Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PKN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NAMA : DHEA FORTUNA WIYASA


KELAS / PRODI : 3C / MANAJEMEN
NIM : 2103102024
Dinamika Implementasi Demokrasi dan Nomokrasi

Mayoritas negara - negara modern menerapkan prinsip demokrasi sekaligus nomokrasi .


Demokrasi modern adalah demokrasi perwakilan yang diwujudkan dalam bentuk lembaga
perwakilan rakyat . Fungsi utama lembaga ini adalah membuat undang - undang , sehingga biasa
disebut sebagai lembaga legislatif . Selain itu , lembaga perwakilan juga memiliki fungsi
mengawasi pelaksanaan undang undang , sehingga biasa disebut juga dengan parlemen . Undang
- undang yang dibuat oleh lembaga legislatif tersebut sesungguhnya diidealkan sebagai
perwujudan kehendak rakyat secara utuh . Namun demikian , hal itu tidak mungkin tercapai
karena pada tataran undang undang - yang materi muatannya sudah bersifat konkret dan harus
dapat dilaksanakan-- terdapat pilihan pilihan kebijakan yang sulit diputuskan dengan bulat .
Bahkan , dari cara pemilihan anggota lembaga perwakilan , baik dengan sistem distrik maupun
proporsional terdapat suara rakyat yang tidak terwakili . Maka , dalam pelaksanaannya
demokrasi selalu lebih didasarkan pada prinsip mayoritas , sehingga harus ada jaminan terhadap
hak - hak dasar tidak boleh yang dilanggar sekalipun oleh suara mayoritas

Oleh karena itu , muncul ide nomokrasi yang salah satu unsur utamanya adalah supremasi
konstitusi . Konstitusi menjadi supreme karena diasumsikan sebagai wujud " kesepakatan
seluruh rakyat " , bukan hanya " kesepakatan mayoritas rakyat " . Salah satu wujud dari
nomokrasi adanya kekuasaan kehakiman yang salah satu kewenangannya adalah melakukan
pengujian terhadap undang - undang ( judicial review ) yang ditetapkan oleh lembaga legislatif .
Kewenangan tersebut dapat dilaksanakan oleh Mahkamah Agung suatu negara ataupun oleh
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga tersendiri . Judicial review adalah mekanisme untuk
menjamin sifat konstitusi yang supreme , sehingga peraturan perundang - undangan yang berada
di bawahnya harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi . Peraturan perundang
undangan yang bertentangan dengan konstitusi merupakan pengingkaran terhadap demokrasi ,
karena merupakan bentuk pengesampingan " suara seluruh rakyat " oleh " suara mayoritas rakyat
" . Hal ini menunjukkan , judicial review melengkapi demokrasi . Judicial review memang dapat
dikatakan membatasi kewenangan legislasi sebagai konsekuensi dari nomokrasi yang membatasi
dan memberikan kerangka bagi demokrasi . Namun pembatasan tersebut adalah pembatasan
rasional tidak bertentangan yang dengan demokrasi , tetapi sebaliknya merupakan salah satu
esensi dari demokrasi itu sendiri . Akan tetapi , dalam praktik kehidupan bernegara , terdapat
dinamika antara demokrasi dan nomokrasi , terutama antara pembuatan undang - undang dengan
pengujian undang - undang . Hal ini dialami oleh hampir semua negara yang memberikan
kewenangan pengujian undang - undang kepada lembaga yudikatif , terutama pada masa awal
pelaksanaan kewenangan tersebut. Kemudian mengakibatkan hubungan antara pelaku kekuasaan
kehakiman dengan pemegang kekuasaan membentuk undang - undang menjadi sangat dinamis .
Di Amerika Serikat misalnya , putusan bersejarah kasus Marbury v . Madison ( 1803 ) yang
membatalkan ketentuan dalam Judiciary Act 1789 dan menjadi dasar kewenangan judicial
review Supreme Court , pada awalnya menimbulkan pro dan kontra serta dinamika kelembagaan
antara MA , kongres , bahkan presiden . Presiden Jefferson pada saat itu menyatakan bahwa
doktrin judicial review membuat konstitusi seperti lilin di tangan yudikatif yang dapat diputar
dan dibentuk sesuai keinginan sendiri . Dinamika juga meningkat pada tahun 1930 - an pada saat
pemerintahan Amerika Serikat di bawah Roosevelt menjalankan kebijakan New Deal . Salah
satu ciri kebijakan tersebut adalah kebijakan yang berorientasi sentralisasi pada pemerintah
federal melalui berbagai undang - undang yang kemudian banyak dibatalkan oleh MA . Hal ini
menimbulkan reaksi dari Kongres dan Presiden sendiri . Bahkan Roosevelt pernah berniat
mengganti tujuh orang hakim dari sembilan hakim MA Amerika Serikat saat itu .

