Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ISSN 2655-8823 (p)

VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70


KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

KONFLIK AGRARIA
DALAM PENGELOLAAN TANAH PERKEBUNAN
PADA PT HEVEA INDONESIA (PT HEVINDO)
DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN NANGGUNG
KABUPATEN BOGOR
Meiliani Puji Suharto
Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial, FISIP UNPAD
E-mail: meiliani97@gmail.com

Gigin K. Basar
Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, FISIP UNPAD
E-mail: gigin@unpad.ac.id

ABSTRAK
Konflik agraria banyak disebabkan oleh adanya kesenjangan sumber daya natural, khususnya kesenjangan dalam
penguasaan, persepsi dan konsepsi, serta hukum dan kebijakan yang saling bertentangan. Konflik umumnya
terjadi antar individu, antar kelompok, masyarakat maupun pihak-pihak lain, dimana setiap pihak yang berkonflik
berupaya untuk dapat menunjukkan kekuatannya agar kepentingannya dapat terwujud dengan baik, salah satunya
pada pengelolaan dan penguasaan tanah perkebunan.
Kasus konflik antara PT. Hevea Indonesia (Hevindo) yang berada di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat dengan masyarakat sekitar terutama masyarakat petani. Konflik karena keterbatasan jumlah lahan
milik masyarakat, sementara kebutuhan masyarakat semakin meningkat, baik fungsi maupun manfaat lahan
tersebut bagi masyarakat. Akhirnya masyarakat melakukan aksi pendudukan lahan-lahan tersebut di berbagai
lokasi HGU. Meskipun sebagian besar cara yang digunakan belum berujung pada tindakan-tindakan radikal.
Artikel ini mengungkapkan teori-teori yang mendukung penyebab terjadinya konflik, melalui penelusuran
literatur. Hasil penelitian menungkapkan kronologis konflik yang terjadi dari awal hingga akhir selama satu
semester. Pembahasan yang berisi tentang analisis konsep atau teori-teori yang digunakan serta kesimpulan dan
saran dari penulis dalam menyikapi isu yang ditulis dan dibahas di dalam artikel ini.

Kata kunci: Konflik Agraria, Masyarakat, Perusahaan

ABSTRACT
Agrarian conflicts are mostly caused by gaps or disagreements related to agrarian sources, especially gaps in
mastery, perception and conception, as well as conflicting laws and policies. Agrarian conflicts regarding land
management and control generally occur between individuals, between groups, communities and other parties,
where each party in conflict seeks to show its strength so that its interests can be realized properly, one of which
is the management and control of plantation land.
Like conflicts that occur between PT. Hevea Indonesia (Hevindo) located in Nanggung District, Bogor Regency,
West Java with surrounding communities, especially the farming community. The conflict between the Nanggung
Subdistrict Community and PT Hevindo was caused by the limited number of land owned, while the community's
needs increased, both the function and benefits of the land for the community. Finally the community took action
to occupy these lands in various HGU locations. Although most of the methods used have not led to radical
actions.
In this article also presented theories that support the causes of conflict, research methods that use literature
studies, the results of research that discusses the chronological conflict that occurred from the beginning to the
end of the sixth semester, a discussion that contains analysis of concepts or theories used and conclusions and
suggestions from the author in addressing the issues written and discussed in this article.

Keywords: Agrarian Conflict, Society, Company

PENDAHULUAN disebabkan akibat adanya kesenjangan atau


Sejak zaman Orde Baru konflik sudah ketidakserasian terkait sumber-sumber
sering terjadi, salah satunya adalah konflik agraria, khususnya kesenjangan dalam
agraria. Konflik agraria ternyata banyak penguasaan, persepsi dan konsepsi, serta

