LESI ENDO-PERIO
Pembimbing:
drg. Valeo Adika Laksana, Sp. Perio
Penguji:
Drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp. Perio, Sert.KGI, FISID
Pembimbing,
2.1 Etiologi
Faktor utama lesi endo-perio adalah bakteri, jamur, virus dan patogen serta
faktor resiko seperti trauma. Selain itu, banyak faktor yang berkontribusi seperti
trauma, resorpsi akar, perforasi, dan anomali gigi berperan penting dalam inisiasi dan
perkembangan lesi. Kobayashi et al., (1990) melaporkan bahwa bakteri anaerob
obligat utama yang umum ditemukan pada lesi endoperio adalah: Streptococcus,
Peptostreptococcus, Eubacterium, Bacteroides dan Fusobacterium. Selain temuan
mikroba, kesamaan dalam komposisi infiltrat seluler juga menunjukkan adanya
komunikasi antara pulpa dan jaringan periodontal (Bergenholtz, 1978). Temuan ini
menyimpulkan bahwa kontaminasi silang antara pulpa dan jaringan periodontal
adalah mungkin. Meskipun penularan penyakit dari pulpa ke jaringan periodontal
dimungkinkan, pengaruh penyakit periodontal pada status pulpa tetap ada
kontroversial (Bergenholtz & Lindhe, 1978). Respon jaringan pulpa terhadap
penyakit periodontal yang sudah berlangsung lama meliputi :
- Deposisi dentin sekunder reparatif dalam jumlah besar di sepanjang dinding
pulpa
- Induksi fibrosis pulpa
- Kalsifikasi distrofik
- Berkurangnya vaskularisasi dan lebih sedikit serabut saraf
- Pulpitis irreversibel yang tidak ditangani dapat menyebabkan nekrosis pulpa,
yang sering disertai dengan resorpsi tulang inflamasi pada apeks akar. (Bender
& Seltzer 1972).
Gambar 1. Karies Pada Mahkota Gigi 36 Sampai Radiolusensi Area Furkasi dan Apikal Dan Post
Perawatan Endodontik Pada Gigi 3
Gambar 3.a. Kunjungan pertama adanya lesi endo primer dengan keterlibatan furkasi (jar.Periodontal)
pada pemeriksaan radiograf. b-c. Kontrol 3 bulan perawatan endo dengan lesi furkasi dari
pemeriksaan radiograf dan klinis. d. Perawatan periodontal menggunakan aplikasi bone graft. e.
kontrol 2 tahun post perawatan periodontal terjadi penyembuhan
5. Lesi Kombinasi
Lesi terbentuk ketika pulpa dan periodontitis bergabung atau bebas. Lesi ini
biasanya dari periodontal, gigi dengan fraktur akar vertikal juga termasuk dalam
katagori lesi ini. Lesi ini dapat terjadi ketika lesi endodontik meluas dari arah
korona bergabung dengan lesi periodontal yang sudah ada berkembang di area
apikal (Bhat D,2020).
2.3 Penatalaksanaan
2.3.1 Lesi Endodontik Primer dengan Keterlibatan Periodontal Sekunder
Jika lesi endodontik primer tetap tidak dirawat, lesi tersebut dapat menjadi
penyebab sekunder dari kerusakan periodontal. Lesi periapikal yang lama dibiarkan
hingga mencapai ligamen periodontal dapat menjadi komplikasi sekunder yang
menyebabkan periodontitis retrograde (Ahmed HMA, 2016). Akumulasi plak pada
margin gingiva dari saluran sinus menyebabkan periodontitis yang diinduksi plak
di daerah ini. Ketika plak dan kalkulus terdeteksi, perawatan dan prognosis gigi
akan berbeda dengan gigi yang hanya terkena penyakit endodontik yang
menyebabkan gigi tersebut membutuhkan perawatan endodontik dan periodontal.
Lesi endodontik primer dengan keterlibatan periodontal sekunder juga dapat terjadi
sebagai akibat dari perforasi akar selama perawatan saluran akar, atau di mana pin
dan pasak mungkin salah tempat selama restorasi mahkota. Gejala yang terjadi bisa
saja gejala yang akut, dengan pembentukan abses periodontal yang berhubungan
dengan nyeri, pembengkakan, nanah atau eksudat, pembentukan poket, dan
mobilitas gigi. Respons yang lebih kronis dapat terjadi tanpa rasa sakit, dan
melibatkan munculnya poket secara tiba-tiba dengan perdarahan saat probing atau
eksudasi nanah. Fraktur akar juga dapat muncul sebagai lesi endodontik primer
dengan keterlibatan periodontal sekunder. Ini biasanya terjadi pada gigi yang
dirawat saluran akar, seringkali dengan pasak dan mahkota. Tanda-tandanya dapat
berkisar dari kedalaman poket periodontal hingga pembentukan abses periodontal
yang lebih akut (Ahmed HMA, 2016).
