Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN

RSD MAYJEND . HM. RYACUDU


JL. JEND.SUDIRMAN NO.2. KOTABUMI LAMPUNG
UTARA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSD MAYJEND.HM.RYACUDU KOTABUMI

Pedpel/KPR/02/Rev.00 1
NOMOR : xxxx
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN BAGIAN KOMITE KEPERAWATAN
RSD MAYJEND.HM.RYACUDU KOTABUMI

DIREKTUR RSD MAYJEND.HM.RYACUDU KOTABUMI

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang aman,


berfokus kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan
(patient centeredness) di RSD Mayjend.HM. Ryacudu Kotabumi ,
maka diperlukan pedoman pelayanan Komite Keperawatan yang
bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan Komite Keperawatan dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur sebagai landasan
pedoman pelayanan Komite Keperawatan di RSD Mayjend.HM.
Ryacudu Kotabumi.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan
Kebijakan Pedoman pelayanan Komite Keperawatan dengan
Keputusan Direktur RSD Mayjend.HM. Ryacudu Kotabumi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
2. Permenkes No 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah
Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KOMITE
KEPERAWATAN RSD MAYJEND.HM.RYACUDU KOTABUMI

Kedua : Pedoman pelayanan Komite Keperawatan Rumah Sakit Mardi Rahayu


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat keputusan ini.

Ketiga : Pedoman Pelayanan Komite Keperawatan Rumah Sakit Mardi Rahayu


sebagaimana dimaksud dalam lampiran Surat keputusan ini harus
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan Komite
Keperawatan

Keempat : Pembinaan dan pengawasan pedoman pelayanan RSD Mayjend. HM.


Ryacudu Kotabumi dilaksanakan oleh Direktur

Pedpel/KPR/02/Rev.00 2
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan
atau perubahan dalam penetapannya.

Ditetapkan di :
Pada tanggal : …………….
Direktur Utama,

Dr.Hj. Maya Metissa, M.kes


Nip. 196310102002122002

BAB I
PENDAHULUAN

Pedpel/KPR/02/Rev.00 3
A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit daerah Mayjend. HM. Ryacudu Kotabumi adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia
terus berkembang baik jumlah, jenis maupun kelas rumah sakit sesuai dengan kondisi atau
masalah kesehatan masyarakat, letak giografis, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peraturan serta kebijakan yang ada.

Dalam pasal 63 Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan degan mengendalikan,
pengobatan dan atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamannannya.

Tenaga keperawatan di rumah sakit Mardi Rahayu merupakan jenis tenaga kesehatan
terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift, serta merupakan tenaga
kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan profesional. Tenaga
keperawatan memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuwai kewenangangan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien dan keluarganya.

Diperlukan tenaga keperawatan yang kompeten, mampu berpikir kritis selalu


berkembang serta memiliki etik profesi sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanan dapat
diberikan dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya. Dalam profesi
tenaga keperawatan dikenal tindakan yang bersifat mandiri dan tindakan yang bersifat
delegasi. Tindakan yang bersifat mandiri merupakan kemampuan kompetensi utama dari
profesi tenaga keperawatan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Tindakan yang
bersifat mandiri ini merupakan kewenangan yang melekat dan menjadi tanggung jawab penuh
dari tenaga keperawatan. Kewenangan tenaga keperawatran untuk melakukan tindakan medic
merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang merupakan kewenangan klinis tertentu dan
perlu dikredensial. Dengan demikian, tindakan medic yang bersifat delegasi, tetap menjadi
tanggung jawab tenaga medis yang memberikan delegasi.

Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi tenaga keperawatan dapat terjadi dan terus
berkembang, maka diperlukan mekanisme dan system pengorganisasian yang terencana dan
terarah yang diatur oleh suatu wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata norma
profesi sehingga dapat menjamin bahwa system pemberian pelayanan dan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang diterima oleh pasien, diberikan oleh tenaga keperawatan
dari berbagai jenjang kemampuan atau kopetensi dengan benar (scientific) dan baik ( ethical)
serta dituntun oleh etika profesi keperawatan dan kebidanan. Mekanisme dan system
pengorganisasian tersebut adalah komite keperawatan.

