PENDAHULUAN
System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya tanaman padi yang
intensif dan efisien dengan proses memanajemen sistem perakaran dengan berbasis
kepada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Cara tanam ini pertama dikaji di Kelompok
Studi Petani Tirtabumi Cikoneng Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat, mulai bulan
Februari tahun 2000, dengan memadukan praktek pemahaman Pengendalian hama
Terpadu (PHT).
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Sintalitas Kelompok
Teori sintalitas kelompok adalah teori yang mengungkapkan hukumhukum yang
mengatur sifat-sifat perilaku kelompok, kepribadian kelompok, dinamika kelompok,
kebersamaan kelompok, dan kemampuan kelompok (Cattell, 1948). Pengertian kerjasama
perlu dibicarakan terlebih dahulu sebelum membicarakan kemampuan kerjasama
kelompok tani.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang, antar
kelompok, dan antara peorangan dengan kelompok (Gillin dan Gillin, 1954).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode survey. Populasi sasaran (unit analisis)
adalah anggota kelompok tani yang melaksanakan usaha tani pada System of Rice
Intensification (SRI) (SRI) yang ada di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.
Penentuan sampel dan populasi dilakukan dengan menggunakan sampel Acak Klaster.
2. Umur adalah umur seorang anggota kelompok tani yang dihitung dalam tahun,
mulai dilahirkan sampai penelitian diadakan.
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang pernah diikuti, baik sekolah negeri
ataupun swasta, dengan ukuran adalah lamanya mengikuti pendidikan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pengumpulan Data dan Analisis Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah :
1. Data primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan melalui kuisioner,
observasi, wawancara tertutup, serta diskusi kelompok terarah (Focused group
discussion/FGD). Observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap obyek penelitian yaitu menghasilkan data kualitatif untuk
mengidentifikasi peluang, ancaman, kekuatan serta ancaman industri.
2. Data sekunder
Data sekunder meliputi antara lain kondisi lingkungan sosial, organisasi yang didapatkan
dari dokumentasi Batik Putra Laweyan, Batik Mahkota, Batik Merak Manis, Batik Puspa
Kencana dan Batik Gres Tenan.Data sekunder juga berasal dari studi pustaka dilakukan
untuk mendapatkan teori-teori ataupun data empiris yang berasal dari jurnal hasil
penelitian, perpustakaan, internet maupun laporan dinas yang berkait.
Proses Perubahan
Dari hasil pengamatan dan wawancara, maka perubahan diawali perubahan teknik
produksi, yang semula menggunakan batik cap tadisional menjadi batik printing semi
modern.
Tahapan perubahan kedua adalah setelah produk jadi, antar pengusaha batik saling
berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif dan saling menitipkan produk antar
pengusaha batik.
Langkah perubahan yang ketiga yang dilakukan pengusaha batik adalah pengintensifan
bauran promosi (promotional mix).
Tahapan perubahan yang keempat yang dilakuan oleh para pengusaha batik adalah
mengadakan kemitran usaha dengan perguruan tinggi, instansi dan kantor-kantor baik
swasta maupun pemerintah.
Tahapan perubahan yang kelima yaitu para pengusaha batik memanfaatkan teknologi
transaksi perbankan yang modern.
Tahapan perubahan keenam adalah menciptakan produk yang berbeda dengan industri
lain serta didukung tekonologi produksi untuk menciptakan kulitas dan keberagamaan
produk,
Faktor Pendukung Perubahan Perubahan organisasi akan mudah dilakukan jika terdapat
faktor pendukung, semakin banyak faktor pendukung yang ada maka tujuan perubahan
yang dicanangkan akan dapat direalisasikan.
Dinamika kelompok social adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tau dan mengerti tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.
Dampak kurang gizi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat
beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi kurang Gizi
terjadi pada Todler, khususnya pada golden periode perkembangan otak, otak tidak dapat
berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih
kembali.
Aspek perkembangan yang dipantau adalah motorik kasar, motorik halus, kemampuan
bahasa dan bicara serta sosialisasi dan kemandirian. Salah satu upaya untuk mengetahui
adanya penyimpangan perkembangan anak toddler yaitu dengan detekdi dini
penyimpangan perkembangan anak. Melalui deteksi dini ini maka pemulihan dapat
dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang dapat berlangsung optimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one
group pra-post test design Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia toddler
yang berkunjung ke Posyandu Melati dan Menur Kelurahan Lirboyo Mojoroto Kediri
pada bulan Juni 2017 yang berjumlah 50 anak.
HASIL PENELITIAN
Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan Personal Sosial
Anak Toddler
Tabel 1 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan
Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan Lirboyo
Sebelum Sesudah
Personal sosial Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
sosial
N % N %
Lebih 0 0 5 10
Normal 34 68 45 90
Cauntion 11 22 0 0
Delay 5 10 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,000
1. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan Motorik
Halus pada Anak Toddler Tabel 2 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam
Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Toddler di Kelurahan
Lirboyo Kediri
Sebelum Sesudah
Motorik Halus Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
sosial
N % N %
Lebih 0 0 0 0
Normal 38 76 46 92
Cauntion 2 4 4 8
Delay 10 20 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,003
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan Personal
Sosial Anak Toddler
Berdasarkan tabel 1 didapatkan adanya pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan dinamika kelompok sosial dengan perkembangan anak usia toddler.
Sebelum pelaksanaan dinamika kelompok sosial ada anak yang mengalami Delay
sebanyak 10%. Terdapat banyak masalah dalam perkembangan personal sosial
anak toddler seperti anak belum mampu menggunakan sendok atau garpu sebagai
alat makannya. Anak belum mampu minum dengan cangkir karena orang tuanya
membiasakan minum dengan dot. Anak cenderung takut untuk bersosialisasi.
Sebagian besar anak toddler di kelurahan Lirboyo menunjukkan ekspresi cemas
dan menangis saat dilakukan penimbangan berat badan oleh kader Posyandu.
Anak terlihat tidak kooperatif.
Anak yang mempunyai perkembangan personal sosial yang baik akan dapat
berhubungan sosial dengan baik di masyarakat dan anak juga bisa belajar
memenuhi kebtuhanya sendiri. Anak usia toddler yang tidak terpenuhi
perkembangan personal sosialnya akan mengalami masalah dalam perkembangan
sosialnya. Anak dengan masalah perkembangan personal sosial akan memiliki
prestasi belajar yang kurang, suka marah, suka berkelahi, suka menantang dan
suka menangis.
KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan antara perkembangan personal sosial anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0.000)
2. Terdapat perbedaan antara perkembangan Motorik Halus anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0,003)
3. Terdapat perbedaan antara perkembangan bahasa anak usia Toddler sebelum
dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua yang
mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0,000)
4. Terdapat perbedaan antara perkembangan motorik kasar anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p= 0,003).
.