MODUL PERKULIAHAN
Kode – U001700006
PENDIDIKAN
PANCASILA
Pendidikan Pancasila: Latar
belakang, Tujuan dan
Metode Pembelajaran
a. Latar belakang
Gerakan merevitalisasi Pancasila saat ini semakin menunjukkan gejala yang
menggembirakan. Forum-forum ilmiah di berbagai tempat telah diselenggarakan
baik oleh masyarakat umum maupun kalangan akademisi. Tidak terkecuali lembaga
negara yaitu MPR sudah mencanangkan empat pilar berbangsa yang salah satunya
adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang istilah pilar tersebut, karena
selama ini dipahami bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun semangat untuk
menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik.
Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi yang belum lama disahkan, secara eksplisit menyebutkan bahwa terkait dengan
kurikulum nasional setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah
Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa Indonesia.
Apabila dilakukan jejak pendapat dikalangan mahasiswa biasanya mereka
cenderung tidak menyukai empat mata kuliah yang dikenal sebagai Mata Kuliah
Kepribadian (MPK). Beberapa alasannya adalah pertama, mata kuliah ini bukan mata
kuliah sesuai dengan bidang studi mereka, kedua, materinya tidak up-to-date, hanya
mengulang apa yang pernah mereka dapatkan di jenjang pendidikan sebelumnya, ketiga,
metode pembelajarannya yang tidak variatif dan inovatif sehingga menimbulkan
kebosanan. Alasan yang pertama perlu diberikan penjelasan kepada mahasiswa bahwa
mempelajari ilmu sesuai dengan bidangnya saja tidaklah cukup untuk bekal ketika mereka
lulus kuliah dan terjuh ke masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
60% keberhasilan seseorang tidak ditentukan pada penguasaan bidang ilmunya, namun
pada kepribadiannya. Dengan menyadari betapa pentingnya kepribadian, diharapkan
mahasiswa akan lebih tertarik dan antusias mempelajari Pancasila.
Alasan kedua yaitu materi tidak up-to-date sebenarnya hal ini lebih terkait dengan
masalah SDM (dosen pengampu). Bahan-bahan pendukung perkuliahan yang terkait
dengan Pancasila sangat banyak. Tulisan dalam jurnal, majalah, buku maupun internet
sangat mencukupi untuk digunakan sebagai bahan ajar. Persoalan sebenarnya juga tidak
dapat ditimpakan sepenuhnya kepada dosen karena realitas di lapangan jumlah dosen
Pancasila sangat terbatas, sehingga yang terjadi satu dosen dapat mengajar banyak kelas
atau dosen yang tidak berkompeten mengajar Pancasila. Persoalan materi terkait pula
dengan metode pembelajaran yang berujung pada SDM juga. Sehinggga perlu kiranya
kedepan dilakukan up-grading bagi pengajar Pancasila dan pelatihan untuk calon dosen
pengajar Pancasila.
Keberadaan Rancangan Pembelajaran Pendidikan Pancasila ini tentunya sangat
penting untuk memberikan panduan umum tentang bagaimana mengajarkan Pancasila
kepada mahasiswa. Rancangan ini sudah memilahkan antara Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan yang sebelumnya dijadikan satu, sehingga memperjelas
pokok bahasan apa saja yang perlu disampaikan kepada mahasiswa terkait dengan
Pendidikan Pancasila. Selain itu, gambaran tentang metode pembelajaran juga diharapkan
dapat memberikan inspirasi untuk dikembangkan lebih lanjut.