Komite keperawatan rumah sakit Mardi Rahayu adalah wadah non structural yang terdiri dari
tenaga ahli atau profesi yang dibentuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur
rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Komite keperawatan bertugas membantu direktur rumah sakit dalam melakukan
kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi keperawatan dan kebidanan serta
pengembangan professional berkelanjutan termasuk memberikan masukan guna
pengembangan standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan dan kebidanan. Dalam

Pedpel/KPR/02/Rev.00 4
pelaksanaan fungsi dan tugasnya komite keperawatan mendapatkan dukungan baik dari
kebijakan internal staf keperawatan serta dukungan dari sumber daya dari rumah sakit.

B. TUJUAN
1. UMUM
Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan RSD Mayjend. HM. Ryacudu
Kotabumi
2. KHUSUS
a. Memberi kejelasan kewenangan bagi tenaga keperawatan
b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan
dan kebidanan memiliki kopetensi dan kewenangan klinis
c. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga perawat dan bidan di setiap level

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN


1. PERENCANAAN

2. REKRUTMENT

3. SELEKSI KRENTIAL

4. VERIFIKASI KREDENTIAL

5. PENUJUKAN STAF

6. ORIENTASI

7. CLINICAL ASSIGMENT (PENUGASAN KLINIK)

8. EVALUASI KINERJA

9. REASSIGNMENT

D. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 114

Pedpel/KPR/02/Rev.00 5
b. Undang-Undang nomor 44 tentang rumah sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
c. Peraturan Pemerintah nomor 1996 tentang tenaga kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1996 nomor 49, Tambahan Lembaran Negara nomor 363)
d. Keputusan Mentri Kesehatan nomor 369/MENKES/SK/III?2007 tentang standar profesi
Bidan
e. Peraturan Mentri Kesehatan nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan peraturan mentri
kesehatan nomor 17 tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 nomor
473)
f. Peraturan mMentri Kesehatan nomor 1144/MENKES/148/2010 tentang organisasi dan
tatakerja kementrian kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 nomor
585)
g. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2010 nomor
501)
h. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang regristrasi
tenaga kesehatan
i. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 49/MENKES/PER/7/2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Pedpel/KPR/02/Rev.00 6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
No. Jenis Tenaga Pendidikan Formal Sertifikasi Jumlah
Min S1 Kep STR, SIK, Manajemen
1 Ketua Komite 1
bangsal, Komite kep
Min DIII Kep STR, SIK, Manajemen
2 Subkomite Kredensial 1
bangsal
Min DIII Kep STR, SIK, Manajemen
3 Subkomite Mutu 1
bangsal
STR, SIK, Manajemen
4 Subkomite Etik Min DIII Kep 1
bangsal
5 Sekretaris Min DIII Kep STR, SIK 1

BAB III

STANDAR FASILITAS

Pedpel/KPR/02/Rev.00 7
A. DENAH RUANGAN
Denah ruang komite keperawatan terlampir

B. STANDAR FASILITAS

1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik

No. JENIS KELENGKAPAN KETERANGAN


1 Gedung Aman dan nyaman
2 Ventilasi Cukup
3 Penerangan (Lampu) Terang
4 Daya Listrik Cukup
5 Tata Ruang : Cukup luas

2. Jenis perlengkapan

No. JENIS KELENGKAPAN JUMLAH


1 Almari dokumen 1
2 Meja tulis 2
3 Kursi 3
4 Papan informasi 1
5 Komputer 1
6 CPU 1
7 Printer 1
8 Alat tulis secukupnya
9 Buku tulis secukupnya

BAB IV
TATALAKSANA KEGIATAN KOMITE KEPERAWATAN

Pedpel/KPR/02/Rev.00 8
A. SUB KOMITE KREDENSIAL

1. Penyusunan daftar rincian kewenagan klinis


Daftar rincian kewenangnan dibuat dalam bentuk buku standar rincian
kewenangan perawat dan bidan yang berisi uraian rincian kewenangan yang
disusun berdasarkan pada penugasan awal, orientasi kerja, dan kerja. Rincian
kewenangan klinis kerja keperawatan dan bidan terdiri dari kopetensi umum dan
kopetensi kusus sesuai dengan tingkatanya (perawat/bidan junior, medior dan
senior) dan daftar rincian ini digunakan untuk memberikan penjelasan terhadap
rincian kewenangan kepada perawat dan bidan maka dibuatkan

