Anda di halaman 1dari 19

SISTEM REPRODUKSI

PADA MANUSIA

Tujuan :
Tujuan Bab 11 Sistem Reproduksi Pada Manusia adalah mendeskripsikan struktur
jaringan penyusun organ pada sistem reproduksi, menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ pada sistem reproduksi, menjelaskan penyakit /
gangguan sistem reproduksi dan enganalisis penerapan prinsip reproduksi dalam
program KB dan peningkatan sumber daya manusia.

A. Sistem Reproduksi Pada Laki-laki


1. Organ Reproduksi Laki-Laki
Organ reproduksi pada laki-laki menghasilkan sperma. Organ reproduksi ini
meliputi organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Organ reproduksi luar
berupa penis dan skrotum, sedang organ reproduksi dalam berupa testis, saluran
kelamin dan kelenjar kelamin.

Gambar 11.1. Organ reproduksi laki-laki


a. Penis
Berfungsi untuk memasukkan sperma ke dalam saluran kelamin wanita. Di
dalam penis terdapat tiga rongga yang disusun oleh dua jaringan spons yaitu
jaringan spons korpus kavernosa menyusun dua rongga dibagian atas dan
jaringan spons korpus spongiosum menyususn rongga dibawahnya.
Spons korpus spongiosum juga membungkur uretra yang dikelilingi oleh
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa

b. Skrotum (Kantong pelir)


Berfungsi untuk membungkus dan melindungi testis, memberikan testis
lingkungan yang memiliki suhu 1-8OC lebih dingin dibandingkan temperatur
rongga tubuh.
Pada sisi kanan dan kiri skrotum terdapat otot polos yang berfungsi supaya
skrotum dapat mengerut dan mengendur menyesuaikan suhu. Sedangkan otot
lurik pada skrotum berfungsi untuk mengatur suhu di sekitar testis agar selalu
stabil (pembentukan sperma memerlukan suhu sedikit dibawah 34OC/suhu
tubuh)

Biologi XI – Hal : 1
c. Testis (Gonad Jantan)
Berfungsi untuk memproduksi sperma (melalui proses spermatogenesis) dan
testosteron (hormon kelamin pria). Testis dilapisi oleh tunika albuginea yaitu
kapsul jaringan ikat yang merentang ke arah dalam membentuk sekitar 250
lobulus. Di dalam lobulus terdapat pintalan saluran-saluran halus yang disebut
tubulus seminiferus sebagai tempat berlangsungnya spermatogenesis (proses
pembentukan/produksi sperma)
Di dalam tubulus seminiferus terdapat lapisan epitelium germinal yang
mengandung sel-sel batang (spermatogonium), sel-sel sertoli, dan sel-sel
interstisial (Leydig). Sel sertoli berfungsi memberikan nutrisi bagi
spermatozoid yang sedang berkembang dan menghancurkan sel germinativum
yang cacat (gagal). Sel-sel Leydig berfungsi untuk mensekresi hormon
androgen (testosteron dan dehidrotestosteron).

Gambar 11.2. Struktur testis dan tubulus seminiferus

d. Salurang reproduksi
Saluran reproduksi pada laki-laki meliputi epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi, dan uretra.
1) Epididimis
Merupakan saluran berkelok-kelok dalam skrotum yang keluar dari testis.
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan spema sementara hingga menjadi
dewasa, motil, dan fertil.
2) Vas deferens
Saluran yang
mengarah ke atas
dan merupakan
kelanjutan dari
epididimis. Vas
deferens berfungsi
sebagai saluran
yang dilalui
sperma dari
epididimis menuju
vesikula seminalis
(kantong sperma)
3) Saluran ejakulasi
Merupakan salur-
an penghubung
antara vesikula Gambar 11.3.
seminalis dengan Saluran-saluran pada reproduksi laki-laki

Biologi XI – Hal : 2
uretra, berfungsi untuk mengeluar-kan sperma menuju uretra
4) Uretra
Merupakan saluran reproduksi terakhir, berfungsi sebagai saluran ke-
lamin dari vesikula seminalis dan sa-luran urine dari kantong urinaria
sampai ke ujung penis.

e. Kelenjar Kelamin
Sperma selama berada dalam saluran kelamin akan mendapat penambahan
cairan-cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar kelamin. Hal ini dimaksudkan
supaya sperma tidak mati. Kelenjar-kelenjar kelamin pada laki-laki yaitu :
1) Vesikula Seminalis, menghasilkan carian yang berfungsi sebagai sumber
energi dan memudahkan gerakan sperma. Menormalkan keasaman
saluran reproduksi wanita saat koitus
2) Kelenjar Prostat, menghasilkan carian yang berfungsi memberi suasana
basa pada cairan sperma pada pH optimum yaitu 6,0 – 6,5. Cairan prostat
mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid.
3) Kelenjar Cowper/Kelenjar bulbouretra, menghasilkan carian yang bersifat
basa. Kelenjar Cowper berhubungan langsung dengan uretra

