SKRIPSI
Disusun Oleh:
Kawasan Karst
(yang mulai lenyap satu per satu dari Bumi Pertiwi)
iv
Lembar Inspirasi
“Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun ia tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan segelintir orang yang tamak” (Mahatma Gandhi)
“Jika Pohon terakhir telah ditebang, jika sungai terakhir telah tercemar, jika
ikan terakhir telah ditangkap, baru manusia akan sadar, bahwa mereka tidak
akan bisa makan uang” (Green Peace)
“Jangan pernah tanyakan apa saja yang telah bumi berikan untuk kita, tapi
coba renungkan, apa saja yang telah kita berikan untuk bumi” (KPALH
SETRAJANA)
"Orang yang tidak memilik cita-cita atau tujuan hidup, bak pemain sepak
bola yang tidak tahu dimana gawangnya" (R.K.T Ko)
“Tingginya gunung dan tebing, derasnya jeram sungai, serta dalamnya gua
telah mempertemukan kita, sebuah tempat yang bermakna dimana para orang
tangguh berkumpul di titik tertinggi, mari dakilah gunung keterbatasan dan
sampailah di puncak kebenaran, serta telusuri dan arungilah samudra
persoalan, hingga kita berlabuh di dermaga kemenangan”
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah
manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin
tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai
sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air
Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya
dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula
pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung" (Soe Hok
Gie)
v
Kata Pengantar
Memasuki dunia perkuliahan merupakan masa transisi menuju
pendewasaan diri. Ketidakhati-hatian dalam menjatuhkan pilihan akan menggiring
pada kesalahan pola pikir dan pola perilaku di masa mendatang. Demi
mengembangkan dan mengasah kemampuan, penulis tidak ingin masa-masa
kuliah terbuang percuma hanya demi waktu kelulusan yang cepat dan IP tinggi
dan menjadi generasi instan. Inilah saatnya mengenal dunia lain, selain dunia
formal pendidikan di Perguruan Tinggi.
Sekelumit perjalanan atas usaha mencari jawab dimulai saat penulis mulai
mengenal suatu ideologi yang diusung salah satu Organisasi Pecinta Alam dan
Lingkungan Hidup Setrajana Fisipol UGM, yakni Pendidikan Lingkungan Hidup
dan kepecintaalaman. Dari sini penulis mulai merangkak, berjalan dan kadang-
kadang berlari demi untuk belajar tentang lingkungan hidup dan kepecintaalaman.
Relasi demi relasi mulai dijalin, termasuk mengikuti kursus tingkat dasar dan
lanjutan Speleologi dan penelusuran gua yang diadakan oleh Himpunan Kegiatan
Speleologi Indonesia pada tahun 2007. Dari sini penulis mulai mengenal “dunia
bawah tanah” dan kawasan karst. Tahun 2008 penulis memilih Kuliah Kerja
Nyata di daerah Gua Cerme dengan fokus pengembangan pariwisata. Hal ini
semata-mata, agar penulis lebih mengenal kehidupan masyarakat dan lingkungan
kawasan karst. Pada tahun itu pula penulis menjadi instruktur di Himpunan
Kegiatan Speleologi Indonesia. Semenjak menjadi instruktur, relasi penulis
semakin banyak, terutama para ilmuwan-ilmuwan karst, para penggiat penelusur
gua se-Indonesia, LSM, dan lembaga-lembaga pemerintahan. Pada tahun 2008
pula penulis telah menyelesaikan teori di bangku kuliah. Baru pada tahun 2011
penulis mengajukan desain penelitian dengan judul KEMITRAAN DALAM
PENGELOLAAN OBYEK WISATA MINAT KHUSUS KARST KALI
SUCI.
Bermula dari sebuah keprihatinan mengenai kondisi kawasan karst di
Indonesia yang mulai lenyap satu per satu, pengelolaan berbagai obyek wisata gua
dan karst di Indonesia yang sangat memprihatinkan dan cenderung asal-asalan,
sehingga gua dan lingkungannya yang dijadikan obyek wisata cenderung
mengalami penurunan kualitas dan tidak banyak membantu masyarakat sekitarnya
untuk turut menikmati hasil, serta minimnya referensi mengenai kawasan karst
dari sudut pandang ilmu sosial, politik, dan pariwisata di Indonesia. Berdasar latar
belakang tersebut, penulis menggunakan kajian ilmu sosial dan politik khususnya
studi pembangunan sosial dan kesejahteraan, untuk mencermati fenomena yang
terjadi dalam proses pengelolaan obyek wisata gua dan karst dengan mengambil
studi kasus di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
Ada banyak kemungkinan aspek dalam pengelolaan obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci yang bisa dibidik melalui studi pembangunan sosial dan
kesejahteraan. Dengan bimbingan dari Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si
penulis mulai menemukan pola-pola spesifik yang akhirnya diangkat dalam
penelitian ini. Perubahan demi perubahan mewarnai proses penelitian hingga
mencapai bentuk yang ideal, menyesuaikan kondisi lapangan. Atas kritik dan
saran dari Dra. Tri Winarni Soenarto Putri, SU dan Danang Arif Darmawan,
S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji, semoga dapat menambah kesempurnaan
vi
proses dan hasil penelitian. Berbagai masukan dari berbagai pihak juga ikut
mewarnai perjalanan penelitian ini.
Harapan ke depan, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif
terhadap pengelolaan kawasan karst di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
maupun pengelolaan pariwisata gua dan karst pada umumnya di Indonesia, serta
menambah referensi mengenai pengelolaan kawasan karst.
Terlepas dari itu semua, “tak ada gading yang tak retak” dan
“kesempunaan hanya milik Allah semata”, pasti masih banyak kekurangan yang
penulis miliki. Namun demikian masih ada jeda atas proses yang dijalani, masih
ada kesempatan lain untuk mencapai bentuk yang lebih baik. Entah dari pembaca
sekalian atau dari diri penulis pribadi. ∗ Ketiadaan titik dalam sebuah proses
sebelum tujuan dapat tercapai sangat penulis harapkan.
Terima kasih dan semoga persembahan yang tak seberapa ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Save Our Karst !!!
(M Iqbal Willyanto)
∗
Masukan, kritik, saran dan usulan dari pembaca dapat dikirimkan ke E-mail
iqbal.willyanto@gmail.com.
vii
Ucapan Terima Kasih
Allah SWT Yang Maha Esa, “Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahMu karya
ini bisa tercipta”.
Ayahku Bambang Willyanto dan Ibuku Sofinawati Chaniago, “Yang tidak pernah
lelah berjuang untuk membesarkan dan mendidik anakmu ini”.
Adik saya Afini Syifana, “Yang mau mengerti kakaknya yang “pendiam” ini”.
Rembulan Malamku Tiara Debby Carinda, S.Kh, “Terima kasih atas perhatian
yang engkau berikan nduk, mari kita berjuang bersama untuk meraih
mimpi kita, semangat!!!, sebentar lagi mau jadi dokter neh..hehe..”.
Keluarga Besar H. Soenardi dan Hj. Dewi, “Terima kasih eyang dan semuanya,
telah mau menyisakan waktunya saat merawatku sejak kecil dan terus
memberikan nasehat agar saya cepat lulus..hehe..cucu pertama adalah
harapan”.
Keluarga Dr Catur, “Terima kasih Pan dan Nda untuk perhatian dan nasehatnya”.
Keluarga Besar Setrajana Fisipol UGM, “Terima kasih atas tumpangannya, serta
dukungan, bantuan moriil, dan tempaannya sehingga saya menjadi kuat
dan berkarakter, akan saya ingat selalu kenangan dan persaudaraan kita
hingga sampai kapan pun”.
Dosen Pembimbing saya Prof. Dr. Phil Janianton Damanik, M.Si, Atas
bimbingan, waktu dan kesabarannya sehingga saya dapat menyusun karya
idealis ini, walaupun prosesnya lama dan penuh perjuangan. “Maaf pak
sedikit telat, tetapi akhirnya selesai juga, terima kasih banyak pak”.
Dosen penguji saya Dra. Tri Winarni Soenarto Putri, SU dan Danang Arif
Darmawan, S.Sos, M.Si, Atas segala masukan dan kritiknya sehingga
karya ini menjadi lebih baik. “Bu, Mas..saya tidak bisa merubah proses
yang telah dilalui, tapi saya bisa membuat menjadi lebih baik atas proses
yang akan dilalui”.
Pengurus dekanat ,para dosen, beserta segenap karyawan Fisipol UGM, “Terima
kasih atas bantuannya dan bimbingannya selama saya menakhodai kapal
yang bernama KPALH Setrajana”.
viii
Dosen wali saya, Prof. Dr Susetiawan, “Matur nuwun sanget pak, hidup marhaen
pak”.
Almarhum mbah Maridjan, almarhum mbah Pujo Kakung dan Putri, Atas
kenyamanan dan kehangatannya selama berkeliaran di lereng Merapi.
“Walaupun jasad kalian telah tiada, namun kenangan itu selalu ada”.
Angkatan XIV Elang Mongrang, Bagor, Panci, Andri, Umenk, Sate, Sabeth, Citra,
“Terima kasih telah menjadi keluarga selama di KPALH Setrajana, You
will never walk alone”. Dan juga mas2, mba2ku beserta adik2 ku dari
angkatan I hingga angkatan XX. “Tetap semangat dan terus berjuang,
percayalah mimpi itu pasti terwujud”.
Ankatan 2005 Sosiatri Fisipol UGM, Benny, Adi, Ody, Tito, Udin, Panci, Rifki,
Sambas, Ovic, Ririz, Kembang, dll..”Mari berjuang ke tahap
selanjutnya..hehe”.
Komunitas Veteran Fisipol UGM, “Matur nuwun sudah mengajarkan
kebersamaan di Fisipol UGM”.
Keluarga besar HIKESPI, Mas Cahyo, dr Ko, Mas Paimo, Ketex, Bengong,
Lancar, Nafik, Sodom, JT, Mas Yogi, Petrick, Mando, Julbe, Gombez,
Lele, Kawek, Molak, Kibul, Meta, Mas cucuk, Yudha, Pitik, dll. “Terima
kasih telah mengajarkan banyak hal tentang kawasan karst dan caving,
Save Our Karst”. Terima kasih juga buat Prof Eko, Mas Adjie, Mas Pindi,
untuk diskusi dan ilmunya”.
Para penggiat penelusur gua, Mas Bagus (ASC), Mas Aok (LIPI), Pa’I, Teyeng,
Mada, (ACY), Mas Er (ASC), Bamboenk, Agus “Kenyung”, Edy “Guano”
(PPA Gunung Kidul), dll atas diskusi tentang kawasan karst”.
Mas Badak, atas masukan dan sarannya terkait penelitian ini.
Rekan-rekan Pokdarwis Kali Suci, “Tetap semangat dan mandiri bro”.
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Bu Ambar cs, “Atas kesempatan dan
kepercayaan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan SKKNI
Pemandu wisata Gua”.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul, Bapak Birowo cs, “Atas
kerjasamanya dan berkegiatan bareng dalam memajukan pariwisata
Gunung Kidul.
ix
Keluarga besar Vetpagama, Atas kehangatan rumahnya, Brewok, Lendir, Kopok,
Soblok, Bang Grandong, Sotil, Banto, Tuneh, Blobok, Irus, Jepat, Idep,
Iler, Banda, Anglo, dll.
Teman-teman Mapala se-Indonesia Raya, yang pernah kusinggahi.
Teman-teman kuliah Sosiatri dari angkatan 2001 hingga 2007, “Terima kasih atas
pinjaman buku, foto copy, catatan kuliahnya”.
Teman-teman FMF, Komatri (Kapstra), KMK, JMF, Sintesa, “Atas kerjasamanya
selama ini”.
Dan seluruh energi dan kekuatan alam yang telah memberiku spirit untuk terus
berjuang demi menghasilkan karya idealis ini.....
x
Daftar Isi
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Surat Pernyataan iii
Dedicated to iv
Lembar Inspirasi v
Kata Pengantar vi
Ucapan Terima Kasih viii
Abstraksi xi
Daftar Isi xii
Daftar Gambar dan Tabel xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Alasan Pemilihan Judul 1
B. Latar Belakang Masalah 7
C. Rumusan Masalah 18
D. Tujuan Penelitian 19
E. Manfaat Penelitian 20
F. Tinjauan Pustaka 20
1. Kemitraan 21
a. Konsep Kemitraan Secara Umum 21
b. Kemitraan dalam Pariwisata 26
2. Pengelolaan Wisata Kawasan Karst 29
a. Kawasan Karst 29
b. Pengelolaan Wisata 31
c. Pengelolaan Wisata Kawasan Karst 35
3. Pembangunan Kawasan Karst 40
a. Permasalahan Pembangunan Kawasan Karst Selama Ini 40
b. Pembangunan Berkelanjutan Kawasan Karst 41
xii
1. Letak dan Kondisi Geografis 66
2. Luas 68
3. Batas 69
4. Keadaan Iklim 70
5. Zonasi Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 72
a. Zona Kali Suci 74
b. Zona Gua Buri Omah 75
c. Zona Luweng Jomblang-Grubug 76
6. Potensi Pariwisata 78
7. Jumlah Wisatawan 79
B. Kondisi Sosial Ekonomi 82
1. Kependudukan 82
2. Mata Pencaharian Penduduk 83
3. Pemanfaatan Lahan 84
4. Sistem Sosial Budaya Masyarakat 85
xiii
c. Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia 126
3. Pemeliharaan 129
a. Upaya Stakeholder dalam Pemeliharaan 129
b. Kesepakatan Bersama 133
4. Pemasaran 134
a. Penerapan Teknologi dalam Pemasaran 136
b. Pelibatan Media dan Birowisata 137
D. Kemitraan dalam Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus Karst
Kali Suci 138
1. Bentuk-Bentuk Kemitraan dan Peran yang Terjalin Antar
Berbagai Stakeholder yang Terlibat dalam Pengelolaan
Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 138
2. Jaringan Komunikasi dalam Pengelolaan Obyek Wisata
Minat Khusus Karst Kali Suci 147
E. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pengelolaan 149
1. Faktor Pendorong 149
2. Faktor Penghambat 154
xiv
Daftar Gambar dan Tabel
Daftar Gambar
Gb.1.1 Sebaran Kawasan Karst Indonesia 9
Gb.1.2 Aktivitas Penambangan Batu Gamping di Kawasan Karst
Gunung Sewu 14
Gb.1.3 Konsep Kemitraan Secara Umum 26
Gb.1.4 Hasil Analisis Evaluasi Wisata Lingkungan Terhadap
Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Karst Xinwen 45
Gb.1.5 Hasil Evaluasi Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Karst Xinwen 45
Gb.3.1 Lokasi Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 66
Gb.3.2 Unit Fisiografi Daerah Penelitian dan Sekitarnya 67
Gb.3.3 Prosentase Luas Desa di Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunung Kidul (dalam %) 69
Gb.3.4 Sungai Munggi (Hulu Kali Suci) 72
Gb.3.5 Mulut Gua Suci 72
Gb.3.6 Daya Tarik Luweng Jomblang-Grubug 76
Gb.3.7 Wisatawan di Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 81
Gb.3.8 Aktivitas Mata Pencaharian Penduduk 84
Gb.3.9 Telaga Jonge 87
Gb.4.1 Bagan Susunan Pengurus Pokdarwis Kali Suci 97
Gb.4.2 Struktur Organisasi Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul 110
Gb.4.3 Alur Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan
Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 148
Gb.5.1 Skema Permasalahan Pada Penduduk Kawasan Karst Kali Suci
Beserta Solusinya 185
Daftar Tabel
Tb.2.1 Karakteristik Informan 55
Tb.3.1 Pembagian Luas Desa di Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul 68
Tb.3.2 Data Curah Hujan Kecamatan Semanu Tahun 1998-2007 (mm) 71
Tb.3.3 Data Jumlah Pengunjung Per Pos Obyek Wisata Gua
di Gunung Kidul 80
Tb.3.4 Data Penerimaan Retribusi Wisata Alam Tahun 2004-2007 81
Tb.3.5 Jumlah Penduduk di Setiap Wilayah Desa dalam Kecamatan Semanu 82
Tb.3.6 Luas Desa Dirinci Menurut Penggunaan Lahan di
Kecamatan Semanu (Ha) 85
Tb.4.1 Peran Tiga Aktor dalam Pemberdayaan Masyarakat 141
Tb.4.2 Peran Aktor dalam Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus
Karst Kali Suci 142
Tb.5.1 Identifikasi Dampak Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus
Karst Kali Suci Terhadap Lingkungan Kawasan Karst Kali Suci 160
Tb.5.2 Identifikasi Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Lingkungan Gua
di Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 162
Tb.5.3 Analisis Tingkat Potensi Perusakan Pada Lingkungan Gua Akibat
Aktivitas Wisatawan 168
Tb.5.4 Identifikasi Dmpak Sosial yang Terjadi Terkait Pengelolaan Obyek
xv
Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci 176
Tb.5.5 Identifikasi Dampak Ekonomi Pengelolaan Obyek Wisata Minat
Khusus Karst Kali Suci 179
xvi
Abstraksi
Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah, di antaranya ialah
sumber daya alam karst. Sumber daya karst di satu sisi memiliki fungsi dan nilai-nilai
strategis yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Akan tetapi di sisi lain sumber
daya karst bersifat fragil, peka, dan mudah rusak. Selama ini pola pemanfaatan sumber
daya karst yang terjadi di Indonesia hanya mementingkan keuntungan ekonomi semata
saja, tanpa memperhatikan keberlanjutan sumber daya karst. Akibatnya, banyak kawasan
karst yang telah lenyap ditambang, gua-gua wisata banyak mengalami penurunan kualitas
dari segi estetika ornamen gua, serta terjadinya degradasi lingkungan kawasan karst akibat
“salah kelola” sehingga menimbulkan permasalahan sosial, ekonomi, dan ekologi. Oleh
karena itu, penelitian yang mengambil studi tentang pembangunan berkelanjutan kawasan
karst di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci ini ditujukan untuk lebih
mengungkapkan fenomena pengelolaan wisata kawasan karst yang dilakukan secara
kemitraan, yakni menyangkut bentuk-bentuk kemitraan yang terjalin dalam pengelolaan,
mengetahui peran masing-masing stakeholder, mengidentifikasi faktor-faktor pendorong
dan penghambat, serta untuk mengetahui apakah pengelolaan yang dijalankan secara
kemitraan selama ini telah memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan ialah
Postpositivisme Phenomenologik Interpretif dengan model paradigma naturalistik melalui
observasi partisipatoris. Informan kunci ditentukan berdasarkan prinsip purposive,
kemudian dalam perjalanannya mencari data di lapangan juga digunakan teknik snowball
sampling. Informan total berjumlah 14 orang, dalam pemilihan informan didasarkan kepada
kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari berbagai pihak,
yaitu para stakeholder pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, meliputi
informan dari pihak Pokdarwis Kali Suci sebanyak 9 orang, pihak investor ada 2 orang, dan
pihak Pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul (Disbudpar dan Aparat Desa)
berjumlah 3 orang.
Pembahasan dimulai dari sejarah pengelolaan, latar belakang dan kepentingan para
stakeholder dalam pengelolaan, serta upaya-upaya pengelolaan. Selain itu juga dikaji
hubungan antar pihak yang terlibat dalam pengelolaan menggiring pada suatu pola
hubungan kerjasama atau kemitraan, termasuk di dalamnya mengungkapkan fenomena
jaringan komunikasi dalam pengambilan keputusan di antara pihak yang terlibat.
Pengelolaan dilakukan berdasarkan kemitraan non formal, nilai yang menyertai pada
pelaksanaannya ialah norma dan etika bisnis. Bentuk-bentuk kemitraan dan peran masing-
masing stakeholder dalam pengelolaan terlihat dari beberapa tahapan, dari tahap formulasi,
implementasi, hingga monitoring dan evaluasi. Terlihat pula adanya faktor pendorong dan
penghambat dalam pengelolaan. Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
yang dilakukan secara kemitraan merupakan upaya pembangunan yang sifatnya
berkelanjutan. Walaupun demikian masih terdapat beberapa kendala yang ditemui, untuk
itu perlu dilakukan antisipasi pengembangan ke depannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ke depannya ialah perlunya kemitraan yang
dijalankan selama ini diarahkan kepada kemitraan formal, agar inkosisten komitmen
stakeholder dan kebijakan dapat diantisipasi. Selain itu perlu dilakukan kerjasama dengan
berbagai pihak yang berkompeten terkait penyusunan pedoman monitoring dampak dan
rencana pembangunan pariwisata terpadu. Agar pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dapat berkelanjutan.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kawasan karst dan goa-goa di dalamnya adalah sumber daya alam yang
mengandung nilai keanekaragaman hayati dan non hayati serta memiliki nilai-
yang unik dan langka serta mempunyai nilai yang penting bagi keberlangsungan
karst secara arif dan bijak, seperti menjadikan kawasan karst sebagai lahan hutan
alam, adalah usaha yang sifatnya berkelanjutan. Hal tersebut dapat terwujud,
kemasyarakatan.
1
daya manusia untuk menangani obyek wisata alam, serta tidak adanya pengertian
akan pentingnya masyarakat setempat dilibatkan sejak dini sebagai mitra, pada
umumnya akan berakibat fatal bagi sumber daya alam yang dikelola. Akibatnya,
pemandu wisata atau pengelola yang profesional dan banyak kendala lainnya. Hal
ini diperparah, bila yang dikembangkan untuk tujuan wisata ialah kawasan karst
dan goa-goa yang sensitif terhadap pencemaran, jika sekali rusak tidak akan dapat
dinamis tetapi sangat peka dan rentan terhadap perubahan dari lingkungan luar.
yang indah dan menawan, hanya dilihat dari segi ekonomisnya saja. Goa-goa
yang ada dibuka secara umum dengan harapan cepat mendatangkan keuntungan
bagi pemerintah daerah tanpa melihat aspek yang lain. Itu sebabnya hingga kini,
banyak goa-goa yang dibuka secara umum telah rusak lingkungannya, baik
eksteriornya, maupun interiornya. Goa yang rusak tidak mungkin diperbaiki atau
direhabilitasi lagi. Akhirnya, kualitas goa tersebut menurun dan berakibat semakin
karst secara optimal tanpa mencemarinya (Ko, 1999;2). Pengelolaan wisata karst
2
juga turut melibatkan lembaga yang kompeten di bidang karst (karstologi, cave
tourism, hidrologi karst, dll). Kemitraan dalam pengelolaan wisata karst dengan
Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci” (Studi tentang
analisis KUWAT, peneliti melihat adanya kesempatan, biaya, waktu serta alat-alat
seperti :
minat khusus karst Kali Suci merupakan bagian dari usaha pembangunan
3
antara manusia yang satu dengan yang lain, atau kelompok manusia yang
(perspektif) Ilmu Sosiatri adalah ”suatu usaha atau upaya manusia untuk
2. Orisinalitas
Sebuah penelitian dapat dikatakan orisinil atau asli jika penelitian tersebut
satunya referensi yang ada tentang wisata karst yang peneliti jumpai ialah
4
Tourisme). Untuk penelitian lain yang berkaitan dengan wisata karst lebih
serta analisis strategi dan potensi wisata minat khusus karst. Seperti pada
perilaku pengunjung obyek wisata Gua Terawang dan Gua Kidang di Jawa
memiliki fokus penelitian pada hal analisis potensi obyek wisata alam gua
pada potensi gua sebagai obyek wisata alam. Begitu juga telaah mengenai
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh You, dkk (2011), dengan
dilakukan pada obyek wisata alam selain karst dan gua. Seperti pada tesis
pariwisata alam di taman nasional Bali Barat. Serta tesis yang ditulis oleh
Wahyudi (2010), yang lebih mengulas kajian kerja sama lintas daerah
Dieng. Selain itu, disertasi yang ditulis oleh Kassa (2009), yang memiliki
5
fokus penelitian pada konsep Co-Management untuk melestarikan Taman
Nasional Lore Lindu. Melihat hal tersebut di atas jelas bahwa topik
minat khusus karst, hal permasalahan ini masih belum dikaji oleh peneliti
– peneliti sebelumnya.
3. Aktualitas
Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci (Studi tentang Pembangunan
wisatawan yang beralih minat dari obyek wisata umum ke obyek wisata
yang sedang dilakukan pemerintah daerah Gunung Kidul. Pada tahun 2010
yang lalu, pengembangan wisata minat khusus karst menjadi salah satu
6
prioritas penggarapan obyek wisata yang dilakukan oleh pemerintah
daerah setempat.
Upaya pembangunan yang terjadi selama ini dengan berbagai model dan
macam masalah sosial yang muncul dalam masyarakat. Seperti yang kita ketahui,
dalam UUD 1945, di antaranya tujuan negara Indonesia ialah untuk melindungi
2008;44).
Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia memiliki sumber daya alam
yang melimpah dan tersebar di berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke.
itu tidak terjadi. Kesejahteraan hanya dirasakan oleh sekelompok masyarakat saja.
Pembangunan yang ada ternyata hampir-hampir tidak bermakna bagi mereka yang
7
berada di bawah garis kemiskinan. Paradigma pembangunan dengan pemanfaatan
mengejar nilai ekonomi semata saja, tanpa memperhatikan nilai lainnya seperti
menimbulkan konflik dan masalah baru. Seperti yang terjadi pada kasus Teluk
ekonomi semata saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan. Semenjak
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
masyarakat serta peningkatan daya saing daerah (UU No.32 Tahun 2004 tentang
sumber daya alam di Indonesia turut berubah, termasuk dalam mengelola kawasan
Gombong, Papua, Aceh, dlsb. Kawasan karst merupakan kawasan yang terbentuk
1
Konvensional disini dimaksudkan eksploitasi
2
Pemanfaatan SDA pada kasus Newmont, Freeport, maupun Lapindo menimbulkan konflik dan
masalah. Permasalahan yang terjadi tidak hanya pada aspek lingkungan saja, tetapi juga pada
aspek sosial.
