Anda di halaman 1dari 7

Volume 2, Nomor 1 (2021)

PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE STRUCTURAL


MODELING (ISM) DALAM MENYUSUN STRATEGI
PENGELOLAAN SAMPAH (Studi Kasus di Kabupaten Bekasi)
Muhammad Rifaldi1, Bagus Sumargo2 dan Muhammad Zid3
1
Program Studi Manajemen Lingkungan, Universitas Negeri Jakarta
2
Program Studi Statistika, Universitas Negeri Jakarta
3
Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta
Email: m.rifaldi_9914818005@mhs.unj.ac.id

ABSTRAK

Kesenjangan pada jumlah sampah yang dihasilkan dikarenakan oleh penanganan sampah
yang umum dilakukan secara konvensional memakai cara pembuangan pada tempat terbuka.
Penyebabnya merupakan terbatasnya sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah. Hal ini
akan menyebabkan sisa atau sampah yang didapatkan semakin banyak. Metode yg dipakai
dalam penelitian ini merupakan metode Interpretative Structural Modeling (ISM). Metode
ISM adalah metode yang mampu menunjukan keterkaitan antar elemen yang ada. Metode ini
mampu dikembangkan untuk merencanakan kebijakan strategis pengelolaan sampah. Strategi
pengelolaan sampah pada Kabupaten Bekasi dilaksanakan menurut taraf kepentingan
berdasarkan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini strategi utama yang perlu dilakukan
yakni meningkatkan sumberdaya manusia, meningkatkan kesadaran warga terkait
pengelolaan sampah, teknologi pengelolaan sampah dilakukan secara efektif dan efisien dan
membuat tenaga terbarukan.

Kata kunci: Interpretative Structural Modeling, Pengelolaan, Sampah

ABSTRACT

The gap in the amount of waste generated is due to the conventional handling of waste using
open dumping methods. The reason is the limited means of collecting and transporting
waste. This will cause more waste or waste to be obtained. The method used in this
research is the Interpretative Structural Modeling (ISM) method. The ISM method is a
method that is able to show the relationship between existing elements. This method can be
developed to plan strategic waste management policies. The waste management strategy in
Bekasi Regency is implemented according to the level of importance based on a problem. In
this study, the main strategy that needs to be done is to increase human resources, increase
citizen awareness regarding waste management, waste management technology is carried
out effectively and efficiently and create renewable energy.

