Anda di halaman 1dari 90

PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

DALAM PEMBANGUNAN JALAN DI DINAS PEKERJAAN UMUM


KABUPATEN LUWU UTARA

ARDA NENGSI AMAL


Nomor Stambuk : 10561 04042 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
DALAM PEMBANGUNAN JALAN DI DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh


ARDA NENGSI AMAL
Nomor Stambuk : 10561 04042 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ABSTRAK

ARDA NENGSI AMAL. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam


Pembangunan Jalan Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara
(dibimbing oleh Muhlis Madani dan Ansyari Mone)

Penerapan anggaran berbasis kinerja merupaka suatu sistem anggaran


yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang diterapkan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan penerapan anggaran
berbasis kinerja dalam pembangunan jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Luwu Utara.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan


deskriptif yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis
dengan melalui tahapan berikut yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan (verifikasi).

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dan proses analisis data
diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD) mempunyai peran yang penting dalam merencanakan dan
mengendalikan pembangunan di Daerah karena di dalam APBD terdapat item
pendapatan, pembelanjaan serta biaya yang menunjukkan kemampuan Daerah
dalam membiayai pembangunan yang dibiayai dari APBD, maka pembiayaan
pembangunan dilaksanakan melalui satuan kerja perangkat daerah sebagai tim
teknis pelaksanaan dari program pembangunanyang direncanakan. Penerapan
anggaran berbasis kinerja sangat penting karena merupakan prwujudan amanat
rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran.

Keyword : Anggaran, Kinerja, Pembangunan Jalan


KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta junjungan

Nabi Muhammad SAW, atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga penulis

dapat menyelesaiakan skripsi dengan judul “PENERAPAN ANGGARAN

BERBASIS KINERJA DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN LUWU

UTARA” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi

Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I sekaligus Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak DR. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.
4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai.

5. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi

Selatan selaku informan yang telah bersedia memberikan waktunya untuk

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak lngsung hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, September 2015

Penulis

Arda Nengsi Amal


105610404211
THANKS TO :

Alhamdulillah, akhirnya wisuda juga. Perjalanan yang panjang untuk memperoleh gelar S-1.
Meraih gelar Sarjana ini tentunya tidak akan bisa tercapai tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada mereka yang senantiasa mengiringi setiap langkahku sehingga menjadi seorang
sarjana dan semoga kita selalu mendapatkan yang terbaik.

 Pertama-tama kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah yang tak ternilai
harganya serta limpahan kenikmatan yang tak ternilai jumlahnya.
 Rasulullah SAW atas jasanya yang telah memberikan pencerahan kepada umatnya
yang ada dimuka bumi.
 Kedua orang tua ku Amal Lagessa dan Suarni M. Anwar yang telah melahirkan,
membesarkan, dan mendidik ku dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang tidak
pernah lelah bekerja demi masa depan anak-anaknya. Terima kasih atas dukunga
kalian selama ini, akhirnya putri kalian sudah menjadi sarjana. Terima kasih pula
atas semua motivasi, didikan, dan doa serta pengorbanan kalian untuk ku yang tidak
akan terlupakan dan terbalaskan dengan apapun. Saya sangat bangga terlahir dan
man mempunyai orang tua seperti bapak dan mama.
 Teruntuk kakak ku Adi Praja Amal dan Adikku Achmad Rifaldi Amal terima kasih
untuk dukungannya walaupun terkadang kita sering bertengkar.
 Kakak ku Akbar terima kasih atas dukungan dan nasehatnya.
 Teruntuk Almarhum kakek ku Lagessa terima kasih atas kasih sayang mu selama ini,
aku sangat merindukan mu dan Almarhum Om ku terima kasih atas nasehat mu
selama hidup mu. Semoga kalian tenang di sana dan berada di surga.
 Calon pendamping ku kelak yang selalu mengiringi langkah ku, memberi semangat di
saat aku gagal dalam mencari sesuatu yang berarti untuk masa depan ku dan terus
bertahan dalam menghadapi sikap ku, godaan dan cobaan yang datang. Semoga cinta
dan cita-cita, serta niat suci kita tercapai. Amiin.
 Sahabat-sahabat ku, Irayani Palma dan Sri Wahyuni Tajuddin dan teman-teman
ADN C terima kasih untuk kebersamaannya selama ini. Semoga persaudaraan ini
tetap terjaga. Amiiin.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Pintu Sukses yang utama adalah ketika kita mampu membahagiakan orang tua.”

"Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan/diperbuatnya"
(Ali Bin Abi Thalib)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah
berhasil melakukannya dengan baik." (Evelyn Underhill)

"Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka
berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan
sesuatu untuk diharapkan." (Tom Bodett)

“Lebih baik terlambat daripada tidak wisuda sama sekali”

“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang”

“Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam
menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH”

“Pengetahuan adalah kekuatan”

Skripsi ini ku persembahkan untuk


Kedua orang tuaku tercinta
Saudara-saudara ku
Keluarga besar ku
Sahabat-sahabat ku
Almarhum Kakek dan Om ku
Almamater ku
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ...................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................. ii
Halaman Penerimaan TIM ......................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ iv
Abstrak ...................................................................................................... v
Kata Pengantar .......................................................................................... vi
Thank’s To ................................................................................................. viii
Motto dan Persembahan ............................................................................. ix
Daftar Isi..................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................... xi
Daftar Gambar ............................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Anggaran Berbasis Kinerja.............................................. . 7
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 22
C. Fokus Penelitian ............................................................................. 23
D. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................. 24

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan lokasi penelitian ........................................................... 25
B. Jenis dan Tipe penelitian ................................................................ 25
C. Sumber Data ................................................................................... 26
D. Informan Penelitian ........................................................................ 27
E. Teknik Pengumpulan data .............................................................. 27
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 28
G. Keabsahan Data .............................................................................. 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Wilayah Penelitian ......................................................... 31
B. Profil Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Luwu Utara ........ 40
C. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam Pembangunan
Jalan Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara ............. 57

BAB V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian .................................................................... 27

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara ..... 43

Tabel 4.2 Keadaan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara Menurut
Kepangkatan .............................................................................. 43

Tabel 4.3 Keadaan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara Menurut
Tingkat Pendidikan .................................................................... 44
DAFTAR GAMBAR

Gambar Bagan Kerangkan Pikir ................................................................ 23

Gambar Struktur Organisasi....................................................................... 56


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyadari akan kebutuhan pelaksanaan di pemerintahan yang mengarah

pada upaya mensejahterakan masyarakat maka oleh pemerintah, kemudian

merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Konsekuensi logis dari pelaksanaan kedua undang-undang ini memberikan

pengaruh perubahan terhadap tata laksana manajemen keuangan di daerah baik

dari proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

anggaran. Perubahan tersebut yakni perlu dilakukannya budgeting reform atau

reformasi anggaran.

Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari pendekatan

anggaran tradisional (traditional budgeting) ke pendekatan baru yang dikenal

dengan anggaran kinerja (performance budgeting). Anggaran tradisional

didominasi dengan penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan

incrementalism yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada

realisasi anggaran tahun sebelumnya, akibatnya tidak ada perubahan mendasar

atas anggaran baru. Pemerintah atasan selalu dominan peranannya terhadap

pemerintah di daerah yang ditandai dengan adanya petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis dari pemerintah pusat.


Hal ini sering bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan

masyarakat. Selanjutnya, anggaran kinerja adalah sistem penyusunan dan

pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.

Kinerja tersebut mencerminkan efisien, efektivitas pelayanan kepada publik yang

berorientasi kepada kepentingan publik. Artinya, peran pemerintah daerah sudah

tidak lagi merupakan alat kepentingan pemerintah pusat tetapi untuk

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.Dalam instansi pemerintah,

penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi

pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, serta memonitor pemerintah agar

lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani, dan menuntun

perbaikan dalam pelayanan publik.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan

administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan.

Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang

diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang telah diamanatkan

rakyat. Kinerja instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan. Karena

masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang dapat diperoleh atas pelayanan

yang diberikan oleh instansi pemerintah. Kondisi ini mendorong peningkatan

kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap penyelenggaraan negara.

Salah satu aspek yang di ukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah

aspek kauangan berupa anggaran berbasis kinerja.

Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sejak saat itu
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja mulai secara efektif dilaksanakan. Untuk

memenuhi pelaksanaan otonomi di bidang keuangan dengan terbitnya berbagai

peraturan pemerintah yang baru, diperlukan sumber daya yang mampu untuk

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berbasis kinerja.

Melalui sistem penganggaran berbasis kinerja ini, penetapan besarnya

alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangan nilai uang (value for money) dan

nilai uang yang mengikuti fungsi (money follow function) sesuai dengan

kebutuhan nyata setiap unit kerja. Hal ini karena APBD merupakan penjabaran

kuantitatif dari program kebijakan serta usaha pembangunan yang dituangkan

dalam bentuk aktivitas yang dimiliki oleh unit kerja terkecil sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi yang telah dibebankan dalam setiap tahun. Pemerintah daerah

akan diketahui kinerjanya dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja.

Kinerja ini akan tercermin pada laporan dalam bentuk laporan prstasi kerja SKPD.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara yang merupakan salah

satu perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis

dalam mendukung dan mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah. Keberadaan

infrastruktur dan sarana prasarana fisik wilayah merupakan bagian dari tugas

pokok Dinas Pekerjaan Umum. Untuk mendukung tugas tersebut Dinas Pekerjaan

Umum membutuhkan pihak ketiga dalam hal ini pengusaha jasa konstruksi dalam

hal ini kontraktor pelaksana, konsultan perencana dan konsultan pengawas.

Dengan adanya hubungan tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dituntut untuk

memberikan pelayanan secara profesionalisme, agar dapat menumbuhkan


kepercayaan masyarakat jasa konstruksi sebagai pengguna jasa yang pada

akhirnya sangat ditentukan dari kinerja aparat di Dinas Pekerjaan Umum.

Di Luwu Utara, pembangunan sarana dan prasarana sering dilakukan.

Dalam hal ini ialah pembangunan jalan. Namun, jalan yang dibangun tidak semua

masyarakat dapat menikmati jalanan tersebut. Hal ini dikarenakan pembangunan

jalan tersebut dilakukan di daerah yang jarang atau bahkan tidak pernah dilalui

oleh masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan tersebut merupakan

pembangunan jalan yang baru. Jika dilihat dari jumlah anggaran yang tersedia

dan digunakan setiap tahunnya, seharusnya pemerintah lebih menekankan

pembangunan jalan seperti perbaikan jalan. Anggaran yang digunakan khususnya

untuk perbaikan jalan setiap tahunnya tidak pernah dibawah 10 miliyar.

Pembangunan jalan tersebut tidak terlalu berpengaruh kepada kepentingan

masyarakat karena berada di daerah yang tidak berpenduduk. Di mana jalan

tersebut digunakan sebagian orang untuk melakukan hal-hal yang tidak

bermanfaat. Masih banyak yang perlu dilakukan pemerintah Luwu Utara terutama

Dinas Pekerjaan Umum selain membangun jalan baru, misalnya perbaikan jalan.

Seperti halnya di tempat saya tinggal, terdapat jalanan yang rusak dan

memerlukan perbaikan. Di mana jalan tersebut menuju ke sebuah Puskesmas yang

sering dilalui oleh masyarakat. Seperti yang diketahui bahwa Infrastruktur

memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak. Keberadaan

infrastruktur yang memadai sangat diperlukan seperti halnya infrastruktur jalan.

