Anda di halaman 1dari 17

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA PERTANIAN

The Essence and Urgency of Participatory Action Research in


Rural Community-Based Agricultural Resource Empowerment
Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jalan Ahmad Yani 70, Bogor 16161

ABSTRACT

It is believed that action research has been numerously implemented for a long time in Indonesia.
Nevertheless, it can be generally stated that its implementation was relatively lack in accommodating farmer’s
aspiration. As a result, a method of participatory action research needs to be recommended. This article aims to
review the essence and urgency of participatory action research focused on rural community-based agricultural
empowerment. At least, there are three pillars of participatory action research towards community empowerment,
namely participation, facilitation, and intervention. However, the implementation of participatory action research is
time-consuming and depends on community’s initiative in determining needs priority. Interactive participation and
creativity through participation as well as democracy-based facilitation and intervention should be carried out.
Hence, it is implied that the development of community’s aspiration (button-up approach) still requires top-down
approach, which is free from paternalistic attribute.

Key words : action research, participatory, empowerment, community, agriculture, rural

ABSTRAK

Kaji tindak merupakan jenis penelitian yang cukup banyak dan telah lama dilakukan di Indonesia, namun
secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaannya masih kurang mengakomodasi aspirasi petani. Oleh
karena itu, penggunaan metode kaji tindak yang partisipatif perlu direkomendasikan. Tulisan ini bertujuan untuk
mereview esensi dan urgensi kaji tindak partisipatif dengan titik tumpu pemberdayaan masyarakat khususnya di
wilayah perdesaan berbasis sumberdaya pertanian. Paling tidak ada tiga pilar dalam kaji tindak pemberdayaan
masyarakat, yaitu partisipasi, fasilitasi, dan intervensi. Akan tetapi, implementasi kaji tindak dalam pemberdayaan
masyarakat memerlukan waktu, tergantung inisiatif masyarakat dalam menentukan keperluan prioritas mereka.
Partisipasi secara interaktif dan kreatif serta fasilitasi dan intervensi yang berpedoman pada prinsip demokrasi
perlu dijalankan. Implikasinya, pengembangan aspirasi masyarakat tetap membutuhkan upaya yang bersifat
pendekatan dari atas namun terbebas dari sikap paternalistik.

Kata kunci : kaji tindak, partisipatif, pemberdayaan, masyarakat, pertanian, perdesaan

PENDAHULUAN kan pertanian; (5) pengembangan teknologi


spesifik lokasi; (6) penyebarluasan (disemina-
si) teknologi hasil penelitian; dan (7) pengem-
Penelitian merupakan salah satu ele- bangan kelembagaan (institusi) teknologi.
men penting dalam menunjang aktivitas pem- Salah satu model penelitian yang di-
bangunan pertanian. Elemen penting tersebut anggap strategis melibatkan masyarakat da-
mencakup penelitian mengenai (Deptan, 2002): lam proses pembangunan adalah kaji tindak
(1) pengembangan sumberdaya alam (tanah, (action research) yang sudah cukup banyak
air, iklim, dan hayati); (2) pengembangan ko- dan telah lama diimplementasikan di Indone-
moditas unggulan (termasuk pascapanen dan sia. Di lingkup Departemen Pertanian, imple-
diversifikasi teknologi produksi); (3) pengem- mentasi kaji tindak terutama berkaitan dengan
bangan bio-teknologi (rekayasa genetik, bio- upaya meningkatkan kemampuan masyarakat
logi molekular, diagnostik teknologi, dan mikro- dalam penggunaan paket teknologi pada sub-
biologi); (4) analisis sosial ekonomi dan kebija- sektor tanaman pangan, peternakan, perke-

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

73
bunan, dan perikanan seperti dalam kegiatan tuk memotivasi tumbuhnya aksi bersama
Sistem Usahatani berbasis Padi (SUTPA), (collective action) dalam rangka mengatasi
Konservasi Lahan Marjinal dan Daerah Aliran masalah yang mereka hadapi, yang selanjut-
Sungai (DAS), Pengendalian Hama Terpadu nya diarahkan untuk meningkatkan kesejah-
(PHT), Corporate Farming, PIDRA (Partici- teraan mereka sendiri. Tujuan ini akan dapat
patory Integrated Development in Rainfed dicapai apabila masyarakat disadarkan me-
Area), dan Primatani (Program Rintisan dan ngenai permasalahan yang sedang mereka
Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi hadapi, dan dengan itu kemudian mereka
Pertanian). Implementasi kaji tindak tersebut didorong untuk mencari alternatif pemecahan
umumnya dilakukan dalam rangka diseminasi masalah yang lebih efektif melalui pendekatan
teknologi pada berbagai agroekosistem. Kaji kaji tindak
tindak juga dapat berupa introduksi ketata- Tulisan ini bertujuan melakukan anali-
laksanaan organisasi seperti kelompok tani, sis kritis tentang esensi dan urgensi kaji tindak
koperasi, organisasi pengolahan, serta alat partisipatif dengan titik tumpu (entry point)
dan mesin pertanian. berupa pemberdayaan masyarakat, khususnya
Walaupun sebagian kaji tindak yang di wilayah perdesaanberbasis sumberdaya
diimplementasikan Departemen Pertanian pertanian. Uraian diawali dengan pengertian
memberikan hasil yang cukup berarti, namun (definisi) kaji tindak, diikuti dengan uraian
secara umum dapat dikatakan bahwa pelak- mengenai esensi dan urgensinya. Uraian beri-
sanaannya masih kurang mengakomodasi kutnya diarahkan untuk penarikan kesimpulan
aspirasi petani. Dalam berbagai aktivitas kaji dan implikasi kebijakan terkait dengan aplikasi
tindak tersebut, secara fisik petani praktis dan implementasi kaji tindak dalam rangka
memang dilibatkan, namun hanya dalam pemberdayaan masyarakat pertanian dan
rangka melaksanakan instruksi peneliti. Oleh pedesaan.
karena itu, untuk lebih mengakomodasi
aspirasi petani dan meningkatkan efektivitas
pelaksanaan kaji tindak, penggunaan metode PENGERTIAN KAJI TINDAK PARTISIPATIF
kaji tindak yang partisipatif (participatory action
research) perlu direkomendasikan (Basuno et Pada hakekatnya, penelitian lahir dari
al., 2005). proses determinasi jalan keluar permasalahan
Dalam implementasi kaji tindak, khu- yang dihadapi manusia dalam kehidupannya.
susnya untuk tujuan pemberdayaan masyara- Dalam kaitan ini, Good dan Scates (1972)
kat, konsep pengembangannya lebih ditekan- mengemukakan bahwa penelitian adalah : “...
kan pada investasi dalam rangka peningkatan the open door to a better future; it is the source
kemampuan masyarakat sebagai pengelola of faith that man can go forward; it is the
pembangunan (Pakpahan, 2005). Dengan kata challenge that removes the threat of stagnation
lain, fokus pelaksanaannya tidak hanya pada and decay from all society.
pembangunan fisik semata sebagaimana telah Secara ilmiah, penelitian didefinisikan
sering dilakukan, melainkan juga pemba- secara beragam namun bermuara dalam satu
ngunan nonfisik. Secara garis besar, investasi substansi pengertian yang sama. Kerlinger
masyarakat tersebut dapat berupa : (1) inves- (1973) mendefinisikan penelitian sebagai sua-
tasi sumberdaya manusia (human investment) tu investigasi sistematis, terkontrol, empiris,
seperti pendidikan, pengetahuan, keahlian, dan kritis terhadap preposisi hipotesis. Di
kesehatan, gizi, dan sebagainya; dan (2) dalamnya termuat metode-metode mendasar
investasi sosial (social investment) antara lain seperti metode sejarah (historical method),
meliputi keyakinan/kepercayaan (trust), man- metode deskriptif (descriptive method), metode
faat timbal balik (reciprocity), partisipasi dalam kasus lapangan (case and field method),
jaringan, dan sikap proaktif. metode perbandingan (causal comparative
Program pemberdayaan melalui kaji method atau ex-post facto method), metode
tindak dinilai akan efektif karena didasarkan eksperimen (experimental method), dan meto-
pada potensi lokal dalam lingkungan komu- de kaji tindak (action research).
nitas kecil yang relatif homogen. Substansi Avison et al. (1997) mengemukakan
utama pemberdayaan masyarakat adalah un- bahwa terdapat cukup banyak pengertian ten-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