55
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

hukum dan juga kebijakan yang saling memiliki luas rata-rata sekitar 2.800 hektar
bertentangan. Dalam konflik agraria (Hidayati, 2003). Kemudian Departemen
biasanya lebih berfokus pada penguasaan Pertanian mencatat bahwa rata-rata luas
dan pengelolaan agraria yang mencakup kepemilikan rakyat atas perkebunan
tanah, air dan udara. Pengelolaan dan swadaya pada tahun 2002 sekitar 0,7
penguasaan agraria dikelola oleh negara hektar.
untuk kepentingan masyarakat paling Pada tahun 1993, di Pulau Jawa luas
banyak terjadi dan sering menjadi penguasaan lahan per keluarga hanya
pembahasan adalah mengenai pengelolaan sekitar 0,41 hektar. Dengan ini diperkirakan
tanah. Tujuan dari pengelolaan tanah oleh rata-rata luas lahan milik keluarga semakin
pemerintah pada dasarnya diperuntukan menyusut. Demikian dengan para petani
untuk kesejahteraan masyarakat sesuai yang hanya menjadi penggarap tanpa tanah
dengan amanat undang-undang. Namun, atau lahan perkebunan yang jumlahnya
pada kenyataannya pengelolaan tersebut sudah tak terhitung lagi. Semakin hari
masih jauh dari apa yang diamanatkan tekanan ekonomi akibat ketidakadilan
dalam undang-undang sehingga penguasaan lahan melukai harga diri dan
memunculkan konflik. merampas eksistensi sosial petani, dan
Konflik agraria mengenai pengelolaan menjadi pendorong kuat pembentukan
dan penguasaan tanah umumnya terjadi gerakan masyarakat petani. Gerakan
antar individu, antar kelompok, masyarakat masyarakat petani dilakukan untuk
maupun pihak-pihak lain, dimana setiap memulihkan kembali eksistensi mereka
pihak yang berkonflik berupaya untuk dengan melakukan sejumlah perlawanan.
dapat menunjukkan kekuatannya agar Perlawanan tersebut dilakukan oleh
kepentingannya dapat terwujud dengan masyarakat petani dijadikan sebagai upaya
baik, salah satunya pada pengelolaan dan untuk mempertahankan hak-haknya agar
penguasaan tanah perkebunan. Biasanya diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai
keberpihakan dilakukan oleh pemerintah dari protes bisu hingga dalam bentuk
yang lebih condong kepada sekelompok kekerasan.
orang seperti para pemodal besar, para Menurut Direktorat Jendral Perkebunan
pengusaha baik pengusaha lokal maupun dalam Kompas (2003) menyebutkan bahwa
pengusaha asing yang dipercaya dapat penyebab dan pemicu terjadinya konflik
melakukan pengelolaan dan penguasaan perkebunan sampai Agustus 2003, lebih
atas tanah perkebunan. Perusahaan- berkaitan dengan kepemilikan tanah, baik
perusahaan yang mengelola perkebunan di sektor swasta yang berjumlah sekitar 225
tersebut tentu membawa dampak positif, kasus, maupun negeri seperti PTPN sekitar
tetapi tak sedikit pula dampak negatif yang 350 kasus. Di sektor swasta, secara
diberikan kepada masyarakat tanpa berturut-turut di sebabkan oleh garapan dan
memperhatikan tata kelola lingkungan yang okupasi sekitar 39 kasus, ganti rugi dan
baik dan juga kondisi masyarakat yang tuntutan masyarakat untuk pengembalian
berada di kawasan perkebunan maupun tanah sekitar 30 kasus, tanah masyarakat
disekitar perusahaan. yang diambil perusahaan sekitar 18 kasus,
Berdasarkan data yang diperoleh dari tanah adat/ulayat sekitar 15 kasus, dan
Badan Pertanahan Nasional (BPN) pada tumpang tindih alokasi lahan untuk
tahun 2002 telah tercatat bahwa perkebunan perusahaan perkebunan sekitar 5 kasus
besar yang merupakan perkebunan milik yang terjadi antara masyarakat yang
negara dan swasta memliki luas 3,55 juta berkeberatan atas perpanjangan atau
hektar dengan rata-rata luas kebun dengan pemberian izin HGU.
Hak Guna Usaha (HGU) sekitar 530 hektar Di Jawa Barat sendiri, konflik agraria
pada perusahaan swasta. Berbeda dengan sangat rentan untuk terjadi yang disebabkan
luas kebun dengan HGU pada negara yang karena pertentangan kepentingan. Biasanya

56
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

konflik tersebut terjadi antara perusahaan menundukkan saingannya dengan


pemegang Hak Guna Usaha (HGU) yang kekerasan atau ancaman (Ibrahim, 2002).
dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satunya Sedangkan menurut Mitchell, et al. (2000)
seperti konflik yang terjadi antara PT. dan Hendricks (2004), konflik merupakan
Hevea Indonesia (Hevindo) yang berada di sesuatu yang tak terelakkan, yang dapat
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, bersifat positif dan negatif. Aspek positif
Jawa Barat dengan masyarakat sekitar muncul ketika konflik membantu
terutama masyarakat petani. mengidentifikasi proses pengelolaan
Konflik yang terjadi antara Masyarakat sumberdaya dan lingkungan yang tidak
Kecamatan Nanggung dengan PT Hevindo berjalan secara efektif, mempertajam
disebabkan karena keterbatasan jumlah gagasan atau informasi yang tidak jelas, dan
lahan milik, sementara kebutuhan menjelaskan kesalapahaman.
masyarakat semakin meningkat, baik fungsi Konflik menjadi salah satu proses sosial
maupun manfaat lahan tersebut bagi yang bersifat disosiatif, selain persaingan
masyarakat. Lahan seluas 310,783 ha yang (competition) dan pertentangan.
digarap oleh PT Hevindo di Kecamatan Sebenarnya proses sosial disosiatif tidaklah
Nanggung yang statusnya masih dalam selalu bersifat negatif, ada kalanya jika
kajian Badan Pertanahan Nasional (BPN) diatur sedemikian rupa dapat menghasilkan
Kabupaten Bogor akibat bersengketa hal-hal yang positif. Konflik juga
dengan warga. Masyarakat Kecamatan bermanfaat, yaitu ketika mempertanyakan
Nanggung yang meliputi tiga desa yaitu status quo.
Desa Curugbitung, Desa Nanggung, dan Menurut Fisher (2001: 4) konflik dapat
Desa Cisarua berusaha untuk dikatakan sebagai suatu oposisi atau
memperjuangkan hak-haknya dengan pertentangan pendapat antara orang-orang,
merebut atau mengambil alih tanah-tanah kelompok-kelompok atau organisasi-
kosong milik HGU yang 75% tidak dipakai organisasi yang disebabkan oleh adanya
secara produktif sudah hampir puluhan berbagai macam perkembangan dan
tahun ini. Akhirnya masyarakat melakukan perubahan dalam bidang manajemen serta
aksi pendudukan lahan-lahan tersebut di menimbulkan perbedaan pendapat,
berbagai lokasi HGU. Meskipun sebagian keyakinan dan ide. Konflik terjadi ketika
besar cara yang digunakan belum berujung tujuan masyarakat tidak sejalan dan muncul
pada tindakan-tindakan radikal. karena ketidakseimbangan antara
Melihat dari isu konflik tersebut, maka hubungan-hubungan itu. Misalnya seperti
penulis pun tertarik untuk mengangkat isu kesenjangan status sosial, kurang
tersebut untuk dibahas dalam artikel ini meratanya kemakmuran dan akses yang
yakni tentang konflik agraria terkait tidak seimbang terhadap sumber daya, serta
penggunaan lahan atau tanah antara PT. kekuasaan yang tidak seimbang, kemudian
Hevindo dengan masyarakat khususnya menimbulkan masalah-masalah seperti
petani di Kecamatan Nanggung Kabupaten diskriminasi, pengangguran, kemiskinan,
Bogor. penindasan dan kejahatan. Maka wajar jika
seandainya dalam waktu yang cukup lama
TINJAUAN PUSTAKA terjadi perbedaan-perbedaan pendapat
Pengertian Konflik diantara mereka.
Konflik adalah perjuangan yang
dilakukan oleh berbagai pihak untuk Tipe Konflik
memperoleh hal-hal yang langka seperti Pada dasarnya konflik memiliki
nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan lain beberapa tipe menurut Fisher (2001: 6)
sebagainya, dimana tujuan dari mereka diantaranya adalah sebagai berikut:
bertikai itu tidak hanya untuk memperoleh 1. Tanpa Konflik. Pada tipe ini setiap
keuntungan, tetapi juga untuk kelompok atau masyarakat yang

