Anda di halaman 1dari 41

KEPUTUSAN KONGRES XI IGTKI-PGRI

NOMOR : V/KEP/KONGRES XI/IGTKI-PGRI/VIII/2022


TENTANG
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA IGTKI - PGRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES XI IGTKI-PGRI

Menimbang : 1. Bahwa penyelenggaraan KONGRES XI IGTKI-PGRI


merupakan realisasi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IGTKI-PGRI hasil Keputusan KONGRES X IGTKI-
PGRI tahun 2016 di Jakarta dan program kerja IGTKI-PGRI
hasil KONKERNAS II IGTKI-PGRI Masa Bakti X tahun 2019
di Jakarta.
2. Bahwa sesuai dengan tujuan dan dinamika organisasi,
perlu adanya penyempurnaan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga IGTKI-PGRI.
3. Bahwa berhubung dengan itu, perlu ditetapkan
Keputusan KONGRES XI IGTKI-PGRI tentang
Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IGTKI-PGRI.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar IGTKI-PGRI Bab XV Pasal 25.


2. Program Umum IGTKI-PGRI Masa Bakti X tahun 2015-2021.

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam


permusyawaratan KONGRES XI IGTKI-PGRI.
2. Hasil Sidang Komisi yang disahkan dalam Sidang Pleno
KONGRES XI IGTKI-PGRI.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KONGRES XI IGTKI-PGRI TENTANG
PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA IGTKI-PGRI
PERTAMA : Mengadakan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga sesuai dengan perkembangan keadaan
organisasi IGTKI-PGRI sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Menyatakan berlakunya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IGTKI-PGRI yang disempurnakan itu di seluruh
jenjang dan Jajaran organisasi IGTKI-PGRI.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 5 Agustus 2022
PENGURUS PUSAT
SELAKU
PIMPINAN KONGRES XI IGTKI-PGRI

Ketua Umum Sekretaris Umum

Hj. Farida Yusuf, M.Pd Dra.Yus Sri Widiarti


LAMPIRAN :

KEPUTUSAN KONGRES XI IGTKI-PGRI


NOMOR : V/KEP/KONGRES XI/IGTKI-PGRI/VIII/2022
TENTANG
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA IGTKI – PGRI

ANGGARAN DASAR
IKATAN GURU TAMAN KANAK-KANAK INDONESIA

PEMBUKAAN

Bahwa salah satu tujuan Kemerdekaan Indonesia ialah memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

Satu-satunya alat untuk mencapai maksud tersebut ialah pendidikan serta pengajaran berdasarkan
Pancasila dan Undang -Undang Dasar 1945.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal, dan Guru Taman Kanak -Kanak merupakan pelaksana utama pendidikan
Taman Kanak -Kanak, yang menghimpun dirinya kedalam satu organisasi.

Guru sebagai ujung tombak pelaksana pembangunan pendidikan dituntut memiliki integritas dan
kem ampuan profesional yang tinggi agar mampu melaksanakan pengabdiannya dalam
mecerdaskan anak usia TK generasi penerus bangsa. IGTKI-PGRI senantiasa berupaya membina
dan meningkatkan harkat dan martabat guru TK melalui peningkatan kompetensi dan
kesejahteraannya.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka di susunlah Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah tangga IGTKI-PGRI sebagai berikut:

BAB I
NAMA, SIFAT, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1

1) Organisasi ini bernama Ikatan Guru Taman Kanak -Kanak Indonesia di Singkat IGTKI.
2) IGTKI didirikan pada tanggal 22 Mei 1950 di Jakarta untuk waktu yang tidak ditentukan.
3) Pada Kongres IV IGTKI tahun 1985 di Jakarta, IGTKI manunggal kedalam PGRI namun
tetap mandiri dalam IGTKI sehingga nama organisasi menjadi IGTKI-PGRI
4) IGTKI-PGRI adalah organisasi profesi guru Taman Kanak-kanak yang independen, dan
PGRI adalah mitra sejajar.
5) Pimpinan organisasi tingkat Pusat berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia.

BAB II
DASAR
Pasal 2

IGTKI-PGRI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


BAB III
KEDAULATAN
Pasal 3

Kedaulatan organisasi ada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres.

BAB IV
VISI DAN MISI

Pasal 4
VISI:

Terwujudnya organisasi profesi yang dinamis, profesional dan bermartabat dengan anggota yang
berakhlak mulia dalam keragaman agama , budaya serta berwawasan global.

Pasal 5
MISI :

1) Meningkatkan profesionalitas guru TK melalui berbagai pelatihan, seminar, workshop, dan


lain-lain.
2) Mewujudkan organisasi yang dinamis, dapat mengikuti berbagai perkembangan
pendidikan, kreatif, inovatif, visioner dan berwawasan global.
3) Mewujudkan organisasi yang bermartabat mampu mengayomi, menghargai, dan
memotivasi anggotanya.
4) Mewujudkan anggota yang beriman bertaqwa dan berakhlak mulia, dapat diteladani
oleh peserta didik dan anggota masyarakat lainnya
5) Menghargai keberagaman agama diantara anggotanya.
6) Melestarikan dan mengembangkan keragaman budaya di Indonesia.

BAB V
TUJUAN
Pasal 6

1) Mewujudkan cita-cita Proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2) Berperan aktif menyukseskan Pembangunan Nasional, khususnya Bidang Pendidikan
Taman Kanak-Kanak.
3) Berperan serta mengembangkan sistem dan pelaksanaan Pendidikan Nasional.
4) Meningkatkan kesadaran berorganisasi, mutu dan kompetensi Guru Taman Kanak-Kanak.
5) Menjaga, memelihara, harkat dan martabat Guru Taman Kanak- Kanak dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui peningkatan solidaritas
anggota.

BAB VI
TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN
Pasal 7

IGTKI-PGRI mempunyai tugas:


1) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) Membela, mempertahankan, mengamankan, dan mengamalkan Pancasila.
Mempertahankan dan melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3) Mempersatukan semua Guru dan Kepala Sekolah, Pengawas Taman Kanak-Kanak, dan
Pensiunan Guru Taman Kanak-Kanak.
4) Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Pendidikan terkait dan organisasi
kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Taman Kanak-Kanak.

Pasal 8

IGTKI-PGRI mempunyai fungsi :


1) Sebagai wadah semua Guru dan pensiunan Guru Taman Kanak - kanak, serta Tenaga
Kependidikan Taman Kanak-Kanak guna meningkatkan pengabdian dan peran serta
dalam Pendidikan Nasional khususnya di bidang Pendidikan Taman Kanak -Kanak.
2) Membina kader organisasi serta memelihara dan meningkatkan mutu keorganisasian IGTKI-
PGRI
3) Mempertahankan Taman Kanak-Kanak sebagai lembaga Pendidikan Anak Usia Dini,
dalam jalur Pendidikan formal sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
4) Memajukan profesi guru dan meningkatkan kompetensi guru anggota IGTKI-PGRI.

Pasal 9

IGTKI-PGRI mempunyai kewenangan:


1) Melaksanakan dan menegakkan Kode Etik Guru.
2) Memajukan pendidikan Taman Kanak-Kanak
3) Pengurus Pusat IGTKI-PGRI mempunyai wewenang untuk Menentukan kebijakan sesuai
dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres,
Konkernas, Rakorpimnas, atau rapat-rapat Pengurus Pusat IGTKI-PGRI.
4) Pengurus Provinsi IGTKI-PGRI mempunyai wewenang untuk menentukan kebijakan sesuai
dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres,
Konkernas, Konferensi Provinsi, Konferensi Kerja Provinsi, Rapat Kerja Provinsi, dan rapat-
rapat Pengurus Provinsi IGTKI-PGRI.
5) Pengurus Kabupaten/Kota IGTKI-PGRI mempunyai wewenang untuk menentukan kebijakan
sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres,
Konkernas, Konferensi Provinsi, Konferensi Kabupaten/Kota, Konferensi Kerja
Kabupaten/Kota, Rapat Kerja Kabupaten/ Kota, dan rapat-rapat Pengurus Kabupaten/Kota
IGTKI-PGRI.
6) Pengurus IGTKI-PGRI Kecamatan mempunyai wewenang untuk menentukan kebijakan
sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres,
Konkernas, Konferensi Provinsi, Konferensi Kabupaten/Kota, Konferensi Kecamatan, Rapat
Kerja Kecamatan dan rapat-rapat anggota.

BAB VII
KODE ETIK DAN IKRAR GURU INDONESIA
Pasal 10

1) IGTKI-PGRI memiliki dan melaksanakan Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia
2) Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia tersebut dalam ayat (1) Pasal ini diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan tersendiri.

BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 11

1) IGTKI-PGRI memiliki atribut yang terdiri dari Lambang, Panji, Mars, Hymne, Mars Porseni,
Bendera Porseni,Pakaian Seragam, dan Lencana.
2) Atribut organisasi tersebut pada ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 12

IKATAN GURU TAMAN KANAK-KANAK INDONESIA-PGRI (IGTKI-PGRI)


meliputi seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan susunan organisasi
sebagai berikut :
1) Tingkat Pusat yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Tingkat Provinsi meliputi wilayah satu Provinsi.
3) Tingkat Kabupaten/Kota meliputi wilayah satu Kabupaten/ Kota.
4) Tingkat Kecamatan meliputi wilayah satu Kecamatan.

BAB X
KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN, DAN HAK-HAK ANGGOTA

Pasal 13
KEANGGOTAAN

Yang dapat menjadi anggota IGTKI-PGRI ialah warga Negara Republik Indonesia yang
berprofesi sebagai Guru Taman Kanak-Kanak baik pegawai negeri maupun swasta, pensiunan
Guru Taman Kanak -Kanak, Pengawas Taman kanak-kanak, Tenaga Kependidikan Taman Kanak
- kanak, para pakar Pendidikan Anak Usia Dini dan Pensiunan pengawas.

Pasal 14
PERSYARATAN

Syarat, cara dan jenis/macam keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 15
KEWAJIBAN

Setiap anggota berkewajiban untuk :


1) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan Organisasi.
2) Memegang teguh Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-peraturan
Organisasi, dan Disiplin Organisasi.
3) Melaksanakan Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia
4) Melaksanakan Visi dan Misi untuk mencapai Tujuan Organisasi
5) Melaksanakan program Organisasi
6) Membayar iuran organisasi

Pasal 16
HAK-HAK ANGGOTA

1) Setiap anggota IGTKI-PGRI mempunyai :


a. Hak bicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih;
d. Hak dipilih;
e. Hak membela diri;
f. Hak memperoleh perlindungan hukum;
2) Penggunaan hak anggota seperti tersebut dalam ayat (1) pasal 14, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 17
KEANGGOTAAN BERAKHIR

1) Atas permintaan sendiri


2) Karena diberhentikan
3) Karena meninggal dunia

BAB XI
BADAN PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 18

1) Badan Pimpinan Organisasi terdiri dari :


a. Pengurus Pusat
b. Pengurus Provinsi
c. Pengurus Kabupaten/Kota
d. Pengurus Kecamatan
2) Susunan dan pembagian kerja dalam Badan Pimpinan Organisasi diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga

Pasal 19

1) Badan Pimpinan Organisasi berfungsi melaksanakan program dan Kegiatan organisasi.


2) Badan Pimpinan Organisasi sesuai dengan tingkatannya berwenang menetapkan
kebijakan organisasi untuk memperlancar pelaksanaan tugas organisasi serta bertindak ke
dalam dan keluar atas nama organisasi.
3) Badan Pimpinan Organisasi sesuai dengan tingkatannya berkewajiban Untuk
memberikan pertanggungjawaban kepada forum organisasi tertinggi pada tingkatan
masing-masing.

Pasal 20
PENCALONAN DAN PEMILIHAN

Pencalonan dan pemilihan Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota,


Pengurus Kecamatan, diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 21
PENGESAHAN KEPENGURUSAN

1). Kepengurusan IGTKI-PGRI di semua tingkat disahkan oleh Pengurus Organisasi


setingkat lebih tinggi, dan pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
2). Pengurus Pusat IGTKI-PGRI disahkan oleh KONGRES IGTKI-PGRI dan Mengucapkan:
“JANJI PENGURUS PUSAT IGTKI-PGRI MASA BAKTI..................(sesuai Kongresnya).

BAB XII
FORUM ORGANISASI
Pasal 22

Forum organisasi terdiri dari :


1) Kongres
2) Kongres Luar Biasa
3) Konferensi Kerja Nasional
4) Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional (Rakorpimnas).
5) Konferensi Provinsi
6) Konferensi Luar Biasa Provinsi
7) Konferensi Kerja Provinsi
8) Rapat Koodinasi Pimpinan Provinsi (Rakorpimprov)
9) Konferensi Kabupaten/Kota
10) Konferensi Luar Biasa Kabupaten/Kota
11) Konferensi Kerja Kabupaten/Kota
12) Rapat Koordinasi Pimpinan Kabupaten/Kota (Rakorpimkab/kot).
13) Konferensi Kecamatan
14) Rapat Kerja Kecamatan dan Pertemuan Organisasi Tingkat Kecamatan lainnya

BAB XIII
DEWAN PENASIHAT PASAL 23

1) Pengurus IGTKI-PGRI dari tingkat Pusat sampai tingkat Kecamatan mempunyai


Penasihat yang diangkat, disahkan dan berhenti bersama-sama dengan pengurus yang
bersangkutan oleh Forum organisasi yang memilihnya.
2) Penasihat bertugas memberikan bimbingan, nasihat, pertimbangan dan saran-saran kepada
pengurus baik diminta maupun tidak.
3) Dewan penasihat dan pengurus mengadakan rapat minimal 6 bulan sekali
4) Dewan penasihat terdiri dari tokoh-tokoh IGTKI-PGRI dan atau tokoh-tokoh Pendidik

BAB XIV
PERBENDAHARAAN
Pasal 24

1) Keuangan diperoleh dari :


a. Iuran anggota
b. Sumbangan tetap para donatur
c. Sumbangan yang tidak mengikat
d. Usaha-usaha lain yang sah dan halal
2) Kekayaan organisasi dibukukan dan diinvetarisasikan secara transparan dan akuntabel.
3) Keuangan dan kekayaan organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 25

1) Perubahan Anggaran Dasar adalah wewenang Kongres


2) Kongres yang dimaksud pada ayat (1) pasal i ni harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah pengurus Provinsi
3) Perubahan AD/ART harus disetujui oleh sekurang -kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah pengurus provinsi yang hadir.

BAB XVI
PEMBUBARAN
Pasal 26

1) Pembubaran organisasi di tingkat pusat oleh Kongres


2) Kongres yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini, harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah pengurus provinsi
3) Pembubaran harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3(dua pertiga) dari seluruh
pengurus provinsi yang hadir.
4) Apabila Kongres memutuskan pembubaran maka dalam keputusan tersebut
ditentukan pedoman dan tata cara pembubaran organisasi.
BAB XVII
PENUTUP
Pasal 27

Hal-hal yang belum dituangkan dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan atau Peraturan Organisasi.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN GURU TAMAN KANAK-KANAK INDONESIA

BAB I
KODE ETIK DAN IKRAR GURU INDONESIA
Pasal 1

Kode Etik dan Ikrar guru Indonesia sebagai berikut :


1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan etika jabatan guru yang menjadi landasan moral
dan pedoman tingkah laku profesi yang di junjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh
setiap guru Indonesia.
2) Ikrar Guru Indonesia merupakan penegasan kebulatan tekad anggota IGTKI-PGRI dalam
penghayatan dan pengamalan Kode Etik guru Indonesia.
3) Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia tercantum dalam naskah tersendiri.
4) Setiap Anggota IGTKI-PGRI wajib memahami, menghayati, mengamalkan
dan menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia dan Ikrar Guru Indonesia.
5) Tata cara penggunaan dan pengucapan Ikrar Guru Indonesia diatur dalam
ketentuan tersendiri.

BAB II
Pasal 2
JENIS KEANGGOTAAN

1) Anggota Biasa
2) Anggota Luar Biasa
3) Anggota Kehormatan

Pasal 3
Anggota Biasa

Anggota Biasa adalah Guru Taman Kanak-Kanak baik negeri maupun swasta, yang masih
aktif bertugas di Taman Kanak-Kanak, Pensiunan Guru TK, dan Pengawas TK.

Pasal 4
Anggota Luar Biasa

Anggota Luar Biasa adalah para pakar dan pemerhati Pendidikan Anak Usia Dini .