2. Hormon Kelamin Laki-Laki


Hormon kelamin laki-laki dihasilkan oleh testis (hormon tetiskular), hipofisis
(hormon hipofisis), dan hipotalamus (hormon hipotalamus)
a. Hormon testiskular
Hormon yang dihasilkan oleh testis yaitu :
1) Testosteron
Testosteron mempunyai fungsi :
Pada janin untuk diferensiasi saluran kelamin internal dan genetalia luar,
serta menstimulasi penurunan testis ke dalam skrotum
Pada usia pubertas, untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan
ciri-ciri seks sekunder.
2) Androstenedion, berfungsi sebagai perkusor untuk hormon estrogen pada
laki-laki.
3) Dihidrotestosteraon (DHT), berfungsi untuk pertumbuan prenatal dan
diferensiasi genitalia laki-laki.
4) Inhibin dan protein pengikat androgen, dihasilkan oleh sel-sel sertoli dan
berfungsi untuk merespons sekresi FSH.

b. Hormon hipofisis
Hipofisis menghasilkan dua hormon, yaitu :
1) FSH (follicle stimulating hormone) yang memiliki reseptor pada sel
tubulus seminiferus dan berperan dalam spermatogenesis.
2) LH (luteinizing hormone) atau ICSH (interstitial cell stimulating
hormone), yang memiliki reseptor pada sel-sel interstitial dan berfungsi
merangsang sel-sel interstisial di dalam testis untuk berkembang dan
mensekresikan testosteron.

c. Hormon hipotalamus
Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus yaitu GnRH (gonadotropin releasing
hormone) yang berfungsi merangsang kelenjar hipofisis untuk memproduksi
atau mengeluarkan LH dan FSH, serta mengatur mekanisme umpan balik

Biologi XI – Hal : 3
negatif dalam sintesa dan sekresi testosteron. Maka jika testosteron menurun,
GnRH akan meningkat.

3. Gametogenesis Pada Laki-laki


Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet. Pada laki-laki disebut
spermatogenesis yaitu proses pembentukan sperma yang terjadi pada tubulus
seminiferus dalam testis. Proses ini memerlukan waktu lebih kurang 74 hari.
Tahapan spermatogenesis sebagai berikut :
a. Mitosis
Spermatogonium ber-
kromosom dipolid (2n)
membelah secara mito-
sis dan berdiferensiasi
menjadi spermatosit
primer yang diploid (2n)

b. Meiosis
Setiap spermatosit pri-
mer akan membelah pa-
da meiosis I membentuk
dua spermatosit sekun-
der yang bersifat haploid
(n). Pada meiosis II se-
tiap spermatosit sekun-
der membelah menjadi
dua spermatid (n) se-
hingga pada akhir mei-
osis II diperoleh 4 sper-
matid.
Gambar 11.4. Skema spermatogenesis
c. Spermiogenesis
Setiap spermatid meng-alami maturasi (pematangan) menjadi spermatozoida
(sperma) yang berkromosom hapolid (n).

d. Spermiasi
Pelepasan sperma yang sudah
dewasa ke lumen tubulus semini-
ferus, menuju ke tubulus rekti
(tubulus lurus), anyaman saluran
testis (rate testis), dan duktus eferen.
Sperma selanjutnya akan disalurkan
ke epididimis. Pergerakan sperma ini
disebabkan karena adanya kontraksi
peristaltik otot saluran. Gambar 11.5. Struktur sperma

B. Sistem Reproduksi Pada Wanita


1. Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita menghasilkan ovum (sel telur). Organ reproduksi wanita
terdiri dari organ kelamin luar berupa vulva dan labium, dan organ reproduksi dalam
berupa ovarium dan saluran kelamin.

Biologi XI – Hal : 4
Gambar 11.6. Organ reproduksi wanita

a. Vulva
Mrupakan celah paling luar dari alat kelamin wanita. Pada vulva terdapat
saluran urine dan saluran reproduksi. Pada ujung saluran kelamin terdapat
himen (selaput dara, yang banyak mengandung pembuluh darah)

b. Labium
Bagian yang membatasi vulva. Dibedakan labium mayora (terletak di sebelah
luar) dan labium minora (terletak disebelah dalam). Diantara labium mayora
dan minora terdapat klitoris. Pada klitoris terdapat korpus kavernosa yang
banyak mengandung pembuluh darah dan saraf perasa.

c. Vagina
Merupakan saluran akhir organ reproduksi wanita. Vagina bermuara pada
vulva. Banyak mengandung lendir (yang sangat berguna saat koitus dan
mempermudah kelahiran) yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholin.

d. Ovarium
Berfungsi sebagai tempat pembentukan ovum (sel telur), serta menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron. Ada dua buah (kanan dan kiri)

e. Tuba Fallopi (Tuba uterina/oviduk)


Merupakan sepasang
saluran dengan ujung
berbentuk corong yang
disebut infundibulum.
Pada infundibulum terdapat
fimbriae (rumbai-rumbai)
untuk menangkap ovum.
Tuba Fallopii adalah
tempat terjadinya fertilisasi

f. Uterus
Merupakan rongga besar,
pertemuan antara oviduk
kanan dan kiri. Dibagian
bawah uterus menyempit Gambar 11.7.
Bagian-bagian organ reproduksi wanita

Biologi XI – Hal : 5
yang disebut dengan serviks (leher rahim). Uterus berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan dan perkembangan embrio hingga siap lahir. Uterus dibatasi oleh
dinding endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah.
Endometrium akan menebal saat terjadi kehamilan.

2. Hormon Kelamin Wanita


Hormon kelamin wanita diproduksi oleh ovarium, uterus, plasenta, hipofisis, dan
hipotalamus.
a. Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium (folikel dan korpus luteum) dan plasenta. Hormon ini
berpengaruh pada pertumbuhan organ reproduksi, kelenjar mamae, sekresi
cairan pada serviks yang memudahkan sperma masuk ke uterus, dan proes
kelahiran

b. Progesteron
Dihasilkan oleh ovarium (korpus luteum) dan plasenta. Hormon ini berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan endometrium uterus sebagai persiapan
implantasi zigot, menghambat kontraksi uterus, merangsang pertumbuhan sel-
sel alveolar kelenjar mamae, meningkatkan viskositas mukus serviks sehingga
menghambat masuknya sperma, dan sedikit meningkatkan suhu tubuh.

c. LH (luteinizing hormone)
LH dihasilkan oleh hipofisis, yang berfungsi merangsang ovarium untuk
memproduksi estrogen dan progesteron, memacu pertumbuhan korpus luteum
dan ovulasi.

d. FSH (follicle stimulating hormone)


FSH dihasilkan oleh hipofisis, yang berfungsi merangsang ovarium
memproduksi estrogen dan progesteron, memacu pertumbuhan dan
perkembangan folikel (sel telur)

e. GnRH (gonadotropin releasing hormone)


Dihasilkan oleh hipotalamus, berfungsi untuk merangsang hipofisis mensekresi
LH dan FSH

f. HCG (human chorionic gonadotropin)


Disekresikan oleh sel-sel embrionik mulai dari hari ke-10 setelah fertilisasi.
Hormon ini berfungsi untuk mempertahankan produksi estrogen dan
progesteron oleh ovarium.

g. Laktogen plasenta (HPL/human placental lactogen)


Disebut juga somatomammotropin korionik. Disekresikan oleh plasenta dan
berfungsi merangsang pertumbuhan kelenjar mamae untuk persiapan laktasi.

h. Tirotropin korionik
Disekresikan oleh plasenta, berfungsi untuk meningkatkan laju metabolisme
pada ibu hamil.

Biologi XI – Hal : 6
i. Relaksin
Disekresikan oleh korpus luteum kehamilan pada ovarium dan plasenta.
Relaksin berfungsi untuk merelaksasi serviks dan fibrokartilago pada simfisis
pubis (persendian tulang panggul) sehingga memudahkan kelahiran.

j. Prolaktin
Dihasilkan oleh hipofisis, berfungsi merangsang pertumbuhan duktus dan
alveolus pada kelenjar mamae saat kehamilan dan produksi air susu selama
menyusui

k. Oksitosin
Dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis posterior. Oksitosin
berfungsi merangsang kontraksi otot polos uterus selama proses kelahiran dan
merangsang kelenjar mame untuk pengeluaran air susu.

l. CRH (corticotropin releasing hormone)


Dihasilkan oleh plasenta, berfungsi memacu produksi estrogen plasenta dan
perubahan paru-paru janin untuk menghirup udara.

m. Prostaglandin
Dihasilkan oleh uterus, berfungsi memengaruhi robeknya folikel saat ovulasi
dan merangsang kontraksi uterus saat kelahiran.

3. Gametogenesis Pada Wanita


Gametogenesis pada wanita menghasilkan sel telur (ovum). Gametogenesis pada
wanita disebut oogenesis yang terjadi di ovarium. Oogenesis dimulai sejak janin
sebelum lahir, setelah lahir, masa pubertas, hingga masa produktif sebelum
menopuse.
a. Oogenesis pralahir
Oogonium diploid (2n) berproliferasi melalui pembelahan mitosis selama
kehidupan janin dan menghasilkan 6-7 juta oosit primer (2n). Oosit primer ini
akan tetap berapa pada tahap profase meosis I setelah lahir hingga sebelum
masa pubertas. Keadaan ini dsebut dengan meiotic arrest.

b. Oogenesis pascalahir
Saat lahir, jumlah folikel primordial dalam ovarium berkisar 2 juta. Pada usia
7 tahun berjumlah sekitar 300.000. Jumlah ini terus berkurang hingga saat
pubertas berjumlah angara 50.000 – 100.000. Dari jumlah tersebut yang hidup
dan berkembang hanya sekitar 350 – 400 yang diovulasikan satu persatu setiap
bulannya selama tahun-tahun produktif.

c. Oogenesis pascapubertas
1) Pada masa pubertas, hormon GnRH dan gonadotropin berpengaruh pada
perkembangan folikel primordial menjadi folikel primer yang selanjutnya
menjadi folikel sekunder. Berkisar 20 – 50 folikel sekunder dihasilkan
setiap bulannya, tetapi hanya satu yang matang untuk diovulasikan.
Sebelum ovulasi, oosit primer (2n) dalam folikel matang mengalami
pembelahan meiosis I dengan pembagian sitoplasma yang tidak sama,
yaitu oosit sekunder yang bersifat haploid (n) berukuran lebih besar, dan
badan polar I juga bersifat haploid (n) berukuran lebih kecil.

Biologi XI – Hal : 7
2) Oosit sekunder (n)
mengalami metafase
meiosis II dan berhenti.
Oosit sekunder selanjut-
nya membebaskan diri
dari sel-sel yang menye-
lubunginya dan terdorong
keluar dari permukaan
ovarium. Peristiwa ini
disebut ovulasi.

