Hidup, maut, jodoh, dan rejeki tak akan ada yang tahu karena semua adalah
rahasia Sang Illahi.
Seorang ibu rumah tangga Bunda War, yang bekerja setiap harinya, kebetulan hari
Minggu jadi bisa menemani sang buah hati, Sandi. Balita yang belum genap 5 Tahun,
mengidap kelainan jantung sejak lahir. Akhirnya berpulang.
Fade In
Established: Pagi hari di rumah Bunda War sibuk dengan aktifitas sehari-hari.
Cut to
Scene: 1
INT. Dalam rumah, dapur, kemudian kamar mandi
Camera: Long Shot Bunda War memandikan Sandi, Sandi yang sedang bermain air.
Camera: Close up Wajah Bunda yang tersenyum dan Sandi yang tertawa.
Dialog:
Quote:
Bunda: Mandi dulu ya? Biar wangi.
Sandi: he ... he ....
Cut to
Scene 2:
INT. Kamar Sandi memakaikan baju
Bunda mulai memakaikan minyak telon dan bedak ke tubuh Sandi sebelum
memakaikan baju.
Dialog
Quote:
Bunda: Sebenar pakai minyak dahulu ya? Terus Bunda bedakin.
Sandi: ehe ... ehe ....
Bunda: Nah, sudah. Cantikkan?
Cut to
Scene 3:
INT. Di ruang makan, membuatkan susu Sandi
Camera: Close up
Dialog
Quote:
Bunda: Sini-sini Bunda buatkan susu dulu!
Sandi: ehe ... ehe ....
Bunda: Nah, sudahkan? Sini minum dulu, Sayang!
Cut to
Dalam gendongan Bunda, Sandi menguak beberapa kali setelah susunya habis.
Bunda pun memindahkan Sandi ke kamar tidur. Biar pulas tidurnya, Bunda
Sandigang kipas di tangannya, sambil berbaring di samping Sandi, Bunda mengipasi
Sandi yang nampak pulas.
Tak lama dari tidurnya tiba-tiba Sandi terbatuk dan menggeliat. Inilah Sandi
mengembuskan napas terakhirnya yang tak disadari Bunda. Sandi telah tiada.
Camera : Close up
Wajah bunda, sambil Sandigang kipas di tangannya.
Move to Sandi yang tertidur pulas, Sandi yang terabatuk dan menggeliat.
>Dialog<
Quote:
Bunda: Tidur ya, Sandi sayang. Bobok yang manis.
Sandi: Uhuk ... uhuk .... ( Mengeliat )
Bunda: Sandi kenapa? Ya ... Sudah kita ke luar ya? Cari udara segar. Sini Bunda
gendong
Cut to
Camera : Long-Shot
Kamar, teras rumah, dan depan rumah (halaman)
Voice over : motor lalu lalang dan beberapa anak kecil yang sedang bermain di
depan rumah Bunda.
Bunda pun membawa Sandi ke teras rumah, setelah Sandi terbatuk. Bunda juga
belum menyadari keadaan Sandi yang sudah tak bernyawa semenjak di
pembaringan tadi.
Hingga beberapa waktu kemudian, Bunda mulai menyadari bahwa Sandi sudah tak
bernafas, dadanya tidak bergerak kembang kempis. Bunda pun berteriak histeris
hingga para tetangga berdatangan melihat apa yang terjadi menimpa Bunda.
Camera : Close Up
Bunda mengangkat Sandi yang nampak teramat pulasnya.
Move to Bunda ke luar dari kamar menuju teras, sambil menggendong Sandi.
Tiba di teras selang beberapa menit Bunda teriak histeris menangis sejadinya.
Move to Para tetangga berdatangan mendengar asal teriakan dari rumah Bunda.
>Dialog<
*Kamar
Quote:
Bunda : Kita cari udara segar ya, Me? Kita ke teras bentar yah.
Sandi : (...)
*Teras
Quote:
Bunda : Na na naaa, na na na na na naaa, na na naaa, na na na na na naaa. Kita
sudah di teras. (Sadar sekian menit Sandi pucat dan tak bernapas lagi.)
Me ... Me .... Kamu kenapa Nak? Bangun, Nak? Me ... Me ...!!!! (Berteriak histeris)
Hmhmhmmmm, hmhmhmhmhmhmmm, hmhmhmmm, hmhmhmhmhmmm.
Tetangga berdatangan : Ada apa Bu War?
Bunda : Sandi ... Sandi .... Ini kenapa Sandi?
Tetangga : Innaa lillaahi wa innaailaihi raajiun, Sandi sudah tiada Bunda!
(Menngantikan Sandi, Bunda lemas tidak kuat menggendong Sandi)
Cut to
Camera Short Dalam rumah para terangga yang sibuk membntu proses penyucian
dan perlengkapan kematian.
Cut to
.Clossing
Camera : Long-Shot
Langit, Pohon Kamboja, tempat makam
Camera : Close up
Bunda menangis terisak-isak sambil mengamini doa kubur yang dipanjatkan
dipimpin oleh pak ustad, dipeluk Tari sang kakak Sandi.
Move to Pak Ustadz dengan hikmatnya memanjatkan doa bagi jenazah.
Camera : Long-Shot pada nisan berpindah pada pohon kamboja dekat nisan berlalu
ke langit dan fokus gambar blur slow motion.
The End