Pasal 5
Anggota Kehormatan

1. Anggota kehormatan di Tingkat Pusat adalah :


a. Mereka yang karena jasa-jasanya yang luar biasa terhadap pendidikan
Taman Kanak-Kanak dan atau organisasi IGTKI PGRI diangkat dan
ditetapkan oleh Kongres atas usul Pengurus Pusat.
2. Anggota kehormatan di Tingkat Provinsi adalah : Mereka yang karena jasa-jasanya
yang luar biasa terhadap pendidikan Taman Kanak-Kanak dan atau organisasi IGTKI
PGRI diangkat dan ditetapkan oleh Konferensi Provinsi atau atas usul pengurus
Provinsi.
3. Anggota kehormatan di Tingkat Kabupaten/Kota adalah : Mereka yang karena jasa-
jasanya yang luar biasa terhadap pendidikan Taman Kanak-Kanak dan atau
organisasi IGTKI PGRI diangkat dan ditetapkan oleh Konferensi Kabupaten/Kota
atas usul pengurus Kabupaten/Kota
4. Anggota kehormatan di Tingkat/Kecamatan adalah : Mereka yang karena jasa-jasanya
yang luar biasa terhadap pendidikan Taman Kanak-Kanak dan atau organisasi IGTKI
PGRI diangkat dan ditetapkan oleh Konferensi Kecamatan atas usul pengurus
Kecamatan.

Pasal 6
Tata Cara Penerimaan Keanggotaan

Anggota Biasa
1. Keanggotaan diperoleh sesudah mengajukan permintaan kepada Pengurus Kecamatan
2. Pada instansi tingkat nasional dan satuan pendidikan Indonesia diluar
negeri, Keanggotaannya diurus dan ditangani oleh Pengurus Pusat IGTKI-
PGRI.

Dalam surat permintaan itu disebutkan antara lain :


- Nama
- Jenis kelamin
- Tempat dan tanggal lahir
- Pekerjaan
- Agama
- Alamat pekerjaan
- Alamat tempat tinggal, No. Telpon/HP
- Ijazah yang dimiliki
3. Keanggotaan harus terdaftar mulai dari Pengurus Kecamatan sampai dengan
dengan Pengurus Pusat
4. Keanggotaan dianggap sah apabila telah menerima kartu anggota IGTKI-PGRI setelah
yang bersangkutan menyelesaikan administrasi keanggotaannya .
5. Kartu Anggota diperoleh dari Pengurus Pusat melalui Pengurus Provinsi

Pasal 7
Anggota Luar Biasa

1. Anggota luar biasa di Tingkat Pusat ditentukan oleh Pengurus Pusat


2. Anggota luar biasa di Tingkat Provinsi ditentukan oleh Pengurus Provinsi
3. Anggota luar biasa di Tingkat Kabupaten/Kota ditentukan oleh
Pengurus Kabupaten/Kota
4. Anggota luar biasa di Tingkat Kecamatan ditentukan oleh Pengurus Kecamatan

Pasal 8
Hak Anggota

1) Anggota biasa memiliki :


a. Hak bicara, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tertulis.
b. Hak suara, yaitu hak untuk memberikan suaranya pada waktu pemungutan suara.
c. Hak memilih yaitu hak untuk memilih pengurus organisasi
d. Hak dipilih yaitu hak untuk dipilih menjadi pengurus organisasi
e. Hak membela diri, yaitu hak untuk menyampaikan pembelaan diri atas
tindakan disiplin organisasi yang dijatuhkan kepadanya atau atas pembatasan
hak-hak keanggotaannya.
f. Hak memperoleh kesejahteraan, pembelaan dan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugasnya.
2) Anggota luar biasa memiliki hak bicara, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat
baik lisan maupun tertulis.
3) Anggota kehormatan memiliki hak bicara, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat
baik secara lisan maupun tertulis.

Pasal 9
Kewajiban Anggota

1. Mentaati Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.


2. Menjunjung tinggi Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia
3. Mengimplementasikan Visi dan Misi untuk mencapai tujuan Organisasi,
serta melaksanakan Program dan Tugas Organisasi
4. Memelihara rasa kekeluargaan dan menjaga nama baik Organisasi.
5. Membayar iuran anggota
6. Memberikan sumbangan sukarela bila diperlukan

Pasal 10
Tindakan Disiplin

1) Tindakan disiplin dapat dikenakan kepada setiap anggota maupun pengurus :


a. Melanggar AD/ART
b. Melanggar Kode Etik
c. Tidak loyal terhadap Organisasi
d. Tidak membayar uang iuran anggota selama 12 bulan berturut-turut
e. Tidak aktif dalam setiap kegiatan
2) Tindakan disiplin berupa:
a. Peringatan lisan atau tertulis
b. Tidak diikut sertakan dalam berbagai kegiatan disetiap jenjang
c. Pemberhentian/Pembebasan sementara sebagai anggota/ pengurus organisasi
d. Pemberhentian/Pembebasan selaku anggota/pengurus organisasi.
3) Pemberhentian pada ayat (2) tersebut berlaku untuk semua jenjang kepengurusan

BAB III
ORGANISASI TINGKAT NASIONAL
Pasal 11

Status, Wilayah, dan Perangkat kelengkapan Organisasi


1) Organisasi Tingkat Nasional merupakan institusi tertinggi, organisasi yang meliputi
seluruh wilayah Kesatuan Republik Indonesia termasuk sekolah-sekolah Indonesia diluar
negeri yang memiliki keanggotaan IGTKI-PGRI
2) Kongres merupakan pemegang kedaulatan tertinggi organisasi.
3) Organisasi tingkat Nasional berkedudukan di Ibu kota negara Republik Indonesia.
4) Perangkat kelengkapan Organisasi tingkat Nasional terdiri dari :
a. Pengurus Pusat
b. Kongres, Kongres Luar Biasa, Rapat Kerja Nasional, Konkernas, Rakorpimnas,
dan Rapat-Rapat lainnya.
c. Badan Penasihat Tingkat Nasional.
d. Anak lembaga dan badan khusus tingkat Nasional

BAB IV
ORGANISASI TINGKAT PROVINSI
Pasal 12
Pengurus Provinsi

1) Dalam satu provinsi tidak boleh didirikan Pengurus Provinsi yang lain:
2) Jika wilayah satu provinsi berkembang menjadi lebih dari satu provinsi yang
sederajat, dapat didirikan organisasi IGTKI-PGRI yang baru dengan tata cara sebagai
berikut :
a. Pengurus IGTKI-PGRI induk mengadakan konferensi khusus yang dihadiri
oleh Pengurus Pusat IGTKI-PGRI
b. Konferensi khusus menetapkan pengurus IGTKI-PGRI Provinsi baru
sebagai penanggung jawab organisasi di Provinsi tersebut
c. Ketentuan tentang tata cara, wewenang dan tanggung jawab penyelenggararaan
konferensi berlaku pula bagi penyelenggaraan konferensi khusus di setiap
tingkatan.
3) Perangkat kelengkapan organisasi IGTKI-PGRI terdiri dari: Pengurus IGTKI-PGRI
Provinsi, Konferensi Provinsi, Konferensi Provinsi luar biasa, Konferensi Kerja Provinsi,
Rakorpimprov, dan rapat-rapat IGTKI-PGRI Provinsi.
4) Dewan penasihat IGTKI-PGRI

Pasal 13
Pengesahan dan Penolakan Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi

1) Pengesahan Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi


a. Pengurus Provinsi dilakukan oleh Pengurus Pusat
b. Pengurus Provinsi dianggap sah apabila sudah diangkat, disahkan dilantik
dan menerima SK dari Pengurus Pusat.

2) Penolakan Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi


a. Penolakan pengesahan pengurus provinsi oleh pengurus pusat dinyatakan dengan
surat penolakan kepada yang berkepentingan dengan menjelaskan alasannya.
b. Calon Pengurus Propinsi yang ditolak permintaan pengesahannya dapat
mengajukan permasalahannya kepada Kongres.

Pasal 14
Pembekuan, Pencairan, dan Pembubaran Pengurus Provinsi.

