Anda di halaman 1dari 24

Nama : Mutiara Zulyanti

Semester : III
Mata Kuliah : Sejarah Australia dan Oceania
Prodi : Pendidikan Sejarah
NIM : 2021010003

1. Jelaskan ada berapa negara bagian di Australia


2. Siapakah penduduk asli Australia dan bagaimana kebudayaan
penduduk asli tersebut
3. Siapakah orang-orang yang berhasil menemukan Australia
4. Bagaimana motif awal pembentukan koloni Inggris di New South
Wales

Jawab :
1. Negara Australia dibagi menjadi 6 negara bagian dan 2 wilayah
yaitu :
New South Wales sangat menarik hati dengan kawasan anggurnya yang

menggoda, desa pinggir lautnya yang masih murni, dan hutan belantara

pegunungannya. Sydney, ibu kota yang ramai dan kota terbesar di negara

ini, terletak di pinggir pantai Port Jackson. New South Wales merupakan

tujuan wisata lengkap yang paling seru, dengan Sapphire Coast di sisi

selatannya, Central Coast di sisi utaranya, dan Blue Mountains di sisi

baratnya. Selalu ada pilihan untuk selera yang berbeda-beda di sini:

petualangan, wisata pantai yang santai, wisata cicip anggur, dan juga

wisata keluarga.
 Northern Territory (NT) atau Wilayah Utara Sejenak beralih dari

daftar negara bagian Australia, Northern Territory adalah wilayah

di ujung paling utara Australia. Ibu kota Northern Territory

Australia atau NT adalah Darwin. Di Northern Territory ada

berbagai taman nasional Australia seperti Kakadu National Park,

King's Canyon, dan Litchfield National Park.

 Queensland (QLD) Lihat Foto Ilustrasi pemandangan siang hari di

Brisbane, Australia(Unsplash/Alice Duffield) Ibu kota Queensland

adalah Brisbane juga juga biasa disebut Brissie. Queensland dikenal

oleh warga Australia sebagai Sunshine State dengan hamparan

lahan subtropis di timur laut. Sinar matahari dan cuaca hangatnya

pada musim dingin lebih lama dibandingkan negara bagian lain. Di

Queensland ada Great Barrier Reef yang masuk daftar Warisan

Dunia, Daintree Rainforest, dan Whitsunday Islands.

 South Australia (SA) Selanjutnya dalam daftar negara benua

Australia adalah South Australia dengan ibu kota di Adelaide yang

terkenal dengan kilang anggur Barossa Valley, Flinders Ranges, dan

Kangaroo Island. Di South Australia banyak ditemui acara

kesenian, sehingga negara bagian ini dijuluki Festival State dengan

lebih dari 500 acara dan festival digelar setiap tahunnya.


 Tasmania (TAS) Tasmania adalah negara bagian yang berbentuk

pulau, dipisahkan dari daratan utama Australia oleh Bass Strait.

Ibu kota Tasmania adalah Hobart. Negara bagian ini terkenal

dengan bentang alam dan hutan belantara yang cocok bagi

penjelajah alam. Tasmania juga memiliki pantai, pegunungan

berbatu, serta sungai dengan ngarai berliku.

 Victoria (VIC). Daftar negara bagian Australia berikutnya adalah

Victoria dengan ibu kota di Melbourne, yang beberapa kali

mendapat gelar Most Liveable City in the World. Kota Melbourne

sangat beragam budayanya, memiliki pemandangan kota modern,

dan lingkungan yang ramah. Adapun di Victoria ada banyak obyek

wisata dari museum, galeri, Grampians National Park, dan Great

Ocean Road yang termasuk dalam Warisan Nasional.

 Western Australia (WA) Ibu kota Western Australia adalah Perth,

dan WA merupakan negara bagian terbesar di Australia. Western

Australia terletak di pesisir barat. Tujuan wisatanya antara lain

Kimberley Region, Rottnest Island, serta kawasan selancar serta

anggur premium Margaret River. Adapun Perth terkena dengan

pantai-pantainya yang lengang, taman-taman, serta hidangan laut.


 Australian Capital Territory (ACT). Australian Capital Territory

adalah lokasi ibu kota Australia berada yaitu di Canberra. Oleh

karena kawasan ibu kota, di wilayah ini ada beberapa institusi

nasional paling penting Australia, termasuk National Gallery of

Australia, National Museum of Australia, dan Parliament House.

Wilayah luar Dikutip dari Australia.com, Wilayah luar "Negeri

Kanguru" meliputi Ashmore dan Cartier Islands, Christmas Island,

Cocos (atau Keeling) Islands, Jervis Bay Territory, Coral Sea

Islands, Heard dan McDonald Islands, serta Norfolk Island.

Australian Antarctic Territory (meliputi 42 persen dari total

wilayah benua Antartika) juga termasuk Wilayah Luar, menambah

luas daftar negara bagian Australia dan wilayahnya.

2. Orang Pribumi Australia telah tinggal di daratan luas negeri ini


selama puluhan ribu tahun lamanya. Mereka adalah budaya
tertua yang masih hidup di dunia, dan identitas serta semangat
mereka yang unik tetap ada di setiap sudut negeri ini.

Suku asli Australia adalah suku Aborigin. Mereka pertama kali


menempati daratan utama Australia dan Tasmania. Tak hanya
suku Aborigin, Australia juga memiliki pribumi lain yang masuk
ke negara bagian Queensland yakni penduduk pribumi
Kepulauan Selat Torres. Meski menjadi pribumi pertama,
keberadaan orang Aborigin dan Penduduk Torres Strait Islands
mewakili kurang dari empat persen populasi Australia.

 Filosofi Hidup Suku Aborigin


Di Australia, pemikiran "berada di negeri" menjadi inti
filosofi hidup Aborigin. Dalam budaya Aborigin, orang dan
tanah menyatu menjadi bagian dari satu sama lain. Sikap
orang Aborigin memiliki sisi lain yang unik dan penuh arti,
seperti merasakan garis tipis oker di sepanjang dahi,
maupun berjalan di sepanjang pantai dengan tetua
Aborigin yang dapat membaca ombak dari kicauan burung.
Meski Budaya Aborigin digambarkan dengan serius dan
spiritual, namun orang Aborigin terkenal karena bersahaja.