3) Jika oosit sekunder yang


terovulasi dibuahi oleh
sperma, pembelahan
meiosis kan berlanjut
hingga terbentuk ootid (n)
dan badan polar II (n).
Ootid akan berkembang
menjadi ovum (n) matang.
Jika badan polar I (n)
belum berdegenerasi, Gambar 11.8. Skema oogenesis
akan mengalami meiosis
II menjadu dua badan polar II (n) pada waktu yang bersamaan. Namun jika
oosit sekunder yang terevolusi tidak dibuahi, akan disintegrasi (pecah).

Oosit sekunder yang


diovulasikan dari ovarium
dilindungi oleh dua lapisan,
yaitu lapisan luar yang
disebut corona dan lapisan
dalam yang disebut zona
pelusida. Oosit sekunder
menghasilkan senyawa
fertilisin yang mempunyai
beberapa fungsi yaitu : Gambar 11.9. Oosit sekunder
1) Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat
2) Menarik sperma secara kemotaksis positif
3) Mengumpulkan sperma di sekeliling ovum

4. Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah meluruhnya sel telur dan dinding endometrium yang diikuti oleh
pendarahan karena sel telur tidak dibuahi (tidak terjadi fertilisasi)
Fase-fase menstruasi :
a. Fase menstruasi
Terjadi jika ovum tidak dibuahi. Korpus luteum menghentikan produksi
estrogen dan progesteron. Ovum meluruh bersama-sama dengan endometrium
yang disertai dengan pendarahan.
b. Fase Pra-ovulasi (Fase Folikel)
▪ Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin yang merangsang FSH
(Follicle Stimulating Hormone).

Biologi XI – Hal : 8
▪ FSH merangsang pembentukan folikel yang mengelilingi oosit primer
hingga matang.
▪ Oosit primer terus membelah dan menghasilkan ovum (haploid).
▪ Ovum yang matang diselubungi oleh folikel yang disebut Folikel de Graaf
▪ Folike de Graaf menghasilkan estrogen yang merangsang pembentukan
endometrium
▪ Estrogen juga mempengaruhi serviks mengeluarkan lendir yang bersifat
basa, yang mampu menetralkan sifat asam dalam serviks sehingga sperma
mampu hidup didalamnya.
c. Fase Ovulasi
Peningkatan kadar estrogen mengakibatkan terhambatnya pembentukan FSH
sehingga hipofisis melepaskan LH (Luteinizing Hormone). LH merangsang
terjadinya ovulasi pada hari ke-14 (dihitung dari sejak pertama menstruasi).
Saat ovulasi oosit sekunder terlepas dari folikel.
d. Fase Pasca-ovulasi (Fase Luteal)
▪ LH merangsang folikel yang telah kosong menjadi korpus luteum (badan
kuning)
▪ Korpus Luteum tetap menghasilkan estrogen dan progesteron
▪ Estrogen dan progesteron bersama-sama memacu pembentukan
endometrium. (Progesteron juga memacu sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu)
▪ Jika sampai akhir fase ini tidak terjadi fertilisasi maka kembali ke fase
menstruasi.

Perubahan suhu : Setelah ovulasi


(fase pasca-ovulasi / masa
subur) suhu tubuh mengalami
peningkatan.

Kadar FSH dan LH : FSH dan


LH akan mengalami peningkatan
pada fase ovulasi (LH lebih
tinggi dari FSH)

Kadar estrogen dan progesteron :


Estrogen mengalami
peningkatan pada fase
praovulasi dan mengalami
penurunan tajam pada fase
ovulasi, meningkat lagi pada
fase pasca ovulasi. Progesteron
meningkat pada fase pasca
ovulasi.

Perubahan endometrium :
Endometrium mengalami
peluruhan pada fase menstruasi,
mengalami penebalan mulai fase
pra ovulasi sampai dengan pasca
ovulasi

Gambar 11.10. Perubahan selama menstruasi


Biologi XI – Hal : 9
Selama berlangsungnya siklus menstruasi, terjadi interaksi antara hormon FSH,
LH, estrogen, dan progesteron.

Merangsang pembentukan Merangsang ovulasi dan


folikel de Graaf perkembangan korpus liteum

FSH LH

Estrogen Progesteron

Memacu pembentukan Memlihara endometrium uterus


endometrium uterus hingga siap untuk implantasi embrio

Gambar 11.11. Interaksi hormon FSH, LH, Estrogen dan Progesteron


Hormon-hormon selama siklus menstruasi dan fungsinya :
a. FSH (Folikel Stimulating Hormone)
▪ Merangsang pembentukan folikel de graaf dalam ovarium
▪ Memacu pembentukan estrogen
b. Estrogen
▪ Merangsang kelenjar hipofisis untuk memproduksi LH (Luteinizing
Hormone)
▪ Menghambat produksi FSH
c. LH (Luteinizing Hormone)
▪ Merangsang ovulasi dan perkembangan korpus luteum
▪ Merangsang ovarium untuk memproduksi progesteron
d. Progesteron
▪ Memacu pembentukan endometrium uterus hingga siap untuk implantasi
embrio
▪ Menghambat produksi FSH oleh kelenjar hipofisis
▪ Menghambat produksi LH

5. Pembuahan, Kehamilan, dan Persalinan


Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan sel telur (ovum) dengan sperma
membentuk zigot. Setelah zigot terbentuk maka akan mengadakan pembelahan
menjadi dua sel, dua sel menjadi empat sel dan seterusnya hingga membentuk
morula. Morula berkembang menjadi blastula, blastula menjadi gastrula.