2. Verifikasi persyaratan kredensial

Bagian subkomite krenensial melakukan verivikasi kredensial staf perawat dan


bidan dari SDM meliputi:
1. Ijazah
2. Surat Tanda Registrasi (STR)
3. Sertifikasi kopetensi
4. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orentasi
5. Surat hasil pemeriksaaan kesehatan sesuai ketentuan

3. Proses kredensial
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan dan kebidanan
untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses kredensial
menjamin tenaga keperawatan kopeten dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Proses
kredensial mencakup tahapan review, verivikasi dan evaluasi terhadap dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan

4. Kredensial ulang/ re-kredensial


Re-kredensil adalah proses pre-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah
memilikikewenagan klinis untuk menentukan kelakyakan pemberian kewenangan
klinis tersebut. Re-kredensial dimulai dari pengajuan rekredensial dari
perawat/bidan yang belum pernah re-kredensial, perawat dan bidan yang akan
mengajukan jenjang karir dan dilanjutkan pemberkasan, ujian tertulis dan praktik
dan dilanjutkan rekomendasi ke diriktur untuk penerbitan surat uraian
kewenangan yang baru dan sertifikat jenjang karir

5. Laporan kredensial

Pedpel/KPR/02/Rev.00 9
Proses kredensial setiap tenaga keperawatan dan kebidanan di laporkan ke
direktur sebagai bahan rekomendasi penugasan klinis (clinical appointment)
sesuai dengan area klinisnya kepada perawat dan bidan.

B. SUB KOMITE MUTU PROFESI


1. Penyusunan data dasar profil tenaga keperawatan dan bidan
Data dasar tentang profil tenaga keperawatan dan bidan diperoleh dengan
berkolaborasi pada divisi keperawatan sehingga dapat diketahui profil tenaga
keperawatan dan bidan sesuai dengan area praktiknya berdasarkan jenjang
kopetensinya.

2. Perencanaan pengembangan professional berkelanjutan


Subkomite Mutu membuat perencanaan pendidikan berkelanjutan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan karyawan dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Subkomite Mutu
melakukan perencanaan pengembangan pendidikan berkelanjutan dibuat setiap
tahun sekali sesuai dengan kebutuhan, dan oleh ketua komite keperawatan
diajukan kepada diriktur utama dan akan dikoordinasikan dengan bagian SDM
dan DIKLAT.
Pendidikan yang dimaksut diatas adalah pendidikan yang mendapat gelar
akademik atau profesi, kursus sesuai dengan kopetensi yang sesuai dengan
pengembangan profesi

3. Perencanaan pelatihan
Setiap tahun Subkomite Mutu Profesi membuat usulan pelatihan-pelatihan melalui
Ketua Komite keperawatan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada
Direktur Medis Perawatan. Usulan dibuat berdasarkan evaluasi kinerja
berkesinambungan, kesepakatan dan keputusan dalam rapat Komite Keperawatan.

4. Audit dokumentasi asuhan keperawatan dan kebidanan


Audit dokumen asuhan keperawatan adalah upaya evaluasi secara
professional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi
keperawatan. Audit dokumen asuhan keperawatan dilaksanakan sebagai
implementasi fungsi pemberian asuhan keperawatan yang baik di rumah sakit
Audit dokumen asuhan keperawatan di rumah sakit merupakan kegiatan
evaluasi profesi secara sistemik terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance
dan assessment terhadap asuhan keperawatan di rumah sakit.
Dari audit asuhan keperawatan, diharapkan didapat tingkat kepatuhan tenaga
keperawatan terhadap Standar Asuhan Keperawatan RS Mardi Rahayu dengan
praktek di lapangan. Hasil audit asuhan keperawatan menjadi masukan untuk
penertiban pelaksanaan atau evaluasi isi Standar Asuhan Keperawatan RS Mardi
Rahayu.

