Anda di halaman 1dari 33

STUDI KASUS

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN AUDIT


TERHADAP KEPATUHAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANG
ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN PUSAT TAHUN 2021

BY: KELOMPOK 9
OUR
TEAMS

Sumiyati Nadia Azahra H Sri Nurhayati Cindy Amelia A

180503029 200503032 200503041 200503045


Qualified Opinion
Profil Pemerintahan Pusat dan BPK

DAFTAR ISI Jenis-jenis dan Etika Audit

Pembahasan Pokok Temuan BPK


Adverse Opinion

Kesimpulan
TENTANG
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD
1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan
mandiri.
TENTANG
PEMERINTAHAN PUSAT

Pemerintah Pusat adalah sistem pemerintahan yang


mengatur tentang penyelenggaraan urusan
pemerintahan pusat (negara) yang dipimpin oleh
Presiden dan Wakil Presiden dan dibantu oleh para
menteri.

Kementerian Keuangan mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan pemerintahan pusat di
bidang keuangan negara dan kekayaan negara
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan pusat dan negaranya.
VISI MISI
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
Visi:
Menjadi pendorong pengelolaan keuangan negara untuk mencapai
tujuan negara melalui pemeriksaan yang berkualitas dan
bermanfaat.

Misi:
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
secara bebas dan mandiri; dan
Melaksanakan tata kelola organisasi yang berintegritas,
independen, dan profesional.
KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pencapaian cita-cita yang tertuang di


Qualified
IIndependensi Opinion
dalam visi dan misi akan
dilaksanakan oleh seluruh pegawai
dengan berlandaskan pada
Peraturan Badan Pemeriksa Integritas
Keuangan Republik Indonesia No. 4
Tahun 2018 Tentang Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan Profesionalisme
Adverse Opinion
JENIS - JENIS Unqualified Opinion
OPINI AUDIT
Audit adalah suatu proses sistematis untuk Qualified Opinion
memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan
kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kepatuhan asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan Modified Opinion
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Adapun hasil dari audit yaitu berupa opini dari Adverse Opinion
auditor atas laporan keuangan yang diperiksa.

Opini audit akan mengungkapkan apakah


laporan keuangan wajar atau tidak.
Disclaimer of Opinion
POKOK-POKOK TEMUAN BPK
TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN MAUPUN KETIDAKPATUHAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANG

PENDAPATAN BELANJA

LKPP
TAHUN 2021
ASET KEWAJIBAN
PENDAPATAN
PENGELOLAAN INSENTIF DAN FASILITAS PERPAJAKAN TAHUN 2021 BELUM
SEPENUHNYA MEMADAI
1. Realisasi insentif pajak DTP Ditanggung Pemerintah tahun
2020 belum selesai verifikasi sebesar Rp2.067.596.516.271,00
dan tahun 2021 belum diakui sebagai pajak DTP

Diketahui dari nilai Laporan Pemanfaatan Insentif oleh WP sebesar


Rp6.397.749.988.093,00, nilai tagihan Surat Perintah Membayar (SPM) adalah sebesar
Rp4.330.153.471.822,00 sehingga masih terdapat selisih sebesar Rp2.067.596.516.271,00.

Atas hal tersebut BPK juga telah mengkonfirmasi kembali kepada DJP terkait kondisi pada
Tahun 2020, melalui Surat Nomor 20/ST-1/LK/KT-12/03/2022 dan dijelaskan bahwa:
Atas angka sebesar Rp2.067.596.516.271,00 berupa kewajiban terkait Pajak DTP dalam
rangka PC-PEN (penanganan Covid-19 dan Pemulihan ekonomi Nasional) yang belum
diselesaikan Tahun 2020
Apabila dari penelitian sebagaimana disebutkan di atas terdapat WP yang berhak
menerima insentif maka kebutuhan anggarannya dilakukan dengan terlebih dahulu
mengajukan Indikasi Kebutuhan Dana (IKD) untuk TA 2023
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.01/2021 tentang Mekanisme
Pengadministrasian dan Pelaporan atas Pemberian Insentif atau Fasilitas
Perpajakan dalam rangka PC-PEN pada Huruf A, Angka 3 terkait mekanisme
pengadministrasian atas pemberian insentif atau fasilitas terkait PC-PEN, diatur
antara lain atas pemberian insentif dan fasilitas perpajakan dalam rangka PC-PEN

PERMASALAHAN TERSEBUT DISEBABKAN:

DJP belum selesai dalam menindaklanjuti rekomendasi pemeriksaan BPK atas


permasalahan sistem informasi dan mekanisme verifikasi pemberian insentif
dan fasilitas perpajakan dalam rangka PC-PEN
Proses pengolahan dan penyajian data Pajak DTP dalam rangka PC-PEN Tahun
2020 belum real-time, yang berpengaruh pada proses penelitian terlambat
dilaksanakan dan berdampak terhadap proses penyelesaian kewajiban Pajak
DTP PC-PEN Tahun 2020
TANGGAPAN
AUDITOR:
Kementerian Keuangan memberikan tanggapan bahwa:
Berkenaan dengan permasalahan pemberian insentif dan fasilitas perpajakan PC PEN
yang tidak sesuai ketentuan dan adanya potensi pajak yang belum ditetapkan, masih
dalam proses penelitian oleh direktorat terkait pada DJP
Permasalahan kewajiban pajak DTP PC PEN Tahun 2020 yang belum diselesaikan, DJP
telah berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
terkait proses verifikasi melalui surat Nomor S-28/PJ.08/2022 tanggal 21 April 2022;

Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil


Pemerintah agar menginstruksikan Direktur Jenderal Pajak untuk:
Menyusun pedoman pelaporan dan mengungkapkan realisasi insentif dan fasilitas
Perpajakan non PC-PEN secara memadai dalam laporan keuangan dan memperbaiki
mekanisme pengolahan atau verifikasi laporan realisasi Insentif Pajak agar dapat
menjamin kelayakan penerima insentif dan fasilitas perpajakan;
Menguji kembali kebenaran pengajuan insentif dan fasilitas perpajakan yang telah
diajukan WP dan disetujui, selanjutnya menagih kekurangan pembayaran pajak beserta
sanksinya untuk pemberian insentif dan fasilitas yang tidak sesuai.
BELANJA
PENGELOLAAN PENGGANTIAN BELANJA K/L UNTUK KEGIATAN VAKSINASI COVID-19 DAN PEMBERLAKUAN
PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT (PPKM) DI DAERAH MELALUI PEMOTONGAN DAU/DBH PEMERINTAH
DAERAH TIDAK MEMADAI

PMK Nomor 94/PMK.07/2021 Pasal 9 mengatur bahwa Pemda menyediakan


dukungan pendanaan untuk penanganan pandemi COVID-19 yang
digunakan antara lain untuk dukungan operasional dalam pelaksanaan
vaksinasi COVID-19. Dukungan pendanaan atas kegiatan tersebut ditetapkan
sebesar 8% dari alokasi DAU/DBH, apabila tidak mencukupi maka dapat
menggunakan dana yang bersumber dari penerimaan daerah yang tidak
ditentukan penggunaannya (non earmarked).
BELANJA
PENGELOLAAN PENGGANTIAN BELANJA K/L UNTUK KEGIATAN VAKSINASI COVID-19 DAN PEMBERLAKUAN
PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT (PPKM) DI DAERAH MELALUI PEMOTONGAN DAU/DBH PEMERINTAH
DAERAH TIDAK MEMADAI

Tabel 2.7 Perincian Nilai SP SABA untuk Operasional Pelaksanaan Vaksinasi dan PPKM

Realisasi atas belanja K/L TA 2021 yang bersumber dari penerbitan SP-SABA tersebut
selanjutnya akan dilaporkan oleh K/L kepada DJA untuk diteruskan kepada DJPK sebagai
dasar pemotongan penyaluran DAU/DBH pada pemda-pemda terkait.
1. Proses verifikasi yang dilakukan DJPK atas nilai pemotongan penyaluran
DAU/DBH hanya berdasarkan laporan realisasi yang disampaikan oleh K/L

Tabel 2.8 Rekapitulasi Realisasi Belanja K/L yang Telah Dilaporkan kepada DJPK

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan realisasi belanja K/L yang telah dilaporkan ke DJPK adalah
sebesar Rp2.078.567.371.408,00 atau 72,62% dari anggaran sebesar Rp2.862.126.320.000,00. Dari jumlah realisasi
sebesar Rp2.078.567.371.408,00 tersebut, baru sebesar Rp 712.007.400.000,00 atau 34,25% dari total realisasi K/L saja
yang telah diterbitkan KMK pemotongan penyaluran DAU/DBH.
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
PMK Nomor 94/PMK.07/2021 tentang Perubahan atas PMK Nomor 17/PMK.07/2021 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2021 dalam rangka Mendukung Penanganan
Pandemi (COVID-19) dan Dampaknya, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor
162/PMK.07/2021, Pasal 9A ayat (2) dan (3) yang menyatakan bahwa dukungan operasional dan
insentif atau honor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu dilaksanakan dengan
menggunakan dana yang bersumber dari APBN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah daerah wajib mengganti dana yang bersumber dari APBN
tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