Keywords: Interpretative Structural Modeling, Management, Waste

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 1


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

PENDAHULUAN Kurangnya kesejahteraan masyarakat tidak


Perkembangan suatu daerah tidak lepas terlepas dari berbicara tentang kemiskinan anak,
dari beberapa faktor seperti lingkungan, sosial, yang termasuk dalam rencana penanggulangan
demografi, ekonomi bahkan politik (Abadi, kemiskinan dan jaminan sosial (Sumargo &
2013). Sumber daya alam menjadi bagian Novalia, 2018).
penting berdasarkan keberlanjutan manusia dan
organisme lainnya. Di beberapa negara industri, METODE PENELITIAN
kesehatan warga, lingkungan, kelangkaan Penelitian ini dilaksanakan di TPA
sumber daya, perubahan iklim, kesadaran dan Burangkeng, Gang Wirjo, Kecamatan Setu,
partisipasi masyarakat telah menjadi kekuatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pada penelitian
pendorong dalam hal pengelolaan lingkungan ini data yang digunakan adalah data primer dan
yang berkelanjutan untuk mencapai sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
keberhasilan pengelolaan lingkungan. (Marshall observasi di lokasi penelitian. Selain itu juga
& Farahbakhsh, 2013). Namun, ketika melakukan wawancara dengan narasumber
masyarakat menggunakannya, mereka sering terkait penelitian ini guna menyusun strategi
melakukan kegiatan yang merusak lingkungan, pengelolaan sampah. Namun, data sekunder
yang berdampak besar dalam elastisitas diperoleh dari data yang tersedia dari instansi
lingkungan. Menurut sumbernya, bisa terkait. Metode dalam penelitian ini
dibedakan sebagai limbah domestik, limbah menggunakan Interpretive Structural Modeling
industri, dan limbah pertanian. Limbah (ISM). Metode ISM merupakan metode yang
domestik jenis ini terbagi sebagai limbah cair digunakan untuk mengembangkan organisasi
yang didapatkan pada fase/bentuk cair dampak yang paling berperan dalam sistem. Metode
kegiatan manusia sehari-hari, industri & ISM merupakan teknik pemodelan yang dapat
pengelolaan limbah, dan limbah padat yang merangkum pendapat para ahli guna
biasa disebut limbah rumah tangga. memberikan pendapat yang spesifik mengenai
hierarki sub-elemen sesuai dengan setiap
Dalam kehidupan sehari-hari, elemen yang terdapat dalam sistem. Metode
masyarakat melakukan jenis kegiatan, dan ISM merupakan metode yang dapat
dalam kegiatan yang berbeda ini, orang sering membuktikan hubungan antar elemen yang ada.
menghasilkan limbah sebagai efek samping dari Metode ini dapat digunakan untuk
kegiatan tersebut (Alfons & Padmi, 2015). merencanakan kebijakan strategis (Kholil,
Peningkatan kebutuhan akibat pertumbuhan Eriyatno, Sutjahyo dan Soekarto, 2008).
penduduk dan perubahan gaya hidup telah
menciptakan masyarakat konsumen kumulatif Berdasarkan Sianipar (2012), terdapat
yang dapat menyebabkan kerusakan dua bagian pada ISM, yang pertama adalah
lingkungan. Tumpukan sampah yang dihasilkan susunan struktur hierarki dan kedua susunan
oleh gaya hidup konsumsi telah menjadi bagian elemen. ISM tidak hanya digunakan untuk
tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jika evaluasi, tetapi juga dapat digunakan oleh
tidak ditangani dengan baik dapat peneliti. Dalam program yang dipelajari dengan
meningkatkan volume TPA (Ichrom, Suryono metode ISM, setiap tingkat struktur dibagi
dan Hanafi, 2015). Perbedaan pengelolaan dan menjadi beberapa elemen, dan setiap elemen
jumlah sampah yang dihasilkan disebabkan dibagi lagi menjadi beberapa sub-elemen.
oleh pengolahan sampah yang biasanya Penerapan ISM mengikuti langkah berikut: (1)
menggunakan metode open landfill untuk Identifikasi elemen; (2) Hubungan konteks; (3)
pengolahan konvensional. Pasalnya, Structural self-interaction matrix (SSIM); (4)
kemungkinan pengumpulan dan pengangkutan Reachability matrix (RM); (5) Pembagian
sampah terbatas. Kontradiksi ini bukan hanya bidang, (6) Spesifikasi Matriks, (7) Bagan, (8)
masalah jangka pendek, tetapi juga masalah Model Struktural. ISM membuat metode ini
jangka panjang yang harus diselesaikan dengan banyak digunakan. Oleh karena itu, dalam
bantuan kebijakan pemerintah daerah agar penelitian ini, Interpretive Structure Model
pengolahannya lebih terintegrasi dan mencapai (ISM) digunakan untuk merekomendasikan dan
efek yang maksimal. Jika tidak dikelola dengan mengelola bersama desain strategi manajemen
baik, limbah tersebut akan menimbulkan (Attri, Dev, dan Sharma, 2013).
bencana bagi kesejahteraan manusia dan
kehidupan lingkungan (Syam, 2016).