Pedpel/KPR/02/Rev.00 10
Tatalaksana pelaksanaan audit asuhan keperawatan :
a. Penetapan standar dan kriteria
1) Tahap kedua audit asuhan keperawatan adalah penentuan kriteria atau
standar profesi yang jelas, objektif dan rinci terkait dengan topik tersebut.
2) Standar yang digunakan untuk melakukan audit asuhan keperawatan
MPKP
b. Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit
1) Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel atau
penetapan sampel secara sederhana dalam kurun waktu 3 bulan.
2) pemilihan dokumentasi yang akan diaudit. Pemilihan dokumen tersebut
diambil sempel secara acak dengan jumlah 10% dari jumlah pasien tiap
ruangan
3) Pemilihan dokumen rekam medik adalah dokumen pasien yang dirawat
lebih dari tiga hari

c. Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan


1) Membandingkan sampel dengan standar/kriteria dan prosedur yang telah
ditetapkan.
2) Data kasus yang tidak memenuhi kriteria dipisahkan dan dikumpulkan
untuk dianalisis

d. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria


Kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria dianalisis oleh mitra bestari untuk
ditetapkan apakah merupakan deviasi yang bisa diterima, yaitu
penyimpangannya terhadap standar adalah “acceptable” karena penyulit atau
komplikasi yang tak terduga sebelumnya (unforeseen), atau merupakan
defisiensi, dimana deviasi tidak bisa diterima.

e. Sosialisasi hasil audit


Hasil audit akan disosialisasikan kepada setiap kepala ruang untuk ditindak
lanjuti dengan rekomendasi perbaikan dari komite keperawatan

f. Menerapkan perbaikan
Komite keperawatan membuat rekomendasi upaya perbaikan, mengadakan
program pendidikan dan pelatihan, penyusunan dan perbaikan prosedur yang
ada dan lain sebagainya.

5. Audit Kasus asuhan keperawatan dan kebidanan


Audit kasus merupakan audit asuhan keperawatan terfokus pada sebuah kasus
dengan alasan tertentu, antara lain kasus yang dilaporkan sebagai Insiden
Keselamatan Pasien, baik berupa Kejadian Nyaris Cedera (KNC/Near Miss),
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Sentinel.

Pedpel/KPR/02/Rev.00 11
Secara umum, pelaksanaan audit kasus harus dapat memenuhi 4 (empat) peran
penting, yaitu :
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing tenaga keperawatan pemberi pelayanan di rumah sakit
b. Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis sesuai kompetensi yang
dimiliki
c. Sebagai dasar bagi komite keperawatan dalam merekomendasikan pencabutan
atau penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege)
d. Sebagai dasar komite keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang staf medis

Tatalaksana pelaksanaan audit keperaswatan :


1) Pemilihan topic yang akan dilakukan audit (kasus keselamatan pasien, kasus
yang mengancam jiwa/ kematian, kasus sulit)
2) Penetapan standar dan kriteria
a) Tahap kedua audit keperawatan adalah penentuan kriteria atau standar
profesi yang jelas, objektif dan rinci terkait dengan kasus tersebut.
b) Penetapan standar dan prosedur (SAK)
c) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan
a) Membandingkan kasus dengan standar/kriteria dan prosedur yang telah
ditetapkan.
b) Data prosedur/tindakan yang tidak memenuhi kriteria dipisahkan dan
dikumpulkan untuk dianalisis
3) Melakukan analisis prosedur/tindakan yang tidak sesuai standar dan kriteria
a) Prosedur/tindakan yang tidak sesuai standar
b) Analisis kasus dapat mengundang pakar/konsultan tamu dari luar rumah
sakit bila diperlukan.
4) Menetapkan rekomendasi kasus
a) Upaya perbaikan untuk kasus kematian
b) Upaya perbaikan/peningkatan pelayanan untuk kasus sulit
c) Penilaian terhadap kompetensi staf medis yang melakukan pelayanan,
dasar pemberian /pencabutan/penangguhan/perubahan kewenangan klinis
untuk kasus keselamatan pasien
5) Rencana reaudit
a) Mempelajari topik yang sama setelah perbaikan dalam jangka waktu
tertentu, misalnya 6 bulan.
b) Tujuan reaudit adalah untuk mengetahui apakah sudah ada upaya
perbaikan.
c) Tidak selalu harus dikerjakan

6. Pendampingan pemberian asuhan keperawatan dan kebidanan

Pedpel/KPR/02/Rev.00 12
Pendampingan pemberian asuhan keperawatan dan kebidanan dilakukan
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan kewenangan klinisnya.