PERMASALAHAN TERSEBUT DISEBABKAN:


Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah belum berkoordinasi dengan K/L teknis dan
pemerintah daerah untuk menyelesaikan validasi data realisasi belanja K/L per Pemda
sebagai dasar penetapan KMK pemotongan DAU/DBH TA 2022.
TANGGAPAN
AUDITOR:
BPK merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar
berkoordinasi dengan menteri/pimpinan lembaga teknis dan pemda terkait untuk
menyelesaikan validasi data realisasi belanja K/L yang akan dibebankan kepada
masing-masing pemda, untuk selanjutnya menetapkan KMK pemotongan DAU/DBH
TA 2022 berdasarkan hasil validasi tersebut.
ASET
PENGELOLAAN PERSEDIAAN DAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNGNYA BELUM SEPENUHNYA DAPAT
MENDUKUNG PELAPORAN PERSEDIAAN YANG AKURAT

Hasil pemeriksaan atas LKPP Tahun 2020 telah mengungkapkan permasalahan


mengenai persediaan, yaitu:

(1) Persediaan tidak dilakukan stock opname pada 9 K/L;


(2) Pencatatan persediaan tidak tertib terjadi pada 27 K/L; dan
(3) Penatausahaan Persediaan tidak pada tertib pada 12 K/L.
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
2. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAP Nomor 5 tentang
Akuntansi Persediaan pada Paragraf 14 yang menyatakan bahwa Pada akhir periode
akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

PERMASALAHAN TERSEBUT DISEBABKAN:


Direktorat APK sebagai pemilik proses bisnis akuntansi dan pelaporan keuangan dan
Direktorat SITP sebagai pengembang aplikasi Persediaan FIFO belum menganalisis
spesifikasi kebutuhan bisnis dan sistem informasi secara rinci untuk mengakomodasi
kebutuhan pengguna aplikasi;
Operator Aplikasi Persediaan di masing-masing belum sepenuhnya mengikuti
prosedur yang ditetapkan; dan
Kelemahan pengendalian pada Kementerian/Lembaga dalam pengelolaan
persediaan.
TANGGAPAN
AUDITOR:
BPK merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar menyelesaikan
proses pemindahtanganan persediaan dengan tetap memperhatikan ketentuan yang
berlaku serta memperbaiki sistem pelaporan persediaan untuk memastikan bahwa laporan
persediaan yang disajikan di neraca sudah berdasarkan hasil stock opname dan dikelola
secara tertib.
KEWAJIBAN
PEMERINTAH BELUM MENYAJIKAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG ATAS PROGRAM
PENSIUN PADA NERACA PEMERINTAH PUSAT

CaLK LKPP D.3. Catatan Penting Lainnya pada Poin 21 tentang Pengungkapan Kewajiban
Pemerintah terkait Pensiun, mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan
aktuaris, Kewajiban Jangka Panjang Program Pensiun Pemerintah Tahun 2021 sebesar
Rp2.929.941.090.584.520,00, yang terdiri dari:
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP TAHUN 2020 ATAS SPI DAN
KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TAHUN 2020
NOMOR 26C/LHP/XV/05/2021 TANGGAL 31 MEI 2021

Permasalahan
Pemerintah belum menetapkan pedoman perhitungan kewajiban
jangka panjang atas program pensiun.

Mengakibatkan
pemilihan kebijakan akuntansi Pemerintah terkait kewajiban jangka
panjang pensiun Pemerintah melalui pengungkapan dalam CaLK tidak
menjamin pemenuhan kebutuhan informasi kepada pembaca secara
memadai terkait kewajiban dan beban keuangan yang akan
ditanggung Pemerintah di masa depan.
Rekomendasi
BPK merekomendasikan Menteri Keuangan antara lain agar melakukan
persiapan penerapan PSAP 10 di Tahun 2021, termasuk upaya
penyelesaian Standar Akuntansi yang akan menjadi rujukan dalam
penyajian dan pengungkapan Kewajiban Jangka Panjang atas
Program Pensiun Pemerintah di masa depan
KEBIJAKAN PEMERINTAH
MENYAJIKAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG PROGRAM
PENSIUN PADA CALK