74
tang kaji tindak. Para peneliti umumnya mem- berdaya. Strategi yang digunakan para praktisi
punyai kecenderungan membangun pende- dalam kegiatan kaji tindak partisipatif biasanya
katan yang bersifat kasuistik. Akan tetapi, berlandaskan konflik kepentingan masyarakat.
esensi dari pengertian kaji tindak sebenarnya Implementasinya, aksi kegiatan diawali de-
terkandung dalam namanya, yaitu kombinasi ngan peningkatan kapasitas masyarakat da-
antara kajian (research) dan tindakan (action), lam pengelolaan sumberdaya, berikutnya
atau dengan kata lain terdiri dari teori dan transformasi sosial ekonomi, hingga pada
praktek (McKay dan Marshall, 2001). akhirnya diharapkan tercipta suatu tatanan
Kaji tindak mencakup dihasilkannya politik masyarakat yang berdaya (political
pengetahuan baru dalam rangka pemecahan community’s empowerment). Hal yang patut
masalah atau perbaikan terhadap pemecahan diperhatikan adalah peneliti kaji tindak partisi-
masalah dalam kehidupan praktis (Elden dan patif harus mendedikasikan dirinya untuk be-
Chisholm, 1993). Dapat dikatakan bahwa kaji kerja bebas dari dominasi sistem kekuasaan
tindak bukan sekadar pendekatan terhadap (Tandon, 1981; Brown, 1985).
pemecahan masalah, melainkan disertai juga Kunci pokok kegiatan kaji tindak par-
kerangka konseptual yang melatarbelakangi- tisipatif adalah partisipasi. Akan tetapi, tidak
nya. Oleh sebab itu, kaji tindak harus men- ada jaminan bahwa suatu kaji tindak akan
cerminkan konsep strategi pengujian, per- berkelanjutan melalui partisipasi semata. Hal
baikan, dan pengembangan metode dalam tersebut sesuai dengan pendapat Selener
rangka memperbaiki situasi dan kondisi per- (1997) yang menyatakan bahwa partisipasi
masalahan tertentu yang dinilai tidak optimal. memiliki bermacam-macam tipe, mulai dari
Kaji tindak partisipatif merupakan kom- partisipasi teknis (tehnical participation), parti-
binasi antara penelitian (research) dengan sipasi semu (pseudo participation), hingga
tindakan (action) yang dilakukan secara parti- partisipasi murni (genuine participation).
sipatif guna meningkatkan aspek kehidupan Partisipasi teknis dapat digunakan un-
masyarakat. Berkaitan dengan itu, integrasi tuk pemberdayaan, atau paling tidak guna
dan partisipasi antara sesama peneliti, obyek memenuhi kebutuhan kelompok. Partisipasi
yang diteliti, para pemangku kepentingan semu dapat dipakai dalam pemberdayaan
(stakeholders), dan elemen masyarakat lain- suatu kelompok, namun membatasi pember-
nya merupakan unsur yang tidak dapat dipi- dayaan kelompok lainnya. Sementara itu,
sahkan (Gonsalves et al., 2005). partisipasi murni dapat membawa masyarakat
Dalam kaji tindak partisipatif, kerja menuju pemberdayaan dan demokratisasi da-
sama antara peneliti dengan “pemilik masalah” lam pengelolaan sumberdaya. Oleh karena itu,
(problem owner) merupakan hal penting untuk tipe partisipasi yang patut dipilih dalam ke-
diterapkan. Ketergantungan saling mengun- giatan kaji tindak partisipatif yang berkelan-
tungkan antara peneliti dan pemangku masa- jutan adalah partisipasi murni (genuine
lah terletak pada pemahaman bersama participation) untuk semua pihak yang terlibat
terhadap masalah yang harus dipecahkan, di dalamnya.
keterampilan, pengalaman, dan kompetensi;
agar proses penelitian dan pengembangannya ESENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF
dapat mencapai dua tujuan utama berupa
pengetahuan metode baru dalam pemecahan
masalah secara praktis (Hult dan Lennung, Salah satu hal esensial yang membe-
1980). Dalam hal ini, peneliti mendapatkan dakan kaji tindak partisipatif dengan penelitian
kerangka intelektual dan pengetahuan baru konvensional terletak pada peran dan keter-
dalam pemecahan masalah, sedangkan pemi- libatan peneliti. Dalam kaji tindak partisipatif,
lik masalah mendapatkan metode yang lebih peneliti berperan secara pro-aktif dan sengaja
efisien dalam pemecahan masalah secara (purposive) melibatkan diri dalam pengem-
praktis di lapangan (Burns, 1994). bangan metode baru dalam pemecahan ma-
Dalam konteks pengembangan ma- salah secara praktis. Sementara itu, dalam
syarakat (community development), kaji tindak penelitian konvensional, peneliti boleh dikata-
partisipatif ditujukan untuk memberdayakan kan sebagai pelaku netral (Chalmers, 1982).
kelompok-kelompok masyarakat yang tidak Dalam kaji tindak partisipatif, peneliti dipan-

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

75
dang sebagai salah satu pelaku utama yang dari konsep ini peneliti mengharapkan agar
bekerja secara bersama-sama dengan pihak pengetahuan (pemecahan masalah) hasil pe-
yang mempunyai kepentingan, atau sebagai nelitiannya langsung diadopsi atau digunakan
pihak yang dipengaruhi, untuk menghasilkan oleh para praktisi tanpa harus melalui hubu-
perubahan atau kemajuan dalam pemecahan ngan konsultasi yang bersifat interaktif. Peneliti
masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dituntut secara langsung jika pe-
(Checkldan, 1991; Hult dan Lennung, 1980). ngetahuan pemecahan masalah yang dihasil-
Henderson (2005) menyatakan bahwa kan terdapat kejanggalan atau melahirkan
perbedaan mendasar antara kaji tindak parti- masalah baru.
sipatif dengan penelitian konvensional antara Kaji tindak partisipatif memiliki karak-
lain terletak pada konsep dasar (subyek/ teristik lingkaran spiral (spiraling circle), yang
sistem) yang menggunakan analisis sistem dimulai dari refleksi, pertanyaan, tugas lapang,
hubungan sebab akibat antar sub-sistem yang dan analisis yang dilakukan secara berulang
membentuk masalah, eksistensi peneliti, dan (iterative). Dalam kaji tindak partisipatif, kom-
pengetahuan atau metode baru yang dapat pleksitas sistem saling berinteraksi antara satu
dirumuskan dari penganalisaan terhadap sis- dengan lainnya. Tiga subsistem yang menjadi
tem masalah. Lengkapnya perbedaan-perbe- acuan perhatian dalam sistem kaji tindak par-
daan tersebut disajikan pada Tabel 1. tisipatif adalah (1) Subekosistem. Sumberdaya
Henderson (2005) mengemukakan alam dan lingkungan (natural resources and
bahwa biasanya penelitian konvensional me- environmental capital) bersifat terbatas, dima-
miliki proses hubungan lurus (linear) dengan: na eksistensinya terkait dengan kompleksitas
(1) definisi permasalahan dan hipotesis; (2) pola bio-fisik dan proses; (2) Subsistem Sosial
pengumpulan data dan analisis; (3) kesim- Ekonomi. Sumberdaya alam memiliki nilai
pulan dan rekomendasi; dan (4) opsi transfer guna dalam sistem kehidupan manusia, dan
pengetahuan kepada para pengguna (users). pemanfaatannya memerlukan hubungan inter-
Penelitian dilaksanakan oleh seseorang atau aktif dengan subsistem kultural sosial ekonomi
tim yang sudah terlatih dalam bidang meto- (cultural socioeconomic capital); (3) Subsistem
dologi dan lazimnya menyandang predikat Kebijakan dan Kelembagaan. Pemanfaatan
gelar profesional ‘peneliti’ yang sekaligus sumberdaya alam secara publik merupakan
sebagai pihak luar (eksternal) dari subyek refleksi dari sistem kekuasaan dan manajemen
permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang di dalamnya
melibatkan hubungan kerjasama, persaingan,

