Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alfian Setyo R

Kelas : A3.6
NPM : 1974201121
MAta Kuliah : Etika Profesi Hukum

1. Akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf, ilmu akhlak dapat membantu seseorang untuk
membersihkan diri dari kotoran hati, menyucikan diri dari perkara dunia, serta mengabdikan diri
untuk beribadah kepada Allah sebagai bekal akhirat. Memiliki jiwa dan hati yang suci tentu erat
hubungannya dengan akhlak yang mulia.
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemaknaannya.
Sebagaimana diterangkan dalam buku “Akhlak Tasawuf” yang disusun oleh Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M. Ag. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi positif yang dimiliki
oleh setiap orang.
Sementara perbedaan diantara ketiga istilah tersebut ialah; akhlak tolok ukurnya adalah Al- Qur’an
dan As- Sunnah, etika tolok ukurnya adalah pikiran atau akal, sedangkan moral tolok ukurnya
adalah norma yang hidup dalam masyarakat.
Nabi Muhammad SAW sebagai khatimunnabi diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Akhlak.
Betapa pentingnya pembelajaran, penerapan, dan pembiasaan akhlak sejak dini yang akan
mempengaruhi karakter pada diri seseorang, yang mana sesuai dengan etika dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Pembentukan karakter tersebut erat kaitannya dengan psikologi.
Psikologi membicarakan tentang perasaan, sifat, kehendak, pemahaman, khayal, kemerdekaan,
yang keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.

1. Contoh Etika Bergaul dengan orang lain

Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat. Jaga dan
perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-
masing menurut apa yang sepantasnya. Contoh Etika Bergaul dengan orang lain Mendudukkan
orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai.
Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka.

Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai
dengan kemampuan akal mereka. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai
mereka. Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya dan
tahanlah rasa benci terhadap mereka. Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan
dan bantah membantah dengan mereka.

2. Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat Earl Warren (1953-1969) pernah mengatakan, "In civilized
life, law floats in a sea of ethics" (Dalam kehidupan yang beradab, hukum mengapung di atas samudra
etika).[14] Earl Warren menyebut hukum itu sebagai sesuatu yang hanya dapat tegak, berlayar, bergerak
di atas etika. Etika adalah landasan bagi hukum mengapung di atas samuderanya. Lebih lanjut beliau
menyatakan hukum itu tak mungkin tegak dengan cara yang adil jika air samudera etika tidak mengalir
atau tidak berfungsi baik.

Oleh sebab itu, agar hukum dapat tegak dan terjaga dengan baik, maka pembangunan kesadaran etika
masyarakat sangatlah urgen. Etika, pada dasarnya lebih luas daripada hukum. Setiap pelanggaran
terhadap hukum, kebanyakan adalah pelanggaran juga terhadap etika. Akan tetapi sesuatu yang
melanggar etika belum tentu melanggar hukum. Etika lebih luas, bahkan dapat dipahami sebagai basis
sosial bagi bekerjanya sistem hukum. Jika etika diumpamakan sebagai samudera, maka hukum
merupakan kapalnya.

Sebagai pedoman dalam bertindak dan berperilaku, etika dirumuskan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat
dibutuhkan akan  dapat  difungsikan  sebagai  alat  untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari Kode Etik.

Menurut jimly ashidiqqie

Prof. Jimly Asshiddiqie juga mengutip kalimat Warren ketika membahas hubungan antara hukum, etika,
dan agama. Hubungannya dapat berupa ‘luar-dalam’ atau ‘luas-sempit’. Dalam relasi pertama,
hubungan hukum, etika dan agama laksana nasi bungkus. Hukum itu adalah bungkusnya, sedangkan nasi
beserta lauk pauknya adalah etika; dan segala zat protein, vitamin yang terkandung di dalamnya adalah
agama. Dalam hubungan kedua, etika lebih luas dari hukum yang lebih sempit. Karena itu setiap
pelanggaran hukum dapat dikatakan  juga merupakan pelanggaran etika, tetapi sesuatu yang melanggar
etika belum tentu melanggar hukum. Etika itu lebih luas, bahkan dapat dipahami sebagai basis sosial
untuk bekerjanya sistem hukum. Jika etika diibaratkan sebagai samudera, maka kapalnya adalah hukum.
“Law floats in a sea of ethics”, kata Warren. (Jimly Asshiddiqie, Peradilan Etik dan
Etika Konstitusi, 2014).
3. Integritas adalah Kunci Utama Kepemimpinan Integritas itu berasal dari bahasa Latin yaitu integer;
incorruptibility, firm adherence to a code of especially moral a acristic values, yaitu sikap yang teguh
dalam mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan hal itu menjadi dasar yang melekat pada dirinya
sebagai nilai-nilai moral. Andreas Harefa dalam bukunya Manusia Pembelajar menjelaskan bahwa
integritas itu dapat diartikan menjadi tiga tindakan kunci (key action) yang dapat diamati (observable)
yaitu:

Pertama, menunjukkan kejujuran (demonstrate honesty), yaitu bekerja dengan orang lain secara jujur
dan benar, menyajikan informasi secara lengkap dan akurat.
Kedua, memenuhi komitmen (keeping commitment), yaitu melakukan apa yang telah dijanjikan, tidak
membocorkan rahasia.