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 2


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

Analisis ISM bisa digunakan dalam Elemen Sub-Elemen


perencanaan strategi pengelolaan sampah TPA masyarakat untung mengelola
Burangkeng. Hasil dari analisis ini berupa sampah yang dihasilkan
matriks Driver-Dependence dan hierarki dari 6. Penerapan teknologi
setiap elemen. Data yang digunakan sebagai pengelolaan sampah masih
input untuk mengolah data didapatkan dari kurang
wawancara pakar. Pakar yang dimaksud 7. SDM yang kurang aktif dan
merupakan pihak dari bidang terkait, yaitu belum diberdayakan secara
maksimal
pengelola sampah, pengelola desa, dan instansi
8. Korrdinasi antar instansi yang
terkait. Instansi pemerintah seperti masih lemah
Kementerian, Dinas dan Pengelola TPA 9. Meningkatnya laju
Burangkeng. pertumbuhan industri dan
konsumsi masyarakat
Penelitian ini menggunakan elemen- Perubahan 1. Volume sampah berkurang
elemen sebagai berikut: (1) Elemen tujuan, (2) yang 2. Pemberdayaan SDM
Elemen aktor, (3) Elemen kendala utama, dan diinginkan meningkat
(4) Elemen perubahan yang diinginkan (Tabel 3. Kebersihan dan kesehatan
1). Iswahyudi, 2019 mengatakan bahwasannya lingkungan meningkat
metode ISM dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (1) 4. Kesadaran masyarakat terkait
pengelolaan sampah
Mengidentifikasi sub-elemen terpenting dari meningkat
elemen, (2) Menyusun hierarki, dan (3) 5. Biaya operasional menurun
Mengkategorikan sub-elemen (Iswahyudi, 6. Pengelolaan sampah dilakukan
2019). secara efektif dan efisien
7. Pengelolaan teknologi sampah
Tabel -1: Elemen dan sub-elemen pengelolaan menjadi energi terbarukan
sampah di TPA Burangkeng
Elemen Sub-Elemen HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan 1. Menjaga kebersihan dan Lokasi studi ini bertempat di TPA
kesehatan lingkungan Brangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten
2. Menetapkan 3R (reduce, Bekasi. TPA ini memiliki luas sebesar ±11,6
reuse, recycle) oleh warga hektar. Sebelum TPA Burangkeng dibangun,
sekitar masyarakat setempat menggunakannya sebagai
3. Melindungi investasi sarana
kandang ayam dan kolam untuk budidaya ikan.
dan prasarana
4. Meningkatkan partisipasi
TPA Burangkeng memiliki 4 kecamatan, terdiri
warga sekitar dari kecamatan A, kabupaten B, kabupaten C
5. Mengurangi biaya operasional dan kabupaten D. TPA Burangkeng mampu
6. Membangun lapangan kerja mengolah sampah hingga 700 ton per hari.
Aktor 1. Dinas Lingkungan Hidup Sampah yang masuk ke TPA ditimbang
Kabupaten Bekasi sebelum dibuang. Sampah tersebut terdiri dari
2. Pengelola TPA Burangkeng sampah organik dan anorganik, termasuk di 17
3. Badan Pengelola Desa kecamatan di Kabupaten Bekasi.
4. Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan TPA Burangkeng sudah kelebihan
5. Masyarakat sekitar
beban, yang disebabkan oleh teknologi yang
Kendala 1. Keterbatasan lahan di TPA
utama Burangkeng tidak bisa menangani sampah secara maksimal.
2. Rendahnya kesadaran Saat ini TPA Burangkeng masih menggunakan
penghasil sampah untuk metode open landfill dan pengomposan, dan
membayar iuran retribusi prosesnya memakan waktu ±30 hari.
3. Belum adanya penegakkan
hukum secara tegas Saat ini, TPA Burangkeng juga
menjadi pro-kontra bagi masyarakat sekitar.
4. Regulasi pemerintah yang Orang-orang mengeluh bahwa lingkungan
belum terlaksana secara mereka tercemar dan membahayakan kesehatan
maksimal
mereka. Namun, beberapa orang juga bisa
5. Rendahnya kesadaran
mencari nafkah di sana melalui TPA. Dengan

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 3


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

adanya TPA Burangkeng, masyarakat sekitar sampah di sumber (Subekti, 2017).


