Anda di halaman 1dari 17

STUDI KOMPARASI DAN ANALISIS OPINI AUDIT BPK ATAS

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN


JEMBER (TAHUN 2019-2021)

Oleh:
Roki Khairullah1
Syifaatuz Zadida Ilyas2
Cindya Ningayutasari3
1
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
rokikhairullah204@gmail.com

2
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
syifazadida@gmail.com
3
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
cindot503@gmail.com

ABSTRACT

In the public sector audit as mandated in Law no. 15 of 2004, the Supreme Audit
Agency or BPK is authorized to carry out 3 (three) types of audits, namely: financial
audits, performance audits, and audits with a specific purpose. This study aims to
evaluate the results of the BPK audit opinion on the Regional Government
Financial Report (LKPD) of Jember Regency in 2019-2021. According to Law no.
15 of 2004 the notion of Opinion is a professional statement as the examiner's
conclusion regarding the level of fairness of the information presented in the
financial statements. The results of the BPK audit show that the Jember LKPD in
2019 received a "disclaimer" result, then in 2020 it received an Adverse Opinion
(TW), and in 2021 it has increased to Qualified Opinion (WDP).
Keywords: LKPD, audit opinion, Disclaimer, Adverse Opinion Qualified Opinion
ABSTRAK

Dalam audit sektor publik sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang No. 15


Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK diberi kewenangan untuk
melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni: Pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi hasil opini audit BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Kabupaten Jember di tahun 2019-2021. Menurut UU No. 15 Tahun
2004 pengertian Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan
pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Hasil audit BPK menunjukan bahwa LKPD Jember di tahun 2019
mendapatkan hasil“disclaimer, kemudian ditahun 2020 mendapatkan hasil opini
Tidak Wajar ( TW), dan di tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi Wajar
Dengan Pengecualian (WDP).

Kata Kunci : LKPD, opini audit, Disclaimer, Tidak Wajar, Wajar Dengan
Pengecualian
I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18


ayat 1. Setiap Pemerintahan daerah memiliki wewenang untuk mengatur atau
mengelola daerahnya sesuai dengan asas otonomi daerah. Otonomi daerah menurut
Undang-undang No. 9 tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah, adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundangundangan. Dengan adanya otonomi daerah ini, setiap
pemerintah daerah diharapkan dapat menggali kinerja yang dimiliki daerahnya
masing-masing agar mampu bersaing baik di dalam maupun luar negeri. Kemudian
kinerja dari pemerintah daerah ini akan dilaporkan pada pemerintah pusat. Hasil
evaluasi dari penyelenggaraan pemerintahan daerah digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun rancangan kebijakan otonomi daerah berupa
pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah. Salah satu sumber
informasi dalam penilaian Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(EKPPD) ini adalah laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD tersebut disusun dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD). Laporan 2 Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah dibuat,
kemudian diserahkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah sendiri di serahkan ke Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) setiap tahun. BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap
pemeriksaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Kebebasan mencakup kebebasan dalam menentukan objek yang diperiksa kecuali
yang objeknya telah diatur tersendiri oleh peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK menghasilkan opini yang mencerminkan
kinerja tata kelola keuangan daerah. Opini BPK sendiri merupakan pernyataan atau
pendapat profesional BPK yang merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada 4 jenis
opini yang diberikan oleh BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah yaitu:
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar dengan Pengecualian (WDP),
Opini Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberi Pendapat (TMP) atau menolak
memberi opini.

1.2.Rumusan Masalah
1) Apa saja kriteria untuk mencapai setiap jenis opini audit?
2) Bagaimana hasil opini audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kab Jember tahun 2019-2021?
3) Apa faktor-faktor penyebab dicapainya hasil opini audit tersebut?
II. Tinjauan Pustaka
2.1.Landasan Teori
a. Peraturan BPK No.01 Tahun 2017 Tentang : Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara

Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah,


analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan demikian, pemeriksaan
keuangan negara memberikan keyakinan yang memadai. Proses
pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan dalam
rangka untuk mendorong tata kelola keuangan negara yang baik melalui
perolehan keyakinan bahwa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau prinsip prinsip tata kelola yang baik.

b. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk kepada publik


untuk menjalankan roda pemerintah. Pertanggungjawaban tersebut tidak
cukup dengan laporan lisan saja, namun perlu dengan didukung dengan
laporan pertanggungjawaban secara tertulis.Penyajian laporan keuangan
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban tertulis atas kinerja
keuangan yang dicapai.Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
dalam pemerintahan daerah di atur dalam undang undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang pemerintah daerah upaya konkrit dalam mewujudkan
transparasi dana, akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan menyampaikan
laporan pertanggung jawaban yang berupa laporan keuangan.
Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada
DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh badan pemeriksaan
keuangan (BPK). Ada beberapa LKPD yang kami gunakan sebagai bahan
untuk komparasi dan analisis opini audit BPK yaitu :

• LKPD Kabupaten Jember Tahun 2019 (Disclaimer)


• LKPD Kabupaten Jember Tahun 2020 (Tidak Wajar)
• LKPD Kabupaten Jember Tahun 2021 (Wajar Dengan
Pengecualian)
III. Metodologi Penelitian
3.1.Pengumpulan Data
a) Studi Pustaka

Yaitu dengan pendeskripsian data yang didapat dari berbagai sumber


referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti,
kemudian dianalisa, dan diuraikan dalam bentuk deskripsi yang dilatar
belakangi oleh adanya konsep-konsep dan teori yang dikemukakan dalam
landasan teori.

b) Data sekunder

Yaitu data yang diambil melalui perantara atau pihak yang telah
mengumpulkan data tersebut sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak
langsung mengambil data sendiri ke lapangan. Adapun data sekunder kami
mengambil dari jurnal, publikasi pemerintah

● LKPD Kabupaten Jember Tahun 2019

● LKPD Kabupaten Jember Tahun 2020

● LKPD Kabupaten Jember Tahun 2021


IV. Hasil dan Pembahasan
A. Kriteria Untuk Mencapai Setiap Jenis Opini Audit

Dalam audit sektor publik sebagaimana diamanatkan dalam


UndangUndang No. 15 Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK
diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni:
Pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Menurut UU No. 15 Tahun 2004 pengertian Opini adalah
pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini
merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada kriteria :

I. Kesesuaian Dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) hanya


berlaku untuk entitas pemerintahan. Untuk entitas pengelola kekayaan
negara/ daerah yang dipisahkan tetap harus memenuhi kesesuaian
dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).

II. Kecukupan Pengungkapan (Adequate Disclosures),

Kecukupan pengungkapan merupakan informasi relevan yang


melengkapi suatu penyajian informasi keuangan. Informasi dikatakan
”cukup” apabila ketiadaan informasi tersebut mengakibatkan pengguna
laporan keuangan salah mengambil keputusan.Kecukupan
pengungkapan tidak ditentukan dari banyaknya informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan.

III. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan,

Semua ketidakpatuhan dan atau penyimpangan dari ketentuan


peraturan perundang-undangan harus diungkapkan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan. Peraturan perundang-
undangan yang mempengaruhi opini pemeriksa hanyalah
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penyajian Laporan Keuangan. Dengan demikian, tidak semua
penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
menjadi pertimbangan dalam pemberian opini pemeriksa.

Contoh peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyajian


Laporan Keuangan, antara lain

a Ketentuan penyajian informasi keuangan secara bruto (asas


bruto).
b Ketentuan bahwa belanja merupakan pagu maksimal dan
pendapatan adalah target yang harus dicapai.
c Ketentuan pengungkapan bahwa penjelasan atas selisih
anggaran dan realisasi yang signifikan.
d Ketentuan bahwa semua penerimaan dan pengeluaran kas harus
diadministrasikan dalam anggaran.
IV. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern dibuktikan dengan penyajian


informasi keuangan secara wajar dan cukup dalam laporan keuangan.
Keberadaan suatu sistem pengendalian intern tidak menjamin adanya
penyajian Laporan Keuangan secara wajar dan cukup. Jika suatu sistem
pengendalian intern sangat lemah, masih dimungkinkan terjadinya suatu
penyajian Laporan Keuangan secara wajar dan cukup.

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern hanya bisa ditentukan


apabila sistem tersebut telah berjalan. Lemahnya suatu desain sistem
memang sangat mempengaruhi efektivitas sistem itu untuk menyajikan
Laporan keuangan secara wajar dan cukup.

Suatu desain sistem tidak akan berguna apabila tidak dilaksanakan.