PMK Nomor 22/PMK.05/2022 pada Lampiran BAB IX Huruf B.6.i tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat yang ditetapkan pada tanggal 14 Maret 2022, antara lain
menyatakan bahwa perlakuan akuntansi atas kewajiban pemerintah terkait program
pensiun manfaat pasti berbeda dengan perlakuan akuntansi atas kewajiban pemerintah
pada umumnya, karena pengukuran kewajiban program pensiun didasarkan pada nilai
estimasi hasil perhitungan aktuaria dengan menggunakan asumsi-asumsi aktuarial
tertentu yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Untuk kebutuhan transparansi,
pemerintah mengungkapkan nilai estimasi kewajiban pemerintah terkait program
pensiun secara memadai pada CaLK.
KONDISI TERSEBUT
TIDAK SESUAI DENGAN:

Kerangka konseptual SAP


PSAP 10 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Kesalahan,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Dihentikan

PERMASALAHAN TERSEBUT DISEBABKAN:


Pemerintah belum optimal dalam berkoordinasi dengan KSAP untuk memfinalisasi draft
PSAP Imbalan Kerja dan belum melakukan pembaharuan rencana program pensiun dan
tata kelolanya, termasuk pengungkapan dan pencatatan kewajibannya.
TANGGAPAN
AUDITOR:
Atas permasalahan tersebut, Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah memberikan
tanggapan bahwa kebijakan akuntansi Pemerintah yang mengungkapkan nilai kewajiban
pensiun di Neraca masih sejalan dengan pengaturan dalam PSAP 10 (revisi 2020).
Pemerintah juga telah membentuk Task force Percepatan Penyelesaian PSAP mengenai
Imbalan Kerja sesuai KMK Nomor 181/KMK.05/2022 tanggal 22 Mei 2022.

Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil


Pemerintah agar memerintahkan Tim Task Force Dukungan Percepatan Penyelesaian PSAP
Mengenai Imbalan Kerja dan PSAP Mengenai Pendapatan dari Transaksi Non Pertukaran,
agar berkoordinasi dengan KSAP untuk memfinalisasi dan menetapkan PSAP Imbalan Kerja,
termasuk pengaturan terkait masa transisi selama proses perubahan peraturan
perundang-undangan terkait pensiun.
EXITMEETING
Pada Tahun 2021 pemerintah pusat telah menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan BPK antara lain:
Berkoordinasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dalam menyusun dan merevisi kebijakan
akuntansi pajak yang mencakup seluruh transaksi pajak
Memperbaiki sistem pengajuan insentif WP pada situs resmi DJP online, mekanisme pengolahan atau verifikasi
laporan realisasi dan mekanisme pencairan insentif/fasilitas (DTP)
Menerbitkan PMK Nomor 52/PMK.02/2021 tentang Pengelolaan Akumulasi Iuran Pensiun Pegawai Negeri Sipil,
Pejabat Negara, Prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Berkoordinasi dengan KSAP mengenai penyelesaian SAP terkait kewajiban jangka panjang pensiun
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain:
Pemerintah telah menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.01/2021 tentang
Mekanisme Pelaporan dan Pertanggungjawaban Atas Pemberian Insentif Dan Fasilitas
Perpajakan Dalam Rangka Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
Pemerintah belum menyelesaikan proses pemindahtanganan persediaan sesuai ketentuan
yang berlaku dan memperbaiki sistem pelaporan persediaan untuk memastikan bahwa laporan
persediaan yang disajikan di neraca sudah berdasarkan hasil stock opname dan dikelola
secara tertib;
KESIMPULAN
BERDASARKAN PERMASALAHAN YANG TELAH DIJELASKAN

Pemerintah Pusat dalam menyajikan LKPP Tahun 2021 Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disajikan
telah memenuhi Kode Etik yang mana dalam hal ini, telah menyajikan secara wajar dalam semua hal
Pemerintah Pusat telah bersikap Integritas, Sinergi, dan yang material dan sesuai dengan Standar
Perilaku Profesional dalam memberikan semua bukti- Akuntansi Pemerintahan. Oleh karena itu, BPK
bukti yang berhubungan dengan LKPP Tahun 2021 serta memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas
tidak menyembunyikan segala informasi baik itu dalam LKPP Tahun 2021.
hal kecurangan atau kesalahan penyajian.

BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas LKPP Tahun 2021 disebabkan karena BPK
tidak menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari LKPP Tahun 2021 dan LKPP
Tahun 2021 dibuat sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah). LKPP Tahun 2021 telah
memenuhi kondisi sebagai berikut:

1. LKPP Tahun 2021 disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku yaitu sesuai SAP
(Standar Akuntansi Pemerintah)
2. Laporan Keuangan yang disajikan lengkap
3. Kecukupan Pengungkapan atas Bukti-bukti (Audit Evidence) yang diberikan
4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan di masa depan
(going concern)
THANK YOU!
The auditor is a watchdog not a
bloodhound.

Anda mungkin juga menyukai