Biologi XI – Hal : 10
Gambar 11.12.
Perkembangan ovulasi,
fertilisasi s.d. blastocyt

Pada fase gastrula, diantara


ektoderm dan endoderm
terbentuk lapiran meso-
derm.
Lapisan ektoderm sebagai
lapisan paling luar akan
membentuk epidermis kulit
dan sistem saraf
Lapisan mesoderm adalah
lapisan tengah yang akan
Gambar 11.13.
membentuk rangka, otot,
Perkembangan zigot s.d. gastrula
sistem peredaran darah,
Sistem ekskresi, dan sistem reproduksi
Lapisan Endoderm adalah lapisan paling dalam, akan membentuk saluran dan
kelenjar pencernaan.

Memasuki minggu ke-4 sampai ke-8 terjadilah proses organogenesis yaitu proses
pembentukan organ-organ tubuh. Pada minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum
lahir terjadi penyempurnaan organ dan pertumbuhan tubuh hingga terbentuklah
fetus (janin).
Selama kehamilan, embrio
akan melepaskan hormon
Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) yang
berfungsi mempertahankan
korpus luteum sehingga dapat
mempertahankan produksi
estrogen dan progesteron.
Estrogen dan progesteron
sangat diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan. Gambar 11.14. Perkembangan embrio - janin

Biologi XI – Hal : 11
Selama kehamilan, akan terbentuk membran kehamilan yaitu sakus vitelinus,
karion, amnion, dan alantois.
a. Karion, merupakan membran
terluar pada embrio. Karion
membentuk vili karion yang berisi
pembuluh darah. Karion dengan
jaringan endometrium membentuk
plasenta.
b. Amnion, merupakan kantong berisi
cairan tempat embrio berada.
Berfungsi melindungi janin dari
tekanan, benturan, perubahan suhu
Gambar 11.15. Membran kehamilan yang drastis.

c. Alantois, merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar


berfungsi menyalurkan zat makan dan oksigen dari ibu serta mengeluarkan zat
sisa yang dihasilkan oleh janin.
d. Sarkus Vitelinus, disebut kantong telur, mrp pelebaran endodermis. Tempat
pembentukan sel darah dan pembuluh darah embrio. Dengan trofoblas
berinteraksi membentuk karion

Hormon-hormon masa persalinan :


a. Yang berpengaruh pada kontraksi uterus :
▪ Estrogen → dihasilkan oleh plasenta
▪ Oksitosin → hipofisis ibu dan janin
▪ Prostaglandin → membran pada janin
b. Melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul : Hormon relaksin
(dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium)

Hormon-hormon setelah kelahiran bayi dan fungsinya :


a. Mammotropin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan plasenta janin. Fungsinya
mempengaruhi pertumbuhan awal kelenjar payudara
b. Estrogen dan Progesteron, berfungsi untuk pertumbuhan fisik kelenjar
payudara
c. Prolaktin, dihasilkan oleh hipofisi ibu. Berfungsi untuk mempengaruhi
sekresi ASI

6. Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran air susu ibu (ASI) disebut laktasi. Proses
ini dipengaruhi oleh beberapa hormon.
a. Estrogen dan Progesteron
Pada saat kehamilan, estrogen merangsang perkembangan saluran kelenjar.
Sedangkan progesteron merangsang pembentukan alveolus lobulus pada
payudara.
b. Human Placental Lactogen (HPL)
Pada bulan ke-2 kehamilan, plasenta memproduksi HPL yang berfungsi dalam
merangsang pertumbuhan payudara, puting, dan areola
c. Prolaktin dan somatomammotropin korionik
Kedua hormon ini berfungsi merangsang perkembangan kelenjar mamae
dengan mensintesis enzim-enzim untuk memproduksi susu.

Biologi XI – Hal : 12
d. Oksitosin
Homon ini berfungsi untuk merangsang pengeluaran susu. Stres psikologis ibu
dapat menghambat perngeluaran susu. Sedangkan sikap positif ibu yang sedang
menyusui akan mendukung keberhasilan proses menyusui.

Manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi adalah :


a. Mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang optimal secara kuantitas maupun
kualitas
b. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. Meningkatkan kecerdasan bayi, karena ASI mengandung zat gizi DHA
(Docosa Hevaenic Acid) dan AA (Arachidonic Acid)
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak, karena anak akan merasa
nyaman dalam pelukan ibu.