Pelaksanaan suatu sistem bisa sesuai dengan desainnya atau berbeda
dengan desainnya. Suatu desain sistem yang andal belum tentu
dilaksanakan sesuai dengan desainnya. Begitupun sebaliknya, suatu
desain sistem yang tidak andal justru dapat menghasilkan suatu
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan secara wajar dan cukup.

Lemahnya desain sistem, tidak dilaksanakannya desain sistem,


pelaksanaan yang tidak sesuai desain sistem, gagalnya desain sistem
serta dampak gagalnya pelaksanaan sistem merupakan temuan yang
harus diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem
Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan

Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa,


yakni opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), opini wajar
dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar (adversed
opinion), dan pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of
opinion). Sementara Mulyadi (2002:416) menjelaskan bahwa terdapat lima
tipe pendapat atas laporan keuangan auditan, yaitu :

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)


Opini WTP menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit baku.
Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang perlu penjelasan, pemeriksa bisa
menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan hasil
pemeriksaannya. Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat menyatakan opini
modifikasi yaitu WTP Dengan Paragraf Penjelasan.
3. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
Opini WDP menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
entitas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak
hal-hal yang yang dikecualikan.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini WDP
adalah sebagai berikut:
a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
9 bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan ia berkesimpulan tidak memberikan pendapat.
b) Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak
menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Tidak Wajar (TW)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
Kondisi-kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TMP
adalah sebagai berikut. Pemeriksa tidak melaksanakan audit yang
berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat
atas laporan keuangan dan Jika pemeriksa dalam kondisi tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.
A. Hasil Opini Audit BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kab Jember Tahun 2019-2021