57
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

hidup damai, jika mereka ingin agar fisik, mental, dna sosial yang tidak
keadaan ini terus berlangsung, dapat terpenuhi atau terhalangi.
mereka harus hidup bersemangat 4. Teori Identitas. Teori ini beasumsi
dan dinamis, memanfaatkan konflik bahwa konflik disebabkan karena
perilaku dan tujuan, serta mengelola identitas yang terancam, yang
konflik secara kreatif. sering berakar pada hilangnya
2. Konflik Laten. Tipe konflik ini sesuatu atau penderitaan di masa
bersifat tersembunyi dan perlu lalu yang tidak diselesaikan.
diangkat ke permukaan sehingga 5. Teori Kesalahpahaman
dapat ditangani secara efektif. Antarbudaya. Dalam teori ini
3. Konflik Terbuka adalah yang berasumsi bahwa konflik
berakar dalam dan sangat nyata dan disebabkan oleh ketidakcocokan
memerlukan berbagai tindakan dalam cara-cara komunikasi
untuk mengatasi akar penyebab dan diantara berbagai budaya yang
berbagai efeknya berbeda.
4. Konflik Permukaan memiliki akar 6. Teori Transformasi Konflik. Dalam
yang dangkal atau tidak berakar dan teori ini berasumsi bahwa konflik
muncul karena kesalahpahaman disebabkan oleh masalah-masalah
mengenai sasaran yang dapat ketidaksetaraan dan ketidakadilan
diarasi dengan meningkatkan yang muncul sebagai masalah-
komunikasi. masalah sosial, budaya dan
ekonomi.
Teori-teori Mengenai Berbagai
Penyebab Konflik METODE PENELITIAN
Dalam membantu memahami cara-cara Penelitian ini menggunakan studi
mengelola konflik, terdapat beberapa teori literatur, dimana data yang diambil adalah
yang dapat digunakan untuk mengetahui sebagai data sekunder. Metode studi
penyebab konflik dengan pendekatan literatur ini merupakan serangkaian
metode dan sasaran yang berbeda. Adapun kegiatan yang berkenaan dengan metode
teori-teori untuk mengetahui berbagai pengumpulan data pustaka seperti dengan
penyebab konflik menurut Fisher (2001: 8- membaca dan mencatat, serta mengelola
9) diantaranya sebagai berikut: bahan penelitian. Metode ini dilakukan
1. Teori Hubungan Masyarakat. dengan tujuan untuk mengungkapkan
Didalam teori ini menganggap berbagai teori-teori yang relevan dengan
bahwa konflik disebabkan oleh permasalahan yang sedang dihadapi atau
polarisasi yang terus terjadi, sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam
ketidakpercayaan dan permusuhan hasil dan pembahasan.
diantara kelompok yang berbeda Dalam melakukan penelitian ini, hal-hal
dalam suatu masyarakat. yang harus dilakukan yaitu dengan
2. Teori Negosiasi Prinsip. Dalam melakukan teknik penyusunan yang
teori ini menganggap bahwa konflik sistematis untuk memudahkan langkah-
disebabkan oleh posisi-posisi yang langkah yang akan diambil. Adapun
tidak selaras dan perbedaan langkah yang harus dilakukan oleh peneliti
pandangan tentang konflik oleh yaitu dengan melakukan studi literatur pada
pihak-pihak yang mengalami jurnal, buku-buku, berita dan penelitian
konflik. yang telah dilakukan berkaitan dengan
3. Teori Kebutuhan Manusia. Teori ini konflik agraria mengenai pengelolaan tanah
berasumsi bahwa konflik berakar atau lahan antara masyarakat petani di
dalam yang disebabkan oleh Kecamatan Nanggung dengan PT Hevea
kebutuhan dasar manusia seperti Indonesia (Hevindo). Selanjutnya adalah