Perawatan Prognosis
Lesi endodontik primer Perawatan saluran akar Baik
Lesi periodontal primer Perawatan periodontal Tergantung pada
perawatan periodontal dan
respon pasien
Lesi periodontal primer Perawatan saluran akar Tergantung pada
endodontik-sekunder lebih dulu lalu diikuti oleh endodontik dan periodontal
periodontal pengobatan pengobatan dan respon
setelah 2-3 bulan pasien
Lesi endodontik primer Perawatan endodontik dan Tergantung pada tingkat
periodontal-sekunder periodontal (GTR) keparahan penyakit
periodontal penyakit dan
respon jaringan periodontal
terhadap tindakan yang
dilakukan
Lesi kombinasi Prosedur perawatan Prognosis perlu lebih
endodontik dan periodontal diobservasi lebih lanjut
termasuk prosedur bedah
seperti amputasi, hemiseksi
atau bikuspidisasi
2.3.2 Pertimbangan Rencana Perawatan Lesi Endo-Perio
Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemilihan rencata perawatan lesi
endo-perio yaitu ketepatan dalam diagnosis, penggunaan antiobiotik sistemik, dan
pembersihan jaringan pulpa yang adekuat. Diagnosis yang tepat merupakan hal
yang sangat penting dalam penatalaksanaan lesi endo-perio karena akan
menentukan hasil perawatan. Faktor pertimbangan utama adalah vitalitas pulpa dan
tipe perluasan dari kerusakan jaringan periodontal. Penggunaan antibiotik sistemik
diindikasikan bila pasien mengalami peningkatan temperatur, selulitis, penyakit
sistemik dan immunocompromised. Prosedur manajemen abses apikal akut, abses
harus diinsisi dan drainase. Pembersihan jaringan pulpa yang terinfeksi
miokroorganisme di dalam saluran akar dilanjutkan dengan aplikasi kalsium
hidroksida pada setiap salurannya. Kalsium hidroksida terbukti sebagai medikamen
intrakanal yang tepat karena stabilitas dan efek bakterisid. Sedangkan pada kasus
dengan kehilangan struktur jaringan periodontal yang luas dapat dilakukannya
terapi lanjutan yaitu terapi bedah periodontal regenerasi jika diperlukan seperti
penggunaan guide tissue regeneration (GTR) dengan kombinasi menggunakan
bone graft (Khan RN & Kumar A).
Gambar 1 gambaran radiografi dari fiber pist yang dipasat melewati saluran akar, menghasilkan
perforasi dan kehilangan tulang periodontal
3. Perawatan periodontal tepat setelah dilakukan perawatan endodontik
Terapi periodontal tidak dilakukan setelah perawatan endodontik
selesai karena terdapat perbaikan kedalaman poket setelah beberapa bulan
pasca perawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Torabinejad bahwa
defek periodonrtal yang disebabklan oleh infeksi pulpa dapat diperbaiki cukup
dengan cleaning dan shaping yang adekuat serta pengisian saluran akar yang
hermetis (Medika, 2019).
Perawatan periodontal seperti pembersihan kalkulus dan penghalusan
akar dapat mengangkat sementum dan dentin superfisial. Pulpitis kronis dapat
terjadi karena penetrasi bakteri melalui tubuI dentin pada daerah yang telah
dibersihkan tersebut. Disintegrasi histologi total baru akan terjadi pada saat
seluruh foramen apical terinfeksi oleh bakteri plak.
Perawatan lesi kombinasi umunya akan dilakukan perawatan saluran
akar terlebih dahulu, baru setelah itu dievaluasi apakah memerlukan terapi
periodontal. Lesi yang sudah masuk tahap lanjut mungkin dapat
dipertimbangkan untuk melakukan terapi endodontik dan periodontal
(Dwingadi, 2017).
4. Anomali anatomi gigi
Dalam beberapa keadaan, beberapa kondisi patologi seperti fraktur
akar, perforasi, resopsi atau anomali bentuk anatomi dari gigi, bisa menjadi
jalan masuk dari bakteri. Adanya hubungan dari bakteri terhadap saluran akar
bisa menyebabkan terjadinya infeksi jaringan periodonsium dan sekitarnya
(Tsesis, 2019).
BAB III
KESIMPULAN
Dwingadi Edward et al. 2017. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lesi Endo-Perio Sari
Pustaka. Surabaya. Perios The 3rd Periodontic Seminar: 156-157
George PM, Ramamurthy J. Endo Perio Lesion- A Case Report. J Med Biomed
Appl Sci. 2019; 5(2): 108–10.