Anda di halaman 1dari 36

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN UPT

PUSKESMAS DI DESA REJAI KECAMATAN BAKUNG


SERUMPUN KABUPATEN LINGGA

USULAN PENELITIAN

SRI LESTARI
NIM.18056920106

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan minimal yang dibutuhkan warganya harus disediakan

oleh pemerintah. Gagasan yang harus diikuti oleh penyedia layanan kesehatan

ketika memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat adalah bagaimana

masyarakat merasa puas dan nyaman menggunakan layanan kesehatan yang

diberikan. Puskesmas yang berfungsi penuh juga diperlukan untuk memastikan

bahwa standar pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan masyarakat

sebagai pusat pelayanan kesehatan.

Pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dilaksanakan oleh

Puskesmas, unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kebijakan

Dasar Puskesmas, Depkes RI 2004). Kehadiran Puskesmas di masyarakat sangat

penting karena merupakan penggerak pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah.

Terdapat unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

disebut Puskesmas yang menangani pelaksanaan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (Kebijakan Dasar Puskesmas, Depkes RI 2004). Keberadaan

Puskesmas di tengah masyarakat sangat penting karena mengawal pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Pelayanan kesehatan yang secara langsung menyentuh lapisan masyarakat

paling bawah dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat sangatlah penting karena

1
2

puskesmas akan memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat,

terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Puskesmas diantisipasi untuk

memastikan bahwa warga setempat memiliki akses ke layanan kesehatan penting.

Pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja menjadi tanggung jawab unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang disebut Puskesmas. Untuk

menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu, Puskesmas merupakan unit

operasional utama dalam pelaksanaan teknis pelayanan kesehatan (Departemen

Kesehatan, 2004).

Puskesmas merupakan institusi kesehatan yang letaknya strategis bagi

penduduk setempat, terutama mereka yang bertempat tinggal di pedesaan.

Puskesmas merupakan struktur pendukung penting dalam inisiatif untuk

meningkatkan keadaan kesehatan di daerah terpencil. Daerah operasi standar

untuk Puskesmas adalah satu kecamatan, menurut undang-undang nasional.

Rekam medis pasien adalah berkas yang memuat informasi tentang identitas

dirinya, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah

diterimanya. Rekam medis tidak hanya berisi semua data pasien yang telah

berobat, tetapi juga dapat dikonsultasikan jika pasien harus kembali berobat.

(Faruq, 2015)
3

Tabel 1.1 Data Pengunjung UPT Puskesmas Desa Rejai Tahun 2022

Jenis Kelamin
No Bulan Jumlah
(L) (P)
1. Maret 77 86 163
2. April 59 66 125
3. Mei 60 43 103
4. Juni 71 34 105
5. Juli 48 56 104
6. Agustus 85 57 142
7. September 62 71 133
8. Oktober 45 83 128
9. November 73 49 122
10. Desember 66 73 139
Total Pasien 1.264
Sumber : Data Rekam Medis UPT Puskesmas Desa Rejai, 2022

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, terdapat 1.264 pasien di UPT Puskesmas

Desa Rejai berdasarkan data rekam medis dari bulan Maret sampai Desember

2022, 646 di antaranya laki-laki dan 618 di antaranya perempuan.

Tugas wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan tetap memperhatikan

keutuhan konsep wuilayah (desa/kelurahan atau rukun tetangga), jika ada

beberapa puskesmas dalam satu kecamatan. Selain itu, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota bertanggung jawab langsung kepada masing-masing Puskesmas

tersebut atas kinerja operasionalnya (Notoatmodjo, 2007).

Puskesmas harus terus meningkatkan profesionalisme stafnya dan

meningkatkan fasilitas medisnya untuk menyenangkan masyarakat. Untuk

meningkatkan tingkat pelayanan, perlu diketahui terlebih dahulu apakah

pelayanan yang diberikan kepada klien atau pasien selama ini sudah sesuai dengan

harapan.
4

Tabel 1.2 Prosedur Alur Pelayanan UPT Puskesmas Desa Rejai


NO PROSEDUR
Petugas menerima pasien yang datang ke loket pendaftaran dan mengambil
1.
nomor antrian berwarna kuning dan duduk diruang tunggu.

2. Petugas memanggil pasien sesuai urutan antrean, memberikan kartu hijau pasien
umum dan kartu merah pasien prioritas (Balita, Lansia dan Difabel).
Petugas mempersilahkan pasien untuk membayar dulu ke kasir bagi pasien
3. umum, dan mempersilahkan pasien duduk diruang tunggu untuk selanjutnya
dipanggil di meja kaji.
4. Petugas mempersilakan pasien gawat untuk langsung menuju ruangan tindakan.
5. Petugas pendaftaran mengantar Rekam Medis ke meja kaji.
6. Petugas meja kaji menerima berkas rekam medis dari petugas pendaftaran.
Petugas meja kaji mengantar berkas rekam medis ke ruangan pelayanan
7. (Ruangan Pemeriksaan umum, Ruangan KI/KB, Ruangan MTBS/PKPR,
Ruangan LANSIA, Ruangan IVA,Ruangan Akupresure).
8. Petugas dari unit-unit pelayanan menerima rekam medis dari meja kaji dan
mengirimkannya kembali keruangan Pemeriksaan umum.
Dokter mengirim permintaan laboratorium kepada petugas laboratorium jika
diperlukan dan mempersilahkan pasien membayar dulu ke kasir bagi pasien
9.
umum dan petugas laboratorium menerima form lembar permintaan pemeriksaan
laboratorium dari ruangan pemeriksaan umum, ruangan tindakan.
10. Petugas laboratorium mengirim hasil laboratorium ke unit-unit terkait
11. Dokter menulis resep dan menyerahkan kepada pasien
Petugas mempersilahkan pasien mengambil obat di ruang farmasi setelah
12. menerima obat dari farmasi
Sumber : UPT Puskesmas Desa Rejai, 2022
Ada perubahan alur pelayanan yang dibutuhkan antara puskesmas rawat

jalan dan rawat inap, khususnya. Variasi terbesar dalam alur layanan disebabkan

oleh situasi yang berhubungan dengan keadaan darurat, seperti sakit parah atau

kecelakaan mobil. Anda dapat langsung ke UGD atau ruang tindakan di

puskesmas jika Anda memiliki kondisi yang mungkin tidak mengikuti pengobatan

yang biasa. Secara umum pengunjung puskesmas harus mengikuti standar proses

alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh UPT Puskesmas Desa Rejai Kecamatan
5

Bakung Serumpun Kabupaten Lingga seperti yang peneliti kemukakan di atas jika

skenarionya normal dan sesuai.

