Anda di halaman 1dari 7

AKUNTABILITAS PEMERINTAH DAERAH DAN PERKEMBANGAN

OPINI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI


INDONESIA

Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pemerintah

Disusun oleh: (Kelompok Lima)

Yeni Arifah 1810112007

Fauzana Ismalna 1810112077

Asyifa Zahrah Fitria 1810112118

Dinda Anggraeni 1810112138

Alferos Jabbar Enggartyasto 1810112148

Anisa Nurmaharani 1810112201

Program Studi Sarjana Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

2019
PENDAHULUAN

Dalam bidang Ilmu Akuntansi, akuntabilitas diartikan sebagai pertanggungjelasan.


Suatu organisasi dikatakan akuntabel jika memiliki kemampuan untuk menjelaskan
kondisi yang dialami termasuk didalamnya keputusan yang diambil dan berbagai
aktivitas yang dilakukan. Istilah akuntabilitas dalam bidang ilmu akuntansi dipisahkan
dengan istilah responsibilitas atau diartikan sebagai pertanggungjawaban.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan ialah pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan
pada empat kriteria yaitu kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas
sistem pengendalian internal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan berperan untuk memberikan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan transaksi selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah juga berfungsi sebagai dasar
pengambilan keputusan.
PEMBAHASAN

Dalam suatu pemerintahan daerah, tidak adanya laporan keuangan akan menunjukkan
lemahnya akuntabilitas yang mengindikasikan lemahnya sistem yang berujung pada
tingginya tingkat korupsi. Dalam melaksanakan akuntabilitas publik, pemerintah daerah
berkewajiban untuk memberikan informasi sebagai bentuk pemenuhan hak-hak publik, yaitu
hak untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak
untuk didengar aspirasinya (right to be head and to be listened to). Akuntabilitas ini tidak
hanya dilakukan secara vertical, yaitu pelaporan kepada pemerintah atasan, melainkan juga
sampai horizontal, yaitu pelaporan kepada DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas dari seorang pemimpin di suatu daerah sangatlah diperlukan. Seorang
pemimpin yang akuntabel mencerminkan bahwa ia dapat dipercaya dan bertanggung jawab
dalam mengelola sumber daya publik yang dipercayakan kepadanya. Masyarakat menuntut
suatu pembuktian dari kinerja pemerintah daerah, tidak hanya berupa laporan lisan tapi juga
laporan pertanggungjawaban tertulis atas bidang keuangan yang dikelola. Sehingga, laporan
keuangan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah harus dipublikasikan. Beberapa alasan
mengapa laporan keuangan dari pemerintah daerah harus dipublikasikan, yaitu:
1. Laporan keuangan merupakan alat untuk evaluasi kinerja bagi pemerintah daerah secara
keseluruhan maupun unit-unit kerja di dalamnya (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
2. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban internal (internal
accountability), yaitu pertanggungjawaban kepala satuan kerja kepada kepala daerah,
kepala daerah kepada pegawai Pemda dan DPRD.
3. Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk pertanggungjwaban kepala
daerah kepada masyarakat, investor, kreditor, lembaga donor, serta pihak lain yang
berkepentingan.

Keuangan perusahaan merupakan kunci dari modal dan berjalannya suatu perusahaan,
sedangkan keuangan perusahaan ini rentan terjadinya kecurangan sehingga untuk
menyelamatkan keuangan perusahaan, hendaknya dilakukan pemeriksaan atau biasa disebut
dengan audit laporan keuangan. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh
auditor yang berasal dari luar perusahaan dan independen, biasanya dari suatu kantor akuntan
publik terdaftar yang digunakan jasanya untuk memberikan pendapat terkait dengan
kewajaran laporan keuangan. Auditor laporan keuangan memeriksa laporan keuangan
lengkap yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan sebagai laporan arus kas), catatan, dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan satu kesatuan dari laporan keuangan.

