PLASENTA PREVIA
DI RUANG MATERNAL
Disusun untuk memenuhi Tugas Laporan Praktik Daring Departemen Maternal Yang diampu
oleh Ns. Nur Hidayatin., S. Kep
Oleh
Pembimbing
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya
vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau
tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih
besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta
previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin
mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada
kehamilan berikutnya.
3. Patofisiologi
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja
biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat
fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi
perdarahan darah berwarna merah segar
4. Pathway
6
5. Manifestasi Klinis
1. Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2. Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan syok
hipovolemik.
3. Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang kebetulan pada scan
ultrasonik.
4. Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dan tipis, saat sobek dan
perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
5. Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau hinga terjadi
dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah
terang mungkin terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini
mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini
tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan
kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
6. Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika perdarahan yang
pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena
kontraksi uterus.
7. Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang
diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-bagian
janin.
8. Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas
lokasi implantasi placenta.
9. Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting placenta previa
terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok hipovolemik.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa
diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga
kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
4. Isotop Scanning
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
5. Pengkajian vaginal
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
7
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir
kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang
dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
7. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non
invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak, dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
- MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri
internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai
RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua
persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi
luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
8
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin
meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan SC antara lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan
perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen
bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan
ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus
oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
8. Komplikasi
a. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis,
dan endometritis pasca persalinan.
b. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat.
(Mansjoer, 2002)
9
BAB 2
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll.
b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
1) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya
osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
3) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
plasenta.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yeng pernah atau sedang menderita kelainan.
4) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :
a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
e) komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
f)komplikasi pada bayi
g) rencana menyusui bayi
5) Riwayat menstruasi
6) Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
7) Riwayat Kontrasepsi
8) Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual pada janin.
10
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4.4 PENATALAKSANAAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
4.5 EVALUASI
Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi
sebagian.
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus
Pasien Ibu hamil, G3P2A0, usia 36 tahun datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek tanggal 28
November 2014 dengan keluhan pasien mengeluarkan darah dari kemaluan sebanyak 3x ganti pembalut
sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarnya darah tidak disertai rasa sakit dan berwarna merah
segar.Gejala seperti mulas yang menjalar kepinggang hilang timbul dan semakin lama semakin sering serta
kuat tidak dirasakan pasien. Keluar air-air dari kemaluan pun disangkal. Pasien pernah melakukan Ante
Natal Care di bidan dan dinyatakan letak lintang. Pasien memiliki riwayat diurut di bagian perut. Usia
kehamilan pasien adalah 35 minggu dengan gerakan janin yang masih dapat dirasakan Pada pemeriksaan
fisik umum didapatkan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/m, pernafasan
20 x/m, suhu 37 0C, konjungtiva anemis Pemeriksaan fisik obstetri didapatkan, TFU (Tinggi Fundus Uteri)
yaitu 30 cm dari simfisis pubis, pada leopold I tidak teraba bagian janin pada fundus uteri, pada leopold II
letak melintang teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain,
padaleopold III dan IV tidak teraba bagian janin pada bawah uteri, auskultasi denyut jantung janin 145
x/menit. Pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi portio livide, ostium uterus eksterna tertutup, dan fluxus
(+). Pemeriksaan colok vagina tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang pada pasien ini didapatkan nilai
hemoglobin 7,8 g/dL, leukosit 8.800/uL hematokrit 25 %.
14
BAB 4
PEMBAHASAN
FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN MATERNITAS / OBSTETRI )
A. IDENTITAS KLIEN
Biodata
a. Nama : Ny X
b. Umur : 36 Tahun
c. Jenis Kelamin :Perempuan
d. Alamat :Lampung Desa X Kecamtan X
e. Status perkawinan :Menikah
f. Agama :Islam
g. Pendidikan :SMA
h. Pekerjaan :IRT
i. No. Register :12345
j. Tanggal MRS :28 November 2014
k. Tanggal Pengkajian :28 November 2014
l. Diagnosa Medis :Plasenta Previa
Biodata Penanggungjawab
a. Nama Suami :Tn X
b. Umur :38 Tahun
c. Pendidikan :SMA
d. Pekerjaan :Petani
e. Alamat :Lampung Desa X Kecamatan X
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
a. Keluhan saat MRS
Pasien mengatakan mengeluarkan darah tanpa sebab dari kemaluan sebanyak 3x ganti
pembalut sejak 6 jam dan mersa pusing
b. Keluhan saat Pengkajian
Pasien mengatakan mengeluarkan darah tanpa sebab dari kemaluan sebanyak 3x ganti
pembalut sejak 6 jam dan mersa pusing, cemas akan kehamilannya, merasa lemas
b. Riwayat Perkawinan
1. Status : sah
2. Usia saat menikah ; 25 tahun
3. Lama pernikahan : 11 tahun
4. Perkawinan ke : 1
16
Dua 36
Spontan Baik 3100
Minggu
Normal
Tiga 35
Minggu
d. Riwayat KB
Pasien mengatakan pernah menggunakan KB suntik (3 bulan) selama 4 tahun dan berhenti
sendiri karena ingin punya anak
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti klien sekarang, dan
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular.
4. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual
1. Kondisi emosi / perasaan klien
Pasien mengatakan merasa takut dengan kondisi sekarang dan cemas karena tidak bisa merawat
bayinya
□Tidak mampu
□Tdk
ada
tanggapan
18
Pemenuhan
No Makan/Minum Sebelum Sakit Saat Sakit
Pagi : 1 Piring/06:30 Pagi :1/2 Piring/07:00
1. Jumlah / Waktu
2. Jenis
Sayur :sop sayur bening Sayur : sayur sop…………………..
………….
Minum :air putih ……… Minum/ Infus air putih dan infus:
………
3. Pantangan dan
alergi
4. Kesulitan Makan
/ Minum
19
Usaha-usaha
5. mengatasi
masalah
2. Pola Eliminasi
Pemenuhan Eliminasi
No Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB /BAK
Pagi : Pagi :
BAK:2 kali/06:00 BAK: 2 kali/07:00
Siang : Siang :
Malam : Malam :
BAK: 1 BAK:1
kali/20:00 kali/19:00
BAB: - BAB: -
Pemenuhan Istirahat
No Tidur Di Rumah Di Rumah Sakit
Pagi : 1 kali/ 1 jam Pagi : 1 kali/ 2 jam
2. Gangguan Tidur
3. Upaya Mengatasi
Gangguan tidur
Pemenuhan Personal
No Hygiene Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Frekuensi Mencuci
Rambut 2 kali sehari 1 kali sehari
5. Aktivitas Lain
Aktivitas Yang
No Dilakukan Di Rumah Di Rumah Sakit
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat : suami
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya : tidak ada
21
7. Pemeriksaan Fisik
B. KEADAAN UMUM
2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi
:
Penyebaran (merata), Bau ( - ), Rontok ( – ), Warna : hitam
3. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi:
Bentuk : oval
Kebersihan : bersih
4. Keluhan lain yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Pemeriksaan Kulit :
Tidak ada
PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (Brakhiocephalus/ bulat ), Kesimetrisan ( + ), Luka ( – ), Perdarahan ( - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( – )
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
2. Ekssoftalmus ( – ), Endofthalmus ( – )
3. Kelopak mata / palpebra : oedem ( – ), ptosis ( – ), peradangan ( – ) luka ( –
), benjolan ( – )
4. Bulu mata : ( tidak )
5. Konjunctiva dan sclera : anemis perubahan warna merah muda.
22
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk : simetris, Ukuran : sama,
Warna sawo matang, Lesi ( – ), nyeri tekan ( – ), peradangan ( – ), penumpukan serumen ( –
).
5. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
perdarahan ( – ), Kotoran ( – ) Pembengkakan ( – ), pembesaran / polip ( – ), pernafasan
cuping hidung ( – )
7. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang, Warna dan kondisi wajah klien
: sawo matang ekspresi cemas Bentuk wajah klien : oval, Cloasma gravidarum ( - ),
oedem pada wajah ( - )
8. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
1. Bentuk leher (simetris), massa ( – )
2. Sternomastoid ( – )
3. Kelenjar tiroid, pembesaran ( – )
4. Vena jugularis, pembesaran ( – )
Palpasi :
pembesaran kelenjar limfe ( – ), kelenjar tiroid ( – )
Keluhan lain yang dirasakan klien terkait dengan Pemeriksaan Kepala, wajah, leher
Tidak ada
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk (simetris), pembengkakan ( - ).