Tabel 1.3 Struktur Organisasi UPT Puskemas Desa Rejai Tahun 2022

No Nama NIP Jabatan


1. Amrullah, AMK 19861214 200903 1 005 Kepala UPT Puskesmas Rejai
2. Ishak, AMK 19820703 201001 1 010 Perawat Mahir
Perawat Penyelia ( Perawat
3. Tamrin, AMK 19720111 200604 1 007
Pustu Cempa )
Perawat Mahir ( Perawat Pol.
4. Sudiana, AMK 19810421 201001 2 020
Tg. Kelit )
dr. Muhammad Sigit Dokter Umum UPT Puskesmas
5. 800.08.22.072
Pratama Rejai
Dokter Umum UPT Puskesmas
6. dr. Rizky Ilham Saputra
Rejai
Nur Isra Wahyuni, Perawat PTT Daerah UPT
7. 284
A.Md.Kep Puskesmas Rejai
Mulyadi Darmawan,
8. THL Perawat UPT Puskesmas Rejai
Amd. Kep
Firani Agustina,
9. THL Perawat UPT Puskesmas Rejai
A.Md.Kep
10. Sariyanti, A.Md.Kep THL Perawat Polindes Tukul
11. Aini, .A.Md.Keb THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
12. Budi Nurmala, A.Md.Keb THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
Sri Raahyu Astuti, A. Md.
13. THL Bidan Polindes Berjung
Keb
14. Devi, A. Md. Keb THL Bidan Polindes Tanjung Lipat
15. Nur Avida, A.Md.Keb THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
16. Ranti, A.Md.Keb THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
Puji Fatmawatie,
17. THL Bidan Polindes Berjung
A.Md.Keb
Aida Trisnanti, A. Md.
18. THL Bidan Polindes Buyu
Keb
19. Ita Oktaviani, A. Md. Keb THL Bidan Pustu Pasir Panjang
20. Nur Azizah, A. Md.Keb THL Bidan Polindes Batu Belubang
Satya Varera Ayendra,
21. THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
A.Md.Keb
22. Irma Suriani, A. Md. Keb THL Bidan UPT Puskesmas Rejai
23. Razor Armada, A.Md.Kes THL SKM UPT Puskesmas Rejai
24. Agus Dianto, S. Pd THL Tenaga Administrasi
25. Sariti Ratnadewi, SE THL Sarjana Ekonomi
26. Nadiah THL Staf Admin
27. Zulialiswar THL Pekerja
Sumber : UPT Puskesmas Rejai, 2022
6

Berdasarkan Fenomena yang terjadi, adanya sikap petugas UPT Puskesmas

Desa Rajai yang kurang tanggap terhadap pasien, hal ini dibuktikan dengan

adanya kejadian keluhan masyarakat Desa Rejai disaat ingin melakukan

Pengurusan surat rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit RSUD Kabupaten

Lingga. Adanya Kelalaian palayanan dari pihak Puskesmas sehingga masyarakat

kurang puas keika ingin berobat ke pusat pelayanan kesehatan di Puskesmas Desa

Rejai. Hal ini didukung dengan adanya keluhan dari masyarakat yang dilayangkan

kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga sehingga dapat menimbulkan

citra negatif terhadap pelayanan di Puskesmas Desa Rejai Kecamatan Bakung

Serumpun.

Kekecewaan masyarakat terhadap UPT Puskesmas yang mencerminkan

kelalaian petugas Puskesmas Desa Rejai dalam memberikan pelayanan

masyarakat untuk pembuatan surat rujukan terhadap pasien tersebut diberitakan

Pada bulan juli tahun 2022, (Sumber : https://www.bursakota.co.id/warga-

kecewa-dengan-pelayanan-upt-puskesmas-rejai/)

Berdasarkan temuan peneliti, terdapat kekhawatiran akan rendahnya

kualitas pelayanan yang diberikan oleh Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Puskesmas

Rejai sehingga menyebabkan pasien melakukan protes dan pengaduan langsung

ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga.

Memang petugas lalai menangani surat rujukan saudara laki-laki Bayu yang

berasal dari Masyarakat Desa Rejai; dokter berinisial RS, merasa tidak dihargai,

menurut informasi yang peneliti pelajari dari pemberitaan tersebut di atas dan
7

informasi yang peneliti pelajari dari masyarakat setempat. Dokter bahkan

mengaku harus menunggu sampai besok untuk menulis surat rujukan karena

terlalu banyak orang yang mengantri.

Khusus di Puskesmas Desa Rejai, pemanfaatan Puskesmas sebagai rumah

pengobatan masyarakat masih sangat sedikit; sebaliknya, pasien sering beralih ke

tabib tradisional dan profesional medis. Hal ini ditentukan oleh beberapa variabel,

antara lain ketersediaan sarana dan prasarana, biaya sumber daya tersebut, serta

penempatan dan distribusi tenaga kesehatan.

Berdasarkan Fenomena diatas masih adanya Bentuk Pelayanan UPT

Puskemas Desa Rejai yang Menyulitkan Masyarakat Seperti Mempersulit

Pembuatan Surat Rujukan Pasien yang ingin Melakukan Pengobatan kerumah

Sakit Daerah Kabupaten Lingga, kelalain tersebut dipengaruhi karena terbatasnya

Sumber Daya Manusia di Puskesmas, dan Alur Pelayanan Kesehatan masih tidak

tertib sehingga memperpanjang antrian Pengobatan dan memakan waktu yang

lama. dari kedua permasalahan tersebut mempengaruhi kinerja Petugas

dipuskesmas terkesan Memperlambat Proses Pembuatan Surat rujukan hanya

karena alasan ramainya antrian kemudian pasien di suruh untuk datang kembali

keesokan harinya.