 Budaya Suku Aborigin

Budaya Aborigin bersifat holistik, ditentukan oleh


hubungannya dengan keluarga, masyarakat, dan negeri.
Orang Aborigin percaya bahwa tanah (atau negeri) adalah
sesuatu yang menentukan mereka. Aborigin juga memiliki
pandangan yang unik dalam menggambarkan diri mereka
berdasarkan tempat asal.

Orang Aborigin dari daerah pesisir menggambarkan diri


mereka sebagai "orang air asin", mereka yang berasal dari
kawasan sungai adalah "orang air tawar", dan yang berasal
dari kawasan tengah yang kering adalah "orang gurun".

 Bahasa Suku Aborigin

Sebagai suku asli Australia, suku Aborigin dan penduduk


Kepulauan selat Torres memiliki bahasa yang membedakan
dengan kelompok Australia lainnya.

Bahasa suku Aborigin dikenal dengan bahasa Aborigin.


Sementara bahasa penduduk Kepulauan Selat Torres
dikenal dengan bahasa Kriol Selat Torres.
Berbeda dengan bahasa nasional yang digunakan orang
Australia kebanyakan yakni bahasa Inggris Australia,
keberadaan bahasa Aborigin dan Kriol Selat Torres hingga
saat ini terus mengalami kepunahan.

 Makanan Khas Suku Aborigin

Suku asli Australia adalah aborigin menghasilkan banyak


keberagaman. Adapun, tersedia berbagai jenis makanan
Aborigin dan makanan ala hutan semak. Makanan tersebut
dikatakan ala hutan semak karena bersumber dari
kedalaman hutan.

Dengan mengamati alam secara saksama, dan mengetahui


kapan bunga tertentu mekar, buah matang, dan ikan serta
hewan lebih berisi, orang Aborigin telah belajar bertahan
selama puluhan ribu tahun.

Pengetahuan terhadap makanan alami tersebut diturunkan


dari generasi ke generasi, sehingga generasi sekarang bisa
mencicipi makanan ala hutan semak tanpa harus
mencarinya sendiri.

3. Penemu benua Australia ada beberapa yang saya paparkan


dibawah ini :

a) Penemu Benua Australia – Jauh sebelum James Cook


dinobatkan sebagai penemu Benua Australia, 70 tahun
sebelumnya para pelaut asal Makassar Indonesia sudah
lebih dulu menginjakkan kakinya di benua tersebut. Seperti
yang kita semua tahu bahwa Benua Australia merupakan
benua terkecil di dunia yang terletak di bagian selatan
wilayah Indonesia.
Pada tahun 1770, Benua Australia ditemukan oleh seorang
pelaut yang berasal dari Inggris bernama James Cook. Oleh
sebab itu, kini Australia masuk ke dalam kekuasaan
Kerajaan Inggris. Sementara penduduk asli Benua
Australia merupakan Suku Aborigin yang secara fisik
hampir mirip dengan suku-suku yang ada di daratan Pulau
Papua. Namun perlu diingat bahwa penemu Benua
Australia bukanlah James Cook.

Sekitar 70 tahun sebelum James Cook menginjakkan


kakinya di Benua Australia dan mengklaim dirinya sebagai
seseorang yang menemukan Benua tersebut. Ada para
pelaut asal Makassar Indonesia yang lebih dulu datang dan
menginjakkan kakinya di Benua Australia. Bahkan pelaut
asal Indonesia tersebut sudah lama menjalin kerjasama
dengan Suku Aborigin.

Pendapat tersebut pernah diungkapkan di karya ilmiah


yang ditulis oleh Horst Hubertus Liebner, seorang
antropolog maritim yang berasal dari Jerman. Para pelaut
asal Makassar ini berlayar dari Sulawesi menuju ke pesisir
Utara Australia memakai Padewakang. Itu adalah jenis
perahu kayu kuno yang sudah punah sejak satu abad yang
lalu. Kemudian Padewakang berevolusi menjadi sebuah
perahu pinisi yang kita kenal sekarang. Perahu tersebut
bergerak menggunakan tenaga angin yang ditangkap oleh
layar yang ada di atas perahunya. Oleh sebab itu, periode
pelayaran juga disesuaikan dengan pergerakan angin
musim timur atau barat.

Dulu, saat musim angin barat, banyak armada Padewakang


yang berasal dari Makassar berlabuh di pesisir utara
Australia. Kemudian para pelaut akan tinggal selama
berbulan-bulan lamanya untuk mencari teripang di laut.
Setelah itu, mereka akan mengolah hasil pencariannya di
darat bersama penduduk lokal Suku Aborigin.

Sekitar enam bulan selanjutnya, saat musim angin timur,


armada Padewakang yang berlabuh di Australia akan
kembali ke Sulawesi dengan membawa hasil laut berupa
teripang yang sudah dikeringkan. Kadang-kadang ada
sebagian dari Suku Aborigin yang ikut dalam perjalanan
pulang ke Makassar. Pelayaran para pelaut tersebut
berakhir pada tahun 1907. Sebab, mereka dilarang oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ketika itu
menguasai sebagian wilayah Indonesia. Walaupun begitu,
hubungan yang sudah lama terjalin antara orang Makassar
dengan Suku Aborigin sudah menimbulkan kesan yang
sangat mendalam bagi keduanya.

Sejarawan asal Australia yaitu Peter G. Spillet juga


mengungkapkan bahwa pada saat itu sekitar tahun 1500-
an, adalah fase interaksi budaya antara orang-orang
muslim asal Makassar dan Suku Aborigin, selain hubungan
perdagangan yang mereka jalin. Bukti-bukti dari
kebudayaan tersebut juga ditemukan dari kosa kata yang
digunakan oleh Suku Aborigin modern yang sampai
sekarang masih menggunakan 250 istilah yang diserap dari
Bahasa Inggris. Selain bahasa, bukti lain yang semakin
memperkuat hal itu adalah nama-nama yang diberikan oleh
beberapa orang di beberapa wilayah Makassar seperti
Kayu Jawa yang terletak di Pantai Kimberley dan juga
Teluk Mangko yang berada di Teluk North West Australia.
Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh seorang
antropolog asal Universitas Monash yang bernama John
Bradley.