akan mendapat ganti rugi, sehingga pelayanan Berdasarkan Ediana, dkk (2018), peran serta
TPA Burangkeng kepada masyarakat sekitar masyarakat dapat meningkat didasari dari
cukup baik. Jumlah sampah yang dikirim ke pengetahuan akan kepedulian lingkungan
TPA Burangkeng setiap tahun semakin dalam penanganan dan pengurangan sampah
meningkat, terutama pada tahun 2020. sehingga tidak memberikan dampak signifikan
bagi lingkungan.
1. Elemen Tujuan
Elemen tujuan dan sum elemen tujuan 2. Elemen Aktor
dapat disusun menjadi diagram model Elemen aktor menjelaskan lembaga
structural hirarki. HIrarki pada elemen tujuan atau institusi yang dianggap berperan dalam
disusun berdasarkan empat tingkatan, dimana pengelolaan sampah di TPA Burangkeng.
seperti diilustrasikan pada Gambar 1. Sub Elemen kunci dari elemen aktor ada pada level
elemen pada tingkatan hierarki terendah adalah 1, yaitu sub-elemen B5, B2 dan B1. Ilustrasi
elemen kunci. Elemen hierarki yang yang lebih Model struktur hierarki dari elemen actor dapat
rendah dapat mempengaruhi elemen hierarki dilihat pada Gambar 2. Pada hasil sebelumnya
diatasnya. diketahui bahwa peran serta masyarakat dan
instansi terkait (Pengelola TPA dan Dinas
Elemen kunci dalam elemen tujuan Lingkungan Hidup) cukup penting dalam
merupakan peningkatan partisipasi warga dan pengelolaan TPA, khususnya di TPA
melakasanakan 3R (reduce, reuse, recycle). Burangkeng ini.
Seluruh sub elemen tersebut diketahui dapat
menjadi tujuan program untuk dilaksanakan
oleh pihak terkait dalam rangka pengelolaan
sampah pada TPA Burangkeng. Ketika sudah
dilaksanakan, maka dapat mempengaruhi sub
elemen tujuan atasnya. Salah satu contohnya,
membangun lapangan kerja, pengurangan biaya
operasional, perlindungan investasi sarana dan
prasarana serta menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan.

Gambar -2: Struktur hierarki elemen aktor

Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan (KLHK), Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR)
dan Pemerintah Daerah memiliki peran dalam
penyediaan bangunan fisik maupun fasilitas
Gambar -1: Struktur hierarki elemen tujuan pendukung terkait sarana dan prasarana
pengelolaan sampah.
Pengolahan sampah dengan konsep 3R
dapat dilaksanakan secara maksimal dengan Selanjutnya untuk koordinasi
mereduksi sampah yang diolah sedekat kesepakatan kompensasi dan persetujuan
mungkin dengan sumbernya. Selain itu juga masyarakat di sekitar TPA dikelola oleh Badan
perlu memperhatikan aspek terkait, antara lain Pengelola Desa Burangkeng. Pengelola Desa
peraturan, kelembagaan, operasional, Burangkeng juga yang melaksanakan
pembiayaan serta aspek peran serta masyarakat. penyuluhan dan ajakan pada warga sekitar
(Baso, Hadiwidodo, & Samudro, 2017). mengenai pentingnya menjaga lingkungan.
Konsep reduce, reuse, recycle sendiri adalah Selain itu, juga memberikan saran masukkan
cara yang efektif saat ini untuk menanganai dalam partisipasi aktif pengelolaan sampah
kasus sampah, dimana sistem ini dapat rumah tangga khususnya. Oleh karena itu,
menyentuh akar konflik sebagai pengurangan sesuai studi yang ada juga diuraikan bahwa