Bentuk Pelayanan Puskesmas Desa Rejai saat ini kurang Maksimal

dikarenakan kurangnya sumber daya manusianya serta Sarana dan prasarana

pendukung, seperti Ruang tunggu Pasien yang sempit dan kekurangan Kursi.

Pelayanan yang kurang serius ini dapat dilihat dari lamanya proses pembuatan
8

Surat rujukan terhadap pasien, tanpa alasan yang jelas, sehingga pihak Puskesmas

di tegur langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga. (Sumber :

https://indigonews.id/2022/07/19/terkait-pelayanan-buruk-kadiskes-lingga-dan-

camat-bakung-serumpun-sidak-puskesmas-rejai/)

Ada dua jenis layanan puskesmas: puskesmas rawat jalan dan puskesmas

rawat inap.

a. Pelayanan Rawat Jalan

Salah satu bagian fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan rawat jalan

yang meliputi seluruh tindakan diagnostik dan terapeutik, merawat pasien yang

memerlukan terapi rawat jalan dan pelayanan tidak lebih dari 24 jam. Ke depan,

rawat jalan akan menjadi mayoritas pelayanan kesehatan di Puskesmas. Ada tiga

penyebab ledakan ekspansi sektor rawat jalan, yaitu:

1. Saya Fokus pada pengeluaran untuk mengurangi kenaikan biaya


perawatan medis relatif terhadap rawat inap.
2. ii. Pengembangan kapasitas dan sistem penggantian prosedur rawat jalan.
3. aku aku aku. Perluasan layanan rawat jalan akan difasilitasi oleh kemajuan
teknologi mutakhir yang berkelanjutan. Tujuan pelayanan rawat jalan
adalah salah satu dari beberapa yang akan diputuskan.
9

b. Pelayanan rawat inap

Puskesmas rawat inap adalah fasilitas medis yang telah menambah ruangan

dan fasilitas untuk menampung pasien gawat darurat, baik berupa tindakan

pembedahan cepat maupun tindakan keperawatan cepat dengan kapasitas kurang

lebih 10 tempat tidur. Rekomendasi rawat inap dibuat oleh pihak yang akan

mendampingi pasien sebelum dipulangkan atau dipindahkan ke fasilitas yang

lebih mampu. Setelah itu, petugas perawat kesehatan masyarakat dari fasilitas

medis yang berafiliasi akan tetap memberikan perawatan bagi pasien di rumah.

The health center must abide by the following rules: (1) It must be at least

20 kilometers from the hospital; (2) It must be simple for nearby puskesmas to

access by motor vehicle; (3) It must be run by a doctor and have enough

personnel; (4) It must receive at least 100 visits per day; and (5) Ju 2009 Ministry

of Health RI.

Karena hanya buka dari pukul 08.00 hingga 14.00, UPT Puskesmas Desa

Rejai yang merupakan fasilitas rawat jalan dan bukan rawat inap harus menambah

jam pelayanan kesehatan. Rabu hari ini. Jika seseorang membutuhkan perawatan

medis di sore hari, mereka harus menunggu hingga keesokan harinya.

Registrasi Pasien merupakan pelayanan rutin bagi petugas untuk menyusun

urutan pelayanan dan mempermudah memperoleh informasi rekam medis seluruh

fasilitas pelayanan di Puskesmas, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dan Peraturan Menteri


10

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

(PERMENKES RI No. 269/MENKES/PER/III, 2008)

Pasal 4 UU Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berhak atas

kesehatan. (1) Setiap orang mempunyai akses yang sama terhadap sumber daya di

bidang kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapatkan layanan kesehatan yang

aman dan terbaik dengan harga yang wajar.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga memberikan teguran langsung

kepada kepala UPT Puskesmas Desa Rejai akibat buruknya pelayanan kesehatan

yang diberikan UPT Puskesmas Desa Rejai kepada masyarakat. (Sumber: Indigo

News2022/7/19/terkait-pelayanan-bad-kadiskes-lingga-dan-camat-bakung-

serumpun-sidak-puskesmas-Rejai Juli, 20, 2022)

Keberhasilan suatu pembangunan sangat dipengaruhi oleh manusia. Tingkat

kesehatan manusia yang prima diperlukan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas, sehingga kesehatan dalam keadaan ini sangat diperlukan. Komando

telah membuat sejumlah fasilitas medis dan staf mereka tersedia untuk membantu

pertumbuhan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang

paling sering digunakan. Dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan masyarakat untuk menjamin kepuasan masyarakat dalam

menggunakan pelayanan kesehatan, puskesmas sebagai pusat pelayanan dan

pembangunan di Indonesia perlu mendapat perhatian terutama dalam hal kualitas


11

pelayanan kesehatannya. menjadi lokasi dimana kesehatan masyarakat dapat

ditingkatkan.

Azwar yang dikutip Yudarnaso Dawud mengklaim bahwa tingkat kepuasan

pelanggan berdampak pada niat pasien untuk sering mengunjungi fasilitas yang

memberikan perawatan medis berkualitas tinggi. Meskipun pasien dan penyedia

layanan sering memiliki perspektif yang berbeda tentang gaya layanan yang

efisien (penyedia). Pasien menginterpretasikan layanan yang efektif dan

berkualitas tinggi sebagai nyaman, menyenangkan, dan bersahabat—kualitas yang

secara kolektif memberi pasien perasaan bahwa mereka puas. Jika pelayanan

tersebut sesuai dengan standar pemerintah, penyedia layanan (provider) dipahami

sebagai pelayanan yang berkualitas dan efisien.