Manfaat menyusui bagi ibu adalah :


a. Berat badan cepat kembali normal setelah hamil dan melahirkan
b. Merangsang uterus ke bentuk semula (involusi)
c. Sebagai kontrasepsi alamiah, karena menyusui cenderung mencegah terjadinya
ovulasi.
d. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim,
osteoporosis, dan atritis
e. Mengurani stres dan gelisah

C. Metode Kontrasepsi
Metode Kontrasepsi adalah cara yang dapat digunakan oleh pasangan suami-istri untuk
menghindari dari kehamilan. Metode kontrasepsi yang dapat dipakai adalah
menghambat pergerakan sperma ke ovum, mencegah ovulasi, atau mencegah implantasi
zigot.
Mecam-macam metode kontrasepsi :
1. Kontrasepsi alami
Sistem yang banyak digunakan adalah sistem kalender yaitu dengan tidak
mengadakan hubungan seks selama wanita berada dalam masa subur
2. Kontrasepsi kimiawi
Kotntrasepsi ini dengan menggunakan zat kimia seperti jeli, busa, krim, dan
supositoria spermisida (pembunuh sperma). Zat-zat yang digunakan ini bersifat
toksit bagi sperma.
3. Metode sawar mekanis
Sebuah metode mencegah pergerakan sperma ke tuba fallopi. Yang banyak
digunakan adalah dengan diafragma, kondom untuk laki-laki/wanita, serta
sterilisasi.
Sterilisasi adalah metode permanen untuk mencegah penyatuan sperma dengan
ovum melalui operasi baik untuk pria maupun wanita. Ada dua macam sterillisasi,
yaitu :
a. Vasektomi, yaitu pemotongan vas deferens dan kedua ujung selanjutnya diikat
agar sperma tidak dapat mengalir. Sehingga cairan semen yang dikeluarkan dari
penis tidak mengandung sperma.
b. Tubektomi (ligasi tuba), yaitu pemotongan dan mengikatan saluran tuba fallopi
sehingga ovum tidak memasuki uterus.
4. Pencegahan ovulasi
Pencegahan ovulasi dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :

Biologi XI – Hal : 13
a. Suntik KB, yaitu menyuntikan cairan yang mengandung Depo
Modrozyprogestrerone Acetat (Progestin) ke dalam tubuh wanita. Cairan ini
bekerja untuk menghambat ovulasi dan mengentalkan lendir serviks.
b. Pil KB, yang mengandung steroid sintetik mirip estrogen dan progesteron. Pil
KB akan mencegah ovulasi dengan menekan sekresi gonadotropin.
c. Susuk KB yaitu alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit/implant. Alat ini
berisi levornorgestrel yang menghambat ovulasi, menipiskan endometrium, erta
menghambat pergerakan spera karena lender serviks mengental dan berjumlah
sedikit.
5. Penghambatan implantasi
Penghambatan dilakukan dengan cara memblokade implantasi. Alat yang sering
digunakan adalah IUD (Intrauterine Device) atau AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim) yang bekerja mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding
rahim.
6. Koitus interuptus
Suatu metode dengan cara mengeluarkan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi.
(a) (c)

(b) Gambar 11.16.


Metode kontrasepsi
(a) Vasektomi
(b) Tubektomi
(c) IUD

D. Gangguan dan Penyakit Sistem Reproduksi


1. Gangguan Sistem Reproduksi
Beberapa gangguan sistem reproduksi yaitu :
a. Amenore
Gangguan reproduksi pada wanita yang ditandai dengan tidak terjadinya
menstruasi. Dibedakan menjadi dua yaitu Amenore Primer dan Amenore
Sekunder. Amenore Primer ditandai dengan tidak terjadinya menstruasi pada
wantia sampai usia 17 tahun. Sedangkan Amenore Sekunder ditandai dengan
tidak terjadinya menstruasi pada wanita yang sebelumnya pernah mengalami
menstruasi.

Biologi XI – Hal : 14
Amenore disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelainan bawaan pada
sistem reproduksi (seperti tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada
vagina, dan serviks yang sempit), kelainan kromosom, hipolikemia, dan
penurunan berat badan yang terlalu ekstrem.
b. Endometriosis
Adalah gangguan atau kelainan pada sistem reproduksi wanita yang ditandai
dengan tumbuhnya jaringan endometrium di luar uterus, misalnya pada
ovarium atau oviduk. Endometriosis dapat mengakibatkan sakit pinggang,
nyeri perut, dan nyeri saat menstruasi. Gangguan ini dapat menghambat proses
kehamilan.
c. Hipogonadisme
Adalah gangguan atau kelainan pada sistem reproduksi laki-laki yang ditandai
dengan adanya penurunan fungsi testis akibat gangguan hormonal. Gangguan
ini terjadi karena rendahnya konsentrasi hormon testosteron yang terjadi pada
segala usia, bahkan juga dapat terjadi sebelum kelahiran. Gangguan ini dapat
mengakibatkan infertilitas (mandul), impotensi (penis tidak dapat berereksi),
tidak tampak adanya ciri-ciri sekunder.
d. Kriptorkidisem
Adalah gangguan atau kelainan pada sistem reproduksi laki-laki yang ditandai
dengan gagalnya satu atau dua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam
skrotum. Biasanya terjadi saat bayi dan pada saat bayi lahir preamtur. Karena
testis tidak turun ke skrotum maka akan terjadi gangguan dalam
spermatogenesis. Bayi yang lahir dalam kondisi ini akan mengalami resko
kemandulan pada saat dewasa dan kanker.
e. Mioma atau Kista
Mioma adalah tumor jinak yang tumbuh di daerah otot rahim. Mioma/kista
timbul pada wanita yang berada pada usia produktif, karena pertumbuhan
mioma dipengaruhi oleh hormon estrogen dalam tubuh. Maka mioma jarang
ditemukan pada wanita yang belum mengalami menstruasi.
Gejala klinis mioma yaitu :
1) Terjadi pendarahan abnormal
2) Adanya gangguan menstruasi, buang air kecil, dan buang air besar
3) Rasa nyeri terutama saat menstruasi
4) Saat hamil akan mengganggu aktivitas kehamilan, dan dapat
mengakibatkan keguguran secara tiba-tiba.
f. Penyumbatan pada saluran reproduksi
Penyumbatan saluran reproduksi dapat disebabkan karena penyakit menular
seksual. Penyumbatan ini dapat mengakibatkan wanita sulit hamil.
Penyumbatan dapat dihilangkan melalui pembedahan atau operasi.