58
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

menentukan lokasi penelitian dan sasaran dan tanaman besar yang menghasilkan
penelitian. Dalam hal ini lokasi konflik kayu.
yang dituju adalah di Kecamatan Nanggung Konflik yang terjadi merupakan bentuk
yang meliputi tiga desa yaitu Desa perlawanan dari masyarakat, baik yang
Curugbitung, Desa Nanggung dan Desa bermotif ekonomi maupun non-ekonomi.
Cisarua yang berada di Kabupaten Bogor, Perlawanan dengan motif ekonomi tampak
Jawa Barat. Sasaran atau pelaku konflik pada pemenuhan kebutuhan ekonomi
yang akan diteliti adalah pihak dari PT masyarakat, seperti menanam singkong,
Hevindo dan masyarakat Kecamatan talas, pisang dan sayuran meski tidak
Nanggung, Kabupaten Bogor. diijinkan pihak perusahaan. Perlawanan
juga bersumber dari kebutuhan akan ruang
HASIL DAN PEMBAHASAN kelola (kebutuhan atas lahan pertanian)
Hasil Penelitian oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena
PT Hevea Indonesia (Hevindo) tingkat kepemilikan lahan masyarakat di
merupakan perusahaan perkebunan swasta desa pada umumnya kecil. Sedangkan
yang bergerak dalam bidang perkebunan perlawanan yang bermotif non-ekonomi
karet beserta pengelolaan hasilnya yang bersumber dari upaya masyarakat untuk
didirikan pada tanggal 11 Juli 1981. mengungkap ketidakadilan sosial yang
Sebelumnya perusahaan ini bernama PT telah dilakukan perusahaan terhadap
Cengkeh Zansibar yang pembentukannya masyarakat yang puluhan tahun hidup di
tercantum dalam Berita Negara RI No. 90 wilayah enclave (wilayah kantung).
tanggal 8 November 1974. Perushaan ini Kronologis konflik ini berawal dari luas
menjalankan usahanya dengan satu tujuan lahan HGU yang semakin berkurang yang
utama yaitu khusus mengusahakan di awalnya ada sekitar 1200 hektar menjadi
bidang perkebunan cengkeh sebagai 500 hektar setelah adanya program
realisasi cita-cita pemerintah dan Gabungan sertifikasi tanah oleh pemerintah untuk
Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia untuk memberikan kesempatan kepada
berswasembada cengkeh. masyarakat yang tidak memiliki tanah dan
Konflik yang terjadi antara masyarakat bertahun-tahun telah menggarap tanah
Kecamatan Nanggung dengan PT Hevindo tersebut pada tahun 1983. Namun
disebabkan karena keterbatasan jumlah masyarakat tidak semuanya mengerti
lahan milik, sementara kebutuhan mengenai program sertifikasi tanah tersebut
masyarakat semakin meningkat, baik fungsi sehingga beberapa oknum memanfaatkan
maupun manfaat lahan tersebut bagi situasi tersebut dengan melibatkan
masyarakat. Sejak tahun 1993, lahan HGU beberapa tokoh masyarakat seperti kepala
PT Hevea Indonesia (Hevindo) ini tidak desa dan camat. Luasan tanah berkurang
digarap sebagaimana mestinya sesuai karena setiap desa diminta sekitar 20 hektar
peruntukannya. Hingga tahun 1997 hampir dengan alasan untuk tanah pemerintah
sekitar 75% lahan HGU tersebut tidak daerah yang akan digunakan untuk
digarap secara produktif oleh PT Hevindo. pembangunan infrastruktur desa, namun
Bahkan di dalam areal HGU tersebut tidak sepenuhnya berhasil.
beroperasi kegiatan pertambangan galian-c, Pada masa peralihan yang memakan
beberapa peternakan ayam, serta rumah- waktu sekitar 3 tahun, peristiwa-peristiwa
rumah tinggal di daerah tersebut. Dengan yang memicu konflik dimulai, meskipun
kenyataan penelantaran lahan tersebut, tidak mencuat. Para tokoh masyarakat di
maka sejak tahun 1997 secara bertahap tiga desa (Nanggung, Curugbitung dan
sekitar 700 kk warga tiga desa tersebut Cisarua) saat itu meminta kepada PT
mulai menggarap dan mengelola lahan Hevindo untuk memberikan 20 hektar lahan
tersebut secara produktif dengan cara yang akan digunakan dalam rangka
menanami tanaman pangan, buah-buahan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan

59
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

pembangunan infrastruktur desa. Hal ini saja. Setelah selesai digarap menjadi kebun
dilakukan karena dirasakan selama ini dan ditanami, pihak perusahaan mendesak
perusahaan jarang memberikan bantuan masyarakat penggarap untuk meninggalkan
kepada masyarakat. Beberapa tahun lahan tersebut, mencabuti tanaman mereka
kemudian, masyarakat meminta perusahaan secara paksa, bahkan sampai melibatkan
agar mengijinkan mereka melakukan aparat keamanan.
kegiatan pertanian di lahan-lahan kososng, Beberapa minggu kemudian mandor
namun tidak diizinkan. perkebunan mengedarkan surat perjanjian
Pada tahun 1995, beberapa pemuda dan bagi masyarakat penggarap lahan HGU.
masyarakat mulai membuka lahan kosong Pembagian hasil ini hanya kesepakatan
milik HGU tanpa sepengetahuan direksi, dengan mandor tanpa dicantumkan dalam
yang sebelumnya telah diketahui bahwa surat perjanjian, sebesar 50:50 dari hasil
tanah tersebut mengandung unsur galian panen, untuk penggarap dan mandor.
teras (galian C) yang dapat digunakan Disebutkan dalam surat tersebut bahwa
untuk bahan bagunan pembuatan batu bata. perusahaan sewaktu-waktu akan
Kegiatan ini telah diijinkan oleh pihak mengambil lahan tersebut, tanpa ganti rugi
mandor kebun tanpa sepengetahuan dalam bentuk apapun. Kebanyakan
pimpinan direksi. Dalam kurun waktu 6 masyarakat waktu itu tidak membaca dan
bulan dilakukan penggalian di wilayah memahami isi surat tersebut, sehingga
tersebut, kemudian penggalian dihentikan dengan mudah perusahaan mendapatkan
karena dilarang oleh pihak perkebunan. tanda tangan tanpa perlawanan. Surat
Setelah beberapa waktu dilakukan tersebut dikenal dengan “surat pemutihan”.
pelarangan dari pihak direksi dan diancam Pada tahun 1999, mandor perkebunan
akan dilaporkan pada polisi. Pasca mengeluarkan surat untuk kedua kalinya,
pelarangan, pihak mandor bersepakat untuk namun perihal surat kali ini tentang
meneruskan dan menyetujui adanya pajak tumpang sari. Setiap penggarap dikenai
konvensional dari penggali yang diberikan biaya sebesar RP. 2.500. Bagi penggarap
kepada mandor perkebunan saat itu. yang tidak membayar, mereka diancam
Dalam hal ini aparat kepolisian turut akan diusir dari lahan garapannya. Kegiatan
terlibat. Keterlibatan aparat kepolisian ini berlangsung hingga tahun 2000, karena
dalam kasus tanah galian teras membuat terjadi pergantian manajer kebun. Pihak
masing-masing pihak terkesan menutu- direksi menganggap bahwa manajer kebun
nutupi konflik yang sedang terjadi, yaitu sebelumnya kurang bisa menjalankan
konflik antara pemegang HGU PT Hevindo perusahaan dengan benar maka digantilah
dan masyarakat desa, serta keterlibatan dengan yang baru. Dalam pergantian
pihak lain dalam konflik tersebut. Beberapa manajer ini meskipun sudah terdapat
pekerja menyebutkan bahwa setiap bulan pelarangan tidak boleh membuka lahan
ada polisi yang datang untuk menerima HGU perusahaan, akan tetapi masyarakat
setoran ”uang keamanan” dari para masih tetap meneruskan kegiatannya untuk
pengusaha. menggarap lahan yang tidak ada tanaman
Pada tahun 1997, saat krisis moneter karetnya. Hal tersebut tidak diketahui oleh
beberapa masyarakat melakukan PT Hevindo. Kegiatan ini berlangsung
pembukaan lahan milik HGU yang telah hingga 15 September 2003 sampai akhirnya
banyak ditumbuhi alang-alang. Kegiatan ini terjadi pengusiran terhadap salah satu
berlangsung sampai tahun 1980-an, namun warga yang mendirikan pondok di lahan
masih dalam luasan kecil. Hal ini dilakukan HGU perusahaan.
dengan alasan kebutuhan ekonomi yang Kemudian pada bulan Februari 2004
mendesak, sedangkan lahan yang ada tidak mandor juga melakukan pencabutan
mampu memenuhi kecukupan mereka dan sepihak terhadap semua tanaman salah satu
lahan hanya dikuasai oleh beberapa orang penggarap. Kejadian tersebut sudah