Pasal 1 angka 4 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, memberikan definisi

mengenai Jalan yaitu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan

kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Pemerintah seharusnya melakukan pembangunan jalan yang dapat

langsung dijangkau oleh masyarakat dan sangat membantu masyarakat untuk

memenuhi kebutuhannya. Apalagi jika dilihat dari jumlah anggaran yang

digunakan setiap tahunnya. Pemerintah tidak seharusnya melakukan

pembangunan jalan seperti pembuatan jalan baru tetapi juga melakukan perbaikan

jalan karena hal tersebut sangat membantu masyarakat. Dana yang dialokasikan

untuk pembangunan langsung yang dapat dinikmati oleh rakyat masih sangat

minim dibandingkan dana yang dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan

kalangan birokrat. Keadaan ini harus diperbaiki dan alokasi dana untuk

kesejahteraan rakyat harus terus ditingkatkan dimasa yang akan datang (Sri

Rahayu, dkk, 2007).

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis

berkeinginan untuk melakukan penelitian berkaitan dengan“Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja dalam Pembangunan Jalan Di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Penerapan


Anggaran Berbasis Kinerja dalam Pembangunan Jalan di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara ?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini ialah “Untuk mengetahui Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

dalam Pembangunan Jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara”.

D. Kegunaan Penelitian

Secara umum, kegunaan penelitian ini meliputi dua aspek yaitu secara
teoritis dan secara praktis.

1. Kegunaan teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek

teoritis (keilmuan), yaitu bagi perkembangan ilmu Administrasi Negara.

2. Kegunaan praktis

a) Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

evaluasi bagi Pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara

untuk perbaikan kinerja pemerintah di masa yang akan datang.

b) Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi

bagi penelitian sejenis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anggaran Berbasis Kinerja

1. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja adalah pengukuran anggaran berdasarkan

output yang dihasilkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29

Tahun 2002 yang sekarang berubah menjadi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dalam era otonomi daerah

disusun dengan pendekatan kinerja, artinya sistem anggaran yang mengutamakan

pancapaian hasil kinerja atau keluaran (output) dari perencanaan alokasi biaya

yang telah ditetapkan. Dengan demikian, harapan penyusunan dan pengalokasian

anggaran dapat lebih diselesaikan dengan skala prioritas dan persepsi daerah yang

bersangkutan (Mariana:2005).

Anggaran berbasis kinerja dikenal dalam pengelolaan keuangan daerah

sejak terbitnya PP Nomor 105 Tahun 2000 yang dalam pasal 8 dinyatakan bahwa

APBD disusun dengan pendekatan kinerja. Penjelasan PP Nomor 105 Tahun 2000

dinyatakan bahwa anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari

alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut, setiap

input yang ditetapkan dalam anggaran harus dapat diukur hasilnya dan

pengukuran hasil bukan pada besarnya dana yang dihabiskan sebagaimana yang

dilaksanakan pada sistem penganggaran tradisional (line-item and incremental

budget)tetapi pada tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.


Wiwik dan Ermataty (2012) menyatakan bahwa dengan keluarnya

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 menuntut perubahan sistem penganggaran

dari traditional budget menjadi penganggaran berbasis kinerja yang

mengharuskan digunakannya sistem penganggaran yang berbeda dengan

sebelumnya, yaitu perubahan dari sistem dual budgeting menjadi unified

budgeting, penganggaran dengan basis input menjadi penganggran berbasis

kinerja (performance based budgeting system), dan penganggaran dengan

kerangka pengeluaran berjangka menengah. Sistem ini menggantikan sistem

penganggaran tradisional (traditional budgeting system) yang mempunyai banyak

kelemahan karena adanya tumpang tindih biaya sehingga berdampak pada in-

efesiensi anggaran.

Sistem penganggaran tradisional atau item line budget memiliki cara

penyusunan anggaran yang tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang

harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih

dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung

jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan

secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan

dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika

anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.

Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan

sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan

hasil dari pelayanan.


Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan

tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan

dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat

mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.

Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi

penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara

output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang

dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah

sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada

apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional,

tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu

disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan

biaya tersebut harus efisien dan efektif.

Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional,

penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.

Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja,

maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke

"output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di

setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi

penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya

diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance

atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara

efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan


perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan

antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran

seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah dan

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, melakukan reformasi anggaran daerah

dan reformasi dalam pertanggungjawaban yang juga bersifat kinerja. Kinerja

pemerintah daerah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja

merupakan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam periode tertentu (Abdul

Rohman, 2009).

Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan

pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.

Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang

berarti berorientasi pada kepentingan publik (Mardiasmo, 2002:105). Proses

penyusunan anggaran daerah terlebih dahulu mengakomodir dan menyeleksi

kebutuhan masyarakat yang akan dipenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga

angka-angka yang tercantum dalam anggaran sebanding dengan pemenuhan atas

kebutuhan masyarakat tersebut. Anggaran berbasis kinerja menghendaki

terciptanya program dan kegiatan yang baru (inovasi) dan strategi untuk

menyiasati keterbatasan sumber daya. Desain dari performance budgeting

didasarkan pada pemikiran bahwa memasukkan ukuran kinerja dalam anggaran


akan mempermudah pemantauan terhadap program untuk melihat seberapa baik

pemerintah telah mencapai outcome yang dijanjikan dan diinginkan (Yilin Hou,

2010).

Anggaran berbasis kinerja (ABK) merupakan metode penganggaran bagi

manajemen untuk meningkatkan setiap biaya yang diutangkan dalam kegiatan-

kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada

seperangkat tujuan dan sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap

unit kerja. Anggaran berbasis kinerja yang aktif akan mengidentifikasikan

keterkaitan antara nilai uang dan hasil, serta dapat menjelaskan begaimana

keterkaitan tersebut dapat terjadi yang meupakan kunci pengelolaan program

secara efektif. Jika terjadi perbedaan antara rencana dan realisasinya, dapat

dilakukan evaluasi sumber-sumber input dan bagaimana keterkaitannya dengan

output/outcome untuk menentukan efektivitas dan efesiensi pelaksanaan

program.Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan

dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun (Indra Bastian, 2006).

2. Ruang lingkup ABK

(a) Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi organisasi), tujuan,

sasaran, dan target.

Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama

yang harus ditetapkan suatu organisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang

hendak dicapai sehingga setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan

komponen tersebut. Oleh karena itu, penentuan komponen-komponen tidak


hanya ditentukan oleh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat

sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan publik.

(b) Menentukan Indikator Kinerja.

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta

digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik

dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah

kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Indikator kinerja meliputi :

1) Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu proses

untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan

sebelumnya. Indikator masukan meliputi dana, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, data dan informasi lainnya yang diperlukan.

2) Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu

dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikator keluaran

dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tolok ukur

dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan

terukur.

3) Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan

atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikator hasil adalah sasaran program

yang telah ditetapkan.

4) Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya

akan nampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat


menunjukkan hal-hal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat

diselesaikan dan berfungsi secara optimal.

5) Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat

dari suatu kegiatan. Indikator dampak merupakan akumulasi dari beberapa

manfaat yang terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu

kemudian.

(c) Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas

program.

Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan

selanjutnya mengambil keputusan atas program/kegiatan yang dianggap

menjadi prioritas. Dilakukannya pemilihan dan prioritas program/kegiatan

mengingat sumber daya yang terbatas.

(d) Analisa Standar Biaya (ASB)

ASB merupakan standar biaya suatu program/kegiatan sehingga alokasi

anggaran menjadi lebih rasional. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir

kesepakatan antara eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi

anggaran pada tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien.

Dalam menyusun ABK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,

perolehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus perencanaan

anggaran daerah, struktur APBN/D, dan penggunaan ASB. Dalam menyusun

anggaran berbasis kinerja (ABK) yang perlu mendapat perhatian adalah

memperoleh data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya.

Perolehan data kuantitatif bertujuan untuk :


1) Memperoleh informasi dan pemahaman berbagai program yang

menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.

2) Menjelaskan bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis.

Berdasarkan data kuantitatif tersebut dilakukan pemilihan dan prioritas

program yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan.

3. Prinsip dan Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja

Prinsip‐prinsip yang digunakan dalam penganggaran berbasis kinerja

meliputi:

a) Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcomeoriented).

Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran

dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar‐besarnya dengan

menggunakan sumber daya yang efisien. Dalam hal ini, program/kegiatan

harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan

dalam rencana.

b) Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga

prinsip akuntabilitas (let the manager manages). Prinsip tersebut

menggambarkan keleluasaan manager unit kerja satu dalam melaksanakan

kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan tersebut

meliputi penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai keluaran

dan hasilnya pada saat pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan berbeda

dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan kegiatan beserta alokasi anggaran

pada saat perencanaan merupakan dasar dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam

rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara seorang manager unit kerja


bertanggung jawab atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja yang telah

ditetapkan (outcome).

c) Money Follow Function, Function Followed by Structure. Money follow

function merupakan prinsip yang menggambarkan bahwa pengalokasian

anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi unit

kerja sesuai maksud pendiriannya (biasanya dinyatakan dalam peraturan

perundangan yang berlaku). Selanjutnya prinsip tersebut dikaitkan dengan

prinsip Function Followed by Structure, yaitu suatu prinsip yang

menggambarkan bahwa struktur organisasi yang dibentuk sesuai dengan fungsi

yang diemban. Tugas dan fungsi suatu organisasi dibagi habis dalam unit‐unit

kerja yang ada dalam struktur organisasi dimaksud, sehingga dapat dipastikan

tidak terjadi duplikasi tugas fungsi.

Penerapan prinsip yang terakhir ini (prinsip ketiga) berkaitan erat dengan

kinerja yang menjadi tolok ukur efektivitas pengalokasian anggaran. Hal ini

berdasar argumentasi sebagai berikut:

(1) Efisiensi alokasi anggaran dapat dicapai, karena dapatdihindari overlapping

tugas/fungsi/kegiatan.

(2) Pencapaian output dan outcomes dapat dilakukan secara optimal, karena

kegiatan yang diusulkan masing‐masing unit kerja benar‐benar merupakan

pelaksanaan dari tugas dan fungsinya.

Berdasarkan prinsip‐prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan PBK

diharapkan:
a) Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan

dicapai (directly linkages between performance and budget);

b) Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational

efficiency);

c) Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas

dan pengelolaan anggaran (more flexibilityand accountability).

4. Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

a) Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:

(1) Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.

(2) Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).

(3) Pelaporan program (Program Reporting).

b) Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada

pengawasan.

c) Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.

d) Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat

digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.

e) Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran

5. Keunggulan Dan Kelemahan Dari Anggaran Berbasis Kinerja

Keunggulan dari anggaran berbasis kinerja ialah sebagai berikut:

a) Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.

b) Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses pengusulan

dan penilaian anggaran yang bersifat faktual.


c) Membangun fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan pda

semua tingkat.

d) Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efesiensi satuan

kerja.

e) Menghindari pemborosan.

f) Dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap satuan, lebih efektif

dalam mencapai sasaran.

Sedangkan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja ialah sebagai berikut:

a) Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan.

b) Tidak semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.

c) Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang

menanggung beban atas keputusan.

6. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu

diperhatikan yaitu prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam

penyusunan anggaran berbasis kinerja, peranan legislatif, siklus perencanaan

anggaran daerah, struktur APBD, dan penggunaan anggaran berbasis kinerja.

a) Prinsip-prinsip penganggaran

(1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran. APBD harus dapat menyajikan

informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang

diperoleh dari masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang

dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama

untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan


kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup

masyarakat.

(2) Disiplin anggaran. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan tidak

dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum atau tidak tersedia

anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.

(3) Keadilan anggaran. Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan

anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok

masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena

pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta

masyarakat.

(4) Efisiensi dan efektivitas anggaran. Penyusunan anggaran hendaknya

dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu

pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan. Dana

yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat

menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan untuk kepentingan

masyarakat.

(5) Disusun dengan pendekatan kinerja. APBD disusun dengan pendekatan

kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja

(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah

ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau

input yang ditetapkan.


Selain prinsip-prinsip secara umum seperti apa yang telah diuraikan di

atas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-

perubahan kunci tentang penganggaran sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah.

Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka

yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan

penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya

agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.

2. Penerapan anggaran secara terpadu

Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah disusun secara

terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja

pembangunan. Hal tersebut merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian

upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan,

dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi

kinerja.

3. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja.

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian

dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan

mendukung perbaikan efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya

dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam

kerangka jangka menengah.


b) Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja adalah

mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses

mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan

pengertian tentang berbagai program yang menghasilkan output dan outcome

yang diharapkan. Sedangkan proses pengambilan keputusannya melibatkan setiap

level dari manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan

dianggarkan tersebut akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang

diharapkan dapat dicapai.

c) Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran

Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja pada

akhirnya sangat dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif.

Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran pada tiap unit kerja dihasilkan

setelah melalui koordinasi diantara bagian dalam lembaga legislatif dan eksekutif.

Dalam usaha mencapai kesepakatan, seringkali keterkaitan antara kinerja dan

alokasi anggaran menjadi fleksibel dan longgar namun dengan adanya analisa

standar belanja, alokasi anggaran menjadi lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan

tersebut pada akhirnya akan ditetapkanlah Perda APBD.

d) Siklus Perencanaan Anggaran Daerah

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup

penyusunan kebijakan umum APBD sampai dengan disusunnya rancangan APBD

terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah berdasarkan


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang Nomor 32 dan 33

Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran

berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat

pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut

berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan

antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan

yang selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan

atau menyerap aspirasi masyarakat terkait antara lain asosiasi profesi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat, pemuka

agama, dan kalangan dunia usaha.

(2) DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh

pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahunan

anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD

pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran

sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

(4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun

berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

(5) RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas

dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.


(6) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola

keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD

tahun berikutnya.

(7) Pemerintah daearah meng ajukan rancangan perda tentang APBD disertai

dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD

pada minggu pertama bulan Oktoberb tahun sebelumnya.

(8) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang

APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran

yang bersangkutan dilaksanakan.

e) Siklus APBD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Standar

Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri

dari: Anggaran pendapatan, Anggaran belanja, Transfer, dan Pembiayaan.

B. Kerangka Pikir

Sesuai dengan undang-undang nomor 32 dan 33 Tahun 2004, pemerintah

daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi wewenang daerah

dan didanai oleh dana publik yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD).

Konsekuensi dari penyelenggaraan otonomi daerah dan desentralisasi

adalah terjadi reformasi penganggaran daerah dari anggaran tradisional yang

bersifat line-item dan incremental menjadi anggaran berbasis kinerja. Anggaran

berbasis kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada


suatuorganisasi dan berkaitan sangat erat terhadap visi, misi dan rencana strategis

organisasi. Anggaran berbasis kinerja mempunyai program prioritas. Program

prioritas adalah program yang berorientasi pada kepentingan publik.

Anggaran yang ditetapkan merupakan pegangan dalam pelaksanaan

kegiatan pemerintah sehingga tercapainya anggaran berarti tercapainya sasaran

pemerintah daerah. Untuk melihat penerapan anggaran berbasis kinerja pada

Dinas Pekerjaan Umum dapat dilihat dari bagan berikut ini:

Bagan Kerangka Pikir

Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja


Dalam Pembangunan Jalan Di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu
Utara

Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact)

Pembangunan Jalan Berdasarkan


Anggaran Berbasis Kinerja

C. Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini ialah bagaimana Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara sebagai sebuah lembaga pemerintah menerapakan


anggaran berdasarkan kinerja dalam program pembangunan jalan. Adapun yang

menjadi indikator dalam penelitian ini adalah:

1) Masukan (Input)

2) Keluaran (Output)

3) Hasil (Outcome)

4) Manfaat (Benefit)

5) Dampat (Impact)

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka deskripsi fokus penelitian dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Masukan (Input), ialah jumlah anggaran yang disiapkan dan siapa saja personil

yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan jalan tersebut.

2) Keluaran (Output), ialah jarak baik panjang maupun lebar jalanan yang

dibangun atau dikerjakan.

3) Hasil (Outcome), ialah pembangunan jalan yang di dasarkan pada tujuan dan

sasaran.

4) Manfaat (Benefit), ialah pembangunan dari jalan tersebut memperlancar

transportasi.

5) Dampak (Impact), ialah pembanguanan jalan tersebut memperlancar

transportasi, akses masyarakat lebih mudah.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan setelah ujian

proposal penelitian, mulai tanggal 23 Juli 2015 sampai 23 Agustus 2015.

2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penyusunan skripsi, maka penulis akan melakukan penelitian pada Dinas

Pekerjaan Umum, Kabupaten Luwu Utara.

Alasan dilakukannya pemelihan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Luwu Utara sebagai lokasi penelitian karena di luwu Utara Seringan dilakukannya

pembuatan jalan baru yang jarang dilalui oleh sebagian besar masyarakat

sedangkan perbaikan jalan jarang dilakukan padahal jalanan tersebut dilewati

masyarakat untuk memenuhi kepentingannya.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif

memberikan gambaran yang berhubungan dengan ide, persepsi, dan pendapat

orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka.

Penelitian ini akan memberikan gambaran ataupun penjelasan mengenai


penerapan anggran berbasis kinerja dalam pembangunan jalan di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Luwu Utara.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan didukung data

kualitatif dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau realita

fenomena sosial tertentu sebagaimana adanya dan memberikan gambaran secara

objektif tentang keadaan atau permasalahan yang dihadapi. Penelitian studi

kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,

memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber

informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari

berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu/kelompok/organisasi.

C. Sumber Data

Sehubungan dengan permasalahan penelitian maka data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data Primer yaitu data empiris yang diperoleh pertama kali dan merupakan

segala informasi yang diperoleh dari informan observasi yang dicatat oleh peneliti

secara langsung dari obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung kepada

obyek penelitian yang dapat berupa dokumen, buku, catatan-catatan, makalah,

laporan, arsip, monografi, dan lain-lain, terutama yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.
D. Informan Penelitian

Informan dalam Penelitian ini ialah Pegawai di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara.

Penetapan informan dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara

sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Informan Penelitian ini

dapat dilihat pada table berikut:

No Informan Penelitian Jumlah


1 Kepala Dinas Pu 1 Orang
2 Sekretariat Sub bagian Keuangan 1 Orang
3 Bidang Bina Marga 2 Orang
4 Masyarakat 4 Orang
Jumlah 8 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data perlu dilakukan dengan tujuan agar

mendapatkan data-data yang valid dalam penelitian. Peneliti menggunakan

metode sebagai berikut :

1. Observasi. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung di lokasi penelitian mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja

dan melihat secara langsung proses pembangunan jalan.

2. Wawancara.Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap

informan yang dipilih secara purposive sampling.

3. Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data dengan cara

mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Dokumen dalam


penelitian ini dapat berupa gambar, daftar anggota, daftar koleksi , dan

dokumen lainnya yang dapat membantu mempercepat proses penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data di mana

data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam

model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti di

lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang


dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Pengabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Salah satu cara yang

digunakan oleh peneliti ialah dengan pengujian kredibilitas data dengan

triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:125) Triangulasi diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Lebih lanjut Sugiyono (2012:127) membagi triangulasi ke dalam tiga macam,

yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan

pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan

dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan

dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik

pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka


peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang

berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil

penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Keadaan Geografis dan Iklim

1.1 Keadaan Geografis Luwu Utara

Kabupaten Luwu Utara adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi

Sulawesi Selata, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Masamba.

Kabupaten Luwu Utara terletak antara 010 53’ 19” - 020 55’36” Lintang Selatan

dan 1190 47’ 46” - 1200 37’ 44” Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi

Sulawesi Tengah di sebelah utara, Kabupaten Luwu Timur di sebelah timur,

Propinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Tana Toraja di sebelah barat, dan

Kabupaten Luwu dan Teluk Bone disebelah selatan.

Kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999

dengan ibu kota Masamba merupakan pecahan dari kabupaten Luwu. Saat

pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 km2 dengan jumlah

penduduk 442.472 jiwa. Setelah terbentuknya Kabupaten Luwu Timur, maka luas

wilayah Kabupaten Luwu Utara tercatat 7.502,58 km2 yang secara administrasi

Pemerintahan Kabupaten Luwu Utara terbagi atas 12 kecamatan. Terdapat sekitar

8 sungai besar yang mengaliri wilayah Kabupaten Luwu Utara. Sungai yang

terpanjang adalah Sungai Baliase dengan panjang 185 Km yang melewati

Kecamatan Masamba.
1.2 Iklim

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada Tahun

2013, suhu udara rata-rata berkisar antara 25.6 ˚C sampai 27.7 ˚C. Curah hujan di

suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi, dan

perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam

menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan selama Tahun

2013 berkisar antara 73.2 mm sampai 599.6 mm.

2. Administrasi Pemerintahan

2.1 Wilayah Administratif

Kabupaten Luwu Utara terdiri dari 12 kecamatan, 173 desa/kelurahan yang

semuanya merupakan definitif (diluar UPT). Dari 173 desa/kelurahan tersebut 7

sudah termasuk dalam klasifikasi daerah perkotaan atau sudah dalam bentuk

wilayah kelurahan. Ketujuh kelurahan tersebut adalah Kelurahan Kappuna,

Kelurahan Bone, Kelurahan Kasimbong, Kelurahan Baliase, Kelurahan Marobo,

Kelurahan Salassa, dan Kelurahan Bone-Bone. Kecamatan Sukamaju merupakan

kecamatan dengan jumlah desa terbanyak, yaitu 25 desa dan 1 UPT. Sedangkan

Kecamatan Rampi adalah paling sedikit jumlah desanya, yaitu hanya 6 desa. Di

antara 12 kecamatan, Kecamatan Seko merupakan kecamatan yang terluas dengan

luas 2.109,19 km2 atau 28,11 % dari total wilayah Kabupaten Luwu Utara,

sekaligus merupakan kecamatan yang letaknya paling jauh dari Ibukota

Kabupaten Luwu Utara, yakni berjarak142 km.


2.2 Pemerintahan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Luwu

Utara terdiri dari 35 orang. Pada Tahun 2012 DPRD Kabupaten Luwu Utara telah

mengeluarkan 8 Peraturan Daerah (Perda) dan 11 Keputusan DPRD Tingkat II.

Pada tahun 2013, jumlah pegawai Pemda Luwu Utara adalah sebanyak 5.487

orang terdiri dari 2.578 laki-laki dan 2.909 perempuan. Sebagian besar pegawai

berpendidikan S1 dengan jumlah 3.095 orang atau 56,40 % dari total pegawai

pemda Luwu Utara. Dari golongan, sebagian besar pegawai bergolongan III yaitu

sebesar 2.956orang atau 53,87 % dari total pegawai pemda Luwu Utara.

3. Penduduk dan Ketenagakerjaan

3.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada Tahun 2013 adalah

297.313 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,55 persen.

Jumlah penduduk tersebut terbagi habis ke dalam 70.671 rumah tangga, di mana

rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecamatan Sukamaju

merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 41.195

jiwa. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Rampi, sebesar 3.146 jiwa.

Kepadatan penduduk rata-rata di Luwu Utara sebesar 40 jiwa per kilometer

persegi.

Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 149.395 jiwa penduduk laki-laki dan

147.918 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) 101,

yang berarti bahwa di antara 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.


Penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk usia

produktif (15-64 tahun) mencapai 184.328 orang atau 62 persen dari total

penduduk Kabupaten Luwu Utara.

Sedangkan penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar 97.440

orang atau 32.77 persen dan yang tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar

15.545 orang atau 5.23 persen. Sehingga diperoleh rasio ketergantungan

penduduk Luwu Utara sebesar 61,29 yang artinya setiap 100 penduduk usia

produktif menanggung sebanyak 61 penduduk usia non produktif.