Jasa yang diberikan auditor laporan keuangan ini berupa sebuah opini audit guna
menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan standar yang disesrtai dengan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit diberikan oleh
auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas
opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis
pendapat akuntan yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan disajikan secara
wajar, dalam semua hal yangn material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas
dan arus kas telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam
laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang
auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun
tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
3. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat menurut pertimbangan auditor ini dinyatakan apabila, secara keseluruhan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia.
4. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Auditor tidak menyatakan pendapat bila ia tidak dapat merumuskan suatu pendapat
bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung,
apabila auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Dan juga auditor tidak
melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan
pendapat atas laporan keuangan.
Badan Pemeriksa Keuangan mengatakan, laporan keuangan pemerintah daerah atau LKPD
menunjukkan kecenderungan atau tren yang positif dari tahun ke tahun. Pada 2009, LKPD
yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK hanya mencapai tiga
persen dari total seluruh LKPD di Indonesia. Pada 2014 prosentasenya meningkat pesat
menjadi 47 persen dan pada 2015 lalu menjadi 58 persen.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diraih Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) terus meningkat dari 3 LKPD (0,65%) pada tahun 2006 menjadi 411 LKPD
(76%) pada tahun 2017. Pada semester I tahun 2018, BPK memeriksa 542 (100%) LKPD
tahun 2017. Atas LKPD tersebut, 411 LKPD memperoleh opini WTP, 113 LKPD mendapat
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan 18 LKPD mendapat opini Tidak Menyatakan
Pendapat (TMP). Dari 34 pemerintah provinsi, sebanyak 33 LKPD (97%) memperoleh opini
WTP dan 1 LKPD (3%) mendapat opini WDP. Dari 415 pemerintah kabupaten, sebanyak
298 LKPD (72%) mendapat opini WTP dan 99 LKPD (24%) dengan opini WDP. Sedangkan
dari 93 pemerintah kota, sebanyak 80 LKPD (86%) memperoleh opini WTP dan 13 LKPD
(14%) dengan opini WDP.

Pada tahun 2018, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah berhasil mempertahankan opini WTP yang telah diperoleh pada
tahun sebelumnya. Opini WTP yang telah diberikan oleh BPK menunjukan komitmen dan
upaya nyata DPRD dan Gubernur Provinsi DKI Jakarta beserta jajarannya untuk terus
mendorong perbaikan pengelolaan keuangan dengan menjalankan dan menerapkan praktik-
praktik pengelolaan keuangan yang baik. BPK mengharapkan agar capaian ini dapat terus
dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
KESIMPULAN

Laporan Keuangan Daerah harus memuat informasi berbagai elemen aset dan struktur
finansial yang merupakan pencerminan dari hasil aktivitas tertentu. Salah satu indikator
kualitas akuntabilitas keuangan dilihat dari opini auditor eksternal (BPK). Opini yang
diberikan oleh audit eksternal akan memberikan dampak terhadap instansi yang terkait.
Menurut opini BPK, LKPD saat ini mengalami perbaikan dan diharapkan akan terus
membaik serta meningkat setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, R. 2016. Manfaat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diakses pada tanggal 31
Agustus 2019 pukul 19.37 WIB dari laman
https://www.academia.edu/34167650/Manfaat_Laporan_Keuangan_Pemerintah_Daerah

Ardiani P. 2019. Pentingnya Opini Audit Bagi Perusahaan. Diakses pada tanggal 31 Agustus
2019 pukul 20.59 WIB dari laman
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/1322/slug/pentingnya-opini-audit-bagi-perusahaan

Baihaqi, Muhamad Bari. 2017. BPK: Laporan Keuangan Pemda Cenderung Membaik.
Diakses pada tanggal 31 Agustus 2019 pukul 19.53 WIB dari laman
http://www.neraca.co.id/article/79606/bpk-laporan-keuangan-pemda-cenderung-membaik

Purwanti. 2015. Opini atas Laporan Keuangan Daerah. Diakses pada tanggal 31 Agustus
2019 pukul 20.45 WIB dari laman
https://www.kompasiana.com/purwanti26/55546fc27397733314905513/opini-atas-
laporan-keuangan-daerah

https://www.bpk.go.id

https://id.wikipedia.org/wiki/

Anda mungkin juga menyukai