60
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

dianggap bukan sesuatu yang biasa, meski Pemerintah Kabupaten Bogor. AMANAT
mereka sadar bahwa tanah yang digarap pun melaporkan tindakan-tindakan dari PT
adalah tanah HGU. Perlakuan pihak PT Hevindo kepada Komisi Nasional Hak
Hevindo yang apatis membuat masyarakat Azasi Manusia (KOMNASHAM) karena
bersepakat untuk memberikan perlawanan. selama ini telah melakukan tindakan-
Maka dari itu masyarakat bersepakat untuk tindakan yang tidak baik pada masyarakat
membentuk suatu perkumpulan (aliansi) di Kecamatan Nanggung, Kabupaten
yang bernama AMANAT (Aliansi Bogor. Pergerakan perjuangan hak atas
Masyarakat Nanggung Transformatif) yang tanah harus dilakukan secara masif dan
dijadikan sebagai wadah perjuangan para komprehensif. Artinya gerakan ini harus
petani penggarap di tiga desa yaitu Desa menyentuh seluruh level yang berhubungan
Nanggung, Desa Curugbitung dan Desa dan berkesinambungan.
Cisarua. Dalam perjalanannya, aliansi ini
pun membangun jaringan dengan beberapa Pembahasan
LSM yang peduli terhadap perjuangan para Konflik yang terjadi cenderung
petani penggarap di tiga desa, LSM tersebut termasuk ke dalam tipe konflik tertutup
antara lain RMI (dalam hal ini RMI (laten) yang terjadi dalam jangka waktu
ditempatkan sebagai CO), KPA, HUMA, yang cukup lama. Hal itu dibuktikan ketika
JKPP, SAWIT WACH dan jaringan- aparat kepolisian yang turut terlibat dalam
jaringan lain. AMANAT sebagai bentuk kasus tanah galian teras membuat masing-
perjuangan kaum tani yang ada di tiga desa masing pihak terkesan menutup-nutupi
di Kecamatan Nanggung. konflik yang sedang terjadi, yaitu konflik
Intimidasi yang dialami masyarakat antara pemegang HGU PT Hevindo dan
kembali terjadi pada bulan Desember 2010, masyarakat Kecamatan Nanggung, serta
dimana BPN Kanwil Jabar melakukan keterlibatan pihak lain dalam konflik
aktivitas pengukuran dan pemasangan tersebut. Alasannya karena perusahan
patok untuk menandai batas-batas areal belum bisa untuk menangani hal ini karena
HGU. Selanjutnya Bupati Bogor melalui ditakutkan akan memperkeruh konflik yang
surat tanggal 23 Juni 2011 yang ditujukan terjadi di Kecamatan Nanggung, seperti
kepada kepala BPN RI memberikan pemobilisasian massa oleh tokoh
pertimbangan teknis untuk persyaratan masyarakat yang berujung pada aksi
perpanjangan masa berlaku HGU PT Hevea rekliming terhadap lahan HGU. Tentu saja
Indonesia, yang pada intinya Bupati Bogor hal tersebut terjadi karena kecakapan para
memberikan persetujuannya untuk elit lokal (tokoh masyarakat) untuk
perpanjangan HGU PT Hevea Indonesia. meredam terjadi konflik hingga tidak dapat
Masyarakat menolak pemberian terbaca oleh pihak-pihak di luar wilayah
perpanjangan HGU, dengan pertimbangan tersebut, meskipun pernah mencuat dan
kenyataan fisik perkebunan yang telah tidak terbuka.
digarap secara produktif oleh PT Hevea Selain itu konflik laten yang dicirikan
Indonesia dan perusahaan tidak dari kasus konflik antara PT Hevindo
memberikan manfaat/ impact positif dengan Masyarakat Kecamatan Nanggung
bahkan melakukan perusakan tanaman yakni dengan adanya tekanan-tekanan yang
masyarakat di tanah garapan. Perusakan tidak tampak, tidak sepenuhnya
tanaman dan kehadiran para preman dalam berkembang, dan belum terangkat ke
proses perusakan tanaman warga ini telah puncak konflik, serta seringkali salah satu
menimbulkan kecemasan, ketakutan dan atau kedua pihak belum menyadari adanya
rasa tidak aman dari warga masyarakat. konflik bahkan paling potensi sekalipun.
Pada tanggal 22 April 2013, AMANAT Negosiasi yang kuat dan dukungan pihak
bersama para petani melakukan aksi unjuk keamanan menjadikan masing-masing
rasa di depan gedung DPRD dan pihak yang bersengketa dapat mengambil

