (HMS
ITB). Kedinamisan tersebut, ditambah permasalahan ketidakidealan perancangan,
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadi ketidaktepatan metode yang
digunakan, terlebih dengan penggunaan sistem Key Performance Indicator (KPI) yang
ditentukan untuk satu tahun kepengurusan. Hal ini menyebabkan evaluasi yang
diberikan hanya bisa diterapkan pada periode selanjutnya dan menutup ruang untuk
melakukan perbaikan dalam masa kepengurusan.
KPI berbasis pada pelaksanaan program kerja (proker) yang diukur berdasarkan
ketercapaian setiap proker yang telah disetujui di awal kepengurusan. Sistem ini bersifat
kaku karena tidak memberikan kuasa bagi Badan Pengurus (BP) maupun Tim
Kesenatoran untuk mengubah hal-hal yang telah diaudiensikan. Padahal, adanya
perubahan kondisi yang signifikan, seperti perubahan kondisi dari offline ke online,
akan membutuhkan penyesuaian dan percobaan demi mencapai tujuan yang sama.
Sistem yang diterapkan di HMS ITB dirasa belum mampu menjawab tantangan
kefleksibilitasan tersebut. HMS ITB perlu mengubah sistem yang digunakannya agar
lebih fleksibel dalam menentukan strategi dan metodenya tetapi tetap memenuhi tujuan.
OKR, sebagai suatu sistem yang berorientasi pada tujuan dengan penggunaan metode
dan strategi yang lebih fleksibel, menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
kekurangan dari sistem sebelumnya terkait masalah kedinamisan kondisi yang dialami
saat ini. Oleh sebab itu, Badan Perwakilan Anggota (BPA) HMS ITB mengajukan
penggantian sistem yang berlaku di HMS ITB menjadi sistem OKR.
1
Landasan
Dalam menyusun dan merancang sistem baru untuk diterapkan di HMS ITB,
landasan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Dokumen LPJ BPO HMS ITB 2020/2021 (Evaluasi keberjalanan kepengurusan
HMS ITB 2020/2021).
2. Survey Perbaikan Sistem Kepengurusan, dengan responden BP dan Senator HMS
ITB periode 2020/2021
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam dokumen ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa sistem OKR dianggap mampu menjawab tantangan masa kini lebih baik
daripada sistem KPI?
2. Bagaimana bentuk sistem OKR yang akan diterapkan di HMS ITB?
Tujuan
Tujuan dari dokumen ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari sistem OKR terhadap KPI.
2. Menjelaskan bentuk sistem OKR yang akan diterapkan di HMS ITB.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penerapan sistem rujukan meliputi Badan Perwakilan Anggota
(BPA), Badan Pengurus (BP), dan Senator HMS ITB.
Mekanisme/Sistem Rujukan
- OKR secara general
OKR merupakan sebuah framework atau kerangka kerja yang diterapkan untuk
mengatur arah gerak organisasi dengan berfokus pada goals-setting. Dalam OKR,
objective didefinisikan sebagai apa yang ingin dituju. Sedangkan, key results
didefinisikan sebagai parameter yang menggambarkan keberhasilan suatu objective.
Dalam menentukan objective dan key results yang baik, diperlukan beberapa kaidah,
yaitu:
2
Objectives Key Results
Contoh:
Objective Membuat laporan keuangan HMS ITB Menjalin relasi dengan lembaga-
secara transparan lembaga lain di dalam Keluarga
Mahasiswa Institut Teknologi
Bandung (KM ITB)
3
Langkah-langkah perencanaan OKR pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Mendata objective yang ingin dicapai pada setiap level organisasi.
2. Untuk setiap objective, definisikan (idealnya) 3-4 key results yang ingin dicapai.
3. Mengomunikasikan OKR kepada seluruh pihak yang terlibat.
4. Memperbarui ketercapaian setiap key results dengan menggunakan skala 0-100%
secara berkala.
5. Keberhasilan didefinisikan ketika hasil objective mencapai lebih dari 70%.
6. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap key results dan metode yang
diterapkan.
Berikut adalah ilustrasi metodologi OKR:
4
Kelebihan Kekurangan
Kolaborasi
Penjelasan:
- Kelebihan:
● Outcome based
Tingkat ketercapaian tujuan akan meningkat karena sistem OKR berfokus pada
tujuan yang ingin dicapai sedangkan KPI berfokus pada terlaksananya suatu
metode/proker. Hal tersebut didukung pula dengan periode evaluasi yang lebih
singkat sehingga diharapkan lebih tepat guna dalam memenuhi kebutuhan
anggota.
● Fleksibilitas
Dibanding KPI yang bersifat kaku dan tidak memberikan kuasa untuk mengubah
hal-hal yang telah diaudiensikan, OKR tidak terbatas oleh metode sehingga
memberikan kemudahan untuk penyesuaian dalam keberjalanannya.
● Kolaborasi
Memberikan ruang potensi kolaborasi di tengah kepengurusan. Akibat
kefleksibilitasan OKR, dua departemen atau lebih yang memiliki sebuah ide
untuk berkolaborasi dalam pemenuhan objective-nya dapat menciptakan strategi
bersama untuk memenuhi objective masing-masing.