b. Tujuan
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang diharapkan setelah lulus mata kuliah ini adalah:
c. Metode pengajaran
Pilihan strategi pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila yang berbasis
kompetensi dengan pendekatan Student Active Learning membawa konsekuensi perubahan
paradigma metode pembelajaran. Arah perubahannya adalah sebagai berikut;
Dari Menjadi
Berpusat pada pengajar Berpusat pada Mahasiswa
(metode Instruksi) (metode konstruksi)
Paradigma = Mengajar Paradigma = Belajar
Apa yang dipikirkan Apa yang dipelajari
Mengetahui apanya Mengetahui bagaimananya
transfer of knowledge transfer of values
Dengan pendekatan Student Active Learning, mahasiswa lebih banyak melakukan eksplorasi
daripada secara pasif menerima informasi yang disampaikan oleh pengajar. Keuntungannya
mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang
keahliannya saja, tetapi juga berkembang keterampilan komunikasi, bekerja dalam kelompok,
insiatif, berbagi informasi, dan penghargaan terhadap orang lain. Metode pendekatan Student
Active Learning ini meliputi antara lain:
Studi kasus. Pada metode pembelajaran ini mahasiswa diberikan kasus yang perlu dicari
pemecahan masalahnya sesuai dengan pokok bahasan yang sedang dibahas.
Diskusi. Penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan cara mahasiswa ditugaskan untuk
membahas dan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk memperoleh
suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti.
metode tersebut tergantung dari kebutuhan, kesiapan staf pengajar, sarana, dan prasarana
yang ada pada masing-masing perguruan tinggi
d. Sistem penilaian
Evaluasi Hasil Pembelajaran dapat dilakukan melalui:
1) Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berdasarkan capaian pembelajarannya.
2) Adapun bentuknya bisa bermacam-macam seperti penugasan individual atau
kelompok, quis, ujian tengah semester, ujian akhir semester, penilaian diri
(selfassessment), penilaian sejawat (peer assessment), dan observasi kinerja
mahasiswa melalui tampilan lisan atau tertulis.
3) Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen pengampu dan
disesuaikan dengan Pedoman Evaluasi Akademik yang berlaku pada perguruan
tinggi masing-masing.
4) Sistem penilaian perlu dijelaskan kepada mahasiswa pada awal perkuliahan.
e. Kontrak perkuliahan
Undang-Undang No 12 tahun 2012, menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi dalam
penyusunan kurikulum, namun pada pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Disamping itu, peserta didik di perguruan tinggi merupakan
insan dewasa , sehingga dianggap sudah memiliki kesadaran dalam mengembangkan potensi diri
untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan atau professional.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Tinggi dalam UU No 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi,
yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seluruh mahasiswa harus mengikuti pembelajaran mata kuliah
dasar umum yang dikenal dengan MKDU (general education). Sebagian dari MKDU telah
dinyatakan dalam UU No 12 tahun 2012 sebagai mata kuliah wajib, yaitu Agama, Pancasila,
Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam rangka menyempurnakan capaian pembelajaran,
maka MKDU ditambah dengan bahasa Inggris, Kewirausahaan, dan mata kuliah yang mendorong
pada pengembangan karakter lainnya, baik yang terintegrasi maupun individu. Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila merupakan pelajaran yang memberikan pedoman kepada setiap insan untuk
mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-maslah pembangunan bangsa dan Negara
dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideology dan dasar Negara Republik Indonesia.
Mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai idologi Negara Indonesia melalui esensi
materi pendidikan Pancasila yang meliputi: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan
bangsa, Pancasila sebagai dasar Negara, Pancasila sebagai ideology Negara, Pancasila
sebagai system system filsafat dan dasar nilai pengembangan ilmu, Makna dan
aktualisasi nilai-nilai sila-sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
Pancasila dalam system ekonomi.
Materi Pembelajaran
Capaian pembelajaran dalam mata kuliah Pancasila ini adalah agar mahasiswa dapat menganalisis
konsep berikut:
PELAKSANAAN PERKULIAHAN
Perkuliahan dilaksanakan selama satu semester dengan 15 kali pertemuan, dan 1 kali Ujian Akhir
Semester. Mahasiswa dituntut untuk mampu secara mandiri mengolah berbagai informasi yang ada
dan terus aktif mengembangkan diri. Dalam perkuliahan ini, mahasiswa harus terlibat aktif
membangun pengetahuannya sehingga mencapai pengetahuan yang mendalam.