Di dalam penelitiannya, Bradley mengungkapkan bahwa


interaksi yang dilakukan oleh orang Makassar dan Suku
Aborigin adalah sebuah hubungan internasional pertama
bagi Suku Aborigin sendiri. Dimana hubungan tersebut
terjadi pada 70 tahun lalu sebelum kedatangan James Cook
dan teman-temannya di Benua Australia. Itu artinya, pelaut
asal Makassar memang menjadi penemu Benua Australia
karena mereka lebih dulu datang ke benua tersebut. Kata
Bradley, orang orang muslim asal Makassar dan orang-
orang dari Suku Aborigin berdagang bersama secara lebih
adil. Tidak ada penilaian yang rasial dan tidak ada
kebijakan rasial. Selain itu, Bradley juga membandingkan
kedatangan pelaut asal Makassar yang dianggap sangat
berbeda dengan saat kedatangan James Cook.
Sebagai orang yang berasal dari orang kulit putih, Inggris
mengklaim bahwa Australia adalah salah satu benua yang
tidak dimiliki oleh siapapun atau Terra Nullius. Itu artinya
secara tidak langsung, Inggris melalui James Cook sudah
menjajah dan mengklaim sepihak Benua Australia sebagai
milik mereka tanpa adanya persetujuan dari Suku
Aborigin. Sebaliknya, pelaut asal Indonesia lebih banyak
meninggalkan rekam jejak berupa sejarah. Mulai dari
hubungan perdagangan, tradisi, budaya, dan sejarah
lainnya yang sampai saat ini bisa kita lihat. Saking eratnya
hubungan pelaut Indonesia dengan Suku Aborigin, sejarah
kebersamaan mereka masih dirayakan oleh komunitas
Suku Aborigin di Australia Utara.

Perdagangan teripang yang dilakukan oleh orang Makassar


dan Suku Aborigin akhirnya berakhir di tahun 1906 seperti
yang sudah dijelaskan di atas. Ini adalah akibat dari adanya
pajak yang terlalu tinggi dan kebijakan pemerintah soal
larangan kegiatan jual beli orang-orang non kulit putih.

 Napak Tilas Pelayaran Marege

Horst Hebertus Liebner begitu tertarik dengan pelayaran


pelaut Makassar ke Marege, sebutan orang Sulawesi untuk
pesisir utara Australia. Hal itu mendorong Horst belajar
tentang kebudayaan maritim hingga ke Sulawesi. Terhitung
sudah tiga dekade, ia bermukim di Sulawesi Selatan.
Orang-orang Makassar memberinya gelar Daeng Kulle,
sedangkan orang-orang Mandar memberinya nama Aco
lenggo.

Horst begitu berambisi dengan Pelayaran Marege yang


dilakukan oleh para pelaut Makassar berabad-abad silam.
Horst dibantu dengan masyarakat lokal menjelajahi
perairan lepas menggunakan perahu Padewakang untuk
tiba di Marege. Berangkat pada 8 Desember 2019, Horst
dan kru tiba di Kota Darwin saat malah hari pada akhir
Januari lalu. Tiba di perbatasan, Horst dan seluruh kru
diperiksa oleh otoritas pemerintah Australia.
Konstruksi Padewakang yang digunakan berlayar oleh
Horst dibuat sama persis dengan yang digunakan oleh para
pelaut Makassar pada zaman dahulu. Banyak rintangan
berat yang harus dihadapai, mulai dari robeknya layar,
kemudi yang patah, hingga perahu yang tidak bisa
digunakan lagi saat pulang. Alhasil mereka pun terpkasa
harus membuat Padewakang baru mulai dari nol.
Meskipun demikian, mereka akhirnya dapat tiba di daratan
Marege dengan selamat.

b) Konon, ada benua besar dan misterius yang disebut-sebut


terletak di belahan bumi selatan, demikian tulis kaum
cerdik cendekia di abad ke-18. Mereka percaya bahwa
daratan ini menunggu untuk ditemukan. Ahli geografi
berteori bahwa keberadaannya penting untuk menstabilkan
rotasi bumi. Asumsi itu didorong oleh keinginan, atau
keserakahan akan pengetahuan, petualangan, dan yang
terpenting: keserakahan akan kepemilikan tanah.

Kerajaan Inggris pun ingin menjadi yang pertama


menemukan benua mitos itu, mengisi celah di peta dunia.
Tapi niat yang juga penting adalah mengungguli kekuatan
kolonial para pesaingnya yakni Portugal, Spanyol, Belanda,
dan Prancis.

Pada 1768, Royal Society, yaitu sekelompok sarjana Inggris,


mendesak angkatan laut untuk mengambil tindakan cepat
melakukan ekspedisi. Pemimpin yang dipilih untuk
ekspedisi ini adalah pelaut dan pembuat peta
berpengalaman, James Cook. 

Menghabiskan sepuluh tahun berikutnya di laut untuk


melayani Kerajaan Inggris, Cook tercatat dalam sejarah
karena penemuannya. Lebih dari 35 lokasi di dunia telah
menggunakan namanya, termasuk dua objek di luar
angkasa. Tetapi bagaimana pria dengan latar belakang
yang sederhana ini menjadi salah satu penemu besar dalam
sejarah?
 Siapakah James Cook?

Pada 19 April 1770, Kapten James Cook untuk pertama


kalinya tiba di lepas pantai timur Australia. Namun
sebelum beranjak dewasa dan menjadi petualang, ia
dan banyak saudara kandungnya adalah anak seorang
buruh yang tumbuh dalam kemiskinan

Ia lahir di Marton, sebuah komunitas di timur laut Inggris


pada tahun 1728. Berkat majikan ayahnya yang murah
hati, dia bisa bersekolah di desa serta belajar membaca dan
menulis. Setelah belajar dalam waktu singkat, bocah itu
ternyata haus akan ilmu pengetahuan.