3.2 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Jumlah penduduk yang bekerja juga bisa

menggambarkan tentang kesejahteraan, pemerataan penghasilan dan

pembangunan. Kegiatan penduduk usia 15 tahun ke atas dapat dibedakan menjadi

Angkatan Kerja dan Bukan AngkatanKerja.

Menurut hasil sementara Survei Tenaga Kerja Nasional Tahun 2013,

jumlah angkatan kerja di Kabupaten Luwu Utara pada Tahun 2013 sebesar

124.018 orang. Jumlah yang bekerja sebanyak 118.019, dan penganggur sebanyak

5.999 orang. Dari 124.319 penduduk yang bekerja, sekitar 57.65 persen bekerja di

sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Sektor lain yang cukup

besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan besar,

eceran, rumah makan, dan hotel (17,66 %), dan Jasa Kemasyarakatan (13,74 %).
4. Kondisi Sosial Budaya

4.1 Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu negara adalah

tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Merujuk pada

amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur

pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk

Indonesia. Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, dan berbagai program

pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat

peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang

tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini

lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk

untuk mengecap pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7-

24 tahun).

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan

sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kabupaten Luwu Utara

mencoba menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan, hal tersebut dapat

dilihat dengan terjadinya peningkatan kuantitas guru dan jumlah sarana sekolah

tingkat dasar maupun tingkat menengah.

Pendidikan pada tahap awal ada yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak

(TK). Diharapkan dengan mengikuti tahapan ini anak-anak akan lebih siap

menerima pelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar terdiri atas

sekolah negeri dan swasta. Seluruhnya berjumlah 267 sekolah (243 Sekolah Dasar

dan 26 madrasah Ibtidaiyah) dengan menampung 42.348 murid. Sekolah


Menengah Pertama seluruhnya sebanyak 102 buah (66 SMP dan 36 Madrasah

Tsanawiyah), dengan jumlah murid sebanyak 18.545 murid dan 2.020 guru. SD

dan SMP sudah tersebar disetiap kecamatan dan juga SMA/Madrasah Aliyah.

SMA/Madrasah Aliyah seluruhnya berjumlah 44 sekolah dengan jumlah murid

13.960 siswa di 39 sekolah.

4.2 Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus dan tahapan

kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka

secara langsung atau langsung tidak langsung akan terjadi peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang

kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM,

maka program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan

pada calon generasi penerus, khusus calon bayi dan anak usia dibawah lima tahun

(balita). Pentingnya pembangunan bidang kesehatan ini paling tidak tercermin

dari deklarasi Millenium Development Goals (MGDs) yang mana lebih dari

sepertiga indikatornya menyangkut bidang kesehatan.

Fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan masyarakat untuk memeriksakan

kesehatan atau mengobati penyakitnya. Sarana kesehatan yang dapat dijangkau

adalah Puskesmas. Sarana ini ada disetiap kecamatan. Selain itu, upaya

pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas

pembantu terus mengalami peningkatan. Salah satu kegiatan di bidang kesehatan

adalah imunisasi, khususnya untuk anak-anak. Dengan melakukan imunisasi


sesuai jadwal diharapkan anak terhindar dari penyakit. Banyaknya yang

diimunisasi umumnya mengalami peningkatan.

Jumlah anak dalam satu rumah tangga akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan anak tersebut. Melalui program Keluarga Berencana (KB)

diharapkan tercapai keluarga yang sejahtera. Pelaksanaannya yaitu melalui

penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan metode kontrasepsi yang digunakan

baik akseptor aktif maupun akseptor baru ternyata lebih memilih memakai alat

kontrasepsi non jangka panjang. Untuk metode jangka panjang, keduanya lebih

banyak memilih Implant (IMP) sebagai alat kontrasepsi. Dan untuk metode non

jangka panjang, alat yang banyak dipilih oleh akseptor baru maupun akseptor aktif

adalah suntikan.

4.3 Agama

Bila dilihat dari jumlah pemeluknya, agama Islam adalah agama yang

banyak dianut di Luwu Utara. Sarana ibadah di Kabupaten Luwu Utara berupa

mesjid sebanyak 648, mushalah/langgar sebanyak 71, gereja sebanyak 262, dan

pura sebanyak 53. Tempat ibadah ini merupakan sarana bagi umatnya untuk

melaksanakan ibadah serta meningkatkan keimanannya.

5. Keadaan Ekonomi

5.1 Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan dibedakan atas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian.

Sedangkan penggunaan lahan Pertanian dibedakan atas lahan sawah dan lahan

bukan sawah (kering). Pada Tahun 2013, luas lahan yang digunakan untuk usaha

pertanian mencapai 243.219 hektar (28.205 hektar lahan sawah dan 215.014
hektar lahan bukan sawah). Lahan bukan sawah tersebut terdiri dari lahan untuk

tegal/kebun seluas 32.548 hektar, ladang/huma 12.652 hektar, perkebunan 81.144

hektar, Hutan Rakyat 24.660 hektar, padang gembala 18.156 hektar, lahan

sementara tidak diusahakan 26.015 hektar, dan lainnya 19.839 hektar.

5.2 Tanaman Pangan dan Holtikultural

Padi dan jagung merupakan dua komoditi utama subsektor tanaman

pangan. Produksi padi sawah pada Tahun 2013 meningkat dibandingkan Tahun

2012 yaitu menjadi sebesar 216.963 tondari 152.531 ton. Pada tahun 2013,

produksi jagung mengalami penurunan kecil dari tahun sebelumnya yaitu menjadi

sebesar 87.331 ton dari 95.981 ton pada tahun 2012.

Diantara dua belas kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Kecamatan

Sukamaju merupakan kecamatan penghasil padi sawah yang paling besar.

Produksi padi di kecamatan ini sebesar 42.489 ton atau sekitar 19,58 persen dari

total produksi padi sawah di Luwu Utara.

Luwu Utara sangat dikenal dengan produksi buah-buahannya, hal ini

terutama didukung oleh iklimnya yang sangat sesuai bagi pengembangan

komoditi tersebut. Pada tahun 2013, produksi durian mencapai 14.636 Ton,

rambutan 5.893 Ton, pisang 1.990 Ton, dan masih banyak lainnya.

5.3 Perkebunan

Tanaman perkebunan yang produksinya cukup besar yaitu kakao/coklat

dan kelapa sawit. Kedua jenis tanaman itu produksinya masing-masing 22.788 ton

dan 92.882 ton. Produksi kelapa sawit meningkat dari 84.670 ton pada Tahun

2012 menjadi 92.882 ton pada Tahun 2013. Untuk tanaman kakao, terjadi
penurunan dari 32.263 ton pada tahun 2012 menjadi 22.788 ton pada tahun 2013.

Penurunan luas tanam tidak selalu diikuti oleh penurunan jumlah produksi. Hal ini

disebabkan masih terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat produksi,

misalnya produktivitas dari lahan. Demikian juga halnya dengan peningkatan luas

tanam belum tentu diikuti oleh peningkatan produksi.

5.4 Peternakan

Jenis ternak yang besar populasinya adalah sapi potong 23.131 ekor, babi

28.745 ekor, dan kerbau 12.117 ekor. Populasi ayam kampung menurun

dibandingkan Tahun 2012, jumlahnya sekitar 655.221 ekor, menurun dari 705.694

pada tahun sebelumnya. Ayam pedaging dan itik mengalami peningkatan, dimana

masing masing berjumlah 393.000 ekor dan 81.604 ekor. Dari 314.350 dan 61.322

pada tahun sebelumnya.

5.5 Perikanan

Jumlah produksi perikanan pada Tahun 2013 adalah sebesar 8.195 ton

yang terdiri dari 8.012 ton produksi perikanan laut, 183 ton perikanan darat.

5.6 Kehutanan

Luwu Utara memiliki kawasan hutanyang cukup luas. Pada tahun 2013

tercatat luas hutan Kabupaten Luwu Utara adalah 488.550 Hektar. 69,9 persen

kawasan hutan Luwu Utara adalah hutan Lindung. Luas hutan di Kabupaten Luwu

Utara mengalami penurunan dari 534.950 hektar pada tahun 2011/2012 menjadi

488.550 hektar pada tahun 2012/2013.


B. Profil Dinas Pekerjaan Umum (Pu) Kabupaten Luwu Utara

1. Sejarah Keberadaan Dinas Pekerjaan Umum

Dinas Pekerjaan Umum merupakan bagian dari Pemerintahan Daerah

Kabupaten Luwu Utara dan merupakan unsur penunjang yang dipimpin oleh

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara

merupakan salah satu Perangkat Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi yang

sangat strategis dalam mendukung dan mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.

Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Luwu Utara di bentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 22 tahun 2001 yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan kewenangan Otomomi Daerah di Bidang Permukiman, Bidang

Pengairan dan Bidang Prasarana Wilayah, kemudian Tanggal 25 Mei 2004, dan

berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 2007, dibentuklah Dinas

Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara yang terdiri dari Bidang Bina Marga, Bidang

Cipta Karya, Bidang Pengairan, dan Bidan Kebersihan. Serta berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2004 dibentuklah Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan

Otonomi Daerah di Bidang Kebersihan, Bidang Pengairan, Bidang Bina Marga,

dan Bidang Cipta Karya.

Sebagai bagian yang integral dari pemerintahan Kabupaten Luwu Utara,

Dinas Pekerjaan Umum mendukung pencapaian Visi Kabupaten Luwu Utara

yaitu: ’’Kabupaten Luwu Utara yang religius, maju, sejahtera dan mandiri

berlandasan agribisnis dan ekonomi kerakyatan”.


Adapun landasan Normatif sebagai kerangka yuridis dalam penyusunan

Lakip adalah:

a. Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

b. Undang – undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

c. Inpres RI No. 9 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pendayagunaan Aparatur

Negara;

d. Inpres RI No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah;

e. Undang-undang No. 13 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu

Utara;

f. Peraturan Bupati Luwu Utara No. 38 Tahun 2008 Tentang Tugas Fungsi,

Rincian Tugas dan Tata Kerja Jabatan Struktural Pada Dinas Pekerjaan Umum

Kab. Luwu Utara;

g. Surat Bupati Luwu Utara, No.061/29/Ortala Tanggal 16 Januari 2012, Perihal

Penyampaian Lakip Tahun 2011 dan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2012;

h. Surat Bupati Luwu Utara, No.050/23/Listat-Bappeda 2012, Tanggal 26 Januari

2012, Perihal Penyampaian Lakip Tahun 2011.

2. Struktur Organisasi

Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara No.38 Tahun 2008 Tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah, dimana Dinas Pekerjaan

Umum merupakan satuan kerja perangkat daerah Kab. Luwu Utara yang
mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan sebagian urusan

pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan permukiman.

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagai

berikut:

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara, dibantu Oleh Jajaran

Struktural Sebagai Berikut:

1. Sekretariat terdiri atas:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian

b. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan

c. Subbagian Keuangan.