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Konvensional dengan Kaji Tindak Partisipatif

Penelitian Konvensional Kaji Tindak Partisipatif


Subyek permasalahan relatif parsial: Subyek permasalahan bersifat multidimensi,
sistemik, dan holistik:
a. Cukup merepresentasikan tipe pengetahuan tunggal a. Memerlukan representasi berbagai jenis
(single type of knowledge) yang secara tipikal hanya disiplin atau keahlian dalam rangka
berkaitan dengan satu atau dua disiplin ilmu mewujudkan integrasi pengetahuan baru
b. Kausalitas hubungan lurus (linear) b. Kausalitas umpan balik
Subyek permasalahan dapat diikat (bounded), atau dengan Subyek permasalahan tidak sepenuhnya dapat
kata lain implementasinya dengan kemampuan kendali yang diikat (bounded) dan implementasinya adalah
sangat terbatas untuk menangani perubahan-perubahan yang
lebih kompleks dengan kendali yang bersifat
multy entry
Peneliti terpisah dari permasalahan Peneliti berperan secara pro-aktif dan
keterlibatannya bersifat interaktif.
Hasil penelitian ditransferkan dan tidak ada kewajiban Hasil penelitian terkait dengan peran aktif dan
langsung bagi peneliti untuk mempertanggungjawabkan jika hubungan tanggungjawab timbal balik dengan
terdapat kejanggalan atau kesalahan dalam alternatif berbagai pihak dalam rangka pengembangan
pemecahan masalah yang direkomendasikan. kapasitas secara kolektif.
Sumber: Henderson, 2005

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

76
dan konflik (baik di tingkat lokal maupun nasio- sekunder, dan penilaian lokasi secara partisi-
nal dan bahkan internasional). patif (Participatory Rural Appraisal). Metode
Kaji tindak partisipatif bukan pende- Participatory Rural Appraisal (PRA) disamping
katan bersifat tunggal (single approach), me- digunakan untuk melakukan penilaian terha-
lainkan penggabungan beberapa pendekatan dap lokasi, juga dimanfatkan dalam rangka
sekaligus dengan tujuan agar partisipan dapat mengetahui masalah dan potensi yang dimiliki
mengembangkan pengertian dan pengawasan masyarakat baik berupa sumberdaya alam,
dalam investigasi proses dan fenomena yang manusia, dan sosial ekonomi. Hasil PRA
terjadi. Oleh karena itu, kaji tindak partisipatif dijadikan dasar untuk melakukan kaji tindak
mengandung prinsip-prinsip kunci sebagai pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
berikut (Gonsalves et al., 2005): (a) Mereflek- Implementasinya, model kaji tindak teoritis
sikan secara jelas dan logis fokus masalah diterapkan melalui beberapa perbaikan dan
yang akan dijadikan agenda penelitian (penyu- pengulangan (iterative). Model tersebut kemu-
sunan prioritas) antar pemangku kepentingan dian didesiminasikan kepada masyarakat un-
berikut kontribusinya dalam membangun kerja- tuk diaplikasikan dan direplikasikan secara
sama (partnership) antar pemangku kepen- luas (scaling up).
tingan dalam merumuskan pendekatan untuk Dimensi utama kaji tindak partisipatif
penyelesaian masalah; (b) Mengembangkan bertumpu pada validasi lapang dengan titik
kapasitas inovasi di kalangan pemangku ke- tumpu (entry point) tingkat pengetahuan pe-
pentingan agar secara bersama-sama mene- neliti dan petani (Gambar 2). Deskripsi karak-
laah dan mengembangkan ketatalaksanaan teristiknya antara lain sebagai berikut: (1)
pengelolaan sumberdaya pertanian dan per- orientasi penelitian adalah untuk mencarikan
desaanyang terbatas; (c) Mengintegrasikan solusi permasalahan secara praktis dan ber-
kompleksitas dan dinamika perubahan sistem manfaat bagi pengguna (users); (2) perspektif
dan proses pengelolaan sumberdaya alam dan pengguna berpengaruh dalam memberikan
manusia yang unik pada kegiatan pertanian umpan bagi kegiatan penelitian; (3) peman-
dan perdesaan; (d) Memadukan aneka jenis faatan hasil penelitian merupakan hal yang
informasi dan metode dengan pengetahuan esensial berlandaskan hasil kajian lapangan
melalui pembelajaran partisipatif; (e) Melaksa- yang bersifat partisipatif dan komprehensif; (4)
nakan monitoring dan evaluasi secara partisi- kegiatan penelitian dilaksanakan secara lintas
patif agar proses penelitian sesuai dengan disiplin (interdisciplinary method); dan (5) me-
standar pelaksanaan; (f) Melakukan penelitian tode penelitian kualitatif dan antropologis
berdasarkan proses pembelajaran secara diperlukan, namun penerapannya tidak dilaku-
berulang (iterative), umpan balik, serta saling kan secara ekslusif (Niehof et al., 2003).
berbagi informasi yang menjadi pengetahuan Penerapan metode kaji tindak dalam
bersama; (g) Menyadari secara bersama-sama pemberdayaan masyarakat pertanian dan pe-
bahwa interaksi antara kekuasaan dan kerja- desaan diharapkan memberikan masukan
sama merupakan bagian dari strategi peneli- yang lebih baik dalam pemecahan masalah di
tian dalam rangka merumuskan pengetahuan bidang pertanian dan pedesaan. Niehof et al.
dan metode penyelesaian masalah praktis (2003) mengemukakan bahwa kaji tindak
secara komprehensif; dan (h) Membangun partisipatif memiliki beberapa nilai tambah
hubungan antar pemangku kepentingan ber- (added value), di antaranya mencakup: (1)
landaskan prinsip saling menghargai (mutual bermanfaat ganda bagi pengguna (pada
respect), rasa saling percaya (mutual trust), kegiatan usaha pertanian dan pedesaan); (2)
saling terbuka (mutual openness), dan saling dapat mengidentifikasi masalah secara ber-
menguntungkan (mutual benefit) dalam pe- ulang (iterative) dan interaktif; (3) bersifat
ngambilan keputusan kolektif. lentur (flexible) dan dapat melengkapi proses
Dari prinsip-prinsip kunci di atas, kaji penelitian konvensional; (4) dapat mengiden-
tidak partisipatif diimplementasikan sebagai- tifikasi tingkat partisipasi peserta (petani); (5)
mana tertera pada Gambar 1. Pelaksanaan berfungsi dalam melengkapi dan memberikan
kaji tindak partisipatif didahului dengan sosiali- masukan serta penilaian terhadap data dan
sasi, pengamatan lapang, identifikasi kontak informasi; (6) memberikan ruang kepada pe-
personal, pengumpulan data dan informasi tani untuk mengadopsi dan memodifikasi

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

77
FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

78
Peneliti tahu Petani tahu
petani tidak tahu peneliti tidak tahu

Validasi Lapang

Petani dan peneliti Petani dan peneliti


tahu tidak tahu

Gambar 2. Dimensi Utama Kaji Tindak Partisipatif (Niehof et al., 2003)

