BY: KELOMPOK 9
OUR
TEAMS
Kesimpulan
TENTANG
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
Misi:
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
secara bebas dan mandiri; dan
Melaksanakan tata kelola organisasi yang berintegritas,
independen, dan profesional.
KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Adapun hasil dari audit yaitu berupa opini dari Adverse Opinion
auditor atas laporan keuangan yang diperiksa.
PENDAPATAN BELANJA
LKPP
TAHUN 2021
ASET KEWAJIBAN
PENDAPATAN
PENGELOLAAN INSENTIF DAN FASILITAS PERPAJAKAN TAHUN 2021 BELUM
SEPENUHNYA MEMADAI
1. Realisasi insentif pajak DTP Ditanggung Pemerintah tahun
2020 belum selesai verifikasi sebesar Rp2.067.596.516.271,00
dan tahun 2021 belum diakui sebagai pajak DTP
Atas hal tersebut BPK juga telah mengkonfirmasi kembali kepada DJP terkait kondisi pada
Tahun 2020, melalui Surat Nomor 20/ST-1/LK/KT-12/03/2022 dan dijelaskan bahwa:
Atas angka sebesar Rp2.067.596.516.271,00 berupa kewajiban terkait Pajak DTP dalam
rangka PC-PEN (penanganan Covid-19 dan Pemulihan ekonomi Nasional) yang belum
diselesaikan Tahun 2020
Apabila dari penelitian sebagaimana disebutkan di atas terdapat WP yang berhak
menerima insentif maka kebutuhan anggarannya dilakukan dengan terlebih dahulu
mengajukan Indikasi Kebutuhan Dana (IKD) untuk TA 2023
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.01/2021 tentang Mekanisme
Pengadministrasian dan Pelaporan atas Pemberian Insentif atau Fasilitas
Perpajakan dalam rangka PC-PEN pada Huruf A, Angka 3 terkait mekanisme
pengadministrasian atas pemberian insentif atau fasilitas terkait PC-PEN, diatur
antara lain atas pemberian insentif dan fasilitas perpajakan dalam rangka PC-PEN
Tabel 2.7 Perincian Nilai SP SABA untuk Operasional Pelaksanaan Vaksinasi dan PPKM
Realisasi atas belanja K/L TA 2021 yang bersumber dari penerbitan SP-SABA tersebut
selanjutnya akan dilaporkan oleh K/L kepada DJA untuk diteruskan kepada DJPK sebagai
dasar pemotongan penyaluran DAU/DBH pada pemda-pemda terkait.
1. Proses verifikasi yang dilakukan DJPK atas nilai pemotongan penyaluran
DAU/DBH hanya berdasarkan laporan realisasi yang disampaikan oleh K/L
Tabel 2.8 Rekapitulasi Realisasi Belanja K/L yang Telah Dilaporkan kepada DJPK
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan realisasi belanja K/L yang telah dilaporkan ke DJPK adalah
sebesar Rp2.078.567.371.408,00 atau 72,62% dari anggaran sebesar Rp2.862.126.320.000,00. Dari jumlah realisasi
sebesar Rp2.078.567.371.408,00 tersebut, baru sebesar Rp 712.007.400.000,00 atau 34,25% dari total realisasi K/L saja
yang telah diterbitkan KMK pemotongan penyaluran DAU/DBH.
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
PMK Nomor 94/PMK.07/2021 tentang Perubahan atas PMK Nomor 17/PMK.07/2021 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2021 dalam rangka Mendukung Penanganan
Pandemi (COVID-19) dan Dampaknya, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor
162/PMK.07/2021, Pasal 9A ayat (2) dan (3) yang menyatakan bahwa dukungan operasional dan
insentif atau honor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu dilaksanakan dengan
menggunakan dana yang bersumber dari APBN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah daerah wajib mengganti dana yang bersumber dari APBN
tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
CaLK LKPP D.3. Catatan Penting Lainnya pada Poin 21 tentang Pengungkapan Kewajiban
Pemerintah terkait Pensiun, mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan
aktuaris, Kewajiban Jangka Panjang Program Pensiun Pemerintah Tahun 2021 sebesar
Rp2.929.941.090.584.520,00, yang terdiri dari:
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2020 ATAS SPI DAN
KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TAHUN 2020
NOMOR 26C/LHP/XV/05/2021 TANGGAL 31 MEI 2021
Permasalahan
Pemerintah belum menetapkan pedoman perhitungan kewajiban
jangka panjang atas program pensiun.
Mengakibatkan
pemilihan kebijakan akuntansi Pemerintah terkait kewajiban jangka
panjang pensiun Pemerintah melalui pengungkapan dalam CaLK tidak
menjamin pemenuhan kebutuhan informasi kepada pembaca secara
memadai terkait kewajiban dan beban keuangan yang akan
ditanggung Pemerintah di masa depan.
Rekomendasi
BPK merekomendasikan Menteri Keuangan antara lain agar melakukan
persiapan penerapan PSAP 10 di Tahun 2021, termasuk upaya
penyelesaian Standar Akuntansi yang akan menjadi rujukan dalam
penyajian dan pengungkapan Kewajiban Jangka Panjang atas
Program Pensiun Pemerintah di masa depan
KEBIJAKAN PEMERINTAH
MENYAJIKAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG PROGRAM
PENSIUN PADA CALK
PMK Nomor 22/PMK.05/2022 pada Lampiran BAB IX Huruf B.6.i tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat yang ditetapkan pada tanggal 14 Maret 2022, antara lain
menyatakan bahwa perlakuan akuntansi atas kewajiban pemerintah terkait program
pensiun manfaat pasti berbeda dengan perlakuan akuntansi atas kewajiban pemerintah
pada umumnya, karena pengukuran kewajiban program pensiun didasarkan pada nilai
estimasi hasil perhitungan aktuaria dengan menggunakan asumsi-asumsi aktuarial
tertentu yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Untuk kebutuhan transparansi,
pemerintah mengungkapkan nilai estimasi kewajiban pemerintah terkait program
pensiun secara memadai pada CaLK.
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
Pemerintah Pusat dalam menyajikan LKPP Tahun 2021 Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disajikan
telah memenuhi Kode Etik yang mana dalam hal ini, telah menyajikan secara wajar dalam semua hal
Pemerintah Pusat telah bersikap Integritas, Sinergi, dan yang material dan sesuai dengan Standar
Perilaku Profesional dalam memberikan semua bukti- Akuntansi Pemerintahan. Oleh karena itu, BPK
bukti yang berhubungan dengan LKPP Tahun 2021 serta memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas
tidak menyembunyikan segala informasi baik itu dalam LKPP Tahun 2021.
hal kecurangan atau kesalahan penyajian.
BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas LKPP Tahun 2021 disebabkan karena BPK
tidak menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari LKPP Tahun 2021 dan LKPP
Tahun 2021 dibuat sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah). LKPP Tahun 2021 telah
memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. LKPP Tahun 2021 disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku yaitu sesuai SAP
(Standar Akuntansi Pemerintah)
2. Laporan Keuangan yang disajikan lengkap
3. Kecukupan Pengungkapan atas Bukti-bukti (Audit Evidence) yang diberikan
4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan di masa depan
(going concern)
THANK YOU!
The auditor is a watchdog not a
bloodhound.