Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

A. PENGARUH KEMAMPUAN KERJASAMA KELOMPOK TANI TERHADAP


PENERAPAN TEKNOLOGI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI
KABUPATEN SUMEDANG. (ISSN : 1979-8911)

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk


mentransformasikan sistem pertanian tradisional menjadi sistem pertanian modern yang
maju (Schult, 1964; Mosher, 1969; Mellor, 1976). Proses transformasi pertanian dapat
diwujudkan bila terjadi perubahan dan perkembangan yang serasi antara dimensi sosio-
kultural masyarakat petani. Proses inovasi teknologi barn akan terjadi bila dalam batas-
batas tertentu telah timbul minat dan kesadaran dan sebagian atau seluruh anggota
masyarakat terhadap manfaat suatu teknologi (Rogers dan Shoemaker, 1986).

System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya tanaman padi yang
intensif dan efisien dengan proses memanajemen sistem perakaran dengan berbasis
kepada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Cara tanam ini pertama dikaji di Kelompok
Studi Petani Tirtabumi Cikoneng Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat, mulai bulan
Februari tahun 2000, dengan memadukan praktek pemahaman Pengendalian hama
Terpadu (PHT).

Keunggulan System of Rice Intensification (SRI) selain menerapkan teknologi


ramah lingkungan, karena tidak menggunakan pupuk an organik dan pestisida diperoleh
beras organik yang sehat dan aman. Produktivitas yang diperoleh mencapai rata-rata 4,5
ton per hektar, lebih rendah dibanding cara konvensional yang mencapai 5,5 ton per
hektar. Tetapi pendapatan petani System of Rice Intensification (SRI) lebih tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Sintalitas Kelompok
Teori sintalitas kelompok adalah teori yang mengungkapkan hukumhukum yang
mengatur sifat-sifat perilaku kelompok, kepribadian kelompok, dinamika kelompok,
kebersamaan kelompok, dan kemampuan kelompok (Cattell, 1948). Pengertian kerjasama
perlu dibicarakan terlebih dahulu sebelum membicarakan kemampuan kerjasama
kelompok tani.

Teori Interaksi Sosial

Teori Interaksi Sosial Pengetahuan tentang prosesproses sosial menungkinkan


seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dan masyarakat.

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila


orangperorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menetukan sistem
serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna
dalam memperhatikan dan mempelajari masalah kelompok tani. Menurut Youngs dan
Mack (1959), interaksi sosial adalah kunci dan semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang, antar
kelompok, dan antara peorangan dengan kelompok (Gillin dan Gillin, 1954).

Teori Adopsi Inovasi dan Penerapan Teknologi

Teori inovasi klasik menekankan bahwa perubahan perilaku terjadi karena


adanya inovasi unsur budaya baru dan masyarakat lain. Dengan demikian teori mi secara
implisit menolak asumsi aliran evolusioner yang menyatakan bahwa masyarakat
berkembang menurut adaptasi internal terhadap lingkungan atau merupakan istilah
Smelser adalah “Single Line” atau “Immanuel View of Cultural Charge”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode survey. Populasi sasaran (unit analisis)
adalah anggota kelompok tani yang melaksanakan usaha tani pada System of Rice
Intensification (SRI) (SRI) yang ada di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.
Penentuan sampel dan populasi dilakukan dengan menggunakan sampel Acak Klaster.

Definisi dan Operasionalisasi Variabel


1. Luas usahatani adalah luas lahan padi yang digarap petani pada musim tanam
tersebut

2. Umur adalah umur seorang anggota kelompok tani yang dihitung dalam tahun,
mulai dilahirkan sampai penelitian diadakan.

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang pernah diikuti, baik sekolah negeri
ataupun swasta, dengan ukuran adalah lamanya mengikuti pendidikan.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga adalah jumlah keseluruhan anggota keluarga


yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

5. Kemampuan kerjasama kelompok tani adalah kesediaan dan kesanggupan


petani untuk melakukan kegiatan pengelolaan usahataninya secara bersama-
sama dengan petani lain dalam kelompok hamparan, mulai dari penyusunan,
pembahasan, penetapan, pelaksanaan rencana kerja serta pencarian informasi
dan penyebarannya.

6. Penerapan teknologi System of Rice Intensification (SRI) adalah tingkat petani


menerapkan teknologi System of Rice Intensification (SRI) padi sawah sesuai
rekomendasi yang meliputi sepuluh unsur

B. MANAJEMEN PERUBAHAN ORGANISASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN


KINERJA PERUSAHAAN DI INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA
(ISSN : 2541-2604)
PENDAHULUAN

Organisasi modern dewasa ini dalam menghadapi berbagi permasalahan.


Pemasalahan baik di bidang keuangan, SDM, operasional dan lain-lain.Sebagai
penyelesaiannya perusahaan tidak bisa tidak atau harus mengadakan perubahan. Sebuah
organisasi yang mengabaikan konsep perubahan akan mengalami dampak buruk yang
timbul dikemudian hari. Para manajer efektif perlu memandang kegiatan mereka dalam
hal mengelolaperubahan sebagai suatu tanggung jawab yang bersifat integral, dan bukan
sekadar sebagai kegiatan yang sambil lalu. Perubahan juga melibatkan pemikiran
individu-individu, kelompokkelompok di dalam suatu organisasi itu sendiri, yang pada
akhirnya berarti perubahan pada perilaku keorganisasian. Mengelola perubahan dan studi
tentang perubahan, memerlukan pemahaman sejumlah disiplin-disiplin ilmu sosial yang
bersifat interdisipliner.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptip dengan pendekatan studi


kasus (Case Studies). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu,
satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu
tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah
entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan
teori yang bisa diterapkan pada obyek baik masyarakat atau perusahaan.

Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan


data menggunakan tehnik triangulasi yaitu pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Menurut Patton dalam H.B. Sutopo (2002) terdapat empat macam
tehnik triangulasi, yaitu triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan
triangulasi teori.Dalam penelitian ini, triangulasi yang dipakai adalah triangulasi metode.

Pengumpulan Data dan Analisis Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah :

1. Data primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan melalui kuisioner,
observasi, wawancara tertutup, serta diskusi kelompok terarah (Focused group
discussion/FGD). Observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap obyek penelitian yaitu menghasilkan data kualitatif untuk
mengidentifikasi peluang, ancaman, kekuatan serta ancaman industri.
2. Data sekunder
Data sekunder meliputi antara lain kondisi lingkungan sosial, organisasi yang didapatkan
dari dokumentasi Batik Putra Laweyan, Batik Mahkota, Batik Merak Manis, Batik Puspa
Kencana dan Batik Gres Tenan.Data sekunder juga berasal dari studi pustaka dilakukan
untuk mendapatkan teori-teori ataupun data empiris yang berasal dari jurnal hasil
penelitian, perpustakaan, internet maupun laporan dinas yang berkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyebab Perubahan Dari hasil analisis data dilapangan ditemukan beberapa identifikasi
penyebab perubahan organisasi yang terjadi di industri batik Kampung Laweyan, antara
lain:
1. Penyebab pertama oleh karena pemenuhankebutuhan dan selera konsumen. Sebab
atau alasan untuk menghasilkan perubahan didasari oleh kebutuhan individual
terutama yang berkaitan dengan keinginan dan selera konsumen.
2. Penyebab kedua yaitu faktor faktor keinginan untuk meningkatkan pendapatan para
pengusaha batik. Faktor ini juga menjadi salah satu alasan untuk melakukan
perubahan,
3. Penyebab ketiga yaitu adanya persaingan dari kompetitor pengusaha batik,
sebagaimana diungkapkan oleh pengusaha batik bahwa mayoritas pengusaha batik
untuk menghindari persaingan harus menciptakan produk yang berbeda, teknologi
produksi yang maju.
4. Penyebab keempatadalah karena kondisi perekonomian di Indonesia yang fluktuatif.
Kondisi perekonomian di Indonesia yang fluktuatif, dimana dalam beberapa tahun
terakhir mata uang rupiah mengalami pelemahan yang signifikan sedangkan sumber
bahan baku kain seperti kapas, crayon dan sutera berasal dari Cina.
5. Penyebab kelima adalah faktor pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surakarta,
dimana pemerintah menjadi pendorong perubahan dengan adanya mengadakan
pelatihan (trainning) untuk menciptakan kreasi dan inovasi produk batik. Hal ini
menjadi salah satu faktor penyebab perubahan dari lingkungan eksternal.
6. Penyebab perubahan yang keenam adalah masalah naiknya tingkat pendidikan dan
pengembangan SDM terutama pimpinan perusahaan batik. Pendidikan menjadi faktor
penyebabperubahan dari dalam organisasi.
7. Penyebab ketujuh dari hasil observasi tim peneliti dilapangan adalah faktor
lingkungan sekitar, dimana banyak industri batik berusaha menyamai proses
pembatikan yang dilakukan oleh industri batik yang sudah mapan yang pemaikan
waktunya lebih efisien, selain itu kemudahan bertransaksi nontunai dengan nilai
trasnsaksi yang besar.

Proses Perubahan
Dari hasil pengamatan dan wawancara, maka perubahan diawali perubahan teknik
produksi, yang semula menggunakan batik cap tadisional menjadi batik printing semi
modern.

Tahapan perubahan kedua adalah setelah produk jadi, antar pengusaha batik saling
berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif dan saling menitipkan produk antar
pengusaha batik.

Langkah perubahan yang ketiga yang dilakukan pengusaha batik adalah pengintensifan
bauran promosi (promotional mix).

Tahapan perubahan yang keempat yang dilakuan oleh para pengusaha batik adalah
mengadakan kemitran usaha dengan perguruan tinggi, instansi dan kantor-kantor baik
swasta maupun pemerintah.

Tahapan perubahan yang kelima yaitu para pengusaha batik memanfaatkan teknologi
transaksi perbankan yang modern.
Tahapan perubahan keenam adalah menciptakan produk yang berbeda dengan industri
lain serta didukung tekonologi produksi untuk menciptakan kulitas dan keberagamaan
produk,

Faktor Pendukung Perubahan Perubahan organisasi akan mudah dilakukan jika terdapat
faktor pendukung, semakin banyak faktor pendukung yang ada maka tujuan perubahan
yang dicanangkan akan dapat direalisasikan.

1. Faktor pendukung perubahan yang pertama adalah dukungan dari pemerintah.


2. Faktor pendukung yang kedua adalah adanya lembaga pelindung. Lembaga ini
bernama FPKBL (Forum Pengembangan Komunitas Batik Laweyan). Lembaga ini
berperan sebagai pelindung sekaligus pusat pengelolaan perubahan di industry Batik
Laweyan.
3. Faktor pendukung perubahan yang ketiga yaitu meningkatnya tingkat pendidikan
pengelola industry batik.
4. Faktor pendukung yang keempat adalah para pengusaha mulai mengenal teknologi
baik teknologi produksi dan informasi. Teknologi produksi adalah melakukan inovasi
terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan dan bahan-bahan
tersebut mudah didapati

C. PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL DALAM MENINGKATKAN


PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU KELURAHAN
LIRBOYO KEDIRI
PENDAHULUAN
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang
anak berjalan normal atau tidak baik dilihat dari segi medis maupun statistic. Anak sehat
akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan
biofisiko dan psikososial yang adekuat.

Dinamika kelompok social adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tau dan mengerti tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.

Lingkungan pengasuhan juga berdampak dalam memberikan stimulasi pada anak.


Lingkungan pengasuhan juga di pengaruhi jumlah ana., Jumlah saudara yang banyak
pada keluarga yang keadaan social ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih saying yang diterima anak. Perkembangan anak
penting dijadikan perhatian khusus bagi orang tua sebab proses tumbuh kembang akan
mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput
dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan pendampingan orang tua) maka anak akan
tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.

Dampak kurang gizi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat
beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi kurang Gizi
terjadi pada Todler, khususnya pada golden periode perkembangan otak, otak tidak dapat
berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih
kembali.

Aspek perkembangan yang dipantau adalah motorik kasar, motorik halus, kemampuan
bahasa dan bicara serta sosialisasi dan kemandirian. Salah satu upaya untuk mengetahui
adanya penyimpangan perkembangan anak toddler yaitu dengan detekdi dini
penyimpangan perkembangan anak. Melalui deteksi dini ini maka pemulihan dapat
dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang dapat berlangsung optimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one
group pra-post test design Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia toddler
yang berkunjung ke Posyandu Melati dan Menur Kelurahan Lirboyo Mojoroto Kediri
pada bulan Juni 2017 yang berjumlah 50 anak.