Khususnya bagi penduduk di Desa Rejai, Kecamatan Bakung Serumpun,

Kabupaten Lingga, masih adanya perbedaan sikap antara petugas kesehatan dan

pasien dalam hal pelayanan kesehatan yang efektif masih sering menimbulkan

kesalahpahaman tentang pelayanan. Pemukiman Rejai adalah sebuah desa di

Kabupaten Bakung Serumpun Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga. Di

Kecamatan Bakung Serumpun, Komunitas Rejai merupakan desa terbesar dan

terpadat. Ada 4 dusun, 9 RW, dan 19 RT di Desa Rejai. Satu perawat dan satu

bidan bertugas di satu faskes, satu posyandu, dan dua polindes di Desa Rejai.

Penulis tertarik untuk melihat lebih dekat pelayanan yang diberikan

petugas dalam memberikan berbagai macam pelayanan kesehatan kepada


12

masyarakat khususnya di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kecamatan

Lingga akibat dari bagaimana persepsi masyarakat terhadap berbagai pelayanan

tersebut. disediakan oleh petugas UPT puskesmas.

Peneliti sangat tertarik untuk mengkaji “Persepsi Masyarakat Terhadap

Pelayanan UPT Puskesmas Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten

Lingga” dengan melihat konteks yang telah peneliti sebutkan di atas.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan konteks yang baru saja peneliti berikan, maka rumusan topik yang

akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Persepsi

Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan UPT Puskesmas Desa Rejai

Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga? "

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian studi adalah sebagai berikut, dan mereka didasarkan

pada bagaimana masalah dinyatakan di atas:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana perasaan warga Desa Rejai

Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh UPT Puskesmas.

2. Mempelajari dan mengkaji upaya UPT Puskesmas Desa Rejai dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar.


13

1.4 Manfaat.Penelitian

Berdasarkan hasil yang diharapkan dari penelitian ini, efek yang


menguntungkan pada pendidikan diantisipasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Keunggulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Praktis

a. sebuah. Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana


masyarakat Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga
mempersepsikan pelayanan yang ditawarkan oleh UPT Puskesmas baik bagi
pembaca akademik maupun pembaca umum.
b. b. Diharapkan bahwa studi ini akan menambah pengetahuan yang tersedia
untuk peneliti masa depan mempelajari bagaimana masyarakat memandang
pelayanan kesehatan.
c. c. Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat, UPT Puskesmas Desa Rejai juga mengantisipasi masukan dari
penelitian ini.
d. d. Masyarakat harus menerima lebih banyak informasi sebagai hasil dari
penelitian ini.
e. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sumber penelitian dan sumber
bacaan yang tersedia bagi dosen di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), khususnya di Jurusan Sosiologi.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Secara khusus, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji berencana menggunakan temuan
penelitian ini untuk memandu penyelidikan di masa mendatang tentang
bagaimana warga Desa Rejai, Kecamatan Bakung Serumpun, dan Kabupaten
Lingga memandang layanan tersebut. disediakan oleh UPT Puskesmas.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Setelah membaca penelitian sebelumnya, peneliti menemukan berbagai

penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, antara lain:

Pertama, penelitian Rahayu Purwatiningsih tahun 2008 dievaluasi oleh

peneliti untuk mendapatkan gambaran umum dari temuan penelitian. Mahasiswa

Universitas Sebelas Maret Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Surakarta sedang

menulis makalah berjudul “Persepsi Sosial Terhadap Peran Puskesmas”. Temuan

penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi yang dimiliki masyarakat sejalan

dengan informasi yang diberikan oleh Puskesmas.

Para pasien sangat senang dengan pelayanan yang diberikan oleh

Puskesmas. Hal ini terlihat dari perkembangan Puseksmas baik dari segi

kunjungan pasien yang terus meningkat setiap bulannya maupun sarana dan

prasarana yang terus berkembang. Fasilitas yang sudah ada lebih dari cukup.

Alatnya kekinian.

Yang kedua adalah kajian Danti Eka Wahyuni tahun 2018. Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung mengkaji bagaimana persepsi

masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan lansia yang diberikan di RKS

(Rindu Kasih Sayang). ) Posyandu di Desa Nadila Rajabasa, Bandar Lampung.

Jawaban kuesioner dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pandangan

masyarakat umum terhadap pelayanan kesehatan lanjut usia yang diberikan di

27
28

RKS Nadila Posyandu Desa Rajabasa Bandar Lampung. Di RKS Nadila

Posyandu Desa Rajabasa Bandar Lampung penanda pemahaman pelayanan

kesehatan lansia Dalam hal ini, responden memiliki kecenderungan kurang

memahami pelaksanaan program posyandu lansia, yang menyebabkan mereka

tidak dapat melaksanakan program posyandu lansia dengan pengetahuan tentang

maksud dan tujuan program tersebut. Hal ini terlihat pada indikator respon bahwa

responden mendukung pelaksanaan pelayanan.

Yang ketiga adalah tesis Subuh Hasibuan tahun 2018. Seorang mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara menyusun makalah

berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Wisata”.

Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2017.” Menurut temuan penelitian, Puskesmas

adalah penyedia layanan medis. Pada tingkat pertama, diperkirakan bahwa para

profesional kesehatan akan semakin meningkatkan kualitas layanan kesehatan

dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, membuat orang lebih percaya diri

untuk menggunakan layanan kesehatan.

Keempat, di RS Panembahan Senopati Bantul, Fidela Firwan Firdaus dan

Arlina Dewi (2015) melihat Evaluasi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS. Masalah yang dihadapi rumah sakit secara

teratur adalah bahwa mereka belum dapat memberikan apa yang sebenarnya

diinginkan pelanggan dari mereka. Banyak pasien yang masih dibingungkan

dengan mekanisme rujukan BPJS Kesehatan. Pasien yang mengklaim bahwa

biaya kesehatan sebelumnya dijelaskan secara lengkap ketika masih PT


29

Jamsostek juga mengklaim bahwa banyak pengeluaran kesehatan yang tidak lagi

dirinci sekarang karena sudah menjadi BPJS.

Penelitian kualitatif ini mengkaji pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan peserta program BPJS rawat jalan di RS Panembahan Senopati Bantul.