Pada usia 18 tahun, ia memulai karir dengan berlayar di


kapal pengangkut batu bara: belajar mengemudi kapal dan
menavigasi. Ia juga mencintai laut. Dia menolak tawaran
untuk menjadi kapten kapal, karena tujuannya adalah
menjadi anggota Angkatan Laut Kerajaan.

Setelah beberapa tahun di angkatan Laut, dia


menunjukkan bakat luar biasa dalam menggambar peta
dengan sangat detail, peta ini membantu Angkatan Laut
Inggris mencetak keberhasilan militer. James Cook segera
menjadi sangat diperlukan, pengetahuan dan
kemampuannya mengungguli hampir semua pelaut lainnya.

 Ada misi rahasia

Sebenarnya, tugas resmi Royal Society adalah untuk


mengamati jalur Venus di Pasifik, mengukur waktu yang
ditempuh planet ini dalam mengitari matahari. Dengan
data tersebut, para ilmuwan berharap dapat lebih tepat
menghitung jarak antara matahari dan bumi.

Titik yang sempurna untuk melakukan pengamatan ini


disebut-sebut terletak di Tahiti. Saat itu, para pelaut sudah
tahu tentang adanya sebuah pulau di Pasifik selatan dengan
langitnya yang cerah dan matahari tetap berada di
cakrawala selama Venus melintasi langit. Berbekal empat
teleskop, James Cook mampu menyelesaikan misi Venus
pada Juni 1769. 
Penduduk asli merasa berkewajiban melindungi tanah
mereka dari para pendatang yang masuk tanpa izin.
Kemudian dimulailah bagian rahasia dari ekspedisi
tersebut. Misi itu tertulis dalam amplop yang disegel,
bertuliskan: penemuan benua mitos di selatan.

Setelah beberapa bulan lamanya menavigasi kapal


Endeavour, James Cook tiba di Selandia Baru. Dia bukan
orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di sana,
karena para pelaut Belanda telah banyak yang berkunjung
ke sana sebelumnya. Tapi Cook adalah orang pertama yang
dengan susah payah membuat peta keseluruhan pulau.
Pengukuran dan gambarnya sangat tepat hingga masih
digunakan oleh para kapten hingga tahun 1950-an.

Enam bulan kemudian, Kapal Endeavour berlayar menuju


utara dan menghantam pantai New Holland, sebutan untuk
Australia saat itu. Pada bulan April 1770 Cook dan krunya
berlabuh di tempat yang mereka namai Botany Bay.

Di sana, para pelaut terpesona oleh flora dan fauna saat itu
sama sekali tidak mereka kenal. Lapar akan penemuan
selanjutnya, mereka melanjutkan pelayaran lebih jauh ke
utara ke Possession Island, di mana Cook secara sepihak
mengklaim tanah itu sebagai milik Kerajaan Inggris.

 Dua sudut pandang berbeda

James Cook di Inggris dirayakan sebagai pahlawan;


bahkan Raja George II secara pribadi memberikan ucapan
selamat kepadanya. Tahun-tahun berikutnya kian banyak
kapal Inggris berlayar ke Australia dan menduduki benua
itu. Hanya delapan tahun setelah Cook mempertaruhkan
klaim sepihaknya atas sebidang tanah di sana, area itu
lantas dijadikan koloni untuk menempatkan para
narapidana. Hingga kini hari itu tetap menjadi hari libur
nasional bagi warga Australia.

Betapapun suksesnya kisah James Cook dari sudut


pandang ilmiah, akan lebih adil bila melihatnya dari dua
perspektif, yakni perspektif orang Inggris dan perpspektif
penduduk asli Australia.

Sejarah Kebiadaban Kolonial Jerman


Jejak kolonialisme Jerman sudah banyak dilupakan. Namun
kebiadaban pemerintahan kolonial lebih dari seabad silam
masih menghantui hingga kini. Inilah penggalan sejarah kelam
Jerman yang tak tuntas.

'Masa depan di Samudera'


Di Bawah kanselir Otto von Bismarck, Jerman menjajah
Namibia, Kamerun, Togo dan sebagian wilayah Tanzania
dan Kenya. Warisan Bismarck dilanjutkan Kaisar Wilhelm
II (gambar) dengan membangun armada laut untuk
memperluas wilayah kolonial Jerman. Bismarck
sebenarnya bukan "pria kolonial." Agresi Jerman
dilakukan cuma buat "melindungi rute perdagangan."

Jajahan Jerman
Jerman lalu membeli sejumlah wilayah jajahan di Pasifik,
antara lain wilayah utara Papua Nugini, Kepulauan
Bismarck, Kepulauan Marshall dan Solomon serta Qingdao
di Cina. Sebuah konfrensi negara kolonial Eropa di
Brussels tahun 1890 juga menelurkan hak buat Jerman
untuk menduduki kerajaan Rwanda dan Burundi. Hingga
akhir abad ke-19, perluasan wilayah kolonial Jerman resmi
berakhir.
Manusa Kelas Dua
Populasi "kulit putih" di wilayah jajahan Jerman tidak lain
adalah sekelompok kecil warga Eropa yang menikmati
berbagai hak dan imunitas. Tahun 1914 sebanyak 25 ribu
warga Jerman hidup di wilayah kolonial, hampir
separuhnya menetap di Namibia. Sementara 13 juta
penduduk lokal dianggap sebagai manusia kelas dua tanpa
hak sipil.
Genosida Pertama Abad ke-20
Pembantaian terhadap etnis Herero dan Nama di Namibia
adalah kejahatan terbesar Jerman di era kolonialisme. Pada
pertempuran Waterberg, 1904, pasukan Jerman memblokir
akses terhadap air buat pemberontak Herero yang
melarikan diri ke gurun Namib. Akibatnya 60.000 orang
mati kehausan.