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 4


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

kajian mengenai aspek sosial dan budaya untuk Biaya yang tinggi sudah pasti diperlukan
menumbuhkan partisipasi pengelolaan sampah untuk memenuhi sarana dan prasarana yang
rumah tangga pula perlu dilakukan (Suyanto, memadai, sehingga mendapatkan model
Soetarto, Sumardjo, & Hardjomidjojo, 2015). pengelolaan sampah yang optimal (Sudiro,
Pengelolaan sampah yang efektif tidak hanya Setyawan, & Nulhakim, 2018). Strategi
memperhatikan teknologi yang diterapkan, penanganan sampah dewasa ini perlu
tetapi juga memperhatikan serta peningkatan memperhatikan pembangunan berkelanjutan,
aspek lignkungan, social budaya, hukum, dimana perlu adanya teknologi yang
kelembagaan dan keterkaitan ekonomi (Brigita mendukung dalam pelaksanaannya. Tetapi saat
& Rahardyan, 2013). ini Kabupaten Bekasi perlu memperhatikan
prasyarat, syarat dan biaya investasi untuk
3. Elemen Kendala Utama membangun penanganan sampah baru
Pada poin elemen selanjutnya akan (Mustofa, 2016).
menjelaskan terkait elemen kendala utama yang
ada dalam pengelolaan sampah di TPA 4. Elemen Perubahan yang Diinginkan
Burangkeng. Kendala program memiliki model Elemen perubahan yang diinginkan
struktur hirarki yang diilustrasikan pada merupakan penjelasan terkait perubahan yang
Gambar 3. Pada gambar 3. Dapay diketahui diperlukan untuk di TPA Bungkareng
elemen kunci pada elemen kendala utama ada khususnya. Perubahan yang diinginkan, jika
pada level 1, yaitu C6 dan C3. Berdasarkan diilustrasikan dalam model struktur hierarki
ilustrasi tersebut diketahui bahwa perlu adanya dapay dilihat pada Gambar 4. Dimana sub
perhatian dan usaha lebih untuk menyelesaikan elemen D7, D6, D4, dan D2 merupakan elemen
kendala yang ada. Contoh penerapannya adalah kunci terkait perubahan yang diinginkan.
penyediaan teknologi yang berwawasan
lingungan serta penegakkan hukum yang Penyelesaian masalah pengelolaan
berlaku terkait pengelolaan sampah, khususnya sampah di TPA Bungkareng dapat dilakukan
di Kabupaten Bekasi. dengan pemberdayaan SDM sehingga dapat
membawa perubahan. Selain itu penerapan
teknologi sehingga sampah menjadi energi
terbarukan bisa menjadi salah satu solusi
pengelolaan sampah berwawasan lingkungan.

Gambar -3: Struktur hierarki elemen kendala utama

Berdasarkan Syarfaini, dkk (2017),


terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
keberhasilan pengelolaan, selain aspek teknis Gambar -4: Struktur hierarki elemen perubahan
juga perlu diperhatikan aspek non teknisnya, yang diinginkan
dimana ada sistem yang mengatur dan
membiayai lembaga/organisasi tersebut. Hal ini Hasil di atas mengambarkan bahwa
juga diperkuat dengan kewajiban pemerintah hampir seluruh elemen perubahan yang
kepada warga masyarakatnya untuk difasilitasi diinginkan dipercaya menjadi aspek yang
dalam upaya pengeloalaan lingkungan. Namun memelukan perhatian khusus. Upaya kerjasama
dalam Mulasari dan Sulistyawati (2014) antar daerah menggunakan prinsip saling
mengungkapkan bahwa ada keterbatasan bagi menguntungkan pada pengelolaan sampah
Pemerintah dalam melakukan pengelolaan terpadu menggunakan teknologi ramah
sampah. Adapun keterbatasan tersebut antara lingkungan yang berkelanjutan sebagai solusi
lain, anggaran, SDM dan sarana prasarana yang patut diperjuangkan bersama. Kesadaran
pendukungnya. pentingnya penanganan pengelolaan sampah
bersama lintas wilayah perlu dibangun bersama
antar pemrintah daerah sehingga terjalin