61
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

jalan keluar atau berdiam diri, meski salah ketidaksetaraan serta ketidakadilan dimana
satu atau keduanya sama-sama mengalami kedua hal tersebut muncul sebagai masalah
kerugian. Setelah beberapa sesepuh desa sosial dan ekonomi. Kemudian diluar itu,
meninggal, maka mulai banyak muncul alasan lainnya adalah supaya konflik dapat
masalah dalam desa. diselesaikan secara efektif nantinya.
Namun pada tahun 2004, kasus konflik Teori hubungan masyarakat digunakan
ini mulai muncul ke pihak luar dan berubah dengan tujuan untuk meningkatkan
menjadi konflik di permukaan dimana tipe komunikasi dan saling pengertian antara
konflik ini muncul hanya karena perusahaan dengan masyarakat. Sejauh ini
kesalahpahaman antara pihak PT Hevindo yang dilihat bahwa konflik terjadi karena
dengan Masyarakat Kecamatan Nanggung. perbedaan pemahaman yang disebabkan
Konflik ini diketahui oleh RMI yaitu oleh kurangnya komunikasi antara pihak
sebagai salah satu LSM yang melakukan perusahaan dan masyarakat serta lembaga
intervensi terhadap masyarakat dah HuMa. lain yang ikut terlibat dalam konflik ini.
Masyarakat datang ke RMI dan Informasi yang diterima oleh masing-
mendiskusikan masalah-masalah yang ada, masing pihak dapat menyebabkan
kemudian hasilnya mereka musyawarahkan perbedaan persepsi, sehingga terjadi
dengan masyarakat dan anggota KPC yang perbedaan dalam menterjemahkan sesuatu.
lainnya. Selanjutnya RMI hanya Maka sangat teori ini dirasa sesuai untuk
mengawasi implementasi dan menangani konflik yang terjadi antara PT
perkembangan dari kesepakatan yang telah Hevindo dengan Masyarakat Kecamatan
dipilih oleh masyarakat. Pendampingan Nanggung.
yang intensif dan akses yang dimiliki RMI Teori yang kedua adalah teori
kepada pihak lain telah banyak merubah transformasi konflik. Teori ini digunakan
sikap dan perilaku masyarakat dalam karena ingin mengubah struktur dan
menghadapi konflik yang terjadi dengan kerangka kerja yang menyebabkan
Hevindo. Sedangkan HuMa membantu ketidaksetaraan dan ketidakadilan,
dalam konsultasi tentang tindakan yang termasuk kesenjangan ekonomi yang
akan dilakukan masyarakat berkaitan terjadi pada masyarakat dimana tidak
dengan bidang hukum. Akan tetapi konflik diberikan izin untuk membuka lahan
ini tidak sampai menjadi konflik terbuka pertanian seperti menanam singkong, talas,
yang diketahui oleh banyak pihak luar. pisang dan sayuran. Masyarakat pun
merasa bahwa kepedulian perusahaan
Teori yang Digunakan terhadap masyarakat sangat tidak banyak.
Melihat dari peristiwa konflik yang Selain itu teori ini digunakan untuk
terjadi antara PT Hevindo dengan meningkatkan jalinan hubungan dan sikap
Masyarakat Kecamatan Nanggung, maka jangka panjang antara PT Hevindo,
teori yang sesuai untuk mengkaji fenomena masyarakat serta pihak-pihak luar yang
tersebut dapat digunakan dengan 2 teori terkait yang tentunya untuk meningkatkan
mengenai penyebab konflik, yaitu teori kesejahteraan sosial masyarakat.
hubungan masyarakat dan teori Diharapkan dari sini muncul program-
transformasi konflik. Alasan digunakan program pemberdayaan dari perusahaan
kedua teori tersebut yakni: (1) konflik kepada masyarakat supaya keadilan dan
muncul karena komunikasi yang tidak perdamaian kembali terjadi diantara kedua
dapat berjalan sebagaimana mestinya tokoh utama dari konflik tersebut, yakni PT
sehingga muncul ketidakpercayaan, Hevindo dan Masyarakat Kecamatan
perbedaan persepsi dan permusuhan antara Nanggung.
perusahaan dengan masyarakat; dan (2)
konflik terjadi karena disebabkan oleh
masalah-masalah yang memunculkan

62
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

KESIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan Adapun saran yang dapat diberikan
Penyebab konflik agraria yang terjadi di melihat dari isu konflik agraria tentang
Kecamatan Nanggung yang disebabkan pengelolaan tanah atau lahan antara PT
oleh perbedaan kepentingan, pemahaman, Hevea Indonesia (PT Hevindo) dengan
peningkatan jumlah penduduk, pembatasan Masyarakat Kecamatan Nanggung,
akses masyarakat lokal terhadap Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:
sumberdaya, keterpurukan ekonomi, juga 1. Pihak-pihak yang berkonflik dan
karena perubahan iklim politik setelah yang terlibat dalam konflik
reformasi dan krisis moneter. Kekuatan bersama-sama untuk memperbaiki
masing-masing pihak dan dukungan dari hubungan koordinasi, dan
pihak lain, menjadikan konflik yang terjadi melakukan pertemuan secara resmi
cukup bertahan lama yakni sejak tahun agar dapat dilakukan upaya
1993 sampai akhir tahun 2013. penyelesaian konflik sampai pada
Anggapan masyarakat yang timbul saat akarnya. Kegiatan ini bisa
itu bahwa mereka bebas mengajukan menggunakan pihak pemerintah
keinginan kepada pemerintah dan bebas daerah sebagai pihak ketiga yang
menyuarakan aspirasi mereka. Kebutuhan netral dan dipercaya oleh kedua
akan lahan pertanian menjadi salah satu belah pihak (arbitrasi). Selain itu,
penyebab munculnya konflik di desa ini, hal ini juga dapat mengurangi
selain perbedaan pemahaman, perbedaan adanya konflik laten yang terjadi
kepentingan, dan kehadiran pihak ketiga, diantara masing-masing pihak.
seperti LSM menjadi pemicu mencuatnya 2. Upaya-upaya penyelesaian konflik,
konflik, karena masyarakat mulai sebaiknya tidak menggunakan
disadarkan pada apa pentingnya tanah bagi pendekatan paksaan dan keamanan
kehidupan di masa yang akan datang. (coercive), karena akan selalu
Selain itu berbagai bentuk perlawanan juga berbenturan dengan hak-hak yang
dilakukan. dimiliki oleh setiap masyarakat,
Karakteristik konflik pengelolaan sehingga sumber utama konflik
sumberdaya alam yang terjadi di menjadi tidak tersentuh.
Kecamatan Nanggung berdasarkan tipe 3. Pendekatan penyelesaian konflik
konflik termasuk ke dalam konflik yang sebaiknya dilakukan dengan lebih
cenderung tertutup (laten) dalam jangka persuasif melalui pendekatan
waktu yang cukup lama. Hal tersebut terjadi kesejahteraan, seperti pemberian
karena kecakapan para elit lokal (tokoh modal usaha, pengkoordiniran para
masyarakat) untuk meredam terjadi konflik penggarap dan membaginya ke
hingga tidak dapat terbaca oleh pihak-pihak dalam kelompok-kelompok wilayah
di luar wilayah tersebut, meskipun pernah tertentu, serta membuat perjanjian
mencuat dan terbuka. dengan semua penggarap melalui
Resolusi konflik yang dilakukan adalah kelompok tersebut untuk
dengan membentuk aliansi bernama menggarap di wilayah-wilayah
AMANAT (Aliansi Masyarakat Nanggung tertentu saja, menjadi salah satu
Transformatif) yang dijadikan sebagai alternatif penyelesaian konflik.
wadah perjuangan para petani penggarap 4. Setiap bentuk-bentuk upaya
Kecamatan Nanggung. Kemudian penyelesaian konflik sebaiknya
dilakukan pula mediasi melalui LSM dan dilakukan secara bersama-sama
juga KOMNASHAM. dengan melibatkan masyarakat,
penggarap, tokoh pemuda, koramil,
pemerintahan kecamatan, polsek,
tokoh desa, LSM yang terlibat, serta