● Terdapat ruang inovasi dan kreasi
Perbedaan yang cukup mendasar antara sistem OKR dan KPI adalah
fleksibilitasnya. Dalam sistem KPI, semua proker harus dilaksanakan secara
detail sesuai apa yang telah diaudiensikan. Dalam hal ini, kekurangan terkait
metode akan dirasakan ketika beberapa proker sudah dilaksanakan. Akan tetapi,
5
kekurangan tersebut akan tetap dilakukan dan hanya akan menjadi evaluasi
untuk kepengurusan berikutnya. Dengan menerapkan sistem OKR, akan ada
evaluasi secara rutin dan perombakan metode. Apabila hal tersebut memang
harus dilakukan, lakukan dengan pertimbangan yang matang. Hal ini akan
menciptakan inovasi dan kreasi yang baru karena evaluasi yang digunakan
adalah hasil dari metode yang dilakukan sendiri, bukan dari kepengurusan
sebelumnya.
- Kekurangan:
● Penyesuaian terhadap perubahan proker (timeline dan penilaian progress)
Pada sistem KPI, proker sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal
perancangan dan tidak mungkin berubah sehingga timeline dan progress dari
setiap proker dapat diawasi dengan lebih mudah. Namun pada sistem OKR,
perubahan proker dapat memengaruhi keberjalanan proker departemen lainnya
sehingga dibutuhkan penyesuaian timeline antar departemen. Selain itu, setiap
proker membutuhkan mekanisme penilaian yang berbeda-beda. Ketika
perubahan proker terjadi, usaha lebih diperlukan untuk menentukan mekanisme
penilaian yang tepat dengan proker tersebut.
● Lebih kompleks (koordinasi dan evaluasi)
Ketika perubahan proker terjadi, evaluasi dan koordinasi antara pengawas
dengan departemen terkait harus dilakukan dalam waktu yang singkat secara
efektif agar tidak terjadi perubahan signifikan pada timeline. Evaluasi juga harus
dilakukan secara berkala untuk memastikan setiap proker sesuai dengan
objective yang ingin dicapai, sedangkan evaluasi pada sistem KPI lebih
berfokus pada teknis dan metode yang digunakan pada setiap proker.
6
No Sistem Implementasi OKR di HMS Alasan Modifikasi Peran Pengawas
1. Objective dan key results ditentukan di awal Penentuan Objective dan key Dalam perumusan, pengawas
kepengurusan untuk 1 tahun kepengurusan dengan jumlah results ditetapkan 1 tahun untuk wajib memastikan objective dan
yang dibebaskan sesuai kebutuhan dari lembaga terkait menyesuaikan dengan masa key results yang dibuat sesuai
dan sifatnya tidak bisa berubah selama periode tersebut. kepengurusan. Alasan objective dengan kaidah dan tepat sasaran.
Objective dan key results diturunkan dengan pendekatan dan key results tidak
top-down dalam struktur organisasi: objective sebuah diperbolehkan untuk berubah
entitas diambil dari key results entitas yang berada satu karena dinilai hal tersebut
tingkatan di atasnya. Sementara itu, penilaian bukanlah akar masalah dari
ketercapaian dilakukan dengan pendekatan bottom-up: ketidaktercapaiannya tujuan
tingkat keberhasilan entitas-entitas yang berada pada melainkan pelaksanaan dari
level yang sama akan digabungkan menjadi tingkat metodenya.
keberhasilan entitas satu tingkatan di atasnya.
3. Dalam satu kepengurusan, didefinisikan suatu fase - Pengawas memiliki hak untuk
7
dengan rentang waktu 3 bulan per fase. Pada setiap akhir menyetujui rancangan perubahan
fase tersebut, dilakukan evaluasi terkait apakah akan metode yang diajukan.
dilaksanakan perubahan metode* untuk fase selanjutnya.
Jika perubahan metode dilakukan maka lembaga terkait
wajib melaporkan hal tersebut kepada pengawas dan
menginformasikannya kepada massa.
*1
1 Untuk mekanisme perubahan metode, lembaga yang ingin mengajukan perubahan metode harus terlebih dahulu memberikan laporan
kepada BPA melalui pengawas. BPA kemudian akan mempertimbangkan ajuan tersebut berdasarkan alasan yang diberikan oleh
lembaga terkait. Apabila perubahan metode disetujui, maka lembaga wajib menginformasikan kepada massa bahwa akan diadakan
perubahan metode. Selanjutnya, akan dibuka wadah penampungan aspirasi terkait metode yang akan digunakan. Keputusan final dari
pengajuan perubahan metode tidak perlu ditetapkan ulang melalui TAP-BPA.
8
Evaluasi
Dengan adanya kefleksibilitasan pada sistem OKR yang telah dirancang, sehingga
memungkinkan bagi suatu metode untuk terus berkembang dalam menjawab tujuan,
maka sistem OKR direkomendasikan menjadi sistem rujukan yang dapat diterapkan
dalam kondisi yang tertera pada latar belakang. Perlu diperhatikan bahwa keberhasilan
OKR di HMS ITB memerlukan sinergisme antar komponen BPO. Harapannya, sistem
ini dapat menjadi pertimbangan alternatif solusi atas masalah kefleksibilitasan yang ada.
9
LAMPIRAN
Dari data yang didapatkan, rata-rata massa menjawab terjawabnya tujuan lembaga
di HMS ITB bisa terwujud pada skala 3,78/5.
2. Menurut kamu, dalam skala berapa sistem kepengurusan lembaga di HMS ITB bisa
beradaptasi dengan kondisi demi menunjang terpenuhinya kebutuhan massa HMS
ITB? Dengan skala 1 berarti tidak dapat tercapai sampai dengan skala 5 berarti
tercapai dengan sangat baik.
Dari data yang didapatkan, rata-rata massa menjawab tingkat kefleksibiltasan
dalam sistem kepengurusan lembaga di HMS ITB pada skala 2,89/5.