Anda di halaman 1dari 2

Catatan 3

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


Kelas : XI MIPA – IPS
Semester :1

LARI SAMBUNG ( Estafet )


Lari sambung (estafet) mrupakan olahraga cabang atletik yang tergolong ke dalam nomor
beregu yang terdiri dari 4 pelari untuk setiap regunya (Pelari I, pelari II, pelari III dan pelari
IV). Keeempat pelari tersebut berlari secara bergantian (disebut juga lari beranting) yang
sangat membutuhkan kerjasama yang baik, terutama saat pergantian tongkat (memberi
dan menerima tongkat). Nomor lari sambung yang sering diperlombakan adalah 4 x 100
meter dan 4 x 400 meter. Suksesnya suatu regu pada estafet sangat bergantung pada
kelancaran saat pergantian tongkat. Pergantian/perpindahan tongkat biasanya dilakukan
secara silang, artinya memberi dan menerima tongkat dengan tangan yang berbeda.
Apabila memberi tongkat dengan tangan kanan maka yang menerima tongkat dengan ta-
ngan kiri, demikian juga sebaliknya. Tongkat yang digunakan pada estafet terbuat dari
kayu, pipa atau metal/logam dengan ukuran panjang 28 – 30 Cm dengan diameter 4 Cm,
berat 50 gram. Memegang tongkat dapat dilakukan dengan tangan kanan atau tangan kiri
pada setengah bagian awal/pangkal dipegang oleh pemberi dan setengah bagian ujung
oleh penerima. Pergantian/perpindahan tongkat dilakukan di daerah pergantian tongkat
atau wissel zone. Daerah pergantian tongkat pada estafet dengan panjang 20 meter dan
lebar 1, 22 meter (sesuai lebar lintasan lari). Dengan demikian jarak tempuh setiap pelari
bisa berbeda-beda, sekitar 80 meter sampai 120 meter (untuk nomor 4 x 100 meter).
Start yang digunakan oleh pelari estafet adalah : start jongkok untuk pelari I dan start
berdiri untuk pelari II, III, dan IV.
Cara melewati garis finish pada estafet hampir sama dengan cara melewati garis finish
pada nomor lari pada umumnya, yaitu :
1. Mencondongkan / merebahkan badan kedepan.
2. Memiringkan salah satu sisi badan.
3. Berlari terus tanpa perubahan.
Pada dasarnya teknik menerima tongkat dilakukan dengan cara yang sama, namun me-
nerima tongkat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Menerima tongkat dengan cara melihat (visual), artinya saat menerima tongkat si
penerima tongkat melihat ke arah pemberi tongkat. Biasanya cara ini sering diguna-
kan pada nomor 4 x 400 meter. Bentuk telapak tangan penerima tongkat biasanya
menghadap kebelakang / ke pemberi tongkat.
2. Menerima tongkat dengan cara tidak melihat (non visual), artinya saat menerima
tongkat si penerima tongkat tidak meliahat kearah si pemberi tongkat (tetap meng-
hadap kedepan). Biasanya cara ini sering digunakan pada nomor 4 x 100 meter.
Bentuk telapak tangan penerima tongkat biasanya menghadap ke bawah atau ke
atas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan setiap pelari pada estafet, yaitu :
1. Pelari Pertama.
- Mempunyai kemampuan start jongkaok yang baik.
- Mampu berlari dilintasan tikungan dengan baik.
- Mempunyai kemampuan kecepatan yang tinggi.
- Baik/terampil dalam memberikan tongkat.
2. Pelari Kedua.
- Terampil dan bertanggung jawab dalam menerima dan memberi tongkat.
- Mempunyai daya tahan yang lebih baik (dibandingkan dengan pelari 1 dan 4)
- Mampu berlari dilintasan lurus (4 x 100 m).
3. Pelari Ketiga.
- Terampil dan bertanggung jawab dalam menerima dan memberi tongkat.
- Mampu berlari dilintasan tikungan dengan baik.
- Mempunyai datya tahan yang lebih baik (dibandingkan dengan pelari I dan IV).
4. Pelari Keempat.
- Pelari keempat merupakan pelari tercepat.
- Memiliki semangat juang yang tinggi karena sebagai penentu kalah atau
menangnya dari suatu regu.
- Baik dilintasan lurus.
- Mampu melakukan melewati garis finish dengan baik.

LOMPAT TINGGI
Tujuan setiap peserta/atlet pada nomor lompat tinggi adalah untuk menghasilkan lompat-
an yang setinggi-tingginya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, ada 4 tahapan gerak
pada lompat tinggi yang harus dilakukan dengan baik juga, yaitu : awalan/ancang-ancang,
tolakan/tumpuan, melayang/saat melewati mistar, dan mendarat.
Gerak awalan pada lompat jauh dilakukan sesuai dengan gaya yang dilakukan pelompat.
Gerak tolakan dilakukan dengan salah satu kaki yang terkuat.
Gerak melayang dilakukan disesuaikan dengan gaya yang dilakukan. Gaya pada lompat
jauh terdiri dari : gaya straddle, gaya gunting, gaya guling sisi, dan gaya flop.
Gerak mendarat dilakukan disesuaikan dengan gaya yang dilakukan.
Peraturan Lompat Tinggi.
Mistar terbuat dari besi atau kayu berbentuk bulat atau segi tiga dengan diameter mini-
mum 25 mm dan maksimum 30 mm. Permukaan mistar harus rata. Panjang mistar 3,64
meter s/d 4,00 meter, dengan berat maksimal 2,2 kg.
Panjang awalan tidak terbatas dengan ukuran minimal 5 meter.
Tiang penopang kokoh berdiri, cukup ketinggiannya, mudah dipasang dan mudah untuk
menaikkan mistar.
Tempat pendaratan berukuran 4 x 5 meter yang sudah dilapisi dengan matras/busa.
Sebelum perlombaan dimulai, seorang juri mengumumkan tinggi mistar pertama dan
tinggi kenaikan mistar. Seorang pelompat diperbolehkan mulai melompat pada ketinggian
yang diinginkan pelompat (diatas ketinggian minimal). Tiga kegagalan lompatan berturut-
turut, pelompat tidak berhak untuk meneruskan perlombaan (diskwalifikasi).
Setiap peserta diberi kesempatan selama 1,5 menit untuk menyelesaikan satu lompatan.
Bila terjadi hasil lompatan yang sama (tie), peserta dengan lompatan terkecil pada keting-
gian saat tie terjadi adalah pemenangnya. Jika tie tersebut masih sama, pelompat dengan
jumlah lompatan yang baik, dia yang menjadi pemenangnya. Jika masih sama, pelompat
yang jumlah lompatannya paling sedikit menjadi pemenangnya. Jika masih sama maka
peserta yang terlibat tie harus diadu kembali (jump off) pada ketinggian saat ia gagal me-
lakukan lompatan. Jika belum ada keputusan, maka ketinggian mistar akan diturunkan
setiap 1 Cm, sampai tie dapat dipecahkan.

Anda mungkin juga menyukai