Panduan Manajemen Nyeri
Panduan Manajemen Nyeri
MANAJEMEN NYERI
1
DAFTAR ISI
1. Definisi………………………………………………………………………………….. 2
2. Ruang Lingkup…………………………………………………………………………...2
3. Tata Laksana
3.1 Pembuatan Kebijakan, prosedur penatalaksanaan nyeri………………………...2
3.2 Pelaksanaan Manajemen Nyeri………………………………………………….3
3.3 Penanganan Nyeri……………………………………………………………….4
3.4 Observasi dan Evaluasi Nyeri…………………………………………………...4
4. Dokumentasi………………………………………………………………………….......5
5.Referensi…………………………………………………………………………………..6
Lampiran……………………………………………………………………………………..
2
PANDUAN MANAJEMEN NYERI
A. DEFINISI
Menurut International Association for the Study of Pain / IASP (1994), definisi nyeri
adalah : An unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential
tissue damage, or described in terms of such damage.
Menurut Hamilton (2006) nyeri adalah perasaan sensory dan emosional yang tidak
terkatakan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
Nyeri diperlukan untuk pertahanan tubuh, karena dengan adanya nyeri maka kita akan
melindungi jaringan atau bagian tubuh yang rusak. Nociceptor adalah reseptor tubuh yang
berhubungan dengan nyeri. Reseptor ini ditemukan disemua jaringan tubuh kecuali otak. Dengan
adanya stimulus dari perubahan suhu, mekanik atau chemical dapat mengaktifkan nociceptor dan
akan ditransmisikan ke spinal cord dan dilanjutkan ke otak (Tortora, 2009).
B. RUANG LINGKUP
1. Rawat Jalan, seperti: Out Patient Department (OPD), Emergency Department
(ED), One Day Care (ODC).
3. Rawat Inap, seperti : General Ward (Perawatan Umum, Kebidanan, Anak dan Bayi)
dan critical area (NICU, ICU ,HCU).
C. TATA LAKSANA
3) CRIES Pain Scale digunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi dan anak-anak
usia 2 bulan sampai dengan 7 tahun.
4) FLACC Pain Scale digunakan untuk neonatus dan bayi (usia 0-6 bulan)
5) COMFORT Pain Scale digunakan untuk bayi, anak dan dewasa yang
menjalani perawatan kritis atau tindakan operasi.
1) O (Onset): Kapan mulai terjadi nyeri? Berapa lama? Seberapa sering nyeri
terjadi?
8) V (Value): apa harapan pasien terhadap nyeri yang dirasakan? Berapa tingkat
nyeri yang bisa ditoleransi? Apakah ada pandangan lain mengenai nyeri yang
dirasakan? Seberapa penting hal itu bagi pasien dan keluarga?
4
3. Penanganan Nyeri
a. Relaksasi
b. Distraksi
c. Pengaturan posisi
e. Batuk Efektif
f. Pemijatan/Massage
1) Bila didapatkan skala nyeri > 3, staf akan menghubungi pain nurse untuk verifikasi hasil
pengkajian dan memberikan tindakan keperawatan mandiri untuk mengurangi nyeri.
2) Bila setelah dilakukan tindakan perawatan non farmakologi, skala nyeri tidak turun
dalam waktu 2 jam maka staf atau perawat nyeri akan menghubungi Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau konsul dokter konsultan nyeri.
3) Bila dokter DPJP tidak bisa dihubungi, perawat atau perawat nyeri akam melaporkan
kondisi nyeri ke Resident Medical Officer (RMO).
1) Bila nyeri ≤ 3, perawat akan melakukan melakukan tindakan keperawatan mandiri (non
farmakologi) untuk mengurangi nyeri.
2) Bila skala nyeri > 3, perawat akan melaporkan kondisi nyeri pada DPJP.
3) Pengkajian terhadap nyeri dilakukan setiap kali pasien datang, dan dokumentasi
dilakukan di pengkajian awal rawat jalan atau pengkajian harian dan formulir
pengkajian awal nyeri rawat jalan untuk pasien di klinik nyeri.
5
3) Observasi keadaan pasien dalam 15 menit pertama dari pemberian obat
Cek vital sign pasien and sedation score bila opioid diberikan
Untuk pemberian obat yang masuk golongan
opioid, observasi dilakukan lebih konsisten 3 jam sekali selama obat tersebut
digunakan.
Dokumentasikan respon pasien, reaksi alergi dan efek samping setelah
permberian obat pada formulir terintegrasi
Evaluasi Nyeri Observasi Nyeri Post Operasi/ Tindakan Invasif
1) Observasi dilakukan setiap 30 menit sekali dalam 2 jam pertama di ruang
pulih sadar
6) Laporkan bila ada peningkatan rasa nyeri kepada Specialist anastesi dalam
48 jam pertama post operasi.
B. DOKUMENTASI
1. Pengkajian awal pasien rawat inap
2. Pengkajian awal pasien rawat jalan
3. Lembar observasi khusus
4. catatan observasi
5. Integrated note
6. catatan kooperatif
7. pengkajian nyeri kompherensif\
8. NCP nyeri kronis
9. NCP nyeri akut
10. NCP ketidaknyamannan pasca post partum
11. NCP nyeri melahirkan
Contoh formulir terlampir
6
C. REFERENSI
7
A. LAMPIRAN
a. Numerical scale : 0 : untuk tidak nyeri dan 10 : untuk nyeri yang amat sangat .
Sebaiknya juga ditanyakan level nyeri yang dapat ditolerir oleh pasien karena dapat
memberikan informasi ambang nyeri pasien.
b. FLACC Pain Scale : untuk bayi dan anak-anak usia 2 bulan sampai 7 tahun.
Dilakukan dengan cara melakukan scoring dari 0 – 2 pada Face ( wajah), Legs
( kaki), Activity ( kaki), Cry ( tangisan ), dan Consolability ( kemampuan konsol),
setelah di lakukan perhitungan skor maka skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah
10.
8
Face /wajah 1- Tidak ada ekspresi tertentu atau senyuman
2- Seringai sekali-kali atau kerutkan dahi, muram, ogah
ogahan
3- Dagu gemetar dan rahang diketap berulang
a. CRIES Pain Scale: untuk bayi neonatus usia 0-6 bulan. Dilakukan dengan cara
melakukan scoring dari 0-2 pada Crying, Requires, Increased, Expression, Sleepless,
setelah melakukan perhitungan skor maka skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah
10.
Crying ; karakteristik dari nyeri adalah 1- Tidak ada tangisan atau tangisan
tangisan melengking (high pitched) yang tidak melengking
2- Tangisan melengking tetapi bayi
mudah dihibur
3- Tangisan melengking tetapi bayi
tidak mudah dihibur
a. COMFORT Scale: dilakukan pada pasien bayi, anak-anak dan dewasa pada
perawatan kritis atau setting operasi yang tidak dapat mempergunakan Numeric
Rating Scale atau Wong Baker Rating Scale. Terdapat 9 kategori yang dibuat skor 1-
5 dan total scoring 45.
10
4- Gerakan bertenaga
5- Gerakan bertenaga termasuk batang tubuh dan
kepala
MUSCLE TONE 1- Otot secara total rileks; tidak ada kekuatan tonus
/KEKUATAN OTOT otot
2- Kekuatan tonus otot berkurang
3- Kekuatan tonus otot normal
4- Kekuatan tonus otot meningkat dan fleksi dari jari
tangan dan jari kaki
5- Kekakuan otot rigid/kaku dan fleksi dari jari tangan
dan jari kaki
11