63
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 1 NOMOR 1 HALAMAN 1-70
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN - (e)

Dinas Pertanian dan Kehutanan [Penterjemah]. The British Council.


Kabupaten Bogor dengan asumsi Jakarta.
tidak menambah perbedaan Hidayati, Nur. 2003. Gerakan Petani
kepentingan antar pihak-pihak yang Antara Radikalisme dan Kompromi.
berkonflik. Kompas, 28 September 2003. Hlm. 30.
5. Dilakukan pengawasan Ibrahim, Jabal Tarik. 2002. Sosiologi
pemerintahan desa, pemberian Pedesaan. UMM Pres. Malang.
pengetahuan kepada masyarakat Ilham, Mohammad. 2006. Analisa Konflik
dalam mengelola konflik yang ada Pengelolaan Sumber Daya Alam
melalui pendampingan, serta peran Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi
serta yang lebih nyata dari Pemda Kasus Masyarakat Desa Curugbitung,
Kabupaten Bogor atau dinas-dinas Kecamatan Nanggung, Kabupaten
terkait untuk membantu Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi
menyelesakan konflik yang terjadi Mitchell, Bruce, B. Setiawan, Dwita H.
dan membantu meningkatkan Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya
kesejahteraan masyarakat. dan Lingkungan. Gadjah Mada
6. Perusahaan hendaknya lebih University Press. Yogyakarta.
berhati-hati dalam menanggapi Tanahkita.id: Penolakan Masyarakat Atas
tuntutan masyarakat, agar tidak Perpanjangan HGU PT. Hevea
memicu konflik yang kembali laten Indonesia. Diakses pada 15 Desember
tersebut. Kekuatan sosial yang 2018 pukul: 12.30 WIB
dimiliki mampu mendorong http://tanahkita.id/v2/data/konflik/detil/
mobilisasi massa hingga tindakan- Wm1Scg
tindakan radikal atau recliming. Kegiatan di Nanggung. Diakses pada 15
Selain itu, dilihat dari kacamata pekerja Desember 2018 pukul: 13.03 WIB
sosial sudah seharusnya pekerja sosial https://perempuanberjuangwordpress.c
menjadi lebih peka dan tanggap dalam om/2015/04/13/kegiatan-di-nanggung/
menyikapi isu-isu konflik yang ada di Teori Konflik Dan Konflik Agraria.
masyarakat. Karena pada hakikatnya tugas Diakses Pada 15 Desember 2018 WIB
dari seorang pekerja sosial di bidang Pukul: 13.48 WIB
penanganan konflik adalah dapat sebagai http://uniridha.blogspot.com/2013/05/t
mediator serta advocator bagi masyarakat eori-konflik-dan-konflik-agraria.html
kepada pihak konflik lainnya yang lebih Huma Id: 500 KK Petani Nanggung
berkuasa agar didengar aspirasinya dan Terampas Haknya. Diakses pada 16
konflik dapat terselesaikan dengan segera Desember 2018 pukul: 10.02 WIB
tanpa menimbulkan konflik yang https://huma.or.id/home/en/publikasi/k
berkepanjangan. abar-dari-lapangan/500-kk-petani-
nanggung-terampas-haknya.html
DAFTAR PUSTAKA Huma Id: Petani Bogor Demo
Astawa, Ktut Diara. 2015. Strategi TolakPerpanjangan HGU. Diakses pada
Penyelesaian Konflik Tanah 16 Desember 2018 pukul: 10.34 WIB
Perkebunan. Jurnal Pendidikan https://huma.or.id/home/en/publikasi/k
Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. abar-dari-lapangan/petani-bogor-demo-
28, Nomor 1 tolak-perpanjangan-hgu.html.
Fisher, S, D. I. Abdi, J. Ludin, R. Smith, dan
S. Williams. 2001. Mengelola Konflik:
Keterampilan dan Strategi untuk
Bertindak. Kartikasari, S. N, M. D.
Lapilatu, R. Maharani dan D. N. Rini

64

Anda mungkin juga menyukai