C. SUBKOMITE ETIK PROFESI


1. Sosialisasi Kode Etik Profesi
Kode Etik profesi pedoman resmi untuk tindakan profesional. Artinya, diikuti oleh
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota
profesional.
Tujuan dari sosialisasi kode etik keperawatan pada dasarnya dalah upaya agar
para perawat menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan
menghormati martabat manusia. Tujuan umum etika keperawatan itu sendiri
yaitu menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan pasien,
anata perawat dan perawat, perawat dengan profesi lain dan antara perawat dan
masyarakat.
a. Kode Etik Keperawatan
Kode etik keperawatan Indonesia telah disusun oleh Dewan pimpinan Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui MUNAS PPNI di jakarta pada
tahun 1989. Kode etik tersebut terdiri atas lima bab dan 16 pasal, dimana:

1) Tanggung jawab perawat


1.1 Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
a) Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa
berpedoman kepada tanggung jawab yang bersumber dari adanya
kebutuhan akan perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b) Perawat dalam melaksanakan pengabdiannyadi bidang
keperawatan dsenangtiasa menghormati nilai-nilai budaya, adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama, dari individu,
keluarga dan masyarakat.
c) Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu,
keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus
iklas nsesuai dengan martabat
d) Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan
individu, keluarga gdan masyarakat dalam mengambil prakasa
1.2 Tanggung jawab perawat terhadap tugas keperawatan
a) Perawat senantiasa memmelihara mutu pelayanan keperawatan
yang tinggi, disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan, sesuai dengan
kebutuhan pasien, keluarga dan masyarakat
b) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan
hukum yang berlaku

Pedpel/KPR/02/Rev.00 13
c) Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan
ketrampilan keperawatan yang bertentangan dengan norma-
norma kemanusiaan
d) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran

1.3 Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah , bangsa dan tanah air
a) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang
kese3hatan dan keperawatan
b) Perawat senantiasa berperan aktif dalam menyumbangkan dalam
meningkatkan pelayan kesehatan

1.4 Tanggung jawab perawat terhadap standar keperawatan


a) Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan standar
b) Menjaga anggota lain untuk menggunakan standar
c) Memasyarakatkan standar kepada publik
d) Melindungi publik
e) Melindungi perawat dari provesi lain

2) Tanggung gugat perawat


Tanggung gugat adalah dapat menjawab segala hal yang berhubungan
dengan tindakan seseorang. Agar dapat bertanggung gugat perawat harus
bertindak berdasarkan kode etik. Perawat harus dapat menjelaskan
kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan
dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut:
2.1 Kepada siapa tanggung gugat itu ditunjukan
Sebagai tenaga kesehatan perawat memiliki tanggung gugat
terhadap pasien, sedang sebagai pekerja atau karyawan perawat
memiliki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional
perawat memiliki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan
sebagai anggota tim kesehatan perawat memiliki tanggung guguat
terhadap tim biasanya dokter
2.2 Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat
Perawat memiliki tanggung gugat dari seluruh kegiatan profesional
yang dilakukannya mulai dari pasien datang, selama melakukan
tindakan sam pai pasien pulang
2.3 Dengan kriteria apa saja tanggung gugat perawat diukur baik
buruknya?
Baik buruknya perawat dinilai denngan membandingkat tindakan
yang dilakukan dengan standar yang berlaku

Pedpel/KPR/02/Rev.00 14
b. Kode etik Kebidanan
1) Kewajiban terhadap klien dan masyarakat
1.1 Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam elaksanakan tugas
pengabdiannya.
1.2 Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemnanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bida.
1.3 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
1.4 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
1.5 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
1.6 Setiap bidan senantisa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2) Kewajiban terhadap tugasnya


2.1 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2.2 Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan rujukan
2.3 Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atu dipercayakan kepadanya, kecuwali bila diminta oleh pengadlan
atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

3) Kewajibab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya


3.1 Setiap bidan harus menjalin hubungan yang dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
3.2 Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Pedpel/KPR/02/Rev.00 15
4) Kewajiban bidan terhadap profesinya
4.1 Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
4.2 Setiap bidan harus senantiasa mengembangandiri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4.3 Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.