1)Pembekuan Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi :


a. Pembekuan pengurus provinsi berarti menonaktifkan seluruh pengurus,
mencabut seluruh hak-haknya untuk melaksanakan tindakan-tindakan
organisatoris dan mengadakan ikatan-ikatan atas nama organisasi.
b. Pembekuan dan pencairan kembali Pengurus Provinsi dilakukan oleh Pengurus Pusat
yang kemudian mempertanggung jawabkan kepada Konferensi Kerja Nasional
dengan mempertimbangkan pendapat Pengurus Propinsi yang bersangkutan.
c. Pembekuan dilakukan karena pengurus :
- Melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
- Melanggar Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan
Organisasi lainnya.
- Tidak memperlihatkan Kegiatan Organisasi.
- Batas toleransi kepada Pengurus Provinsi yang telah berakhir masa kepengurusan
adalah 6 (bulan), jika tidak diindahkan maka kepengurusan dapat diambil alih oleh
Pengurus Pusat.
d. Pembekuan wajib didahului dengan peringatan tertulis oleh Pengurus Pusat sekurang-
kurangnya tiga kali berturut-turut.
e. Sesudah organisasi provinsi dibekukan, segala kegiatan organisasi yang ada di
daerahnya di urus langsung oleh Pengurus Pusat dan segala urusan organisasi IGTKI-
PGRI menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat.
2) Pencairan Pengurus Provinsi
a. Pengurus Pusat wajib menghidupkan kembali Pengurus Provinsi antara lain dengan
menyelenggarakan Konferensi IGTKI-PGRI Provinsi selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah dibekukan.
b. Pengurus Pusat dapat mencairkan kembali Pengurus Provinsi yang dibekukan, kalau
menurut pertimbangannya Pengurus Provinsi tersebut telah dapat melakukan
tugasnya kembali sebagimana mestinya
3) Pembubaran Pengurus Provinsi
a. Pengurus Provinsi dapat di bubarkan oleh Konferensi Pusat sesudah
b. 12 (dua belas) bulan di bekukan, dan setelah segala upaya menghidupkankembali
tidak juga berhasil.
c. Sesudah Pengurus Provinsi di bubarkan kepegurusan diambil alih oleh Pengurus Pusat.
d. Kekayaan organisasi Pengurus Provinsi, utang piutang dan urusan lain- lain dari
organisasi IGTKI-PGRI yang dibubarkan menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat
e. Pembubaran serta pengalihan segala kekayaan organisasi IGTKI-PGRI Provinsi oleh
Pengurus Pusat wajib di umumkan melalui media massa baik cetak maupun elektronik
setempat

BAB V
PENGURUS IGTKI-PGRI KABUPATEN/KOTA
Pasal 15
WILAYAH KEPENGURUSAN KABUPATEN/KOTA

1) Wilayah kepengurusan Kabupaten/Kota meliputi wilayah Kabupaten/Kota.


2) Dalam satu wilayah Kepengurusan Kabupaten/Kota tidak boleh didirikan
kepengurusan Kabupaten/Kota yang lain yang mempunyai batas wilayah yang sama.
3) Jika wilayah satu kepengurusan IG TKI-PGRI Kabupaten/Kota berkembang menjadi
lebih dari satu kabupaten/kota yang sederajat, dapat didirikan organisasi IGTKI-PGRI
yang baru dengan tata cara sebagai berikut :
a. Pengurus IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota mengadakan konferensi IGTKI- PGRI
Kabupaten/Kota khusus untuk menetapkan pembentukan pengurus IGTKI-
PGRI Kabupaten/Kota yang baru.
b. Konferensi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota tersebut menetapkan pengurus IGTKI-
PGRI kabupaten/kota yang baru sebagai penanggung jawab organisasi di daerah
baru tersebut.
c. Ketentuan tentang tata cara wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan
Konferensi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota berlaku pula bagi
penyelenggaraan Konferensi tersebut.

4) Perangkat kelengkapan organisasi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota terdiri dari:


a. Pengurus IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
b. Konferensi Kabupaten/Kota,Konferensi luar biasa, Konferensi Kerja Kabupaten/Kota,
dan Rakorpimkabupaten/kota).
c. Dewan penasihat IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
Pasal 16
Pengesahan dan Penolakan Pengurus Kabupaten/ Kota.

Anggaran Rumah Tangga Bab IV Pasal 13 berlaku juga bagi pasal ini dengan ketentuan bahwa
yang berhak memberikan atau menolak permintaan pengesahan Pengurus Kabupaten/Kota
adalah Pengurus Provinsi dengan mempertimbangkan usulan dan pendapat Pengurus
Kabupaten/Kota bersangkutan.

Pasal 17
Pembekuan, Pencairan dan Pembubaran Pengurus Kabupaten/ Kota.

Anggaran Rumah Tangga Bab IV Pasal 14 berlaku juga bagi Pasal ini dengan pertimbangan
usul/pendapat Pengurus Kabupaten/Kota pembubaran Pengurus Kabupaten/Kota dilakukan
oleh Pengurus Provinsi dengan mempertimbangkan usul/pendapat Pengurus
Kabupaten/Kota.

BAB VI
PENGURUS IGTKI-PGRI KECAMATAN
Pasal 18
WILAYAH KEPENGURUSAN

1. Wilayah Kepengurusan Kecamatan meliputi satu wilayah Kecamatan.


2. Dalam satu wilayah kepengurusan Kecamatan tidak boleh didirikan
kepengurusan Kecamatan lain yang mempunyai batas-batas wilayah yang sama.

Pasal 19
Pengesahan dan Penolakan Pengurus Kecamatan.

Anggaran Rumah Tangga bab IV pasal 13 berlaku pula bagi pasal ini dengan ketentuan bahwa
yang berhak memberikan atau menolak permintaan pengesahan adalah Pengurus
Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan usulan dan pendapat Pengurus Kecamatan yang
bersangkutan.

Pasal 20
Pembekuan, Pencairan Dan Pembubaran Pengurus Kecamatan

Anggaran Rumah Tangga Bab IV pasal 14 berlaku pula bagi pasal ini dengan ketentuan bahwa
yang berhak menetapkan pembekuan, pencairan, dan pembubaran adalah Pengurus Kabupaten/
Kota dengan memperhatikan usulan dan pendapat Pengurus Kecamatan yang bersangkutan.

BAB VII
SYARAT-SYARAT ANGGOTA PENGURUS PUSAT, PENGURUS PROVINSI,
PENGURUS KABUPATEN/KOTA DAN PENGURUS KECAMATAN

Pasal 21
Yang berhak menjadi pengurus IGTKI-PGRI adalah anggota biasa yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
2) Memiliki keberanian serta integritas yang tinggi untuk membela memajukan
organisasi secara demokratis dan independen.
3) Anggota IGTKI-PGRI yang telah membuktikan peran serta aktif dalam kepengurusan
dan atau organisasi.
4) Pernah menduduki jabatan dalam kepengurusan organisasi IGTKI-PGRI baik di jenjang
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan.
5) Pengawas Taman Kanak-Kanak yang masih aktif, dapat menduduki jabatan pengurus
IGTKI-PGRI pada jabatan bukan pengurus inti.
6) Pensiunan Pengawas Taman Kanak-kanak yang Kembali ke TK dapat menduduki
jabatan Pengurus IGTKI-PGRI di setiap jenjang.
7) Bertugas dan berdomisili di tempat kedudukan pengurus sesuai dengan tingkatannya.
8) Tidak merangkap jabatan Pengurus Inti IGTKI-PGRI tingkat lainnya
9) Tidak merangkap jabatan pengurus inti di organisasi lain
10) Tidak merangkap kepengurusan dua komponen pendidikan Taman Kanak-kanak lainnya.
11) Sehat jasmani dan rohani, bersih, Jujur, berkepribadian, bertanggung jawab, profesional
di bidangnya, terbuka dan berwawasan luas.
12) Semua jenjang Kepengurusan dengan kuota minimal 40% pengurus lama dan
maksimal 60% pengurus yang baru.

BAB VIII
PENGURUS PUSAT
Pasal 22

Susunan Pengurus Pusat IGTKI-PGRI sebanyak 13-15 (lima belas) orang atau disesuaikan
dengan kondisi dan situasi terdiri dari :
1. Ketua Umum
2. Ketua
3. Ketua
4. Ketua
5. Sekretaris umum
6. Sekertaris
7. Sekertaris
8. Bendahara umum
9. Bendahara
10. Bidang Organisasi
11. Bidang Pendidikan dan
Keprofesian (di tambah Seksi
Litbang)
12. Bidang PORSENI
13. Bidang Humas & Kesejahteraan

Pasal 23
Pemilihan Pengurus Pusat

Pemilihan Pengurus Pusat


1)Pada setiap Kongres Pengurus Pusat mengakhiri masa baktinya dan diselenggarakan
pemilihan Pengurus Pusat yang baru.
2)Calon Pengurus Pusat harus tercantum di dalam daftar nama calon yang disahkan
oleh Kongres.
3) Pemilihan Pengurus Pusat di pimpin oleh panitia pemilihan sebanyak- banyaknya tujuh
(7) orang dari tujuh (7) Provinsi yang ditunjuk dengan surat keputusan (SK) oleh
Pengurus Pusat, dan bertugas menyelenggarakan pemilihan sesuai tata cara yang di atur
tersendiri dalam instrumen pemilihan Pengurus Pusat.
4)Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres yang dalam hal ini berturut-turut memilih Ketua
umum, 3 Ketua dalam satu paket, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum, melalui
pemungutan suara secara umum, bebas dan rahasia. Keenam pengurus terpilih ini di
sebut Pengurus Inti.
5)Keenam (6) pengurus terpilih menjadi Formatur yang bertugas melengkapi susunan dan
personalia Pengurus Pusat sesuai dengan Bab VIII pasal 22 Anggaran Rumah Tangga
ini.
6)Serah terima Pengurus Pusat lama kepada yang baru selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan sesudah Kongres.
7)Dalam hal terjadi kekurangan atau kekosongan anggota Pengurus Pusat, pengisiannya
dilakukan oleh rapat Pengurus Pusat dan hasilnya dilaporkan pada Konferensi Kerja
Nasional Pengurus Pusat
8)Masa Bakti Pengurus Pusat adalah 5 (lima) tahun.