inovasi teknologi sesuai dengan kebutuhan dedikasi dan komitmen dalam proses imple-
mereka; (7) menghindarkan pencitraan bahwa mentasi kegiatannya.
kegiatan yang selama ini seolah-olah melekat Kegiatan kaji tindak partisipatif meru-
dan hanya menjadi milik kaum praktisi usaha pakan sistem kerja yang teratur, paling tidak
pertanian dan pedesaan; (8) merubah pers- mengikuti tata urutan yang jelas. Selener
pektif peneliti teknis agar ikut merasa memiliki, (1997) menjelaskan bahwa kaji tindak parti-
sebagaimana keharusan pada salah satu ma- sipatif melibatkan urutan kejadian dan kegiatan
zhab penelitian sosial (penelitian untuk pemba- dalam setiap iterasi (iteration), seperti: identi-
ngunan); (9) melibatkan semua pemangku ke- fikasi masalah, pengumpulan data, umpan
pentingan sejak dari kegiatan awal hingga balik dan data analisis, serta aksi (action)
akhir suatu kegiatan pengembangan teknologi berdasarkan hasil-hasil penelitian (research
(hilir), dan memberikan mereka rasa memiliki results). Keputusan tentang apakah metode
(sense of ownership) terhadap kegiatan terse- kaji tindak pertisipatif akan diterapkan atau
but; (10) mengembangkan hubungan antara tidak, ditentukan oleh masyarakat dengan
pemangku kepentingan dan praktisi yang di- fasilitasi dari peneliti.
dasarkan pada azas saling percaya (mutual
trust) dan proses pembelajaran bersama (mu-
tual learning experience); (11) meningkatkan URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF
kemampuan peneliti dalam membantu meme-
cahkan permasalahan petani secara tepat; dan
(12) membangun rasa saling tanggungjawab Sejarah pengembangan padi di Indone-
(mutual obligation), andil dalam pembiayaan, sia melalui Bimas dan program Insus berikut-
dan memperoleh manfaat (kesuksesan) seca- nya, menunjukkan bahwa keberhasilan penye-
ra kolektif (mutually collective benefit). barluasan paket teknologi dan peningkatan
produksi usahatani ini tidak lepas dari peran
Disamping nilai tambah (keunggulan) kaji tindak partisipatif. Penerapan kaji tindak
sebagaimana dikemukakan di atas, kaji tindak dalam pengembangan padi di Indonesia di-
partisipatif memiliki beberapa keterbatasan mulai sejak dicetuskannya program Swasem-
terutama ditinjau dari segi waktu dan tenaga. bada Bahan Makanan (SSBM) pada tahun
Kaji tindak partisipatif memerlukan waktu 1963/1964 (Silitonga et al., 1995). Pada prog-
pelaksanaan yang lebih lama dan banyak ram tersebut, suatu kaji tindak dalam bentuk
tergantung pada inisiatif masyarakat dalam terobosan penyuluhan berupa Pilot Proyek
menentukan prioritas. Disamping itu, kaji tin- Panca Usaha Lengkap dilakukan di Kabupaten
dak partisipatif juga memerlukan sikap proaktif Karawang (Jawa Barat). Kaji tindak yang
peneliti untuk berbaur dan beradaptasi ber- dimaksud berlangsung pada Musim Tanam
sama masyarakat dan lingkungan melalui (MT) 1963/1964, dipimpin oleh Lembaga Koor-

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

79
dinasi Pengabdian pada Masyarakat (LKPM), dan keterampilan, kebutuhan, peluang, dan
Departemen Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pe- sumberdaya lainnya.
ngetahuan (PTIP). Kongkretnya, partisipasi dalam kaji tin-
Kaji tindak sudah sejak lama menjadi dak partisipatif adalah proses aktif yang ini-
bagian dari kegiatan program diseminasi paket siatifnya dilakukan oleh masyarakat sendiri
teknologi baru, seperti Intensifikasi Khusus dan dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri
(Insus) yang diperkenalkan tahun 1979, Supra dengan menggunakan sarana dan proses
Insus tahun 1987, SUTPA tahun 1994, serta (lembaga dan mekanisme) yang dapat mene-
INBIS tahun 1997. Kegiatan kaji tindak lainnya gakkan proses pengawsan secara efektif.
adalah Proyek Pembinaan Peningkatan Pen- Secara garis besar, partisipasi dapat dibeda-
dapatan Petani Kecil (P4K). Hanya saja, pada kan atas: (1) partisipasi pasif, yaitu masyarakat
periode lalu, kaji tindak dalam prakteknya sulit dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikir-
dilakukan, sehingga banyak kegiatannya yang kan, dirancang, dan dikontrol oleh orang lain;
masih bersifat top-down (Ana, 2001). Di dan (2) partisipasi aktif, yakni proses pemben-
samping itu, introduksi kelembagaan dari luar tukan kekuatan untuk keluar dari permasa-
kurang memperhatikan struktur dan jaringan lahan yang dihadapi (Basuno et al., 2005).
kelembagaan lokal yang ada serta kekhasan Hussein (2000) membedakan karakte-
ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan. ristik partisipasi atas dua tingkat kedalaman,
Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui pem- yaitu partisipasi bersifat dangkal (shallow
bentukan kelompok yang hanya terlihat seba- participation) dan partisipasi mendalam (deep
gai alat kelengkapan proyek, belum sebagai participation). Perbedaan mendasar antara
wadah pemberdayaan masyarakat secara kedua tingkat kedalaman partisipasi tersebut
hakiki. Atau dengan kata lain tidak dilakukan antara lain terletak pada esensi, kegiatan, dan
melalui proses sosial yang matang (Syahyuti, tujuannya. Karakteristik partisipasi yang ideal
2007). untuk kaji tindak partisipatif adalah partisipasi
Paling tidak ada tiga pilar kegiatan kaji mendalam, dimana partisipasi difungsikan
tindak partisipatif, yaitu berupa partisipasi, untuk tujuan pemberdayaan melalui analisis
fasilitasi, dan intervensi yang bermuara pada perubahan dan intervensi serta inisiasi tin-
pemberdayaan masyarakat. Uraian lebih rinci dakan (action).
tentang ketiga pilar tersebut disampaikan pada Arnstein (1969) membagi partisipasi
bagian berikut. dalam proses pemberdayaan masyarakat atas
delapan anak tangga (a ladder of citizen
Partisipasi participation) yang dikelompokkan atas tiga
tingkat. Anak tangga pertama dan kedua
Secara semantik, partisipasi memiliki diklasifikasikan sebagai nonpartisipasi, dima-
banyak definisi dan interpretasi. Gonsalves et na partisipasi masyarakat masih dalam taraf
al. (2005) mengemukakan sebagai berikut : “... penanganan dan terapi. Anak tangga ketiga
Participation in society, and in social process, sampai kelima dikategorikan sebagai partisi-
has many shades of meaning. Participation as pasi bersifat dorongan (tokenism) berupa pem-
a customer can be as trivial as choosing which berian informasi, konsultasi, dan konsiliasi.
brand of toothpaste to pick up in supermarket. Anak tangga keenam hingga kedelapan dike-
Political participation may be interpreted as lompokkan sebagai partisipasi berdasarkan
casting a vote in a general election every four kekuatan warga masyarakat (power of citizen)
years. Using terms in this way, participation in dalam bentuk jalinan kemitraan, pendele-
research could mean as a little as filling out a gasian kekuatan, dan pengawasan kegiatan
questionnaire, or answering a survey”. Dengan pemberdayaan yang bersifat demokratis.
demikian, partisipasi dalam kaji tindak parti-
sipatif memiliki pengertian yang berbeda dari Sesuai dengan tipologi Pretty (1995),
definisi tersebut. Dalam konteks ini, partisipasi partisipasi yang sesuai dengan kaji tindak
mengandung pengertian yang berhubungan partisipatif adalah partisipasi interaktif (inter-
dengan pengambilan keputusan (decision- active participation), dimana masyarakat ber-
making), mengingat setiap partisipan dapat partisipasi dalam menganalisis situasi melalui
memiliki perbedaan dalam hal pengetahuan aksi bersama (collective action) dengan meto-
de inter-disiplin dan proses pembelajaran se-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

