TUGAS TERSTRUKTUR
REGULASI, ETIKA, DAN PROFESIONALISME APOTEKER
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nur Amalia I4C017077
Sarah Nur Azkia I4C017078
Noviana Intan Munawaroh I4C017079
Ferdi Haryanto I4C017080
Melaty Puti Pertiwi I4C017081
Fikri Rianto Anugerah I4C018082
Finny Ardiyani I4C017083
Prizky Deris Suryaman I4C079084
Tri Budi Hastuti I4C017085
Ira Nurlita Primananda I4C017086
Inas Yumn Hanifah I4C017087
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 2
A. Kasus………………...................................................................... 2
B. Pembahasan Kasus…..................................................................... 3
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian di apotek
meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Dalam melakukan masing-
masing pelayanan tersebut harus sesuai dengan peraturan atau regulasi
yang berlaku, dimana semua peraturan yang telah dibuat menjelaskan
secara rinci apa saja yang harus dilakukan oleh apoteker dalam
melakukan pelayanan kefarmasian di apotek.
Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak ditemukan kasus-
kasus yang menunjukkan bahwa pelayanan kefarmasian di apotek
dilakukan tidak sesuai sesuai aturan yang berlaku, baik dari segi
menejemen maupun pelayanan kepada pasien. Jika suatu apotek tidak
menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek,
maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Karena pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat
Selain itu, pengelolaan sediaan farmasi ataupun administrasi di
apotek juga harus dijalankan sesuai dengan peratura yang ada, sehingga
dapat memudahkan apoteker dalam menjalankan tugasnya. Karena
apabila dalam menjalankan suatu apotek tidak sesuai dengan peraturan
yang berlaku, akan ada sanksi hukum yang diterima oleh apoteker yang
mengelola apotek tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KASUS IV
Sebuah Apotek Dikunjungi oleh BPOM. Kondisi yang terlihat adalah
sebagai berikut
1. Apotek tersebut menjual obat-obat secara lengkap. Ada obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, prekursor, narkotika dan
psikotropika
2. Layout Apotek cukup rapi dan nyaman, terdapat ruang tunggu yang
nyaman dan AC
3. Berdasarkan buku rekap penjualan, diketahui apotek tersebut
pernah menjual obat-obatan dalam jumlah besar (kemasan box)
kepada beberapa toko yang ada di sekitar lokasi apotek tersebut.
4. Apotek tersebut tidak memiliki arsip surat pesanan Prekursor. Surat
pesanan disediakan oleh Sales PBF.
5. Ditemukan Blanko Surat Pesanan kosong yang sudah
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
6. Penyimpanan obat-obatan cukup rapi dan jenis obat cukup
lengkap. Terlihat Apotek ini juga menjua Hufagrip sirup pilek,
Guanistrep sirup, Anakonidin sirup, Actifed sirup, Ambroxol sirup,
Parasetamol sirup dan Neokaolana sirup. Obat-obat tersebut di tata
rapi dalam satu lemari dengan sistem urut abjad.
7. Apotek ini memiliki gudang yang tidak terlalu luas. Penataan
disesuaikan dengan urut abjad. Ada Rak kayu yang digunakan.
Untuk obat-obat yang tidak cukup yang di taruh di rak kayu, boks
obat-obat tersebut ditumpuk di atas lantai dan ditata sesuai abjad.
8. Sistem pengadaan apotek tersebut adalah pengadaan langsung.
Surat pesanan dan faktur dari PBF maupun faktur jual (jika
melayani pembelian dari apotek lain) tidak disimpan. Faktur dari
PBF langsung dibuang jika faktur tersebut telah dibayar lunas.
2
3
B. PEMBAHASAN KASUS
1. Apotek tersebut menjual obat-obat secara lengkap. Ada obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, prekursor, narkotika dan
psikotropika
Apotek menjual obat-obat secara lengkap. Hal tersebut sesuai
dengan Permenkes No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek. Dimana pada Pasal 6 menyebutkan bahwa
“Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau”.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika. Menurut Permenkes No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek
juga sudah sesuai dimana pada pasal 7 menyebutkan bahwa
“Bangunan Apotek memiliki sarana ruang yang berfungsi salah
satunya adalah untuk penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan”. Sehingga apotek diperbolehkan untuk menjual obat
secara lengkap karena apotek berfungsi untuk menyerahkan obat dan
menjamin ketersediaan obat.
4
Penyimpanan :
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
21
3) Konsinyasi Konsinyasi
Pemilihan pemasok.
Sisa stok.
Rata-rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan.
Frekuensi pemakaian.
Waktu tunggu pemesanan.
1) Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan
dipesan berdasarkan bukudefecta (buku barang habis) baik dari
bagian penerimaan resep, obat bebas maupun dari gudang.
2) Pemesanan
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat
Pemesanan (SP) untuk setiap supplier. Surat pemesanan di Apotek
ada tiga macam yaitu surat pesanan narkotika, surat pesanan
psikotropika, dan surat pesanan untuk obat selain narkotika dan
psikotropika. SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk supplier dan arsip
apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama
dan nomor SP serta cap apotek. SP pembelian Narkotik dibuat 5
rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi apotek dan 4
25
kadaluarsa obat. Jika tidak cocok atau tidak sesuai maka barang akan
dikembalikan melalui petugas pengantar barang.
Surat pesanan dan faktur dari PBF maupun faktur jual (jika melayani
pembeliaan dari apotek lain) tidak disimpan. Faktur dari PBF langsung
dibuang jika faktur tersebut telah dibayar lunas.
A. KESIMPULAN
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek perlu
persiapan yang matang dan harus taat terhadap peraturan yang ada.
Pada kasus yang dibahas beberapa poin menunjukkan bahwa apotek
telah menjalankan pelayan kefarmasian sesuai dengan aturan atau
regulasi yang berlaku. Namun masih banyak beberapa hal yang tidak
sesuai bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Menjalankan
pelayanan kefarmasian di apotek haruslah sesuai sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar menejemen dapat berjalan dengan baik serta
pelayan kepada pasien berjalan dengan aman dan lancar.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan, 2014, Permenkes No. 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan, 2017, Permenkes No. 9 Tahun 2017
Tentang Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan, 2015, Permenkes No. 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Peraturan Menteri Kesehatan, 2016, Permenkes No. 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Peraturan Pemerintah, 1998, PP No. 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan.
Badan Pengelola Obat dan Makanan, 2015, Petunjuk Pelaksanaan Cara
Distribusi Obat yang Baik, BPOM RI.
Peraturan Pemerintah, 2009, PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
Badan Pengelola Obat dan Makanan No. 40 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi Dan Obat Mengandung
Prekursor Farmasi.