Kejahatan yang Terlupakan


Cuma sekitar 16.000 anggota etnis Herero yang hidup
setelah pemberontakan gagal. Mereka ditahan di kamp
konsentrasi. Hasilnya sebagian meninggal dunia. Hingga
kini jumlah pasti korban masih diliputi misteri. Berbeda
dengan kejahatan NAZI di Perang Dunia II, Jerman belum
pernah membayar ganti rugi atas pelanggaran HAM di era
kolonialisme.

Alergi Masa Lalu


Antara 1905 dan 1907 berbagai kelompok etnis di wilayah
yang kini bernama Burundi, Tanzania dan Rwanda bersatu
untuk melawan Jerman setelah penduduk dipaksa
menanam kapas untuk diekspor. Sekitar 100.000 pasukan
pemberontak tewas dalam perang Maji-Maji. Hingga kini
sejarah kelam tersebut jarang dibahas di Jerman.
Sebaliknya pemberontakan itu adalah bagian penting
dalam sejarah Tanzania.
Reformasi Dernburg
Setelah berbagai perang pemberontakan, Jerman akhirnya
merestrukturisasi pemerintahan kolonial untuk memperbaiki
situasi penduduk di wilayah jajahan. Bernhard Dernburg
(gambar) yang seorang pengusaha itu diangkat sebagai
Menteri Kolonial dan menggulirkan reformasi untuk
memperbaiki kebijakan Jerman di wilayah jajahannya.
Dernburg terutama membidik manfaat ekonomi dari
kolonialisme.
Akhir Kolonialisme
Takluk di Perang Dunia I, Jerman lalu menandatangani
perjanjian damai di Versailles tahun 1919. Dalam proses
negosiasi Berlin harus menarik diri dari semua wilayah
jajahannya. Akibatnya kas negara yang hampir kosong akibat
perang semakin menciut. Jerman pun memasuki dekade penuh
ketidakpastian ekonomi.
Perundingan Alot
Negosiasi seputar pembantaian etnis Herero dan Nama kini
memasuki fase tersulir. Jerman masih enggan memberikan
uang ganti rugi. Perwakilan Herero akhirnya mengajukan
keberatan resmi kepada PBB setelah tidak dilibatkan dalam
proses perundingan.
Dalam buku hariannya, James Cook menggambarkan
pertemuan pertamanya dengan suku asli Australia, yakni
Gweagal sebagai salah satu agresi. Dia mencatat bahwa
salah satu penduduk asli Australia itu melemparkan batu
ke arahnya, dan bahwa orang-orang telah melemparkan
tombak ke arah krunya. Orang-orang Inggris itu terpaksa
menggunakan senjata api untuk membela diri, tulis Cook. 

Namun dalam sebuah artikel untuk British Library, Dr.


Shayne T. Williams, perwakilan Gweagal, memandang
kedatangan Cook secara berbeda. "Jika Anda melihat
pertemuan yang sama dari sudut pandang kami, Anda
melihat bahwa dua pria Gweagal sangat bersemangat
memenuhi tugas spiritual atas tanah mereka,
melindunginya dari kehadiran orang-orang yang tidak
berhak berada di sana. Dalam budaya kami, tidaklah
diizinkan masuk ke tanah budaya lain tanpa adanya
persetujuan yang diperlukan. Persetujuan seperti itu selalu
dinegosiasikan sebelumnya."

Bakat Cook atas kartografi dan penguasaan navigasi memang


tidak diragukan. Tapi James Cook juga telah membuka jalan
bagi negaranya untuk menjelajahi suatu negara yang tidak
ingin dijelajahi, dan menaklukkan orang-orang yang tidak
ingin ditaklukkan.

c) Pada 18 November 1605, datang orang Eropa pertama yang


menemukan Australia, yaitu Willem Janszoon asal Belanda.
Ia melewati jalur Laut Arafura menuju Teluk Carpentaria
yang kemudian membuatnya sampai di Queensland.
Janszoon mengira tanah tersebut masih bagian dari tanah
Papua, sehingga ia melakukan ekspedisi pertamanya. Di
tengah-tengah ekspedisi, Janszoon bertemu dengan Suku
Aborigin yang sudah lebih dulu tinggal di Australia.
Pertemuan antara keduanya berangsur tidak baik sampai
menewaskan sebagian pasukan Janszoon. Oleh sebab itu,
Janszoon memutuskan kembali ke Banten dan menamai
wilayah tersebut dengan nama Nieu Zeland (New Zealand).
Willem Janszoon menjadi orang Eropa pertama yang
tercatat sampai ke Australia.