8
dari proses pelarutan batuan kapur, dengan demikian karst merupakan sumber
daya alam yang tidak terbarukan dan mudah rusak. Sekali rusak kawasan karst
=Karst Area
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika kawasan karst dinyatakan bersifat
fragil, peka, dan mudah rusak. Di balik kerentanannya tersebut, kawasan karst
kemanusiaan, estetika, dan nilai ilmiah. Kawasan karst juga banyak memiliki
fungsi, yaitu fungsi ekologi (goa-goanya merupakan habitat hewan terbang yang
dengan penduduk yang memiliki tradisi, legenda, kepercayaan yang melekat pada
3
Kawasan karst mudah tercemar, mengingat kawasan karst merupakan sumber air bawah tanah
9
dll). Kawasan karst juga merupakan pemasok dan tandon air untuk keperluan
air sekitar 25% penduduk dunia merupakan sumber air karst (Ko, 1997). Dengan
melihat fakta ini kawasan karst dengan sungai-sungai bawah tanahnya memiliki
peranan yang sangat penting untuk kehidupan manusia di masa sekarang maupun
Salah satu potensi kawasan karst yang bernilai ekonomi ialah sebagai
bahan tambang (semen) dan pariwisata. Bila tidak berlandaskan kesadaran dan
pengertian, bahwa kawasan karst juga memiliki banyak nilai non-tambang, maka
pertambangan saja. Hal ini sering terjadi di Indonesia, seperti contoh kasus
pendirian pabrik semen di daerah Sukolilo. Pada kasus tersebut kajian AMDAL
LSM, dan para penggiat penelusur gua yang lebih memahami karakteristik
10
Selain kasus di atas banyak kawasan karst di Indonesia, penduduk lokal
Cibinong, dll. Hal ini menyebabkan degradasi lingkungan karst yang parah.
Vegetasi karst lenyap ditebang dan dijadikan bahan bakar dalam proses
pembakaran batu kapur. Kawasan karst menjadi gersang dan tandus. Sumber–
sumber air karst berkurang debitnya dan banyak yang tercemar. Sehingga lahan
daerah. Masyarakat sekitar yang tidak memiliki modal hanya bekerja sebagai
buruh tambang dengan pendapatan yang relatif kecil. Pemanfaatan kawasan karst
yang indah dibuka untuk kunjungan umum, dengan harapan dapat meningkatkan
berlebihan, dengan menonjolkan karya manusia sebagai pesaing dari karya Sang
Pencipta. Keindahan alamiah terkesan disaingi struktur buatan manusia. Hal ini
menyebabkan ketidakserasian antara alam asli yang indah dengan alam buatan
4
Sebagian besar masyarakat yang bermukim di kawasan karst bermata pencaharian sebagai petani.
Jika karst rusak maka sumber air yang digunakan masyarakat untuk pertanian dan memenuhi
kebutuhan hidup juga akan turut berkurang. Dengan demikian masyarakat akan kekurangan air
dan terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
11
yang membosankan. Interior di dalam gua diberikan penerangan, dan dibangun
Seperti yang terjadi pada Gua Jatijajar (Gombong) dan Gua Gong
(Pacitan). Pada gua gong yang merupakan termasuk gua paling indah (dihiasi
berbagai macam bentuk speleotem gua), ornamen gua tidak berkembang lagi dan
karena tangan jahil pengunjung yang tidak diawasi petugas setempat. Hal
semacam itu terjadi juga pada Gua Jatijajar. Akibatnya jumlah wisatawan yang
datang ke gua tersebut terus mengalami penurunan 5. Hal ini disebabkan jika gua
yang indah tersebut rusak, tidak akan dapat diperbaiki kembali. Kualitas gua
menurun, dengan akibat gua tersebut semakin lama semakin kurang dikunjungi
dilaksanakan secara intensif, usaha identifikasi aneka nilai yang dimiliki kawasan
5
Peneliti pernah berkunjung ke Gua Gong (dalam rangka penyusunan rancangan SKKNI
kepemanduan wisata penelusuran gua bersama Kementerian Pariwisata pada tahun 2009), dan Gua
Jatijar maupun Gua Petruk (dalam rangka mengikuti kursus Instruktur HIKESPI 2008).
6
Seperti yang terjadi pada obyek wisata Gua Petruk. Penduduk lokal (dusun Mandayana)
tersingkirkan oleh para pendatang (desa Jatijajar) yang membuka kios-kios di sekitar obyek wisata
Gua Petruk.
12
karst dalam konteks pembangunan. Pada beberapa Negara, pemanfaatan dan
lingkungan sudah terpola dengan baik dan jelas. Perwujudan dari pemikiran itu itu
diimplementasikan ke dalam tata guna dan tata ruang kawasan karst yang
dibangun berdasarkan pendekatan partisipatif. Oleh sebab itu setiap daerah yang
tersebut, perlu kiranya mengidentifikasi nilai dan potensi yang dimiliki kawasan
yang ada tepat sasaran dan tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, sosial,
maupun lingkungan. Salah satu daerah yang memanfaatkan kawasan karst dalam
pemanfaatan karst sebagai bahan tambang. Hal ini dapat dijumpai di beberapa
batu kapur, baik yang memiliki ijin penambangan maupun yang sifatnya
penambangan liar. Hal ini membuat kawasan karst Gunung Kidul terancam
13
Gambar 1.2 Aktivitas Penambangan Batu Gamping di Kawasan Karst
Gunung Sewu
Sementara jumlah penambangan yang tidak memiliki surat ijin (liar), tidak
diketahui berapa jumlahnya. Alasan klasik para penambang yakni terkait masalah
ekonomi dan lapangan pekerjaan yang minim di Kabupaten Gunung Kidul. Jika
pola pembangunan dengan memanfaatkan kawasan karst seperti ini terus menerus
dibiarkan tanpa adanya solusi, maka dapat dipastikan kawasan karst di Gunung
Kidul beberapa tahun ke depan akan habis dan tidak dapat dinikmati oleh generasi
sumber air. Menurut Adji (dalam Fakultas Geografi UGM-Biro Bina Lingkungan
14
Hidup Propinsi DIY;1997), MacDonald & Partners (1982), dan Suryono (2006),
kawasan karst di Gunung Kidul memiliki sistem sungai bawah tanah besar
(Sistem Baron dengan debit air 6.700-8.200 lt/detik) yang terdiri dari 3 sub sistem
sungai bawah tanah, yakni sub sistem Bribin (1.500 lt/detik), sub sistem Kali Suci
(Gua Suci 160 lt/detik, Buri Omah 390 lt/detik Gua Grubug 680 lt/detik), dan sub
sistem Buh putih (25 liter/detik). Ketiga sub sistem tersebut dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air di 86 desa dan 452 dusun di Kabupaten Gunung Kidul.
Ketiga Sub sistem sungai bawah tanah tersebut mulai terancam keberadaannya
jangka panjang.
Kawasan karst Gunung Kidul merupakan bagian dari kawasan karst Gunung
hingga Pacitan dan telah diusulkan oleh International Union of Speleology masuk
ke dalam salah satu warisan alam dunia 8. Bentang alam kawasan karst Gunung
Kidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena eksokarst
7
Luas wilayah kawasan karst Kabupaten Gunung Kidul mencapai 13.000 km².
8
International Union of Speleology(IUS) ialah lembaga internasional yang bergerak pada bidang
speleologi dan terdaftar menjadi anggota UNESCO pada tahun 1984. Pada tahun 1993 IUS
mengusulkan kawasan karst Gunung Sewu sebagai bagian dari warisan dunia karena keunikannya.
15
perbukitan karst, lembah karst, dan telaga karst. Sedangkan fenomena endokarst
Eko karst yang memiliki keunikan serta nilai ilmiah tinggi 9. Pencanangan Gunung
Sewu sebagai kawasan eko karst, merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
Sistem sungai bawah tanah Kali Suci merupakan salah satu obyek wisata
karst di Kabupaten Gunung Kidul yang telah dikelola. Kali Suci sebagai obyek
wisata memiliki potensi yang cukup unik dibanding daerah wisata lain, khususnya
Kabupaten Gunungkidul, Kali Suci merupakan sistem sungai bawah tanah dimana
di dalamnya terdapat banyak ornamen-ornamen goa yang indah dan menarik. Para
yang sudah terlatih 10. Pada pengelolaannya, obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci melibatkan masyarakat lokal sejak awal. Hal ini menjadi menarik untuk
dikaji dimana pengelolaan yang terjadi berdasarkan prinsip kemitraan adalah hal
yang baru dalam pengelolaan wisata minat khusus karst di Kabupaten Gunung
9
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/20432 (diakses pada tanggal 15 Januari
2011).
10
Cave Tubing ialah penelusuran sungai bawah tanah dengan menggunakan ban dalam.
16
Kidul. Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang dijalankan
investor), dapat menjadi model alternatif bagi daerah lainnya yang memiliki
dalam hal ini menjadi penting, mengingat selama ini pembangunan yang
dapat dirasakan juga oleh masyarakat lokal kawasan karst suatu daerah. Dengan
begitu potret buram kemiskinan masyarakat kawasan karst selama ini dapat
ditanggulangi.
Guna melihat lebih mendalam dan spesifik tentang fenomena yang terjadi
wisata minat khusus karst Kali Suci sebagai bahan studi. Hasil dari penelitian ini
kawasan karst, terutama terkait hal pembangunan pariwisata karst dalam rangka
ekonomi, dan sosial. Sehingga kawasan karst dan sejuta pesonanya tidak hanya
dapat dinikmati generasi saat ini saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh generasi
yang akan datang. Mengingat kawasan karst di Indonesia mulai lenyap satu per
17
C. Rumusan Masalah
adalah suatu tantangan atau rintangan yang harus dilalui oleh manusia atau
keluarnya.
sebagai berikut:
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci Gunung Kidul
selama ini?
18
3. Apakah pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
D. Tujuan Penelitian
mempunyai arah yang jelas dan sistematis. Tujuan penelitian merupakan jawaban
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung Kidul,
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul,
19
E. Manfaat Penelitian
berkelanjutan.
4. Untuk ikut serta dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah yang
F. Tinjauan Pustaka
memperoleh data yang diperlukan dan mendukung analisis data. Tinjauan pustaka
diambil dari buku-buku serta sumber lain yang berhubungan dengan topik
penelitian.
situasi-situasi tertentu, tinjauan pustaka dapat menjadi bagian yang sama penting
dalam menemukan data, seperti juga kegiatan lapangan (Glaser dan Strauss,
ini, maka dalam paparan tinjauan pustaka dibahas tentang: kemitraan (meliputi
20
kawasan karst (meliputi kawasan karst, pengelolaan wisata, dan pengelolaan
berikut:
1. Kemitraan
pembangunan nasional, yakni dengan cara memberikan peran yang setara kepada
dalam hal ini sudah lebih transparan dan mengembangkan kepemimpinan yang
berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh,
persekutuan atau perkongsian. Bertolak dari sini, maka kemitraan dapat dimaknai
sebagai,
21
“Suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu
ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan, dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan
tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik” (Sulistyani, 2004;129).
kerjasama yang terjadi antara civil society, pemerintah dan atau swasta dalam
c) Ada kesepakatan.
d) Saling membutuhkan.
Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih
baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Dengan
bermitra, dan bukan sebaliknya ada satu pihak yang dirugikan atau merugikan.
Untuk terjadinya sebuah kemitraan yang kuat dan saling menguntungkan serta
informal yaitu bentuk kemitraan yang tidak didasarkan pada aturan atau
menyertai adalah norma dan etika bisnis. Sedang kemitraan formal yaitu
22
hubungan kemitraan yang didasarkan pada aturan formal yang telah disepakati
oleh pihak yang terlibat. Kesepakatan secara tertulis memuat hak dan kewajiban
(partnership) yang menempatkan yang satu dengan yang lainnya dalam posisi
sejajar atau setara serta saling membutuhkan. Mengacu pada prinsip tersebut,
maka pola kemitraan juga harus mengacu kepada prinsip saling menguntungkan,
bukan sebaliknya, dengan suatu pengertian menjaga agar hubungan tersebut tidak
membebani salah satu atau kedua belah pihak yang sedang bermitra (Jayaputra,
menjadi:
yang terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya
pada satu pihak belum tentu memahami secara benar akan makna sebuah
persekutuan yang dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua dilakukan
serta disepakati. Ada suatu yang unik dalam kemitraan semacam ini,
bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-sama merasa penting untuk
23
semu semacam ini tampak nyata terjadi pada pola pembangunan yang
mengetahui apa makna atas semua itu, walaupun mereka yakin bahwa itu
24
a) Subordinate Union of partnership, kemitraan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih yang memiliki status, kemampuan atau kekuatan yang tidak
seimbang satu sama lain. Dengan demikian hubungan yang tercipta tidak
berada dalam satu garis lurus yang seimbang satu dengan yang lainnya,
kondisi demikian ini mengakibatkan tidak ada sharing dan peran atau
berdasarkan kekuatan para pihak yang bermitra, tetapi yang paling utama
ditekankan pada visi-misi yang saling mengisi satu dengan yang lainnya.
serta masyarakat, LSM/organisasi pada satu sisi, sedangkan pada sisi lain peran
25
memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan
dan proporsi masing-masing pihak yang terlibat. Terjadi pooling of resources atau
kombinasi terbaik agar memberi nilai tambah (sinergi) dalam kegiatan kemitraan
Pemerintah
Swasta Masyarakat
maupun masyarakat saling terkait satu sama lain. Artinya, masing-masing pihak
saling membutuhkan dan saling mengisi, dengan begitu kekurangan dari satu
masyarakat, maupun swasta berada pada posisi setara dan saling membutuhkan.
hubungan ekonomi atau bisnis semata saja, tetapi dapat juga digunakan dalam
pola hubungan dengan bidang lain, seperti pariwisata, lebih khususnya pada
26
menguntungkan yang terjalin berdasarkan kepedulian, kesetaraan dan
kemitraan resmi, antara bebagai pihak yang terlibat dalam sektor publik dan
swasta, guna meningkatkan daya saing suatu obyek wisata. Mengingat Sektor
sebagai berikut:
maupun pihak swasta dalam berbagai macam hal yang menunjang kegiatan
wisata, termasuk dalam hal pengelolaan obyek wisata. Lingkup kemitraan dapat
daya tarik obyek wisata, promosi dan pemasaran obyek wisata, pendanaan,
27
dan keunggulan tersendiri, meskipun ukuran, jenis, dan sifatnya berbeda-beda.
hak dan kewajiban pada tingkatan individual, komunitas, dan pemerintah atas
satunya yakni bertujuan sebagai bisnis. Birch (2003, dalam Loza, 2004),
memaparkan saat ini kemitraan dalam pariwisata dapat dilihat sebagai cara baru
kemampuan, merupakan bisnis yang baik dan dapat mengatasi isu-isu sosial
dengan harapan ada komitmen yang kuat dari para stakeholder untuk
Selain karena alasan bisnis, terdapat pula beberapa alasan lain yang
1999;104), ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Pemda Kodya Surakarta
28
merupakan alasan utama pemerintah daerah melakukan kemitraan dalam
pariwisata terbatas.
a. Kawasan Karst
diambil dari nama suatu daerah di sebelah timur kota Trieste (Italia), yang saat ini
terletak di Negara Slovenia. Daerah itu pada akhir abad 19 tampak dari laut
tanpa ditumbuhi satu pohon sekalipun. Dalam bahasa daerah Slovenia disebut
“Krs”. Oleh para ilmuwan Jerman disebut “Karst”. Hingga saat ini, secara
gamping. HIKESPI (2007;26) memaparkan istilah karst ialah, Suatu bentang alam
formasi batuan karbonat (CaCO 3 , MgCO 3 atau campuran keduanya) yang telah
(1995;226), “Karst adalah daerah yang terdiri dari batuan kapur yang berpori,
29
sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam
karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat
pelarutan batu-batuannya di dalam air, yang lebih tinggi dari kawasan lain.
Terlepas dari beberapa definisi karst di atas, Cvijik (dalam Fak Geografi
1) Holokarst, merupakan salah satu tipe karst yang mempunyai tingkat dan
pada tipe ini ialah banyak dijumpainya topografi yang berbentuk doline,
uvala, polje, natural bridge dan sistem perguan dengan sedikit atau tanpa
gamping pada tipe merokarst sangat tipis, dengan batuan tidak semuanya
secara meluas pada suatu daerah yang luas. Pada tipe ini banyak
dijumpainya patahan-patahan.
11
Doline ialah cekungan-cekungan di daerah karst yang berkelompok maupun tunggal, depresi
dari cone/bukit. Uvala ialah cekungan yang memanjang dan tidak rata, lembah memanjang dan
berkelok-kelok, dasarnya menyerupai cawan di daerah karst. Polje ialah depresi ekstensi daerah
karst tertutup di semua sisi, lantainya tidak permeabel, dengan batasan terjal di beberapa bagian
dan sudut yang nyata. Natural bridge ialah suatu fenomena yang menyerupai jembatan di daerah
batu gamping. Drainase ialah pola atau sistem aliran-aliran.
30
Melihat tipologi karst di atas, kawasan karst yang berada di Gunung Kidul
atau biasa disebut Gunung Sewu, merupakan kawasan karst yang memiliki
karakteristik antara tipe holokarst dan merokarst. Sedangkan kawasan karst dalam
penelitian ini, yakni kawasan karst Kali Suci merupakan bagian dari kawasan
karst Gunung Sewu dengan karst bertipe holokarst, dimana banyak dijumpainya
sungai bawah tanah dan sistem perguaan yang kompleks. Kawasan karst dengan
tipe holokarst dikenal dengan keindahan ornamen gua, kaya akan bentang karst
yang berbagai macam bentuk, sistem sungai bawah tanah dan gua yang komplek,
karst dengan tipe ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata
b. Pengelolaan Wisata
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, dapat juga merujuk kepada
pengelolaan memiliki sifat berkelanjutan. Cox (1985, dalam Dowling dan Fennel,
31
2003;2, dalam Pitana dan Diarta, ibid.,h.81) memaparkan, ada 5 prinsip yang
keunikan lingkungan. Hal ini agar pariwisata di suatu wilayah atau daerah
daerah lainnya.
wisata, membuat suatu daerah tersebut kaya akan atraksi wisata dan dapat
lingkungan lokal. Sama halnya dengan apa yang dijelaskan pada prinsip
tersebut memiliki ciri yang khas dan berbeda dengan daerah wisata
lainnya.
32
5) Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
saja, tetapi juga berdampak positif terhadap aspek sosial dan lingkungan
Ibarat dua sisi mata uang koin, pariwisata di satu sisi dapat memberikan
daya alam dan lingkungan jika dikelola dengan baik. Namun di sisi lain,
2) Keberlanjutan ekonomi.
33
3) Peningkatan integritas budaya.
wisatawan dengan komunitas lokal. Dimana terjadi hubungan timbal balik yang
masing.
daya pendukung pariwisata. Dimana hal ini hanya bisa dicapai melalui proses
penanaman tat nilai dan norma melalui proses pendidikan dan pembelajaran.
Lane (2004, dalam Cater 2003;44, dalam Pitana dan Diarta, ibid., h.87), ada
beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari adanya pelibatan berbagai pemangku
34
• Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, memungkinkan adanya
akhirnya manfaat yang dirasakan tidak hanya dapat dinikmati generasi saat ini
saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
sebagai obyek wisata alam, merupakan usaha yang sifatnya berkelanjutan, apabila
35
persyaratan ketat dipenuhi, yakni pengelolaan yang dilakukan secara profesional,
ini pendayagunaan dan pemanfaatan kawasan karst sebagai obyek wisata alam
wisata gua hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan daerah, tanpa sedikit
Pemandu wisata gua yang ada selama ini tidak memiliki kapasitas, dan
membiarkan pengunjung gua untuk bebas berkeliaran di dalam gua tanpa diawasi.
sebagainya. Hal tersebut yang membuat kualitas gua-gua obyek wisata menurun
Oleh sebab itu setiap pengelola obyek wisata gua tidak cukup hanya
menyediakan dana untuk pembangunan secara fisik (sarana dan prasarana) saja,
(upah, pemasaran), serta pendidikan sumber daya manusia yang memahami segala
terhadap pengunjung dan sumber daya alam. Amat disayangkan selama ini
36
Pengelolaan kawasan karst seharusnya bertitik tolak kepada tiga prinsip
pengertian yang dianut secara internasional, konservasi bukan berati tidak boleh
“Gua alam yang mulai dikenal dan dikunjungi banyak orang, wajib
selekasnya dibuka untuk umum, agar tidak tambah rusak oleh kunjungan
yang tidak terkendali dan tidak terawasi, dengan syarat pengembangan
dan pengelolaannya dilakukan secara profesional”(World Association
of Commercial Cave, dalam Ko, 2001;1).
Jadi permasalahan utama dalam pengelolaan wisata kawasan karst dan gua
di Indonesia ialah ada tidaknya pihak yang sanggup mengelola kawasan wisata
tidak dapat diperbaiki dan diperbaharui. Oleh sebab itu, pengelolaan obyek wisata
gua di kawasan karst wajib memperhatikan seluruh kawasan di atas dan sekeliling
dan World Bank di Bangkok, bahwa pengelolaan gua untuk tujuan pariwisata
berarti pengelolaan gua secara keseluruhan, tidak terbatas pada lingkungan bawah
saja (Ko, 1999;2). Lebih lanjut dalam presentasi tersbut beliau juga memaparkan
strategi dalam pengelolaan wisata kawasan karst dan gua-gua di dalamnya untuk
37
dan gua. Pengelolaan yang demikian hanya dapat berhasil jika pengelolaan wisata
dilakukan pengunjung,
8) Penerapan zonasi di dalam gua, meliputi public zone (zona umum), buffer
zone (zona penyangga), transition zone (zona transisi), main visitor zone
(zona inti), zona inti meliputi beberapa sub zone, yakni: cave entrance
(mulut gua), intensive sub zone (sub zona intensif), dan close sub zone
(sub zona tertutup), sehingga akan jelas zona mana saja yang dapat
pengunjung. Zona yang tidak boleh dimasuki pengunjung yakni zona yang
38
di dalamnya terdapat hewan-hewan gua, ornament yang mudah rusak,
karena akan mengganggu pertumbuhan ornament gua dan iklim gua yang
11) Melibatkan penduduk lokal dalam pengelolaan gua, penduduk lokal harus
garis besar bahwa mengembangkan serta mengelola wisata karst dan gua tidak
Selain itu pendidikan sumber daya manusia dan pemandu wisata gua wajib
39
suatu kawasan karst dan gua-gua di dalamnya sebagai obyek wisata. Faktor-faktor
pokok tersebut yakni perencanaan yang matang, adanya dukungan dana yang
memadai, pembangunan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan
ilmiah tinggi sejak tahun 1980. Walaupun telah dikenal cukup lama, pengelolaan
dan pemanfaatan kawasan karst masih bersifat eksploitasi semata. Belum ada
karst dalam jangka panjang. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan yang masih
kawasan karst (khususnya Gunung Sewu), sebagian besar masih hidup di bawah
garis kemiskinan. Masalah utama masyarakat kawasan karst Gunung Sewu ialah
tekanan penduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan pertanian. Mengingat
sebagian besar masyarakatnya ialah petani. Hal ini diperparah dengan masalah
40
Ko (op.,cit, p. 1-2) dalam Workhsop Nasional Pengelolaan Kawasan Karst
yang diadakan di Wonogiri mengidentifikasi tiga fase kerusakan yang terjadi pada
kawasan karst Gunung Sewu dan berimbas kepada masyarakat Gunung Sewu.
Fase-fase tersebut ialah: Fase satu (Tahun 1850 hingga 1950 terjadi pembabatan
habis vegetasi karst, hal ini menyebabkan erosi, berkurangnya kesuburan tanah
dan debit sumber air karst), Fase dua (Mulai 1970 hingga kini terjadi aktivitas
penggalian batu gamping, untuk dibakar menjadi kapur, serta untuk industri
semen, hal ini mengakibatkan menyusutnya secara drastis debit sumber air karst,
dan pencemaran lingkungan oleh debu dan asap), Fase ketiga (jika tidak
dilakukan tindakan, dalam waktu dekat sumber daya batu gamping akan habis
total, tersisa lahan rusak dan gersang sehingga tidak bisa ditanami, akibatnya
terjadi pemiskinan total pada masyarakat lokal). Untuk itu dibutuhkan suatu
strategi pemecahan masalah terkait kondisi yang terjadi. Strategi tersebut dapat
41
“Sustainable development is development that meets the needs of the
present without compromising the ability of future generations to meet
their own needs” 12
tanggungjawab bersama dan tidak terlepas dari pembangunan aspek ekonomi dan
sosial. KTT Bumi 1992, telah menghasilkan Deklarasi Rio, Agenda 21, Forest
tiga pilar utama yang saling terkait dan saling menunjang, yakni pembangunan
Hidup, dengan bantuan UNDP pada Maret 1997 mengeluarkan dokumen agenda
pembangunan tetap berlanjut. Strategi tersebut terdiri dari empat program utama,
12
Dalam http://www.undocuments.net/wced-ocf.htm
42
dampak negatif dan menyebabkan degradasi ekologi dan lingkungan. Oleh karena
di satu sisi ingin memanfaatkan kawasan karst dan gua-gua di dalamnya untuk
keuntungan ekonomi, namun di sisi lain pariwisata karst juga dapat mengganggu
kelestarian karst jika dikelola tidak sesuai dengan prinsip konservasi. Oleh sebab
kelestarian sumber daya alam dan budaya. Pembangunan sumber daya (atraksi,
kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang. Kualitas jasa dan
layanan yang dihasilkan dalam hal ini harus terjamin, agar wisatawan yang
43
ketidakharmonisan hubungan sosial, serta tidak menghilangkan budaya
dari aspek ekonomi kegiatan wisata dapat meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
pariwisata).
keunikan ekologi gua, sistem hidrologi, dan nilai-nilai lain yang bersifat
Pada azas konservasi poin pertama, kegiatan wisata harus dapat dinikmati
dalam jangka panjang, yang berarti tidak hanya untuk saat ini saja, tetapi juga
untuk waktu yang akan datang. Ini yang menjadi dasar dari pengelolaan wisata di
kawasan karst dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan oleh You, Chen, dan Song di Xinwen Geological Park (2011),
44
lingkungan masyarakat sekitar, serta keserasian antara masyarakat lokal dan
wisata
Kualitas Sosial-Lingkungan
Pelaksanaan wisata
Pengelolaan wisata
24%
67%
45
Dari hasil analisis penelitian tersebut, keberhasilan pembangunan
lingkungan. Hal ini menjadi wajar, mengingat sumber daya alam (lingkungan
karst) merupakan daya tarik utama dalam pariwisata karst. Oleh sebab itu,
terdapat dua faktor yang menentukan eksistensinya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yakni, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
merupakan ancaman atau gangguan yang berasal dari luar kegiatan wisata karst.