4. Fungsi Etika Profesi

Dibawah ini merupakan fungsi etika profesi diantaranya sebagai berikut :


Sebagai pedoman bagi seluruh anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang ditetapkan.

Sebagai sebuah alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap profesi tertentu.

Sebagai sarana untuk dapat mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi, terkait
hubungan etika didalam keanggotaan suatu profesi

Beberapa contoh etika profesi dalam dunia kerja tersebut antara lain adalah sebagai
berikut,
1. Transparansi

Etika profesi dalam dunia kerja umum bisa dicontohkan lewat transparansi. Etika ini menuntut
pelibatan representasi fakta secara akurat. Transparansi mengharuskan seorang pegawai untuk
mengatakan kebenaran secara keseluruhan dan mengomunikasikan dengan jelas dan terbuka
tentang yang dilakukannya sebagai pegawai perusahaan. Hal ini dapat dicontohkan misalnya
seorang pegawai mendapat perusahaan konsultan pajak mendapat klien dari atasan
mengerjakan catatan pajak dari klien tersebut. Di tengah proses konsultasi, klien ini
menawarkan sejumlah uang kepada pegawai dengan harapan agar pegawai mau melakukan
beberapa penyelewengan dari pelaporan pajak si klien.

Jika seorang pegawai tersebut taat pada etika transparansi, maka ia harus membicarakan hal
tersebut pada atasannya dan meminta kebijakan perusahaan. Namun, jika ia tidak patuh pada
etika transparansi maka ia akan melakukan kesepakatan dengan klien tanpa sepengetahuan
perusahaan.

2. Integritas

Etika profesi yang satu ini mungkin paling akrab bagi masyarakat awam karena dapat
ditemukan di hampir semua kantor atau lembaga pemerintahan. Etika ini menuntut seorang
pegawai untuk berpegang teguh pada keputusan, terutama ketika ditekan untuk melakukan
sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kehormatan dan keberanian bagi seorang
pegawai dalam menghadapi tekanan atau kehendak negatif.

Contoh dari etika ini dapat dilihat dari seorang pegawai pemerintahan di dinas tertentu,
misalnya datang seseorang dari perusahaan tambang yang hendak mengajukan penerbitan
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Karena prosesnya rumit dan sulit dipenuhi,
maka seseorang ini hendak memberikan gratifikasi pada pegawai dinas terkait untuk
memuluskan rencananya.

Jika pegawai tersebut berintegritas maka ia akan tetap memberi arahan pada seseorang tadi
untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam penerbitan AMDAL. Namun, jika pegawai tersebut
tidak berintegritas, maka ia akan menerima gratifikasi itu dan membuat penerbitan AMDAL
menjadi mudah dengan segala cara.

3. Loyalitas

Etika profesi yang satu ini secara umum berhubungan dengan relasi pegawai dan perusahaan
tempatnya bekerja. Secara profesional, pegawai dituntut memiliki loyalitas kepada tempatnya
bernaung. Loyalitas memungkinkan bisnis untuk membuat keputusan menguntungkan dari
hubungan baik antar pegawai dan dapat mengatasi pengaruh dan kepentingan dari luar.

Hal ini dapat dicontohkan dengan seorang pegawai memiliki koneksi dengan perusahaan lain
dengan sektor bisnis yang sama dengan tempatnya bekerja. Ia mendengar bahwa perusahaan
tempatnya bekerja kesulitan mengeksekusi suatu proyek di daerah tertentu. Sedangkan,
perusahaan lain yang ia ketahui juga sedang mengerjakan proyek serupa di daerah lain dan juga
sama-sama mengajukan tender untuk proyek di daerah yang sama

5. Secara ideal, Islam sangat mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme, baik dalam kerja untuk


orientasi duniawi maupun ukhrawi. ... Maka profesionalisme Profesi tumbuh dan berkembang akibat
dari perkembangan spesifikasi spesifikasi disiplin ilmu pengetahuan yang ada hingga saat ini. Dengan
adanya perkembangan yang terns menerus dari hasil pemikiran manusia ini dan didorong oleh tuntutan
kehidupan yang semakin khusus, maka profesi sebagai sebuah pekerjaan menjadi kenyataan yang sulit
dihindari. Akibat lebih jauh yakni timbulnya jenis-jenis profesi yang ada dalam masyarakat dan
hubungan saling ketergantungan tiap individu pada pelayanan profesional. Keberadaan profesi
merupakan akibat dari kebutuhan masyarakat terhadap aspek-aspek kehidupan yang semakin komplek.
Pengertian profesi sering disamakan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang, karena baik
pekerja biasa maupun seorang profesional sama-sama menggantungkan kebutuhan hidupnya dari
kegiatan yang dilakukan. Karakteristik khusus yang membedakan profesi dengan pekerjaan lainnya
adalah bahwa, kegiatan-kegiatan yang dilakukan seorang profesional harus dilandasi keahlian dan
ketrampilan tertentu dan bersifat tetap. Sementara pekerjaan biasa lebih didorong oleh pemenuhan
kebutuhan hidup belaka tanpa dilandasi keahlian yang memadai sebagaimana yang dimiliki para
profesional.

adalah pelaksanaan suatu amal atau pekerjaan dengan kualitas kerja yang tinggi dengan mutu
produktivitas yang tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai