TINJAUAN KHUSUS
(MANAJEMEN PELAKSANAA KONSTRUKSI)
81
cepat dan efisien. ( Clough dan Scars, 1991)
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetisi yang harus
dimilik oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutukan
manajer proyek untuk memantau serta mengendalikan waktu yang diperlukan
dalam menyelesaikan subuah proyek. Dengan menerapkan manajemn proyek,
manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim
proyek untuk membangun deliverables proyek dapat selesai sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
6.3. Kurva S
Kurva S merupakan sebuah jadwal pelaksanaan yang disajikan dalam
bentuk table dan bagan menyerupai huruf S. Model penjadwalan semacam
ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk memberikan informasi
berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100% berdasarkan
waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut
membentuk kurva yang berbentuk S. Kurva S biasanya digunakan dalam
memonitoring kemajuan pekerjaan dalam pelaksanaan konstruksi guna
bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas proses administrasi
pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek
yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu
pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan
atau keterlambatan/varian Kurva S. ( CITATION Ano171\1 1033)
Kegunaan dari Kurva S adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kemajuan/progress suatu proyek secara
keseluruhan.
2. Untuk mengetahui pengeluaran dan kebutuhan biaya
pelaksanaan proyek.
3. Untuk mengontrol penyimpanan yang terjadi pada proyek
dengan membandingkan kurva S progress plan dengan kurva S
progress actual. (CITATION Ima98 \1 1033)
82
Langkah-langkah Pembuatan Kurva S
Berikut adalah langkah-langkah yang darus dilakukan dalam membuat
sebuah kurva S ( CITATION Bac08 \1 1033):
1. Mencari % bobot pekerjaan
Bobot pekerjaan didefinisikan sebagai besarnya pekerjaan yang
telah dikerjakan dan dinyatakan dalam persen.
2. Membagi % bobot biaya pekerjaan dengan durasi pekerjaan
Setelah diperoleh bobot, maka bobot tersebut ditempatkan pada
kolom barchart yang tersedia. Bobot yang didapat dibagi dengan
durasi pekerjaan sehingga diperoleh bobot biaya untuk setiap
periodenya.
3. Menjumlahkan % bobot biaya pekerjaan pada setiap lajur waktu
4. Membuat kumulatif dari % bobot biaya pekerjaan pada jalur %
kumulatif bobot biaya. Bobot biaya dijumlahkan secara kumulatif
per periode. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui progress
biaya proyek yang akan digunakan untuk membuat arus kas rencana
proyek.
5. Membuat kurva S berdasarkan % kumulatif bobot biaya
Dalam membuat kurva S, digunakan kumulatif bobot sebagai absis
dan periode/waktu sebagai kordinat. Lalu pada bagian paling kanan
barchart, dibuat skala 0 – 100 sebagai kumulatif bobot biaya dan
pada bagian bawah barchart sebagai absis waktu.
83
6.3.1. Kurva S Rencana dan Kurva S Realisasi
Berikut adalah kurva S progres rencana dan progres realisasi
dari proyek Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA
Ummuhani Purbalingga ini.
B ULAN
Keterangan
1 2 3 4 5 6
NO URAIAN NILAI M INGGU
BOBOT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
%
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 0,525
2 PEKERJAAN TANAH 0,972
3 PEKERJAAN PASANGAN 13,185
4 PEKERJAAN BETON 61,483
5 PEKERJAAN ATAP 4,904
6 PEKERJAAN PLAFOND 4,887
7 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU 5,878
8 PEKERJAAN PENGECATAN 1,012
9 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 2,829
10 PEKERJAAN SANITASI 0,598
11 PEKERJAAN LAIN-LAIN 3,728
100,00
RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,265 3,193 3,193 2,950 2,950 2,950 2,950 5,587 5,587 5,587 2,950 2,950 2,950 2,950 6,530 2,950 3,893 6,184 4,584 9,967 9,967 6,769 1,886
KOMULATIF RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,530 3,722 6,915 9,864 12,814 15,763 18,713 24,300 29,886 35,473 38,422 41,372 44,322 47,271 53,801 56,750 60,643 66,828 71,412 81,379 91,345 98,114 100,000
Kurva S Rencana
Keterangan
NILAI BULAN
NO URAIAN BOBOT 1 2 3 4 5 6
MINGGU
% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 0,525
2 PEKERJAAN TANAH 0,972
3 PEKERJAAN PASANGAN 13,185
4 PEKERJAAN BETON 61,483
5 PEKERJAAN ATAP 4,904
6 PEKERJAAN PLAFOND 4,887
7 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU 5,878
8 PEKERJAAN PENGECATAN 1,012
9 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 2,829
10 PEKERJAAN SANITASI 0,598
11 PEKERJAAN LAIN-LAIN 3,728
JUMLAH 100,00
RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,265 3,193 3,193 2,950 2,950 2,950 2,950 5,587 5,587 5,587 2,950 2,950 2,950 2,950 6,530 2,950 3,893 6,184 4,584 9,967 9,967 6,769 1,886
KOMULATIF RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,530 3,722 6,915 9,864 12,814 15,763 18,713 24,300 29,886 35,473 38,422 41,372 44,322 47,271 53,801 56,750 60,643 66,828 71,412 81,379 91,345 98,114 100,000
REALISASI PELAKSANAAN (%) 0,000 0,200 1,500 2,000 1,000 1,200 1,100 1,300 3,100 3,500 3,300 2,000 1,800 1,500 2,100 5,000
KOMULATIF REALISASI PELAKSANAAN (%) 0,000 0,200 1,700 3,700 4,700 5,900 7,000 8,300 11,400 14,900 18,200 20,200 22,000 23,500 25,600 30,600
Kurva S Realisasi
84
6.3.2. Analisis Kurva S Rencana Dan Kurva S Realistis
Analisa dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
nilai produktifitas bobot rencana dengan pelaksanaan. Jika dilihat
secara visual, bentuk dan kurva S terlihat sangan berbeda, hal ini
disebabkan oleh:
1. Force Majerue (Faktor Keadaan Alam)
Force Majure adalah kejadian yang terjadi diluar kemampuan
manusia dan tidak dapat dihindari. Hal tersebut mengakibatkan
tidak terlaksananya item pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah direncanakan. Terlebih saat praktikan melakukan Kerja
Praktik (September – Oktober) telah memasuki musim
penghujan, sehingga factor pengecoran dicancel karena hujan
terus mengguyur lokasi proyek.
2. Kompetensi Pekerja
Menurut penuturan pelaksana dilapangan, terdapat mandor besi
yang kurang aktif atau dapat dikatakan memiliki kompetensi yang
kurang baik. Mandor tersebut jarang melakukan pengarahan
terhadap anak buahnya yang mengakibatkan hasil pekerjaan tidak
sesuai dengan gambar kerja (shop drawing). Sehingga ketika
dilakukan checklist oleh Quality Control, ada beberapa titik
pembesian pada balok yang kurang pada tulangan utamanya atau
ada kesalahan pada, sehingga perlu diperbaiki dengan dilakukan
penambahan besi. Hal tersebut tentu menyebabkan penambahan
waktu pengerjaan menjadi lebih lama. Selain itu, pekerjaan
bekisting juga berpengaruh terhadap kualitas beton yang
dihasilkan. Setelah dilakukan checklist NCR, pada lantai 1,
banyak baik kolom maupun balok dan sambungan antara kolom
dan balok yang mengalami cacat atau kropos atau tidak rata. Hal
tersebut tentu tidak disetujui oleh owner untuk di close. Dari
pihak owner meminta untuk dilakukan perbaikan dengan cara
chipping ataupun penambahan dengan menggunakan grouting.
85
Proses perbaikan tersebut tentu menambah durasi pekerjaan
menjadi lebih lama.
3. Perubahan Item Pekerjaan
Time schedule rencana merupakan suatu data yang terdapat pada
dokumen lelang. Pembuatan time schedule rencana dibuat
berdasarkan estimasi pihak kontraktor atau pihak pelaksana
proyek yang mengacu pada pengalaman mereka mengenai
proyek-proyek sebelumnya yang mereka kerjakan, serta
berdasarkan volume dan bobot item pekerjaan yang telah
diberikan oleh owner. Pada saat pelaksanaan konstruksi, bisa saja
terjadi perubahan item pekerjaan berdasarkan kondisi lapangan.
4. Dari kurva S rencana dan kurva S realistis, dapat dilihat adanya
perbedaan bobot pekerjaan rencana dengan yang telah dikerjakan.
Beberapa pekerjaan yang mengalami kererlambatan, diantaranya:
a. Preparation Work yang terdiri dari mobilisasi, pembuatan
site office, storage & workshop, serta setting out, levels &
pengecekan grid lines direncanakan dikerjakan dalam
waktu 20 hari, tetapi pada realisasinya diselesaikan dalam
32 hari.
b. Item pekerjaan galian, direncanakan selesai dalam waktu 10
hari, tetapi pada pelaksanaannya selesai 15 hari.
c. Pada pekerjaan Foot Plat, direncanakan 25 hari, tetapi pada
pelaksanaannya selesai 30 hari.
d. Pekerjaan kolom, balok dan plat lantai di lantai 1
direncanakan 30 hari, tetapi pada pelaksanaannya 40 hari.
86
menjelaskan apakah progress pekerjaan senilai dengan pemakaian bagian
anggarannya. Dengan analisis metode earned value, dapat diketahui
hubungan yang terjadi antara pekerjaan yang telah dicapai secara fisik
terhadap anggaran yang telah dikeluarkan.
Indikator-indikator yang dipakai dalam konsep nilai hasil yaitu :
5. ACWP atau actual cost of work performed adalah jumlah
biaya actual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. ACWP dapat
berupa kumulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah
biaya pengeluaran dalam waktu tertentu.
6. BCWP atau budgeted cost work performed adalah nilai hasil yang
dilihat dari nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan. BCWP
ini dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan
yang telah diselesaikan.
7. BCWS atau budgeted cost of work schedule adalah nilai anggaran
untuk suatu paket pekerjaan yang dipadukan dengan jadwal
pelaksanaannya. BCWS dihitung dari akumulasi anggaran biaya
yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu.
87
a) Cost Variance (CV)
Cost Variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh
setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya actual
yangterjadi selama pelaksanaan royek. Cost variance positif
menunjukan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan
paket-paket pekerjaan yang telah diselesaikan lebih rendah
dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Rumus untuk Cost
Variance adalah :
CV = BCWP – ACWP
88
yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan dengan nilai
yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.
89
pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut variance at
completion (VAC)
VAC = BAC – EAC
Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian
kinerja proyek disbanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan
bobot nilai yang tidak memiliki dimensi sehingga dapat dilakukan
perbandingan antara kinerja proyek satu dengan lainnya. Selain itu nilai
SPI dan CPI memberikan perbandingan relative terhadap BCWS atau
Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar
penilaian stastus proyek dari segi biaya dan waktu.
90
(SV). Selain itu, indikator-indikator metode earned value juga
digunakan untuk mengetahui indeks performansi. Hal tersebut berguna
untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya. Analisa indeks
performansi terdiri dari Cost Performance Index dan Schedule
Performance Index.
Pada proyek Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA
Ummuhani Purbalingga ini, penulis akan melakukan analisa indeks
performansi SPI (Schedule Performance Index), dengan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Menghitung indicator BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule)
BCWS atau budgeted cost of work schedule adalah nilai anggaran
untuk suatu paket pekerjaan yang dipadukan dengan jadwal
pelaksanaannya. Perhitungan dari BCWS pada periode bulan ke-4
dapat dihitung dengan mengalikan presentase progres rencana pada
bulan ke-4 dengan jumlah anggaran proyek sampai bulan ke-4.
Perhitungan BCWS pada bulan ke-4 adalah sebagai berikut:
BCWS = % Progres Rencana x Nilai Anggaran Proyek
= 53,801 % x Rp. 10.805.000.000
= Rp. 5.813.198.050,00
2. Menghitung indicator BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
BCWP atau budgeted cost of work Performed adalah nilai hasil dari
sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Perhitungan dari BCWP pada periode bulan ke-4 dapat dihitung
dengan mengalikan presentase progres realisasi pada bulan ke-4
dengan jumlah anggaran proyek sampai bulan ke-4. Perhitungan
BCWP pada bulan ke-4 adalah sebagai berikut:
BCWP = % Progres Realisasi x Nilai Anggaran Proyek
= 30,600 % x Rp. 10.805.000.000
= Rp. 3.306.330.000,00
Menghitung indeks performansi SPI (Schedule Performance Index)
Faktor efisiensi kerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat dilihat
91
dari perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang telah
dikerjakan berdasarkan rencana pekerjaan (BCWS). Perhitungan
nilai SPI adalah sebagai berikut:
BCWP Rp. 3.306.330.000,00
SPI = = = 0,569
BCWS Rp. 5.813.198.050,00
92
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Penjadwalan atau time schedule dalam dunia konstruksi merupakan
suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item
pekerjaan serta alokasi sumber daya yang digunakan selama proses
konstruksi. Penjadwalan dalam proyek merupakan hal yang sangat penting
untuk menentukan aktivitas yang disusun sedemikian rupa agar setiap
aktivitas dapat dilaksanakan sesuai dengan urutan dan proyek dapat selesai
dengan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis.
Berdasarkan analisis kurva S yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa proyek mengalami keterlambatan hingga -26,150 %.
Hal tersebut dapat dilihat secara visual, dimana bentuk kurva S progres
realisasi sangat berbeda dengan kurva S progres rencana. Keterlambatan
yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu kurang baiknya
kompetensi pekerja dan perubahan item pekerjaan maupun desain gambar.
Dengan keterlambatan yang terjadi, maka perlu dilakukan revisi
penjadwalan kurva S, dikarenakan keterlambatan sudah melebihi 10 %
bahkan 20 % . Perubahan penjadwalan tentu akan meneyebabkan
perubahan antara permulaan dan akhir dari pekerjaan pada kurva S progress
rencana R0 dan kurva S progres rencana R1.
Adapun berdasarkan analisis dengan mengunakan metode earned
value, yaitu dengan meninjau nilai SPI (Schedule Performance Index)
dengan tujuan untuk memastikan apakah proyek mengalami keterlambatan
atau tidak. Dari hasil perhitungan SPI hingga bulan ke-4, proyek
Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA Ummuhani Purbalingga ini
mengalami keterlambatan yang terlihat dari nilai SPI yang kurang dari 1,
yaitu 0,569. Keterlambatan terjadi disebabkan oleh beberapa factor, salah
satunya adalah factor cuaca. Namun pihak pelaksana kegiatan melakukan
penambahan jam kerja pada bidang tertentu dalam rangka mengejar
ketertinggalan. Sehingga keterlambatan tersebut dapat dikejar,
93
hingga terakhir penulis melakukan kerja praktik keterlambatan yang terjadi
berada pada angka sekitar 5 % (metode kurva S)
7.2. Saran
Saran untuk pihak yang terkait dengan kegiatan proyek
Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA Ummuhani Purbalingga,
untuk terus memperhatikan time schedule agar ketika terjadi keterlambatan
progress pekerjaan dapat segera dikejar dan diperbaiki. Selain itu, untuk
bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), perlu ditingkatkan kembali
pengawasan mengenai perlengkapan K3, karena masih ada beberapa
pekerja yang tidak mengunakan peralatan APD ( Alat Pengaman Diri)
sesuai standar yang telah ditentukan dalam pelaksanaan proyek, terutama
APD bagi para pekerja yang bekerja di ketinggian
94