HASIL PENELITIAN
Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan Personal Sosial
Anak Toddler
Tabel 1 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan
Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan Lirboyo

Sebelum Sesudah
Personal sosial Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
sosial
N % N %
Lebih 0 0 5 10
Normal 34 68 45 90
Cauntion 11 22 0 0
Delay 5 10 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,000
1. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan Motorik
Halus pada Anak Toddler Tabel 2 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam
Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Toddler di Kelurahan
Lirboyo Kediri
Sebelum Sesudah
Motorik Halus Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
sosial
N % N %
Lebih 0 0 0 0
Normal 38 76 46 92
Cauntion 2 4 4 8
Delay 10 20 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,003

2. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan Bahasa


Anak Toddler Tabel 3 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan
Perkembangan Bahasa Anak Toddler di kelurahan Lirboyo Kediri
Sebelum Sesudah
Motorik Halus Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
sosial
N % N %
Lebih 0 0 0 0
Normal 24 48 37 74
Cauntion 4 8 13 26
Delay 22 44 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,003

3. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan Motorik


Kasar pada anak Toddler Tabel 4 Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam
Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar pada anak Toddler di kelurahan Lirboyo
Kediri
Sebelum Sesudah
Motorik Halus Dinamika dinamika
Kelompok kelompok
Sosial
N % N %
Lebih 0 0 0 0
Normal 38 76 13 26
Cauntion 2 4 4 8
Delay 10 20 0 0
Total 50 100 50 100
P 0,003

PEMBAHASAN
1. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan Personal
Sosial Anak Toddler
Berdasarkan tabel 1 didapatkan adanya pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan dinamika kelompok sosial dengan perkembangan anak usia toddler.
Sebelum pelaksanaan dinamika kelompok sosial ada anak yang mengalami Delay
sebanyak 10%. Terdapat banyak masalah dalam perkembangan personal sosial
anak toddler seperti anak belum mampu menggunakan sendok atau garpu sebagai
alat makannya. Anak belum mampu minum dengan cangkir karena orang tuanya
membiasakan minum dengan dot. Anak cenderung takut untuk bersosialisasi.
Sebagian besar anak toddler di kelurahan Lirboyo menunjukkan ekspresi cemas
dan menangis saat dilakukan penimbangan berat badan oleh kader Posyandu.
Anak terlihat tidak kooperatif.

Anak yang mempunyai perkembangan personal sosial yang baik akan dapat
berhubungan sosial dengan baik di masyarakat dan anak juga bisa belajar
memenuhi kebtuhanya sendiri. Anak usia toddler yang tidak terpenuhi
perkembangan personal sosialnya akan mengalami masalah dalam perkembangan
sosialnya. Anak dengan masalah perkembangan personal sosial akan memiliki
prestasi belajar yang kurang, suka marah, suka berkelahi, suka menantang dan
suka menangis.

2. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan


Motorik Halus pada Anak Toddler
Berdasarkan tabel 3 didapatkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan dinamika kelompok sosial dengan perkembangan motorik halus anak
usia toddler dengan nilai p = 0.003. Perkembangan anak sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan fisik. Anak yang sehat antara pertumbuhan fisik dan
perkembangan motoriknya akan sejalan seiring pertambahan umur anak.
Perkembangan motorik anak dipengaruhi oleh asupan gizinya (Tayong,2016)

3. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan


Bahasa Anak Toddler .
Berdasakan table 4 didapatkan hasil adanya pengaruh antara dinamika kelompok
sosial dengan perkembangan bahasa anak usia toddler dengan nilai p =0.003.
Dampak kurang gizi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan
derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak jika kondisi kurang gizi
terjadi pada toddler, otak tidak dapat berkembang sesuai dengan usianya dan
kondisi ini akan sulit untuk pulih kembali atau bersifat irreversible (Nency, 2005).
Masa toddler merupakan masa golden periode untuk perkembangan otak.
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi
mengikuti perintah dan sebagainya.

4. Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial dalam Meningkatkan Perkembangan


Motorik Kasar pada anak Toddler
Menurut Soetjiningsih (2014) faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Hal–hal yang termasuk pada
faktor lingkungan diantaranya nutrisi dan stimulasi. Asupan nutrisi akan
mempengaruhi status gizi anak yang berhubungan dengan tumbuh kembangnya.
Perkembangan motorik kasar merupakan aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh).

KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan antara perkembangan personal sosial anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0.000)
2. Terdapat perbedaan antara perkembangan Motorik Halus anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0,003)
3. Terdapat perbedaan antara perkembangan bahasa anak usia Toddler sebelum
dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua yang
mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p = 0,000)
4. Terdapat perbedaan antara perkembangan motorik kasar anak usia Toddler
sebelum dan sesudah intervensi Dinamika Kelompok Sosial pada orang tua
yang mempunyai anak Toddler di Kelurahan Lirboyo Kediri (p= 0,003).
.

Anda mungkin juga menyukai