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 5


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

koordinasi yang baik (Ernawati, Budiastuti, & Alfons, A. B., & Padmi, T. (2015). Analisis
Masykuri, 2012). Hasbullah et.al (2019) Multi Kriteria terhadap Pemilihan Konsep
mengatakan bahwa sistem TPA yang modern, Pengelolaan Sampah (Studi Kasus:
merupakan fasilitas yang mumpuni dan mampu Daerah Perkampungan di Wilayah Danau
menghindari gangguan kesehatan masyarakat, Sentani). Jurnal Teknik Lingkungan,
bukan tempat penimbunan. 21(2), 138–148. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.5614/jtl.2015.21.2.4
KESIMPULAN Attri, R., Dev, N., & Sharma, V. (2013).
Berdasarkan hasil kajian yang Interpretive Structural Modeling (ISM)
dilakukan terkait strategi pengelolaan sampah Approach: An Overview. Research
dengan Metode Interpretative Structural Journal of Management Sciences, 2(2), 3–
Modeling (ISM) di TPA Burangkeng, 8.
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, didapatkan Baso, A. N. A., Hadiwidodo, M., & Samudro,
kesimpulan bahwa: G. (2017). Perencanaan Sistem
1. Penerapan metode ISM untuk digunakan Pengelolaan Persampahan Pelayanan TPA
dalam memilih strategi pengelolaan sampah Kaligending Kabupaten Kebumen. Jurnal
di Kabupaten Bekasi bisa ditinjau dari Teknik Lingkungan, 6(1), 1–6. Retrieved
elemennya. Elemen tersebut antara lain, fromhttps://media.neliti.com/media/public
elemen tujuan, elemen aktor, elemen ations/134511-ID-perencanaan-sistem-
kendala utama elemen perubahan yang pengelolaan-persampah.pdf
diinginkan. Strategi pengelolaan sampah di Brigita, G., & Rahardyan, B. (2013). Analisa
TPA Burangkeng melibatkan instansi Pengelolaan Sampah Makanan Di Kota
pemerintah daerah dan pengelola TPA Bandung. Jurnal Teknik Lingkungan,
Burangkeng. 19(1), 34–45.
2. Strategi pengelolaan sampah di Kabupaten https://doi.org/10.5614/jtl.2013.19.1.4
Bekasi dilaksanakan berdasarkan tingkat Ediana, D., Fatma, F., & Yuniliza. (2018).
kepentingan dari suatu permasalahan. Hasil Analisis Pengolahan Sampah Reduce,
yang didapatkan dari studi ini diketahui Reuse, Dan Recycle (3R) Pada
bahwa perlu peningkatan SDM, peran serta Masyarakat Di Kota Payakumbuh. Jurnal
masyarakat, penerapan teknologi yang Endurance, 3(2), 238–246.
efektif & efisien, serta berwawasan Ernawati, D., Budiastuti, S., & Masykuri, M.
lingkungan dengan menghasilkan energi (2012). Analisis Komposisi, Jumlah dan
terbarukan Pengembangan Strategi Pengelolaan
Sampah di Wilayah Pemerintah Kota
UCAPAN TERIMA KASIH Semarang Berbasis Analisis SWOT.
Penulis mengucapkan terima kasih Jurnal EKOSAINS, 4(2), 13–22.
kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Hasbullah, Ashar, T., & Nurmaini. (2019).
Bekasi atas dukungan penuhnya dalam Analisis Pengelolaan Sampah di Kota
melaksanakan penelitian ini. Selain itu, penulis Subussalam, Tahun 2017. Jurnal
ingin mengucapkan terima kasih kepada Jumantik, 4(2), 135–146. Retrieved from
pengelola TPA Burangkeng yang telah http://dx.doi.org/10.30829/jumantik.v4i2.
membantu terlaksananya penelitian ini. Penulis 4147
juga menyampaikan apresiasi yang tinggi Ichrom, Y. N., Suryono, A., & Hanafi, I.
kepada penyelenggara Seminar Nasional 2nd (2015). Manajemen Tempat Pengelolaan
Environmental Science and Engineering Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
Confrence, Universitas Pembangunan Nasional (Suatu Studi Pada Dinas Cipta Karya Dan
“Veteran” Jawa Timur atas fasilitas yang Tata Ruang Dan Tempat Pengelolaan
diberikan untuk menerbitkan artikel ini. Sampah Terpadu Di Desa Mulyoagung
Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi
DAFTAR PUSTAKA Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya,
Abadi, R. S. (2013). Keberlanjutan Pengelolaan 3(1), 35–41.
Sampah Domestik di Kampung Menoreh, Iswahyudi. (2019). Kebijakan Pengelolaan
Kelurahan Sampangan, Semarang. Jurnal Ekosistem Hutan Mangrove
Pembangunan Wilayah & Kota, 9(1), 87– Berkelanjutan Kota Langsa.
96.