(sumber : https://jatim.bpk.go.id/lkpd-kabupaten-jember/)
1) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2019
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
79/LHP/XVIII.SBY/06/2020 tanggal 29 Juni 2020, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2019. Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Tidak Menyatakan
Pendapat (TMP/Disclaimer)
2) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2020
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
78/LHP/XVIII.SBY/05/2021 tanggal 28 Mei 2021, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2020. Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Tidak Wajar (TW)
3) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2021
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
71/LHP/XVIII.SBY/05/2022 tanggal 18 Mei 2022, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2021.Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP)
B. Faktor-Faktor Penyebab Dicapainya Hasil Opini Audit Dari LKPD
Jember 2019-2021
1. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2019 “
Disclaimer”
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI memberikan opini Tidak
Menyatakan Pendapat (TMP) atau disclaimer, terhadap kinerja tata
kelola keuangan negara yang dilakukan Kabupaten Jember tahun 2019.
Sebab, dalam LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) BPK RI menilai ada
penganggaran dan realisasi belanja di 13 OPD (organisasi perangkat
daerah) sebesar Rp 70 miliar lebih yang dianggap tidak tepat dan
melanggar ketentuan perundangan.
Ke-13 OPD tersebut, yakni belanja pegawai di Bagian Bina Mental,
Bagian Humas, Dinas PU Bina Marga, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan,
BKPSDM, Dispora, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Dinas Cipta
Karya, dan Satpol PP.
2. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2020 “Opini
Tidak Wajar (TW)”
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK atas LKPD
Kabupaten Jember TA 2020, BPK memberikan opini Tidak Wajar (TW).
Adapun hal-hal yang bersifat material sehingga menyebabkan LKPD
Kabupaten Jember tidak disajikan secara wajar, yaitu:
1. Tidak ada pengesahan DPRD atas APBD Tahun Anggaran 2020.
2. Jumlah penyajian Belanja Pegawai sebesar Rp1.302,44 miliar serta
Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp937,97 miliar tidak sesuai
dengan penjabaran APBD dan merupakan hasil pemetaan
(mapping) yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan penyajian
beban pada Laporan Operasional. Akibatnya, Belanja Pegawai
disajikan lebih rendah sedangkan Belanja Barang dan Jasa disajikan
lebih tinggi, masing-masing sebesar Rp202,78 miliar.
3. Terdapat realisasi pembayaran senilai Rp68,80 miliar dari angka
Rp1.302,44 miliar yang disajikan dalam Belanja Pegawai, yang
tidak menggambarkan substansi Belanja Pegawai sebagaimana
diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Realisasi tersebut
merupakan pembayaran yang terjadi karena kesalahan
penganggaran dan realisasi Belanja Pegawai yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
4. Dari jumlah Rp126,08 miliar yang disajikan sebagai Kas di
Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2020, di antaranya
terdapat sebesar Rp107,09 miliar yang tidak berbentuk uang tunai
dan/atau saldo simpanan di bank sesuai ketentuan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan dan berpotensi tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Terdapat Utang Jangka Pendek Lainnya sebesar Rp31,57 miliar dari
jumlah sebesar Rp111,94 miliar yang tidak didukung dokumen
sumber yang memadai.
6. Tim Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Penyelenggaraan Pendidikan Gratis (PPG) tidak melakukan
rekapitulasi realisasi belanja sebesar Rp66,59 miliar atas mutasi
persediaan dan saldo akhir persediaan yang bersumber dari Belanja
Barang dan Jasa yang berasal dari dana BOS dan PPG. Atas realisasi
belanja tersebut, tidak diperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
tepat untuk dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian
terhadap nilai Beban Persediaan.
7. Pada penyajian nilai perolehan Akumulasi Penyusutan dan Beban
Penyusutan atas Aset Tetap – Jalan, Irigasi,dan Jaringan masing-
masing sebesar Rp3.470,53 miliar, Rp2.007,36 miliar, dan
Rp141,46 miliar, terdapat Aset Tetap – Jalan, Irigasi, dan Jaringan
berupa rehabilitasi, renovasi, dan/atau pemeliharaan yang belum
dan/atau tidak diatribusikan secara tepat ke aset induknya sehingga
mempengaruhi akurasi perhitungan Beban dan Akumulasi
Penyusutan. Apabila Pemerintah Kabupaten Jember melakukan
atribusi aset berupa rehabilitasi, renovasi, dan/atau pemeliharaan
tersebut ke aset induknya secara tepat, maka penyajian nilai
Akumulasi Penyusutan dan Beban Penyusutan akan berbeda secara
signifikan.
Sebelum LHP atas LKPD Tahun Anggaran 2020 diserahkan,
BPK telah meminta tanggapan kepada Pemerintah Kabupaten
Jember atas Konsep Hasil Pemeriksaan BPK, termasuk rencana aksi
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Jember.
Dengan demikian, rekomendasi BPK atas beberapa permasalahan
yang ditemukan dalam pemeriksaan diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Jember
sehingga tata kelola keuangannya menjadi lebih transparan dan
akuntabel.
3. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2021 “Opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP)”
Temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap anggaran dana
Covid yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sebesar Rp 107 miliar
pada era Bupati Faida menyebabkan BPK memberikan opini wajar
dengan pengecualian (WDP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2021.
BPK menemukan adanya penyajian kas di bendaharawan untuk
pengeluaran sebesar Rp 107.097.212.169,00 tidak sesuai dengan SAP
(Standar Akuntansi Pemerintah) dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Jember 2020.Pengeluaran sebesar itu meliputi beberapa jenis
belanja yaitu belanja honorarium, belanja uang saku, belanja makan
minum bantuan sosial, belanja barang pakai habis (ATK, obat-obatan,
alat kebersihan, alat kesehatan, makan minum petugas, APD), belanja
modal (alat kesehatan, wastafel), belanja bansos (sembako, uang tunai).
Opini itu bisa wajar tanpa pengecualian, jika saja tidak ada persoalan
Rp 107 miliar.Selain persoalan Rp 107 miliar, audit BPK terhadap
LKPD Jember 2021 sebenarnya menemukan beberapa persoalan antara
lain kelebihan honor tim pelaksana kegiatan dan sekretariat tim
pelaksana kegiatan sebesar Rp 153,629 juta dan pemborosan keuangan
daerah sebesar Rp 1,237 miliar.
Ada juga kelebihan pembayaran sebesar Rp 2,067 miliar, akibat
kekurangan volume atas 24 pekerjaan belanja modal jalan, irigasi, dan
jaringan pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya
Air Jember Rp 2,01 miliar dan harga satuan timpang sebesar Rp 52,155
juta. Selain itu, penatausahaan barang milik daerah berupa aset tetap
belum memadai. Akibatnya nilai aset tetap dan akumulasi penyusutan
yang dilaporkan pada neraca tahun 2021 berpotensi tidak mencerminkan
nilai wajar.
V. Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
analisis opini audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember (tahun 2019-2021)