Di RS Panembahan Senopati Bantul, wawancara ekstensif dengan pasien rawat

jalan BPJS, dokter rawat jalan, dan pegawai BPJS menghasilkan data primer.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pendaftaran yang lancar,

waktu tunggu yang singkat, pelayanan yang cepat, keramahan, kesopanan,

keterampilan dan perawatan medis yang baik, profesionalisme, kamar yang

bersih, dan fasilitas yang lengkap merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan pasien. Sebaliknya, faktor yang menghambat kepuasan pasien antara

lain petugas pendaftaran yang datang terlambat, lambat, dan mengobrol sendiri,

waktu tunggu yang lama, petugas medis yang keras, kurang sopan, ruang tunggu

kecil, kurangnya pemisah, one-to-one kedekatan antara pasien, dan kurangnya

speaker. BPJS adalah faktor tambahan yang berdampak. Menggunakan prinsip

SERVQUAL, menilai kepuasan pasien (Parasuraman dan Zeithml, 1990).

Tantangannya meliputi kurangnya ruang dan fasilitas, waktu tunggu yang lama,

kurangnya personel, SIM rumah sakit yang sudah ketinggalan zaman, dan

protokol sistem rujukan. Jawabannya adalah dengan memperbesar ruang,

menciptakan ruang tunggu yang lebih ramah, menyekat dinding, memasang

pengeras suara, menambah lebih banyak anggota staf, dan memperbarui SIM RS.

Rekomendasinya adalah meminta pasien untuk menentukan apa yang memuaskan

mereka dan apa yang masih dibutuhkan, melengkapi kamar dan fasilitas di rumah
30

sakit, menambah lebih banyak staf, memikirkan sistem penghubung, dan

menganalisis program saat ini.

Kelima, Antina (2016) meneliti pengaruh kepuasan pasien terhadap

analisis mutu pelayanan peserta BPJS di Puskesmas Pandian Kabupaten

Sumenep. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dan eksplanatori.

Tingkat pelayanan merupakan variabel bebas (independent) dalam penelitian ini.

Kepuasan pasien berfungsi sebagai variabel dependen penelitian. Seluruh pasien

peserta BPJS yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan UPT Pandian Puskesmas

pada bulan Juni sebanyak 225 orang merupakan populasi penelitian. Sebagian

kecil pasien peserta BPJS yang berkunjung ke UPT Instalasi Rawat Jalan

Puskesmas Pandian sebanyak 144 pasien dijadikan sampel untuk penelitian ini

dengan menggunakan pendekatan pengambilan sampel acak area (area random

sampling).

Berdasarkan penelusuran referensi saat ini, belum ada tesis yang berjudul

sama dengan penelitian penulis yaitu “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan

UPT Puskesmas Di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten

Lingga”.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Persepsi

Kemampuan manusia untuk menanggapi keberadaan beragam elemen dan

gejala di sekitarnya sebagian besar bergantung pada persepsi. Persepsi mencakup

kesadaran yang luas baik dunia internal maupun eksternal. Meskipun beberapa

definisi tentang persepsi telah dikemukakan oleh para ahli yang berbeda-beda,
31

namun secara umum semuanya memiliki arti yang sama.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi intrapersonal meliputi perasaan,

persepsi, ingatan, dan pikiran.

Menurut Sugihartono, persepsi adalah kemampuan otak untuk mengubah

rangsangan menjadi indera manusia atau proses yang melakukannya. Ada

berbagai sudut pandang indrawi dalam persepsi manusia. Ada orang yang

memiliki kesan positif atau buruk terhadap sesuatu, dan persepsi ini dapat

memengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Gambaran situasi yang terstruktur dan bermakna diciptakan melalui

pengorganisasian isyarat sensorik dan pengalaman sebelumnya yang relevan.

Sesuai dengan metode dimana manusia dapat menguraikan dan mengatur pola

rangsangan lingkungan. Menurut Gibson dan Donely, persepsi adalah proses

yang melaluinya seorang individu memberi makna pada lingkungannya.

Max Weber menyiratkan bahwa untuk menghargai pentingnya aktivitas

seseorang, seseorang tidak hanya melakukannya tetapi juga menempatkan dirinya

dalam lingkungan pemikiran dan perilaku orang lain.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan “persepsi” adalah bagaimana

pandangan masyarakat secara umum terhadap pelayanan kesehatan yang

ditawarkan oleh UPT Puskesmaas Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun

Kabupaten Lingga.

2.2.2 Masyarakat

Sekelompok orang yang telah hidup dan bekerja bersama untuk waktu yang

cukup untuk dapat mengatur diri mereka sendiri dan menganggap diri mereka
32

sebagai unit sosial dengan batas-batas yang jelas disebut sebagai masyarakat.

Selo Soermardjan mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok orang

yang hidup bersama, menciptakan budaya, berbagi identitas bersama, wilayah

bersama, dan berbagi adat, tradisi, dan perasaan memiliki.

Thoha (2014: 145–157) mengurai proses persepsi menjadi beberapa sub

proses. Beberapa subproses perseptual adalah:

a. Stimulus atau situasi yang hadir

Proses persepsi baru saja dimulai. Stimulus yang terwujud dapat dilihat

secara langsung dan dekat atau dapat mengambil bentuk fisik yang substansial.

b. Registrasi

Seseorang melihat atau mendengar pada titik ini, mengubah apa yang

mereka rasakan menjadi informasi yang nantinya akan dicatat oleh saraf dan

digunakan untuk membentuk persepsi mereka.

c. Interpretasi

Setelah mendaftarkan informasi, seseorang melanjutkan ke tahap

interpretasi, di mana mereka memeriksa stimulus yang mereka terima. Penafsiran

setiap orang akan berbeda berdasarkan pemahaman dan kepribadiannya, yang

mengakibatkan perbedaan cara pandang setiap orang terhadap dunia.

d. Umpan balik

Tahap akhir persepsi adalah umpan balik, di mana respons seseorang

terhadap stimulus diukur terhadap lingkungannya.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah kumpulan individu

yang telah lama hidup bersama dan telah mengembangkan budaya, tradisi, dan
33

rasa identitas mereka sendiri.