Kulit payudara : warna sama dengan area sekitar sawo matang, lesi ( + – ), Areola : perubahan warna
( – ) warna: hitam
23
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
Ictus cordis ( + ), pelebaran -
Palpasi
Palsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas midklavikula dekstra ( N = ICS II )
Batas bawah midklavikula sinistra( N = ICS V)
Batas Kiri midklavikula sinistra( N = ICS V)
Batas Kanan midklavikula dekstra ( N = ICS IV)
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal) ( keras), ( reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (keras), ( reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( – ), Gallop Rhythm ( -), Murmur ( – )
Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung
: tidak ada
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Inspeksi
Bentuk abdomen : (cembung), Lesi (-)
Massa / Benjolan ( – ), Kesimetrisan ( + ), Strie Gravidarum ( + ), linia nigra atau alba ( + ),
adanya bekas luka operasi ( - )
2. Auskultasi
Frekuensi bising usus 9-12. x/menit ( N = 5 – 35 x/menit), DJJ 145x/menit
3. Palpasi
Nyeri ( - ), Penyebab: -, skala :- dimana : - Qualitas : -, Time : -
4. Perkusi :
Perkusi abdomen tympani ( - )
5. Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Pemeriksaan Abdomen
: tidak ada
PEMERIKSAAN GENETALIA
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( – ), eritema ( – ), keputihan ( – ), peradangan ( – ).
Lubang uretra : stenosis ( – ), chadwick ( - ), Lochea :
Palpasi
Balotement : ( - )
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Pemeriksaan Genetalia: tidak ada
PEMERIKSAAN ANUS
Inspeksi
Tumor ( – ), haemorroid ( – ), perdarahan ( – )
Perineum : jahitan ( – ), benjolan ( – )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( – ) pemeriksaan Rectal Toucher ……………
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Pemeriksaan Anus : tidak ada
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien ini didapatkan nilai hemoglobin 7,8 g/dL, leukosit 8.800/uL
hematokrit 25 %.
10. Penatalaksanaan
ANC, infus RL.
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Menikah
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien
ANALISA DATA
Perdarahan
COP menurun
2
DS : Pasien mengatakan cemas akan Kehamilan > 36 tahun
kehamilannya
Uterus tua
DO : saat sakit pasien hanya makan ½ piring 3x
sehari, pasien tampak cemas, raut wajah tegang Uterus memperluas
permukaan
1. Tensi :120/80 mmhg BB : 66 kg
Plasenta previa
2. Nadi :80x/ menit TB : 157
3. RR : 20x/ menit Pembentukan segmen
bawah uterus dan dilatasi
4. Suhu :37 ostium uteri
Servix membuka
Perdarahan
28
Ansietas Ansietas
3 DS : Pasien mengatakan lemas, dan hanya Kehamilan > 36 tahun Intoleransi aktivitas
berbaring di bed selama di rumah sakit Uterus tua
DO : Pasien tampak lemas, tidak melakukan
Uterus memperluas
aktivitas selama di rumah sakit permukaan
1. Tensi :120/80 mmhg BB : 66 kg
Plasenta previa
2. Nadi :80x/ menit TB : 157
Pembentukan segmen
3. RR : 20x/ menit bawah uterus dan dilatasi
4. Suhu :37 ostium uteri
Servix membuka
Perdarahan
COP menurun
Intoleransi aktivitas
29
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Desember
2. Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan
2014
DS : Pasien mengatakan cemas akan kehamilannya
DO : saat sakit pasien hanya makan ½ piring 3x sehari, pasien
tampak cemas, raut wajah tegang
1. Tensi :120/80 mmhg BB : 66 kg
2. Nadi :80x/ menit TB : 157
3. RR : 20x/ menit
4. Suhu :37
CATATAN KEPERAWATAN
P : Lanjutkan intervensi
22
3. S : Pasien mengatakan sudah
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul Bari
Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
23
Nurarif, A H dan Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. Jil 2. Ed. Revisi. Media Action Publishing. Yogyakarta.
Moorhead, Sue.et al. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri :
Mosby. Elsevier
Dochterman, Joanne McCloskey.et al. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Missouri : Mosby. Elsevier
Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC; 2010. hlm. 253-7. 2. Sastrawinata S. Obstetri patologi ilmu kesehatan
reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005. hlm. 83-91.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009. hlm. 495-502.
Chalik TMA. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Dalam: Saiffudin A B,
Rachimadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke-4. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. hlm. 492-521.
Cunningham, FC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Placenta previa.
Dalam: William Obstetrics. Edisi ke-23. New York: Mc Graw Hill; 2005. hlm. 809-54.