1. Pada tahun 2019, Jember memperoleh hasil opini audit


disclaimer, ini menunjukkan bahwa Tim Auditor BPK tidak
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup berdasarkan standar
pemeriksanaan keuangan negara. Dengan artian ada
penyimpangan, karena dari OPD ketika diminta untuk
membahas keuangan tidak pernah hadir. Dari hal ini
menunjukkan transparasi dan akuntabilitas sangat buruk sekali,
sehingga BPK RI memberi sanksi TMP atau disclaimer bagi
Kabupaten Jember di tahun 2019.
2. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2020, Jember memperoleh
hasil opini audit Tidak Wajar, seperti yang telah di jelaskan di
atas terdapat 7 poin yang mempengaruhi laporan hasil audit
tahun 2020. Diantaranya tidak adanya pengesahan dari DPRD
atas APBD tahun anggaran 2020, dan 6 poin selanjutnya terkait
masih banyak anggaran yang di gunakan namun tidak sesuai
ketentuan dan tidak dapat di pertanggungjawabkan sehingga
menghasilkan laporan hasil audit dari BPK yaitu Tidak Wajar
bagi Kabupaten Jember pada tahun 2020.
3. Lalu pada tahun 2021, Jember akhirnya mendapatkan hasil opini
audit Wajar Dengan Pengecualian, meskipun mendapat hasil
wajar namun masih dengan pengecualiaan, Hal ini bisa terjadi
di karenakan petugas audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menemukan adanya penyajian kas di bendaharawan untuk
pengeluaran pada era Bupati Faida sebesar Rp.
107.097.212.169,00 yang tidak sesuai dengan SAP (Standar
Akuntansi Pemerintah), dalam LKPD Jember 2020. Anggaran
itu yang masih tercatat sebagai kas di Bendahara Pengeluaran
BTT tahun anggaran 2020, dikarenakan belum dapat disahkan.
Karena Rp 107 miliar itu, BPK hanya memberikan opini wajar
dengan pengecualian terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2021.

b. Rekomendasi
Setelah melakukan analisis terhapad ketiga hasil laporan
audit dari Kabupaten Jember pada Tahun 2019,2020 dan 2021.
Maka Pemerintah Kabupaten Jember di harapkan bisa
mengkooperatifkan semua OPD dengan tim auditor dari BPK
agar dapat memberikan dokumen – dokumen yang dibutuhkan,
lalu pemerintah Kabupaten Jember juga harus segera
menuntaskan permasalahan pengeluaran anggaran sebesar Rp.
107 miliar pada LKPD tahun 2020 yang tidak sesuai dengan
SAP karena jika tidak segera di tuntaskan sebaik apapun
pengelolaan keuangan dalam APBD Jember pada tahun 2022-
2023, pemkab tidak akan pernah meraih predikat WTP jika
persoalan Rp 107 miliar ini tidak tuntas dan juga terakhir di
harapkan untuk Kepala Daerah dengan DPRP Kabupaten
Jember dapat menjalin komunikasi dengan baik dan juga
menjaga keharmonisan antar sesama Pemerintah Kabupaten
agar terciptanya tata kelola keuangan yang transparan dan
akuntabel.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2021). ANALISIS OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


(BPK) ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(STUDI KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TIMUR TAHUN 2018).
BPK. (2019). Hasil Opini Audit LKPD Jember 2019.
BPK. (2020). Hasil Opini audit LKPD Jember 2020.
BPK. (2020, July 1). OPINI BPK. Retrieved from BPK Beri Opini Disclaimer
Pemkab Jember: https://jatim.bpk.go.id/dari-media/bpk-beri-opini-
disclaimer-pemkab-jember/
BPK. (2021). Hasil Opini Audit LKPD Jember 2021.
BPK. (2022, Juni 13). Rp 107 M Ganjal Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian
Pemkab Jember. Retrieved from https://jatim.bpk.go.id/dari-media/rp-107-
m-ganjal-opini-audit-wajar-tanpa-pengecualian-pemkab-jember/
DWI, A. (2021). 7 Penyebab Pemkab Jember Dapat Opini Tidak Wajar Dari
BPK. PUBLIK MERDEKA.
Ihwandi. (2016). Analisis Terhadap Opini Bpk Atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Pemerintah, 57-69.
KEUANGAN, B. P. (2008). LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN. In K. S.
NEGARA.
Milal, A. Z. (2016). MAKNA OPINI AUDIT WTP BAGI
KEMENTERIAN/LEMBAGA. 8-9.

Anda mungkin juga menyukai