D. Metode pembelajaran :
suatu kejadian.
9) Permainan Merupakan cara penyajian bahan pengajaran dimana mahasiswa melakukan
permainan untuk memperoleh atau menemukan pemahaman dan konsep tertentu. Metode
permainan ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok.
10) Collaborative Learning (CL) Merupakan proses belajar kelompok, di mana setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengetahuan, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman
seluruh anggota.
11) Problem-Based Learning (PBL)
Metode belajar yang menggunakan masalah yang komplek dan nyata untuk memicu pembelajaran
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
12) Bola salju menggelinding
Dalam pembelajaran ini mahasiswa melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari
pasangan tersebut kemudian mencari pasangan yang lain sehingga semakin lama anggota
kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding.
C. MAKNA PANCASILA
Pancasila sebagai dasar negara yang autentik termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti esensi
nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
sosial. Bangsa Indonesia semestinya telah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan, tetapi dalam kenyataannya belum sesuai dengan
harapan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi muda,khususnya mahasiswa sebagai
kaum intelektual, untuk berpartisipasi berjuang mewujudkan tujuan negara berdasarkan
Pancasila. Agar partisipasi mahasiswa di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan
pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa tentu
mengetahui bahwa setiap sistem keyakinan itu terbentuk melalui suatu proses yang panjang
karena ideologi melibatkan berbagai sumber, seperti: kebudayaan, agama, dan pemikiran para
tokoh. Ideologi yang bersumber dari kebudayaan, artinya, berbagai komponen budaya yang
meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan
memengaruhi dan berperan dalam membentuk ideologi suatu bangsa. Mahasiswa perlu
mengetahui bahwa ketika suatu ideologi bertitik tolak dari komponenkomponen budaya yang
berasal dari sifat dasar bangsa itu sendiri, maka pelaku-pelaku ideologi, yakni warga negara, lebih
mudah Drs. Syamsu Ridhuan, M. Pd . Edisi Revisi, Agustus 2020 melaksanakannya. Para pelaku
ideologi merasa sudah akrab, tidak asing lagi dengan nilainilai yang terdapat dalam ideologi yang
diperkenalkan dan diajukan kepada mereka. Pancasila sebagai sistem filsfat merupakan bahan
renungan yang menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas
ide philosofische grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai
filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam
diskusidiskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu
momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat. Sistem filsafat merupakan suatu
proses yang berlangsung secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri
negara merupakan bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir
berikutnya, seperti: Notonagoro, Soerjanto Poespowardoyo, dan Sastrapratedja. Mereka
termasuk segelintir pemikir yang menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat.
Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para
tokoh yang bertitik tolak dari teoriteori filsafat akan dibahas pada subbab tersendiri. Mahasiswa
perlu memahami Pancasila secara filosofis karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan
tinggi menuntut mahasiswa untuk berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan
mendasar sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat. Pancasila sebagai sistem etika, di samping
merupakan way of life bangsa Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia untuk bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai
peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang
orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi
ilmiah. Oleh karena itu, keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas dapat
menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai
(value –free).
TUGAS
Tugas yang yang diberikan desen yang bersangkutan harus dikerjakan oleh mahasiswa disusun
sebagai berikut :
1. Tugas Besar I , materinya CPMK 1 sd. 4
2. Tugas Besar II , materinya CPMK 5 sd. 8
3. Dosen memberikan penilaian terhadap mutu laporan tugas kelompok, sebagai komponen
dari nilai tugas.
4. UAS materinya dari CPMK 1 sd. 8.
KRITERIA PENILAIAN
Penilai dalam perkuliahan ini akan dilakukan seobjektif mungkin sesuai dengan upaya mahasiswa
dalam pencapaian kemampuan. Beberapa hal yang menjadi variable penilaian adalah :
Daftar Pustaka