Pasal 24
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat

Tugas dan tanggung jawab Pengurus Pusat.


1) Penjabaran tugas Pengurus Pusat diatur tersendiri dalam ketentuan yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
2) Pengurus Pusat bertanggung jawab ke dalam dan keluar organisasi.
3) Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Kongres atas kepengurusan
organisasi selama masa baktinya.
4) Pengurus Pusat bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia,
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan Kongres, Konferensi Kerja
Nasional, dan Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional.

Pasal 25
Masa Bakti Kepengurusan

1) Pengurus Harian/Inti yang terpilih disetiap jenjang dapat menjabat paling lama 2
kali (masa bakti) kepengurusan.
2) Pengurus Harian/Inti yang dimaksud pada ayat (1) masih dapat dipilih kembali
untuk masa Bakti ke-3 dan seterusnya, pada posisi yang lain.

Pasal 26
Dewan Pembina Pengurus Pusat

Dewan Pembina Pengurus Pusat adalah :


1) Ibu Negara dan Bunda PAUD Indonesia
2) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
3) Pakar Pendidikan

Pasal 27
Dewan Penasihat Pengurus Pusat

1) Atas usul Pengurus Pusat Kongres menetapkan Dewan Penasihat Pengurus Pusat
terdiri dari :
a. Direktur PAUD Ditjen PAUD dan DIKMAS
b. Direktur PGTK PAUD & DIKMAS Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan.
c. Mantan Ketua Umum PP IGTKI-PGRI
d. Ketua Umum Pengurus Besar PGRI
2) Penasihat bertugas memberikan nasihat, saran-saran, dan pertimbangan kepada
Pengurus Pusat baik diminta maupun tidak
3) Masa jabatan Dewan Penasihat Pusat sama dengan Pengurus Pusat.
BAB IX
PENGURUS PROVINSI
Pasal 28

Susunan Pengurus Provinsi adalah minimal 9 (sembilan) orang, maksimal 13 (tiga belas)
orangatau disesuaikan dengan kondisi dan situasi, yang terdiri dari :
1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Wakil ketua
4. Sekretaris
5. Wakil Sekertaris
6. Bendahara
7. Wakil Bendahara
8. Bidang Organisasi
9. Bidang Pendidikan dan
Keprofesian. Ditambah Seksi
Litbang
10. Bidang PORSENI.
11. Bidang Humas, dan Kesejahteraan

Pasal 29
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Provinsi

1) Anggaran Rumah Tangga pasal 24 berlaku juga pada pasal ini disesuaikan
dengan tingkat kepengurusannya.
2) Pengurus Provinsi bertanggung jawab membuat laporan kepada Pengurus Pusat
setiap Konferensi Kerja Nasional I dan II, serta Kongres (3x dalam 1 periode
kepengurusan)

Pasal 30
Pemilihan Pengurus Provinsi

1) Pengurus Provinsi dipilih oleh Konferensi Provinsi yang diadakan setelah Masa
Bakti kepengurusan Provinsi yang lama berakhir.
2) Calon Pengurus Provinsi harus tercantum didalam daftar nama calon yang disahkan
oleh Konferensi.
3) Pemilihan Pengurus Provinsi dipimpin oleh Pengurus Pusat IGTKI-PGRI yang
bertugas menyelenggarakan pemilihan sesuai tata cara yang diatur tersendiri dalam
instrument pemilihan Pengurus Provinsi.
4) Konferensi memilih secara berturut-turut Ketua, 2 (dua) orang wakil ketua dalam
satu paket, Sekretaris dan Bendahara. Pengurus terpilih ini disebut Pengurus Inti.
5) Kelima pengurus terpilih tersebut bertindak selaku formatur dengan wewenang dari
Konferensi untuk melengkapi susunan dan personalia Pengurus Provinsi seperti
dimaksud dalam BAB IX Pasal 28 Anggaran Rumah Tangga.
6) Serah terima Pengurus Provinsi kepada yang baru dilakukan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah konferensi Provinsi.
7) Dalam hal terjadi kekurangan atau kekosongan anggota pengurus pengisiannya dilakukan
melalui Rapat Pengurus Provinsi, kemudian dilaporkan kepada Konferensi Kerja
Provinsi
8) Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi dila
9) ntik oleh Pengurus Pusat dan mengucapkan janji dihadapan Peserta Konferensi.
10) Masa Bakti pengurus Provinsi adalah 5 (lima) tahun
Pasal 31
Dewan Pembina Pengurus Provinsi

Dewan Pembina Pengurus Provinsi adalah :


1. Istri Gubernur atau bunda PAUD Provinsi
2. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
3. Pakar Pendidikan
4. Lainnya yang berkompeten

Pasal 32
Dewan Penasihat Provinsi

1) Atas Usul Pengurus Provinsi, Konferensi Provinsi menetapkan Dewan Penasihat


Pengurus Provinsi, sebagai berikut :
a. Ketua PGRI Provinsi
b. Ketua IGTKI-PGRI Provinsi yang Purna Tugas
2) Tugas dan Masa Jabatan Dewan Penasihat Pengurus Provinsi disesuaikan
dengan ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab VIII Pasal 27 ayat 2 dan 3

BAB X
PENGURUS KABUPATEN/KOTA
Pasal 33

Susunan Pengurus Kabupaten / Kota sembilan (9-11) orang atau disesuaikan dengan kondisi
dan situasi yang terdiri dari.
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Wakil Bendahara
7. Bidang Organisasi
8. Bidang Pendidikan
Seksi LItbang
9. Bidang Porseni dan Kesejahteraan

Pasal 34
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Kabupaten / Kota

1) Anggaran Rumah Tangga Bab IX pasal 29 berlaku juga pada pasal ini disesuaikan
dengan tingkat kepengurusannya.
2) Pengurus Kabupaten/Kota bertanggung Jawab dan mengirimkan laporan kepada
pengurus setingkat lebih tinggi setiap 1 tahun sekali.

Pasal 35

Pemilihan Pengurus Kabupaten/Kota :


1) Pengurus Kabupaten/Kota dipilih oleh Konferensi Kabupaten/Kota diadakan setelah
Masa Bakti Pengurus Kabupaten/Kota yang lama berakhir.
2) Calon Pengurus Kabupaten/Kota harus tercantum didalam daftar nama calon yang
disahkan oleh Konferensi Kabupaten/Kota.
3) Pemilihan Pengurus Kabupaten/Kota dipimpin oleh Pengurus Provinsi yang bertugas
menyelenggarakan pemilihan sesuai dengan tata cara yang di atur tersendiri dalam instrumen
pemilihan Pengurus Kabupaten/Kota.
4) Konferensi memilih secara berturut-turut Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
5) Ketiga Pengurus terpilih bertindak selaku formatur dengan wewenang dari Konferensi
untuk melengkapi susunan Pengurus Kabupaten/Kota. Seperti dimaksud Bab X pasal 33
Anggaran Rumah Tangga .
6) Serah terima Pengurus Kabupaten/Kota dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah Konferensi Kabupaten/Kota.
7) Dalam hal terjadi kekurangan atau kekosongan Anggota Pengurus, pengisiannya dilakukan
dalam rapat Pengurus Kabupaten/Kota.
8) Sebelum memulai tugasnya seluruh anggota pengurus IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
dilantik oleh Pengurus Provinsi dan mengucapkan janji dihadapan para Peserta Konferensi
9) Masa bakti Pengurus Kabupaten/Kota adalah 5 (lima) tahun.