2. Penyakit Menular Seksual (PMS)


Pada umumnya disebabkan karena infeksi mikroorganisme dan ditularkan melalui
kontak/hubungan seksual. Gejala umum dari PMS seperti pada tabel berikut.

Tabel 11.1. Gejala Umum PMS


No. Gejala Laki-Laki Wanita
1 Luka Luka dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin,
anus, mulut, atau bagian tubuh yang lain. Tonjolan kecil-
kecil diikut luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin

Biologi XI – Hal : 15
No. Gejala Laki-Laki Wanita
2 Cairan tidak normal Cairan bening atau berwar- Cairan yang keluar dari
na berasal dari permukaan vagina berwarna kekuning-
kepala penis atau anus an, kehijauan, berbau dan
berlendir, dan dapat
menimbulkan rasa gatal
3 Sakit pada saat Rasa terbakar atau rasa sakit PMS pada wanita biasanya
buang air kecil selama buang air kecil tidak mengakibatkan sakit
4 Perubahan warna Terutama pada bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan
kulit dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh
5 Tonjolan seperti Tumbuh tonjolan seperti jengger ayam di sekitar alat
jengger ayam kelamin
6 Sakit pada bagian - Rasa sakit yang muncul dan
bawah perut hilang, yang tidak berkaitan
dengan menstruasi bisa
menjadi tanda infeksi
saluran reproduksi (infeksi
yang telah berpindah ke
bagian dalam sistem
reproduksi, termasuk
serviks, tuba fallopii, dan
ovarium
7 Kemerahan Kemerahan di sekitar alat Kemerahan di sekitar alat
kelamin dan buah zakar kelamin atau di antara kaki

3. Penyakit Reproduksi Laki-laki


Penyakit reproduksi laki-laki antara lain :
1) Disfungsi ereksi (erectile dysfunction/imputensi), yaitu ketidakmampuan penis
berereksi.
2) Ginekomastia, yaitu perbesaran payudara pada laki-laki kaibat produksi
estrogen yang berlebihan.
3) Kanker Penis, biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak dikhitan sehingga
terjadi penimbunan sekresi kental di bawah prepusium. Hal ini menimbulkan
resiko infeksi penyakit menular seksual.
4) Uretritis, adalah radang pada uretra yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang ditularkan melalui
hubungan seksual
5) Epididimitis, adalah radang pada epididimis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang ditularkan
melalui hubungan seksual
6) Prostatitis, adalah radang pada kelenjar prostat yang mengakibatkan
pembengkakan sehingga menimbulkan rasa nyeri dan kesulitan berkemih.
Penyebab prostatitis adalah infeksi baktiri, dan sering terjadi pada pria lanjut
usia.
7) Orkitis, adalah peradangan pada salah satu atau kedua testis yang diakibatkan
oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang sering menyebabkan orkitis adalah
virus gondongan (mumps), Coxsackie virus, Varicella, dan Echovirus.
Sedangkan bakteri yang sering menyebabkan orkitis adalah Nesseria
gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella penumoniae,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Gejala dari
orkitis mirip dengan epididimitis yaitu pembengkakan testis, nyeri saat buang
air kecil dan keluar nanah dari ujung penis (lubang tempat keluarnya urine).

Biologi XI – Hal : 16
4. Penyakit Reproduksi Wanita
Penyakit reproduksi pada wanita antara lain :
a. Dismenore, yaitu rasa nyeri pada saat menstruasi tanpa adanya tanda-tanda
infeksi. Disebabkan karena sekresi prostaglandin yang berlebihan sehingga
merangsang kontraksi otot polos miometrium dan kontriksi (penyempitan)
pembuluh darah uterus.
b. Kanker Vagina, yang biasanya disebabkan karena infeksi virus.
c. Kanker Serviks, terjadi karena pertumbuhan sel abnormal pada lapisan epitel
mulut rahim.
d. Kanker Ovarium, yang ditandai dengan rasa pegal pada panggul yang luar biasa
dan perdarahan.
e. Kanker Payudara, dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan.
Umumnya diderita oleh wanita umur 45 – 64 tahun.
f. Trikomoniasis Vaginalis, yaitu infeksi parasit Trychomonas vaginalis. Gejala
yang muncul yaitu :
1) Keluar cairan encer dari vagina, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan
berbau busuk.
2) Vulva membengkak, kemerahan, gatal, dan terasa tidak nyaman
3) Nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.
g. Kutil Kelamin, disebabkan karena Human Papiloma Virus (HPV). Gejala yang
dialami yaitu terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan
h. Kandidiasis Vaginalis, yang disebabkan oleh jamur Candida albicans yang
terdapat pada kulit maupun di dalam liang kemaluan wanita. Jamur ini dapat
berkembangbiak dengan baik yang akan menyebabkan keputihan pada wanita.
Gejala penyakit ini adalah keluarnya cairan warna putih seperti susu, bergumpal,
terasa gatal dan panas, serta kemerahan di daerah kelamin.

