Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas


dinyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan
demikian salah satu tugas terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan
menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakatnya.

Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-


Undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat
juga harus percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian
hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang
nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,


perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang”.

Kepastian hukum tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai


kekuatan pembuktian, yaitu secara lahiriah, formil maupun materil termasuk juga
etika seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya. Dalam melaksanakan tugas
jabatannya para Notaris tidak hanya menjalankan pekerjaan yang diamanatkan
oleh undang-undang semata sekaligus menjalankan suatu fungsi sosial yang

Page 1
sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang
diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang Notaris harus berpegang
teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya, keselarasan
pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran
kode etik Notaris tersebut. Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat
setiap anggotanya belum dijalankan sebagaimana mestinya.

Salah satu kasus pelanggaran kode etik profesi hukum yang dilakukan oleh
seorang Notaris pernah terjadi di wilayah Bintaro kabupaten Tangerang sebut saja
Notaris X, dimana seorang klien yang membeli tanah dengan status tanah Girik
didaerah tersebut berkehendak merubah status tanah menjadi sertipikat yang
merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi pemegang hak yang bersangkutan,
dimana Notaris X tersebut mengharuskan klien membayar dimuka seluruh biaya
pembuatan sertipikat tersebut dan klien tersebut telah memenuhi permintaan
Notaris tersebut.

Namun setelah berjalan lebih dari dua tahun ternyata sertipikat tersebut
tidak kunjung selesai, beberapa kali Notaris tersebut dihubungi klien yang
bersangkutan melalui telepon, tetapi Notaris tersebut selalu menghindar dengan
menyuruh pegawainya berbohong bahwa notaris tersebut tidak berada ditempat.

Pada saat klien yang bersangkutan mendatangi kantor Notaris tersebut,


dengan alasan sibuk Notaris tersebut tidak mau bertemu. Karena terus- menerus
menghindar, klien mencoba mendatangi kantor Notaris X tersebut yang
menerimanya dengan nada yang tinggi dan berbicara tidak sopan. Pada akhirnya
dengan berbagai macam alasan, Notaris tersebut lepas tangan dan tidak
bertanggung jawab dengan menyerahkan berkas-berkas girik tersebut tanpa terbit
sertipikat dengan memotong biaya lebih dari 50 (lima puluh) persen dari
pelunasan yang telah dibayar oleh klien setelah lebih dari dua tahun klien tersebut
menunggu.

Page 2
Dalam kasus tersebut diatas jelas, telah terjadi pelanggaran kode etik
Notaris yang merugikan klien tersebut dan nama baik lembaga Notaris, dimana
seharusnya seorang Notaris berkewajiban menegakkan Kode Etik Notaris dan
memiliki perilaku profesional ( professional behaviour ) yaitu mepunyai
integritas moral, menghindari sesuatu yang tidak baik, jujur, sopan santun, tidak
semata-mata karena pertimbangan uang dan berpegang teguh pada kode etik
profesi dimana didalamnya ditentukan segala prilaku yang harus dimiliki oleh
notaris.

Dalam Pasal 4 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan


Notaris, disebutkan bahwa sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib
mengucapkan sumpah antara lain menjalankan jabatan dengan amanah, jujur,
menjaga sikap, tingkah laku dan menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik
profesi, kehormatan, martabat dan bertanggung jawab sebagai Notaris, dengan
demikian prilaku Notaris X tersebut diatas sangat bertentangan dengan kandungan
bunyi pasal tersebut.

Kode Etik Notaris dibuat untuk menjaga kehormatan dan keluhuran


martabat jabatan Notaris yang memuat kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap
anggota perkumpulan yang telah diatur, baik dalam Staatsblad 1860 Nomor 3
maupun dalam Pasal 89 Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris berikut sanksi-sanksi yang akan diberikan bila anggota
melalukan pelanggaran.

Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan
profesional dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta
berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai- nilai
moral.

Pelayanan jasa Notaris sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat


harus berjalan sejajar dengan perkembangan masyarakat dimasa depan.
Kecermatan, kecepatan dan kecakapan Notaris, tidak hanya semata-mata

Page 3
berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat formalistik, akan tetapi harus
berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat profesionalistik, sehingga usaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan Notaris benar-benar membawa hasil yang
positif bagi masyarakat.

Dalam hal kasus tersebut diatas, sebenarnya sudah terbentuk suatu badan
yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan
Pengawasan terhadap Notaris seperti tersebut dalam Pasal 67 Undang-undang
nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pengawasan atas Notaris
dilakukan oleh Menteri dalam hal ini adalah Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan membentuk Majelis Pengawas yang terbagi
atas Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas
Daerah. Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan wewenang
tersendiri, dan secara berjenjang Majelis Pengawas Daerah bertanggung jawab
atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Wilayah kemudian Majelis Pengawas
Wilayah bertanggung-jawab atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Pusat dan
Majelis Pengawas Pusat tersebut bertanggungjawab atas kinerjanya kepada
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan
terhadap Notaris harus lebih maksimal dalam menjalankan tugas pengawasan juga
dalam memberikan peringatan kepada Notaris yang melakukan pelanggaran
dengan memberikan sanksi yang tegas dengan menggunakan Pedoman
Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris yang dituangkan dalam Keputusan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39-
PW.07.10 Tahun 2004.

Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan menjamin


pelaksanaan jabatan Notaris yang dipercayakan oleh undang-undang dan
masyarakat pada umumnya, maka adanya pengaturan secara hukum mengenai

Page 4
pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris Sanga tepat, karena dalam
menjalankan jabatannya seorang Notaris tidak hanya menjalankan jabatan yang
diamanatkan oleh undang-undang, tetapi juga berfungsi sebagai pengabdi hukum
yang meliputi bidang yang Sangat luas. Dengan adanya kode etik, kepentingan
masyarakat yang dilayani akan terjamin sehingga semakin memperkuat
kepercayaan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan


yang hendak dicapai dalam melakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui
apakah Notaris dalam menjalankan tugas jabatan sudah berpedoman pada Kode
Etik Notaris yang telah ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia (INI)
dan Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok
yang hendak dibahas dalam Makalah ini adalah:

1.       Pengertian etika dan kode etik profesi ?


2.      Apakah itu Profesi notaris ?
3.      Seperti apakah Kode etik notaris itu ?
4.      Penegakan hukum kode etik notaris ?
5.      Pengawasan ?
6.      Pelanggaran terhadap kode etik notaris ?
7.      Dan Sanksi apakah jika seorang notaris melanggar kode etik ?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian

 Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris.


 Untuk mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan
Notaris.

Page 5
 Untuk memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik
Notaris.
 Untuk menganalisa secara sistematis mengenai penerapan sanksi atas
pelanggaran kode etik profesi notaris dengan cara melakukan analisis
terhadap analisis-analisis hukum yang berkaitan dengan kode etik
notaris dala sistem hukum di Indonesia.
 Untuk menganalisa dan menganalisis tanggungjawab notaris dalam
pembuatan akta yang berakibat pidana.

Manfaat Penelitian

 Secara teoritis, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan


bagi pelaksanaan Pengembangan  ilmu  hukum di  bidang  Hukum
Perdata,  terutama yang mempunyai hubungan dengan bidang
kenotariatan.

 Secara praktis, dengan   penulisan   penelitian   ini   diharapkan  


dapat   memberikan Masukan   yang   berharga   bagi   semua    pihak 
yang  terkait  dalam   pelaksanaan  jabatan  notaris dan  juga dapat
menambah wawasan bagi  notaris mengenai masalah pelanggaran kode
etik yang berakibat perbuataan pidana.

Page 6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika

Menurut Bertens (1994), Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos
dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang
baik. Arti etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan, dengan demikian, menurut Bertens tiga arti Etika dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi


pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia
perseorangan atau hidup bermasyarakat.

2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas-asas atau nilai moral, yang
dimaksud disini adalah kode etik, misalnya Kode Etik Notaris Indonesia.

3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti
Etika disini sama dengan filsafat moral.

Pengertian Etika menurut Sumaryono (1995), Etika mempunyai arti adat


istiadat atau kebiasaan yang baik, bertolak dari pengertian ini kemudian etika
berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan
menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia
dalam kehidupan pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi
studi tentang kebenaran dan ketidak-benaran berdasarkan kodrat manusia yang
diwujudkan melalui kehendak manusia.

Page 7
Etika moral berhubungan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbul perbuatan yang
tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang
disebut moral.

Contoh Etika moral adalah:

a. Berkata dan berbuat jujur;

b. Menghargai hak orang lain;

c. Menghormati orang tua atau guru;

d. Membela kebenaran dan keadilan;

e. Menyantuni anak yatim/piatu

Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat


dirumuskan pengertian etika, yaitu:

1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau


sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah
lakunya.

2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.

3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang
buruk.

Etika adalah refleksi kritis, metodis,dan sistematis tentang tingkah laku


manusia sejauh berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia
dari sudut baik dan buruk.

Page 8
Dalam Ensiklopedia Indonesia, terbitan Ikhtisar Baru tahun 1984,
dijelaskan bahwa etika berasal dari bahasa Inggris Ethics yang berarti ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup di
dalam masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan tahun 1988, etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu;

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat umum.

Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus mematuhi seluruh kaedah


moral yang telah hidup dan berkembang di masyarakat. Selain tanggung jawab
dan etika profesi, integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting
yang harus dimiliki oleh seorang Notaris, karena tanggung jawab dan etika profesi
mempunyai hubungan yang erat dengan integritas dan moral.

“Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang


harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan
professional”.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memberikan


pelayanan kepada masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya
dengan menyelaraskan antara keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung
tinggi kode etik profesi.

2.2. Kode Etik Profesi

Page 9
Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi
merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang
mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
dan sekaligus menjamin mutu moral itu di mata masyarakat. Apabila salah satu
anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari kode etiknya, maka
kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh karena itu,
kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan


berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat
berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan jaman. Kode
etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini
perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik ini
hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup
dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan
norma moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan
tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan
upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.

Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam


bukunya tentang Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum
mengemukakan  alasannya :

1.      sebagai sarana kontrol sosial


2.      sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3.      sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah


digariskan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota
lama, baru ataupun calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat
dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota

Page 10
kelompok anggota profesi atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat.
Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat melakukan control
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah
memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.

Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional


anggota kelompok profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak
perlu campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok
protest melaksanakan kewajiban profesionalnya. Hubungan antara pengemban
profesi dengan masyarakat, misalanya antara Notaris dengan klien tidak perlu
diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah atau oleh masyarakat
karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau patokan
terentu berupa kode etik protesi.

Kode etik protesi pad a dasarnya adalah norma perilaku yang sudah
dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi
apabila norma berlaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga
memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik profesi merupakan
kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karena
berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan
demikian kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan
sebaliknya berg una sebagai bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi
yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi
sendiri dan pihak-pihak yang membutuhkan pelayanan protesi yang bersangkutan.

2.3. Profesi Notaris

Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang


mengatur pembuktian terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum,
sehingga dalam hukum keperdataan dibutuhkan peran penting akta sebagai
dokumen tertulis yang dapat memberikan bukti tertulis atas adanya suatu

Page 11
peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum tersebut yang menjadi dasar dari hak
atau suatu perikatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau
suatu lembaga yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga
dimaksudkan sebagai lembaga notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal
sebagai "notariat' ini muncul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia,
yang menghendaki adanya alat bukti dalam hubungan hukum keperdataan yang
ada dan/atau terjadi diantara mereka.

Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam


mengatur pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti
mengenai hubungan keperdataan di antara mereka".

Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan


perundang-undangan memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk
membuatkan alat bukti yang tertulis sebagaimana dikehendaki oleh para pihak
yang mempunyai kekuatan otentik.

Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak
dapat dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi
serta peranan hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah
yang mengatur segala perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi
sebagai alat untuk pembaharuan masyarakat.

Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka


peran serta fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada
di negara yang maju, karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja
mengurangi kelancaran lajunya proses hukum secara tertib dan pasti tetapi juga
memerlukan pendekatan dan pemikiran-pemikiran yang menuju kepada suatu
kontruksi hukum yang adaptip yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan
yang ada secara mantap.

Page 12
Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam
melaksanakan jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu
sendiri, sehingga terhadapnya diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di
dalam pelayanannya kepada masyarakat",

Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan


profesinya tersebut:

Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang


mensyaratkan adanya integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat
dijabarkan ;

•         Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan


umum yaitu memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn
yang baik dan tanggap. berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat
dan perbuatan yang sesuai bagi seorang pengabdi hukum yang baik,

•         Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan


masyarakat dan lingkungannya, menjunjung tinggi kepentingan urnurn,
mampu mengakomodir, menyesuaikan serta mengembangkan norma
hukum serta aplikasinya sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat
dan teknologi.

Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff


(The Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work
according to certain standards of competence, disspasion and faithful/ness,
lawyers accept those standards because that is the only way they may be lawyer"

Di Indonesia pengertian profesi itu sendiri dalam pelaksanaannya adalah


menciptakan dilakukannya suatu kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang
berbekalkan keahlian yang tinggi serta berdasarkan rasa keterpanggilan, jadi kerja

Page 13
tersebut tidak boleh disamakan dengan kerja biasa, yang bertujuan mencari nafkah
dalam jabatannya profesionalisme mensyaratkan adanya tiga watak kerja:

1. Kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang


dijunjung tinggi dalam masyarakat,
2. Bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang
bermutu tinggi yang karena itu mensyaratkan adanya pendidikan dan
pelatihan yang berlangsung bertahun-tahun secara eksklusif dan be rat,
3. Kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja
pemberian jasa profesi dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada
kontrol sesama yang terorganisasi berdasarkan kode-kode etik yang
dikembangkan dan disepakati bersama di dalam organisasi. (lihat
Soetandyo Wignyosoebroto, Pratesi. Profesianalisme dan Etika Protest
(makalah pengantar untuk sebuah diskusi !entang profesionalisme
khususnya Notaria!) upgrading IN!.

Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris


dari College Van Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di
Indonesia, yang pengangkatannya berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat
ini dimana di dalam pengangkatannya dimuat sekaligus secara sing kat yang
menguraikan pekerjaan dalam bidang dan wewenangnya.

2.4. Sejarah Notaris

Sejarah lembaga notariat dimulai pada abad ke 11 atau ke 12 di daerah


Pusat perdagangan Italia. Pada abad ke 13 lembaga notariat mencapai puncak
perkembangannya, setelah itu pada abad ke 14 terjadilah kemerosotan di bidang
notariat, hal ini disebabkan tindakan dari penguasa pada waktu itu yang seolah-
olah menjual jabatan-jabatan Notaris kepada orang-orang tanpa mengindahkan
apakah orang tersebut memiliki keahlian atau tidak, sehingga menimbulkan
banyak keluhan dari masyarakat.

Page 14
Pada permulaan abad ke 19, lembaga notariat in meluas ke negara- negara
sekitarnya bahkan ke negara-negara lainnya. Pada saat puncak perkembangannya
dan setelah terjadi pelembagaan notariat, lembaga ini dibawa Belanda dengan dua
buah dekrit kaisar yaitu pada tanggal 8 Nopember tahun 1810 dan tanggal 1 Maret
tahun 1811 yang berlaku di seluruh negeri Belanda.

Perundang-undangan notariat Perancis yang diberlakukan di Negeri


Belanda tidak segera hilang walaupun negara itu telah lepas dari kekuasaan
Perancis, setelah adanya desakan dari rakyat Belanda yang berulang kali untuk
membentuk suatu perundang-undangan nasional yang sesuai dengan aspirasi
rakyat di bidang notariat, maka pada tanggal 9 Juli tahun 1842 dikeluarkan
Undang-undang tentang Jabatan Notaris, yaitu Nederland Staatblad Nomor 20.

Perkembangan sejarah notariat di negeri Belanda Sangat penting artinya


bagi lembaga notariat di Indonesia. Notariat di Zaman Republik der verenigde
Nederlanden mulai masuk ke Indonesia pada permulaan abad ke 17.

Pada tahun 1860 peraturan-peraturan mengenai jabatan Notaris di


Indonesia disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku di negara Belanda
dengan di undangkannya Staatblad Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris
pada tanggal 26 Januari 1860 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli tahun 1860,
dengan diundangkannya “Notaris Reglemen” maka diletakkanlah dasar yang kuat
bagi pelembagaan notariat di Indonesia.

Seiiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan hukum masyarakat


Indonesia, berbagai ketentuan dalam peraturan perundang- undangan tersebut
diatas sudah tidak sesuai lagi, maka perlu diadakan pembaharuan dan pengaturan
kembali secara menyeluruh dalam satu undang-undang yang mengatur tentang
jabatan Notaris, sehingga dapat tercipta suatu unifikasi hukum yang berlaku untuk
semua penduduk di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dalam rangka
mewujudkan unifikasi hukum dibidang kenotariatan tersebut, pada tanggal 6

Page 15
Oktober tahun 2004 disahkan dan diundangkan Undang-undang Nomor 30 tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan


Notaris, yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud
dengan undang-undang.

Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata juncto Pasal 15 Ayat 1 Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan
akta itu tidak dapat ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang

Menurut pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, dalam mengemban


tugasnya tersebut, Notaris harus bertanggung jawab, artinya:

a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar.


Artinya akta yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan
pihak berkepentingan karena jabatannya.

b. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu. Artinya akta yang


dibuatnya itu sesuai degnan aturan hukum dan kehendak pihak yang
berkepentingan dalam arti sebenarnya, buka mengada-ada. Notaris harus
menjelaskan kepada pihak yang berkepentingan kebenaran isi dan
prosedur akta yang dibuatnya tersebut.

c. Berdampak positif. Artinya siapapun akan mengakui akta notaris itu


mempunyai kekuatan bukti sempurna.

Page 16
”Dengan kehadiran UUJN tersebut merupakan satu-satunya Undang-
undang yang mengatur Notaris Indonesia, yang berarti telah terjadi
unifikasi hukum dalam bidang pengaturan Notaris, sehingga UUJN dapat
disebut sebagai penutup (pengaturan) masa lalu dunia Notaris Indonesia
dan membuka (pengaturan) dunia Notaris Indonesia masa datang.
Sekarang UUJN saja yang merupakan ”rule of law” untuk dunia Notaris
Indonesia”

Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum adalah merupakan salah satu


organ negara yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara
yaitu berupa tugas, kewajiban, wewenang dan tanggung Habib Adjie, Undang-
undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris,
Renvoi 28 (September 2005): 38. jawab dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum dibidang keperdataan.

2.5. Kode Etik Notaris

Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada Undang-


Undang Jabatan Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika
profesi adalah seikap etis yang dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam
mengemban profesinya. Etika profesi berbeda-beda menurut bidang keahliannya
yang diakui dafam masyarakat. Etika profesi diwujudkan secara formal ke dalam
suatu kode etik. "Kode " adalah segala yang tertulis dan disepakati kekuatan
hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode etik dalam hal ini
adalah hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam
menjalankan profesinya .

Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu


perhimpunan organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan
kelanjutan dari De Nederlandsch-Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu
didirikan di Batavia pad a tanggal 1 Juli 1908 yang mendapat pengesahan sebagai
badan hukum dengan Gouvernements Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal 5

Page 17
September 1908 Nomor 9. Nama Belanda kemudian diganti atau diu bah menjadi
Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang merupakan satu-satunya wadah
organisasi profesi di Indonesia.

Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan


Mentri kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06
Tahun 1995, dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995
Nomor 28 Tambahan Nomor 1/P-1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan
organisasi Notaris sebagaimana dimaksud dalam UUJN nomor 30 tahun 2004
tentang Jabatan Notaris yang diundagkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN, menyebutkan bahwa Organisasi
Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang terbentuk perkumpulan
yang berbadan hukum.

Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi


terse but kedalam Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris menurut organisasi
profesi jabatan Notaris Hasil Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI)
pada tanggal 28 Januari 2005 yang diadakan di Bandung, diatur dalam Pasal 1
angka (2) adalah sebagai berikut

Seluruh kaedah moral yang ditentukan oteh Perkumpulan lkatan Notaris


Indonesia yang selanjutnya disebut "Perkumpulan" berdasar keputusan Kongres
Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan dialur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur ten tang hal itu dan yang berlaku bagi setie
wajib ditaati oteh setieo dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang
menja/ankan tugas jabatan sebagai Noieris, etrmasuk dida/amnya Pejabat
Sementara Noieris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.

Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh


kepada Kode Etik jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan,
pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar
kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh anggota profesi itu

Page 18
sendiri damn mengikat mereka dalam mempraktekkarinya. Dengan demikian
Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan
Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum khususnya dalam
bidang pembuatan akta.(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris Da/am
Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.

Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang


Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari
kewajiban, larangan maupun sangsi serta penegakan hukum agar tujuan dari
terbentuknya kode etik maupun Uridang-Undang Jabatan Notaris dapat berjalan
tertib.

Menurut Pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, uraian mengenai Kode Etik


Notaris meliputi antarlain: Etika Kepribadian Notaris, Etika melakukan tugas
jabatan, etika pelayanan terhadap klien, etika hubungan sesama rekan Notaris, dan
etika pengawasan terhadap Notaris.

1. Etika Kepribadian Notaris

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Berjiwa Pancasila;

b. Taat pada hukum, sumpah jabatan dan Kode Etik Notaris;

c. Berbahasa Indonesia yang baik.

Sebagai profesional, Notaris harus:

a. Memiliki perilaku profesional;

b. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris.

Page 19
Yang dimaksud dengan perilaku profesional ( Professional
behaviour ), adalah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;

b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun


imbalan jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan
nilai-nilai kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;

c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada

diri sendiri;

d. Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian,

tidak membedakan antara orang mampu dan tidak mampu;

f. Berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan

segala perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa

Indonesia yang sempurna.

2. Etika melakukan tugas jabatan

Notaris sebagai pejabat umum dalam melakukan tugas jabatan harus:

a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan


penuh rasa tanggung jawab;

b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-


undang, tidak mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak
menggunakan perantara;

c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi;

d. Harus memasang tanda papan nama menur ut ukuran yang berlaku.

Page 20
3. Etika pelayanan terhadap klien

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan


jasanya dengan sebaik-baiknya;

b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri


dan pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang
bersangkutan dengan tegas mengatakan akan menyerahkan
pengurusannya kepada Notaris yang bersangkutan dan klien telah
memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;

c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan


pengumumam, dan atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil
akta yang sudah didaftar atau Berita Negara yang sudah selesai dicetak
tersebut oleh klien yang bersangkutan;

d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan


kewajiban sebagai warga negara dan anggota masyarakat;

e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu


dengan Cuma-Cuma;

f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu


membuat akta pada Notaris yang menahan berkas itu;

g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata


menandatangani akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris
yang bersangkutan;

h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk


ditandatangani oleh klien atau klien-klien yang bersangkutan;

Page 21
i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien
membuat akta padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah
dari Notaris lain;

j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris


Indonesia dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi
atau lembaga secara khusus/ekslusif, apalagi menutup kemungkinan
anggota lain untuk berpartisipasi.

4. Etika hubungan sesama rekan Notaris

Sebagai sesama pejabat umum, Notaris harus:

a. Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan;

b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris,


baik moral maupun material;

c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps
Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara
konstruktif.

Dalam penjelasan diatas, maksud menghormati dalam suasana


kekeluragaan artinya, Notaris tidak mengeritik, menyalahkan akta-akta yang
dibuat rekan notaris lainnya dihadapan klien atau masyarakat. Notaris tidak
membiarkan rekannya berbuat salah dalam jabatannya dan seharusnya
memberitahukan kesalahan rekannya dan menolong memperbaikinya. Tidak
melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan dalam arti tidak menarik
karyawan Notaris lain secara tidak wajar, tidak menggunakan perantara yang
mendapat upah, tidak menurunkan tarif jasa yang telah disepakati. Menjaga dan
membela kehormatan dan nama baik, dalam arti tidak mencampurkan usaha lain
dengan jabatan Notaris, memberikan informasi atau masukkan mengenai klien-
klien yang nakal setempat.

Page 22
5. Etika Pengawasan

a. Etika pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik


Notaris dilakukan oleh Majelis Kehormatan Daerah dan atau Majelis
Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia;

b. Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur


dalam peraturan tersendiri;

c. Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan


tingkatan sanksi-sank si berupa peringatan dan teguran, maka
pelanggaran-pelanggaran yang oleh Pengurus Pusat secara mutlak harus
dikenakan sanksi pemberhentian sementara sebagai anggota Ikatan
Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat kepada Kongres untuk
memecat anggota yang bersangkutan adalah pelanggaran-pelanggaran
yang disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan Jabatan Notaris
yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

2.6. Penegakan Hukum Kode Etik Notaris

Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha


melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan
jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang dilanqqar itu supaya ditegakkan
kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut
urutan berikut:

a.      Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan


berbuat lagi

b.      Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)

Page 23
c.       Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)

d.      Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam


pelaksanaannya tugas penegakan hukum, penegak hukurn wajib
menaati norma-norma yang telah ditetapkan.

Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi
pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar
itu supaya ditegakkan kembali.

Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu
dari Pasal 6 sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :

Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan


dan Penjatuhan Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas
sanksi-sanksi dalarn Pelanggaran Kode Etik.

2.7. Pengawasan

Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undang-


undang Jabatan Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam
menjalankan jabatannya dapat leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5) UUJN, yang harus diawasi adalah Perilaku
Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris.

Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as


Notaris sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai
pemberi wewenang yang I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif
dilakukan oleh organisasi profesi jabatan Notaris dengan acuan kepada UUJN dan
Kode Etik Notaris.

Page 24
Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya
pengawasan dilakukan oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan
tersebut Menteri menunjuk Majelis Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas
Oaerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis
Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari Pemerintah, organisasi Notaris dan
akademisi.

a.      Majelis Pengawas Daerah (MPD)

MPD melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali dengan


melakukan pemerikasaan protocol Notaris, memberikan izin cuti selama 6 bulan
dan pemeriksaan adanyalaporan atau pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris.
Apabila ada pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris yang melakukan
pelanggaran kode etik maupun pelanggaran Undang-Undang jabatan Notaris,
maka MPD berwenang menyelenggarakan Sidang tertutup untuk umum, MPD
akan memeriksa dan mendengar keterangan pelapor, tanggapan terlapor,
memeriksa bukti yang diajukan pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan
dituangkan dalam Berita Acara pemeriksaan (BAP) dan wajib diberikan kepada
MajeJis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 hari dengan tembusan kepada notaris
yang bersangkutan, pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis
Pengawas Pusat

MPD tidak berwenang membenkan penilaian pembuktian terhadap fakta-


fakta hukum dan juga tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi

b.      Majelis Pengawas Wilayah (MPW)

MPW berwenang meberikan cuti untuk 6 bulan sampai 1 tahun. \


Berdasarkan BAP yang telah diberikan kepada MPW melalui MPD, MPW
berwenang melakukan Sidang Pemeriksaan Tertutup untuk umum dan Sidang
Pengambilan Keputusan yang terbuka untuk umum. Blla dalam sidang
pemeriksaan MPW Netarts tidak terbukti rnelakukan pelanggaran, maka laporan

Page 25
BAP ditolak dan Notaris direhabilitasi nama baiknya. Bila Notaris terbukti
melanggar, putusan harus memuat alasan dan pertimbangan yang cukup yang
dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan.

MPW membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi, yang
kemudian disampaikan kepada Mennteri, pelapor, teriapor, MPD, MPP dan
pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia.

Apabila Notaris terlapor keberatan alas putusan sidang MPW, maka


Notaris dapat mengajukan banding pad a tingkat Majelis Pengawas Pusat

c.       Majelis Pengawas Pusat (MPP)

Berwenang memberi cuti notaris untuk jangka waktu 1 tahun lebih.


Menindaklanjuti Notaris yang melakukan banding yang disampaikan melalui
MPW. MPP wajib melakukan Sidang Pemeriksaan dan Sidang Pengambilan
Putusan yang terbuka untuk umum.

2.8. Pelanggaran Terhadap Kode Etik Notaris

Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum


Notaris dalam pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :

a.       Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri
disebut dan dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"

b.      Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris

c.       Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min
uta Akta tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan
ditempat yang tidak diketahui oleh Notaris yang bersangkutan

d.      Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang
bersangkutan mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan

Page 26
dalam wilayah hukum kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat
kedudukan dari Notaris tersebut.

e.       Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang
dalarn . waktu yang bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta
Notaris yang seolah-olah kesemua akta tersebut dibuat di hadapan Notaris
yang bersangkutan.

Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah
rnelakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata
Notaris tersebut tidak otentik dan akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta
yang dibuat di bawah tangan  apabila ditandatangani oleh para pihak yang
bersangkutan.

Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah


mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa
diajukan oleh masyarakat kepada        Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian
mekanismenya disesuaikan dengan UUJN. Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi
dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris.

Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris
Indonesia (IN!) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang
diakui dan telah mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut
Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka (9) yaitu :

Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh


Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan
nolaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atu disiplin organisas;

2.9. Sanksi

Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 :

Page 27
1.      Sanks; yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran Kode
Etik dapat berupa :

a. teguran

b. peringatan

c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan

d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan

e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan


Perkumpulan

2.      Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang


melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang
dilakukan anggota.

Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan


sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota
perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan
Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin organisasi.

Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap


kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat
perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada
pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat dalam Pasal B)

Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi


Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara
langsung mengontrol Notaris yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang
dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris .

Page 28
Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu
badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am
Perkumpulan yang bertugas untuk:

a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota


dalam menjunjung tinggi Kode Etik,

b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan


kode etii: yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan
kepentingan rnasyarakatsecara~ngsung

c. rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan


pe/anggaran kode etik dan jabatan Notaris

Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan


pelanggaran ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat
8 bagian a)

Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan


oleh Dewan Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya
mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi
terhadap pelanggarnya, setelah mendengar keterangan dan pembefaan diri dari
keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan daerah terbukti
adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi"
terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan oleh
Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus
Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian sementara (schorsing) atau pemecatan
(onzetting) adri keanggotaan diputusakan dahulu dengan pengurus Dasarnya
(Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi
penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting)

Page 29
dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada
Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam
tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung
pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum dibentuk Dewan
Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut
merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a
tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan
yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan
(onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat
terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan
Kehormatan Daerah, dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh
Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.

Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13.
Dalam hal pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga
sanksi onzetting maupun pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota
perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13
diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah
(MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

Page 30
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya,
sehingga diperlukan lembaga kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris
tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik Notaris adalah merupakan penjabaran lebih
lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris , mengingat Notaris
dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala ketentuan
dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.
Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI
yang merupakan satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai
dengan UUJN. Artinya seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.

3.2. Saran
Berdasarkan uraian tentang kewajiban dan larangan sebagaimana terinci di
atas, diharapkan notaris dalam menjalankan jabatannya senantiasa bercermin pada
etika moral profesi yang diembannya, taat asas, serta tunduk dan patuh pada setiap

Page 31
peraturan yang mengatur jabatannya tersebut sehingga masyarakat dan semua
kalangan benar-benar dapat memaknai profesi notaris sebagai salah satu profesi
yang mulia dan bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya 8akti, Bandung,1997

GHS Lukman Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999.

Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.

Komar Andasasmita, Masa/ah Hukum Perdata Nasiona//ndonesia, Alumni,


Bandung, 1983

Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana,


Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1995

Perundang-undangan :

Undang uridang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

http://situscoplug.blogspot.com/

http://pusat-makah-hukum.blogspot.com/

Page 32
Page 33

Anda mungkin juga menyukai