Pasal 36
Pembina Kabupaten/Kota

Pembina Pengurus Kabupaten/Kota adalah Bupati / Walikota

Pasal 37
Dewan Penasihat Kabupaten/Kota

Dewan Penasihat Pengurus Kabupaten/Kota


) Atas usul Pengurus Konferensi Kabupaten /Kota menetapkan Dewan Penasihat sebagai berikut
:
a. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
b. Istri Bupati / Istri walikota atau Istri wakil Bupati / Istri wakil walikota
c. Ketua PGRI Kabupaten/Kota
d. Ketua IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota Purna Tugas
2) Tugas dan Masa Jabatan Dewan Penasihat Pengurus Kabupaten/Kota disesuaikan
dengan masa jabatan Pengurus Kabupaten/Kota dengan ketentuanAnggaran Rumah
Tangga Bab VIII Pasal 27 ayat 2 dan 3

BAB XI
PENGURUS KECAMATAN
Pasal 38

Susunan Pengurus Kecamatan Tujuh (7-9) orang atau disesuaikan dengan kondisi dan situasi
terdiri dari :
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Bidang Pendidikan dan Profesi
7. Bidang PORSENI dan Kesejahteraan
Pasal 39
Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus Kecamatan

Anggaran Rumah Tangga pasal 34 berlaku juga pada pasal ini disesuaikan dengan tingkat
kepengurusannya.

Pasal 40
Pemilihan Pengurus Kecamatan

1) Pengurus Kecamatan dipilih oleh Konferensi Kecamatan.


2) Calon pengurus kecamatan harus tercantum di dalam daftar nama Calon yang
disahkan oleh konferensi Kecamatan.
3) Pemilihan Pengurus Kecamatan dipimpin oleh Pengurus Kabupaten/Kota yang
bertugas menyelenggarakan pemilihan sesuai dengan tata cara yang diatur tersendiri
dalam instrumen pemilihan Pengurus Kecamatan.
4) Konferensi memilih berturut-turut Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
5) Ketiga pengurus terpilih melengkapi susunan Pengurus Kecamatan.
6) Serah terima Pengurus Kecamatan di lakukan paling lambat 2 (dua) minggu
setelah Konferensi Kecamatan.
7) Dalam hal terjadi kekosongan Anggota Pengurus , pengisiannya dilakukan dalam
rapat Pengurus Kecamatan.
8) Sebelum memulai tugasnya seluruh anggota pengurus IGTKI-PGRI Kecamatan
dilantik oleh pengurus Kabupaten/Kota dan mengucapkan janji dihadapan para peserta
yang memilihnya.
9) Masa Bakti Pengurus Kecamatan adalah 5 (lima) tahun.

Pasal 41
Pembina Pengurus Kecamatan

Pembina Pengurus Kecamatan ialah Camat.

Pasal 42
Dewan Penasihat Pengurus Kecamatan

1) Atas usul Pengurus Kecamatan, Konferensi Kecamatan menetapkan Dewan


Penasihat sebagai berikut :
a. Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan
b. Istri Camat
c. Ketua PGRI Kecamatan
d. Mantan Ketua Pengurus IGTKI-PGRI Kecamatan
2) Tugas dan Masa Jabatan Dewan Penasihat Kecamatan disesuaikan dengan Masa Jabatan
Pengurus Kecamatan dengan ketentuan Anggaran Rumah Tangga BabVIII Pasal 27 ayat
2 dan 3

BAB XII
Forum Organisasi

Pasal 43
Jenis Forum Organisasi

1. Kongres
2. Kongres Luar Biasa
3. Konferensi Kerja Nasional
4. Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional (Rakorpimnas).
5. Konferensi IGTKI-PGRI Provinsi
6. Konferensi Luar Biasa IGTKI-PGRI Provinsi
7. Konferensi Kerja IGTKI-PGRI Provinsi
8. Rapat Koordinasi Pimpinan Provinsi (Rakorpimprov)
9. Konferensi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
10. Konferensi Luar Biasa IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
11. Konferensi Kerja IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
12. Rapat Koordinasi Pimpinan Kab/Kota (Rakorpimkab/kot)
13. Konferensi IGTKI-PGRI Kecamatan
14. Konferensi luar biasa IGTKI-PGRI kecamatan
15. KonferensiKerja IGTKI-PGRI Kecamatan
16. Rapat Kerja IGTKI-PGRI Kecamatan.

BAB XIII
KONGRES
Pasal 44

1) Kongres merupakan forum musyawarah tertinggi organisasi.


2) Kongres diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat setiap 5 (lima) tahun.
3) Kongres luar biasa diadakan :
a. Jika Konferensi Kerja Nasional menganggap perlu atas dasar keputusan yang
disetujui paling sedikit 2/3 jumlah peserta yang hadir
b. Atas permintaan lebih dari 1/2 (seper dua) jumlah kabupaten kota yang mewakili
lebih dari 1/2 (seper dua) jumlah suara
c. Bila dipandang perlu oleh Pengurus Pusat dan disetujui Konferensi Kerja Nasional
4) Dalam jangka waktu selambat- lambatnya 6 bulan sesudah keputusan atau
permintaan tersebut ayat (2) (a),(b), atau (c) pasal ini diterima, Pengurus Pusat wajib
menyelenggarakan Kongres luar biasa

Pasal 45
PESERTA KONGRES

Peserta Kongres terdiri dari :


1. Dewan Penasehat
2. Pengurus Pusat
3. Pengurus Provinsi
4. Pengurus Kabupaten/Kota
5. Peninjau dari kecamatan serta undangan lainnya yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat
IGTKI-PGRI

Pasal 46
HAK BICARA DAN HAK SUARA

Hak memberikan pendapat dan Hak suara.


1) Hak Bicara adalah hak memberikan pendapat.
2) Hak suara adalah hak memberikan suara pada saat pemilihan atau memutuskan
sesuatu dalam sidang-sidang.
a. Setiap 300 anggota Kabupaten/Kota mendapat hak satu suara
b. Setengah (1/2) dari jumlah sub ayat a + 1 (satu) mendapat hak satu suara.
c. Jumlah suara Kabupaten/Kota paling sedikit satu suara dan paling banyak tiga suara
d. Satu Kabupaten/Kota hanya boleh mewakili satu Kabupaten/Kota yang
berhalangan hadir dengan mandat yang sah.
Pasal 47
ACARA KONGRES

Acara Kongres sekurang – kurangnya memuat :


1) Laporan Pertanggung jawaban Pengurus Pusat dalam satu masa bakti, dalam hal ini :
a. Kegiatan Pelaksanaan Program organisasi
b. Kebijaksanaan keuangan organisasi, Inventaris, dan Kekayaan Organisasi.
2) Penetapan Program Umum untuk Masa Bakti yang akan datang
3) Pemilihan Pengurus Pusat

Pasal 48
Panitia Pemeriksa Keuangan/Inventaris

1) Untuk memeriksa keuangan dan kekayaan/Inventaris yang menjadi tanggung jawab


Pengurus Pusat dilaksanakan oleh panitia Pemeriksa Keuangan yang ditetapkan
oleh Pengurus Pusat.
2) Panitia tersebut terdiri atas 3 (tiga) orang dari tiga Provinsi
3) Panitia memulai tugasnya 2 (dua) hari sebelum sidang pertama Kongres
4) Panitia memilih Ketua, Sekretaris dan Anggota.
5) Panitia melaporkan hasil pekerjaannya kepada Kongres
6) Pembiayaan panitia selama 2 (dua) hari menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat.

Pasal 49
Panitia Pemeriksa Mandat

1) Pengurus Pusat membentuk Panitia Pemeriksa Mandat dan hak suara, yang bertugas :
a. Memeriksa mandat dan hak suara Kabupaten/Kota yang mengirimkan utusannya
ke Kongres.
b. Melaporkan hasilnya kepada Kongres
2) Panitia beranggotakan 3 orang dari 3 Pengurus Provinsi
3) Panitia wajib menyelesaikan tugasnya sebelum sidang pertama Kongres dimulai.

BAB XIV
KONFERENSI KERJA NASIONAL

Pasal 50
STATUS

1) Konferensi Kerja Nasional adalah rapat antar Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi yang
diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat dan merupakan instansi
tertinggi dibawah Kongres.
2) Tugas Konferensi Kerja Nasional ialah menetapkan garis kebijakan yang belum ada
dalam keputusan kongres selama masa antara Kongres
3) Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi ikut bertanggung jawab tentang Konferensi
Kerja Nasional kepada Kongres

Pasal 51
WAKTU

1) Konferensi Kerja Nasional diselanggarakan 2 kali selama masa bakti kepengurusan


2) Konferensi Kerja Nasional pertama selambat-lambatnya 1 tahun sesudah Kongres
3) Konferensi Kerja Nasional kedua diadakan selambat-lambatnya 1 tahun sebelum Kongres
berikutnya.
4) Konferensi Kerja Nasional Luar Biasa dapat diadakan :
a. Jika Pengurus Pusat menganggap perlu
b. Atas permintaan ½ (seper dua) jumlah Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi dan dalam
jangka waktu 2 bulan sesudah permintaan tersebut Pengurus Pusat wajib
menyelenggarakannya.