80
cara terstruktur. Implementasinya, masyarakat berhubungan langsung dengan pemilik masa-
dapat mengawasi keputusan lokal dan memi- lah (problem owner), dimana peran sebagai
liki keterkaitan dalam menjaga serta sekaligus fasilitator tersebut dapat dimainkan oleh pene-
memperbaiki struktur dan kegiatan yang liti sendiri atau oleh pihak lain. Pemisahan
dilakukan. Sementara itu, menurut Johnston peran fasilitator dan peneliti sebenarnya tidak
(1982), tingkat pertanggungjawaban (level of secara tegas perlu dilakukan, karena pada
responsibility) partisipasi yang cocok dengan hakekatnya peran fasilitator sendiri merupakan
kaji tindak partisipatif adalah partisipasi krea- bagian dari perancangan penelitian. Pemisa-
tivitas (participation through creativity). Dalam han peran fasilitator dan peneliti lebih disaran-
konteks ini, masyarakat dilibatkan dalam men- kan agar pelaksanaan kaji tindak partisipatif
definisikan situasi mereka, menentukan prio- dapat memberi perhatian yang lebih fokus ter-
ritas, perencanaan, implementasi, monitoring hadap masing-masing peran (Stinson, 1979).
dan evaluasi. Dengan kata lain, masyarakat Kendati demikian, dalam pelaksanaan kaji
berkreasi dan melalui partisipasi mereka ber- tindak – sampai derajat tertentu – peneliti juga
tanggungjawab atas program mereka sendiri. berperan sebagai fasilitator.
Kata kunci dari tipologi partisipasi Kegiatan fasilitasi merupakan upaya
sebagaimana dikemukakan di atas adalah untuk menjembatani perbedaan karakter dan
“aksi bersama” (collective action). Terkait pemikiran individu, sehingga dapat membantu
dengan ini, Werner (1998) mengemukakan menggabungkan perbedaan secara efektif dan
bahwa aksi bersama ini sebetulnya sudah me- menciptakan keadaan yang nyaman agar
rupakan bagian dari tradisi bangsa Indonesia, masyarakat mampu menemukan kesamaan
misalnya aktivitas yang diorganisir masyarakat serta kesepakatan pikiran dan tindakan
dalam pembangunan dan pemeliharaan fasi- (Basuno et al., 2005). Kegiatan fasilitasi dilaku-
litas publik. Oleh karena itu, tradisi tersebut kan untuk menciptakan lingkungan kondusif
seyogyanya dapat dijadikan sebagai modal dalam transfer teknologi dan pengetahuan dari
dalam mengajak masyarakat berintegrasi nara sumber kepada masyarakat, baik dalam
dalam kaji tindak partisipatif. Kendati demikian, kegiatan perencanaan, pelatihan, studi ban-
Grootaert (2002) menggarisbawahi bahwa ding, implementasi di lapangan, serta moni-
partisipasi dalam aksi bersama yang dimaksud toring dan evaluasi. Peran fasilitator menjadi
memiliki signifikansi yang berbeda pada setiap sangat penting karena dapat dianggap sebagai
kelompok masyarakat. Partisipasi yang demi- ujung tombak serta kunci keberhasilan dari
kian sesuai untuk diterapkan di Indonesia yang suatu perubahan di masyarakat. Kemampuan
memiliki berbagai etnis. mendengarkan keluhan masyarakat menjadi
syarat utama bagi seorang fasilitator.
Fasilitasi Pelatihan merupakan elemen penting
dalam fasilitasi, misalnya dalam kegiatan
Fasilitasi dapat didefinisikan sebagai transfer pengetahuan dan keterampilan atau
suatu seni (art) dalam memotivasi masyarakat dalam kegiatan introduksi teknologi (Sumpeno,
menuju tujuan yang disepakati bersama mela- 2004). Dalam hal ini, kepakaran instruktur
lui proses peningkatan partisipasi, kepemili- (trainer’s capacity) merupakan bagian utama
kan, dan kreativitas bagi semua yang terlibat di yang harus dipenuhi, sehingga penyediaan
dalamnya (Gonsalves et al., 2005). Fasilitasi tenaga ahli (nara sumber) harus didatangkan
merupakan teknik yang banyak dikembangkan dari lembaga yang kompeten dalam bidang
dalam melaksanakan pemberdayaan secara yang bersangkutan. Penentuan kriteria kepa-
partisipatif, karena teknik ini menggunakan karan diserahkan kepada peneliti, sedangkan
tingkat intervensi yang sangat rendah materi pelatihan ditentukan sesuai keinginan
(Sumpeno, 2004). Melalui teknik fasilitasi, masyarakat. Dalam kaji tindak, pelatihan tidak
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat hanya terfokus pada kegiatan (usaha) fisik
dapat terungkap, sehingga memungkinkan teknis semata, tetapi secara simultan menca-
untuk melakukan perencanaan dan penerapan kup kegiatan non-fisik berupa pembinaan
transfer teknologi secara lebih baik. masyarakat (organisasi kelompok) sebagai
Dalam pelaksanaan kaji tindak partisi- basis kegiatan pemberdayaan. Pembinaan
patif, biasanya terdapat peran fasilitator yang ditujukan guna menciptakan suasana kondusif

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

81
bagi semua anggota masyarakat dalam rangka secara partisipatif (participatory monitoring dan
meningkatkan kemampuan ketatalaksanaan evaluation) oleh masyarakat dan pemangku
(managerial) mereka secara berkesinambu- kepentingan lainnya dengan fasilitasi dari
ngan, sehingga pada gilirannya tercipta suatu peneliti. Gonsalves et al. (2005) mengemuka-
proses pelembagaan (institutionalized) orga- kan bahwa monitoring dan evaluasi partisipatif
nisasi. merupakan usaha kerjasama antara peneliti
Studi banding merupakan salah satu dan para pemangku kepentingan seperti
jenis fasilitasi penting yang dikembangkan petani, petugas pemerintah, dan penyuluh un-
melalui kegiatan saling tukar menukar penga- tuk memonitor dan mengevaluasi penelitian
laman. Kegiatan ini tidak hanya terbatas dalam atau kegiatan pembangunan secara sistema-
hal aplikasi teknologi, tetapi juga belajar cara tis. Dengan kata lain, monitoring dan evaluasi
menyelesaikan dan mengantisipasi permasa- merupakan kegiatan yang ditujukan untuk
lahan. Salah satu model studi banding yang melihat sampai sejauh mana pelaksanaan kaji
cukup efektif dilakukan adalah anjangsana tindak partisipatif dapat memberikan peru-
petani (farmer-to-farmer visit) sebagaimana bahan pada masyarakat.
dilakukan tim kaji tindak partisipatif Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Per- Intervensi
tanian (PSE-KP) bersama masyarakat petani
Desa Balekambang, Nagrak, Sukabumi Intervensi adalah kebijakan atau tin-
(Basuno et al., 2005). Dalam pelaksanaannya, dakan dengan tujuan untuk membantu sesuatu
melalui model anjangsana, para petani yang pada suatu kondisi tertentu (Hornby, 1995).
bersangkutan dapat belajar dari kondisi nyata Secara positif, intervensi mengandung makna
(real). Selain itu, petani (sukses) yang dikun- pendekatan yang bersifat fleksibel dan induktif
jungi dapat mentransfer ilmu dan pengalaman sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
yang dimilikinya secara terbuka, tanpa ada suatu masyarakat (Selener, 1997). Dalam
kekhawatiran akan tersaingi. Kegiatan kun- konotasi lebih spesifik, terkait dengan kaji tin-
jungan ke Lembaga Swadaya Masyarakat dak partisipatif, intervensi merupakan bagian
(LSM) juga merupakan salah satu bentuk studi yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam
banding dalam rangka memotivasi masyarakat proses fasilitasi. Dengan kata lain, walaupun
pertanian di pedesaan. istilah fasilitasi dalam pelaksanaan perenca-
naan, pelatihan, studi banding, implementasi
Dibutuhkan pendampingan untuk kegiatan, serta monitoring dan evaluasi digu-
mengimplikasikan teknologi yang diperoleh nakan; tetapi pada hakekatnya (sampai pada
dari hasil pelatihan dan studi banding. Hal tingkat tertentu) di dalamnya terkandung unsur
demikian dilakukan guna memastikan bahwa intervensi.
teknologi yang diterapkan masyarakat sesuai
dengan yang mereka peroleh, sehingga pelatih Sumpeno (2004) mengemukakan bah-
tetap berperan mendampingi dalam implemen- wa intervensi sebenarnya lebih mengarah
tasi tersebut. Konsultasi dengan pelatih ke- kepada persuasif atau intervensi itu sendiri
mungkinan akan tetap diperlukan setelah ke- (Gambar 3). Hal demikian dapat dikemukakan
giatan implementasi, khususnya apabila terjadi pada kasus introduksi teknologi, dimana trans-
masalah yang sulit ditanggulangi atau dalam fer pengetahuan dan keterampilan (transfer of
rangka memperbaiki teknologi pada implemen- knowledge dan skills) memerlukan unsur inter-
tasi teknologi periode berikutnya (Basuno et vensi di dalamnya. Akan tetapi, unsur interven-
al., 2005). Perlu ditambahkan bahwa pendam- si dalam pelaksanaan fasilitasi tetap berpedo-
pingan sendiri memerlukan dana yang tidak man pada prinsip demokrasi, dimana masyara-
sedikit, terutama untuk menjamin keberlang- kat diberi kebebasan untuk menentukan
sungan penerapan hasil studi banding. pilihannya. Hal tersebut sejalan dengan pemi-
kiran Yusof (1989) bahwa dalam pedoman
Kegiatan monitoring dan evaluasi tidak demokratis, faktor manusia lebih didahulukan
hanya dilakukan pada akhir kegiatan, tetapi antara lain dalam kegiatan. Dengan cara yag
merupakan kegiatan yang terus menerus dila- demokratis, kegiatan intervensi memiliki dam-
kukan. Seperti halnya terjadi pada pelatihan, pak yang baik karena masyarakat tetap termo-
studi banding, dan implementasi kegiatan, tivasi. Cara seperti ini dapat menghasilkan
monitoring dan evaluasi juga penting dilakukan dampak jangka panjang, dibanding pelaksana-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