Sedangkan faktor internal merupakan gangguan yang berasal dari dalam kegiatan
pertanian terbatas. Hal ini berdampak juga terhadap eksistensi pariwisata karst.
Pembukaan lahan baru oleh masyarakat di sekitar kawasan wisata karst dapat
menimbulkan konflik dan terganggunya kegiatan wisata karst. Selain itu degradasi
debit air pada sistem sungai bawah tanah. Tentu saja ini berdampak besar bagi
pariwisata karst yang menjadikan sistem sungai bawah tanah menjadi daya tarik
46
masing wilayah kawasan karst. Sedangkan potensi kerusakan yang ditimbulkan
1) Potensi kerusakan secara kumulatif, dalam kasus ini ada hubungan antara
pulih kembali,
(HIKESPI, 1996).
dimaksud ialah berkelanjutan untuk sumber daya alamnya (kawasan karst dan
(wilayah penelitian).
47
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pilihan Metode
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
1999). Hal itu sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Berg (1989) yang
karakteristik, perumpamaan, simbul dan deskripsi dari suatu hal. Sementara itu
kualitatif maka diharapkan penelitian dapat lebih mendekatkan diri pada objek-
ada dan sifat-sifat tersebut cenderung membuahkan konfidensi yang lebih besar
mencari esensi dan mengimplisitkan nilai moral dalam observasi, analisis dan
kebenaran empirik etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan
48
Phenomenologik bukan hendak berfikir spekulatif, melainkan hendak
reflektif untuk mengangkat makna etik dalam berteori dan berkonsep di balik
fenomena empirik, kriterianya lebih tinggi lagi dari sekedar mencari truth or false
Naturalistik dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting), apa adanya,
tidak dibuat-buat atau sumber datanya tidak dikenai suatu tindakan (eksperimen),
oleh karena itu instrumen yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian
fenomena dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Penulis
menempatkan subyek yang diteliti dalam kedudukan yang sejajar, karena tujuan
13
Konteks Natural menurut Guba yaitu suatu konteks kebulatan menyeluruh yang tak akan
difahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya. Suatu
fenomena hanya dapat ditangkap maknanya dalam keseluruhan dan merupakan suatu bentukan
hasil peran timbal-balik, bukan sekedar hubungan kausal linier saja.
49
utamanya adalah untuk belajar mengenai fenomena yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu unsur manusia digunakan sebagai instrumen atau alat
minat khusus karst Kali Suci. Terletak di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu,
pemilihan lokasi penelitian di kawasan objek wisata minat khusus karst Kali Suci
tersebut dikarenakan:
a) Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci belum lama dikelola.
sudah banyak dikenal oleh peneliti, hal ini dimaksudkan agar tidak
50
c) Dalam hal menghemat biaya penelitian, ada rekan-rekan penulis yang
bersedia membantu dalam pencarian data lapangan, hal ini akan semakin
C. Penentuan Informan
Penelitian ini dimulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga
sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan lebih mudah dicari maknanya
apa, dari peristiwa apa dan siapa dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu.
pengetahuan dan informasi yang lengkap dan akurat karena mempunyai hubungan
yang dekat dengan fokus penelitian. Penentuan informan kunci berdasar purposive
sampling dalam penelitian ini mempermudah peneliti dalam pencarian data awal
juga digunakan teknik “snowball sampling” (bola salju), yaitu informan kunci
yang telah dipilih diminta untuk menunjuk subyek atau informan lain yang dapat
51
seterusnya hingga data yang terkumpul dan dibutuhkan dirasa sudah cukup
1. Observasi
berdasarkan situasi yang ada tanpa adanya manipulasi (Black dan Champion,
objek wisata minat khusus karst Kali Suci yang terletak di Desa Pacarejo dan
partisipatif, yang dilakukan dengan cara peneliti tinggal di resort yang ada di
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci beberapa waktu dan di rumah Bapak
Suparlam selaku Kepala Dukuh Jetis Kulon. Peneliti juga mengikuti kegiatan
wisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dengan membantu Pokdarwis
Kali Suci saat melakukan aktivitas Cave Tubing (pada bulan Juli 2011), serta
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci selama seminggu, termasuk mengajar
52
para pemandu obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang ikut serta dalam
kursus tersebut. Lokasi penelitian yang diobservasi meliputi kawasan objek wisata
minat khusus karst Kali Suci, serta wilayah desa Pacarejo dan Kecamatan
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Hasil observasi
1. Wawancara
dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan oleh penulis. Oleh karena
itu observasi perlu dilengkapi dengan wawancara agar lebih dapat menangkap
makna dan memahami dunia pikir dan perasaan subyek penelitian terhadap
ditentukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang
berbagai hal yang diperlukan, yang berhubungan dengan masalah penelitian. Saat
hari, sehingga informan dibuat sedapat mungkin tidak menyadari apabila dirinya
53
langsung dengan informan, kemudian mengolah beberapa pandangan yang
beragam dari beberapa key person dan informan. Wawancara dipandu dengan
daftar pertanyaan (interview guide) yang bersifat setengah terstruktur dan terbuka
wawancara ditujukan kepada key person (informan kunci), yakni narasumber atau
informan yang diyakini mempunyai pengetahuan dan informasi yang lengkap dan
akurat karena mempunyai hubungan yang dekat dengan fokus penelitian, antara
lain meliputi:
oleh informan kunci) yang terlibat langsung dalam aktivitas pengelolaan wisata
minat khusus karst Kali Suci. Informan lainnya yang diwawancarai peneliti,
yakni:
54
h) Bapak Sukasno selaku seksi keamanan Pokdarwis Kali Suci
Kali Suci
l) Bapak Nunung selaku salah satu pemandu wisata minat khusus Cave
Berikut karakteristik informan dalam penelitian ini, ditunjukkan pada tabel 2.1:
Usia Tingkat
No. Nama Informan Pekerjaan
Informan Pendidikan
Swasta
Dr Cahyo Alkantana,
1. 47 S3 (Fotografer,Videografer,Instruktur
M.Sc
Selam, dan Presiden HIKESPI)
Mahasiswa (sedang menempuh
2. Naffikur Rochman, Si 29 S1
S2 Magister Manajemen)
Kepala Bidang Pengembangan
3. Birowo Adhie, ST, MT 47 S2 Produk Wisata Dinas Pariwisata
Gunung Kidul
4. Muslam Winarto 42 SLTA Petani
5. Warsito 43 S1 PNS
6. Suyanto 39 SLTA Wiraswasta
7. Lilis 29 SLTA -
8. Sukasno 48 SLTA Polisi
9. Sukendro 36 SLTA Wirasawasta
10. Wasgiyanto, SE 45 S1 PNS
11. Edi Kuwat Wahyudi 33 SLTA Guru Honorer
12. Nunung 28 SLTA -
13. Suparlam 54 SLTP Dukuh Jetis Kulon
55
14. Aswandi 44 SLTA Dukuh Jetis Wetan
Sumber: Hasil Wawancara
Dari tabel 2.1 menunjukkan bahwa umur informan dalam penelitian ini
kemampuan fisik untuk bekerja dan cara berpikir seseorang. Begitu juga dengan
peneliti, dalam hal ini peneliti tidak menemui kesulitan yang berarti dalam
3. Studi Pustaka
Studi pustaka atau telaah pustaka dapat disusun sejak awal hingga akhir
penelitian yaitu pada tahap analisis dan interpretasi data serta pelaporan. Namun
studi pustaka cenderung tidak dapat menggantikan apa yang terjadi di lapangan
dan fenomena aktual yang diamati. Penggunaan data pustaka bertujuan agar
penelitian ini lebih efisien, dan secara teoritis dipandang lebih tepat. Dalam
hand) sedangkan data yang diperoleh dari studi pustaka menjadi data pendukung
atau data sekunder. Studi pustaka dilakukan dengan membaca, memahami dan
mengolah data yang diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan
obyek penelitian.
perpustakaan Fisipol UGM dan melalui media online. Dari hasil pencarian di
56
dengan penelitian ini. Pada pencarian literatur dengan menggunakan media
(termasuk jurnal online), namun literatur yang dicari dirasa masih kurang oleh
perpustakaan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, serta koleksi literatur yang
dimiliki oleh HIKESPI, Organisasi Pecinta Alam Palawa Atma Jaya Yogyakarta,
dan beberapa rekan dari penggiat penelusur gua Yogyakarta. Pada perpustakaan
penelitian ini, begitu juga dengan koleksi literatur yang dimiliki oleh HIKESPI,
Organisasi Pecinta Alam Palawa Atma Jaya Yogyakarta, dan beberapa rekan
pada tahun 1980an). Literatur-literatur mengenai kawasan karst baru terdapat pada
4. Dokumentasi
57
a) Fotokopi dan scan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Di antaranya ialah laporan
absensi pekerja, daftar upah tenaga kerja Kali Suci, laporan pemasukan
b) Foto-foto dan video kawasan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
dan sekitarnya serta foto-foto aktivitas wisata di objek wisata karst Kali
Suci. Dokumentasi tersebut peneliti peroleh dari Pokdarwis Kali Suci dan
data wawancara.
c) Peta Administrasi Kecamatan Semanu, peta gua (sistem Kali Suci), peta
d) Brosur wisata Cave Tubing Kali Suci. Brosur wisata peneliti peroleh dari
Brosur wisata yang peneliti peroleh merupakan brosur wisata yang dibuat
58
e) Data monografi Kecamatan Semanu. Dokumentasi data monografi
Kecamatan Semanu.
Teknik pemeriksaan data ini penting dilakukan agar data yang diperoleh
1. Triangulasi
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Metode
59
Dalam penelitian ini peneliti mencoba memeriksa kevalidan data dengan
pandangan perspektif berbagai informan agar data bisa valid dan benar
adanya.
yang peneliti peroleh. Langkah ini ditempuh sebagai bahan masukan bagi
metodologi, etika penelitian dan data-data yang diperoleh dari lapangan. Tujuan
kedua dari diskusi ini adalah untuk dapat membuka pemikiran dan pengetahuan
dengan rekan yang peneliti angggap lebih paham mengenai penelitian dan tema
yang diangkat dalam penelitian ini. Diskusi dilakukan dengan dua cara, yakni
diskusi pada media online (forum penggiat penelusur gua) dan diskusi dengan
berdialog langsung bersama rekan. Pada dialog langsung peneliti juga banyak
acara Diskusi Publik mengenai Pariwisata Karst (bulan Mei 2011) yang
60
Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul,
F. Analisis Data
data berarti menggolongkannya dalam pola atau kategori. Sedangkan tafsiran atau
pola atau kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution,
op.cit.,h.126). Tugas peneliti ialah mengadakan analisis data yang diperoleh agar
tidak dapat mengadakan interpretasi dan hanya menyajikan data deskriptif saja,
maka sebenarnya penelitian itu sia-sia dan tidak memenuhi harapan (Nasution,
(karakteristik penelitian Naturalistik keenam oleh Guba) yaitu analisis data secara
ini bergerak dari unit-unit analisis khusus yang ditemukan di lapangan kemudian
ini bergerak dari unit-unit khusus yakni kemitraan (aktor dan bagaimana
perannya) dalam pengelolaan wisata minat khusus kawasan karst Kali Suci,
61
Analisisnya mengikuti temuan-temuan khusus data lapangan yang makin
penulis untuk menganalisis data sesuai dengan hasil temuan dari lapangan.
Desain penelitian yang telah dibuat pada awal proses penelitian tidak dapat
diterapkan secara kaku karena ternyata tidak sesuai dengan fakta yang diperoleh
dari lapangan. Hal ini secara otomatis juga dapat mendukung tercapainya validitas
dalam penelitian.
kemitraan yang dijalankan dalam pengelolaan wisata minat khusus karst Kali
Suci. Oleh karena itu pada proses analisis datanya juga digunakan metode
Interpretif. Metode ini berpendapat bahwa ilmu dan kebenaran itu dibangun
dan sistem bahasa, serta bersifat plastis artinya realitas tersebar dan terbentuk
62
menawarkan fungsi instrumental dan fungsi praktis dalam mengkonstruk
pengetahuan. Konsep dan ide itu bukan sesuatu yang harus di-discouvered
tantangan mengenai pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang
pembangunan berkelanjutan.
G. Pelaporan
pengelolaan wisata minat khusus karst Kali Suci. Selain itu melalui
mengevaluasi secara formatif setelah melalui proses melihat dan meneliti pola
pengelolaan di wisata minat khusus karst Kali Suci, kemudian dijadikan sebagai
fakta dan penafsiran, karena dengan laporan studi kasus deskripsi realitas ganda
yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias
secara natural tanpa adanya intervensi dari luar. Tujuan pelaporan studi kasus
63
antara lain: 1) memungkinkan transferabilitas hasil laporan pada kasus lain; 2)
ibid.,h.169).
Kawasan Karst Kali Suci menggambarkan kondisi fisik kawasan karst Kali Suci
Khusus Karst Kali Suci membahas sejarah pengelolaan dan para stakeholder
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci termasuk di dalamnya
penghambat dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Bab
64
berkelanjutan (ekologi, sosial, dan ekonomi) dalam pengelolaan obyek wisata
sebelumnya dan saran terkait pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci.
65
BAB III
Secara astronomis obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terletak
Bujur Timur. Sedangkan secara administratif terletak di desa Pacarejo dan desa
sekitar 7 km dari pusat kota Wonosari 14. Untuk menuju ke lokasi cukup mudah,
dikarenakan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terletak tidak jauh dari
dan parkiran) telah diaspal dan dapat ditempuh dengan berbagai kendaraan
bermotor. Berikut disajikan dalam gambar 3.1 mengenai lokasi obyek wisata
Gambar 3.1 Lokasi Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci
14
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunung Kidul (2009), dalam BPS Gunung Kidul (2009)
66
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan bagian dari
rangkaian jalur pegunungan yang memanjang di selatan Pulau Jawa yang biasa
Letaknya berada pada unit selatan kawasan karst Gunung Sewu. Pada daerah ini
banyak dijumpai mata air maupun air tanah pada kedalaman 60 – 100 meter di
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terletak pada ketinggian 150-
191 mdpl 15. Sedangkan wilayah Kecamatan Semanu secara keseluruhan terletak
pada ketinggian antara 150-200 mdpl. Wilayah di sekitar obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci banyak dijumpai adanya bukit-bukit karst, sistem sungai
bawah tanah, doline, serta gua-gua karst. Sesuai dengan kondisi geografisnya,
wilayah obyek wisata minat khusus karst Kali Suci memiliki potensi sebagai
daerah wisata perbukitan karst, dan wisata gua. Berdasarkan kondisi geografis
tersebut, obyek wisata Kali Suci dikembangkan sebagai obyek wisata minat
khusus karst.
Kali Suci sendiri merupakan sistem sungai permukaan dan bawah tanah,
yang alirannya berakhir di Pantai Baron, Gunung Kidul (MacDonald and Partners,
15
Berdasar peta Rupa Bumi Digital Indoneisa skala 1:25.000 Tahun 2001 (Lembar 1407-634
Semanu).
67
op.cit) 16. Gua-gua yang dilalui oleh aliran Kali Suci antara lain, Gua Suci, Luweng
Gelung, Luweng Glatikan, Gua Buri Omah, dan Luweng Grubug 17. Luweng dan
gua-gua tersebut juga merupakan bagian dari wilayah obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci. Aliran Kali Suci dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan,
sering terjadi banjir pada aliran Kali Suci. Hal ini yang harus diperhatikan oleh
para stakeholder pengelola obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dalam
2. Luas
Seperti yang telah dipaparkan di atas, obyek wisata minat khusus karst
Semanu secara keseluruhan 108,39 km² atau sekitar 7,3 persen luas total dari
Kabupaten Gunung Kidul. Kecamatan Semanu terdiri dari 5 desa, yakni Desa
Pacarejo, Desa Candirejo, Desa Dadapayu, Desa Ngeposari, dan Desa Semanu.
Desa Pacarejo merupakan desa terluas di wilayah Kecamatan Semanu dengan luas
mencapai 30,74 km². Untuk lebih jelasnya berikut rincian luas desa di Kecamatan
Semanu:
16
Peta Underground Drainase dalam Gunung Sewu Cave Survey 1982.
17
Luweng ialah penyebutan gua vertikal pada masyarakat Jawa.
68
Gambar 3.3. Prosentase Luas Desa di Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul (dalam %)
Semanu, 15.19
Pacarejo; 28,36
Ngeposari;
15,45
Candirejo;
Dadapayu;
20,33
20,67
3. Batas
Rongkop.
Untuk lebih jelasnya, uraian batas Kecamatan Semanu dapat dilihat pada
18
Dapat dilihat pada lampiran.
69
4. Keadaan Iklim
a. Suhu Udara
yang menyatakan bahwa semakin tinggi suatu daerah dari permukaan air laut
maka suhu akan semakin rendah. Jika diformulasikan dalam rumus, maka suhu
rata-rata di daerah penelitian ini yang berada pada ketinggian 150 – 191 m, dapat
T = (26,3 – 0,61.h)°C
T = temperatur/suhu
H = tinggi tempat dari permukaan air laut dalam ratusan meter
26,3 = suhu di permukaan air laut
0,61 = angka gradient untuk daerah tropis
Diketahui : h min = 150
h max = 191
Dihitung : t min = 26,3 – 0,61 (1,5)° C = 26,3 – 0,915 = 25,38
t max = 26,3 – 0,61 (1,91)° C = 26,3 – 1,1651 = 24,649
Jadi suhu udara rata-rata di daerah penelitian berkisar antara 25,38°C –
24,649°C.
b. Curah Hujan
Iklim dapat diartikan sebagai keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah
dalam waktu yang relatif lama, biasanya lebih dari sepuluh tahun. Iklim tiap-tiap
daerah berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tergantung dari unsur-unsur yang
matahari.
Tipe iklim suatu daerah dapat diketahui dengan menggunakan data curah
hujan. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Dinas Pertanian
70
Tanaman Pangan dan Holtikulktura Kabupaten Gunung Kidul, keadaan curah
hujan di daerah penelitian dapat diketahui. Data curah hujan (th 1998 – th 2007)
Tabel 3.2. Data Curah Hujan Kecamatan Semanu Tahun 1998-2007 (mm)
Rata-
Bulan/Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rata
Januari 260 360 399 417 462 306 238 313 311 136 320,2
Februari 340 332 514 263 400 513 347 209 260 308 348,6
Maret 555 357 257 459 171 273 283 290 300 289 323,4
April 254 225 296 181 192 50 43 136 220 207 180,4
Mei 119 66 104 83 49 122 109 3 3 94 64 81,3
Juni 280 7 53 113 9 31 39 133 0 51 71,6
Juli 184 2 8 39 4 - 33 220 0 3 49,3
Agustus 47 - 12 11 3 - 2 3 0 1 7,9
September 72 12 19 16 - 30 15 68 0 1 23,3
Oktober 251 233 124 254 20 56 8 187 0 53 118,6
November 255 261 337 262 197 247 184 146 17 134 204
Desember 395 311 119 181 217 457 360 438 217 483 317,8
Jumlah 3012 2166 2242 2279 1724 2085 1661 2146 1419 1730 2046,4
Bulan Basah 10 7 8 8 6 6 6 9 5 6 7,1
Bulan Kering 1 4 4 3 6 6 6 2 6 5 4,3
Bulan
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0,6
Lembab
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab.Gunung Kidul
(dalam BPS Gunung Kidul, 2009)
Dari data yang ada pada tabel di atas, curah hujan tinggi (curah hujan>100 mm)
terjadi rata-rata pada bulan Oktober hingga bulan April (Bulan basah). Hal ini
harus diperhatikan oleh para stakeholder obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci dalam menjalankan aktivitas wisata. Karena saat curah hujan tinggi, Kali
wisatawan.
71
5. Zonasi Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan bagian dari
kawasan Gunung Sewu. Kali Suci dapat dikatakan memiliki bentang karst yang
unik, dikarenakan Kali Suci merupakan hilir dari sungai permukaan yang cukup
panjang, yakni Sungai Munggi atau biasa disebut Sungai Jirak. Sebelum
membentuk sungai bawah tanah (kemudian dinamakan Kali Suci) dan masuk ke
dalam Gua Suci, Sungai Munggi sepanjang alirannya membentuk tebing yang
terjal dan dalam. Gua Suci sendiri merupakan sistem rucutan di mana untuk
pertama kalinya Sungai Munggi berubah sifat menjadi sungai bawah tanah. Mulut
gua yang relatif sempit dan tinggi menunjukkan kuatnya pengikisan sungai ke
arah bawah.
Gambar 3.4. Sungai Munggi (Hulu Kali Suci), yang digunakan dalam aktivitas
Cave Tubing di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci (dokumentasi pribadi 2011).
Gambar 3.5. Mulut Gua Suci yang merupakan hilir dari Sungai Munggi
(dokumentasi pribadi 2011).
72
Sebagai sebuah obyek wisata karst, Kali Suci memiliki lingkungan
endokarst dan eksokarst yang unik. Lingkungan endokarst yang terdapat pada
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci banyak ragamnya, antara lain
stalagmite, canopy, flowstone, goursdym, dll. Selain itu dijumpai pula adanya
natural bridge dan collapse doline. Untuk keanekaragaman hayati yang terdapat
di kawasan karst Kali Suci juga amat unik namun rapuh. Flora dan fauna yang
yang kering, gersang, dan mengandung kadar kalsium karbonat yang tinggi,
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Untuk lingkungan guanya yang gelap, dapat
dijumpai berbagai macam hewan, seperti kalelawar, walet, udang, kepiting, ikan,
ular, dan lain sebagainya. Potensi yang ada tersebut menjadikan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci begitu unik dan dapat dikembangkan sebagai wisata
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan obyek wisata alam.
Sistem pengelolaannya harus berdasarkan zonasi. Hal ini dalam rangka untuk
wilayah. Obyek wisata minat khusus kawasan karst Kali Suci dalam
Glatikan),
73
b. Zona Gua Buri Omah,
Zona Kali Suci terdiri dari sistem sungai bawah tanah yang melintasi Gua
Suci, Luweng Gelung, dan berakhir di Luweng Glatikan. Letak zona Kali Suci
berada pada Dusun Jetis Wetan (Desa Pacarejo) dan Dusun Tegalsari (Desa
bridge, collapse doline, sungai karst. Keanekaragaman hayati yang ada juga
berbagai macam, antara lain jati, mahoni, ikan, udang, kalelawar, wallet, ular,
kepiting. Pada zona ini diperuntukkan sebagai wisata minat khusus Cave Tubing,
yakni atraksi wisata menelusuri aliran Kali Suci dengan menggunakan ban dalam.
Selain itu diperuntukkan juga oleh wisatawan dalam menikmati landsape bentang
alam karst.
Gua Suci sendiri berada pada lembah dengan kedalaman sekitar 30 meter.
Di dalam Gua Suci dapat ditemui beberapa stalagtit menggantung di atap lorong
gua, sementara flowstone menghiasi beberapa bagian dinding gua. Gua Suci yang
hanya mempunyai panjang lorong sekitar 100 meter merupakan lorong gua
tembus atau biasa disebut trough cave yang dapat ditelusuri dengan kano ataupun
ban dalam. Lapisan batu gamping yang menyusun atap lorong gua mempunyai
Luweng Gelung merupakan runtuhan yang membentuk lembah atau doline dengan
19
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Peta Zonasi Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali
Suci (peta terlampir).
74
diameter mencapai 100 meter. Aliran sungai selanjutnya menghilang, sebelum
halnya Luweng Gelung, merupakan doline yang dibentuk dari proses runtuhan dan
sebelah selatan, sungai bawah tanah yang tersingkap masuk kembali ke dalam
tanah melalui lubang gua, dan selanjutnya menjadi sungai bawah tanah yang
muncul di Gua Buri Omah. Karakteristik Luweng Gelung dan Glatikan hampir
sama, di mana keduanya dipenuhi oleh semak belukar dan beberapa pohon
berbatang keras.
Zona Buri Omah merupakan lanjutan dari aliran Kali Suci yang berbentuk
gua horizontal yang di dalamnya terdapat aliran sungai bawah tanah Kali Suci.
Zona ini terletak di Dusun Jetis Wetan (Desa Pacarejo). Pada zona ini banyak
dijumpai adanya kalelawar, udang, kepiting, dan ikan. Di sekitar zona ini
dikelilingi oleh pohon jati, serta dekat dengan telaga yang digunakan oleh
wisata minat khusus penelusuran gua semi-horisontal. Akses ke zona Buri Omah
cukup sulit, karena terletak di lembah karst (doline). Selain itu medan penelusuran
juga tergolong sulit, dengan dijumpainya beberapa lantai gua yang mencapai
kemiringan 75° dengan tinggi bervariasi dari 3 sampai 6 meter. Wisatawan jarang
yang berkunjung ke zona ini. Biasanya hanya teman-teman dari pecinta alam saja
75
c. Zona Luweng Jomblang-Luweng Grubug
Zona Luweng Jomblang-Grubug sama seperti Gua Buri Omah, masih dari
lanjutan aliran Kali Suci. Zona Luweng Jomblang-Grubug terletak di Dusun Jetis
Wetan (Desa Pacarejo). Zona ini berjarak 2,5 km dari pemukiman penduduk.
Luweng Jomblang dan Luweng Grubug terbentuk dari runtuhan yang disebabkan
oleh sungai bawah tanah atau biasa disebut collapse doline 20. Kedua luweng ini
dasar Luweng Jomblang terdapat beberapa lorong gua. Di sebelah barat laut dan
tenggara merupakan lorong sungai aktif pada musim hujan. Lorong gua di bagian
barat laut berhubungan dengan Luweng Grubug yang terletak di sebelah baratnya.
bentuk botol, dengan garis tengah di permukaan antara 20-25 meter. Luweng
Jomblang dan Luweng Grubug sangat terkenal oleh para penggiat penelusuran
gua.
20
Collapse Doline ialah doline runtuhan.
76
Pada Luweng Jomblang di dasarnya terdapat hutan purba yang kaya akan
keanekaragaman hayati karst. Tumbuhan yang hingga kini tumbuh subur di dasar
Luweng Jomblang dianggap hutan primer asli kawasan karst Gunung Sewu
menurut para peneliti. Hal ini disebabkan hutan tersebut terisolasi dan sulit
dicapai oleh masyarakat awam. Vegetasi yang terdapat di dasar luweng tersebut
antara lain: Ficus sp, Quercus ilex, Suite, Genipa Americana, Orophea Hexandra,
Reinw (Ko, 2004). Selain itu di Luweng Jomblang juga terdapat beberapa spesies
yang menembus masuk melalui aven 21. Pada dasar Luweng Grubug terdapat
sungai bawah tanah aktif yang merupakan aliran dari Kali Suci dengan debit yang
besar. Selain itu terdapat ornamen Macro Goursdym di dasarnya. Di antara kedua
luweng terdapat lorong gua bawah tanah dengan jarak kurang lebih 120 meter,
yang menghubungkan kedua luweng tersebut. Pada lorong tersebut terdapat jalan
setapak yang terbuat dari konblok berjejer. Jalan setapak tersebut dibuat oleh
21
Aven ialah jendela gua.
77
pendidikan Speleologi Indonesia. Di sisi Luweng Jomblang juga terdapat resort
yang digunakan untuk keperluan wisatawan. Selain itu Camping Ground juga
disediakan di sekitar areal resort. Untuk Luweng Jomblang dan Luweng Grubug
tidak ada sistem zonasi dalam pemanfaatannya seperti pada zona Kali Suci. Hanya
ada zona rawan dan zona inti kunjungan. Hal ini dikarenakan akses menuju ke
dasar Luweng harus menggunakan peralatan serta didampingi dan diawasi para
guide. Selama melakukan penelusuran gua, wisatawan diarahkan oleh para guide,
terkait mana jalan yang boleh dilewati oleh wisatawan. Terutama saat melintasi
6. Potensi Pariwisata
Potensi pariwisata di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
keadaan sosial dan budayanya. Potensi pariwisata di kawasan karst Kali Suci dan
sekitarnya memiliki dua tujuan dasar, yakni: a) Budaya (kegiatan pertanian karst,
kuliner lokal, spiritual, sejarah; b) Basis Alam (studi geologi, studi hidrologi karst,
Satu hal yang menarik wisatawan datang ke suatu daerah tujuan wisata
ialah budaya. Di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
terdapat budaya lokal yang telah ada sejak dulu kala. Untuk menunjang
kegiatan wisata yang telah ada, perlu dibentuk suatu konsep wisata
78
Seperti wisata pertanian karst, wisata kuliner lokal, wisata sejarah dan
kegiatan wisata di daerah kawasan karst Kali Suci tetap berjalan walaupun
saat musim hujan. Untuk itu perlu keterlibatan masyarakat dalam aktivitas
karst yang begitu spesifik dan unik merupakan laboratorium alam yang
menarik untuk dikaji dan ditelaah secara ilmiah. Nilai ilmiah yang ada
kawasan karst Kali Suci, nilai-nilai ilmiah yang ada tetap terjaga. Bahkan,
wisata penelusuran gua di kawasan karst Kali Suci dalam aktivitasnya juga
harus disisipi tentang edukasi karst, sehingga nilai wisata yang ada lebih
7. Jumlah Wisatawan
Sebelum obyek wisata minat khusus kawasan karst Kali Suci dikelola
seperti saat ini, jumlah wisatawan yang berkunjung masih minim. Berikut data
79
jumlah wisatawan Kali Suci dan perbandingan jumlah wisatawan di beberapa
obyek wisata gua lainnya di Gunung Kidul dari tahun 2004 – 2007:
Tabel 3.3. Data Jumlah Pengunjung Per Pos Obyek Wisata Gua di
Gunung Kidul
Jumlah Pengunjung
No. Pos Obyek
2004 2005 2006 2007
1. Gua Kali Suci 125 122 126 149
2. Gua Cerme 1.672 1.684 1.591 1.623
3. Gua Maria Tritis 2.125 2.581 2.627 3.045
4. Gua Bribin 711 672 749 750
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Gunung Kidul Tahun 2007
(dalam BPS Gunung Kidul, 2009).
Berdasarkan data pada tabel di atas, jumlah wisatawan yang datang ke Gua
Kali Suci sangat sedikit dibandingkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke gua
lainnya di Gunung Kidul. Setelah gua Kali Suci dan kawasan sekitarnya dikelola
menjadi obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, jumlah pengunjung
sebagainya.
kawasan karst Kali Suci dan hasil observasi di lapangan, saat ini setiap
belum lagi ditambah wisatawan yang sekedar menikmati landscape kawasan karst
Kali Suci. Setiap wisatawan yang ingin menikmati aktivitas Cave Tubing dikenai
tarif Rp 65.000,00 per orangnya. Artinya pemasukan yang didapat dari obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci untuk aktivitas Cave Tubing saja mencapai
80
Jumlah pemasukan yang didapat dari aktivitas Cave Tubing Kali Suci per
minggunya hampir menyaingi total pendapatan dari obyek wisata Gua Cerme
penelusuran gua di Luweng Jomblang dan Grubug memiliki tarif paling murah Rp
300.000,00 sampai dengan tarif exslusif 25 juta per orang. Untuk tarif resort Rp
450.000,00 per malam. Dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
Gambar 3.7. Wisatawan di Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci.
Dari kiri ke kanan: Wisatawan asing menikmati kuliner lokal di rumah penduduk, wisatawan
umum yang sekedar menikmati keindahan bentang alam karst obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci, wisatawan asing beserta penduduk lokal di resort Luweng Jomblang. (dokumentasi
pribadi 2011).
meskipun jumlah pendapatan yang diterima sangat besar tapi dari tahun ke tahun
81
mengalami penurunan pendapatan. Sedangkan dari sektor pariwisata gua terus
mengalami peningkatan yang signifikan. Prospek yang dimiliki obyek wisata gua
cukup menjanjikan untuk dapat terus dikembangkan sebagai salah satu obyek
berubah, dari yang tadinya lebih cenderung ke wisata massal berubah menjadi
1. Kependudukan
Penduduk yang bermukim di sekitar obyek wisata kawasan karst Kali Suci
saat ini adalah perpaduan antara penduduk asli dan pendatang. Jumlah penduduk
di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci adalah 58.228 jiwa dengan
14.816 KK. Perincian total populasi tersebut pada masing-masing desa dapat
sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci berjumlah 58.228 jiwa atau
kelestarian kawasan karst Kali Suci, mengingat sebagian besar penduduk bermata
82
pencaharian sebagai petani 22. Meningkatnya jumlah populasi berarti semakin
meningkatnya kebutuhan akan sumber daya lahan untuk digarap, yang pada
Kali Suci.
sektor, yakni sektor formal dan sektor informal. Menurut data komposisi mata
sebagai petani merupakan mata pencaharian yang dominan (74,7 persen). Pada
(61,87 persen). Dapat dikatakan untuk saat ini, penduduk Kecamatan Semanu
Kecamatan Semanu tidak jauh beda dengan karakteristik penduduk Gunung Kidul
22
Berdasarkan wawancara dan observasi lapangan. Data mengenai mata pencaharian masyarakat
daerah Semanu tidak tersedia, hanya terdapat data mata pencaharian penduduk Gunung Kidul
secara keseluruhan, yakni bidang pertanian yang mencapai 61,87% (sumber:BPS Gunung Kidul
2010).
23
Mengenai data statistik mata pencaharian penduduk Kecamatan Semanu tidak ada. Dalam
menggambarkan mata pencahariaan penduduk Kecamatan Semanu saat ini, data yang ditampilkan
mengacu pada data statistik mata pencaharian penduduk Kecamatan Semanu tahun 2000, data
statistik mata pencahariaan penduduk Kabupaten Gunung Kidul 2009, observasi di lapangan, serta
komparasi dengan data-data yang berhubungan dengan gambaran mata pencaharian penduduk
Kecamatan Semanu.
83
Gambar 3.7 Aktivitas Mata Pencaharian Penduduk.
Dari kiri ke kanan: Aktivitas warga saat bertani, hewan ternak warga, penjual belalang
(dokumentasi pribadi 2011).
ada juga yang bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang. Mata pencahariaan
Gunung Kidul setelah petani, yakni sebesar 12,3 persen. Banyak dijumpai warung
dan pertokoan di wilayah Semanu. Berdasar data pada tahun 2009, setidaknya di
Kecamatan Semanu terdapat pasar desa (5 buah), pasar negeri (3 buah), toko (19
buah), kios (35 buah), dan warung (468 buah). Mata pencaharian yang lain
penduduk Semanu, yakni PNS, polisi, guru, dll. Namun jumlahnya tidak sebesar
pencaharian yang dominan ialah di sektor informal, yakni sebagai petani dan
pedagang.
3. Pemanfaatan Lahan
penduduk di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci perlu diperhatikan.
mengganggu kegiatan wisata yang ada. Mengingat obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci berada pada lokasi hutan rakyat, hutan Negara, dan lahan
penduduk. Perlu adanya batasan yang jelas mengenai zonasi obyek wisata minat
84
khusus karst Kali Suci, sehingga ke depannya tidak menimbulkan konflik dengan
penduduk sekitar obyek wisata dalam hal pemanfaatan lahan. Berikut mengenai
rincian pemanfaatan lahan di sekitar lokasi obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci.
Semanu hidup rukun dan saling menghargai satu sama lain. Mereka mengakui
kades, kadus, polo, jagabaya. Selain itu.mereka juga mengakui adanya orang-
orang yang dituakan secara adat (Kami Tua). Kami Tua merupakan tokoh
informal yang mempunyai pengaruh kuat dan berperan dalam berbagai kegiatan
Kepala Desa dan Kami Tua sebagai pemimpin. Keduanya memiliki pengaruh
yang sama. Namun yang membedakan hanyalah tugas dan perannya saja. Kepala
desa dan Kami Tua menjadi sumber (tempat) bertanya dan meminta nasihat oleh
85
masyarakat tentang urusan-urusan tertentu, baik yang menyangkut masalah
berarti hubungan batin antar warga sangat erat, saling menolong dan menghormati
satu sama lain. Sikap tolong menolong diwujudkan pada kegiatan bercocok
Semanu damai dan kondisi lingkungannya sangat aman. Segala masalah dapat
cukup diselesaikan dengan lurah atau kepala desa. Apabila cara ini tidak berhasil,
hajatan akan secara sukarela dan tanpa diundang datang ke rumah pemilik hajat
para lelaki secara sigap membantu tuan rumah membangun tayub atau tenda
Setiap satu bulan sekali masyarakat juga melakukan gotong royong atau kerja
umumnya dilakukan oleh para laki-laki dari segala usia. Kondisi bersosialisasi
24
Disatru ialah dikucilkan atau tidak diajak bicara.
86
Kondisi sosial masyarakat Semanu yang demikian tidak lepas dari legenda
mereka berasal dari satu nenek moyang. Mereka menyebutnya sebagai “Mbah
Majapahit yang berhasil melarikan diri dan memulai kehidupan baru sebagai
seorang petani yang tinggal di wilayah Semanu. Lambat laun Mbah Jonge
beranak pinak di wilayah tersebut dan lahirlah sebuah generasi baru yang
sebuah telaga bernama Telaga Jonge. Telaga yang terletak di tengah-tengah desa
ini digunakan sebagai tampungan air bagi para warga yang kekurangan air ketika
musim kemarau. Mbah Jonge mewariskan sebuah budaya yang menjadi ciri khas
daerah Semanu. Kebudayaan tersebut berupa sebuah tarian yang kini dikenal
sebagai “ngibing”. Pada awalnya, tarian ini digunakan sebagai hiburan para warga
dari seseorang yang memiliki hajat. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang
wanita muda dengan gaya tarian yang cukup erotis seperti tari Ronggeng di
87
Tidak ada data akurat untuk membuktikan kebenaran-kebenaran mengenai
berdasarkan pendapat para warga yang tinggal disana, hal-hal tersebut memang
telah menjadi mitos yang dipercaya oleh seluruh warga masyarakat Semanu
sampai saat ini. Di Kecamatan Semanu juga terdapat lembaga formal maupun
dari dunia teknologi. Banyak di antaranya telah memiliki alat komunikasi modern.
Walaupun mereka telah mengenal alat komunikasi modern, para penduduk tidak
beberapa media massa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Media massa tersebut
antara lain radio, televisi, internet, koran, dan majalah. Sebagian besar masyarakat
Semanu telah memiliki pesawat televisi di rumahnya. Hal ini tidak dapat
dibuktikan secara statistik, namun hal ini dapat dilihat dari banyaknya antena TV
dewasa, kaum muda di Semanu sudah mulai mengenal internet. Para pemuda
mengkonsumsi internet selain sebagai media hiburan dan jejaring sosial, juga
88
BAB IV
A. Sejarah Pengelolaan
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci memiliki sejarah yang panjang
sebelum dikelola menjadi obyek wisata seperti saat ini. Kali Suci merupakan
sistem sungai bawah tanah. Kali Suci sebenarnya sudah mulai dirintis sebagai
tempat wisata pada era pemerintahan Presiden Soeharto sekitar tahun 1997. Saat
Namun, setelah pembangunan selesai, Kali Suci kurang mendapat perhatian dari
dengan baik, dan malah digunakan warga sekitar untuk keperluan mandi dan
mencuci. Akibatnya Kali Suci tercemar oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas
warga tersebut.
Sekian lama terabaikan, ide mengenai pengalih fungsian Kali Suci menjadi
obyek wisata karst bergulir kembali. Pencetusan ide ini muncul kembali saat
2005. Sarasehan ini dihadiri oleh 60 orang yang berasal dari anggota HIKESPI,
LSM, Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata dan Organisasi Pecinta Alam. Hasil
HIKESPI yang baru. Salah satunya yakni mengembangkan kawasan karst Kali
89
Suci menjadi sebuah obyek wisata karst. Ide mengembangkan kawasan karst Kali
Suci menjadi obyek wisata karst di dasari atas keprihatinan mengenai model
pembangunan di kawasan karst dan kondisi Kali Suci saat itu. Atas dasar itulah
Konsep yang dipilih saat itu ialah menjadikan kawasan karst Kali Suci
sebagai obyek wisata alam dan petualangan, dengan tema “Semanu Extreme
Adventure”. Inti dari konsep tersebut yakni menjadikan sistem sungai bawah
tanah Kali Suci yang terletak di Kecamatan Semanu sebagai lokasi wisata
telah dikenal oleh banyak penelusur gua maupun para peneliti karst di Indonesia
sebagai lokasi yang memiliki gua-gua yang indah, unik, menantang, serta kaya
Grubug dengan kedalaman vertikal mencapai 90 meter serta terdapat hutan purba
di dalamnya, serta Kali Suci yang memiliki bentukan eksokarst maupun endokarst
pelaksanaannya.
90
Baru pada tahun 2007, Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul mulai
Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul pula yang pertama kali mencetuskan Kali
Suci sebagai obyek wisata minat khusus karst, dengan tujuan sebagai lokasi
wisata alam penelusuran gua. Pada awalnya tujuan penamaan Kali Suci sebagai
obyek wisata minat khusus karst didasari atas keunikan bentang alam yang
terdapat di Kali Suci (berbeda dengan lokasi wisata alam lainnya) dan khusus
untuk ditujukan bagi kalangan para penggiat penelusur gua. Hal yang dilakukan
Disbudpar Kabupten Gunung Kidul saat itu memasang plang-plang penunjuk arah
menuju lokasi obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Ada sekitar 7 plang
menuju lokasi obyek wisata minat khusus kawasan karst Kali Suci. Atraksi yang
Suci. Masyarakat sekitar obyek wisata belum dilibatkan dalam kegiatan wisata.
Wisatawan yang datang masih terbatas pada para penggiat penelusur gua dari
Kemudian baru pada tahun 2009, Cahyo Alkantana selaku ketua HIKESPI
membeli tanah dan membangun resort di sekitar Luweng Jomblang saat itu ialah
minat khusus, serta menjaga Luweng Jomblang dan Grubug dari kegiatan
penambangan dan penebangan vegetasi karst. Mengingat saat itu telah terjadi
91
beberapa titik area penambangan dan pengambilan vegetasi karst oleh masyarakat
di sekitar kawasan Luweng Jomblang dan Grubug. Juga ada indikasi investor
ayam potong yang akan memakai lahan di atas Luweng jomblng-grubug untuk
peternakan ayam dengan mengangkat air dari sungai bawah tanah di Luweng
grubug. Selain itu beliau juga bertekad untuk menjadikan areal Luweng Jomblang
dan Grubug sebagai pusat pendidikan Speleologi di Indonesia. Pada awalnya ide
tersebut mendapat tanggapan miring dari beberapa pihak. Hal ini disebabkan
Jomblang dan Grubug, mengingat tidak tersedianya sumber air di sekitar lokasi
tersebut. Mendapat tantangan seperti itu, Cahyo Alkantana dengan modal “nekat”
tersebut ialah masyarakat sekitar Kali Suci. Pembangunan resort di areal sekitar
Luweng Jomblang dan Grubug membuat keinginan menjadikan Kali Suci sebagai
tujuan wisata minat khusus kembali menguat. Akhirnya para tokoh masyarakat
dan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna mengundang Cahyo Alkantana
untuk berdiskusi mengenai kondisi Kali Suci saat itu dan pengembangannya
sebagai obyek wisata minat khusus karst ke depannya. Pada bulan Agustus 2009,
Alkantana menguji coba konsep untuk atraksi wisata di Kali Suci, yakni Cave
Tubing, dan penelusuran gua vertikal. Menurut Cahyo Alkantana, konsep Cave
Tubing di obyek wisata kawasan karst Kali Suci mengadopsi dari Negara New
Zealand dan Meksiko. Uji coba konsep tersebut berjalan lancar dan sukses, dan
92
Sehabis uji coba tersebut, Cahyo Alkantana bersama Dinas Pariwisata
dan diskusi guna mewujudkan konsep yang dahulu sempat tertunda, yaitu
menjadikan kawasan karst kali Suci sebagai obyek wisata minat khusus karst.
Lalu pada tanggal 4 Oktober 2009 dibentuklah sebuah organisasi oleh masyarakat
setempat yang bernama Pokdarwis Kali Suci. Akhirnya setelah rutin melakukan
Gunung Kidul, dan masyarakat (yang diwakili Pokdarwis Kali Suci), disepakati
atraksi wisata yang akan dikembangkan di obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci ialah Cave Tubing, penelusuran gua, dan pemandangan bentang alam karst.
mengelola kegiatan Cave Tubing di areal Kali Suci (Gua Suci, Luweng Gelung,
khusus karst Kali Suci dengan Cave Tubing sebagai atraksinya. Pada pembukaan
rekan-rekan media dan wisatawan yang diundang secara khusus untuk datang
wisata minat khusus karst Kali Suci semakin banyak. Mengingat atraksi wisata
yang ditawarkan (khususnya Cave Tubing) ialah hal yang baru. Sampai saat ini
pengelolaan yang berlandaskan kemitraan di obyek wisata minat khusus karst Kali
93
Suci masih berlangsung. Pengelolaan saat ini murni dilimpahkan kepada
Pokdarwis Kali Suci, karena Pokdarwis sudah dapat mengelola obyek wisata Kali
Suci secara mandiri. Walaupun sudah mandiri, Pokdarwis Kali Suci tetap sering
yang perlu diapresiasi. Dengan begitu semua pihak yang terlibat dapat
B. Profil Stakeholder
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dalam pengelolaannya dari
awal hingga saat ini melibatkan beberapa stakeholder. Dari data yang peneliti
dalam pengelolaan.
pengaruh besar dalam hal pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
inti dalam keberlangsungan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Stakeholder inti dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
94
Suci ialah Pokdarwis Kali Suci, pihak swasta (Cahyo Alkantana dan HIKESPI),
pendukung ialah pihak media, pihak biro wisata, dan pemerintah desa. Berikut
profil para stakeholder dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
a. Sejarah Terbentuknya
terdiri dari beberapa orang yang sadar akan kebersihan lingkungan. Sekitar tahun
daerah di sekitarnya. Pada saat itu muncul sebuah ide untuk membentuk sebuah
daerah yang menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit lainnya. Namun hal
tersebut dibantah oleh salah seorang Kami Tua 25. Saat itu yang dibutuhkan
bukanlah sebuah bentuk organisasi, namun lebih kepada niat dan komitmen warga
untuk ikut andil dalam menjaga kebersihan lingkungan. Sekitar empat tahun
orang yang mengurus pengadaan kegiatan tersebut. Pada tahun 2007 inilah cikal
organisasi yang akan dibuat, maka pada tanggal 4 Oktober 2009, dibentuklah
25
Kami Tua ialah orang yang dituakan, dihormati, memiliki pengaruh dan menjadi panutan dalam
masyarakat (Jawa),
95
organisasi yang akan secara langsung ikut dalam mengelola obyek wisata minat
khusus kawasan karst Kali Suci. Pada tangggal pengukuhan organisasi ini,
diadakan pula sebuah rapat untuk membentuk pengurus Pokdarwis yang dihadiri
oleh Karang Taruna Jetis Wetan, Jetis Kulon, Tegal Sari, Kepala Dusun Jetis
Wetan dan Jetis Kulon, serta beberapa tokoh masyarakat. Dalam rapat tersebut
akan mengelola Kali Suci yang terletak di dusun Jetis dan Tegalsari, dan
sebagai ketua II, Maryadi sebagai sekertaris I, Edi Kuwat Wahyudi sebagai
sekretaris II, Suyanto sebagai bendahara I, Sudirman sebagai bendahara II, dan
Sampai pada saat ini, belum ada penggantian pengurus. Hal ini disebabkan
tidak adanya aturan tentang periode kepengurusan. Pegurus akan diganti apabila
pengurus tersebut dinilai tidak mampu lagi bertanggung jawab pada tugasnya atau
diperoleh dari kaum muda yang berminat untuk bergabung dalam tiap seksi.
Seperti organisasi lainnya, Pokdarwis Kali Suci juga memiliki visi dan
96
Kelompok Sadar Wisata Kalisuci memiliki visi untuk menciptakan
Semanu sebagai sebuah kawasan tujuan wisata gua dan sungai bawah tanah.
Sedangkan misi yang diemban oleh forum komunikasi ini antara lain:
budaya,
d. Struktur Organisasi
menjadi dasar pemikiran para pendiri Pokadarwis Kalisuci ketika organiasasi ini
PELINDUNG
1.Bupati Gunung Kidul
2.Kepala Dinas
Pariwisata Gunung
KETUA I PENASEHAT
KETUA II 1. Dr Cahyo Alkantana,
M.Sc
2. Dukuh Jetis Kulon
3. Dukuh Jetis Wetan
4. Wasiman
SEKRETARIS BENDAHARA
5. Ngali
pengurus inti yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara. Kedua disebut sebagai
pengurus harian, yaitu terdiri dari seksi humas, pengembangan jaringan, usaha,
97
kegiatan, ligkungan hidup, dokumentasi, dan keamanan. Dalam menjalankan
komando kepada para seksi dalam menjalankan kegiatan yang akan dilakukan.
orang. Setiap jabatan dalam kepengurusan inti terdiri atas dua orang anggota,
sedangkan untuk tiap seksi dalam pengurus harian dipimpin oleh seorang
koordinator. Penasehat Pokdarwis sendiri terdiri atas lima orang anggota yaitu
Bapak Cahyo Alkantana, dukuh Jetis Wetan dan Kulon, serta dua orang Kami
dilihat bahwa Muslam Winarto dan Warsito sebagai ketua I dan II berkoordinasi
dengan para penasehat yaitu Dukuh Jetis Wetan, Dukuh Jetis Kulon, Kardi,
Pokdarwis. Jabatan sekretaris diduduki oleh Maryadi dan Edi Kuwat Wahyudi,
berdasar tugas pokok dan fungsi masing-masing. Wakil ketua atau Ketua II hanya
98
Sekretaris dalam Pokdarwis mempunyai tiga tugas pokok antara lain:
Seksi humas mempunyai tugas untuk membuat berbagai macam informasi untuk
jaringan bertugas untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan objek wisata
dengan mencari sumber daya dari luar organisasi untuk meningkatkan kualitas
kerja para anggota Pokdarwis. Seksi usaha bertugas untuk mencari wisatawan
wisata yang dapat dilakukan di area Kalisuci. Seksi lingkungan hidup bertugas
flora dan fauna yang ada di Kalisuci seperti hewan-hewan yang ada di dalam gua
99
dan vegetasi karst Kali Suci. Seksi dokumentasi bertugas mendokumentasikan
kegiatan yang berlangsung dan bekerja sebagai juru gambar (foto) ketika ada
debit air yang masuk di Kalisuci dan mengamankan wisatawan dari berbagai
antara ketua sebagai salah satu contact person obyek wisata Kalisuci kepada para
ketika terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi mengenai kinerja para pengurus.
Selain kedua hal tersebut, komunikasi vertikal lebih banyak ditemukan ketika para
100
Pada rapat informal, yang sering terjadi adalah komunikasi antarpersonal.
dilakukan oleh dua orang terjadi ketika dua anggota Pokdarwis Kalisuci bertemu
dan melakukan proses komunikasi. Hal ini sering kali terjadi mengingat tempat
digunakan para anggota untuk mendekati anggota lain agar mendapatkan masukan
tentang ide yang terpikirkan oleh salah satu anggota sebelum ide tersebut diangkat
ke rapat anggota.
Pada rapat formal seperti rapat anggota, komunikasi yang terjadi adalah
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan
kelompok.
seluruh anggota Pokdarwis. Rapat kemudian dimulai dengan pelemparan isu dan
101
Terkadang rapat hanya membahas mengenai hal-hal yang mendesak
yang juga bertindak sebagai mediator mengatur jalannya proses komunikasi agar
lomba pengembangan obyek pariwisata. Dalam rapat ini, ketua rapat mengundang
rapat atau pertemuan. Diadakannya pertemuan ini tidak pasti waktu dan
tempatnya. Biasanya rapat atau pertemuan diadakan di salah satu rumah pengurus
komunikasi tatap muka lebih sering terjadi, dengan begitu menyebabkan rasa
102
menggunakan handphone untuk berbagi informasi mengenai organisasi maupun
rapat. Pada pukul 20.00 sampai 22.00 biasanya para anggota Pokdarwis
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Berdasarkan forum-
forum kecil ini, ide yang layak untuk dibahas bersama lalu diangkat ke dalam
seperti ini lebih efektif dibandingkan dengan rapat besar. Hal ini disebabkan oleh
subyek di dalamnya, agar nantinya masyarakat turut aktif dalam menjaga kegiatan
sehingga masyarakat turut ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan wisata
103
di daerahnya. Melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam pengelolaan suatu
obyek wisata adalah hal yang sulit. Untuk itu dibutuhkan suatu lembaga atau
organisasi yang mengakomodir ide dan keinginan dari masyarakat. Pada kasus
khusus karst Kali Suci tidak terlepas dari kepentingan masyarakat di sekitar obyek
wisata. Hal ini mengingat Pokdarwis Kali Suci dibentuk bersama-sama oleh
masyarakat. Kepentingan Pokdarwis Kali Suci tercermin dalam visi dan misi yang
Yakni, menciptakan Semanu sebagai sebuah kawasan tujuan wisata gua dan
sungai bawah tanah. Oleh karena itu Pokdarwis sebagai sebuah organisasi yang
mewakili masyarakat, turut serta melibatkan diri dalam pengelolaan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci, dengan harapan agar nantinya Semanu khususnya
Kali Suci menjadi sebuah kawasan tujuan wisata gua dan sungai bawah tanah.
minat khusus karst Kali Suci ialah menjaga lingkungan obyek wisata Kali Suci
wisata Kali Suci, serta mengakomodir ide dan harapan masyarakat terkait obyek
wisata Kali Suci. Hal ini dapat dilihat saat Pokdarwis Kali Suci mengkoordinir
warga sekitar untuk turut serta dalam kerja bakti rutin di obyek wisata Kali Suci
maupun sekitarnya. Selain itu Pokdarwis Kali Suci kerap melakukan dialog
bersama warga terkait hal pemanfaatan lahan dan vegetasi di lokasi obyek wisata,
104
pengelolaan obyek wisata Kali Suci kepada Dinas Pariwisata Gunung Kidul
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci ialah sebagai sumber
pendapatan kas desa yang berasal dari kegiatan wisata di obyek wisata Kali Suci,
kegiatan wisata Kali Suci. Adanya pendapatan dari obyek wisata Kali Suci ke kas
desa, membuat desa memiliki dana untuk melaksanakan program secara swadaya,
mengingat alokasi dana yang diberikan dari pemerintah daerah amat minim.
Menurut Kepala Desa dan Dusun setempat, dana yang bersumber dari kegiatan
pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Seperti, jasa pemandu
yang berkunjung.
2. Profil Investor
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dapat eksis seperti saat ini,
tidak terlepas dari dukungan pihak investor (Cahyo Alkantana). Cahyo Alkantana
minat khusus karst Kali Suci. Hal tesebut juga diamini oleh anggota Pokdarwis
Kali Suci. Beliau merupakan ketua dari organisasi profesi dan keilmuan
105
Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia atau biasa disingkat HIKESPI. Sebagai
“sesepuh” dalam kegiatan penelusuran gua Indonesia, beliau telah lama “bermain”
ke wilayah Gunung Sewu (terutama Kecamatan Semanu) sejak 1984. Pada saat itu
beliau merupakan anggota dari Mahasiswa Pecinta Alam Atma Jaya Yogyakarta
mengenai gua dan kawasan karst. Gua yang berkesan menurut beliau ialah Gua
karst Kali Suci). Beliau berkomitmen untuk menghijaukan kembali kawasan karst
Kali Suci yang merupakan tempat “bermainnya” sejak dulu. Atas dasar itulah
karst Kali Suci menjadi obyek wisata minat khusus karst, dengan harapan agar
kawasan karst Kali Suci tetap terjaga kelestariannya, terutama dari penambangan
liar batu gamping yang ada di Kecamatan Semanu. Total dana yang digelontorkan
beliau mencapai 3 milyar rupiah dengan rincian pembelian tanah di sekitar gua
26
Speleologiwan ialah sebutan untuk pemerhati lingkungan karst dan gua.
106
a. Jaringan Investor
minat khusus karst Kali Suci tidak terlepas dari Cahyo Alkantana selaku Ketua
(Nafikkur Rochman) sebagai manajer pengelolaan resort. Untuk anggota yang lain
lebih fokus kepada pendampingan dan pembinaan Pokdarwis Kali Suci dalam
bidang jasa kepemanduan. Selain itu dalam pengelolaan obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci, Cahyo Alkantana selaku ketua HIKESPI juga turut
Kidul secara langsung. Jaringan yang dimiliki oleh Cahyo Alkantana tersebut
Suci, terutama dalam hal birokrasi, perijinan, dan penyediaan sumber daya
manusia.
saat ini mulai dilirik sebagai tempat tujuan wisata. Gua-gua yang indah dan penuh
kegiatan wisata di kawasan karst. Atas dasar itulah kegiatan wisata di kawasan
karst dinilai memiliki peluang bisnis yang menjanjikan. Begitu juga dalam
pengelolaan kawasan karst Kali Suci sebagai obyek wisata. Pengelolaan obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci tidak luput dari kepentingan bisnis pihak
107
investor (Cahyo Alkantana). Sebagai pihak yang mengetahui potensi wisata di
sistem sungai bawah tanah Kali Suci, Cahyo Alkantana berinisiatif menjadikan
kawasan karst Kali Suci sebagai pusat kegiatan wisata penelusuran gua.
Pembangunan resort di pinggir Luweng Jomblang dirasa memiliki nilai jual dan
ini adalah hal yang baru, dan dapat menarik wisatawan kelas menengah ke atas.
Selain sebagai tujuan bisnis, pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci juga ditujukan sebagai pusat pendidikan kegiatan Speleologi. Mengingat
endokarst kawasan karst Kali Suci dinilai cocok sebagai tempat pelatihan dan
pendidikan Speleologi.
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci juga melibatkan
Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul, dimana dalam hal ini diwakili oleh
pokok dan fungsi. Tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Disbudpar
108
5) Pelaksanaan pembinaan usaha dan pemasaran wisata,
berkontribusi dan ikut terlibat dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Kidul
Kabupaten Gunung Kidul dipegang oleh Kepala Dinas. Di bawah Kepala Dinas
109
Yakni, sub bagian perencanaan, keuangan, dan umum. Sejajar dengan jabatan
sekretaris terdapat kelompok jabatan fungsional. Selain itu terdapat juga bidang-
wisata, dan bidang usaha dan prasarana wisata. Masing-masing bidang tersebut
dikepalai oleh satu orang Kepala Bidang. Berikut bagan strukur organisasi
Kepala
Kelompok Sekretaris
Jabatan
Fungsional
UPT
sebanyak 83 orang, dengan rincian terdiri dari 64 orang PNS, dan 19 orang tenaga
dari tingkat pendidikan SD hingga tingkat pendidikan S2. Pegawai yang memiliki
110
jabatan tinggi berasal dari tingkat pendidikan S1 dan S2. Pada pengelolaan obyek
wisata minat khusus karst, Birowo Adhie, ST. MT selaku Kepala Bidang
wisata minat khusus karst Kali Suci antara lain, memfasilitasi diskusi antara
masyarakat sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dengan pihak
111
dan prasarana pendukung, membantu pemasaran obyek wisata minat khusus karst
wisata di Kali Suci dan kepastian alokasi ruang untuk kegiatan investasi,
pariwisata, serta jaminan keamanan di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
4. Stakeholder Pendukung
wisata minat khusus karst Kali Suci juga melibatkan beberapa stakeholder
Desa. Pihak Media dalam hal ini membantu pemasaran obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci. Pihak media yang terlibat antara lain media cetak maupun
elektronik. Media cetak yang pernah mempromosikan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci antara lain, Majalah National Geographic Traveler, Koran
peliputan-peliputan di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, antara lain
kali liputan), Program “Harmoni Alam” Trans TV, Program “Panji Sang
Petualang” Global TV, Program “Metro Expedition” Metro TV, Program “Nuansa
112
1000 Pulau” TV One, Program “Cita-citaku” Trans7, serta Acara Reality Show
Selain stakeholder dari pihak media, terdapat juga stakeholder dari biro
wisata. Antara lain biro wisata “Rakata Adventure”. Biro wisata ini membantu
juga dalam mempromosikan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, yaitu
dengan membantu dalam pembuatan brosur obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Kepentingan pihak media maupun biro wisata terkait pengelolaan obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci ialah kepentingan bisnis. Di mana dalam hal
ini pihak media maupun biro wisata membantu dalam hal pemasaran.
melalui Kepala Desa mengeluarkan SK pembentukan Pokdarwis Kali Suci, hal ini
agar Pokdarwis Kali Suci memiliki wewenang yang legal dalam melakukan
pengembangan dan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. selain
Sebelum dikelola menjadi obyek wisata, kawasan karst Kali Suci hanya
dikenal oleh para penggiat penelusur gua dan masyarakat sekitar saja. Perubahan
drastis mulai dirasakan ketika kawasan karst Kali Suci mulai dikelola sebagai
obyek wisata minat khusus karst. Kawasan karst Kali Suci yang dulunya sepi, kini
setiap hari terutama akhir pekan banyak dikunjungi wisatawan. Sebelum Kali Suci
dikelola, jalan utama menuju Kali Suci yang merupakan jalan desa masih berbatu.
Saat ini jalan tersebut sudah diaspal, sehingga semakin mempermudah masyarakat
113
yang dirasakan tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Menurut berbagai
khusus karst Kali Suci antara lain, perencanaan, pengembangan dan pengelolaan,
pemeliharaan, dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
1. Perencanaan Pengelolaan
Seperti yang telah dipaparkan pada sub bab mengenai sejarah pengelolaan,
sejak tahun 2005 kawasan Kali Suci memang ditujukan sebagai wisata minat
khusus, dalam hal ini penelusuran gua. Kemudian pada tahun 2009, Cahyo
menjadikan kawasan Kali Suci sebagai obyek wisata minat khusus karst.
tujuan kawasan karst Kali Suci dikelola sebagai obyek wisata. Adapun gambaran
Dalam hal ini kawasan karst Kali Suci kaya akan ekosistem karst, baik
fauna maupun floranya. Hal tersebut menjadikan kawasan karst Kali Suci
27
Penuturan Cahyo Alkantana (wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juli 2011)
28
Penuturan Winarto (wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2011 bersama tiga orang
anggota Pokdarwis: Sukendro, Wasgiyanto, Suyanto).
114
berpotensi sebagai laboratorium ilmiah sekaligus memiliki nilai education
Tidak hanya masyarakat sekitar Kali Suci saja yang memanfaatkan air
bawah tanah Kali Suci yang mengalir hingga mencapai pantai Baron juga
keuntungan,
sebagai bahan bakar, sehingga perusakan lahan dan hutan dapat dicegah,
baru, dan multiplier effect dari kegiatan wisata di kawasan Kali Suci, dapat
langsung.
115
Para stakeholder dan masyarakat akan terus menjaga kelestarian kawasan
Dari gambaran tujuan yang didapat tersebut, kawasan karst Kali Suci
dinilai layak oleh para stakeholder untuk dikelola. Gambaran tujuan tersebut
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci seperti yang dituturkan oleh Birowo:
“…Penyusunan site plan Kali Suci dengan melihat potensi yang ada di
dalamnya…Penyusunan kami yang garap, sesuai dengan gambaran
tujuan yang telah disepakati…Penyusunannya tentu saja memperhatikan
kelestarian lingkungan, dalam hal ini terkait tata ruangnya…”29
wilayah di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dibagi menjadi 3 zona wilayah. Zona tersebut antara lain:
29
Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Mei 2011 di sela-sela Diskusi Publik KPALH Setrajana
“Pariwisata Karst: Merusak atau Menyelamatkan Keanekaragaman Hayati Karst”, gedung Seminar
Fisipol UGM.
116
Pada zona Kali Suci, untuk pemanfaatannya dibagi lagi menjadi beberapa
zona, yakni zona umum, zona penyangga, zona peralihan, dan zona inti
kunjungan.
1) Zona Umum
2) Zona Penyangga
Zona ini merupakan akses menuju zona peralihan. Di zona ini dibuat
tangga yang terbuat dari beton hingga menuju zona peralihan (sekitar 200 meter).
juga masih sering ditemui di zona ini, antara lain pengambilan air untuk keperluan
3) Zona Transisi
Zona ini terletak di antara zona penyangga dan zona inti (mulut Gua Suci).
Pada zona ini sudah tidak terdapat lagi aktivitas umum. Akses dari zona peralihan
menuju zona transisi terbuat dari jalan setapak (sepanjang 50 meter) yang disusun
mencolok. Wisatawan umum hanya sebatas sampai di zona transisi saja. Di zona
ini pengunjung dapat menikmati keindahan landscape bentang alam karst dan
4) Zona Inti
117
Zona ini merupakan zona khas obyek wisata gua. Zona ini terdiri dari
mulut Gua Suci, sungai bawah tanah Kali Suci, Luweng Gelung, dan berakhir di
Luweng Glatikan. Pada zona ini hanya diperuntukkan bagi pemandu wisata dan
wisatawan minat khusus yang akan melakukan aktivitas wisata Cave Tubing.
Selain itu pada zona inti terdapat sub zona tertutup untuk wisatawan, yang terletak
pada sump di Luweng Glatikan 30. Zona ini tertutup dengan tujuan untuk mencegah
resiko bahaya tersedot arus. Secara keseluruhan zona Kali Suci pemanfaatannya
dibagi menjadi dua atraksi wisata. Yakni atraksi wisata Cave Tubing yang
dikhususkan sebagai wisata minat khusus, dan wisata landscape karst Kali Suci
Untuk Zona Luweng Jomblang dan Grubug tidak ada pembagian zona
seperti pada zona Kali Suci, mengingat untuk mencapai ke dasar luweng harus
Walaupun tidak ada pembagian zona seperti di Kali Suci, dalam penerapan di
lapangan terdapat juga zona yang diperuntukkan bagi wisatawan minat khusus
yang masuk ke dalam Luweng Jomblang dan Grubug. Zona-zona tersebut antara
lain:
Jomblang), jalur bagian barat Luweng Jomblang, serta jalan setapak yang
30
Sump merupakan akhir lorong aktif menyerupai kolam, dimana aliran air membentuk pusaran
arus di bawahnya.
118
2) Zona Rawan
Zona rawan yang dimaksud ialah zona dimana wisatawan minat khusus
agar hutan purba yang berada di dasar Luweng Jomblang tidak terganggu.
dasar Luweng Grubug amat deras dibandingkan arus sungai di zona Kali
Zona Luweng Jomblang dan Grubug selain sebagai wisata penelusuran gua
juga dimanfaatkan sebagai penginapan (resort) dan camping ground yang terletak
di sebelah barat dan utara Luweng Jomblang. Telah terdapat fasilitas air bersih di
dekat camping ground. Fasilitas Camping Ground tidak dipungut bayaran. Untuk
menuju ke lokasi dan medan penelusuran cukup sulit. Namun menurut Cahyo
depannya Gua Buri Omah juga diminati oleh para wisatawan minat khusus.
c. Analisis Pasar
Perubahan trend minat wisatawan dari yang tadinya bersifat massal (mass
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Dahulu wisata penelusuran gua jarang
untuk “mencicipi” hal yang baru sekaligus menantang dalam berwisata, membuat
wisatawan saat ini mulai mengenal dan tertarik akan jenis wisata petualangan,
terutama penelusuran gua. Atas dasar itulah obyek wisata minat khusus karst Kali
119
Suci dikelola dengan melihat permintaan pasar, agar dapat menarik wisatawan
khusus karst Kali Suci merupakan usaha mengembangkan produk baru, dimana
1) Something to See
daya tarik khusus dan berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah
wisatawan yang berkunjung. Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
memiliki daya tarik dan atraksi wisata yang berbeda dengan obyek wisata
di daerah lainnya. Dalam hal ini obyek wisata minat khusus karst Kali
karstnya yang berbeda dengan kawasan lain untuk dapat dilihat serta
2) Something to do
Artinya di tempat yang dijadikan sebagai obyek wisata, selain ada yang
dapat dilihat dan disaksikan, harus pula terdapat fasilitas pendukung untuk
minat khusus karst Kali Suci harus memiliki fasilitas pendukung untuk
betah untuk tinggal lebih lama. Pada pengelolaannya, obyek wisata minat
120
khusus karst Kali Suci terdapat berbagai macam fasilitas pendukung untuk
alam karst.
3) Something to Know
Artinya di tempat yang dijadikan sebagai obyek wisata, selain harus ada
yang dapat dilihat dan dilakukan, juga harus terdapat fasilitas informasi
wisatawan yang berkunjung. Dalam hal ini kesiapan pemandu wisata harus
4) Something tu Buy
ditawarkan di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, juga diperlukan
121
pengelolaanya, obyek wisata minat khusus karst Kali Suci menyediakan
minat khusus karst Kali Suci terkait analisis pasar. Terpenuhinya syarat tersebut
membuat obyek wisata minat khusus karst Kali Suci mulai dikenal sebagai tempat
wisata yang berbeda dari yang lainnya. Segmentasi pasar obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci diperuntukkan untuk kalangan semua umur dan dari
berbagai kalangan. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Untuk
kalangan bawah, wisatawan dapat menikmati panorama bentang alam karst tanpa
ditarik bayaran sepeser pun. Sedangkan untuk kalangan menengah ke atas telah
a. Pendanaan
Tentunya hal ini menjadi beban bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung
Kidul dalam mendanai pengelolaan suatu obyek wisata. Pendapatan daerah yang
wilayahnya dalam hal pariwisata. Terbukti berulang kali ide pengelolaan Kali
Suci sebagai obyek wisata terlontar, berulang kali pula ide tersebut gagal di
turut serta dalam pengelolaan. Permasalahan selama ini, tidak adanya pihak
122
Gunung Kidul dalam hal pariwisata. Mengingat selama ini Kabupaten Gunung
Kidul terkesan gersang dan tandus, sehingga tidak memiliki potensi dalam hal
pariwisata.
dan Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul, Cahyo Alkantana selama ini ialah pihak
yang mendanai keseluruhan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Cahyo Alkantana terlebih
dahulu membeli tanah seluas 5 hektar dan mendirikan resort di areal Luweng
yang terkenal tandus dan gersang dapat juga dinikmati untuk kegiatan wisata.
Masyarakat setempat pun menjadi yakin, bahwa daerah kawasan karst nya bisa
“dijual” untuk wisata. Menurut pengakuan beberapa informan dari Pokdarwis dan,
mereka pada awalnya juga tidak tahu apa yang akan “dijual” di kawasan karst
Kali Suci.
dari pusat yang akan digunakan untuk mem “back up” pengelolaan obyek wisata
31
Penuturan Winarto (wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2011)
123
minat khusus karst Kali Suci selama 2 tahun. masing-masing sebesar 1,5 milyar
untuk tahun 2010 dan 750 juta untuk tahun 2011. Namun menurut pengakuan
beberapa informan, sumber dana yang telah direncanakan tersebut belum ada
realisasinya. Dana tersebut konon akan ditujukan untuk membangun sarana dan
sebagainya. Jadi selama ini sumber dana pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci murni berasal dari Cahyo Alkantana dan swadaya masyarakat.
Disbudpar juga turut menyumbang dana dalam hal pemasaran obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci. Peruntukkan sumber dana dalam pengelolaan obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci selama ini ditujukan untuk membiayai
lain sebagainya.
Prasarana
Sebelum dikelola menjadi obyek wisata, kawasan karst Kali Suci sama
karst Kali Suci sangat sepi, jalan-jalan masih berupa batu dan tanah. Hanya
sesekali pada akhir pekan terdapat kegiatan yang dilakukan oleh para penggiat
penelusur gua. Ketika telah dikelola, wilayah Kali Suci mengalami perubahan.
Saat ini jalan telah diaspal, setiap hari ada saja wisatawan yang berkunjung.
Masyarakat sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci sebagian besar
124
bermata pencaharian sebagai petani. Semenjak dikelolanya kawasan karst Kali
Suci menjadi obyek wisata, telah banyak penduduk yang berprofesi ganda
maupun yang pindah alih profesi. Saat ini rumah-rumah penduduk telah siap
disediakan oleh masyarakat, untuk pembagian keuntungan dari lahan parkir telah
Selain itu juga terdapat resort dan berbagai fasilitas di dalamnya di areal Luweng
menyediakan tempat makan, warung, kamar mandi dan lahan parkir untuk
wisatawan yang berkunjung. Selain itu juga terdapat pasar (pasar Munggi),
terminal (terminal Munggi), dan puskesmas di dekat obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci. Untuk transportasi juga telah tersedia, di antaranya bus antar kota
antar propinsi yang melayani trayek jauh hingga ke kota-kota di Pulau Sumatera
yang melewati jalur Wonosari-Wonogiri, Bus antar kota dalam propinsi melayani
kota yang melayani daerah-daerah kecamatan di sekitar Wonosari, serta ojek yang
menyediakan transportasi khusus, yakni berupa mobil off-road (Land Rover) serta
helikopter yang dapat menjemput wisatawan langsung dari bandara Adi Sucipto
Yogyakarta.
Beberapa akses di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci juga telah
Glatikan untuk mempermudah wisatawan naik. Selain sarana dan prasarana, juga
telah tersedia fasilitas penunjang dalam penelusuran gua dan kegiatan Cave
125
Tubing. Di antaranya adalah peralatan dan perlengkapan penelusuran gua (baju
penelusuran gua, alat penerangan, tali, SRT set, helm speleo, dll), peralatan dan
perlengkapan Cave Tubing (ban dalam, pelampung, body protector, helm), alat-
alat rescue, viewer dan screen (untuk memutar film penelusuran gua kepada
wisatawan), buku tamu dan papan evaluasi (untuk menuliskan kesan dan pesan
Kabupaten Gunung Kidul juga akan dibangun sarana fisik lainnya, seperti
ruang obyek wisata minat khusus karst telah ada dan tergambar dalam site plan
yang telah disusun dan diajukan ke pusat. Pada awalnya pembangunan tersebut
mulai dibangun pada tahun 2010 sampai 2011. Namun hingga kini pembangunan
menghabiskan kurang lebih 2,25 milyar rupiah tersebut juga belum turun dari
pusat sampai saat ini. Perlu adanya upaya tindak lanjut untuk merealisasikan apa
yang sudah direncanakan, sebab masyarakat di sekitar obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci telah berharap banyak. Secara khusus hal itu terkait dengan
pembangunan kios-kios di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci,
Pengelolaan obyek wisata terutama wisata gua selama ini tidak disertai
dengan SDM yang berkompeten. Padahal selama ini sumber daya manusia
126
manusia dinilai sangat menentukan eksistensi pariwisata. Pengelolaan obyek
wisata alam terutama kawasan karst dan gua-guanya, dalam pengelolaannya harus
diisi dengan sumber daya manusia yang tepat guna dan siap pakai. Artinya
karst dan gua-gua di dalamnya dengan penuh dedikasi. Pengadaan sumber daya
manusia untuk kebutuhan pengelolaan tidak terlepas dari peran siapa yang
memaparkan ada dua macam karakter pemodal dalam pengadaan sumber daya
manusia terkait pengelolaan obyek wisata alam. Pemodal pertama ialah pemodal
mantan penggiat di alam bebas. Pemodal ini ialah individu yang dapat menjiwai
suka-duka kegiatan di alam bebas. Dengan demikian pemodal ini pandai memilih
pemeliharaan obyek wisata alam. Sumber daya manusia yang dididik dan dilatih
oleh pemodal ini lebih menekankan segi konservasi alam secara seimbang.
Pemodal yang kedua ialah pemodal yang bukan mantan penggiat di alam bebas.
Pemodal ini ialah individu yang hampir selalu bersifat dan bersikap profit
Hal ini terjadi dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Pokdarwis dididik dan dilatih oleh pihak investor (Cahyo Alkantana) dan
pihak Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul. Ada dua pola pendidikan dan
pelatihan yang diberikan kepada Pokdarwis Kali Suci. Pola pertama ialah
127
pendidikan dan pelatihan Pokdarwis Kali Suci oleh pihak investor (Cahyo
Alkantana), sedangkan pola kedua ialah pendidikan dan pelatihan Pokdarwis Kali
Suci oleh pihak Disbudpar kabupaten Gunung Kidul. Pada pola pertama,
Pokdarwis Kali Suci sebagai pengelola obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
yang mandiri dengan memperhatikan segi lingkungan alam Kali Suci dalam
pengelolaannya. Pada pola kedua, pendidikan dan pelatihan Pokdarwis Kali Suci
Suci.
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia pengelolaan obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci antara lain, melibatkan anggota Pokdarwis dalam kursus
teknik penelusuran gua dasar dan lanjutan yang diadakan oleh HIKESPI termasuk
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pemandu Wisata Gua yang diadakan oleh
minat khusus karst Kali Suci. Hasil yang didapat dari pendidikan dan pelatihan
tersebut ialah, saat ini beberapa pemandu obyek wisata minat khusus karst Kali
terkait Speleologi, dan saat ini Pokdarwis Kali Suci sudah dapat mandiri dalam
melakukan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci (zona Kali
128
Suci), pada pengelolaannya anggota Pokdarwis Kali Suci turut aktif dalam
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Diharapkan ke depannya pendidikan
dan pelatihan Pokdarwis Kali Suci yang dilakukan Disbudpar lebih mengarah
kepada program yang real dan bersifat teknis. Seperti pendampingan usaha kecil
di sekitar lokasi obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, dan lain sebagainya.
3. Pemeliharaan
obyek wisata alam. Tidak adanya pemeliharaan terhadap obyek wisata alam, dapat
Akibatnya, obyek wisata alam akan mengalami perusakan (baik secara perusakan
Pada kasus pengelolaan obyek wisata karst dan gua, pemeliharaan perlu
Pada pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, pemeliharaan
karst Kali Suci merupakan satu kesatuan, sungai bawah tanahnya yang menjadi
32
Penuturan Nunung (wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juli 2011)
129
aset wisata perlu dikonservasi. Tentu saja dalam pemeliharaan juga harus
antaranya adalah:
1). Penghijauan
kawasan zona Luweng Jomblang dan Grubug lebih asri dan nyaman.
penyiraman rumput dan pohon juga dilakukan setiap tiga kali sehari, agar
rumpu dan pohon tetap subur. Biaya yang dikeluarkan dalam untuk
untuk membayar pekerja dan biaya air. Pada zona Kali Suci, Pokdarwis
berbatang keras. Mengingat daerah zona Kali Suci terletak pada dasar
bakti. Kerja bakti bersama dilakukan secara rutin setiap ahad Kliwon.
Tidak hanya kerja bakti pada areal permukaan saja, kerja bakti juga
dilakukan pada areal sungai bawah tanah Kali Suci. Untuk kerja bakti pada
130
areal sungai bawah tanah hanya dilakukan oleh anggota Pokdarwis dengan
mengenai perkembangan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dan
ialah perilaku negatif dari wisatawan sendiri. Untuk itu pada pengelolaan
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, diterapkan sistem zonasi untuk
Pada zona Kali Suci, wisatawan yang akan melakukan Cave Tubing harus
orang pemandu. Begitu juga pada zona Luweng Jomblang dan Grubug,
sebanyak 25 orang, jalur yang dipakai hanya jalur VIP (jalur Utara) dan
131
3 orang instruktur dan dibantu oleh 4-5 orang pemandu. Selama
Gunung Kidul. Benih-benih ikan yang telah disebar sebanyak 3 ribu benih.
plang himbauan di beberapa titik obyek wisata minat khusus karst Kali
lingkungan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Pemasangan plang-
warung, di jalan setapak menuju Gua Suci, serta di dekat sungai dan mulut
132
Gua Suci. Untuk zona Luweng Jomblang dan Grubug telah ada pekerja
b. Kesepakatan Bersama
Mengingat lahan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci berada pada
lahan hutan Negara, hutan rakyat, dan tanah penduduk, perlu kiranya ada
karst Kali Suci. Sebelum Kali Suci dikelola menjadi obyek wisata minat khusus
karst, masyarakat masih memanfaatkan sumber daya alam Kali Suci untuk
ternak, pemanfaatan air Kali Suci untuk mencuci, dan lain sebagainya.
wisata minat khusus karst Kali Suci. Pada pertemuan tersebut disepakati 3 poin
untuk direalisasikan kepada warga yang bermukim di sekitar obyek wisata minat
pemanfaatan lahan saja, tetapi juga peran aktif masyarakat dalam menjaga
keberlangsungan kegiatan wisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. 3
menjaga agar tidak terjadi erosi, dan tidak mengambil daun-daun hijau
133
(vegetasi karst) sebagaimana biasanya untuk pakan ternak. Bagi yang
Dikarenakan warga takut diberi sanksi (disatru). Untuk keperluan air warga masih
diperbolehkan untuk memanfaatkan Kali Suci, kecuali untuk mandi dan mencuci.
untuk pakan ternak, warga mulai menanam atau membeli daun-daun jagung.
4. Pemasaran
analisis pasar (target pasar dan produk), menentukan harga produk wisata, serta
promosi. Analisis pasar dilakukan oleh pihak investor dengan menyiapkan produk
yang dijual di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, dan menentukan
segmentasi pasar. Sebenarnya konsep produk yang akan dijual telah dibuat
bersama antara Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dan HIKESPI pada saat
masih sebatas wacana pada saat itu. Terkait dengan penyediaan produk pada
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, pihak investor pertama
kali melakukan uji coba dengan melibatkan para anggota HIKESPI. Produk yang
diuji coba di antaranya adalah, Cave Tubing, penelusuran gua vertikal, serta
jelajah kawasan karst menggunakan kendaraan (off road). Setelah uji coba
dilakukan, pihak Investor juga menentukan harga produk wisata tersebut. Pada
perjalanannya, harga produk wisata yang ditawarkan tersebut tidak bersifat tetap.
134
Hal ini mengikuti permintaan dan keinginan wisatawan terkait produk wisata yang
ditawarkan tersebut.
Sebagai sebuah obyek wisata yang baru, Kali Suci perlu diperkenalkan
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci kepada calon wisatawan. Pada
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dan kegiatan-kegiatan di dalamnya.
Upaya promosi dilakukan dengan berbagai macam strategi. Promosi obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci telah dilakukan oleh Disbudpar Kabupaten Gunung
dirasa strategis. Ada sekitar 7 plang yang dipasang oleh Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul di sepanjang jalan utama kota Wonosari menuju obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci. Promosi juga dilakukan dengan menyisipkan obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci pada diskusi pariwisata karst, seminar
pariwisata, dll. Di antaranya menyisipkan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci pada acara Field Trip Trans Karst pada bulan Januari 2011 dan diskusi
Publik yang diadakan oleh KPALH Setrajana Fisipol UGM pada bulan Mei 2011.
Selain itu masih banyak kegiatan lain yang dilakukan guna mempromosikan
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Kegiatan yang pernah dilakukan
minat khusus karst Kali Suci antara lain, pembukaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dengan mengundang berbagai media dan beberapa pihak, kegiatan
135
SKKNI Pemandu Wisata Gua yang juga dihadiri beberapa elemen dari
dunia informasi global semakin mudah diakses. Saat ini media internet telah
lagi dengan penggunaan media internet. Biasanya penggunaan media internet oleh
sosial, dan untuk mendapatkan informasi tambahan yang dibutuhkan. Begitu juga
dengan yang terjadi pada masyarakat di sekitar obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci. Para pemuda yang ikut tergabung sebagai anggota Pokdarwis Kali
wisata minat khusus karst Kali Suci. Beberapa informasi terkait obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci dan contact person yang dapat dihubungi untuk
Sampai saat ini Pokdarwis Kali Suci telah memiliki beberapa situs jejaring sosial
untuk mempromosikan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Di antaranya
ialah jejaring sosial Facebook (berupa group dan person), Twitter, dan Blogspot.
Penggunaan media internet sebagai strategi promosi dinilai efektif oleh para
anggota Pokdarwis Kali Suci, selain promosi dari mulut ke mulut. Menurut para
anggota Pokdarwis Kali Suci, banyak calon wisatawan yang tertarik untuk
bewisata ke obyek wisata minat khusus karst Kali Suci setelah melihat foto-foto
kegiatan yang dishare atau join group melalui jejaring sosial. Selain
136
komunikasi handphone dalam berhubungan dengan para calon wisatawan.
Penggunaan alat komunikasi ini ditujukan untuk keperluan reservasi para calon
dilakukan dengan melibatkan pihak media dan birowosata dalam hal promosi.
Pelibatan pihak media dan birowisata tidak terlepas dari peran Cahyo Alkantana
yang memiliki jaringan dan koneksi yang luas. Beberapa media cetak dan stasiun
televisi baik nasional maupun internasional pernah meliput obyek wisata minat
khusus karst kali Suci. Peliputan beberapa stasiun televisi tersebut membuat
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci semakin dikenal dan banyak
dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun luar. Terbukti wisatawan yang
berkunjung didominasi oleh wisatawan yang berasal dari luar Gunung Kidul.
Kali Suci tidak mengeluarkan dana. Justru pihak pengelola yang dibayar oleh
pihak media tersebut. Selama ini pihak media yang meliput obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci membayar antara 1 hingga 5 juta rupiah sekali peliputan,
tergantung lama waktu saat peliputan. Dana yang didapat tersebut dialokasikan
operasional lapangan, dll) serta upah para pendamping yang berasal dari para
instruktur HIKESPI dan masyarakat setempat yang ikut terlibat dalam peliputan.
Dana paling besar yang pernah didapat dari media televisi ialah saat acara
peliputan Amazing Race oleh media televisi internasional. Saat itu pihak Amazing
137
Race memberikan dana sebanyak 150 juta rupiah guna keperluan peliputan
Kali Suci juga melibatkan biro wisata. Biro wisata yang terlibat sampai saat ini
ialah biro wisata Rakata Adventure. Biro wisata tersebut membantu dalam hal
pengadaan brosur wisata obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Dapat
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dalam pengadaan brosur tidak
dikenakan biaya. Pembagian hasil dari wisatawan yang berkunjung melalui biro
Kali Suci
Kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
dapat terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh para stakeholder terkait
khusus karst Kali Suci bersifat non formal. Artinya tidak ada aturan formalitas
138
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci berjalan fleksibel. Fenomena yang
terjadi dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci pada
investor (Cahyo Alkantana sekaligus HIKESPI), dan pihak media serta biro
stakeholder pada upaya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
pengembangan dan pengelolaan kawasan karst Kali Suci menjadi obyek wisata
pembangunan kawasan karst yang terjadi selama ini, dari bentuk sentralistik
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, yakni berupa kerjasama antar pihak
sistem pengelolaan yang dijalankan bersama. Seperti yang tergambar dalam hal
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, telah terjadi pergeseran
139
peran pemerintah yang tadinya cenderung bersifat provider, kini menjadi lebih
pendanaan. Mengingat kemampuan respon yang dimiliki oleh pihak swasta terkait
pengelolaan lebih cepat dan efisien. Masyarakat tetap menduduki posisi penting
sebagai aktor utama dalam setiap tahap kebijakan pengelolaan yang dilakukan
terjalin sewajarnya dari berbagai elemen terjadi proses saling mengontrol dan
berkomitmen untuk memberikan sumber daya yang dimiliki guna mencapai visi
minat khusus karst Kali Suci merupakan kemitraan mutualistik. Hal ini mengingat
dijalankan belum mengarah kepada kemitraan legal, namun adanya visi dan misi
yang saling mendukung di antara pihak yang bermitra dalam pengelolaan obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci membuat proses kerjasama berjalan fleksibel
140
dan saling menunjang. Pembagian peran dilakukan sesuai porsinya masing-
masing pihak.
Berikut ini contoh pemetaan peran ketiga aktor (pemerintah, swasta dan
Peran dalam
Aktor Bentuk Output Peran Fasilitas
Masyarakat
Tenaga
Saran, input, kritik, rekomendasi,
Partisipasi terdidik,
keberatan, dukungan dalam
dalam formulasi, tenaga terlatih,
formulasi, policy action, dana
Masyarakat implementasi, setengah
swadaya, menjadi obyek, partisipan,
monitoring dan terdidik dan
pelaku utama,/subyek,
evaluasi setengah
menghidupkan fungsi sosial control
terlatih
penyusunan data peran berbagai aktor dalam pengelolaan obyek wisata minat
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang telah dipaparkan di
atas, maka secara garis besar dapat dipetakan peran-peran stakeholder dan
141
penjabaran bentuk-bentuk kemitraan dari stakeholder-stakeholder yang terlibat
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci sebagai berikut:
Tabel 4.2 Peran Aktor dalam Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus
Peran dalam
Pengelolaan Obyek
Bentuk Output
Aktor Wisata Minat Fasilitas
Peran
Khusus Karst Kali
Suci
Formulasi dan Rencana Program Penyusunan Site Plan
penetapan kebijakan SKPD (terkait Obyek wisata minat
Pengelolaan Program khusus karst Kali
Pengembangan Suci
Destinasi Pengajuan proposal
Pariwisata), SK anggaran ke
Kepala Desa pemerintah pusat
Pembuatan SK
pendirian Pokdarwis
Kali Suci
Dana dan konsep
Renstra pengelolaan
Mediasi/fasilitator
Masyarakat Partisipasi dalam:
(Pokdarwis dan Formulasi dan Saran, usulan Partisipan dalam
masyarakat penetapan kebijakan kebijakan usulan pembuatan
sekitar) pengelolaan pengelolaan site plan dan renstra
pengelolaan
142
Dana swadaya
Pemasaran Ide
Pengadaan kegiatan
pemasaran
Alat
Tenaga ahli
Partisipasi aktif
Pendidikan dan Waktu
Pelatihan Tenaga
Penyediaan warung,
Fasilitas, Sarana homestay, lahan
dan Prasarana
parkir, konsumsi,
transportasi
Dana swadaya
Penciptaan Pemandu
lapangan pekerjaan Pengelola
Parkir
Usaha kecil
Kas desa
Monitoring dan
Evaluasi
Swasta Kontribusi dalam:
(Investor, Formulasi dan Saran, Tenaga ahli
HIKESPI) penetapan kebijakan rekomendasi Dana
kebijakan Konsep
pengelolaan
143
Pendidikan dan Dana
Pelatihan Tenaga ahli
Sertifikat
Koneksi
Pemeliharaan Penghijauan
Pengadaan tempat
sampah
Tenaga ahli
Dana
Tenaga kerja
Penyediaan air
Pengawasan
khusus karst Kali Suci antara pihak pemerintah (Disbudpar dan Pemerintah Desa),
masyarakat (Pokdarwis dan masyarakat sekitar obyek wisata), dan pihak swasta
144
Kemitraan terjalin dalam penyusunan mengenai site plan tata ruang obyek
wisata dan penyusunan rencana strategis pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dengan perencanaan tujuan pengelolaan dan penetapan area secara
bersama. Untuk analisis pasar dilakukan oleh pemerintah (Disbudpar) dan pihak
tenaga ahli dari HIKESPI untuk mengidentifikasi potensi yang berada di obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci dan memberikan rekomendasi terkait rencana
kesepakatan mengenai pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
karst Kali Suci. Upaya-upaya tersebut dilakukan sesuai kemampuan yang dimiliki
satu sama lain. Upaya-upaya tersebut antara lain, pendanaan, pengadaan fasilitas
pemeliharaan, serta pemasaran. Dalam hal kontribusi, antara satu pihak berbeda
dengan pihak yang lainnya. Pada pendanaan lebih dibebankan kepada pihak
investor. Namun tidak serta merta pihak yang lainnya berpangku tangan. Pihak
oleh pihak investor. Semua itu telah menjadi kesepakatan bersama. Untuk
145
stakeholder berkontribusi. Pada pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
inisiatif masing-masing pihak. Pihak masyarakat dan Pokdarwis lebih tertuju pada
pemeliharaan di zona Kali Suci, untuk pihak swasta pemeliharaan lebih tertuju
pada zona Luweng Jomblang dan Grubug. Untuk pemasaran, para stakeholder
Kali Suci.
terutama pengelolaan yang dilakukan oleh Pokdarwis Kali Suci. walaupun saat ini
penunjang, kurangnya tenaga ahli, dan lain sebagainya. Hambatan dan kendala
tersebut selama ini diselesaikan secara bersama oleh pihak Pokdarwis Kali Suci
dengan pihak investor. Pihak investor dapat dikatakan sebagai konsultan yang
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Untuk pihak pemerintah
(Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dan Pemerintah Desa) lebih kepada pihak
pengelolaan.
146
2. Jaringan Komunikasi dalam Pengelolaan Obyek Wisata Minat
minat khusus karst Kali Suci. Pada implementasinya tidak hanya stakeholder inti
pihak-pihak stakeholder yang lebih luas. Seperti masyarakat sekitar obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci, Kami Tua, maupun Pemerintah Desa. Pengambilan
keputusan dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terkait
erat dengan unsur kepentingan dan peranan tiap-tiap pihak. Kepentingan para
Pokdarwis Kali Suci dan menghasilkan berbagai usulan, yang kemudian diajukan
147
Gambar 4.3 Alur Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Obyek Wisata
Hasil Keputusan
Pokdarwis
Implementasi
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Skema alur tersebut menjelaskan
tetapi juga melibatkan masyarakat, Kami Tua, dan Pemerintah Desa. Pemerintah
Kali Suci atas usulan-usulan dari masyarakat, tetapi juga sebagai pihak yang
148
disebabkan pihak Pemerintah Desa lebih paham mengenai kondisi yang terjadi di
tidak langsung), terkait pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dimusyawarahkan setiap
karst Kali Suci. Kemitraan yang terjalin dalam pengelolaan obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci, tidak hanya berupa upaya-upaya yang dilakukan oleh para
stakeholder saja, tetapi juga meliputi jaringan komunikasi yang terjadi dalam
pengelolaan. Jaringan komunikasi yang dimaksud dalam hal ini mengenai alur
pengambilan keputusan terkait pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci.
1. Faktor Pendorong
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang dilakukan
faktor-faktor pendorong dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci:
Potensi kawasan karst Kali Suci yang unik dan berbeda, membuat
kawasan wilayahnya patut dikembangkan menjadi obyek wisata. Atas dasar itulah
kawasan karst Kali Suci dikembangkan dan dikelola menjadi obyek wisata minat
149
khusus karst. Karakteristik wilayah kawasan karstnya berbeda dengan kawasan
karst daerah lainnya. Sistem sungai bawah tanah Kali Suci yang menembus
beberapa gua dan luweng, merupakan fenomena bentang alam karst yang jarang
ditemui. Banyak para penggiat penelusur gua yang menghabiskan akhir pekannya
dengan menelusuri gua-gua di kawasan karst Kali Suci yang penuh dengan
tantangan dan keindahan. Dapat dikatakan sistem sungai bawah tanah Kali Suci
dengan gua-guanya merupakan formasi karst yang lengkap dari segi estetika dan
merupakan primadona bagi para penggiat penelusur gua yang berasal dari daerah
Yogyakarta maupun para penggiat penelusur gua luar daerah. Adanya hutan purba
di dasar luweng dan “lukisan cahaya” merupakan fenomena yang sangat langka
untuk gua-gua yang ada di Indonesia. Menurut beberapa penggiat penelusur gua
dunia. Di antaranya adalah “lukisan cahaya” di Gua Stephen (AS) dan Gua
mengenai gambaran hutan kawasan karst Gunung Sewu di masa lalu. Kearifan
lokal masyarakat pun menjadi daya tarik tersendiri, dimana suasana pedesaan
bahwa kawasan karst Kali Suci memiliki potensi dari segi pariwisata. Selain
memiliki potensi pada pariwisata, kawasan karst Kali Suci juga memiliki
150
memiliki bentukan alam dengan gua-gua sebagai komponen endokarst, memiliki
bentukan alam dengan vegetasi yang endemis, memiliki bentukan alam yang
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan salah
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci meningkatkan keuntungan
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat dan Pokdarwis Kali Suci, dapat
Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul, serta keuntungan bisnis bagi pihak investor.
kawasan karst secara jangka panjang dari segi pariwisata. Adanya kemauan dari
termasuk faktor pendorong dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
151
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Pendapatan daerah yang
terbatas, investasi pariwisata yang membutuhkan dana tidak sedikit dan tidak bisa
Gunung Kidul. Dalam hal ini obyek wisata minat khusus karst Kali Suci perlu
karst Kali Suci merupakan stakeholder yang telah lama saling mengenal.
Terutama pihak investor dengan masyarakat sekitar obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci. Cahyo Alkantana selaku pihak investor telah lama “bermain” di
kawasan karst Kali Suci sejak tahun 1984. Sebagaimana seorang pecinta alam dan
penggiat penelusur gua pada umumnya, yang menganggap tempat dia “bermain”
dengan berjalannya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci secara
dimana nilai yang menyertai adalah norma sosial. Oleh karena itu, kedekatan
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, di dalamnya terdapat rasa
152
saling percaya dan saling membutuhkan, yang didasari hubungan masa lalu di
Kesiapan sumber daya manusia dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali juga turut menjadi faktor pendorong. Pada pengelolaan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci, sumber daya manusia yang terlibat merupakan
sumber daya manusia yang telah dididik dan dilatih sebagai subyek atau pelaku
penting dalam kesiapan sumber daya manusia pada pengelolaan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci. Hal ini terbukti dengan adanya inisiatif-inisiatif dari
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Budaya masyarakat lokal yang bersifat
dukungan dan turut aktif dalam pengambilan keputusan. Dapat dikatakan kesiapan
sumber daya manusia dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci tercermin dari proses pengambilan keputusan bersama, peran aktif, dan
f. Jaringan (Network)
Faktor pendorong lain dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci ialah faktor jaringan. Jaringan yang dimiliki setiap stakeholder berperan
penting dalam hal pemasaran dan birokrasi. Hal ini membuat proses pemasaran
153
Alkantana berperan besar dalam memanfaatkan jaringan atau koneksi yang
dimiliki. Hal tersebut bermanfaat dalam proses pengelolaan obyek wisata minat
2. Faktor Penghambat
menghambat dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
a. Komitmen
Kemitraan yang terjalin pada pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Gunung Kidul selaku stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan. Pada tahun
2010 terjadi konflik dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
bahwa obyek wisata minat khusus yang ada di Kabupaten Gunung Kidul dikelola
154
pembangunan kantor sekretariat Pokdarwis Kali Suci, gazebo, pendopo, gapura,
pembangunan fasilitas tersebut berasal dari Pemerintah Pusat dan belum juga
kunjung cair, sehingga pembangunan fasilitas terebut sampai saat ini belum bisa
melakukan tindakan atau upaya untuk menanggapi dana dari pusat yang belum
juga kunjung cair tersebut. Perlu ada tindakan atau sosialisasi kepada para
dana dari pusat untuk membangun fasilitas penunjang. Agar para stakeholder
lainnya mengetahui apa yang terjadi, sehingga kemitraan yang terjalin lebih
b. Fasilitas
Pokdarwis Kali Suci selama ini mengaku kesulitan karena belum tersedianya
dilakukan di rumah warga. Selain itu masyarakat sekitar juga sering menanyakan
karst Kali Suci. Menurut Pokdarwis Kali Suci, warga sekitar obyek wisata minat
sebagian besar warga merupakan petani dan hasil pertanian warga selama ini
155
belum cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari secara layak 33. Walaupun
saat ini telah banyak dijumpai warung-warung di sekitar obyek wisata minat
minat khusus karst Kali Suci, serta melibatkan lebih banyak masyarakat dalam
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Dengan begitu
c. Wisatawan umum
khusus karst Kali Suci tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan minat khusus saja,
tetapi juga oleh wisatawan umum. Wisatawan umum selama ini tidak dikenai tarif
untuk menikmati keindahan bentang alam karst kawasan Kali Suci. Berbeda
didampingi serta diawasi oleh para pemandu dan instruktur. Untuk wisatawan
vandalisme di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Hal ini tentu saja
himbauan yang telah dipasang. Perlu adanya ketegasan ataupun strategi untuk
33
Sebagian besar warga berprofesi sebagai petani, selama ini jika cuaca baik, warga dapat
memanen hasil ladang (ketela, jagung, dll) sebanyak 3 kali panen dalam setahun. Hasil panen
sebagian dijual, sebagian lagi untuk disimpan dan dikonsumsi. Sedangkan warga yang bekerja
sebagai buruh tambang batu gamping, hanya diberi upah sebesar Rp 10.000,00 sampai Rp
15.000,00 dalam sehari.