5. Penyakit Reproduksi Pada Laki-laki dan Wanita


a. Klamidiasis
Gejala yang dialami pada penderita wanita yaitu :
1) Keluarnya cairan dari alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih
kekuningan
2) Rasa nyeri di rongga panggul
3) Pendarahan setelah berhubungan seksual
Pada wanita penyakit ini dapat mengakibatkan cacatnya saluran telur,
kemandulan, radang saluran kencing, dan robeknya saluran ketuban sehingga
terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur)
Gejala yang dialami penderita laki-laki yaitu :
1) Rasa nyeri saat kencing
2) Keluar cairan bening dari saluran kencing
3) Jika infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah.
Pada laki-laki penyakit ini dapat mengakibatkan rusaknya saluran air mani,
kemandulan, serta radang saluran kencing.
Pada penderita bayi, kurang lebih 60% - 70% terkena penyakit mata atau saluran
pernapasan (pneumonia).
b. Gonorrhoe (GO)
Disebabkan karena infeksi Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini ditularkan
melalui hubungan seksual. Selama 2-10 hari setelah infeksi penderita tidak
mengalami gejala apapun. Gejala yang dialami setelah itu adalah nyeri, merah,
bengkak, dan bernanah pada alat kelaminnya.

Biologi XI – Hal : 17
Gejala pada laki-laki adalah rasa sakit pada saat kencing, keluarnya nanah
kental, kuning kehijauan, ujung penis tampak merah, dan agak bengkak.
Pada perempuan 60% kasus tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul
seperi rasa sakit pada saat kencing, dan terdapat keputihan kental berwarna
kekuningan.
c. Sifilis (Raja Singa)
Disebabkan karena infeksi Treponema pallidum. Masa tanpa gejalan 3-4
minggu, kadang sampai 13 minggu setelah infeksi. Gejala yang muncul seperti
timbulnya tonjolan/benjolan disekitar alat
kelamin, kadang disertai pusing-pusing
dan nyeri tulang. Ada bercak kemerahan
pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seksual.
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini
tidak menunjukkan gejala apapun, tetapi
setlah 5-10 tahun penyakit ini akan
menyerang susunan saraf otak,
pembuluh darah, dan jantung.
Pada wanita hamil, penyakit ini dapat
ditularkan kepada bayi yang
dikandungan. Bayi dapat mengalami Gambar 11.17.
kerusakan kulit, hati, limpa, dan Dampak penyakit sifilis pada bayi
keterbelakangan mental.
d. Herpes Genetalis
Penyakit ini disebabkan karena infeksi oleh virus Herpes simplex. Mempunyai
masa tenggang 4-7 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan
seksual. Gejala yang dialami oleh penderita ini adalah :
1) Muncul bintil-bintil berair (berkelompok seperti buah anggur) yang terasa
nyeri di sekitar alat kelamin
2) Jika bintil-bintil pecah akan meninggalkan luka yang kering mengerak,
tetapi luka tersebut dapat hilang sendiri.
3) Dapat kambuh lagi bila da faktor pencetus (stres, menstruasi, dan
minuman/makanan beralkohol), tetapi tidak senyeri pada tahap awal.
Pada perempuan dapat mengakibatkan kanker mulut rahim.
e. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Gejala yang dialami oleh penderita AID
adalah :
1) Dalam waktu singkat, berat badan menurun lebih dari 10%
2) Mengalami demam tinggi, diare, dan batuk yang berkepanjangan (lebih dari
satu bulan)
3) Kelainan pada kulit dan terjadi iritasi (gatal)
4) Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
5) Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah
telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha.

E. Menjaga Kesehatan Sistem Reproduksi


Menjaga dan merawat kesehatan sistem reproduksi menjadi sangat penting, mengingat
kesehatan sistem reproduksi berhubungan dengan fungsi dan proses yang terjadi dalam
sistem reproduksi. Baik laki-laki maupun perempuan perlu menjaga kesehatan sistem

Biologi XI – Hal : 18
reproduksi supaya kesuburan atau fertilitas terjaga untuk menghasilkan keturunan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi antara
lain :
1. Membersihkan alat kelamin bagian luar menggunakan air bersih setelah buang air.
2. Menjaga alat kelamin luar agar selalu kering. Sebab alat kelamin yang lembab akan
mudah terinfeksi bakter dan jamur yang cocok berkembangbiak pada daerah yang
lembab.
3. Menggunakan celana dalam dari bahan yang menyerap keringat dan tidak terlalu
ketat
4. Menghentikan kebiasaan menahan buang air.
5. Mengurangi mandi menggunakan air panas, karena suhu air panas dapat
mengganggu spermatogenesis.

Biologi XI – Hal : 19

Anda mungkin juga menyukai