Pasal 52
PESERTA KONFERENSI KERJA NASIONAL

Peserta Konferensi Kerja Nasional terdiri dari :


a. Pengurus Pusat IGTKI-PGRI
b. Dewan Penasehat Pengurus Pusat IGTKI-PGRI
c. Utusan pengurus IGTKI-PGRI Provinsi
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 53
HAK BICARA DAN HAK SUARA

1) Dalam Konferensi Kerja Nasional semua utusan Pengurus IGTKI-PGRI Provinsi


mempunyai hak bicara.
2) Hak suara ada pada utusan-utusan Pengurus Kabupaten/Kota dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Tiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya satu suara dan sebanyak- banyaknya 5
suara
b. Peserta dari Kecamatan sebagai peninjanu tidak mempunyai hak suara, namun
boleh menyampaikan aspirasinya melalaui utusan

Pasal 54
KEWAJIBAN KONFERENSI KERJA NASIONAL

1. Membahas dan menilai cara pelaksanaan Keputusan Kongres oleh Pengurus Pusat
2. Menetapkan ketentuan-ketentuan Umum, Rencana Kerja Tahunan dan kebijakan
yang bersifat Nasional yang belum ditetapkan dalam Kongres baik kedalam maupun
keluar yang tidak bertentangan dengan Keputusan Kongres
3. Menentukan penggantian anggota pengurus harian/inti terpilih Pengurus Pusat apabila ada
yang berhalangan tetap, berhenti dan atau diberhentikan sebelum yang berhalangan tetap,
berhenti dan atau diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir
4. Konferensi Kerja Nasional Pertama Masa Bakti kepengurusan wajib menetapkan program
kerja Pengurus pusat selama 4 tahun.
5. Konferensi Kerja Nasional kedua berkewajiban mempersiapkan segala
kebutuhan Kongres berikutnya, dan menentukan Program Kerja satu tahun
sampai dengan pelaksanaan Kongres berikutnya.

BAB XV
KONFERENSI PROVINSI

Pasal 55
WAKTU

1) Konferensi Provinsi diadakan oleh Pengurus IGTKI – PGRI Provinsi setiap lima tahun.
2) Konferensi luar biasa IGTKI-PGRI Provinsi dapat diadakan :
a. Atas permintaan Konferensi Kerja IGTKI-PGRI Provinsi berdasarkan keputusan
2/3 (dua per tiga) suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari 1/2 (seper dua) jumlah Kabupaten/Kota
c. Jika Pengurus Provinsi menganggap perlu dan disetujui Konferensi Kerja Provinsi
d. Atas permintaan Pengurus Pusat
3) Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah salah satu dan atau semua permintaan tersebut ayat
(2) butir a, b, c, dan d diterima, Pengurus IGTKI- PGRI Provinsi wajib menyelenggarakan
Konferensi luar biasa tersebut.

Pasal 56
PESERTA KONFERENSI PROVINSI

Peserta Konferensi terdiri dari :


1. Pengurus Provinsi
2. Dewan Penasehat Provinsi
3. Pengurus Kabupaten/Kota
4. Pengurus Kecamatan
5. Peninjau dan undangan lain yang ditetapkan oleh pengurus Provinsi

Pasal 57
HAK BICARA DAN HAK SUARA

1. Dalam Konferensi Provinsi semua peserta mempunyai hak bicara


2. Hak suara hanya ada pada utusan dari Kecamatan
3. Setiap 50 anggota Kecamatan mendapat hak satu suara
4. Setengah (1/2) dari jumlah sub ayat a + 1 (satu) mendapat hak satu suara.
5. Jumlah suara satu Kecamatan paling sedikit satu suara dan sebanyak- banyaknya tiga
suara
6. Kecamatan boleh mewakili satu Kecamatan lain yang berhalangan menghadiri
Konferensi dengan mandat yang sah.

Pasal 58
ACARA KONFERENSI PROVINSI

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 48 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesauikan dengan tingkatannnya

Pasal 59
PANITIA PEMERIKSA MANDAT PROVINSI

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 49 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannnya

Pasal 60
PANITIA PEMERIKSA KEUANGAN PROVINSI

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 50 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannnya
Pasal 61
KONFERENSI KERJA PROVINSI

Status dan Tugas :


1. Konferensi Kerja Provinsi adalah rapat antar Pengurus Kabupaten /Kota yang
diselenggarakan dan di pimpin oleh Pengurus Provinsi dan merupakan instansi tertinggi
di bawah Konferensi Provinsi.
2. Konferensi Kerja Provinsi bertugas menetapkan Program tahunan dan kebijakan organisasi
sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan Konferensi Provinsi.
3. Pada dasarnya ketentuan Bab XIV pasal 51 Anggaran Rumah Tangga berlaku pula
bagi pasal ini yang disesuaikan dengan tingkatannya.

BAB XVI
KONFERENSI KABUPATEN/KOTA

Pasal 62
WAKTU

1. Konferensi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota diadakan oleh Pengurus IGTKI-


PGRI Kabupaten/kota setiap 5 tahun.
2. Konferensi luar biasa IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota dapat juga diadakan :
a. Atas permintaan Konferensi Kerja Kabupaten/Kota berdasarkan 2/3 (dua per tiga)
suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari setengah jumlah Pengurus Kecamatan yang hadir
c. Atas permintaan Pengurus Provinsi
3. Dalam jangka waktu 2 bulan sesudah salah satu dan atau semua permintaan
tersebut diterima. Pengurus IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota wajib
menyelenggarakannya.

Pasal 63
PESERTA KONFERENSI KABUPATEN/KOTA

Peserta Konferensi IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota terdiri dari :


1) Pengurus IGTKI-PGRI Kabupaten/Kota
2) Dewan Penasehat Kabupaten/Kota
3) Pengurus Provinsi
4) Utusan Pengurus IGTKI-PGRI Kecamatan
5) Peninjau yang diundang oleh Pengurus Kabupaten/Kota

Pasal 64
HAK BICARA DAN HAK SUARA

1. Hak bicara adalah hak memberikan p endapat


2. Hak suara adalah hak memberikan suara pada saat pemilihan atau memutuskan
sesuatu dalam sidang-sidang :
a. Setiap 10 anggota Kecamatan mendapat hak satu suara
b. Setengah (1/2) dari jumlah sub ayat a + 1 (satu) mendapat hak satu suara.
c. Jumlah suara satu Kecamatan paling sedikit satu suara dan paling banyak tiga suara
d. Satu kecamatan hanya boleh mewakili satu kecamatan yang
berhalangan hadir dengan mandat yang sah
Pasal 65
Acara Konferensi Kabupaten/Kota

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII Pasal 48 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannya.

Pasal 66
Pemeriksa Keuangan

Pemeriksaan keuangan Kabupaten/Kota pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga


Bab XIII pasal 49 berlaku pula bagi pasal ini disesuaikan dengan tingkatannya.

Pasal 67
Pemeriksa Mandat

Pada dasarnya ketentuan anggaran rumah tangga Bab XIII pasal 50 berlaku pula bagi pasal ini
dan disesuaikan dengan tingkatannya

Pasal 68
Konferensi Kerja Kabupaten /Kota

Status dan Tugas :


1. Konferensi Kerja IGTKI-PGRI Kabupaten /Kota adalah rapat antar Pengurus
Kecamatan yang diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Kabupaten/Kota dan
merupakan instansi tertinggi di bawah Konferensi Kabupaten/Kota.
2. Konferensi Kerja kabupaten /Kota bertugas menetapkan program tahunan dan
kebijakan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan Konferensi
Kabupaten/Kota.