2. Bidang Bina Marga terdiri atas:

a. Seksi Perencanaan Teknik Jalan dan Jembatan

b. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan

c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

3. Bidang Cipta Karya terdiri atas:

a. Seksi Pengembangan dan Pengawasan;

b. Seksi Bangunan;

c. Seksi Sarana Perkotaan dan Pedesaan

4. Bidang Tata Ruang terdiri atas ;

a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian

b. Seksi Tata Kota

c. Seksi Penataan dan Tata Ruang

5. Bidang Pengairan terdiri atas:


a. Seksi Sarana dan Prasarana Pengairan

b. Seksi Operasi, Pemeliharaan dan Bina Manfaat

c. Seksi Pengelolaan Irigasi, Tambak, Rawa/Danau dan Waduk

6. Bidang Kebersihan terdiri atas:

a. Seksi Pengelolaan Persampahan dan Limbah Rumah Tangga

b. Seksi Kebersihan Jalan Saluran dan Pemukiman

c. Seksi Penataan TPS dan TPA

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas Pekerjaan Umum didukung oleh

Jumlah Pegawai sebanyak 105 Orang dan tenaga Honorer sebanyak 109 dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara
No Jabatan Banyaknya Pegawai
1 Jabatan Struktural 25 Orang
2 Staf 80 Orang
3 Honorer/Kontrak 109 Orang
- Penyapu Jalan 57 Orang
- Penjaga Bendungan/Pintu Air 57 Orang
Jumlah 214 Orang

Adapun keadaan pegawai Dinas Pekerjaan Umum menurut kepangkatan

sebagai berikut:

Tabel 4.2
Keadaan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara Menurut
Kepangkatan
No Pangkat Banyaknya Pegawai
1 Pembina/Golongan IV 6 Orang
2 Penata/Golongan III 51 Orang
3 Pengatur/Golongan II 46 Orang
4 Juru/Golongan I 2 Orang
Jumlah 105 Orang
Keadaan pegawai Dinas Pekerjaan Umum menurut Tingkat Pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Keadaan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara Menurut
Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Banyaknya Pegawai
1 Magister (S2) 2 Orang
2 Sarjana (S1) 49 Orang
3 Diploma III (D3) 3 Orang
4 SLTA dan Sederajat 48 Orang
5 SLTP dan Sederajat 3 Orang
Jumlah 105 Orang

Jumlah Pegawai di Dinas Pekerjaan Umum yang telah mengikuti diklat

kepemimpinan adalah 9 orang dan 1 Orang yang telah mengikuti ujian dinas

tingkat III.

Uraian Tugas dan Fungsi

1. Kepala dinas

Dinas Pekerjaan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang

mempunyai tugas untuk : merumuskan konsep sasaran, mengkoordinasikan,

menyelenggarakan, membina, mengarahkan, mengevaluasi serta melaporkan

hasil pelaksanaan tugas Dinas Pekerjaan Umum.

Dalam menyelenggarakan Tugas tersebut diatas Kepala Dinas mempunyai

fungsi:

a. Perumusan Kebijakan Dinas.

b. Penyusunan Rencana strategis dinas.

c. Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang Pekerjaan Umum.

d. Pembinaan, Pengkoordinasian, Pengendalian, Pengawasan Program dan

Kegiatan Dinas.
e. Penyelenggaraan Evaluasi program dan kegiatan Dinas.

Rincian Tugas yang dimaksud adalah:

1) Merumuskan rencana strategic dan program kerja dinas yang sesuai dengan

visi-misi daerah.

2) Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan program kerja dinas.

3) Menyelenggarakan rencana strategik dan program kerja dinas.

4) Menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pembangunan/pengelolaan,

pengawasan dan pengendalian sumber daya air.

5) Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air kabupaten.

6) Menyelenggarakan perizinan atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan

pengusahaan air tanah.

7) Menyelenggarakan pengaturan jalan kabupaten meliputi : Perumusan

kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten/desa dan jalan kota, penyusunan

pedoman operasional penyelenggaraan jalan, penetapan status jalan

kabupaten/desa dan jalan kota.

8) Menyelenggarakan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan

dan perdesaan jangka panjang menengah kabupaten dengan mengacu kepada

RPJP dan RPJPM nasional dan provinsi.

9) Menyelenggarakan pengelolaan p.eremajaan perbaikan permukiman kumuh

nelayan dengan rusunawa.

10) Menyelenggarakan pembangunan dan pengusahaan jalan kabupaten meliputi :

pembiayaan pembangunan jalan kabupaten/desa ddan jalan kota,

penganggaran pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan


kabupaten/desa dan jalan kota, pengoperasian dan pemeliharaan jalan

kabupaten/desa dan jalan kota.

11) Membina dan mengembangkan karir pegawai serta pelayanan kepada

masyarakat sesuai bidang tugasnya maupun dalam rangka kepentingan

pemerintah daerah.

12) Mengarahkan pelaksanaan program kerja dinas.

13) Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan karier.

14) Membina pelaksanaan program waskat dilingkungan dinas.

15) Memberi saran dan Pertimbangan Teknis kepada atasan.

16) Membina Pelaksanaan tugas-tugas unit pelaksana teknis dinas.

17) Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja dilingkungan dinas.

18) Melaporkan hasil pelaksanaan Tugas kepada Bupati.

19) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

2. Sekretariat

Sekretariat terdiri atas 3 (Tiga) sub-bagian:

a. Subbagian umum dan Kepegawaian.

b. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan.

c. Subbagian Keuangan.

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris, yang mempunyai tugas untuk

merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia,

mengatur, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kesekertariatan.


Dalam menyelenggarakan tugas-tugas tersebut diatas, Sekretaris

mempunyai fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis administrasi Kepegawain, administrasi keuangan

perencanaan pelaporan dan urusan rumah tangga.

b. Penyelenggaraan Kebijakan Administrasi Umum dan kepegawaian,

perencanaan dan pelaporan serta keuangan

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan subbagian

d. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan subbagian.

Tugas Pokok Sekretaris adalah sebagai berikut:

a) Merencanakan operasionalisasi pengelolaan administrasi umum dan

Kepegawaian, Perencanaan dan Pelaporan serta Keuangan.

b) Memberi tugas ke bawahan dalam pengelolaan urusan administrasi umum dan

Kepegawaian, Perencanaan dan Pelaporan serta Keuangan.

c) Mempelajari dan menelaah peraturan dan perundang-undangan dan naskah

dinas dibidang tugasnya.

d) Melaksanakan Koordinasi dengan Kepala Bidang dan Subbagian dalam

melaksanakan tugas.

e) Melaksanakan urusan umum, kepegawaian, surat menyurat, inventarisasi dan

perlengkapan perencanaan dan pelaporan serta rumah tangga dinas.

f) Melaksanakan urusan keuangan.

g) Menyelenggarakan urusan perawatan dan perlengkapan peralatan dinas.


h) Menerima naskah/surat-surat Dinas yang masuk, mencatat, mendistribusikan

ke bagian-bagian.

i) Menyimpan data/arsip naskah Dinas Keluar /Masuk.

j) Merencanakan, melayani dan memelihara kebutuhan peralatan/perlengkapan

subbagian.

k) Mengatur dan mengawasi pelaksanaan kerumah tanggaan subbagian.

l) Mempersiapkan bahan dan penyusunan laporan sesuai bidang tugas sebagai

bahan pimpinan.

m) Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan karier.

n) Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan.

o) Mengevaluasi Tugas yang diberikan kepada Subbagian.

p) Menyusun Laporan hasil Kegiatan.

q) Melaksanakan Tugas Lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

3. Bidang Bina Marga

Bidang Bina Marga terdiri atas:

a. Seksi Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan.

b. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan.

c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

i. Bidang Bina Marga dipimpin oleh kepala bidang mempunyai tugas

merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas

bidang bina marga.


ii. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepala bidang mempunyai fungsi:

a) Penyusunan kebijakan teknis bidang.

b) Penyelenggarakan program dan kegiatan bidang.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

iii. Rincian tugas dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a) Merencanakan Operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b) Menyelenggarakan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya..

c) Menyusun rencana pelaksanaan peningkatan prasarana jalan dan jembatan.

d) Melaksanakan survey, pengukuran, design dan penggambaran terhadap

peningkatan prasarana jalan dan jembatan.

e) Melaksanakan pengawasan dan penyusuna laporan penyajian data dan

informasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan

peningkatan prasarana Jalan dan Jembatan.

f) Melaksanakan pendataan terhadap program peningkatan prasarana jalan dan

jembatan, pengumpulan, pemutahiran serta penyimpanan data.

g) Melaksanakan konsultasi/koordinasi dengan unit kerja terkait.

h) Melaksanakan kegiatan administrasi umum perkantoran.

i) Membuat laporan pelaksanakan tugas kepada atasan.


j) Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahannya.

k) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

4. Bidang Cipta Karya

Bidang Cipta Karya terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan dan Pengawasan.

b. Seksi Bangunan.

c. Seksi Sarana Perkotaan dan Pedesaan

i. Bidang Cipta Karya dipimpin oleh kepala bidang mempunyai tugas

merencanakan operasionalisasi,memberi tugas, memberi petunjuk,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas

bidang Cipta Karya.

ii. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepala bidang mempunyai fungsi:

a) Penyusunan kebijakan teknis bidang.

b) Penyelenggarakan program dan kegiatan bidang.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

iii. Rincian tugas dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a) Merencanakan Operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b) Melaksanakan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.


c) Melaksanakan rencana Pengembangan dan Pengawasan.

d) Melaksanakan survey terhadap penataan bangunan dan lingkungan.

e) Melaksanakan pendataan dan pengumpulan data/informasi yang

berhubungan dengan bidang ke PU an dalam hal pengembangan dan

pengawasan, penataan bangunan dan lingkungan.

f) Melaksanakan pendataan terhadap program ketersediaan air bersih dan

melaksanakan konsultasi/koordinasi dengan unit kerja terkait.

g) Menyusun estimasi anggaran pemeliharaan rutin dan rencana tahunan.

h) Merumuskan bahan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP).

i) Melaksanakan kegiatan administrasi Umum perkantoran.

j) Membuat laporan Pelaksanaan tugas kepada atasan.

k) Mengecek pelaksanaan tugas bawahannya.

l) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasannya.

5. Bidang Tata Ruang

Bidang Tata Ruang terdiri atas:

a. Seksi Survey dan Pemetaan.

b. Seksi Perencanaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Tata Ruang.

c. Seksi Perizinan dan Pengawasan Bangunan.

1. Bidang Tata Ruang dipimpin oleh kepala bidang mempunyai tugas

merencanakan operasionalisasi,memberi tugas, memberi petunjuk,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas

bidang Tata Ruang.


2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepala bidang mempunyai fungsi:

a) Penyusunan kebijakan teknis bidang.

b) Penyelenggarakan program dan kegiatan bidang.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

3. Rincian tugas dimaksud pada ayat (1), sebagai berikut:

a. Merencanakan Operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b. Melaksanakan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.

c. Melaksanakan rencana Pengembangan dan Pengawasan.

d. Melaksanakan survey terhadap penataan bangunan dan lingkungan.

e. Melaksanakan pendataan dan pengumpulan data/informasi yang

berhubungan dengan bidang ke PU an dalam hal pengembangan dan

pengawasan, penataan bangunan dan lingkungan.

f. Melaksanakan pendataan terhadap program ketersediaan air bersih dan

melaksanakan konsultasi/koordinasi dengan unit kerja terkait.

g. Menyusun estimasi anggaran pemeliharaan rutin dan rencana tahunan.

h. Merumuskan bahan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP).

i. Melaksanakan kegiatan administrasi Umum perkantoran.

j. Membuat laporan Pelaksanaan tugas kepada atasan.


k. Mengecek pelaksanaan tugas bawahannya.

l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasannya.