82
Tidak melakukan apa-apa

Diam
PENDUKUNG
Mendukung

FASILITASI
Klarifikasi

Memancing pemikiran
dengan bertanya

Memancing aksi dengan


bertanya
PERSUASIF
Mengajukan alternatif

Berbagi gagasan

Berbagi aksi

INTERVENSI
Mengarahkan

Memilihkan PETUNJUK

Instruksi

Gambar 3. Tingkatan Intervensi dalam Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat (Sumpeno, 2004)

annya yang menggunakan cara ’paksaan’ berdaya (powerless) menjadi sadar dan tahu
yang dilandaskan pada kekuasaan. Dengan (having knowledge) akan dinamika kekuasaan
pertimbangan adanya berbagai kelebihan da- yang bekerja dalam konteks kehidupan mere-
lam konsep fasilitasi, teknik tersebut juga ka, membangun ketrampilan dan kapasitas
digunakan dalam pembentukan kelompok untuk memperoleh kontrol pada kehidupan
masyarakat. mereka, menjalankan (exercise) kontrol tanpa
mengganggu hak-hak orang lain, dan mendu-
kung upaya pemberdayaan (individu atau
Pemberdayaan kelompok) lain dalam masyarakat. Keempat
Pemberdayaan adalah pilihan, kebe- proses tersebut juga dapat digunakan sebagai
basan, partisipasi dalam pengambilan kepu- indikator kasar untuk mengukur sampai sejauh
tusan, martabat, penghargaan, kerjasama, dan mana suatu upaya pemberdayaan telah ber-
rasa saling memiliki pada komunitas (Gon- hasil dilakukan.
salves et al., 2005). Jo Rowldan dalam Buchori Dalam konteks pengembangan ma-
et al. (2003) menyatakan bahwa pemberdaya- syarakat pertanian dan perdesaan, Sumodi-
an adalah proses dimana individu, organisasi ningrat (1997) mengartikulasikan pemberdaya-
atau kelompok yang dalam kondisi tidak an ke dalam tiga aspek, yaitu: (1) menciptakan

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

83
iklim atau kondisi yang memungkinkan potensi vidu, komunitas dan organisasi. Keterlibatan
masyarakat setempat berkembang, (2) mem- individu berkaitan dengan keterlibatan dalam
perkuat potensi atau energi dan modal sosial pengambilan keputusan, sedangkan komuni-
yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu tas berhubungan dengan dampak keterlibatan.
meningkatkan mutu kehidupan ke arah yang Sementara itu, organisasi adalah struktur yang
lebih baik, dan (3) melindungi atau mencegah mengakomodasi (mediator) dan sekaligus
kekuatan atau tingkat kehidupan masyarakat memfasilitasi kegiatan aksi bersama berbasis
yang sudah lemah agar tidak menjadi semakin komunitas (Checkoway, 1995).
lemah. Salah satu kegiatan kaji tindak partisi-
Kaji tindak partisipatif pada hakekat- patif pemberdayaan masyarakat yang cukup
nya merupakan bagian dari kegiatan pember- berhasil dilaksanakan di Indonesia adalah
dayaan, karena di dalamnya terkandung kon- program Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
tribusi upaya meningkatkan kemampuan ma- Melalui program ini, diperkenalkan metode
syarakat dalam mencapai peningkatan kese- pembelajaran partisipatif melalui Sekolah La-
jahteraan. Kaji tindak partisipatif bukan hanya pang Pengendalian Hama Terpadu atau
diharapkan dapat memberikan keberhasilan SLPHT (Dilts dan Pointius, 2000). Proses
dari sisi perbaikan teknologi, tetapi juga pembelajaran ditekankan pada pengambilan
mendatangkan kepuasan bagi masyarakat dan keputusan dan tindakan berdasarkan diskusi
sekaligus menciptakan keyakinan bahwa me- terbuka (bebas dari dominasi). Dalam SLPHT,
reka mampu memperbaiki kehidupan dengan di samping penekanan aspek ekologi, para
kekuatan sendiri. Manfaat dari aspek ini perlu pesertanya juga mendapatkan pembelajaran
ditekankan, untuk lebih menjamin agar masya- dalam hal dinamika sosial kemasyarakatan.
rakat dapat berdaya secara berkelanjutan. Dengan kata lain, peserta SLPHT tidak hanya
Namun perlu dicermati bahwa keberhasilan belajar tentang hubungan kausalitas di tingkat
dan optimalisasi manfaat dari pelaksanaan kaji lapangan, tetapi mereka juga memperoleh
tindak partisipatif dalam hal pemberdayaan pengertian mengenai hubungan antar sesama
masyarakat, tergantung pada kemampuan manusia.
fasilitator dalam memfasilitasi keperluan ma- Setelah mengikuti SLPHT, para petani
syarakat. memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Folla dalam Basuno et al. (2005) serta membuat keputusan, untuk selanjutnya
memberi pengertian yang lebih mendalam mereka terapkan dalam berbagai aspek teknis
bahwa pemberdayaan adalah suatu peruba- dan ekonomis terkait dengan penggunaan
han yang membentuk kemandirian dan partisi- input dan biaya usahatani. Hasil dari kegiatan
pasi. Kemandirian adalah proses kebangkitan program ini merupakan bagian dari proses
kembali dan pengembangan kekuatan pada pemberdayaan, di antaranya terkait dengan
diri manusia yang mungkin sudah hilang peningkatan produksi dan keuntungan, penu-
karena ketergantungan, eksploitasi, dan sub- runan risiko kesehatan sebagai dampak dari
ordinasi. Kemandirian dapat dibedakan menja- penggunaan pestisida, serta pelestarian ling-
di: (1) kemandirian material, yaitu kemampuan kungan. Melalui proses pembelajaran tersebut,
produktif guna memenuhi kebutuhan materi petani menjadi lebih berdaya (empowered)
dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dalam mengelola lahan usahatani mereka
dapat bertahan pada waktu krisis; (2) (Velasco, 2000; SEAMEO SEARCA, 1996).
kemandirian intelektual, yaitu pembentukan Kasus usahatani kopi di Kabupaten
dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat Malang dan Kediri menunjukkan bahwa pem-
yang memungkinkan mereka menanggulangi berdayaan petani dalam bidang sosial, ekono-
bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus yang mi/finansial, dan kesadaran lingkungan meru-
muncul di luar kontrol pengetahuan; dan (3) pakan hasil konsekuensi dari partisipasi mere-
kemandirian ketatalaksanaan, yaitu kemam- ka dalam Program Pengendalian Hama Ter-
puan otonom untuk membina diri dan menja- padu-Perkebunan Rakyat (PHT-PR). Secara
lani serta mengelola kegiatan kolektif agar umum, para petani kopi menjadi lebih berdaya
terjadi perubahan dalam situasi kehidupan. setelah mereka mendapatkan pengetahuan
Pemberdayaan dapat dipandang se- dan keterampilan dari pelatihan SLPHT. Hal
bagai proses bertingkat yang melibatkan indi- tersebut antara lain ditunjukkan oleh pening-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