156
mengantisipasi tindakan-tindakan negatif yang dilakukan oleh wisatawan umum
yang berkunjung.
Hal itu terjadi pada beberapa warga yang akhirnya bersikap apatis terhadap
pengembangan dan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Pokdarwis Kali
wisata minat khusus karst Kali Suci untuk ikut serta secara langsung dalam
masyarakat sekitar obyek wisata. Namun selama ini sikap apatis yang ditunjukkan
pariwisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Karena pada dasarnya
bersikap apatis juga tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Untuk mengatasi
hal tersebut Pokdarwis Kali Suci sedang menyiapkan beberapa program untuk
menggandeng seluruh masyarakat di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali
pertunjukan budaya dan kesenian, menjadikan daerah kawasan karst Kali Suci
pusat kuliner bahan pangan lokal, pengadaan oleh-oleh dan cinderamata untuk
157
lahan seluas 2000 m² untuk bahan pangan lokal guna suguhan wisatawan yang
menjadi pendukung atraksi wisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
untuk ikut serta dan berkontribusi dalam kegiatan pariwisata di obyek wisata
158
BAB V
pariwisata pada lingkungan kawasan karst yang dikenal bersifat fragile, rapuh,
dan sulit untuk pulih kembali. Pada pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci, peneliti mencoba untuk mengidentifikasi dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan terkait lingkungan kawasan karst Kali Suci. Dampak
positif ialah dampak bersifat positif atau menguntungkan yang ditimbulkan dari
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terhadap lingkungan
bersifat negatif atau merugikan yang ditimbulkan dari pengelolaan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci terhadap lingkungan kawasan karst Kali Suci.
Dampak negatif terhadap lingkungan kawasan karst Kali Suci tetap ada, walaupun
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci pada prinsipnya
ditimbulkan dari adanya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci:
159
Tabel 5.1 Identifikasi Dampak Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus
160
maupun puntung rokok sembarangan.
Hal ini terbukti masih dijumpainya
sampah sisa makanan, minuman, dan
puntung rokok di beberapa tempat.
b. Vandalisme - Adanya coretan-coretan di tangga beton
pada zona penyangga dan di dinding
mulut gua, serta adanya “tangan iseng”
yang merusak vegetasi karst di zona
peralihan
Sumber: Hasil Analisis
kawasan karst Kali Suci di atas menunjukkan bahwa, pengelolaan yang dijalankan
dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan kawasan karst Kali Suci.
Pada tabel 5.1 di atas, dampak negatif yang ditimbulkan lebih disebabkan oleh
kawasan karst Kali Suci, peneliti juga mencoba menganalisis dampak pengelolaan
terkait lingkungan gua-gua di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Hal ini
merupakan daya tarik utama wisatawan minat khusus karst Kali Suci. Untuk itu
perlu kiranya menelaah beberapa kasus dalam pengelolaan gua di luar negeri
dan gua-gua yang terdapat di dalamnya masih banyak yang belum dikelola sesuai
perhitungan daya dukung dinamis gua (meliputi luasnya interior gua, kepekaan
161
speleothem, kepekaan biota gua), penentuan tapak lintas sirkulasi pengunjung
(berupa sirkulasi eksterior menuju mulut gua dan sirkulasi interior gua),
periodisasi kunjungan, sistem zonasi (baik di lingkungan luar maupun dalam gua).
Pada pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, dalam
minat khusus karst Kali Suci. Berikut hasil identifikasi dampak aktivitas wisata
162
peka dan rapuh besar. Ornamen menggantung di ornamen terletak
(tua), beberapa menggantung atap gua yang di plafon gua.
lainnya masih pada plafon sulit dijangkau Sedangkan
mengalami gua. Sedangkan oleh wisatawan. ornamen pada
pertumbuhan pada Luweng Wisatawan juga Luweng Grubug
(dialiri Grubug terdapat tidak boleh sangat mudah
perkolasi) makro menelusuri dijangkau oleh
Goursydam lorong sump wisatawan, karena
berukuran besar (berbahaya) letaknya berada di
di permukaan permukaan. Di
dengan warna beberapa bagian
putih dan masih telah kotor akibat
mengalami jejak lumpur para
pertumbuhan wisatawan
163
luas
3. Periodisasi Sistem reservasi Sistem reservasi Adanya sistem Adanya sistem
Kunjungan bagi wisatawan bagi wisatwan reservasi, reservasi,
minat khusus minat khusus membuat membuat
lingkungan gua lingkungan gua
berkesempatan berkesempatan
untuk untuk melakukan
melakukan pemulihan
pemulihan mikroklimat gua,
mikroklimat batas maksimal
gua, batas pengunjung
maksimal sebanyak 25 orang
pengunjung juga sekali tripnya.
dibatasi per Trip wisata tidak
tripnya Trip dilakukan setiap
wisata hari.
difokuskan pada
hari sabtu dan
minggu
4. Zonasi/pemintakan Ada sistem Ada pembagian Sistem zonasi Adanya zona
zonasi, yakni zona rawan bagi membuat rawan, membuat
zona umum, wisatawan, pemanfaatan hutan purba lebih
peralihan, yakni areal area lebih jelas terlindungi
transisi, dan hutan purba, dan kondusif
inti. Pada zona dan sungai
inti terdapat bawah tanah di
juga zona Luweng Grubug
terlarang bagi
wisatawan
gua di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci telah diminimalisir. Walaupun
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci amat penting. Perlu
dan instruktur tidak hanya sebagai pengawas wisatawan saja, tetapi sekaligus
34
Penuturan Nafikur Rochman (Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Mei 2011)
164
sebagai pihak yang memberikan edukasi kepada wisatawan. Penerapan kode etik
penelusuran gua perlu diberikan kepada para wisatawan oleh pemandu maupun
Dari tabel 5.2 di atas, dampak negatif yang timbul selanjutnya dianalisis
dari segi potensi kerusakan terhadap lingkungan gua. Agar terlihat tingkat
Sehingga bisa diidentifikasi, apa saja yang perlu diperhatikan dan diperbaiki
mengenai aktivitas wisatawan terhadap lingkungan gua. Hal ini berguna untuk
karst Kali Suci. Analisis tingkat potensi perusakan pada lingkungan gua
lain, biota gua, ornamen gua, air, mikroklimat, dan vegetasi. Berikut temuan
lapangan mengenai potensi kerusakan pada lingkungan gua di obyek wisata minat
Pada zona Kali Suci, biota gua yang teramati secara visual terdiri dari
komunitas atap dan air. Biota gua yang paling berpotensi terganggu akibat
aktivitas wisatawan ialah biota gua dari komunitas air. Namun, mengingat daya
dukung gua yang luas, adanya batasan pengunjung dan periodisasi kunjungan
(difokuskan pada hari sabtu dan minggu) dalam melakukan penelusuran gua
Dalam artian potensi perusakan terhadap biota gua memiliki hubungan dengan
165
tingkat kunjungan wisatawan. Gangguan terhadap biota gua hanya terjadi pada
saat wisatawan melakukan Cave Tubing, dimana aktivitas tersebut tidak dilakukan
setiap saat.
Untuk ornamen gua, secara visual tidak ditemui tingkat potensi kerusakan
pada zona Kali Suci. Hal ini disebabkan ornamen gua yang berada pada zona Kali
Suci terletak pada plafon gua dan sulit dijangkau oleh wisatawan. Aktivitas
wisatawan pada zona Kali Suci sepenuhnya dilakukan di permukaan air. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran air, namun sifat pencemaran hanya sesaat saja.
dan dapat pulih kembali). Dikarenakan sungai bawah tanah pada zona Kali Suci
terus mengalir. Tingkat pencemaran air justru meningkat drastis saat aktivitas
Cave Tubing berhenti, yakni saat musim penghujan (biasanya terjadi banjir). Pada
musim penghujan terdeteksi ada 2.400 lebih bakteri ecoli (MPN/100 m, mg/l),
bakteri ecoli (Adji, 2010). Pencemaran sistem sungai bawah tanah Kali Suci
selama ini lebih disebabkan oleh sampah domestik limbah rumah tangga hulu
Untuk mikroklimat gua pada zona Kali Suci masih dipengaruhi oleh
makroklimat luar gua. Hal ini dikarenakan masih adanya hembusan angin dan
sinar matahari yang masuk ke dalam lorong gua di zona Kali Suci. Aktivitas
zona Kali Suci. dapat dikatakan potensi perusakan terhadap mikroklimat gua lebih
bersifat transisional. Terkait vegetasi, pada zona Kali Suci hanya berada pada area
doline Luweng Gelung dan Glatikan. Pada Luweng Gelung tidak ada potensi
166
perusakan akibat aktivitas wisatawan terhadap vegetasi, dikarenakan fokus
aktivitas hanya berada pada sungai saja. Begitu juga pada Luweng Glatikan, fokus
aktivitas wisatawan hanya berada di air dan tangga naik menuju permukaan.
komunitas, yakni komunitas biota gua atap dan lantai gua. Biota gua banyak
dan pada permukaan dasar Luweng Grubug. Potensi perusakan lebih bersifat
sinergistik dan hanya terjadi pada jalan setapak yang dilalui oleh wisatawan.
Untuk ornamen gua pada Luweng Jomblang terhindar dari jamahan wisatawan,
hal ini disebabkan ornamen berada pada plafon gua yang tidak bisa dijangkau oleh
wisatawan. Untuk ornamen pada Luweng Grubug sangat mudah dijangkau oleh
ornamen yang berwarna putih menjadi pudar dan tidak bisa diperbaiki seperti
pertumbuhan, dikarenakan masih dialiri oleh air perkolasi yang cukup banyak.
Mengenai potensi kerusakan (pencemaran) terkait air, tidak ada. Hal ini
disebabkan aktivitas wisatawan tidak berada pada sungai bawah tanah Luweng
Grubug.
Seperti pada zona Kali Suci, mikroklimat gua pada zona Luweng
Jomblang dan Grubug masih dipengaruhi oleh makroklimat luar gua. Sehingga
tidak ada pengaruh signifikan adanya aktivitas wisata dengan mikroklimat pada
167
terhadap mikroklimat pada zona Luweng Jomblang-Grubug lebih bersifat
yang terjadi antara lain, terinjaknya vegetasi di area sekitar jalan setapak yang
dilalui wisatawan, terdapat ukiran pada batang pohon, patahnya beberapa ranting
dan batang vegetasi oleh aktivitas wisatawan. Tingkat potensi kerusakan tersebut
instruktur. Seperti pada batang pohon yang terdapat ukiran bertuliskan nama
pengunjung, telah ada sebelum dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali
lingkungan gua selama ini tidak memiliki tingkat potensi kerusakan yang
signifikan terhadap lingkungan gua. Potensi kerusakan yang ada selama ini,
diakibatkan oleh para pengunjung ataupun penggiat penelusur gua yang tidak
Tabel 5.3 Analisis Tingkat Potensi Kerusakan Pada Lingkungan Gua Akibat
Aktivitas Wisatawan
168
permanen ada bukti secara visual telah
terjadi kerusakan pada
ornamen gua. Sedangkan
bukti visual kerusakan fisik
terdapat pada ornamen di
Luweng Grubug
Dikarenakan air pada sungai
bawah tanah Kali Suci
mengalir, potensi kerusakan
Air Transisional -
dapat digolongkan bersifat
sementara dan dapat pulih
kembali
Daya dukung gua yang luas,
menyebabkan kunjungan
wisatawan tidak memiliki
Mikroklimat Transisional Transisional pengaruh signifikan terhadap
mikroklimat gua. Potensi
kerusakan hanya bersifat
sementara
Secara visual terdapat
potensi kerusakan secara
Kumulatif,
kumulatif, transisional,
Vegetasi - transisional,
maupun permanen pada
permanen
hutan purba di dasar Luweng
Jomblang
kawasan karst Kali Suci. Untuk menjaga kelestarian kawasan karst Kali Suci, ke
masukan terkait lingkungan obyek wisata dari pengunjung juga berguna sebagai
karst Kali Suci. Sehingga kelestarian kawasan karst Kali Suci tetap terjaga.
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dapat dinikmati secara
berkesinambungan.
169
Selain itu, kearifan lokal masyarakat setempat juga memiliki peran dalam
menjaga kelestarian lingkungan kawasan karst Kali Suci. Kearifan lokal yang
dimiliki masyarakat sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan
pengelolaan dalam hal penerapan prinsip konservasi di obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci menjadi lebih mudah, karena dengan sendirinya terbantukan oleh
dengan keberadaan alam berupa legenda, mitos, upacara adat dan ritual
menandakan adanya fenomena hubungan yang sangat erat antara masyarakat dan
alam di sekitarnya, yang sifatnya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Hal
ini tercermin dari adanya kepercayaan masyarakat pada kekuatan di luar dirinya
yang ikut menjaga keberadaan alam ditunjukkan dalam sikap hormat yang
turun temurun dari nenek moyang hingga generasi yang sekarang. Harus diakui
Rasa hormat dan takut pada kehendak alam melebihi rasa ingin memiliki bahkan
ingin merusak apa yang ada dan disediakan oleh alam. Kepercayaan dan
kebiasaan hidup yang dianut masyarakat lokal kawasan karst Kali Suci secara
turun-temurun berupa legenda, mitos, upacara adat dan ritual yang dapat
170
lingkungan kawasan karst, namun keadaaan dan beban hiduplah yang
membuatnya.
lokal ikut terbawa arus dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan oleh
mereka. Akhirnya masyarakat lokal ikut menjarah sumber daya alam di sekitar
mereka, sebelum sumber daya alam tersebut habis oleh pihak lain. Inilah yang
demikian, masyarakat lokal kawasan karst Kali Suci menyimpan kearifan lokal
Kali Suci terekam sangat jelas saat melakukan ritual adat bersih Telaga Jonge.
Telaga Jonge merupakan sumber air bagi masyarakat selain Kali Suci. Upacara
bersih Telaga Jonge menurut Kami Tua dan perangkat desa, merupakan bentuk
pelestarian budaya, sebagai upaya mempercantik dan merawat kawasan karst Kali
Suci. selain itu upacara dilakukan juga sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan air yang masih dapat dimanfaatkan warga. Kegiatan yang
dilakukan saat upacara ialah kerja bakti, tirakatan, kenduri, kemudian dilanjutkan
dengan hiburan berupa pertunjukkan kesenian tradisional. Kerja bakti tidak hanya
171
dilakukan pada sumber-sumber air saja, namun juga pada lokasi pemukiman
warga.
tersebut turut membentuk sikap masyarakat untuk peduli dan ikut serta terlibat
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Sikap peduli
dengan kearifan lokalnya dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci ialah hal yang tepat. Apa yang diutarakan oleh almarhum Guru Besar
“…Sistem sungai bawah tanah Kali Suci tidak hanya berpotensi sebagai
sumber air saja. Namun juga memiliki potensi pariwisata. Kunci dari
pengelolaan pariwisata di kawasan ini ialah pemeliharaannya. Untuk
bisa dipelihara dengan baik, pemeliharaannya harus melibatkan orang
desa di kawasan ini. Adanya pengelolaan pariwisata dengan melibatkan
masyarakat pada daerah ini, selain masyarakat mendapat manfaat
(sumber pendapatan), masyarakat juga akan berusaha menjaga kawasan
ini. Dari situlah konservasi akan terjadi dengan sendirinya…”. 35
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Karena pada dasarnya,
masyarakat lokal yang lebih paham dan mengerti mengenai kondisi lingkungan
lingkungannya.
35
Kutipan Almarhum Profesor Otto Soemarwoto saat melakukan penelitian di kawasan karst Kali
Suci bersama tim peneliti HIKESPI pada tahun 2005 (dokumentasi video HIKESPI-GAPURA).
172
B. Aspek Sosial
Kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci,
satu pihak dengan pihak yang lainnya saling berkontribusi guna menghasilkan
dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, menjadi kunci
Kali Suci dan turut aktif dalam pengembilan keputusan, merupakan bukti dan
minat khusus karst Kali Suci. Masyarakat diposisikan sebagai subyek maupun
yang ada, merupakan hasil kesepakatan bersama. Adanya dialog dan proses
yang kemungkinan muncul. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan
perubahan paradigma kebijakan pembangunan yang terjadi selama ini. Hal yang
paling esensial ialah, masyarakat dapat menentukan sendiri langkah mereka untuk
dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Salah satunya ditandai
173
dengan semakin eratnya hubungan silaturahmi antar masyarakat. Faktor eratnya
berkumpul dan membahas perkembangan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Jika dahulu, silaturahmi warga hanya terjadi pada saat tertentu saja, saat ini
perkembangan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, tidak
hanya terjadi saat forum-forum resmi saja, tetapi juga terjadi saat waktu luang.
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, juga turut
tinggal. Sebelum dikelola, masyarakat lokal tidak mengetahui potensi apa yang
terdapat di wilayah mereka selain sebagai sumber air dan pertanian. Saat ini,
masyarakat lokal telah mengenal wilayah mereka dan mengetahui potensi apa saja
tersebut turut merubah sikap dan kebiasaan masyarakat lokal. Dahulu masyarakat
lokal menebang dan mengambil vegetasi apa saja yang ada di sekitar mereka
untuk pakan ternak, saat ini masyarakat lokal lebih memilih membeli atau
dan berkomunikasi dengan dunia luar. Pembangunan sarana fisik guna menunjang
hal infrastruktur) ke pelosok wilayah. Sebagai sebuah obyek wisata, Kali Suci
wisata minat khusus karst Kali Suci, membuat masyarakat sekitar dapat
174
Transformasi struktur mata pencaharian dari sektor pertanian menjadi
kondisi hidupnya menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan rendahnya produksi
kawasan karst Kali Suci, yang berakibat pada minimnya pendapatan mereka dari
sektor tersebut. Adanya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
atau tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor pariwisata tidak saja dialami oleh
kaum pria saja, tetapi juga turut dialami oleh kaum perempuan kawasan karst Kali
karst Kali Suci, membuat kaum perempuan terlibat dalam transformasi mata
khusus karst Kali Suci, sebagian besar dikelola oleh kaum perempuan. Jika dahulu
kaum perempuan di kawasan karst Kali Suci lebih identik dengan urusan dapur
rumah tangga dan membantu kaum pria di ladang, saat ini kaum perempuan juga
Sisi positifnya kaum perempuan mendapatkan status baru dalam keluarga petani
tradisional kawasan karst Kali Suci. Hal tersebut juga turut merubah cara pandang
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci juga turut merubah
distribusi produksi pertanian masyarakat kawasan karst Kali Suci. Jika dahulu
175
masyarakat sehari-hari dan dijual ke pasar atau tengkulak, saat ini distribusi
wisatawan, terutama produksi bahan pangan lokal dari hasil pertanian setempat.
Produksi pertanian, dahulu dijual dengan harga yang relatif murah, saat ini
produksi pertanian ada yang diolah menjadi kuliner lokal dan dijual kepada
wisatawan dengan harga yang lebih baik, walaupun jumlah produksi yang
pengembangan potensi dengan menjadikan kawasan karst Kali Suci sebagai pusat
kuliner bahan pangan lokal. Hal ini menunjukkan adanya perhatian terhadap
digelar, sebagai upaya menarik wisatawan dan masyarakat luas. Pada prinsipnya,
lebih baik.
176
air, pertanian, dan bahan bahan tambang saja. Tetapi
tambang juga sebagai potensi pariwisata
yang mendatangkan manfaat
perekonomian
Akses aktivitas masyarakat Sulit dan terganggu, karena Jalan yang diperbaiki dan
jalan masih berupa batu diaspal semakin
mempermudah masyarakat
untuk beraktivitas
Perbaikan kondisi hidup Hidup dari hasil pertanian Selain dari hasil pertanian,
saja.ada juga yang dari juga ada peningkatan
pertambangan batu gamping pendapatan dari hasil
pariwisata
Perhatian terhadap kebudayaan Perhatian terhadap budaya Tidak hanya kesenian
lokal lokal masih sebatas pelestarian tradisional saja, tetapi juga
kesenian tradisional terhadap pelestarian panganan
lokal
Transformasi struktur mata Masyarakat, terutama yang Ada alih mata pencaharian dari
pencahariaan masyarakat berada di sekitar obyek wisata sektor pertanian ke sektor
minat khusus karst Kali Suci pariwisata, kaum perempuan
bekerja sebagai petani, kaum juga terlibat dan memiliki
perempuan identik dengan kesempatan yang sama dengan
urusan dapur dan membantu kaum pria dalam
suami di ladang meningkatkan perekonomian
keluarga
Penguatan kapasitas lokal Jaringan dan relasi terbatas, Banyak relasi dan jaringan ke
kapasitas lokal tidak berbagai kelompok,
berkembang optimal berdampak kepada
meningkatnya penguatan
kapasitas lokal
C. Aspek Ekonomi
keuntungan dari segi ekonomi. Keuntungan ekonomi yang didapat antara lain,
pajak, serta mendorong kegiatan ekonomi lain yang berkaitan dengan kegiatan
pariwisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Keuntungan ekonomi
pada aktivitas pariwisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci sama
pengganda atau biasa disebut multiplier effect. Efek multiplier sendiri merupakan
ekonomi secara keseluruhan pada suatu wilayah tertentu. Efek ini berdampak
177
positif terhadap pembangunan pada umumnya. Efek multiplier juga memberikan
distribusi manfaat atau keuntungan di daerah obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci.
khusus karst Kali Suci memberikan rangsangan kepada masyarakat lokal untuk
kepada masyarakat lokal untuk hidup lebih baik. Berikut penuturan Cahyo
semenjak dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. untuk
wilayah desa dan beberapa pihak yang terlibat pengelolaan. Hasil observasi terkait
sepanjang jalan menuju obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, yang dulunya
sangat sulit mencari warung, kini banyak dijumpai warung-warung kecil yang
mencari makanan atau kebutuhan lainnya, para penelusur gua harus mencarinya
36
Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Juli 2011 di sela kegiatan kursus Dasar dan Lanjutan
HIKESPI yang diadakan di Luweng Jomblang
178
terlebih dahulu di pasar Munggi (berjarak sekitar 3 km dari Kali Suci), saat ini
kebutuhan tersebut bisa didapat di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Begitu juga dengan kendaraan bermotor, dahulu wilayah obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci jauh dari kesan ramai, saat ini banyak kendaraan bermotor
yang dijumpai. Namun hal ini belum menunjukkan hubungan adanya obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci dengan meningkatnya jumlah kendaraan pada
masyarakat lokal.
merupakan kendaraan bermotor keluaran tahun terbaru dan ada yang belum
memiliki nomor kendaraan sama sekali. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
minat khusus karst Kali Suci dengan perubahan ekonomi yang dirasakan oleh
perangkat desa, semenjak dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali Suci,
karst Kali Suci berdampak positif terhadap perbaikan ekonomi masyarakat lokal.
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, berikut tabel identifikasi
dampak ekonomi pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci:
179
pekerjaan pekerja resort
Penjualan produk Persenan dari
Dari hasil resort dan
wisata Dari hasil Cave penjualan produk
penelusuran Luweng
Tubing wisata masuk ke kas
Jomblang-Grubug
desa
Pendapatan pajak Dari pengelolaan
- - resort (pemerintah
daerah)
Pendapatan kas desa Persenan dari
- -
akitivitas pariwisata
Mendorong kegiatan
ekonomi lain,
meliputi:
- Usaha parkiran Mayarakat selaku
penyedia lahan parkir
- Usaha Warung Masyarakat yang
memiliki usaha
warung
- Usaha Makanan Masyarakat yang
memiliki usaha
makanan dan
kelompok tani selaku
produsen panganan
lokal
- Homestay Masyarakat yang
menyediakan tempat
tinggal untuk aktivitas
pariwisata
- Transportasi Ojek, pick up,
angkutan umum
khusus karst Kali Suci memiliki dampak positif terhadap pengembangan ekonomi
wilayah kawasan karst Kali Suci. Banyak masyarakat yang telah melakukan alih
profesi dari petani menuju sektor pariwisata. Lapangan pekerjaan baru yang
muncul dari adanya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci ialah
Sebagian besar pemandu obyek wisata minat khusus karst Kali Suci berasal dari
para pemuda lokal. Upah untuk pemandu berkisar dari Rp 50.000,00 sampai
terlibat dalam pengelolaan, diberi upah Rp 60.000,00 setiap harinya saat ada
180
aktivitas wisata. Untuk pekerja resort upah bervariasi, dari Rp 750.000,00 sampai
dengan Rp 1.000.000,00 setiap bulannya. Penyedia jasa transportasi (pick up) juga
mendapat upah sebesar Rp 50.000,00 sekali jalan. Upah yang diterima oleh para
Pemerintah daerah maupun pemerintah desa juga turut mendapatkan hasil dari
adanya pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Penghasilan yang
diperoleh berupa pajak dan persenan dari kegiatan wisata yang berjalan. Untuk
pemerintah desa.
Untuk usaha warung dan makanan dijalankan oleh warga yang tinggal di
sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Modal untuk menjalankan
usaha tersebut juga berasal dari warga sendiri. Kelompok tani juga dilibatkan
kesempatan kerja semenjak dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci, seperti usaha cinderamata yang sedang dikonsep oleh pihak Pokdarwis Kali
pariwisata dan sektor pertanian di wilayah obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci. Adanya saling support di antara kedua sektor tersebut dapat membuka
seperti yang diinginkan. Oleh karena itu saling support antara kedua sektor mutlak
dilakukan, dalam hal ini saling back up ketika salah satu sektor tidak berjalan.