d) Abel Tasman, seorang penjelajah asal Belanda dalam


catatan hariannya itu, tengah memimpin VOC dari Batavia
menuju kawasan yang belum terpetakan. Hari ini, 377
tahun yang lalu, tepatnya 24 November 1642, Ia melihat
Pulau Tasmania, salah satu pulau di negara bagian
Australia.
Dari Daratan Van Diemen ke Tasmania
Tahun 1636-1645, negeri jajahan Hindia Timur diperintah
oleh Antonio van Diemen. Pada masa kepempimpinannya di
Batavia, selain memiliki ambisi memperindah negeri
jajahan, ia ingin mengetahui dataran-dataran yang belum
terpetakan di wilayah lautan dunia.
Hal ini tentu bukan tanpa alasan, pada saat itu, Verenigde
Oost indische Compagnie (VOC) atau perusahaan dagang
swasta Belanda tentunya ingin mengetahui peta dan seluk
perdagangan di dunia agar memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dalam persaingan dagang.
Menyikapi hal ini, diutuslah penjelajahan yang sebelumnya
memiliki jam terbang yang cukup tinggi, Abel Tasman,
pelaut asal Groningen Belanda, yang sukses dalam
menjalankanan di Pulau Seram, Jepang, Formosa (Taiwan )
Kamboja, dan Sumatera, untuk menemukan Terra
Australia.
Pada 14 Agustus 1642, Abel kemudian memimpin ekspedisi
VOC dengan membawa kapal Heemskerck dan
Zeehan. Mereka berlayar dari Batavia menuju kawasan
selatan yang belum terpetakan. Setelah berbulan-bulan
melakukan pelayaran, Tasman melihat sebuah pulau tak
jauh dari daratan Australia di daerah Cape Sorell. 
“Namun, demi keselamatan awak kapal, Tasman tidak
membawa lebih jauh kapalnya dari teluk setelah malam
tiba. Ia selama satu tahun berikutnya dengan penelitian
garis pantai selatan dan mencari tempat yang cocok untuk
mendarat pada cuaca buruk.” tulis Australiangeographic. 
“Tanggal 1 Desember, kapal mereka berlabuh di barat laut
Green's Bay setelah matahari terbenam. Tasman dan kru
kapalnya menjelajahi pulau tersebut dan menemukan
tanaman lokal untuk dimakan. Lusa setelah itu, seorang
tukang kayu berenang ke pulau Tasman dan menancapkan
bendera Belanda di pulau tersebut.”
Setelahnya, Tasman menamai pulau yang luasnya hanya
22.000 km persegi itu dengan nama gubernur jenderal
Hindia Belanda ke-9, Van Diemen's Land. Namun, Namun
pulau itu kemudian berubah nama menjadi Tasmania
untuk menghormati yang kelak meninggal di Batavia pada
10 Oktober 1659 tersebut.
Kembali ke Batavia dan Penjelajahan Lain
Setelah menancapkan bendera triwarna ke pulau Van
Diemen's Land, dan tidak bertemu suku lokal
setempat. Abel Tasman melanjutkan perjalanannya ke arah
utara. Namun karena terbawa oleh angin yang kencang
kapal tersebut malah berlayar ke arah timur. 
Tanggal 13 Desember 1642, Abel Tasman sampai di bagian
selatan pulau Selandia Baru dan menjadi orang pertama
yang melakukan percobaan di pulau tersebut. Meski
demikian, saat mendarat di pulau itu untuk mencari udara,
ia diserang oleh suku asli pulau itu, Suku Maori, yang
menyebabkan empat anak buahnya tewas.
Akhirnya Tasman memutuskan kembali ke Batavia dan
pada saat perjalanan untuk pulang itu melewati kepulauan
Tonga pada tanggal 20 Januari. Kemudian sampai di
kepulauan Fiji dan kehidupannya sebelum pulang lewat
New Guinea (Papua Nugini) dan tiba di Batavia tanggal 15
Juni 1643.
Setahun kemudian ia melakukan pelayaran kembali. Kali
ini dia menggunakan tiga buah kapal Limmen, Zeemeeuw
dan Tender Braek. Dia berlayar melewati pantai selatan
New Guinea dan berjalan ke arah timur. Dari sini melewati
Selat Torres yaitu selat yang terhubung antara New Guinea
dan Australia.
Dalam keduanya ini, Tasman berhasil tentang pantai utara
Australia dan mengamati tanah dan penduduk di
Australia. Namun, kedua pelayaran Abel Tasman ini
dianggap oleh Belanda khususnya VOC sebagai pelayaran
yang gagal dan mengecewakan.
Hal itu karena Tasman dianggap tidak menemukan daerah
yang menjanjikan untuk perdagangan atau rute pelayaran
baru yang bermanfaat, selain itu juga tidak menemukan
pos. Barulah satu abad James Cook datang menjelajahi
Selandia Baru dan Australia untuk bersenang-senang di
garis pantai Selandia Baru dan Great Barrier Reef di
Australia.
4. MOTIF YANG MENDORONG PEMBENTUKAN KOLONI
INGGRIS DI NEW SOUTH WALES 

Tanggal 23 Agustus 1770 James Cook berhasil mendarat di pantai timur


Australia. Di daerah yang kemudian diberinama New South Wales ini
James Cook menancapkan bendera Inggris sebagai tanda            klaim
kepemilikan Inggris atas New South Wales. Keberanian Cook meng-claim
NSW sebagai milik Inggris didasarkan pada satu pandangan bahwa
daerah ini akan memberikan harapan kehidupan yang cerah di kemudian
hari.

Penemuan Cook atas New South Wales dan laporan yang disampaikan
tentang kondisi New South Wales baik dari Cook, Joseph Banks, Solander
dan James Maria Matra yang datang berikutnya telah mendorong
pemerintah Inggris untuk menjadikan New South Wales sebagai koloni.
Keputusan untuk membuka koloni ini diambil oleh kabinet William Pitt
pada tahun 1787. Sebagai realisasi dari

keputusan ini, pada tanggal 13 Mei 1788 diberangkatkan rombongan


kolonis pertama di bawah pimpinan Kapten Arthur Phllip. Rombongan
yang biasa disebut first Fleet ini terdiri dari 11 kapal dengan sekitar 1.400
orang, termasuk 778 narapidana (192 perempuan dan 586 laki-laki) tiba di
Botany Bay tanggal 26 Januari 1788.
Alasan tradisional yang sudah memola bagi pembentukan koloni Inggris di
New South Wales adalah kebutuhan akan tempat pembuangan narapidana
dari Inggris, terutama sesudah Amerika Serikat memperoleh
kemerdekaannya. Masalah narapidana ini berkaitan dengan kondisi
masyarakat yang buruk pada waktu itu, terutama pengangguran,
kemiskinan dan kejahatan.