6. Bidang Pengairan

Bidang Pengairan terdiri atas:

a. Seksi Sarana dan Prasarana Pengairan.

b. Seksi Operasi, Pemeliharaan dan Bina Manfaat.

c. Seksi Pengelolaan Irigasi, Tambak, Rawa/Danau dan Waduk

i. Bidang Pengairan dipimpin oleh kepala bidang mempunyai tugas

merencanakan operasionalisasi,memberi tugas, memberi petunjuk,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas

bidang Pengairan.

ii. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepala bidang mempunyai fungsi:

a) Penyusunan kebijakan teknis bidang.

b) Penyelenggarakan program dan kegiatan bidang.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

iii. Rincian tugas dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a) Merencanakan Operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b) Menyelenggarakan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.


c) Menganalisa dan menyajikan data kebutuhan jasa konstruksi.

d) Menyusun data penilaian Kinerja pegawai struktural Lingkup Bidang

Teknis dan Jasa Konstruksi.

e) Menyusun kebutuhan anggaran Bidang teknik dan jasa konstruksi.

f) Menyusun spesifikasi standar uji mutu dan prosedur sehubungan dengan

tugas Bidang Teknik dan jasa konstruksi.

g) Mengkoordinasikan Tugas dan Kegiatan.

h) Memantau dan mengendalikan kegiatan staf.

i) Melaksanakan kegiatan administrasi umum perkantoran.

j) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasannya.

k) Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahannya.

l) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

7. Bidang Kebersihan

Bidang Kebersihan terdiri atas:

a. Seksi Pengelolaan Persampahan dan Limbah Rumah Tangga.

b. Seksi Kebersihan Jalan, Saluran dan Permukiman.

c. Seksi Penataan TPS dan TPA.

i. Bidang Kebersihan dipimpin oleh kepala bidang mempunyai tugas

merencanakan operasionalisasi,memberi tugas, memberi petunjuk,

menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas

bidang Kebersihan.

ii. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepala bidang mempunyai fungsi;


a) Penyusunan kebijakan teknis bidang.

b) Penyelenggarakan program dan kegiatan bidang.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

iii. Rincian tugas yang dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a) Merencanakan Operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b) Menyelenggarakan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.

c) Menganalisa dan menyajikan data kebutuhan jasa kebersihan.

d) Menyusun data penilaian kinerja pegawai structural Lingkup Bidang

Kebersihan menyusun kebutuhan anggaran Bidang Kebersihan.

e) Menyusun spesifikasi standar uji mutu dan prosedur sehubungan dengan

tugas bidang Teknik dan jasa konstruksi.

f) Mengkoordinasikan tugas dan kegiatan.

g) Memantau dan mengendalikan kegiatan staf.

h) Melaksanakan kegiatan administrasi umum perkantoran.

i) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan.

j) Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahannya.

k) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasannya.


C. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam Pembangunan Jalan Di
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara
Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kinerja

pemeritah sangat penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan suatu

pemerintahan di era otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja

yang telah dicapainya. Pengelolaan anggaran berbasis kinerja ini memberikan

gambaran yang lebih khusus terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk

menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran pendapatan yang akan

berdampak pada kemampuan pembiayaan penyelenggaranan pemerintahan dan

kegiatan pembangunan daerah.

Anggaran berbasis kinerja sebagai sistem anggaran belanja yang berlaku

sekarang ini adalah suatu pola anggaran yang lebih menekankan pada hasil nyata

penggunaan suatu anggaran. Anggaran berbasis kinerja adalah proses penyusunan

APBD yang diberlakukan dengan harapan dapat mendorong proses tata kelola

pemerintahan yang lebih baik. Penerapannya diharapkan akan membuat proses

pembangunan menjadi lebih efisien dan partisipatif, karena lebih mengambil

kebijakan, pelaksanaan kegiatan bahkan dalam tahap tertentu juga melibatkan

warga masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan ini. Karena masyarakat

sebagai aspirasi dari pemerintah.

Aggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan

yang terdapat dalam anggaran tradisional. Melalui sistem penganggaran berbasis

kinerja ini, penetapan besarnya alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangan

nilai uang (value for money) dan nilai uang yang mengikuti fungsi (money follow

function) sesuai dengan kebutuhan nyata setiap unit kerja. Hal ini karena APBD
merupakan penjabaran kuantitatif dari program kebijakan serta usaha

pembangunan yang dituangkan dalam bentuk aktivitas yang dimiliki oleh unit

kerja terkecil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah dibebankan dalam

setiap tahun. Pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya dengan menggunakan

anggaran berbasis kinerja.

Setelah melakukan penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Luwu Utara, maka dapat dilihat bagaimana Dinas tersebut menerapkan anggaran

berbasis kinerja dalam pembangunan jalan dengan menggunakan indikator

sebagai berikut:

1. Masukan (Input)

Ahmad Yani (2002:26) sejalan dengan hal pelimpahan tugas dan

wewenang, maka penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan memerlukan

sumber-sumber keuangan. Penyerahan suatu urusan tentunya akan membawa

konsekuensi penyerahan sebagai sumber keuangannya. Hal ini dilakukan guna

menjamin kelancaran penyelenggaraan urusan tersebut sehingga akan terjadi suatu

keseimbangan antara urusan yang dibebankan serta sumber-sumber keuangan

untuk pembiayaannya. APBD merupakan wujud dari perimbangan keuangan

adalah alat acuan bagi pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan rutinnya

dalam rangka pelayanan publik secara prima. Sebagai sebuah media pengelolaan

keuangan daerah, APBD hendaknya menjadi suatu bentuk yang dapat

mmenginfestasikan atas apa yang dilakukan, apa yang ingin dicapai, dan yang

terpenting adalah mengapa itu dilakukan dan untuk siap hasilnya nanti.
Hasil wawancara dengan Informan selaku Kepala Dinas PU (M), pada

Jum’at 14 Agustus 2015 pukul 09:10 wita.

“...........sumber dana yang digunakan dalam setiap pembangunan


khususnya pembangunan jalan itu berasal dari APBD, dana DAK dan dana
DAU. Namun, semuanya itu di dasarkan pada kemampuan anggaran yang
dimiliki. Setiap anggaran yang digunakan itu sudah ditentukan berapa
jumlahnya. Dari anggaran tersebut dibuatlah perencanaan anggaran untuk
usulan pembangunan yang akan dilakukan. Anggaran itu ditentukan
berdasarkan aturan yang dibuat tiap tahunnya, sehingga anggaran setiap
tahunnya itu berbeda-beda.”

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sumber

dana/anggaran yang digunakan dalam pembangunan jalan yang dilakukan oleh

Dinas Pekerjaan Umum berasal dari APBD yang setiap tahunnya diberikan untuk

alokasi anggaran pembangunan yang nilainya mencapai milyaran rupiah.

Hasil wawancara dengan informan selaku Staf Bagian Keuangan (DS),

pada Kamis 06 Agustus 2015 pukul 10:04 wita.

“pembangunan jalan itu dibagi 2 yaitu pembangunan jalan tani dan


pembangunan jalan contohnya aspal. Pembangunan jalan tani itu
berdasarkan nilai jumlah kontraknya. Jadi kalau yang besar kontraknya itu
dilelang, tap jalan tani itu kemungkinan dipertunjukan. Pertunjukan itu
satu kali dan kalau sudah selesai pembayarannya langsung 100 %. Kalau
yang jalan aspal biasanya ada uang muka, termin pertama, termin kedua,
dan terakhir 100 %. Itupun dilihat dari dana DAK (Dana Alokasi Khusus)
dan Dana Pendamping (Dana Daerah). Alurnya, rekanan yang mengurus
semua berkas mulai dari kwitansi, permohonan pembayaran misalnya ada
yang 5 % dan ada yang 95 % jadi totalnya 100 %, permohonan berita acara
pembayarannya. Pemeriksaan yang dilihat dari hasil kerja yang sudah
selesai yang nantinya diperiksa oleh tim pemeriksa kegiatan pekerjaan
namanya PHO yang kemudian membuat hasil observasi lapangan. Setelah
tim ini selesa melakukan pemeriksaan dan hasilnya sudah selesai maka
rekanan sudah boleh melakukan proses pembayaran setelah lengkap semua
diurus jaminannya seperti jaminan pemeliharaan, jamsostek, dan surat
keterangan desa dimana tempat pekerjaan tersebut dilakukan.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa anggaran yang

digunakan dalam pembangunan jalan baik itu pembangunan jalan tani ataupun

pembangunan jalan seperti aspal berasal dari dana DAK dan dana Pendamping.

Anggaran merupakan suatu instrumen utama dalam melaksanakan

kebijakan yang telah ditetapkan. Selain anggaran, instrumen lain untuk

melaksanakan kebijakan antara lain sumber daya manusia dan lain-lain. Namun,

instrumen di luar anggaran tersebut akan dapat berjalan jikalau ada dukungan

anggaran.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Pembangunan Jalan dan

Jembatan (R), pada Selasa 28 Juli 2015 pukul 10:08 wita.

“anggaran direncanakan sesuai dengan jumlah yang akan digunakan.


Perencanaanya itu dianggarkan kemudian dibahas di DPRD dan
diimplementasikan ke pembangunan. Yang jelasnya tidak semua yang
diusulkan itu dapat direalisasikan karena tergantung kemampuan anggaran
daerah. Dan program tersebut dibuat di SKPD masing-masing kemudian
diasistensi oleh tim anggaran kemudian dibahas di DPRD dan disetujui
oleh tim anggaran. Setelah DPRD ketuk palu barulah pembangunan dapat
dilaksanakan.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui anggaran yang

direncanakan dibahas dan disetujui oleh DPRD dan diasitensi oleh tim anggaran

sebelum di implementasikan ke pembangunan.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Perencanaan Pembangunan

Jalan dan Jembatan (AK), pada Senin 03 Agustus 2015 pukul 10:26 wita.

“untuk pembangunan khususnya jalan dan jembatan sebenarnya banyak


pihak yang terlibat. Garis besarnya saja, pihak-pihak yang terlibat dalam
pembangunan jalan ialah bidang Bina Marga yang khusus menangani
tentang masalah jalan dan jembatan. Kemudian dibantu oleh kontraktor
sebagai pelaksana, konsultan perencana dan konsultan pengawas. Selain
itu, pihak lainnya itu pada DPRD sebagai penentu dari kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pihak yang menangani

pembangunan khusus jalan dan jembatan ialah bidang Bina Marga. Dalam proses

pembangunannya mulai dari perencanaan sampai dengan pembangunan

dibutuhkan pihak-pihak lain seperti kontraktor sebagai pelaksana, konsultan

perencana dan konsultan pengawas serta DPRD sebagai penentu dari kegiatan

yang akan dilaksanakan.

2. Keluaran (Output)

Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang

direncanan dan dikehendaki, setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan

kehendak masyarakat yang terwujud dan keputusan-keputusan yang diambil oleh

para pemimpinnya. Yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang

selanjutnya dilaksanakan.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Perencanaan Pembangunan

Jalan dan Jembatan (AK), pada Senin 03 Agustus 2015 pukul 10:26 wita.

“jika ada usulan-usulan dari usulan musrembang yang dilakukan oleh


kecamatan-kecamatan, antar kecamatan, usulan dari desa-desa. Usulan dari
musrembang itulah yang kami cek ini perlu tidak, apakah urgent tidak ini,
kira-kira rencana anggaran biayanya berapa itu yang kami lihat. Ada juga
usulan dari dewan, dari unsur bupati, eksekutif. Sebelum melakukan
pembangunan tersebut terlebih dahulu disurvei karena biasanya usulan
daru musrembang dari kecamatan bahwa pembangunan jalan 3 kilo
dengan hanya menembak-nembak saja, tidak diukur. Dan itulah kami
melakukan survei dan melihat dengan mengukur sendiri lebarnya berapa,
panjangnya berapa, kira-kira perlakuannya seperti apa misalnya dasarnya
agak labil perlakuannya seperti apa, tebal kerikilnya berapa. Itulah
rencana-rencana teknis yang kami lihat dari pembangunan jalan tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui pembangunan

jalan yang dilakukan merupakan usulan-usulan dari luar. Dengan melakukan

berbagai pertimbangan dan turun langsung ke daerah yang diusulkan untuk


dilakukannya pembangunan jalan bahwa usulan pembangunan tersebut betul atau

tidak sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pembangunan jalan tidak semata-mata

langsung dilaksanakan jika ada usulan-usulan pembanguna jalan yang masuk,

namun terlebih dahulu usulan-usulan yang masuk diseleksi atau dilihat dari segi

kepentingan masyarakat.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Pembangunan Jalan dan

Jembatan (R), pada Selasa 28 Juli 2015 pukul 10:08 wita.