BAB XVII
KONFERENSI KECAMATAN
Pasal 69

1. Konferensi Kecamatan diselenggarakan oleh Pengurus Kecamatan.


2. Konferensi Kecamatan dilaksanakan 1 kali dalam 5 (lima) tahun

Pasal 70
Peserta Konferensi Kecamatan

Peserta Konferensi IGTKI-PGRI Kecamatan terdiri dari :


1. Pengurus IGTKI-PGRI Kecamatan
2. Dewan Penasehat
3. Anggota IGTKI-PGRI Kecamatan
4. Pengurus Kabupaten/Kota
5. Peninjau yang diundang oleh pengurus Kecamatan

Pasal 71
Hak Bicara dan Hak Suara

1. Hak Bicara adalah hak memberikan pendapat


2. Hak suara hanya pada anggota biasa yang aktif membayar iuran.
Pasal 72
Pemeriksa Mandat

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 50 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannya

Pasal 73
Pemeriksa Keuangan

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 49 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannya

Pasal 74
Acara Konferensi Kecamatan

Pada dasarnya ketentuan Anggaran Rumah Tangga Bab XIII pasal 48 berlaku pula bagi pasal
ini dan disesuaikan dengan tingkatannya

BAB XVIII
RAPAT PENGURUS DAN PERTEMUAN LAIN

Pasal 75
Rapat Pengurus

1. Rapat pengurus harian/inti disetiap tingkatan diadakan sesuai keperluan dan


paling sedikit diselenggarakan 1 (satu) bulan sekali.
2. Rapat pengurus lengkap (pleno) badan pimpinan organisasi diselenggarakan
paling sedikit 2 (dua) bulan sekali.
3. Pertemuan khusus antara berbagai pihak secara terpisah dapat diadakan sesuai keperluan.
4. Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada butir (1,2,3) setiap anggota yang
hadir mempunyai hak bicara dan hak suara.

Pasal 76
Pertemuan Lain

1. Pertemuan lain dapat diselenggarakan oleh badan pimpinan organisasi di semua tingkat
apabila diperlukan,
2. Rapat Koordinasi Pimpinan Pengurus Provinsi Tingkat Nasional dilaksanakan setiap
2 tahun sekali oleh Pengurus Pusat.
3. Rapat Koordinasi Pimpinan Pengurus Provinsi dan Kabupaten/Kota Tingkat
Nasional dilaksanakan 1 (satu) kali dalam satu masa bakti Kepengurusan oleh
Pengurus Pusat.

BAB XIX
PERBENDAHARAAN
Pasal 77

1. Setiap Anggota Wajib Membayar Iuran anggota sebesar Rp. 5.000,- (Lima Ribu
Rupiah) per anggota perbulan, dengan pembagian sebagai berikut :
- Pengurus Kecamatan 40% = 2.000
- Pengurus Kabupaten/Kota 30% =1.500
- Pengurus Provinsi 20 % = 1.000
- Pengurus Pusat 10 % = 500
2. Kekayaan/Inventaris organisasi wajib diinventarisasikan dan menjadi bagian
pertanggungjawaban Pengurus di semua jenjang kepengurusan.

BAB XX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 78
ATRIBUT

I. Bendera/Panji
Ukuran : Panjang : Lebar = 3 : 2 Warna dasar krem (contoh: 150cm x 100cm)
II. Papan nama pengurus
Ukuran : panjang : lebar = 3 : 2 (contoh: 150cm x 100cm)
III. PAKAIAN SERAGAM
a. Seragam resmi (Pakaian Sipil Lengkap / PSL)
- Wanita : Kain batik parang klitik Kebaya krem model
Kartini. Selendang/Kerudung warna coklat
- Pria : Baju batik parang klitik, lengan panjang Celana panjang, warna
krem Seragam resmi dipakai pada :
Acara-acara resmi sesuai undangan, seperti menghadiri undangan- undangan resmi, di
Istana, Gubernuran Kabupaten/Kota , dan lain-lain, Untuk
membudayakan/melestarikan pakaian kebaya nasional : Kebaya warna krem dan sudah
dibordir model kartini, yang memakai jilbab menyesuaikan.
b. Seragam Kerja (Pakaian Dinas Lapangan : PDL)
- Wanita : Rok bawah warna krem
Blus dalam, warna coklat tua dengan kerah letak panjang rok 10 cm dibawah lutut.
Untuk pemakai busana muslim panjang rok disesuaikan, kerudung warna coklat,
tas dan sepatu warna hitam
- Pria : Semi jas warna krem, Sepatu warna hitam.
Seragam kerja dipakai pada : Kegiatan keluar atas nama Organisasi IGTKI-PGRI,
dan acara-acara resmi IGTKI-PGRI.
c. Pakaian Sipil Harian (PSH)
- Wanita : Rok dan Blus semi jas Biru merk Yasuka Blus dalam warna putih
dengan kerah. Pemakai busana muslim panjang rok disesuaikan, kerudung warna
putih. Tas dan sepatu warna hitam
- Pria : Setelan semi jas biru merk Yasuka. Sepatu warna hitam Pakaian
Sipil Harian dipakai pada Kegiatan intern/rapat rutin IGTKI- PGRI disemua
jenjang kepengurusan.
d. Batik Nasional
Seragam batik wajib dimiliki oleh seluruh anggota IGTKI-PGRI
- Wanita : Blus semi jas, Rok warna putih tulang, bagi yang menggunakan
kerudung warna putih tulang, sepatu dan tas warna hitam
- Pria : Kemeja lengan panjang, celana panjang warna putih tulang, sepatu warna
hitam. Digunakan pada saat tanggal 22 setiap bulan, dan pemakaian diatur oleh
masing masing daerah.

Pasal 79

IV. Lencana
Ukuran : Garis tengah 3 cm
Bentuk : Segi Lima lambang Bunga Fatma
BAB XXI
PERUBAHAN
Pasal 80

1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga adalah wewenang Kongres


2. Kongres yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini harus dihadiri sekurang- kurangnya 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah provinsi
3. Perubahan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah pengurus Provinsi yang hadir

BAB XXII
Pasal 81
TATA CARA PEMILIHAN

Tata Cara pemilihan Pengurus Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota diatur sebagai berikut :
i. Persiapan
1) Pembentukan Panitia Pemilihan dengan Surat Keputusan
2) Penyusunan Tata Tertib Pemilihan
3) Menyiapkan Instrumen :
a. Daftar calon (susunan sesuai abjad)
b. Daftar Hak Suara sesuai dengan tingkatannya
c. Kartu Suara / Kotak Suara
d. Berita Acara Pemilihan
e. Rancangan Keputusan

II. Pelaksanaan pemilihan


1. Pembacaan SK Panitia Pemilihan (dibuat oleh daerah yang mengadakan Konferensi)
2. Pernyataan Domisioner Pengurus lama
3. Penyerahan Pimpinan Sidang Kepada Panitia Pemilihan (Pusat, Provinsi, Kab/Kota).
4. Pengumuman nama-nama calon dan diperkenalkan oleh pimpinan sidang didepan
forum,dan ditanya apakah ada yang duduk di pengurus inti organisasi lain atau
tidak.
5. Pengesahan nama calon pengurus
6. Pengumuman Hak Suara oleh Pimpinan Sidang.
7. Pembacaan Tata Tertib Pemilihan
8. Pelaksanaan Pemilihan :
a. Pengurus Pusat terdiri dari :
- Ketua Umum 1 (satu) orang
- Ketua 3 (tiga) orang dalam satu paket
- Sekretaris umum 1 (satu) orang
- Bendahara umum 1 (satu) orang
-
b. Pengurus Provinsi terdiri dari :
- Ketua 1 (satu) orang
- Wakil Ketua 2 (dua) orang dalam satu Paket
- Sekretaris 1 (satu) orang
- Bendahara 1 (satu) orang
-
c. Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari:
- Ketua 1 (satu) orang
- Wakil Ketua 1 (satu) orang
- Sekretaris 1 (satu) orang
- Bendahara 1 (satu ) orang
-
d. Pengurus Kecamatan terdiri dari
- Ketua 1 (satu) orang
- Sekretaris 1 (satu) orang
- Bendahara 1 (satu ) orang
-
e. Penyerahan kartu suara
- F1 : Ketua Umum/Ketua
- F2 : Ketua-Ketua/wakil ketua (dalam satu paket)
- F3 : Sekertaris Umum/Sekretaris
- F4 : BendaharaUmum/bendahara
-
9. Perhitungan suara
10. Penentuan urutan berdasarkan hasil perolehan suara
11. Rapat Formatur untuk melengkapi struktur kepengurusan ditiap jenjang
12. Pengesahan kepengurusan yag baru
13. Pelantikan dan pengesahan oleh Pengurus setingkat diatasnya
14. Pengucapan janji oleh seluruh pengurus terpilih
15. Penyerahan SK Pelantikan dan Pengesahan oleh pengurus setingkat diatasnya
16. Penyerahan pimpinan sidang kepada Panitia Pelaksana

BAB XXIII
PENUTUP
Pasal 82

1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan
Pengurus Pusat dan di pertanggung jawabkan pada Kongres.
2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 5 Agustus 2022

PENGURUS PUSAT
SELAKU
PIMPINAN KONGRES XI IGTKI-PGRI

Ketua Umum Sekretaris Umum

Hj. Farida Yusuf, M.Pd Dra.Yus Sri Widiarti


41

Anda mungkin juga menyukai