84
Tabel 2. Tingkat Pemberdayaan Petani Peserta PHT-PR Kopi di Kabupaten Malang dan Kediri, Jawa Timur,
2002

Malang Kediri Rataan


Pemberdayaan
X Deskripsi X Deskripsi X Deskripsi
Sosial :
a. Pengetahuan dan keterampilan 3,90 tinggi 3,74 tinggi 3,82 tinggi
b. Perubahan perilaku budidaya 3,50 tinggi 3,30 tinggi 3,40 tinggi
c. Pengambilan keputusan 3,46 tinggi 3,38 tinggi 3,42 tinggi
Ekonomi/finansial :
a. Penurunan biaya produksi 1,76 rendah 1,70 rendah 1,73 rendah
b. Peningkatan produksi 4,16 sangat 4,04 sangat 4,10 sangat
tinggi tinggi tinggi
c. Peningkatan keuntungan 2,64 sedang 2,58 sedang 2,61 sedang
Kesadaran lingkungan 3,86 tinggi 3,73 tinggi 3,80 tinggi
Total 3,33 tinggi 3,21 tinggi 3,27 tinggi
Sumber : Iqbal, 2003
Keterangan : X = 0,0-1,0 (sangat rendah); 1,1-2,0 (rendah); 2,1-3,0 (sedang); 3,1-4,0 (tinggi); 4,1-5,0 (sangat tinggi)

katan hasil skor pendahuluan (pre-test) dan Dari beberapa gambaran di atas, da-
akhir (post-test) pada pengetahuan (ballot box pat diberikan catatan bahwa peran pemerintah
test) sebelum dan setelah pelaksanaan dalam kaji tindak pemberdayaan masyarakat
SLPHT. Secara agregat, petani SLPHT di partisipatif tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut
Kabupaten Malang memperoleh peningkatan disadari mengingat pemerintah merupakan
skor dari 51,7 persen menjadi 78,2 persen dan bagian dari sistem masyarakat yang dapat
petani di Kabupaten Kediri mendapatkan mempengaruhi pelaksanaan maupun pelem-
peningkatan skor dari 46,6 persen menjadi bagaan pelaksanaan (continuity) pemberdaya-
68,9 persen (Bagpro PHT-PR Jawa Timur, an masyarakat. Curtis dan Lockwood (2000)
2003). menegaskan bahwa dalam rangka upaya
Selanjutnya, persepsi petani terhadap pengembangan aspirasi masyarakat (bottom-
pemberdayaan dari Program PHT-PR di up approach) tetap membutuhkan upaya yang
Kabupaten Malang dan Kediri dapat diper- bersifat pendekatan dari atas (top-down
hatikan pada Tabel 2. Secara keseluruhan, approach). Akan tetapi, Bunch (1991) mengi-
tingkat pemberdayaan petani cukup tinggi, ngatkan bahwa kegiatan pemberdayaan harus
yakni mencakup aspek sosial, ekonomi/ mampu menghindarkan sikap paternalisme,
finansial, dan lingkungan. Dari aspek sosial, karena hal ini dapat menyebabkan sikap keter-
petani berpendapat bahwa mereka menda- gantungan masyarakat dalam memecahkan
patkan pemberdayaan dari Program PHT-PR masalah pembangunan yang mereka hadapi.
dalam hal pengetahuan dan keterampilan,
perubahan perilaku budidaya, dan pengam- KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
bilan keputusan. Dalam prakteknya, sebagian
petani menerapkan paket rekomendasi sesuai
dengan kebutuhan mereka (tidak serumit Kendati kaji tindak (action research)
Program PHT-PR). Dari aspek ekonomi/finan- sudah cukup banyak dan telah lama diimple-
sial, petani menganggap bahwa Program PHT- mentasikan di Indonesia, namun secara umum
PR dapat meningkatkan produksi dengan dapat dikatakan bahwa pelaksanaannya masih
sedikit peningkatan keuntungan. Sedikitnya kurang mengakomodasi aspirasi petani. Dalam
tingkat keuntungan tersebut lebih disebabkan berbagai aktivitas kaji tindak tersebut, secara
oleh meningkatnya biaya produksi dalam fisik petani praktis memang dilibatkan, namun
penerapan Program-PHT-PR dan rendahnya hanya dalam rangka melaksanakan anjuran
harga kopi. Dari aspek lingkungan, petani peneliti. Oleh karena itu, untuk lebih meng-
menyadari bahwa Program PHT-PR mampu akomodasi aspirasi petani dan meningkatkan
meningkatkan kesadaran mereka terhadap efektivitas pelaksanaan kaji tindak, pengguna-
lingkungan (ekologi konservasi). an metoda kaji tindak yang partisipatif (part-

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

85
icipatory action research) perlu direkomen- DAFTAR PUSTAKA
dasikan.
Kegiatan kaji tindak partisipatif memi- Ana, B.R. 2001. Sintesa Model Pemberdayaan
liki komponen yang cukup banyak dan bersifat Masyarakat (Studi Kasus Proyek P4K,
dua arah, yaitu dari pihak pelaksana ke ma- KUM, P2LK, PHT, KUF dan DELIVERI).
syarakat dan sebaliknya. Komponen-kompo- Bina Swadaya dan Department for Inter-
national Development. Jakarta.
nen tersebut meliputi : (1) transfer informasi
dari pihak pelaksana kepada masyarakat Avison, D., R. Baskerville, and M. Myers. 2001.
maupun dari masyarakat ke pelaksana; (2) Controlling Action Research Projects.
Information Technology and People, Vol.
penyadaran terhadap masyarakat tentang
14, No. 1.
masalah dan potensi yang dimiliki mereka
(terjadi dua arah); (3) proses motivasi masya- Bagpro PHT-PR Jawa Timur. 2003. Laporan Pe-
laksanaan SLPHT (Sekolah Lapang Pe-
rakat untuk mengatasi masalah mereka
ngendalian Hama Terpadu) Kopi Jawa
sendiri; (4) transfer inovasi dan memotivasi Timur. Bagian Proyek Pengendalaian Ha-
masyarakat untuk menerapkan inovasi dan ma Terpadu Perkebunan Rakyat Jawa
hasil perbaikannya; dan (5) pelembagaan pe- Timur. Jombang.
nerapan inovasi.
Basuno, E., R.N. Suhaeti, S. Wahyuni, R.S. Rivai,
Titik tumpu (entry point) kaji tindak T. Pranaji, G.S.Budhi, dan M. Iqbal. 2005.
partisipatif adalah partisipasi, fasilitasi, dan Kaji Tindak (Action Research) Pember-
intervensi dalam piranti kelembagaan (rule of dayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal.
the game) dengan penggerak organisasi Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan
kelompok (collective action) yang bermuara Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Bogor.
pada pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
sasaran diposisikan menjadi subyek dan seka- Brown, L.D. 1985. People Centered Development
ligus penggerak pembangunan. Partisipasi and Participatory Research. Harvard Edu-
cational Review. Vol. 55, No. 3. Boston.
interaktif dan kreativitas serta fasilitasi dan
intervensi yang berpedoman pada prinsip Buchori, A., Sanusi, dan S.R. Amelia (Editor). 2003.
demokrasi perlu dijalankan, karena penerapan Hanya Sebuah Langkah, Bukan Akhir
Perjalanan. PWD-IPB. Bogor.
prinsip demokrasi merupakan bagian dari pe-
ngakuan masyarakat sebagai perubahan yang Bunch, R. 1991. Dua Tongkol Jagung : Pedoman
utama. Pengembangan Pertanian Berpangkal
pada Rakyat. Terjemahan dari Two Earns
Dampak keseluruhan dari kegiatan kaji of Corn : A Guide to People-Centered
tindak partisipatif adalah terwujudnya keman- Agricultural Development (Penerjemah :
dirian masyarakat, yakni masyarakat yang Ilya Moeltono). Yayasan Obor Indonesia.
mampu memecahkan masalah mereka sendiri. Jakarta.
Hal ini tidak terbatas pada aspek ekonomi Burns, R. 1994. Introduction to Research Methods
semata, tetapi juga terkait dengan rasa ke- in Education (second edition). Longman
adilan, jaminan keamanan, peluang memper- Cheshire, Melbourne.
oleh pendidikan, peluang berusaha, dan ber- Chalmers, A.F. 1982. What is this Thing called
bagai kemudahan untuk kelangsungan pening- Science? University of Queensland Press,
katan taraf hidup lainnya. Implikasinya, pe- Brisbane.
ngembangan aspirasi masyarakat (bottom-up Checkldan, P. 1991. From Framework through
approach) tetap membutuhkan upaya yang Experience to Learning : the Essential
bersifat pendekatan dari atas (top-down Nature of Action Research (Editor : Nissen,
approach) namun sangat dijauhkan dari sikap H.E., et al). Information Systems Re-
paternalistik. Berbagai pengalaman keberha- search, Contemporary Approaches and
silan dari Lembaga Swadaya Masyarakat Emergent Traditions. Elsevier, Amsterdam.
(LSM) dalam mewujudkan pemberdayaan Checkoway, B. 1995. Six Strategies of Community
masyarakat perlu dijadikan acuan, terutama Change. Community Development Journal
proses implementasinya guna menjamin ter- Vol. 30, No. 1. Oxford University Press.
ciptanya kemandirian masyarakat. Oxford.
Curtis, A. and Lockwood, M. 2000. Landcare dan
Catchment Management in Australia :