Mengenai motif yang mendorong pemerintah Inggris membangun koloni


di New South Wales ada beberapa teori yang bisa dikemukakan. Teori
pertama dikenal dengan sebutan penal settlement theory atau convict
setlement theory. Berdasarkan teori ini motif pembentukan koloni di NSW
adalah berkaitan dengan kebutuhan Inggris akan tempat pembuangan
narapidana. Masalah ini erat kaitannya dengan keadaan di kota-kota
Inggris pasca Revolusi Industri yang berkembang pada sekitar abad ke-17.
Di samping melahirkan perubahan positif di bidang ekonomi, Revolusi
Industri juga telah melahirkan ekses-ekses negatif seperti tingginya
urbanisasi yang berujung pada meningkatnya jumlah pengangguran dan
tingginya angka kriminalitas di hampir semua wilayah perkotaan di
Inggris. Kondisi maraknya kejahatan (carnaval of crimes) telah memaksa
pemerintah bertindak tegas dengan memberikan hukuman yang berat.
Konsekeunsinya penjara-penjara mengalami over capacity. Sebelum
Revolusi Amerika, solusi untuk mengatasi melimpahnya jumlah
narapidana adalah dengan membuang mereka ke Amerika Utara,
terutama ke Virginia dan Maryland. Akan tetapi setelah koloni di Amerika
tersebut memerdekakan diri kegiatan pengiriman narapidana tidak dapat
dilakukan lagi. Untuk itu perlu dicari solusi lain dan daratan Australia
dianggap sebagai solusi pengganti yang tepat untuk membuang
narapidana. Ide ini antara lain datang dari Joseph Banks, seorang ahli
botany yang ikut dalam pelayaran James Cook, pada tahun 1779. Fakta
yang mendukung bahwa motif pembentukan koloni di New South Wales
berkaitan dengan masalah narapidana dapat dilihat dari jumlah
penumpang dalam rombongan Arthur Phillip yang 70% nya terdiri dari
narapidana. [1]

Gambaran kemiskinan dan kejahatan di Inggris di sekitar lahirnya


keputusan Inggris membuka koloni di New South Wales itu, tidak banyak
diketahui. Para sejarawan hanya menyebutkan bahwa pada akhir abad ke-
17 paling tidak sepertiga penduduk Inggris berstatus mengganggur atau
setengah menganggur. Untuk beberapa saat berikutnya kemiskinan dan
kejahatan merupakan gejala yang selalu nampak dalam masyarakat
Inggris, baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota. Hampir disetiap
desa dan kota terdapat sarang-sarang pencuri. Sudut-sudut kumuh kota
London biasanya menjadi sarang ara pelanggar hukum dan pelaku
berbagai kejahatan.

Kegelisahan umum tentang pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan ini,


sebenarnya bukanlah gejala yang hanya terdapat di Inggris saja. Seluruh
Eropa mengalaminya pada waktu itu. Berbagai usaha mengatasinya
memang dilakukan namun tidak segera membuahkan hasil.

Revolusi Industri yang mendorong perubahan besar di bidang ekonomi


dan sosial, melahirkan ekses-ekses yang sukar diatasi dan menambahkan
runyamnya kondisi masyarakat pada waktu itu. Urbanisasi dengan segala
konsekuensinya menambah rumitnya keadaan di kota-kota industri.
Dalam suasana seperti ini pemerintah Inggris ingin tetap menegakkan
disiplin dan ketertiban dalam masyarakat. Untuk itu pemerintah memilih
pelaksanaan hukuman sebagai cara untuk mencegah pelanggaran hukum.
Bahkan ada kecenderungan pengadilan menjatuhkan hukuman berat bagi
kesalahan yang tergolong ringan, dengan harapan masyarakat takut atau
jera melanggar hukum. Misalnya seseorang yang menangkap seekor
kelinci saja dari perkarangan orang lain sudah dijatuhkan hukuman
buang. Akibatnya penghuni penjara semakin hari semakin bertambah, dan
jumlah narapidana yang harus dibuang pun semakin banyak.

Sebelum Revolusi Amerika, para narapidana yang terkena hukuman


buang ditransportasikan ke koloni-koloni Inggris di Amerika Utara itu.
Antara tahun 1717 dan waktunya meletusnya Revolusi Amerika tercatat
tidak kurang dari 50.000 orang narapidana yang ditransportasikan ke
Amerika Utara, terutama ke Virginiadan Maryland. Selama
berlangsungnya perang antara Inggris dengan rakyat di daerah koloninya
itu, transportasi narapidana ke sana terpaksa dihentikan. Sementara itu
pengadilan tetap menjatuhkan hukuman buang dan hukuman biasa,
sehingga rumah-rumah penjara semakin penuh sesak. Untuk menambah
kapasitas penjara pemerintah membeli kapal-kapal yang sudah tidak layak
berlayar lagi untuk dijadikan sebagai penjara terapung. Tindakan ini oleh
pemeritah dikatakan sebagai tindakan sementara, karena mereka
berharap perlawanan rakyat di koloninya itu dapat dipatahkan. Ternyata
tahun 1783 Inggris harus mengakui kemerdekaan bekas koloni-koloninya
itu. [2]
Alasan kedua yang mendorong pembuangan narapidana ke New South
Wales berkaitan dengan masalah "American loyalist". Mereka adalah
rakyat Inggris di koloni Amerika yang selama berlangsungnya revolusi
kemerdekaan Amerika tetap setia kepada ratu Inggris dan cenderung
menentang revolusi. Setelah koloni di Amerika memerdekakan diri,
kelompok American Loyalist ini terpaksa harus keluar dari koloni karena
dianggap sebagai musuh oleh penduduk koloni pro kemerdekaan. Selain
yang keluar menuju Canada, Nova Scotia dan Hindia Barat, para
American Loyalist ini akhirnya banyak yang kembali ke Inggris bersama-
sama dengann pasukan kerajaan. Kembalinya mereka ke Inggris
menimbulkan masalah baru karena umumnya mereka tidak berhasil
memperoleh pekerjaan yang menurut mereka harus disediakan
pemerintah sebagai imbalan kesetiaan. Untuk mengatasi masalah ini,
James Maria Matra yang juga ikut dalam pelayaran Cook mengusulkan
kepada pemerintah untuk mengirim para American Loyalist ke New South
Wales. Menurut James Maria Matra di koloni baru tersebut para
American Loyalist bisa mendapatkan pengganti kekayaan mereka yang
hilang di Amerika Serikat. Usul ini sampaikan kepada menteri dalam
negeri, Lord Sydney pada tahun 1783. Pada akhirnya masalah narapidana
dan American Loyalist pada akhirnya telah mendorong pemerintah
Inggris untuk membuka koloni di New South Wales. Secara faktual teori
ini bisa diterima karena hampir 70% rombongan kolonis pertama terdiri
dari para narapidana.

