Oleh:
Roki Khairullah1
Syifaatuz Zadida Ilyas2
Cindya Ningayutasari3
1
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
rokikhairullah204@gmail.com
2
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
syifazadida@gmail.com
3
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang,
Indonesia
cindot503@gmail.com
ABSTRACT
In the public sector audit as mandated in Law no. 15 of 2004, the Supreme Audit
Agency or BPK is authorized to carry out 3 (three) types of audits, namely: financial
audits, performance audits, and audits with a specific purpose. This study aims to
evaluate the results of the BPK audit opinion on the Regional Government
Financial Report (LKPD) of Jember Regency in 2019-2021. According to Law no.
15 of 2004 the notion of Opinion is a professional statement as the examiner's
conclusion regarding the level of fairness of the information presented in the
financial statements. The results of the BPK audit show that the Jember LKPD in
2019 received a "disclaimer" result, then in 2020 it received an Adverse Opinion
(TW), and in 2021 it has increased to Qualified Opinion (WDP).
Keywords: LKPD, audit opinion, Disclaimer, Adverse Opinion Qualified Opinion
ABSTRAK
Kata Kunci : LKPD, opini audit, Disclaimer, Tidak Wajar, Wajar Dengan
Pengecualian
I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa saja kriteria untuk mencapai setiap jenis opini audit?
2) Bagaimana hasil opini audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kab Jember tahun 2019-2021?
3) Apa faktor-faktor penyebab dicapainya hasil opini audit tersebut?
II. Tinjauan Pustaka
2.1.Landasan Teori
a. Peraturan BPK No.01 Tahun 2017 Tentang : Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara
b) Data sekunder
Yaitu data yang diambil melalui perantara atau pihak yang telah
mengumpulkan data tersebut sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak
langsung mengambil data sendiri ke lapangan. Adapun data sekunder kami
mengambil dari jurnal, publikasi pemerintah
(sumber : https://jatim.bpk.go.id/lkpd-kabupaten-jember/)
1) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2019
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
79/LHP/XVIII.SBY/06/2020 tanggal 29 Juni 2020, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2019. Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Tidak Menyatakan
Pendapat (TMP/Disclaimer)
2) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2020
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
78/LHP/XVIII.SBY/05/2021 tanggal 28 Mei 2021, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2020. Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Tidak Wajar (TW)
3) Hasil Opini Audit BPK Terhadap LKPD Jember tahun 2021
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan nomor
71/LHP/XVIII.SBY/05/2022 tanggal 18 Mei 2022, BPK telah
melaksanakan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2021.Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilaksanakan, BPK memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP)
B. Faktor-Faktor Penyebab Dicapainya Hasil Opini Audit Dari LKPD
Jember 2019-2021
1. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2019 “
Disclaimer”
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI memberikan opini Tidak
Menyatakan Pendapat (TMP) atau disclaimer, terhadap kinerja tata
kelola keuangan negara yang dilakukan Kabupaten Jember tahun 2019.
Sebab, dalam LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) BPK RI menilai ada
penganggaran dan realisasi belanja di 13 OPD (organisasi perangkat
daerah) sebesar Rp 70 miliar lebih yang dianggap tidak tepat dan
melanggar ketentuan perundangan.
Ke-13 OPD tersebut, yakni belanja pegawai di Bagian Bina Mental,
Bagian Humas, Dinas PU Bina Marga, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan,
BKPSDM, Dispora, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Dinas Cipta
Karya, dan Satpol PP.
2. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2020 “Opini
Tidak Wajar (TW)”
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK atas LKPD
Kabupaten Jember TA 2020, BPK memberikan opini Tidak Wajar (TW).
Adapun hal-hal yang bersifat material sehingga menyebabkan LKPD
Kabupaten Jember tidak disajikan secara wajar, yaitu:
1. Tidak ada pengesahan DPRD atas APBD Tahun Anggaran 2020.
2. Jumlah penyajian Belanja Pegawai sebesar Rp1.302,44 miliar serta
Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp937,97 miliar tidak sesuai
dengan penjabaran APBD dan merupakan hasil pemetaan
(mapping) yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan penyajian
beban pada Laporan Operasional. Akibatnya, Belanja Pegawai
disajikan lebih rendah sedangkan Belanja Barang dan Jasa disajikan
lebih tinggi, masing-masing sebesar Rp202,78 miliar.
3. Terdapat realisasi pembayaran senilai Rp68,80 miliar dari angka
Rp1.302,44 miliar yang disajikan dalam Belanja Pegawai, yang
tidak menggambarkan substansi Belanja Pegawai sebagaimana
diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Realisasi tersebut
merupakan pembayaran yang terjadi karena kesalahan
penganggaran dan realisasi Belanja Pegawai yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
4. Dari jumlah Rp126,08 miliar yang disajikan sebagai Kas di
Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2020, di antaranya
terdapat sebesar Rp107,09 miliar yang tidak berbentuk uang tunai
dan/atau saldo simpanan di bank sesuai ketentuan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan dan berpotensi tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Terdapat Utang Jangka Pendek Lainnya sebesar Rp31,57 miliar dari
jumlah sebesar Rp111,94 miliar yang tidak didukung dokumen
sumber yang memadai.
6. Tim Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Penyelenggaraan Pendidikan Gratis (PPG) tidak melakukan
rekapitulasi realisasi belanja sebesar Rp66,59 miliar atas mutasi
persediaan dan saldo akhir persediaan yang bersumber dari Belanja
Barang dan Jasa yang berasal dari dana BOS dan PPG. Atas realisasi
belanja tersebut, tidak diperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
tepat untuk dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian
terhadap nilai Beban Persediaan.
7. Pada penyajian nilai perolehan Akumulasi Penyusutan dan Beban
Penyusutan atas Aset Tetap – Jalan, Irigasi,dan Jaringan masing-
masing sebesar Rp3.470,53 miliar, Rp2.007,36 miliar, dan
Rp141,46 miliar, terdapat Aset Tetap – Jalan, Irigasi, dan Jaringan
berupa rehabilitasi, renovasi, dan/atau pemeliharaan yang belum
dan/atau tidak diatribusikan secara tepat ke aset induknya sehingga
mempengaruhi akurasi perhitungan Beban dan Akumulasi
Penyusutan. Apabila Pemerintah Kabupaten Jember melakukan
atribusi aset berupa rehabilitasi, renovasi, dan/atau pemeliharaan
tersebut ke aset induknya secara tepat, maka penyajian nilai
Akumulasi Penyusutan dan Beban Penyusutan akan berbeda secara
signifikan.
Sebelum LHP atas LKPD Tahun Anggaran 2020 diserahkan,
BPK telah meminta tanggapan kepada Pemerintah Kabupaten
Jember atas Konsep Hasil Pemeriksaan BPK, termasuk rencana aksi
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Jember.
Dengan demikian, rekomendasi BPK atas beberapa permasalahan
yang ditemukan dalam pemeriksaan diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Jember
sehingga tata kelola keuangannya menjadi lebih transparan dan
akuntabel.
3. Faktor Penyebab Hasil Opini Audit LKPD Jember 2021 “Opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP)”
Temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap anggaran dana
Covid yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sebesar Rp 107 miliar
pada era Bupati Faida menyebabkan BPK memberikan opini wajar
dengan pengecualian (WDP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2021.
BPK menemukan adanya penyajian kas di bendaharawan untuk
pengeluaran sebesar Rp 107.097.212.169,00 tidak sesuai dengan SAP
(Standar Akuntansi Pemerintah) dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Jember 2020.Pengeluaran sebesar itu meliputi beberapa jenis
belanja yaitu belanja honorarium, belanja uang saku, belanja makan
minum bantuan sosial, belanja barang pakai habis (ATK, obat-obatan,
alat kebersihan, alat kesehatan, makan minum petugas, APD), belanja
modal (alat kesehatan, wastafel), belanja bansos (sembako, uang tunai).
Opini itu bisa wajar tanpa pengecualian, jika saja tidak ada persoalan
Rp 107 miliar.Selain persoalan Rp 107 miliar, audit BPK terhadap
LKPD Jember 2021 sebenarnya menemukan beberapa persoalan antara
lain kelebihan honor tim pelaksana kegiatan dan sekretariat tim
pelaksana kegiatan sebesar Rp 153,629 juta dan pemborosan keuangan
daerah sebesar Rp 1,237 miliar.
Ada juga kelebihan pembayaran sebesar Rp 2,067 miliar, akibat
kekurangan volume atas 24 pekerjaan belanja modal jalan, irigasi, dan
jaringan pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya
Air Jember Rp 2,01 miliar dan harga satuan timpang sebesar Rp 52,155
juta. Selain itu, penatausahaan barang milik daerah berupa aset tetap
belum memadai. Akibatnya nilai aset tetap dan akumulasi penyusutan
yang dilaporkan pada neraca tahun 2021 berpotensi tidak mencerminkan
nilai wajar.
V. Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
analisis opini audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember (tahun 2019-2021)
b. Rekomendasi
Setelah melakukan analisis terhapad ketiga hasil laporan
audit dari Kabupaten Jember pada Tahun 2019,2020 dan 2021.
Maka Pemerintah Kabupaten Jember di harapkan bisa
mengkooperatifkan semua OPD dengan tim auditor dari BPK
agar dapat memberikan dokumen – dokumen yang dibutuhkan,
lalu pemerintah Kabupaten Jember juga harus segera
menuntaskan permasalahan pengeluaran anggaran sebesar Rp.
107 miliar pada LKPD tahun 2020 yang tidak sesuai dengan
SAP karena jika tidak segera di tuntaskan sebaik apapun
pengelolaan keuangan dalam APBD Jember pada tahun 2022-
2023, pemkab tidak akan pernah meraih predikat WTP jika
persoalan Rp 107 miliar ini tidak tuntas dan juga terakhir di
harapkan untuk Kepala Daerah dengan DPRP Kabupaten
Jember dapat menjalin komunikasi dengan baik dan juga
menjaga keharmonisan antar sesama Pemerintah Kabupaten
agar terciptanya tata kelola keuangan yang transparan dan
akuntabel.
VI. DAFTAR PUSTAKA