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

86
Lesson for State-Sponsored Community Johnston, M. 1982. The Labyrinth of Community
Participation. Society and Natural Participation : Experience in Indonesia.
Resources. Vol. 13, No. 1. Community Development Journal, Vol. 17,
Deptan. 2002. Agricultural Development Program No. 3.
2001-2004. Ministry of Agriculture. Jakarta. Kerlinger, F.N. 1973. Foundations of Behaviorial
Dilts, R. dan J. Pointius. 2000. Integrated Pest Research. Eaglewood Clifft, Prentice-Hall.
Management-Farmers Field School (IPM- New York.
FFS) : Changing Paradigm and Scaling-up. McKay, J. and P. Marshall. 2001. Dual Imperatives
Agriculture Research and Extension in Action Research. Information Tech-
Network Paper. Indonesian National IPM nology and People. Vol. 14, No. 1.
Program. Jakarta. Niehof, A., G.T. Castillo, and K.O. Fuglie. 2003.
Elden, M., and Chisholm, R.F. 1993. Emerging Participatory Research with User Groups :
Varieties of Action Research : Introduction Key Issues and Challenges. International
to the Special Issue. Human Relation. Potato Center. Philippines.
Gonsalves, J., T. Becker, A. Braun, D. Campilon, H. Pakpahan, A. 2005. Investing on Farmers’ Welfare.
de Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R. Jakarta Post, 11 February 2005. Jakarta.
Caminade, and R. Vernooy (Editors). 2005. Pretty, J. 1995. Regenerating Agriculture : Policies
Participatory Research and Development and Practice for Sustainability and Self-
for Sustainable Agricultural and Natural Reliance. Earthscan Publications. London.
Resource Management : A Resource Book
(Glossary). International Potato Center- SEAMEO SEARCA. 1999. Empowering Farmers :
Users Perspective with Agricultural Re- The Second Edition Monograph of the
search and Development. Philippines. SEMEAO SEARCA Evaluation Team
through the KASAKALIKASAN Program.
Good, C.V. dan D.E. Scates. 1972. Methods of Pre-Project Completion-Impact Evaluation
Research. Apleton-Century-Crofts. New (KaPCIE) Project. (Editors : Medina J.R.
York. and D.P. Callo Jr). The Southeast Asian
Groottaert, C. 2002. Quantitative Analysis of Social Members of Education Organization –
Capital Data. Understdaning and Mea- Regional Center for Graduate Study and
suring Social Capital : A Multidisciplinary Research in Agriculture. Philippines.
Tool for Practitioners (Editors : Grootaers, Selener, D. 1997. Participatory Action Research and
C., and T. van Bastelaer). The World Bank. Social Change. Cornell University. Ithaca,
Washington DC. New York.
Henderson, D. 2005. Action Research as a Strategy Silitonga, C., D.J. Rachbini, M.H. Sawit, dan A.
for Advancing Community-Based Natural Pakpahan. 1995. Perkembangan Ekonomi
Resources Management. Participatory Re- Pertanian Nasional (1969-1994). Peringa-
search and Development for Sus-tainable tan 25 Tahun Perhimpunan Ekonomi
Agricultural and Natural Resource Mana- Pertanian Indonesia. Jakarta.
gement : A Resource Book (Editors :
Gonsalves, J. et al). International Potato Stinson, A. 1979. Action Research for Community
Center-Users Perspective with Agricultural Action in Community Development :
Research and Development. Philippines. Theory and Method of Planned Change
(Editor : A. Chekki). Vikas Publishing
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s House PVT Ltd., New Delhi, Bombay,
Dictionary of Current English. (Editors : Bangalore, Calcutta, Kanpur.
Jonathan C., K. Kavanagh, and M. Ashby).
Oxford University Press. Oxford. Sumodiningrat, G. 1997. Pembangunan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat. PT Bina Rena
Hult, M. dan S. Lennung. 1980. Towards a Pariwara. Jakarta.
Definition of Action Research : A note and
a Bibliography. Journal of Management Sumpeno, W. 2004. Sekolah Masyarakat: Menerap-
Studies. Vol. 17. kan Rapid Training Design Dalam Mem-
bangun Kapasitas. Catholic Relief Ser-
Iqbal, M. 2003. Farmer’s Participation and vices. Jakarta.
Empowerment in the Coffee Integrated
Pest Management for Smallholder Estate Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Ga-
Crops in East Java Province. Unpublished bungan Kelompok Tani (Gapoktan) seba-
Master Thesis. University of the gai Kelembagaan Ekonomi Perdesaan.
Philippines. Los Baños. Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 5, No. 1,

ESENSI DAN URGENSI KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN BERBASIS SUMBERDAYA
PERTANIAN Muhammad Iqbal, Edi Basuno, dan Gelar Satya Budhi

87
Maret 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Werner, S. 1998. Local Level Institution and
dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Collective Action. Social Development
Tandon, R. 1981. Participatory Research in the Department. The World Bank. Washington
Empowerment of People. Center for DC.
Continuing Education. Canberra. Yusof, K., S. Batumalai; W.Y. Lin, and J. Okamura.
Velasco, L.R.I. 2000. Extension Approaches to Rice 1989. Manual : the ABCs of Community
Integrated Pest Management in the Participation in Primary Health Care.
Philippines. Proceeding of Workshop on Department of Publication, University of
“Recent Agricultural Extension Malaya. Kuala Lumpur.
Approaches”. University of the Philippines.
Los Baños.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 73 - 88

88
Peneliti/fasilitator

Sumberdaya alam
Institusi
terkait Sumberdaya manusia KAJI TINDAK
Masyarakat PARTISIPATIF Pemberdayaan
Sumberdaya teknologi

Sumberdaya sosial
Pemerintah

Sumberdaya ekonomi

PROSES IDENTIFIKASI REALISASI KEGIATAN


SOSIALISASI KEGIATAN - Refleksi inti PRA
- Pengumpulan - Pembuatan peta mobilitas - Diskusi dan evaluasi
- Sosialisasi pada pejabat PRA
data/informasi sekunder - Identifikasi kegiatan harian
administratif setempat - Pemanfaatan hasil
- Pengamatan lapang - Analisis kesejahteraan
- Pendekatan pada tokoh PRA untuk program
- Karakterisasi sumberdaya - Pembuatan diagram alir
masyarakat dan aksi
pembentukan contact (alam, manusia, dsb.) - Pembuatan diagram
- Pemetaan partisipatif kelembagaan (venn diagram)
person
- Penelusuran lokasi - Penentuan prioritas/peringkat
(transect) masalah
- Pembuatan almanak - Analisis potensi dan
musiman permasalahan MONITORING/EVALUASI
- Pembuatan diagram - Penyusunan rencana kegiatan (partisipatif)
kecenderungan waktu (program aksi)

Gambar 1. Pelaksanaan Kaji Tindak Pemberdayaan Masyarakat (Basuno et al., 2005)

Anda mungkin juga menyukai