5) Kewajibab bidan terhadap diri sendiri


5.1 Setiap bidanharus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
5.2 Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

6) Kewajiban bidan terhadap pemerintahan nusa bangsa dan tanah air


6.1 Setip bidan dalam menjalankan tugasnya, senatiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dlam bidang kesehatan, khususnya
dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
6.2 Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga.

6. Pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan


Pembinaan etik dan disiplin profesi dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga perawat dan bidan, hal ini dilakukan secara terus menerus
dalam pelaksanaan praktik keperawatan dan kebidanan sehari-hari. Metode
pembinaan dapat dilakukan dengan cara diskusi, ceramah, sesuai dengan lingkup
pembinaan dan sumber yang tersedia.

7. Penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan


Melakukan penegakan disiplin profesi dengan melakukan idenfikasi sumber
laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di dalam rumah sakit kemudian
dilakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin profesi

8. Penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-masalah


etik
Bagian subkomite etik akan melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan
peraturan yang berlaku

Pedpel/KPR/02/Rev.00 16
9. Pencabutan kewenangan klinis dan atau surat penugasan klinis (clinical
appointment)
Pencabutan kewenangan klinis merupakan kewenangngan direktur, atas usulan
dari ketua komite keperawatan setelah dilakukan kegagalan dalam pembinaan etik
profesi

Pedpel/KPR/02/Rev.00 17
BAB V
LOGISTIK

Logistik komite keperawatan yang digunakan hanya berupa alat tulis


A. Perencanaan
Perencanaan permintaan alat tulis dilakukan satu tahun sekali
B. Permintaan & pengadaan
Permintaan barang dilakukan ke bagian gudang non medis, permintaan dilakukan dengan
menggunakan prin out, setelah barang diterima kemudian didistribusikan kepada komite
keperawatan

C. Monitoring & evaluasi


Pemantauan penggunaan alat tulis dilakukan dengan melakukan pencatatan penggunaan di buku
stok

Pedpel/KPR/02/Rev.00 18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Komite keperawatan tidak berhubungan langsung dengan sasaran keselamatan pasien,


dalam penerapapan ke 6 sasaran keselamatan pasien komite keperawatan mengikuti
penerapan sasaran kseselamatan pasien secara umum di RS yaitu
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien, seluruh staf medis wajib
melakukan identifikasi pasien secara benar dengan menanyakan nama
lengkap dan tanggal lahir pasien.
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan dengan menggunakan SBAR (Situasi
Bicrond Assesment Rekomendation)
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) dan LaSa.
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur dan tepat pasien operasi.
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Sasaran VI : Pengurangan risiko cidera akibat pasien jatuh
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.

Pedpel/KPR/02/Rev.00 19
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Komite keperawatan tidak menggunakan alat-alat yang memerlukan kalibrasi

B. Preventive Maintenance Alat


Perlengkapan alat-alat yang digunakan di ruang Komite Keperawatan meliputi: AC,
dalam pemeliharaannya dilakukan secara berkala oleh bagian sarana dan prasarana,
sedang untuk komputer dan printer dilakukan pemeliharaan dengan penggunaan alat
tersebut dengan benar. Corrective Maintenance Alat.

C. Pendidikan dan Pelatihan


1. Manajemen Mutu
2. Komite keperawatan
3. Audit Keperawtan
4. Etik dan hukum tenaga kesehatan

Pedpel/KPR/02/Rev.00 20
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pelayanan komite keperawatan RS Mardi Rahayu ini diharapkan dapat


menjadi acuan dalam penyelenggaraan komite keperawatan untuk melaksanakan
kegiatannya dalam memantau kinerja tenaga keperawatan dan panduan pelayanan asuhan
keperawatan.

Pedpel/KPR/02/Rev.00 21

Anda mungkin juga menyukai