2.2.3 Puskesmas

`Puskesmas merupakan unit organisasi yang terlibat dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, menurut Ilham Akhsanu Ridho

(2008:143) yang berada di garis depan dan mengemban misi sebagai pusat

pengembangan pelayanan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. jasa.

Puskesmas adalah unit organisasi fungsional yang mengkoordinasikan

upaya kesehatan masyarakat yang bersifat menyeluruh, egaliter, terpadu, dan

menyeluruh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dengan biaya yang

dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat dan tanpa mengorbankan

kualitas layanan yang ditawarkan kepada individu, hal ini dicapai dengan

keterlibatan aktif masyarakat dan pemanfaatan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang relevan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Untuk menjaga penekanan penelitian pada topik yang diteliti, setiap

proyek penelitian perlu memiliki kerangka pemikiran yang berfungsi sebagai

landasan atau indikator arah. Kerangka ini berfungsi sebagai panduan konseptual

untuk melakukan penelitian lapangan. Berikut akan diuraikan kerangka

konseptual tim peneliti:


34

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan UPT Puskesmas Desa
Rejai, Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga”.

Timbulnya permasalahan,
diantaranya adalah :
Ada dua faktor yang menentukan persepsi
a. Pelayanan Kesehatan UPT seseorang, Menurut Jalaluddin Rakhmat (2005:
Puskesmas Desa Rejai yang kurang 55-62) dua faktor tersebut antara lain:
optimal.
b.Peayanan kesehatan UPT Puskesmas a. Faktor Fungsional
Desa Rejai menimbulkan b. Faktor Struktural
ketidakpuasan Masyarakat.

Persepsi Masyarakat Desa Rejai terhadap Pelayanan Kesehatan


UPT Puskesmas Desa Rejai, Kecamatan Bakung Serumpun,
Kabupaten Lingga.

Sumber : Olahan Peneliti, 2022

2.4 Definisi Konsep

2.4.1 Persepsi

Untuk memberi makna pada lingkungannya, orang mengatur dan

menginterpretasikan kesan indra mereka melalui proses persepsi. Komunikasi

sangat bergantung pada persepsi; sebaliknya, persepsi juga bergantung pada

komunikasi. Dua variabel-baik internal maupun eksternal—menimbulkan

persepsi; komunikasi terjadi sebelum kedua faktor ini terjadi. Persepsi adalah hasil

dari kedua faktor ini.

Proses belajar tentang dunia luar melalui indera kita disebut persepsi,

menurut Matsumoto dan Juang.


35

Menurut Schiffman dan Kanuk, persepsi adalah proses melalui mana

seseorang memilih, mengatur, dan menganalisis rangsangan untuk membentuk

persepsi yang bermakna.

Persepsi seseorang ditentukan oleh dua hal. Menurut Jalaluddin Rakhmat

(2005: 55–62), elemen fungsional dan struktural merupakan aspek utama yang

mempengaruhi persepsi. Sementara variabel struktural adalah karakteristik

rangsangan fisik dan efek neurologis yang dihasilkannya, elemen fungsional

adalah aspek yang berasal dari keinginan, pengalaman sebelumnya, dan hal-hal

lain, termasuk pertimbangan pribadi. Kedua unsur ini terdiri dari:

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari persyaratan, pengalaman sebelumnya, dan

elemen lain yang membentuk faktor pribadi. Faktor pribadi, bukan jenis atau

bentuk rangsangan, memengaruhi cara seseorang mempersepsikannya.

b. Faktor Struktural

Jenis rangsangan fisik dan reaksi neurologis yang ditimbulkannya pada

seseorang adalah satu-satunya sumber faktor struktural. Kuncinya adalah bahwa

seseorang harus melihat fakta dalam konteks peristiwa lengkap, lingkungannya,

dan tantangan yang dihadapinya daripada berfokus pada fakta individu untuk

memahaminya.

Objek dan peristiwa sosial yang kita jumpai di sekitar kita ditangkap

melalui proses persepsi sosial. Karena orang-orang emosional, penilaian mereka

rentan. Persepsi sosial adalah proses di mana seseorang belajar tentang,


36

menafsirkan, dan mengevaluasi bagaimana orang lain dianggap, serta sifat, sifat,

dan kondisi yang mereka miliki, untuk membangun citra orang tersebut.

Untuk memberikan gambaran yang utuh tentang lingkungan sosial, peneliti

dalam penelitian ini menggunakan kesan masyarakat terhadap pelayanan UPT

Puskesmas di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga.

Persepsi tersebut menurut Jalaludin Rahmat.

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Pengetahuan, pengalaman, dan wawasan semuanya memiliki dampak yang

signifikan terhadap persepsi, oleh karena itu semakin baik faktor-faktor tersebut

maka persepsi seseorang akan semakin baik, sehingga memungkinkan mereka

untuk merespon secara positif rangsangan yang diberikan (Ahirman, 2009).

Notoatmodjo (2005) mengkategorikan unsur-unsur yang dapat

mempengaruhi pandangan publik menjadi komponen internal dan eksternal.

a. Faktor eksternal

1) Bandingkan

Kontras dalam warna, ukuran, bentuk, atau gerakan adalah pendekatan paling

sederhana untuk menarik perhatian.

2) Variasi intensitas

Perhatian seseorang akan tertuju pada perubahan volume suara atau intensitas

cahaya dari rendah ke tinggi.


37

3) Repetisi

Rangsangan akan menarik perhatian seseorang meskipun pada awalnya berada

di luarnya, sehingga bila diperlihatkan secara berulang-ulang akan terjadi.

4) Konsep baru

Lebih banyak orang akan memperhatikan stimulus baru daripada sesuatu yang

telah ditemukan.

5) Masalah yang dianggap banyak orang

Perhatian seseorang akan tertuju pada suatu rangsangan yang penting bagi

banyak orang lain, yang kemudian akan mempengaruhi kemampuan orang

tersebut untuk membentuk opini dan membentuk persepsi.

b) Faktor Internal

1) Pengalaman atau pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan

faktor yang sangat berperan dalam menginterprestasikan stimulus yang

diperoleh. Pengalaman atau sesuatu yang telah dipelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interprestasi.