“volumenya ditentukan setiap kilonya pada saat direncankan, misalnya


anggaran setiap kilonya berapa, tebal aspalnya berapa, tebal kerikilnya
berapa dan lain sebagainya. Anggarannya dihitung berdasarkan analisa.
Yang jelasnya, usulan-usulan pembangunan jalan yang masuk baik itu
pembangunan jalan baru ataupun perbaikan terlebih dahulu disurvei oleh
bagian perencanaan untuk diketahui lebih lanjut mengenai usulan-usulan
tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui perencanaan sangat penting

dilakukan sebelum melaksanakan pembangunan. Karena dalam perencanaan

semua hal yang dibutuhkan akan diketahui misalnya volume baik itu panjang atau

lebar jalan yang akan di bangun ditentukan pada saat perencanaan beserta dengan

anggarannya berapa setiap kilonya.

3. Hasil (Outcome)

Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

pemerintahan serta mendorong perkembangan ekonomi wilayah dan

menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat di suatu kawasan dan sekitarnya,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat kemajuan ekonomi,

memberikan akses bagi masyarakat untuk berusaha, menciptakan lapangan kerja,


memperlancar arus barang dan jasa, serta menjamin tersedianya bahan pangan dan

bahan pokok lainnya.

Pembangunan dilaksanakan untuk mempermudah hidup masyarakat

sehingga tidak cenderung bergantung pada satu aspek saja. Kegiatan

pembangunan pada hakikatnya mengadakan perubahan ekosistem dan lingkungan

hidup.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kepala Dinas PU (M), pada

Jum’at 14 Agustus 2015 pukul 09:10 wita.

“pembangunan jalan memudahkan akses masyarakat menuju ke satu desa


ke desa yang lain. Pembangunan jalan dilakukan di daerah yang sangat
sulit untuk dilalui sehingga dengan adanya pembangunan jalan tersebut
jalan yang dulunya sulit dilalui sekarang sudah dapat dilalui. Di Luwu
Utara terdapat beberapa daerah yang sulit dilalui dengan kendaraan baik
itu roda dua maupun roda empat. Tapi setelah dilakukan pembangunan
jalan di daerah tersebut sudah dapat dilalui oleh kendaraan. Dengan
pembangunan jalan tersebut kegiatan masyarakat meningkat dan
memberikan pengaruh pada kegiatan diberbagai bidang seperti ekonomi,
pertanian dan bidang-bidang lainnya. Dengan meningkatnya kegiatan
masyarakat diberbagai bidang akan memberi manfaat tersendiri bagi
pemerintahan di daerah.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pembangunan jalan

memberikan kemudahan kepada masyarakat. Dengan pembangunan tersebut

kegiatan masyarakat semakin meningkat dan memberikan pengaruh pada kegiatan

diberbagai bidang ekonomi, pertanian, dan lainnya.

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Pembangunan Jalan dan

Jembatan (R), pada Selasa 28 Juli 2015 pukul 10:08 wita.

“..............pertama meningkatnya akses transportasi masyarakat yang


menunjang kegiatan masyarakat seperti pada bidang pertanian. Arus
transportasi masyarakat menjadi semakin lancar, seperti jalan yang
dulunya tidak bisa dilalui sekarang sudah biasa dilalui, misalnya jalan ke
Rampi yang tidak bisa dilalui dengan kendaraan sekarang sudah bisa
dilalui dengan kendaraan. Meningkatnya akses transportasi masyarakat
menyebabkan kegiatan masyarakat seperti kegiatan perekonomian menjadi
meningkat pula”
Berdasarakan hasil wawancara diatas pembangunan jalan memberikan

hasil pada meningkatnya akses transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat.

Dengan dilakukannya pembangunan jalan maka jalan yang dulunya tidak bisa

dilalui kini sudah dapat dilalui.

4. Manfaat (Benefit)

Pembangunan jalan harus memberikan manfaat bagi berbagai kepentingan

sosio ekonomis masyarakat dilingkungannya. Wipper (1994) menyatakan ada dua

hal penting yang seharusnya menjadi orientasi pembangunan sarana ini. Kedua

hal itu adalah keselamatan dan kualitas kehidupan kerja. Artinya pembangunan

ini tidak hanya memberikan kemudahan dan perlindungan fisik, tetapi seharusnya

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Pembangunan Jalan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat

karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu

tujuan. Dengan adanya jalan , komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan

hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu.

Selain itu, jalan juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang

lintasannya.

Hasil wawancara dengan informan selaku masyarakat (A), pada Sabtu 15

Agustus 2015 pukul 09:48 wita.

“manfaat dari pembangunan jalan dalam hal perbaikan jalan adalah


mempercepat kita sampai ke tempat tujuan atau memperlancar perjalanan
dan mengurangi terjadinya kecelakaan karena jalanannya bagus dan tidak
berlubang. Jalan yang rusak bisa menjadi penyebab kecelakaan. Apabila
kita sedang dalam perjalanan dan ingin cepat sampai ketempat tujuan dan
tidak memperhatikan jalan yang berlubang tersebut bisa saja terjadi
kecelakaan. Perbaikan jalan sangat penting dilakukan apalagi pada jalanan
yang sering dilalui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan
mudah dan cepat dalam melakukan kegiatannya apalagi kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan perekonomian.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas bahwa

pembangunan jalan seperti perbaikan jalan sangat diperlukan karena selain

mempercepat sampai ke tempat tujuan dapat pula mengurangi tingkat kecelakaan

serta memperlancar arus perekonomian masyarakat.

Hasil wawancara dengan informan selaku masyarakat (N), pada Sabtu 15

Agustus 2015 pukul 10:05 wita.

“manfaat dari pembangunan jalan baik perbaikan jalan maupun pembuatan


jalan baru mempercepat sampai ketempat tujuan. pembangunan jalan dapat
mempermudah akses antara satu daerah ke daerah lain. kita bisa sampai
ketempat tujuan dengan cepat dimana jalan yang misalnya dulunya dilalui
sekitar 1 jam namun dengan adanya jalan baru yang dibuat pemerintah kita
bisa sampai dalaam waktu ½ jam. dengan kata lain, pembangunan jalan
dapat mengefesiensikan waktu. Selain itu, Dengan jalan baru tersebut kita
bisa menghindari jalanan yang tertib dengan aturan lalu lintas.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan diatas,

dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah

baik dalam perbaikan jalan atau pembuatan jalan baru memberikan masyarakat

manfaat untuk mengefesiensikan waktu mereka. Hal tersebut terlihat dari

wawancara diatas bahwa dengan adanya pembangunan jalan masyarakat bisa

cepat sampai ketempat tujuannya serta menghindari jalan yang taat akan peraturan

lalu lintas.

5. Dampak (Impact)

Pembangunan sarana ini harus berdampak pada naiknya aksesibilitas,

semakin berkurangnya kemacetan, peningkatan kualitas jalan raya dan


berkurangnya waktu perjalanan maupun berkurangannya polusi udara.

Pembangunan ini juga memberikan konsekuensi misalnya perununan kualitas

kesehatan (dikarenakan polusi tinggi), lapangan kerja yang lebih terbuka, semakin

sempitnya lahan dan sebagainya. Konsekuensi-konsekuensi yang muncul bisa jadi

kurang menguntungkan (misal penurunan kualitas kesehatan dan turunnya nilai-

nilai). Dampak maupun konsekuensi negatif yang muncul sebagai akibat

pembangunan jalan raya sedapat mungkin diantisipasi atau bila terlanjur terjadi,

informasi yang diterima diharapkan dapat memberikan umpan balik masukan

penting bagi pemerintah guna perbaikan sistem dan mutu layanan dimasa

mendatang.

Poister dan Harris (2000) menyatakan bahwa membangun sistem jalan

raya harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas layanan, efektifitas

dalam segala hal dan penghematan. Untuk itu, proses yang terjadi dalam sistem

ditujukan untuk mengelola organisasi, mendapatkan informasi, mengembangkan

alternatif, mengevaluasi program-program, mengalokasi berbagai sumber dsaya

untuk menghasilkan produk dan jasa, serta output untuk para pengguna jalan

(road users).

Hasil wawancara dengan informan selaku Kasi Perencanaan Pembangunan

Jalan dan Jembatan (AK), pada Senin 03 Agustus 2015 pukul 10:26 wita.

“tujuan pemerintah untuk menghubungkan sektor industri, sektor


pertanian. Dampaknya dengan terbukanya sektor industri dan pertanian
jelas gairah perekonomian di desa itu jelas meningkat. Jika desa meningkat
dampaknya kekecamatan kemudian ke daerah. Kita lihatkan lalu lintas
semakin padat, orang yang dulunya bersepeda sekarang bermotor dan saat
ini sudah banyak masyarakat yang bermobil. Itulah dampak positifnya.
Dampak negatifnya sebenarnya juga ada. Seperti yang dirintis ke seko ke
rampi jelas jika masuk ke suatu wilayah yang mungkin kemarin hutan
akan terkikis akan ada penebangan, polusi udara pun meningkat. Hanya
saja bagaiaman kita bisa menjaga agar kondisi tersebut dapat
dikendalikan.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembangunan jalan yang dilakukan akan berdampak pada terbukanya sektor

industri dan pertanian yang nantinya akan meningkatkan perekonomian di desa

yang nantinya juga akan berdampak kepada kecamatan dan akhirnya ke daerah.

Selain itu, dmpak dari pembangunan jaln itu ialah terkikisnya hutan, penebangan

pohon dan polusi udara di daerah itu meningkat.

Hasil wawancara dengan informan selaku masyarakat (R), pada Rabu 19

Agustus 2015 pukul 09:30 wita

“setiap pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah Luwu Utara


memberikan dampak kepada masyarakatnya. Meskipun dampak itu tidak
semuanya baik. Jalanan yang dibangun pada awalnya digunakan para
remaja untuk hal-hal yang tidak baik, seperti yang terlihat sebelumnya
jalanan tersebut digunakan remaja untuk balapan. Namun, saat ini di
daerah itu sudah berdiri kampus kesehatan dan mulai banyak bangunan
rumah. Meskipun pembangunan jalan yang dilakukan dengan banyaknya
pohon yang ditebang dan penimbunan sawah. Tapi, sebelum pemerintah
melakukan pembangunan, pasti mereka telah mempertimbangkan segala
sesuatunya ke depan, akan seperti apa ke depannya nanti”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa

pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah Luwu Utara memberikan

dampak pada bidang pendidikan dengan berdirinya kampus kesehatan serta

memberikan dampak pada masyarakat dengan tersedianya lahan untuk

membangun tempat tinggal mereka. Selain itu, pembangunan jalan tersebut

menyebabkan terjadinya penebangan pohon disekitar area tempat jalan tersebut

akan dibuat.
Hasil wawancara dengan informan selaku masyarakat (AN), pada Rabu 19

Agustus 2015 pukul 13:20 wita.

“dampak dari pembangunan jalan mempercepat waktu perjalanan. Daerah


yang jauh bisa cepat dilalui dengan adanya jalan baru yang dibuat yang
lebih dekat ke tempat tujuan. Tapi dari jalan yang baru dibuat itu terjadi
seperti penimbunan lahan atau sawah-sawah yang menjadi tempat
pembangunan jalan. Banyak lahan atau sawah yang di timbun dan
dijadikan sebagai tempat pembangunan jalan yang baru seperti yang tejadi
saat ini. Dengan dilakukannya penimbuhan lahan berarti ketersediaan
lahan pun semakin sedikit akibat adanya pembangunan jalan baru yang
dilakukan oleh pemerintah.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas, dapat diketahui

bahwa pembangunan jalan tersebut mempercepat masyarakat sampai ke tempat

tujuannya. Tetapi, dengan pembangunan jalan tersebut terjadi penimbunan lahan

atau sawah-sawah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pembangunan

jalan yang baru. Dengan demikian ketersediaan lahan pun menjadi sempit.