Hal serupa juga terjadi di Perancis saat bekerjanya The Conseil Constitutionnel yang berwenang
melakukan judicial preview atas undang - undang yang dibuat oleh parlemen . Apalagi , salah
satu alasan pembentukan dewan tersebut adalah sebagai instrumen yang melengkapi untuk
menjamin adanya eksekutif yang kuat dengan tetap mempertahankan keberadaan dan fungsi
parlemen sesuai dengan peran konstitusionalnya . Dinamika antara parlemen dengan Mahkamah
Konstitusi Ukraina juga pernah terjadi , bahkan terjadi penundaan pemilihan hakim konstitusi
oleh parlemen hingga Mahkamah Konstitusi tidak dapat menjalankan kewenangannya untuk
beberapa bulan . Dengan demikian , dinamika yang terjadi di Indonesia atas putusan - putusan
Mahkamah Konstitusi adalah suatu kewajaran . Bahkan , dinamika tersebut sangat positif karena
mendorong semua pihak menjadikan UUD 1945 sebagai wacana sentral perdebatan peraturan
perundang - undangan dan kebijakan . Muncul tuntutan untuk memahami UUD 1945 sebagai
hukum tertinggi sert mengembangkan norma - norma dasar di dalamnya untuk menentukan
pilihan norma dan kebijakan yang menjadi materi muatan undang - undang . Hal itu merupakan
tahapan yang kondusif untuk mewujudkan UUD 1945 sebagai the living constitution . Dinamika
tersebut secara substansial terjadi karena adanya perbedaan penafsiran atas ketentuan konstitusi .
Dalam membuat suatu undang - undang , lembaga perwakilan telah melakukan penafsiran
ketentuan konstitusi . Demikian pula halnya dengan putusan pengujian undang - undang terhadap
Undang Undang Dasar . Namun , adanya kewenangan pengujian undang - undang oleh pelaku
kekuasaan kehakiman yang putusannya bersifat final dan mengikat , telah menempatkan
kekuasaan kehakiman sebagai the sole judicial interpreter of the constitution . Hal ini berarti
penafsiran oleh lembaga yudisial tersebut ditempatkan oleh konstitusi sebagai penafsiran yang
dapat membatalkan penafsiran legislatif . Di sisi lain , harus diingat bahwa penafsiran yudisial
bersifat pasif , sedangkan penafsiran legislatif bersifat aktif . Belajar pada pengalaman negara
lain , tentu dinamika yang terjadi tersebut harus dikelola dengan baik sehingga tidak berdampak
negatif terhadap sistem ketatanegaraan yang dibangun sebagai wujud pelaksanaan demokrasi dan
nomokrasi . Hal itu dapat dilakukan jika semua pihak memahami secara tepat fungsi dan
kewenangan konstitusional masing – masing, dalam negara hukum yang demokratis
( democratische rechtsstaat ) dan negara demokratis yang berdasar atas hukum ( constitutional
democracy ) , yang tidak terpisahkan satu sama lain. Adanya lembaga dan mekanisme
pembuatan undang - undang yang dilengkapi dengan lembaga dan mekanisme pengujian undang
undang adalah wujud dari demokrasi dan nomokrasi . Perubahan terhadap kedua kelembagaan
dan mekanisme tersebut tentu juga akan mengubah cita demokrasi dan nomokrasi yang akan
dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai