1
3. Obyek Study
1. Material : Aplikasi pengamanan hak cipta untuk gambar digital menggunakan metode
singular value decomposition (svd)
2. Formal : Perancangan aplikasi pengamanan hak cipta untuk gambar digital
menggunakan metode singular value decomposition (svd) Teknik nformatika STMI
Budi Darma di Medan.
4.Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok bahasan, maka penulis
memberikan batasan–batasan masalah sebagai berikut :
1. Aplikasi yang dibangun hanya akan memproses penyembunyian citra digital di dalam media
dan mengekstraksi kembali sesuai dengan citra aslinya.
2. Metode steganografi yang digunakan adalah Singular Value Decomposition yaitu dengan
mengkonversi RGB citra anak ke RGB citra induk.
3. Jenis format citra yang dapat diproses adalah citra dengan format RGB dengan extension gif,
jpg/jpeg dan bitmap (bmp) dengan ukuran 400*400.
4. Kunci (key) pada proses embedding juga merupakan kunci (key) pada proses ekstraksi yang
berbentuk alpha numeric dengan panjang maksimum 20 karakter.
5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic
5.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menerapkan steganografi pada media citra dengan metode Singular Value
Decompositionyang akan diimplementasikan pada sebuah aplikasi penyembunyian pesan berupa
citra digital ke dalam media citra digital lain sehingga steganalis kesulitan mengetahui
keberadaan pesan tetapi mudah untuk diekstraksi oleh pihak yang berhak.
2. Untuk merancang aplikasi pengamanan hak cipta untuk gambar digital dengan metode
Singular Value Decomposition.
2.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan keamanan pada citra digital yaitu dengan memperhatikan kriteria
steganografi yang baik yaitu imperceptibility, fidelity dan recovery sehingga sulit diketahui
keberadaan informasi tersebut oleh steganalis.
2. Dapat mempermudah proses pengamanan hak cipta untuk gambar digital.
2
3.Kontribusi penelitian
4.Tesis
2. Landasan Teori
1. Steganografi
Sejarah Steganografi
Teknik steganografi ini sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di kota Menet Khufu,
Mesir. Awalnya adalah penggunaan hieroglyphicyakni menulis menggunakan karakter-karakte
rdalam bentuk gambar.
2.Pengertian Steganografi
Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan pesan pada objek
yang tampaknya tidak berbahaya.Keberadaan pesan steganografi adalah rahasia. Istilah Yunani
ini berasal dari kata Steganos, yang berarti "tertutup",dan Graphia, yang berarti "menulis" (Cox
et al, 2008). Steganografi adalah jenis komunikasi yang tersembunyi, yang secara harfiah berarti
"tulisan tertutup."Pesannya terbuka, selalu terlihat, tetapi tidak terdeteksi bahwa adanya pesan
rahasia. Deskripsi lain yang populer untuk steganografi adalah "Hidden in Plain Sight” yang
artinya “tersembunyi di depan mata”. Sebaliknya, kriptografi adalah tempat pesan acak, tak
dapat dibaca dan keberadaan pesan sering dikenal (Kipper, 2004). Istilah steganografi berasal
dari bahasa Yunani,yaitu steganos yang berarti "penyamaran" atau "penyembunyian" dan
graphein yang berarti "tulisan". Jadi, steganografi bisa diartikan sebagaiseni menyembunyikan
pesan dalam data lain tanpa mengubah data yang ditumpanginya tersebut sehingga data yang
ditumpanginya sebelum dan setelah proses penyembunyian hampir terlihat sama (Ariyus, 2009).
3.Kriteria Steganografi Yang Baik
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam steganografi, yaitu :
1. Imperceptibility. Keberadaan pesan rahasia tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya,
jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh
mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka indera telinga tidak dapat
mendeteksi perubahan pada audio stegotext-nya.
2. Fidelity. Mutu stegomedium tidak berubah banyak akibat penyisipan. Perubahan tersebut tidak
dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan
membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext
berupa audio, maka audio stegotext tidak rusak dan indera telinga tidak dapat mendeteksi
perubahan tersebut. 3. Recovery. Pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali.
3
Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam
stegotext harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.
4.Teknik Steganografi
Ada tujuh teknik dasar yang digunakan dalam steganografi, yaitu :
1. Injection, merupakan suatu teknik menanamkan pesan rahasia secara langsung ke suatu media.
Salah satu masalah dari teknik ini adalah ukuran media yang diinjeksi menjadi lebih besar dari
ukuran normalnya sehingga mudah dideteksi. Teknik ini sering juga disebut embedding.
2. Substitusi, data normal digantikan dengan data rahasia. Biasanya, hasil teknik initidak terlalu
mengubah ukuran data asli, tetapi tergantung pada file media dan data yang akan disembunyikan.
Teknik substitusi bisa menurunkan kualitas media yang ditumpangi.
3. Transform Domain, teknik ini sangat efektif. Pada dasarnya, transformasi domain
menyembunyikan data pada transform space. Akan sangat lebih efektif teknik ini diterapkan
pada file berekstensi JPG.
4. Spread Spectrum, sebuah teknik pengtransmisian menggunakan pseudo-noise code, yang
independen terhadap data informasi sebagai modulator bentuk gelombang untuk menyebarkan
energi sinyal dalam sebuah jalur komunikasi (bandwidth) yang lebih besar daripada sinyal jalur
komunikasi informasi. Oleh penerima, sinyal dikumpulkan kembali menggunakan replika
pseudo-noise code tersinkronisasi.
5. Statistical Method, teknik ini disebut juga skema steganographic 1 bit. Skema tersebut
menanamkan satu bit informasi pada media tumpangan dan mengubah statistik walaupun hanya
1 bit. Perubahan statistik ditunjukkan dengan indikasi 1 dan jika tidak ada perubahan, terlihat
indikasi 0. Sistem ini bekerja berdasarkan kemampuan penerima dalam membedakan antara
informasi yang dimodifikasi dan yang belum.
6. Distortion, metode ini menciptakan perubahan atas benda yang ditumpangi oleh data rahasia.
Cover Generation, metode ini lebih unik daripada metode lainnya karena cover object dipilih
untuk menyembunyikan pesan. Contoh dari metode ini adalah Spam Mimic.
5.Proses Steganografi
Secara umum, terdapat dua proses didalam steganografi. Yaitu proses embedding untuk
menyembunyikan pesan dan ekstraksi untuk mengekstraksi pesan yang di sembunyikan.
Prosesproses tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
1 : Embedding Citra
2 : Ekstraksi Citra
6.SingularValueDecomposition
adalah dengan metode Singular Value Decomposition(SVD). Dimana bit data citra akan
digantikan dengan bit paling rendah dalam media citra. Pada file citra 24 bit setiap piksel pada
citra terdiri dari susunan tiga warna, yaitu merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing
4
disusun oleh bilangan 8 bit ( 1 byte ) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner 00000000
sampai 11111111. Informasi dari warna biru berada pada bit 1 sampai bit 8, dan informasi warna
hijau berada pada bit 9 sampai dengan bit 16, sedangkan informasi warna merah berada pada bit
17 sampai dengan bit 24. Metode SVD merupakan teknik substitusi pada steganografi.
Biasanya, arsip 24-bit atau 8-bit digunakan untuk menyimpan citra digital. Representasi warna
dari piksel–piksel bisa diperoleh dari warna–warna primer, yaitu merah, hijau dan biru. Citra 24-
bit menggunakan 3 byte untuk masing–masing piksel, dimana setiap warna primer
direpresentasikan dengan ukuran 1 byte. Penggunaan citra 24 bit memungkinkan setiap piksel
direpresentasikan dengan nilai warna sebanyak 16.777.216.
7.Jenis-Jenis Citra Digital
Ada banyak cara untuk menyimpan citra digital di dalam memori. Cara penyimpanan
menentukan jenis citra digital yang terbentuk. Beberapa jenis citra digital yang sering digunakan
adalah:
1. Citra Biner (Monokrom) Citra biner hanya memiliki 2 warna yaitu hitam dan putih.
Dibutuhkan 1 bit di memori untuk menyimpan kedua warna ini.
Bit 0= warna hitam Bit 1= warna putih Gambar 3 : Contoh Citra Biner
5
Kemudian membuka citra sebagaistegoimage dan citra sebagai hiddenimage. Sebelum
melakukan proses, pengguna akan diminta untuk memberikan kunci terlebih dahulu ke dalam
sistem yang dibangkitkan dari media citra agar data lebih aman. Selanjutnya barulah dilakukan
proses steganografi.
3. Perancangan Antar Muka Pengguna
1. Form Pilihan
Form ini merupakan tampilan rancangan form pilihan. Form pilihan adalah form pembuka dari
aplikasi ini. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian atas sebagai informasi nama dari aplikasi.
Kemudian bagian utama/tengah terdapat 2 buah tombol untuk menentukan proses yang akan
dilakukan. Tombol “Embedding” merupakan link ke halaman proses embedding, sedangkan
tombol “Ekstraksi” adalah link ke halaman proses ekstraksi. Sedangkan pada bagian bawah
terdapat tombol “Keluar” yang merupakan link untuk keluar jika tidak ingin melakukan proses
apapun.
5 : Form Menu Utama
6
harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.Dibuktikan juga dengan histogram
citra anak dan hiddenimage dibawah ini yang tidak tampak ada perubahan kualitas citra. Berikut
gambar merupakan citra anak dan gambar adalah hiddenimage hasil ekstraksi.
Gambar 7 Histogram Hiddenimage
3 . Implementasi
Dari hasil Algoritma, maka proses selanjutnya adalah tahap implementasi ke dalam bentuk
aplikasi komputer.
1. Tampilan Halaman Pilihan
Halaman pilihan merupakan halaman untuk memilih proses yang akan dilakukan yaitu
embedding untuk menyisipkan citra atau ekstraksi untuk mengembalikan citra dari stegoimage.
Terdapat juga tombol keluar jika tidak ingin melakukan proses apapun.
Gambar 8 : Tampilan Halaman Pilihan
2. Tampilan Halaman Stego
Jika memilih tombol Embedding pada halaman pilihan maka akan muncul halaman stego seperti
pada gambar 4.10. Pada halaman inilah akan dilakukan proses penyisipan citra anak ke citra
induk.
Gambar 9 : Tampilan Halaman Stego
3. Tampilan Halaman Ekstraksi
Untuk Proses Ekstraksi citra dilakukan dengan membuka halaman pilihan dan pilih proses
Ekstraksi. Proses ini merupakan proses pengeluaran nilai RGB citra anak dari stegoimage.
Gambar 10 :Tampilan Halaman Ekstraksi
7
5. Kesimpulan
Setelah melakukan studi literatur, perancangan, analisis, implementasi dan pengujian aplikasi
untuk steganografi citra digital di dalam media citra dengan metode Singular Value
Decomposition maka dapat disimpulkan:
1. Steganografi data berupa citra digital ke dalam media citra dapat diimplementasikan
menggunakan metode Singular Value Decomposition yaitu dengan mengkonversi setiap nilai
RGB citra anak ke RGB citra induk.
2. Ukuran dari daya tampung media citra mempengaruhi berapa besar jumlah citra digital yang
dapat disembunyikan. Daya tampung media citra harus lebih besar dari jumlah data yang akan
diamankan. Dimana maksimal data yang dapat ditampung dalam citra dihitung dari ukuran lebar
x tinggi media, jika media berukuran 800 x 600 maka akan menghasilkan 480000 byte, sehingga
data yang bisa diamanakan lebih kecil dari 480000 byte.
3. Perubahan yang terjadi pada stegoimage tidak signifikan dan masih tampak seperti citra
normal karena bit yang dipengaruhi pada media citra adalah bit yang tidak signifikan sedangkan
bit yang signifikan tidak dipengaruhi atau perubahan yang terjadi tidak terlalu tampak sehingga
dapat dikontribusikan kepada pihak kepolisian dalam mengirimkan image/citra orang yang dicari
melalui Internet ke seluruh kantor polisi.
6. Saran
Beberapa saran untuk pengembangan dan perbaikan diantaranya: 1. Agar keamanan dan kualitas
citra stegoimage lebih baik lagi dapat dilakukan penyembunyian secara random yaitu posisi
peletakan nilai bitRGB citra anak ke citra induk tidak lagi berurutan mengikuti titik awal. 2.
Dapat ditambahkan keamanan data kriptografi pada pengacakan posisi piksel citra dan juga
password. Sehingga steganalis akan semakin sulit mengetahui keberadaan informasi.
8
DAFTAR PUSTAKA
[1] Schneier, B., 1996, Applied Crytography : Protocols, Algorithm, and Source Code in C,
Second Edition, John Willey and Sons Inc.
[2] Kurniawan, J., 2004, Kriptografi, Keamanan Internet dan Jaringan Komunikasi, Penerbit
Informatika Bandung.
[3] Munir, R., 2005, Matematika Diskrit, Informatika Bandung.
[4] Munir, R., 2006, Kriptografi, Informatika Bandung.
[5] Stallings, W., 1999, Cryptography and Network Security : Principle and Practice, Second
Edition, Prentice Hall. [6] http://en.wikipedia.org/wiki/Paillier_ cryptosystem, tanggal akses 1
Maret 2013.
9
LAMPIRAN
1. https://www.neliti.com/id/publications/211128/rancang-bangun-aplikasi-simulasi-
penggunaan-kamera-dslr-berbasis-multimedia
https://www.ilmuskripsi.com/p/blog-page.html?m=1
2. https://www.ilmuskripsi.com/p/daftar-jurnal-aplikasi-dan-website.html?m=1
3. https://drive.google.com/file/d/0B0EdWn-d3T9xZTNqdjZfaFBhX3c/view?
usp=drive_open
4. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-perancangan-aplikasi-kalender.html?m=1\
5. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-perancangan-aplikasi-pengamanan.html?
m=1
6. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-perancangan-aplikasi_71.html?m=1
7. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-steganografi-pada-file-citra.html?m=1
8. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-aplikasi-penyimpanan-file-online.html?m=1
9. https://www.ilmuskripsi.com/2016/06/jurnal-sensor-otomatis-pada-pagar.html?m=1
10. https://drive.google.com/file/d/0B0EdWn-d3T9xa21OVUg0azFmYlk/view
11. https://drive.google.com/file/d/0B0EdWn-d3T9xSldpeWNYTmFYVTA/view
10