181
D. Antisipasi Pengembangan
upaya tersebut masih terkesan jauh dari impian yang diharapkan. Seperti yang
Kabupaten Gunung Kidul). Tingkat pendidikan yang masih rendah dan tertinggal
pada tahun 2009), serta meningkatnya angka pengangguran (pada tahun 2009
terjadi peningkatan angka pengangguran sebesar 19,62% dibanding tahun 2008) 37.
pembangunan yang terjadi selama ini di kawasan karst Gunung Sewu dengan
wisata minat khusus karst Kali Suci sebagai salah satu strategi guna mewujudkan
penduduk kawasan karst Gunung Sewu (termasuk kawasan karst Kali Suci yang
37
BPS Kabupaten Gunung Kidul-Badan perencanaan Pembangunan Daerah,2009,”Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Gunung Kidul (Human Development Index) 2009”,BPS
Kabupaten Gunung Kidul, h.15-17.
182
gamping, penjarahan hutan dan penebangan pohon untuk dijual maupun
hari. Dari aktivitas tersebut menunjukkan bahwa daya dukung kawasan karst
kesejahteraan hidup pelakunya. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi
kelangsungan sumber daya kawasan karst yang terkenal fragile, mudah rapuh, dan
tidak dapat diperbaharui. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, suatu saat sumber
masyarakatnya) akan mengalami kerusakan total. Jika itu terjadi, kawasan karst
Gunung Sewu hanya akan menyisakan lahan yang rusak dan gersang yang tidak
bisa ditanami lagi (di beberapa tempat sudah terjadi). Hal ini tentu saja akan
Untuk itu perlu adanya perhatian dan strategi pembangunan (yang sifatnya
berkelanjutan) guna mengantisipasi hal tersebut terjadi di masa yang akan datang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa potensi sumber daya kawasan karst tidak
yang tersedia di kawasan karst Gunung Sewu (termasuk wilayah penelitian ini)
budidaya burung walet, serta industri pariwisata yang sangat menjanjikan dan
pariwisata cukup menjanjikan, sebab kawasan karst Gunung Sewu telah dikenal
183
dan diakui secara internasional memiliki nilai ilmiah dan keindahan, hal ini yang
bentukan alam warisan dunia, yang berpotensial dikunjungi ribuan turis asing
seperti kawasan karst Mulu (Malaysia) dan kawasan karst Halong Bay (Vietnam).
Terlepas dari itu, kebijakan pembangunan yang dibuat, wajib berorientasi pada
investor semata saja yang sifatnya lebih bersifat jangka pendek. Pembangunan
pada kawasan karst (termasuk pendayagunaan sumber daya karst) harus bersifat
lingkungan (konservasi).
karst Gunung Sewu (termasuk pada wilayah penelitian ini) ialah tekanan
penduduk, karena sebagian besar penduduknya ialah petani dengan luas lahan
pertanian yang terbatas dan sangat bergantung dengan ketersediaan air. Untuk itu
pada kasus dikelolanya obyek wisata minat khusus karst Kali Suci berlandaskan
184
Gambar 5.1 Skema Permasalahan Pada Penduduk Kawasan Karst Kali Suci
Beserta Solusinya
Hasil Analisis Kemitraan dalam Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci termasuk upaya
secara kemitraan, merupakan pembangunan yang padat modal dan padat karya,
185
telah terbukti dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal,
negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan memicu gerakan konservasi oleh
skema di atas, pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang
menciptakan kesejahteraan masyarakat lokal kawasan karst Kali Suci. Sekali lagi
alam karst tidak hanya dapat dinikmati oleh generasi saat ini saja, tetapi juga
kiranya pihak yang terlibat turut melakukan upaya perbaikan sebagai antisipasi
karst Kali Suci amat bergantung pada kelestarian lingkungannya, terutama sumber
daya sungai bawah tanahnya yang merupakan daya tarik utama (selain bentang
penambangan di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, pembangunan
186
fasilitas pendukung, serta upaya monitoring dampak pengelolaan obyek wisata
lingkungan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Aktivitas penambangan
tidak saja dapat merusak sumber daya karst saja, tetapi juga menimbulkan polusi
dan membuat berkurangnya debit air karst. Memang yang terjadi di lapangan,
aktivitas penambangan di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali Suci saat
ini tidak separah dengan aktivitas penambangan di areal sistem sungai bawah
masuk menuju obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Kegiatan di hulu
dapat menyebabkan sungai bawah tanah Kali Suci berkurang debit airnya dan
menimbulkan pencemaran lingkungan. Tentu saja hal ini dapat berdampak negatif
terhadap aktivitas wisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang
menjadikan sungai bawah tanahnya sebagai daya tarik utama kegiatan wisata.
dengan syarat harus didahului dengan studi lingkungan). Namun yang terjadi di
lapangan, implementasi dari regulasi tersebut tidak sepenuhnya sesuai. Hal ini
187
terbukti masih dijumpai adanya penambangan ilegal di sekitar obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci yang masih berjalan, dan sebagian besar dijalankan oleh
pihak pendatang tanpa didahului studi lingkungan. Menurut data yang ada,
kawasan karst Kali Suci yang terletak di Kecamatan Semanu memiliki potensi
mineral bahan galian golongan C, yaitu jenis kelompok batu gamping terumbu
keras (bedes) dan batu gamping berlapis kasar (kalkarenit) 38. Adanya potensi
bawah tanah Kali Suci. Jika hal ini terjadi, tentu saja mendatangkan kerugian yang
besar bagi kegiatan wisata di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
penambangan yang terjadi di sekitar areal sungai bawah tanah Bribin terbukti
secara signifikan mengurangi debit air sistem sungai bawah tanah dan
menciptakan polusi udara yang amat mengganggu pengguna jalan. Untuk itu
Kali Suci. Terutama dalam hal pemberian ijin penambangan dan monitoring
konflik terkait pemanfaatan area di sekitar obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci.
38
Dinas Perekonomian, Sub Dinas Pertambangan Kabupaten Gunung Kidul, 2005a, “Potensi
Pertambangan Bahan Galian C Kabupaten Gunung Kidul”, dalam Laporan Tahunan Kabupaten
Gunung Kidul.
188
Masalah pembangunan fasilitas pendukung juga perlu diperhatikan lebih
lanjut. Tertutama jika rencana terebut terealisasikan ke depannya. Hal yang perlu
pinggir doline Kali Suci. Perlu dilakukan studi kelayakan terkait hal tersebut.
Mengingat doline merupakan area yang rawan akan erosi. Hal ini untuk
pinggir doline memang strategis, sebab dapat melihat pemandangan bentang alam
karst Kali Suci lebih luas, namun perlu diperhatikan juga mengenai keselamatan
pengunjung saat meikmati bentang alam karst dari gazebo yang dibangun di
pembangunan kamar diesel sebagai kebutuhan sumber listrik. Terutama dalam hal
perawatan dan biaya operasionalnya. Pokdarwis Kali Suci sendiri tidak begitu
setuju dengan adanya kamar diesel, karena untuk perawatan dan biaya
Pengembangan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci juga perlu
perkembangan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci terkait dampak yang
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, memang telah dilakukan monitoring
dampak, namun monitoring berjalan tidak teratur atau dengan kata lain tidak
lingkungan karst Kali Suci dari waktu ke waktu dan potensi konflik sosial yang
mungkin timbul akibat adanya kegiatan pariwisata di obyek wisata minat khusus
189
karst Kali Suci. Pedoman atau petunjuk pelaksanaan monitoring bisa mengacu
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci tidak disertai oleh
studi AMDAL di awal. Padahal jika menilik kriteria usaha dan/atau kegiatannya,
pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci wajib didahului studi
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut maka tata cara atau petunjuk
rencanan usaha dan/atau kegiatn apa saja yang wajib Amdal menggunakan
butir J Bidang Pariwisata. Ini berarti bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan
kawasan pariwisata termasuk wajib memiliki kajian Amdal. Dampak yang timbul
minat khusus karst Kali Suci) pada umumnya adalah terhadap gangguan terhadap
ekosistem, hidrologi, bentang alam dan konflik sosial, sampah dan kerusakan
ornamen unik baik fenomena eksokarst maupun endokarst. Skala atau besaran
jenis kegiatan kawasan pariwisata tersebut adalah untuk semua ukuran besaran.
Walaupun pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci telah berjalan
190
monitoring dapat dilakukan secara efektif dan berdasar atas pedoman yang
disusun. Dengan begitu dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan pariwisata
di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dapat dipantau secara periodik.
Selain itu pihak pengelola juga diharapkan melakukan identifikasi mengenai data
biota gua dan vegetasi karst di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
Identifikasi atau pengumpulan data tersebut dapat dilakukan kerja sama antara
yang berkompeten. Hal ini mengingat belum lengkapnya data mengenai biota gua
dan vegetasi karst di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Identifikasi atau
kondisi biota gua dan vegetasi karst di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
Indonesia.
191
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci merupakan bagian
untuk saling pengertian, saling memahami dan saling menguntungkan. Nilai yang
menyertai kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus karst kali Suci
ialah norma dan etika bisnis. Adapun model kemitraan yang dijalankan bersifat
pihak terkait. Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci diarahkan
Kali Suci terlihat pada saat pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan
tidak hanya melibatkan stakeholder inti saja, tetapi juga stakeholder yang lebih
luas (di antaranya pemerintah desa, masyarakat lokal, Kami Tua). Adapun bentuk-
bentuk kemitraan terlihat pada tahapan formulasi dan penetapan kebijakan, tahap
minat khusus karst Kali Suci, bentuk kemitraan terjalin dalam perencanaan
192
pengelolaan, meliputi perencanaan tujuan pengelolaan, pemanfaatan area, serta
analisis pasar. Adapun peran pemerintah pada tahap ini ialah dalam bentuk
regulasi, menyusun site plan dan renstra yang sesuai RTRW dan RIPPDA, serta
dan mengelola obyek wisata minat khusus karst Kali Suci. Upaya-upaya tersebut
antara lain, pendanaan, pengadaan fasilitas serta perbaikan sarana dan prasarana,
peran pemerintah pada tahap ini ialah melakukan upaya pemasaran (pembuatan
ditujukan kepada Pokdarwis Kali Suci (Program Sadar Wisata), perbaikan sarana
melakukan penebaran benih dan pengadaan tempat sampah). Untuk pihak investor
Kali Suci terkait pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci.
193
penyediaan fasilitas penunjang, penciptaan lapangan pekejaan, serta berpartisipasi
penanaman).
khusus karst Kali Suci, peran pemerintah sebagai mediator, untuk pihak swasta
yang dilakukan oleh Pokdarwis Kali Suci. Evaluasi dilakukan sebulan sekali,
Hal ini mengingat tidak adanya pedoman atau petunjuk dalam melakukan
karst Kali Suci adalah potensi obyek wisata minat khusus karst Kali Suci,
para stakeholder, sumber daya manusia yang dimiliki, serta jaringan yang
pasang surut, obyek wisata minat khusus karst Kali Suci amat bergantung pada
beberapa warga.
Obyek wisata minat khusus karst Kali Suci dalam pengembangan dan
194
aspek ekonomi, sosial, dan ekologi (lingkungan). Terkait aspek ekologi
lingkungan kawasan karst Kali Suci. Artinya pengelolaan yang dilakukan telah
aspek sosial, pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci membawa
Terkait aspek ekonomi, pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
ekonomi lokal tersebut antara lain penciptaan lapangan pekerjaan, mendorong dan
Dari temuan tersebut pengelolaan obyek wisata minat khusus karst kali
kesejahteraan hidup masyarakat sekitarnya. Kawasan karst Kali Suci juga tetap
terjaga kelestariannya, sehingga tidak hanya bisa dinikmati oleh generasi saat ini
saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Walaupun
195
demikian perlu dilakukan antisipasi pengembangan ke depannya. Hal-hal yang
wisata minat khusus karst Kali Suci, pembangunan fasilitas pendukung, serta
upaya monitoring dampak pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci.
B. Saran
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang dijalankan
maupun ekonomi. Walaupun demikian masih terdapat beberapa hal yang harus
Pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci yang dilakukan
bersifat fleksibel, perlu kiranya untuk diperjelas lagi mengenai hak dan
pengelolaan.
pembangunan berkelanjutan,
196
Perlu dilakukan kerja sama dengan beberapa pihak lainnya yang
terarah. Oleh karena itu, Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul perlu untuk
tidak hanya berpusat pada sektor pariwisata saja, tetapi juga pada sektor
pariwisata budaya dan kesenian, serta menjadikan kawasan karst Kali Suci
sebagai pusat kuliner bahan pangan lokal juga perlu diapresiasi lebih
lanjut. Untuk itu perlu diidentifikasi mengenai potensi apa saja yang
dan pelatihan.
197
Daftar Pustaka
198
IUCN, 2008, “World Heritage Caves & Karst (a Global Review of Karst World
Heritage Properties: Present Situation, Future Prospects and Management
Requirements)”, IUCN Protected Areas Programme, Gland Switzerland.
Jayaputra, A., dkk, 2004, “Kajian Model Kemitraan Dunia Usaha dalam
Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat”, Pusat Pengembangan
Ketahanan Sosial Masyarakat, Jakarta.
Kantor Kecamatan Semanu, 2009, “Kecamatan Semanu dalam Angka: Semanu
District In Figures 2009”.
Keputusan Menteri ESDM No. 1456 K/20/MEM/2000, tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Karst.
Ko, R.K.T., 1991, “Industri Pariwisata Alam Sebagai Alternatif Pemanfaatan
Kawasan Karst”, tidak diterbitkan.
Ko, R.K.T., 1997, “Makalah Seminar Hidrologi dan Pengelolaan Kawasan karst”,
Masyarakat Pemerhati Lembaga Karst Indonesia (LKI), Yogyakarta 25-26
Oktober 1997, tidak diterbitkan.
Ko, R.K.T., 1999, “Guidelines To Develop and Manager Caves for Tourism”,
International Presentation on Cave Management at the IUCN-World Bank
Meeting On Limestone Biodiversity 25-27 january 1999, Bangkok, tidak
diterbitkan.
Ko, R.K.T., 2001, “Kawasan Karst Maros-Pangkep Nilai Lebihnya dalam Bidang
Non-Pertambangan”, Seminar Nasional Karst Maros-Pangkep 12
November 2001, Makassar, tidak diterbitkan.
Ko, R.K.T., 2003, “Materi Kuliah pada Kursus Introduksi Pengelolaan Kawasan
Karst”, Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia, tidak diterbitkan.
Ko, R.K.T., 2004, “Pengertian Kawasan Karst Sebagai Suatu Sistem Energi”,
Makalah Kunci pada Lokakarya Nasional Karst Banda Aceh Juli 2004,
Aceh.
Ko, R.K.T., 2004, “Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Karst Gunung Sewu:
Suatu Impian atau Tantangan”, Makalah Kunci pada Workhsop Nasional
Pengelolaan Kawasan Karst 4-5 Agustus 2004, Wonogiri, tidak
diterbitkan.
Kumorotomo, W., 1999, “Kemitraan Usaha Sebagai Alternatif dalam Pembiayaan
Sektor Publik di Daerah (Argumentasi Teoritis dan Kasus Kemitraan
Pemerintah-Swasta di Pemda Cirebon dan Pemda Surakarta), JSP Vol.3
Nomor 1 (Juli 2009).
Loza, 2004, “Business-Community Partnerships: The Case for Community
Organization Capacity Building”, Journal of Business Ethics, Vol 53,
Nomor 3 (September 2004), Springer, www.jstor.org/stable/25123303/pdf.
McDonald & Partners, 1982, “Gunung Sewu Cave Survey: Main Report”,
Directorate General of Water Resources Development Project (P2AT),
Yogyakarta.
199
Muhadjir, N., 2002, “Metode Penelitian kualitatif Edisi IV”, Rake Sarasin,
Yogyakarta.
Moleong, L.J., 1999, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Remaja Rosda Karya,
Bandung.
Nasution, 1988, “Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung.
Nawawi, H., 1983, “Metode penelitian Bidang Sosial”, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Padmiati, E., 2008, “Model Kemitraan Dunia Usaha dalam Pembangunan
Permasalahan Kesejahteraan Sosial”, Jurnal Penelitian Kesejahteraan
Sosial Vol VII Nomor 26 (Desember 2008), Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), Yogyakarta.
Pitana, I Gde.,dan Diarta, I Ketut Surya., 2009, “Pengantar Ilmu Pariwisata”,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Poerwandari, K., 2001, “Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia”, LPSP3 Universitas Indonesia, Jakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. 1995, “Kamus Besar
Bahasa Indonesia”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka, Jakarta.
Rahmadi, C., 2011, “Karst, Dilema Pemanfaatan Lahan”,
http://biotagua.org/2011/07/01/dilema-karst/.
Santosa, L.W., 2006, “Identifikasi Kerusakan Kawasan Karst Akibat Aktivitas
Penambangan di kabupaten Gunung Kidul”, Gunung Sewu Cave And
Karst Journal Vol 2 Nomor 1, April 2006, Yogyakarta.
Setiawan, D., 2004, “Tesis: Kemitraan Berbasis Good Governance (Studi kasus
Pembangunan Pasar kosambi Bandung), MAP UGM, Yogyakarta.
Siahaan, N.H.T., 2004, “Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan”, Edisi
Kedua, Erlangga, Jakarta.
Soehartono, I., 2008, “Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya”, Remaja Rosda Karya,
Bandung.
Sukanta, S., 2011, “Pengembangan Wisata Minat Khusus Kawasan Karst di
Yogyakarta”, Makalah pada Diskusi Publik Pariwisata Karst: Merusak
atau Menyelamatkan Keanekaragaman Hayati Kawasan Karst (KPALH
Setrajana) 24 Mei 2011, tidak diterbitkan.
Sulistyani, A.T., 2004, “Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan”, Gava
Media, Yogyakarta.
Sumarto, H.S.J., 2004, “Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Surachmad, W., 1987, “Pengantar Penelitian Ilmiah”, Tarsito, Bandung.
200
Suryono, T., 2006, “Pengelolaan Sumber Air Bawah Tanah Sungai Bribin”,
Gunung Sewu Indonesian Cave And Karst Journal Vol 2 Nomor 1, April
2006, Yogyakarta.
WCED, 1987, “Report of The World Commission on Environtment and
Development: Our Common Future”, http://www.undocumentsnet/wced-
ocf.htm.
Winarni, Tri., 2000, “Sosiatri Sebagai Suatu Ilmu”, dalam Sunartiningsih, Agnes.,
(ed), “Sosiatri, Ilmu dan Metode”, Yogyakarta: Aditya Media.
Wiryanto, 2005, ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
You, Z., Chen, W., Song, L.,2011, “Evaluating Ecological Tourism Under
Sustainable Development in Karst Area”, Journal of Sustainable
Development Vol 4 Nomor 2 April 2011.
Undang Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Pembukaan Alinea IV.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, tentang
Kepariwisataan.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementerial Negara Lingkungan
Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor, 08 Tahun 2006, tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Menganai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor, 11 Tahun 2006, tentang
Jenis Usaha dan/Atau Kegiatan yang Wajib Delengkapi Dengan Analisis
Menganai Dampak Lingkungan Hidup
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/20432
201
Lampiran
Lampiran 1 (Peta Lokasi Penelitian)
Lampiran 2 (Peta Administrasi Kecamatan Semanu)
Lampiran 3 (Peta Penggunaan Lahan)
Lampiran 4 (Peta Rencana Pengelolaan Semanu Extreme Adventure)
Lampiran 5 (Peta Gua Jomblang-Grubug)
Lampiran 6 (Peta Gua Buri Omah)
Lampiran 7 (Brosur Wisata)
Lampiran 8 (Interview Guide)
INTERVIEW GUIDE 1
KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN OBYEK WISATA MINAT KHUSUS
KARST KALI SUCI
Identitas Responden
Nama: ………………………………………………………………………………...
Jabatan: Saat ini……………………………Sebelumnya.…..……………………...
Instansi: Saat ini……………………………Sebelumnya…………………….…….
Tanggal Wawancara :…………./……………………..…….2011
A. Perencanaan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
1. Bagaimana sejarah awal pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
3. Apa yang menjadi tujuan dikelolanya Kali Suci?
4. Bagaimana tahapan-tahapan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
5. Bagaimana tugas dan peran Pokdarwis Kali Suci dalam perencanaan pengelolaan
Kali Suci?
6. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Pokdarwis Kali Suci
dalam hal perencanaan pengelolaan?
B. Pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
1. Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan obyek daya tarik wisata minat
khusus karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Pokdarwis Kali Suci
dalam hal pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Bagaimana upaya dan peran Pokdarwis Kali Suci dalam hal pengembangan
obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci?
C. Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibangun di obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Pokdarwis Kali Suci dalam hal pengadaan
sarana dan prasarana di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Pokdarwis Kali Suci
dalam hal pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci?
1
Untuk anggota Pokdarwis Kali Suci
D. Promosi dan pemasaran
1. Bagaimana promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Pokdarwis Kali Suci dalam promosi dan
pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Pokdarwis Kali Suci
dalam melakukan promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
E. Pendanaan
1. Dari mana saja sumber dana pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci berasal?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Pokdarwis Kali Suci dalam hal pendanaan
obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Pokdarwis Kali Suci
dalam pendanaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
F. Pendidikan dan Pelatihan SDM
1. Apa saja bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Pokdarwis Kali Suci dalam hal pendidikan
dan pelatihan SDM obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
G. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan gotong royong pengelolaan obyek
wisata
1. Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat?
2. Hal-hal apa saja yang membuat masyarakat turut terlibat dalam kegiatan gotong
royong pengelolaan obyek wisata?
3. Apa saja harapan-harapan warga atau masyarakat terkait pengelolaan obyek
wisata Kali Suci?
H. Modal Sosial Masyarakat
a. Apa saja bentuk modal sosial yang dimiliki warga atau masyarakat sekitar obyek
wisata Kali Suci? (Mohon dijelaskan satu per satu)
b. Apakah masyarakat menaati setiap aturan dan norma yang berlaku?
INTERVIEW GUIDE 2
KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN OBYEK WISATA MINAT KHUSUS
KARST KALI SUCI
Identitas Responden
Nama: ………………………………………………………………………………...
Jabatan: Saat ini……………………………Sebelumnya.…..……………………...
Instansi: Saat ini……………………………Sebelumnya…………………….…….
Tanggal Wawancara :…………./……………………..…….2011
A. Perencanaan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
1. Bagaimana sejarah awal pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
3. Apa yang menjadi tujuan dikelolanya Kali Suci?
4. Bagaimana tahapan-tahapan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
5. Bagaimana tugas dan peran Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam
perencanaan pengelolaan Kali Suci?
6. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul dalam hal perencanaan pengelolaan?
B. Pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
2. Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan obyek daya tarik wisata
minat khusus karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul dalam hal pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus
karst Kali Suci?
4. Bagaimana upaya dan peran Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam hal
pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci?
C. Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibangun di obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam
hal pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul dalam hal pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci?
2
Untuk Pemerintah Daerah (Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dan Aparat Desa)
D. Promosi dan pemasaran
1. Bagaimana promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam
promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul dalam melakukan promosi dan pemasaran obyek wisata minat
khusus karst Kali Suci?
E. Pendanaan
1. Dari mana saja sumber dana pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci berasal?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam
hal pendanaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui Disbudpar Kabupaten
Gunung Kidul dalam pendanaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
F. Pendidikan dan Pelatihan SDM
1. Apa saja bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya Disbudpar Kabupaten Gunung Kidul dalam
hal pendidikan dan pelatihan SDM obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
INTERVIEW GUIDE 3
KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN OBYEK WISATA MINAT KHUSUS
KARST KALI SUCI
Identitas Responden
Nama: ………………………………………………………………………………...
Jabatan: Saat ini……………………………Sebelumnya.…..……………………...
Instansi: Saat ini……………………………Sebelumnya…………………….…….
Tanggal Wawancara :…………./……………………..…….2011
A. Perencanaan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
1. Bagaimana sejarah awal pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pengelolaan obyek wisata minat khusus
karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
3. Apa yang menjadi tujuan dikelolanya Kali Suci?
4. Bagaimana tahapan-tahapan pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci?
5. Bagaimana tugas dan peran investor dalam perencanaan pengelolaan Kali Suci?
6. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui investor dalam hal
perencanaan pengelolaan?
B. Pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci, Gunung
Kidul
1. Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan obyek daya tarik wisata
minat khusus karst Kali Suci dan apa saja bentuk keterlibatannya?
2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui investor dalam hal
pengembangan obyek daya tarik wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Bagaimana upaya dan peran investor dalam hal pengembangan obyek daya tarik
wisata minat khusus karst Kali Suci?
C. Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibangun di obyek wisata minat khusus karst
Kali Suci?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya investor dalam hal pengadaan sarana dan
prasarana di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui investor dalam hal
pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
D. Promosi dan pemasaran
1. Bagaimana promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci
dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya investor dalam promosi dan pemasaran obyek
wisata minat khusus karst Kali Suci?
3
Untuk pihak investor
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui investor dalam
melakukan promosi dan pemasaran obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
E. Pendanaan
1. Dari mana saja sumber dana pengelolaan obyek wisata minat khusus karst Kali
Suci berasal?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya investor dalam hal pendanaan obyek wisata
minat khusus karst Kali Suci?
3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat yang ditemui investor dalam
pendanaan obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?
F. Pendidikan dan Pelatihan SDM
1. Apa saja bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilakukan?
2. Bagaimana keterlibatan dan upaya investor dalam hal pendidikan dan pelatihan
SDM obyek wisata minat khusus karst Kali Suci?