2) Harapan

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3) Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterprestasikan stimulus

secara berbeda, karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap

sesuatu.
38

4) Motivasi

Persepsi dipengaruhi oleh motivasi. Merokok akan dipandang

negatif oleh seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya.

5) Emosi

Perasaan seseorang akan mempengaruhi bagaimana ia


menginterpretasikan stimulus yang ada. Seseorang yang sedang jatuh cinta,
misalnya, akan memandang segala sesuatu sebagai indah.

6). Usia

Usia dan tingkat kedewasaan seseorang dapat mempengaruhi pandangan.


Anak-anak antara usia satu dan sebelas tahun belum menunjukkan pemikiran,
perilaku, dan pengambilan keputusan yang matang. Anak kurang memiliki
persepsi yang baik karena belum mampu menilai suatu stimulus dengan baik dan
belum mengambil sikap yang tegas dalam pengambilan keputusan.
39

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Untuk penyelidikan ini, peneliti menggunakan metodologi kualitatif.

Dengan menggunakan deskripsi berupa kata-kata dan bahasa dalam konteks alam

tertentu dan menggunakan metode alam, penelitian kualitatif berusaha memahami

fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, seperti tradisi dan tindakan

lainnya, secara holistik, menurut Moleong dalam Sukma Astriana (2015).

Berdasarkan justifikasi tersebut, peneliti berpendapat bahwa pendekatan ini dapat

digunakan untuk menyelidiki bagaimana masyarakat Desa Rejai Kecamatan

Bakung Serumpun Kabupaten Lingga melihat pelayanan yang diberikan oleh UPT

Puskesmas.

3.2 Objek dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Objek Penelitian

UPT Puskesmas Desa Rejai sebagai pihak yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada desa, serta masyarakat umum dan tokoh masyarakat menjadi

objek penelitian.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang kurang baik di UPT

Puskesmas Desa Rejai membuat peneliti memilih Desa Rejai di Kecamatan

Bakung Serumpun Kabupaten Lingga sebagai lokasi penelitian.


40

3.3 Fokus Penelitian

Untuk memperoleh temuan penelitian berupa pemaknaan dan persepsi

masyarakat terhadap keadaan pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Desa Rejai

Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga, peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif yang meliputi kegiatan yang dilakukan oleh pelaku,

khususnya serangkaian pelayanan kesehatan.

3.4 Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

tentang data. Tergantung pada sumbernya, data dibagi menjadi dua kategori: data

utama dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Menurut Sugiyono, data primer adalah sumber data yang menyampaikan

data secara langsung kepada pengumpul data, sebagaimana dikemukakan dalam

(Sukma Astriana, 2015). Sumber data primer dikumpulkan melalui wawancara

dengan partisipan penelitian dan observasi langsung atau tidak langsung di luar

ruangan. Catatan dari wawancara dan observasi langsung di lapangan menjadi

sumber data utama studi ini. Wawancara dengan organisasi UPT Puskesmas,

tokoh masyarakat, dan Masyarakat Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun

Kabupaten Lingga dijadikan sebagai sumber utama data kajian.

3.4.2 Data .Sekunder


41

Sumber data sekunder adalah sumber yang memberikan informasi kepada

pengumpul data daripada memberikannya secara langsung kepada mereka, seperti

melalui orang atau dokumen lain. Sumber data sekunder memberikan bukti

informasi dari sumber data primer, seperti buku-buku yang mendukung penelitian

ini, artikel, dokumen, temuan penelitian sebelumnya, dan hal-hal yang dianggap

perlu dan signifikan dalam penelitian ini. untuk lebih jelasnya berupa media

massa yang meliput Dinas Kesehatan Kabupaten Bakung Serumpun, Masyarakat

Desa Rejai, dan tokoh masyarakat. Kecamatan Lingga.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Karena pengumpulan data adalah tujuan utama dari penelitian, metode

pengumpulan data adalah langkah yang paling signifikan dalam proses tersebut.

Berikut cara Sugiyono dalam (Sukma Astriana, 2015) membahas metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

3.5.1 Observasi (Pengamatan)

Untuk mendapatkan data melalui observasi, peneliti harus melakukan

perjalanan ke wilayah studi dan melihat objek yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti.
42

3.5.2 Interview (Wawancara)

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang melibatkan bertanya

dan menjawab pertanyaan informan dengan tujuan mengumpulkan data yang

diperlukan untuk penelitian. Pertanyaan mendalam akan ditanyakan saat

wawancara dengan informan yang merupakan sumber data primer, guna

mengumpulkan data yang benar.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan informasi melalui pencatatan informasi

dan pengumpulan informasi dari dokumen, gambar, dan arsip yang berkaitan

dengan hal yang sedang dipelajari.

3.6 Informan

Informan adalah orang yang memberikan pengetahuan tentang keadaan

dunia nyata dan konteks sejarah. Berikut ini adalah sumber-sumber yang akan

peneliti gunakan sebagai informan untuk penelitian ini:

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No. Informan Penelitian Keterangan Jumlah


Sebagai Instansi yang memberikan
1. UPT Puskesmas Ungar 3 Orang
pelayanan kesehatan di Desa Rejai.
Adalah orang yang dianggap petua
untuk memberikan pandangan dan
2. Tokoh Masyarkat 2 Orang
masukan terhadap kondisi sosial di
Desa Rejai.
Ialah orang yang tinggal di Desa
3. Masyarakat 5 Orang
Rejai.
Sumber : Olahan Peneliti, 2022
43

3.7 Teknik Analisa Data

Untuk menyusun proposal penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan analisis data model Miles dan Huberman 1984 (Sinaga, R., & Purba,

2012), dimana data dipilih dan disusun sesuai dengan fokus kajian, khususnya

sebagai berikut. :

1. Reduksi data, yaitu mengidentifikasi elemen kunci, berkonsentrasi pada

elemen penting, dan mencari tema dan pola.

2. Data display (penyajian data) adalah tampilan data dalam bentuk prosa

naratif, flowchart, bagan, dan hubungan antar kategori.

3. Proses pembentukan temuan dan verifikasinya sebelum melakukan

penelitian dengan menggunakan data yang telah disusun secara logis dan

metodis. Metode analisis data bersifat deskriptif argumentatif yang

menguraikan situasi saat ini dengan menggunakan data yang dikumpulkan

dari lapangan atau dari literatur sebagai pendukung.


44

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Bulan

Bulan November Desember Januari Februari Maret


Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Pesiapan
a. Studi Literatur
b. Obeservasi
c. Mengurus Perizinan Pra
Penelitian
d. Pengajuan Judul UP
e. Pengesahan Judul UP
f. Pengesahan Judul UP
g. Bimbingan
2 Tahap Penelitian
a. Observasi
b. Wawancara
c. Pengelolaan Data
d. Analisis Data
e. Penyusunan Laporan
3 Tahap Pengujian
a. Skripsi
b. Revisi Skripsi
c. Sidang Skripsi
d. Revisi
Skripsi
Sumber : Olahan Peneliti, 2022
45

DAFTAR REFERENSI

1. BUKU

Pengantar Administrasi Kesehatan, Azwar, Aksara Azrul Binarupa, 1996, Jakarta

Ratminto dan Atik, 2005. Rumusan model pembangunan, implementasi piagam


warga, dan standar pelayanan dasar semuanya berjalan seiring dengan
manajemen pelayanan. Perpustakaan untuk pelajar di Yogyakarta.

Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat oleh Vrista Artmanda, PT


Refika Aditama, Bandung, 2005

I. Huberman, M.B. Miles, dkk (1984). Menganalisis data kualitatif. Universitas


Pendidikan Indonesia di Jakarta.

Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, B. Budioro, 2002. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro, Semarang.

Metodologi Penelitian Sosial, Burhan Bungin, 2001. Erlangga di Surabaya.

2009; Burhan Bungin. Analisis kualitatif. Tokyo: Kencana.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit: Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Haroen, D. (2014). Personal Branding. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Kemenkes. (2018). Paket Imunisasi Massal Campak-Rubella Agustus –
September 2018. Jakarta: Kemenkes RI;
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”. PT. Remaja
Rosda Karya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2014.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Thoha, Mifta 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
46

Yesmil Anwar dan Adang. 2013.Sosiologi Untuk Universitas. PT Refika Aditama.


Waidi, 2006, On Becoming A Personal Excellent ,PT. Elex Media
Komputindo,Jakarta.

2. Jurnal Ilmiah
Tahun 2007. Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan Lapas Wanita Kelas IIA
Tangerang. Pascasarjana UI di Jakarta.

Sukma Astriana. 2015. Perilaku Konsumtif Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji. Umrah. Ilmu
Sosial.

Persepsi Pengguna Jasa Fitri Permata Sari Tahun 2015 Terhadap Pelayanan
RSUD Lubuk Basung Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan Mandiri Kabupaten Agam. FISIP Jilid 2 No 2 dong!

2017; Gracia Febrina Lumentut; et al. Inovasi UNSRAT. e-journal "Acta


Diurna" Volume VI. No. 1 Pola Komunikasi Pimpinan Organisasi
dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Anggota di LPM

Gayuh Mustika Prabandari, Syamsudin Budi Mustofa, Aditya Kusumawati,


(2018). Beberapa Faktor Yang berhubungan dengan Penerimaan Ibu
terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa Gumpang
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018

Handayani Lestari. 2009. Jurnal. Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Pelaksana


PelayananpelayananKesehatan Puskesmas.Surabaya
Ilyas. Y, 2006. Determinan Distribusi Dokter Spesialis di Kota/Kabupaten
Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatn. Fakultas
Kedokteran UGM. Yogyakarta 2006; 09(03)/ September: 145-54
Tami TN, Nanda M. Pengaruh Pelatihan Bencana Dan Keselamatan Kerja
Terhadap Respons Persepsi Mahasiswa Prodi Ilmu Kesehatan
Masyarakat. J JUMANTIK. 2018
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012) hlm 51
Kusumawati. (2019) Pemberian imunisasi MR pada Anak di TK Kota
Semarang. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan. Volume 1 no 2
47

Nurfauzi, Muhammad. 2013. Studi Tentang Kualitas Kesehatan Dalam


Memberikan Kepuasan Masyarakat Pada Puskesmas Desa Genting
Tanah Kecamata Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jurnal Administrasi Negara, Vol 1(1): 268-281.
Pruwatiningsih, Rahayu. 2008. Jurnal Persepsi Masyarakat Terhadap Peranan
Puskesmas. Surakarta.
Swastikawara, Sinta. 2018. Akses Informasi BPJS Kesehatan Bagi Kelompok
Masyarakat Berkebutuhan Khusus (studi pada Kelompok Deaf).
SEBATIK 1410-3737. jurnal.wicida.ac.id.
Sari IN, Pudjiraharjo WJ. 2013. Ekuitas dalam Pemberian Pelayanan
Kesehatan, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Vol. 1 No. 1.
Suryawati, C. 2007. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawat Kehamilan,
Persalinan, dan Pasca PersalinanJurnal Promosi KesehatanIndonesia.
Vol 2. No. 1.21-31.

3. Dokumen
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Republik Indonesia.

UU 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Puskesmas dicakup oleh UU No. 75 Tahun 2014 (Puskesmas).

Kementerian Kesehatan Indonesia. (2009). Pedoman Pelaksanaan Program


Rumah Sakit Ibu dan Bayi (RSSIB). Indonesia: Depkes RI.

Kebijakan Dasar Puskesmas diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan


Nomor 128 Tahun 2004.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Puskesmas diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun


2014.

Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Bidang Kesehatan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4 Tahun 2019
48

4. Internet
Bursakota.co.id/warga-kecewa-dengan-pelayanan-upt-puskesmas-rejai/.
Diakses pada 20 November 2022.
Indigonews.id/2022/07/19/terkait-pelayanan-buruk-kadiskes-lingga-dan-camat-
bakung-serumpun-sidak-puskesmas-rejai/. Diakses pada 20 November
2022.

Anda mungkin juga menyukai