Sebelum masalah American Loyalists ini muncul, pada tahun 1779 Joseph
Bank, ahli botani yang ikut dalam pelayaran James Cook ke Botany Bay,
telah merekomendasikan kepada Komisi Parlemen yang sengaja dibentuk
dalam memikirkan masalah narapidana, agar Botany Bay (New South
Wales) dijadikan koloni sebagai tempat pembuangan para narapidana.
Alasan Banks adalah jarak yang begitu jauh dari Botany Bay ke Inggris
dan ke tempat-tempat lain, menyebabkan tempat ini cocok sebagai tempat
pembuangan karena tidak mungkin mereka akan melarikan diri. Selain
pertimabngan jarak yang menjadi alat isolasi Botany Bay sebagai "penal
settlement", Banks juga menunjuk kesuburan tanah Botany Bay yang
akan memungkinkan penghuninya dapat mempertahankan hidupnya lepas
dair bantuan negeri induk setelah satu tahun tinggal di sana. Namun
pemerintah Inggris masih ragu-ragu membuka koloni sesuai dengan saran
Banks tersebut. Malah pemerintah berusaha meneleti kemungkinan
membuka koloni baru di Das Voltas Bay, di Afrika Baratdaya. Menurut
Scott (1943), sambil meneliti daerah yang disarankan oleh komisi Parlemen
ini, pemerintah sudah sempat juga mengirimkan narapidana ke sana.
Akan tetapi kondisi alam dan iklim di tempat ini tidak sesuai bagi orang-
orang Inggris sehingga rombongan yang dikirimkan ke sana semuanya
meninggal setelah menderita berbagai penyakit tropis. Akibatnya
pemerintah tidak lagi berusaha mentransportasikan narapidana ke sana.
Semuanya ini rupanya mendorong pemerintah untuk memikirkan kembali
usul Banks.

Teori kedua dikenal dengan sebutan "the naval supplies theory". Teori ini
dikemukakan oleh para sejarawan yang menolak pendapat bahwa motif
pembentukan koloni di New South Wales semata-mata didorong oleh
kebutuhan akan tempat pembuangan narapidana. Menurut mereka
pembentukan koloni di New South Wales tidak hanya berkaitan dengan
masalah narapidana tetapi erat kaitanya juga dengan kepentingan Inggris
untuk menyediakan tempat persinggahan dan pangkalan pemasokan
kapal-kapal Inggris yang melintasi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
[3]

Akhirnya pada tahun 1786 kabinet William Pitt memutuskan untuk


membuka koloni bagi narapidana di New South Wales. Sehubungan
dengan keputusan pemerintah ini, raja George III pada tanggal 22 Januari
1787 menyatakan kepada parlemen Inggris bahwa pemerintah telah
menusun rencana "to remove the inconvenience which arose from the
crowded state of the gaols in the differrent part of the kingdom".
Berdasarkan uraian di atas jelas nampak bahwa motif yang mendorong
pemerointah Inggris membuka koloni di New South Wales adalah hasrat
untuk mendapatkan tempat pembuangan narapidana.

Sejak tahun 1770-an perdagangan antara Inggris  yang di wakili oleh EIC


dengan Cina semakin meningkat, dan pada dekade berikutnya
perdagangan ini menghasilkan keuntungan besar. Kemungkinan rute
pelayaran ke Cina yang dapat ditempuh oleh kapal-kapal Inggris adalah:

1.      Melalui Selat Malaka

2.      Melalui Selat Sunda yang dikuasai oleh VOC

3.      Melalui rute Kapten Wilson, yaitu melalui selat di sebelah barat


pulau Seram dan Ternate

4.      Melalui pantai timur Australia ke arah utara


Menurut seorang sejarawan Inggris E.C.K Gonner, pembukaan koloni di
New South Wales merupakan bagian dari " ... a swing to the East in
imperial development in the late eighteen century". Dengan ungkapan
tersebut Gonner mau menjelaskan perubahan strategi ekspansi bangsa
Eropa, khususnya Inggris dan Perancis, yang mulai mengalihkan politik
ekspansinya ke Timur, khususnya India dan wilayah-wilayah di Asia
lainya, setelah sekian lama mengeruk keuntungan di Amerika. Untuk
melancarkan strategi ini maka keberadaan tempat persinggahan dan
pangkalan pemasok untuk kapal-kapal menjadi sangat penting. Khusus
untuk Inggris hal ini penting mengingat sejak 1770-an perdagangan
Inggris (EIC) dengan Cina semakin meningkat dan menghasilkan
keuntungan yang besar. [4]

Teori ini juga didasarkan pada laporan James Cook dan Joseph Banks
kepada pemerintah Inggris yang menyebutkan bahwa New South Wales,
New Zealand dan pulau-pulau sekitarnya dapat menjadi suppley base bagi
kapal-kapal Inggris. Keberadaan pohon-pohon yang bisa dijadikan tiang
kapal, dan rami untuk pembuatan canvas, kain layar dan tali temali kapal
sangat menguntungkan untuik pelayaran. Laporan tersebut diperkuat oleh
James Maria Matra yang menyebutkan bahwa rami dari New Zealand
memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari Eropa. Selain itu menurut
Matra, penguasaan atas Botany Bay akan memperkuat Inggris karena
memiliki naval base yang strategis atas perairan Asia dan Amerika.
Sementara Admiral Young dalam George Young's Plan yang dikeluarkan
tahun 1785 mengatakan bahwa pendudukan Botany Bay akan memberi
kesempatan kepada Inggris untuk memperoleh seluruh komoditas yang
dihasilkan oleh seluruh dunia pada waktu itu. Fakta sejarah yang lain yang
berkaitan dengan teori ini bisa dilihat dari pernyataan Menteri Dalam
Negeri Lord Sydney di depan parlemen pada 18 Agustus 1786,".....the
government viewed New South Wales as an important base and source of
supply, as well as a penal colony". [5]

Anda mungkin juga menyukai