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 6


P-ISSN: 2798-6268
PENERAPAN METODE INTERPRETATIVE “…” (MUHAMMAD RIFALDI, ET AL.)

Kholil, Eriyatno, Sutjahyo, S. H., & Soekarto, Suyanto, E., Soetarto, E., Sumardjo, &
S. H. (2008). Pengembangan Model Hardjomidjojo, H. (2015). Model
Kelembagaan Pengelola Sampah Kota Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis
dengan Metode ISM (Interpretative Partisipasi “Green Community”
Structural Modeling) Studi Kasus di Mendukung Kota Hijau. Jurnal Mimbar,
Jakarta Selatan. Sodality: Jurnal 31(1), 143–152.
Sosiologi, Komunikasi, Dan Ekologi Syam, D. M. (2016). Hubungan Pengetahuan
Manusia, 2(1), 31–48. dan Sikap Masyarakat dengan
https://doi.org/10.22500/sodality.v2i1.589 Pengelolaan Sampah di Desa Loli
4 Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten
Marshall, R. E., & Farahbakhsh, K. (2013). Donggala. Jurnal HIGIENE, 2(1), 21–26.
Systems Approaches to Integrated Solid Retrieved from http://journal.uin-
Waste Management in Developing alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/vi
Countries. Journal of Waste Management, ew/1802/1755
33(4), 988–1003. Syarfaini, Amansyah, M., & Khairunnisa.
https://doi.org/10.1016/j.wasman.2012.12. (2017). Pengaruh Pelatihan Pengelolaan
023 Sampah Terhadap Penurunan Volume
Mulasari, S. A., & Sulistyawati. (2014). Sampah di Lingkungan Balleanging
Keberadaan Tps Legal Dan Tps Ilegal Di Kabupaten Bulukumba. Journal of
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Higiene, 3(1), 10–14. Retrieved from
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, http://journal.uin-
9(2), 122–130. alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/vi
https://doi.org/10.15294/kemas.v9i2.2839 ew/2758/2603
Mustofa, M. U. (2016). Deradikalisasi Semu:
Strategi Derutinisasi Penanganan Sampah
Analisis Strukturasi dalam Isu
Penanganan Sampah di Kota Bandung
Oleh Walikota Periode 2013-2018. Jurnal
Wacana Politik, 1(2), 152–165.
Sianipar, M. (2012). Penerapan Interpretative
Structural Modeling (ISM) dalam
Penentuan Elemen Pelaku dalam
Pengembangan Sistem Bagi Hasil Petani
Kopi dan Agroindustri Kopi. Agrointek,
6(1), 8–15.
Subekti, F. (2017). Implementasi Reduce ,
Reuse , Recycle ( 3R ) Dalam
Menumbuhkan Kepedulian Anak
Terhadap Lingkungan Di. Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, 6(6), 550–560.
Sudiro, Setyawan, A., & Nulhakim, L. (2018).
Model Pengelolaan Sampah Pemukiman
di Kelurahan Tunjung Sekar Kota
Malang. Jurnal Plano Madani, 7, 106–
117. Retrieved from
https://doi.org/10.24252/planomadani.v7i
1a10
Sumargo, B., & Novalia, T. (2018). Structural
Equation Modeling for Determining
Subjective Well-Being Factors of the Poor
Children in Bad Environment. Procedia
Computer Science, 135, 113–119.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2018.08.15
6

E-ISSN: 2789-6241 esec.upnvjt.com 7


P-ISSN: 2798-6268

Anda mungkin juga menyukai