Dunn (2000:441) menyatakan bahwa jalan raya merupakan barang publik

yang bersifat kolektif (dapat dikonsumsi semua orang). Hal ini memberikan

konsekuensi bahwa kinerja pembangunan ini dapat dinilai dari perspektif yang

berbeda. Untuk itu sangatlah penting sebelum kebijakan ini diputuskan,

diperlukan pertimbangan/kajian secara multi dimensi dengan melibatkan berbagai

stakeholder terkait. Adanya berbagai keterbatasan, khususnya dalam anggaran dan

waktu memberikan implikasi tidak semua usulan pengembangan akan diterima.

Diperlukan skala prioritas untuk menentukan usulan mana yang paling

memungkinkan dan tentunya memberikan kemanfaatan optimal. Persoalan

menjadi semakin kompleks bila pembangunan sarana ini dilakukan didaerah

perkotaan. Kota dianggap sebagai pusat strategis untuk melakukan berbagai


macam aktivitas, baik aktivitas ekonomi, pendidikan, politik, maupun berbagai

aktivitas sosial lain.

Pelaksanaan program pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pekerjaan Umum kabupaten Luwu Utara pada tahun anggaran 2014 dan tahun

anggaran 2015 dapat dilihat padai lampiran. Pembangunan jalan dilakukan setiap

tahunnya sesuai dengan jumlah anggaran yang ditentukan oleh pemerintah daerah

Luwu Utara. Seperti yang dikemukakan oleh informan selaku Kasi Pembangunan

Jalan dan Jembatan (R) dalam wawancara yang dilakukan pada Selasa 28 Juli

2015 pukul 10:08 wita.

“setiap tahunnya dilakukan pembangunan dan disetiap kecamatan.


Pembangunan jalan itu tidak semata-mata langsung dilakukannya. Tapi,
prosesnya ada yang melalui musrembang tingkat desa sampai kabupaten,
hasil reses DPRD, dan pertimbangan teknis”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa

pembangunan jalan di lakukan setiap tahunnya dan dilakukan disetiap kecamatan

yang ada di Luwu Utara. Pembangunannya itu dilakukan berdasarkan usulan-

usulan yang masuk baik itu melalui musrembang tingkat desa sampai kabupaten,

hasil reses DPRD dan pertimbangan teknis.

Pembangunan jalan dilakukan dengan melihat kemampuan anggaran yang

dimiliki. Anggaran pembangunan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan

PERDA No. 9 Tahun 2014 tentang APBD Kab. Luwu Utara TA. 2015 (LD. No. 9

Tahun 2014). Seperti yang dikemukan oleh informan selaku Staf Bagian

Keuangan (DS), pada Kamis 06 Agustus 2015 pukul 10:05 wita.

“tiap tahunnya berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan yang ada


dimasyarakat. Yang jelasnya jumlah anggaran yang digunakan khususnya
dalam pembangunan jalan tidak pernah kurang dari 10 milyar karena jalan
merupakan akses utama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bahkan untuk
tahun ini anggaran yang digunakan itu diatas 10 miliyar”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa

anggaran yang digunakan dalam pembangunan jalan setiap tahunnya berbeda-

beda. Khususnya untuk pembangunan jalan anggaran yang digunakan tidak

pernah kurang dari 10 miliyar.

Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting karena tanpa

adanya jalan kegiatan perekonomian masyarakat akan terganggu. Salah satu

tujuan dari pembangunan jalan adalah untuk memperlancar arus lalu lintas sebagai

pendukung pertumbuhan dan pergerakan kegiatan ekonomi masyarakat agar

berjalan secara efesien.

Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 undang-undang No. 14 tahun

1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, tujuan diselenggarakannya

transportasi jalan adalah untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan

selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan efesien untuk

menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong dan

penggerak serta penunjang pembangunan nasional (Suparmoko, 2012:143).

Sama halnya yang ada pada suatu instansi, di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Luwu Utara dalam menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja

senantiasa mengacu pada beberapa peraturan seperti yang dapat dilihat di atas.

Arah kebijakan yang terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Luwu Utara tidak terlepas dari kebijakan Nasional dan

Regional di tingkat Propinsi Sulawesi Selatan. Sejumlah kebijakan pusat yang

dituangkan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan


Daerah dan Keputusan Menteri terkait sangat menentukan arah kebijakan Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Utara.

Di Bidang Bina Marga pemerintah telah menentukan arah kebijakan

nasional melalui UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan yang telah ditindaklanjuti

oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dengan mengesahkan Ruas Jalan

Kabupaten Kota melalui Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No 963/XII/2004

Tentang Penetapan Status Ruas Jalan sebagai Jalan Kabupaten Kota se Sulawesi

Selatan yang menjadi dasar penanganan jalan dalam Kabupaten Luwu Utara.

Selain itu, Bidang Bina Marga dalam melaksankan pembangunan jalan dan

jembatan berpedoman pada Perpres Nomor 70/2012, perubahan ke dua Perpres

Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor

penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah, disamping faktor kualitas lingkungan

hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur

merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja

ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan daya saing usaha. Dengan demikian

tantangan pembangunan infrastruktur kedepan adalah bagaimana untuk terus

meningkatkan ketersedian infrastruktur yang berkualitas dan kinerja yang semakin

dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Luwu Utara dalam konteks

nasional dapat membaik.

Dengan demikian tantangan pembangunan infrastruktur kedepan adalah

bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas

dengan kinerja yang semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing
Luwu Utara dalam konteks lokal, maupun nasional dapat terus meningkat,

demikian pula infrastruktur yang berperan dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi dan pengembangan wilayah diharapkan akan dapat terus mendorong

percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, sekaligus

mewujutkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari ke lima indikator tersebut, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pengelolaan anggaran berbasis kinerja dapat dilihat bahwa adanya

inisitif untuk mendorong kearah pemerintahan yang lebih baik. Penerapan yang

diharapkan akan membuat proses pembangunan menjasi lebih efesien dan

partisipatif karena lebih mengambil kebijakan, pelaksanaan kegitan bahkan

dalam tahapan tertentu juga dapat melibatkan warga masyarakat sebagai

penerima manfaat dari kegiatan ini. Dalam penerapan anggaran berbasis

kinerja, ada beberapa indikator yang perlu diterapkan yaitu input ialah sumber

daya baik dana ataupun sumber daya manusia yang digunakan yang digunakan

dalam suatu proses untuk menghasilkan keluaran; output ialah sesuatu yang

terjadi akibat proses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah

ditetapkan; outcome ialah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau

hasil nyata dari suatu keluaran; benefit ialah nilai tambah dari suatu hasil yang

manfaatnya akan nampak setelah beberapa waktu kemudian; dan impact ialah

pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu kegiatan.

2. Pembangunan jalan yang didasarkan pada penerapan anggaran berbasisi kinerja

yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum telah dilaksanakan dengan baik.

Pembangunan jalan yang dilakukan memberikan manfaat baik itu kepada

masyarakat maupun kepada pemerintah sendiri. Meskipun pembangunan jalan


yang dilakukan tidak semuanya memberikan dampak yang baik bagi

masyarakat namun pemerintah telah merencanakan bagaimana kedepannya

nanti.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut ini beberapa saran/rekomendasi

yang dapat diberikan penulis mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja

dalam pembangunan jalan di Dinas Pekerjaan Umum:

1. Karena anggaran pembangunan yang diberikan merupakan anggaran yang

sudah ditentukan seharusnya pembangunan jaln dilakukan di daerah yang

memang sangat membutuhkan pembangunan jalan tersebut, baik itu berupa

perbaikan jalan ataupun pengaspalan dan lainnya. Pembangunan jalan tersebut

seharusnya lebih memperhatikan kepentingan seluruh masyarakat, bukan hanya

sebagian masyarakat saja. Tidak semua jalan yang dibangun tersebut dapat

dinikmati semua masyarakat hanya sebagian saja.

2. Usulan-usulan pembangunan khususnya jalan, hendaknya segera dilaksankan

apabila telah mendapat persetujuan DPRD. Karena jalan sangat berperan

penting dalam mununjang segala aspek kegiatan masyarakat.

3. Dalam rangka pengelolaan anggaran berbasis kinerja di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Luwu Utara agar pemerintah dapat memahami tugas

masing-masing yang telah menjadi kewenangan sehingga satu sama lain dapat

bekerja sama dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Sadar Sukma, 2006. Anggaran Berbasis Kinerja Program


Pembekalan Anggota DPRD, Penyelenggara STIE Manajemen
Industri dan Jasa Indonesia, Jakarta.
Anggarini, yunita dan B. Hendra Puranto, 2010. Anggaran Berbasis
Kinerja (Penyusunan APBD Secara Komprehensif). Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2005. Pedoman
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (Revisi), Jakarta.
Bastian, Indra, 2009. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Daerah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Direktorat Jenderal Anggaran, Kementrian Keuangan Republik Indonesia,
(Online)http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content
list.asp?ContentId=628. Di akses Selasa 26 mei 2015.
Direktorat Transformasi Perbendaharaan, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Departemen Keuangan Republik Indonesia,
Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik
tentang Penerapan dan Imlementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
(Online)http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/PDF
%20JIPAK/JIPAK%20Vol%205%20Jan%202010/10%20Artikel
%20Isti'anah.pdf. Diakses Januari 2010.
Halim, Abdul dkk, 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta:
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Maleong, Lexi J., 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mariana (2005), tentang Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja, (Online)
http://belajarpsikologi.com/pengertiananggaran berbasis-
kinerja.Menurut para ahli. Diakses juli 2013
Memesah, D.J., Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama.
Muara Harus, SMAN1. 2011, Prosedur Pengabsahan Data
Kualitatif,(Online)http://sman1muaraharus.blogspot.com/2011/03
/c-prosedur-pengabsahan-data-kualitatif.html. Diakses 12 Maret
2011
Pipit, 2011, pembangunan Jalan Raya (Online),
http://pipiit.blogspot.com/2011/04/pembangunan-jalan-raya-
i.html. Di akses 07 April 2011 pukul 18.45.
Perundang-undangan
Inpres RI No. 9 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pendayagunaan
Aparatur Negara.
Inpres RI No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Intansi
Pemerintah.
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No 963/XII/2004 Tentang
Penetapan Status Ruas Jalan
Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Pasal 8, PPNomor 105 Tahun 2000.
Pasal 1 angka 4 UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Peraturan Bupati Luwu Utara No. 38 Tahun 2008 Tentang Tugas Fungsi,
Rincian Tugas dan Tata Kerja Jabatan Struktural Pada Dinas
Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara.
Perda No. 9 tahun 2014 tentang APBD Kab. Luwu Utara TA. 2015 (LD.
No. 9 tahun 2014).
Perpres Nomor 70/2012, perubahan ke dua Perpres Nomor 54/2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Surat Bupati Luwu Utara, No.061/29/Ortala Tanggal 16 Januari 2012,
Perihal Penyampaian Lakip Tahun 2011 dan Dokumen Penetapan
Kinerja Tahun 2012.
Surat Bupati Luwu Utara, No.050/23/Listat-Bappeda 2012, Tanggal 26
Januari 2012, Perihal Penyampaian Lakip Tahun 2011.
Undang-undang No. 13 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Luwu Utara.
Undang–undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Pasolong, Harbani, 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik,
Bandung: Alfabeta
Republik Indonesia, 2000, Perundang-undangan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2000 tentang Anggaran Berbasis Kinerja, Jakarta.
Republik Indonesia, 2003, Perundang-undangan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara, Jakarta.
Republik Indonesia, 2004, Perundang-undangan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Jakarta.
Republik Indonesia, 2004, Perundang-undangan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatar Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, Jakarta.
Soetriono dan Rita Hanafi, 2007. Filsafat Imlu dan Metodologi Penelitian,
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D,
Bandung: Alfabeta.
Sugiyona, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Syamsi, 1994:90. (Online),
http://resisdisertaiisi.blogspot.com/2010/10/anggaran.kinerja.html
. Diakses Oktober 2010.
, 2012, Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja, (Online)
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-anggaran-
berbasis-kinerja.html. Diakses Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai