Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

TINJAUAN KHUSUS
(MANAJEMEN PELAKSANAA KONSTRUKSI)

6.1. Manajemen Proyek


Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan. Dalam rangkaian tersebut
ada suatu proses yang mengeloah sumber daya proyek menjadikan suatu hasil
kegiatan berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu
tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (soeharto, 1997)
Kegiatan proyek juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bersifat sementara dalam waktu terbatas, serta dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang tujuannya telah
jelas.
Manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin
organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha
mencapai tujuan dan sasaran efektif . Sedangkan menajemen proyek
merupakan aplikasi pengetahuan, keahlian, alat dan teknik untuk kegiatan
proyek guna memenuhi atau melampaui kebutuhan yang diharapkan
stakeholder/owner dari proyek tersebut. Secara sederhana, tujuan dari
manajemen proyek yaitu mengelola atau mengatur pelaksanaan proyek
sedemikian rupa agar memperoleh hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya mutu bangunan,
biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan.
6.2. Manajemen Waktu Proyek
Manajemen waktu proyek adalah proses merencanakan, menyusun dan
mengendalikan jadwal kegiatan proyek. Manajemen waktu termasuk kedalam
proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian suatu
proyek. Dimana perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan
pendoman yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih

81
cepat dan efisien. ( Clough dan Scars, 1991)
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetisi yang harus
dimilik oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutukan
manajer proyek untuk memantau serta mengendalikan waktu yang diperlukan
dalam menyelesaikan subuah proyek. Dengan menerapkan manajemn proyek,
manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim
proyek untuk membangun deliverables proyek dapat selesai sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
6.3. Kurva S
Kurva S merupakan sebuah jadwal pelaksanaan yang disajikan dalam
bentuk table dan bagan menyerupai huruf S. Model penjadwalan semacam
ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk memberikan informasi
berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100% berdasarkan
waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut
membentuk kurva yang berbentuk S. Kurva S biasanya digunakan dalam
memonitoring kemajuan pekerjaan dalam pelaksanaan konstruksi guna
bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas proses administrasi
pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek
yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu
pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan
atau keterlambatan/varian Kurva S. ( CITATION Ano171\1 1033)
Kegunaan dari Kurva S adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kemajuan/progress suatu proyek secara
keseluruhan.
2. Untuk mengetahui pengeluaran dan kebutuhan biaya
pelaksanaan proyek.
3. Untuk mengontrol penyimpanan yang terjadi pada proyek
dengan membandingkan kurva S progress plan dengan kurva S
progress actual. (CITATION Ima98 \1 1033)

82
Langkah-langkah Pembuatan Kurva S
Berikut adalah langkah-langkah yang darus dilakukan dalam membuat
sebuah kurva S ( CITATION Bac08 \1 1033):
1. Mencari % bobot pekerjaan
Bobot pekerjaan didefinisikan sebagai besarnya pekerjaan yang
telah dikerjakan dan dinyatakan dalam persen.
2. Membagi % bobot biaya pekerjaan dengan durasi pekerjaan
Setelah diperoleh bobot, maka bobot tersebut ditempatkan pada
kolom barchart yang tersedia. Bobot yang didapat dibagi dengan
durasi pekerjaan sehingga diperoleh bobot biaya untuk setiap
periodenya.
3. Menjumlahkan % bobot biaya pekerjaan pada setiap lajur waktu
4. Membuat kumulatif dari % bobot biaya pekerjaan pada jalur %
kumulatif bobot biaya. Bobot biaya dijumlahkan secara kumulatif
per periode. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui progress
biaya proyek yang akan digunakan untuk membuat arus kas rencana
proyek.
5. Membuat kurva S berdasarkan % kumulatif bobot biaya
Dalam membuat kurva S, digunakan kumulatif bobot sebagai absis
dan periode/waktu sebagai kordinat. Lalu pada bagian paling kanan
barchart, dibuat skala 0 – 100 sebagai kumulatif bobot biaya dan
pada bagian bawah barchart sebagai absis waktu.

83
6.3.1. Kurva S Rencana dan Kurva S Realisasi
Berikut adalah kurva S progres rencana dan progres realisasi
dari proyek Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA
Ummuhani Purbalingga ini.

B ULAN

Keterangan
1 2 3 4 5 6
NO URAIAN NILAI M INGGU
BOBOT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
%
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 0,525
2 PEKERJAAN TANAH 0,972
3 PEKERJAAN PASANGAN 13,185
4 PEKERJAAN BETON 61,483
5 PEKERJAAN ATAP 4,904
6 PEKERJAAN PLAFOND 4,887
7 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU 5,878
8 PEKERJAAN PENGECATAN 1,012
9 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 2,829
10 PEKERJAAN SANITASI 0,598
11 PEKERJAAN LAIN-LAIN 3,728
100,00

RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,265 3,193 3,193 2,950 2,950 2,950 2,950 5,587 5,587 5,587 2,950 2,950 2,950 2,950 6,530 2,950 3,893 6,184 4,584 9,967 9,967 6,769 1,886
KOMULATIF RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,530 3,722 6,915 9,864 12,814 15,763 18,713 24,300 29,886 35,473 38,422 41,372 44,322 47,271 53,801 56,750 60,643 66,828 71,412 81,379 91,345 98,114 100,000

Kurva S Rencana

Keterangan
NILAI BULAN
NO URAIAN BOBOT 1 2 3 4 5 6
MINGGU
% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 PEKERJAAN PERSIAPAN 0,525
2 PEKERJAAN TANAH 0,972
3 PEKERJAAN PASANGAN 13,185
4 PEKERJAAN BETON 61,483
5 PEKERJAAN ATAP 4,904
6 PEKERJAAN PLAFOND 4,887
7 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU 5,878
8 PEKERJAAN PENGECATAN 1,012
9 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 2,829
10 PEKERJAAN SANITASI 0,598
11 PEKERJAAN LAIN-LAIN 3,728
JUMLAH 100,00
RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,265 3,193 3,193 2,950 2,950 2,950 2,950 5,587 5,587 5,587 2,950 2,950 2,950 2,950 6,530 2,950 3,893 6,184 4,584 9,967 9,967 6,769 1,886
KOMULATIF RENCANA PELAKSANAAN (%) 0,265 0,530 3,722 6,915 9,864 12,814 15,763 18,713 24,300 29,886 35,473 38,422 41,372 44,322 47,271 53,801 56,750 60,643 66,828 71,412 81,379 91,345 98,114 100,000
REALISASI PELAKSANAAN (%) 0,000 0,200 1,500 2,000 1,000 1,200 1,100 1,300 3,100 3,500 3,300 2,000 1,800 1,500 2,100 5,000
KOMULATIF REALISASI PELAKSANAAN (%) 0,000 0,200 1,700 3,700 4,700 5,900 7,000 8,300 11,400 14,900 18,200 20,200 22,000 23,500 25,600 30,600

Kurva S Realisasi

84
6.3.2. Analisis Kurva S Rencana Dan Kurva S Realistis
Analisa dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
nilai produktifitas bobot rencana dengan pelaksanaan. Jika dilihat
secara visual, bentuk dan kurva S terlihat sangan berbeda, hal ini
disebabkan oleh:
1. Force Majerue (Faktor Keadaan Alam)
Force Majure adalah kejadian yang terjadi diluar kemampuan
manusia dan tidak dapat dihindari. Hal tersebut mengakibatkan
tidak terlaksananya item pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah direncanakan. Terlebih saat praktikan melakukan Kerja
Praktik (September – Oktober) telah memasuki musim
penghujan, sehingga factor pengecoran dicancel karena hujan
terus mengguyur lokasi proyek.
2. Kompetensi Pekerja
Menurut penuturan pelaksana dilapangan, terdapat mandor besi
yang kurang aktif atau dapat dikatakan memiliki kompetensi yang
kurang baik. Mandor tersebut jarang melakukan pengarahan
terhadap anak buahnya yang mengakibatkan hasil pekerjaan tidak
sesuai dengan gambar kerja (shop drawing). Sehingga ketika
dilakukan checklist oleh Quality Control, ada beberapa titik
pembesian pada balok yang kurang pada tulangan utamanya atau
ada kesalahan pada, sehingga perlu diperbaiki dengan dilakukan
penambahan besi. Hal tersebut tentu menyebabkan penambahan
waktu pengerjaan menjadi lebih lama. Selain itu, pekerjaan
bekisting juga berpengaruh terhadap kualitas beton yang
dihasilkan. Setelah dilakukan checklist NCR, pada lantai 1,
banyak baik kolom maupun balok dan sambungan antara kolom
dan balok yang mengalami cacat atau kropos atau tidak rata. Hal
tersebut tentu tidak disetujui oleh owner untuk di close. Dari
pihak owner meminta untuk dilakukan perbaikan dengan cara
chipping ataupun penambahan dengan menggunakan grouting.

85
Proses perbaikan tersebut tentu menambah durasi pekerjaan
menjadi lebih lama.
3. Perubahan Item Pekerjaan
Time schedule rencana merupakan suatu data yang terdapat pada
dokumen lelang. Pembuatan time schedule rencana dibuat
berdasarkan estimasi pihak kontraktor atau pihak pelaksana
proyek yang mengacu pada pengalaman mereka mengenai
proyek-proyek sebelumnya yang mereka kerjakan, serta
berdasarkan volume dan bobot item pekerjaan yang telah
diberikan oleh owner. Pada saat pelaksanaan konstruksi, bisa saja
terjadi perubahan item pekerjaan berdasarkan kondisi lapangan.
4. Dari kurva S rencana dan kurva S realistis, dapat dilihat adanya
perbedaan bobot pekerjaan rencana dengan yang telah dikerjakan.
Beberapa pekerjaan yang mengalami kererlambatan, diantaranya:
a. Preparation Work yang terdiri dari mobilisasi, pembuatan
site office, storage & workshop, serta setting out, levels &
pengecekan grid lines direncanakan dikerjakan dalam
waktu 20 hari, tetapi pada realisasinya diselesaikan dalam
32 hari.
b. Item pekerjaan galian, direncanakan selesai dalam waktu 10
hari, tetapi pada pelaksanaannya selesai 15 hari.
c. Pada pekerjaan Foot Plat, direncanakan 25 hari, tetapi pada
pelaksanaannya selesai 30 hari.
d. Pekerjaan kolom, balok dan plat lantai di lantai 1
direncanakan 30 hari, tetapi pada pelaksanaannya 40 hari.

6.4. Analisis Kinerja Proyek dengan Metode Earned Value


Metode Earned Value menunjukan kinerja proyek yang telah
diselesaikan dengan mengombinasikan biaya, jadwal dan pencapaian
pekerjaan. Konsep ini mengukur besarnya pekerjaan yang telah dikerjakan
pada suatu waktu dan menilai berdasarkan jumlah anggaran yang telah
disediakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Metode ini dapat

86
menjelaskan apakah progress pekerjaan senilai dengan pemakaian bagian
anggarannya. Dengan analisis metode earned value, dapat diketahui
hubungan yang terjadi antara pekerjaan yang telah dicapai secara fisik
terhadap anggaran yang telah dikeluarkan.
Indikator-indikator yang dipakai dalam konsep nilai hasil yaitu :
5. ACWP atau actual cost of work performed adalah jumlah
biaya actual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. ACWP dapat
berupa kumulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah
biaya pengeluaran dalam waktu tertentu.
6. BCWP atau budgeted cost work performed adalah nilai hasil yang
dilihat dari nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan. BCWP
ini dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan
yang telah diselesaikan.
7. BCWS atau budgeted cost of work schedule adalah nilai anggaran
untuk suatu paket pekerjaan yang dipadukan dengan jadwal
pelaksanaannya. BCWS dihitung dari akumulasi anggaran biaya
yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu.

Penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja proyek


terhadap beberapa varian, yaitu Cost Variance dan Schedule Variance.
Selain itu, indicator-indikator metode earned value juga digunakan
untuk mengetahui indeks performansi. Hal tersebut berguna untuk
mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya. Analisa indeks
performansi terdiri dari cost performance dan apabila hasilnya
menunjukan proyek pada saat peninjauan dan mengasumsikan bahwa
kecenderungan tersebut tidak mengalami perubahan kinerja proyek
hingga proyek berakhir. Perkiraan ini berguna untuk memberikan
gambaran ke depan kepada pihak pelaksana, sehingga dapat melakukan
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Perhitungan perkiraan
waktu dan biaya penyelesaian akhir proyek terdiri dari Estimate at
Complemetion dan Variance at Completion.

87
a) Cost Variance (CV)
Cost Variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh
setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya actual
yangterjadi selama pelaksanaan royek. Cost variance positif
menunjukan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan
paket-paket pekerjaan yang telah diselesaikan lebih rendah
dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Rumus untuk Cost
Variance adalah :
CV = BCWP – ACWP

b) Schedule Variance (SV)


Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpanan
antara BCWS dengan BCWP. Nilai positif menunjukan bahwa paket-
paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak dibandingkan
rencana. Sebaliknya nilai negative menunjukan kinerja pekerjaan yang
buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit dari
jadwal yang direncanakan. Rumus untuk Schedule Variance adalah:
SC = BCWP – BCWS

c) Cost Performance Index (CPI)


Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan
dengan membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (BCWP) dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam
periode yang sama (ACWP). Rumus untu CPI adalah :
CPI = BCWP / ACWP
Nilai CPI ini menunjukan bobot nilai yang diperoleh (relative
terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan.
CPI kurang dari 1 menunjukan kinerja biaya yang buruk, karena biaya

88
yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan dengan nilai
yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.

d) Schedule Performance Index (SPI)


Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat
diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik
telah diselesaikan (BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang
dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (BCWS). Rumus untuk
Schedule Performance Index adalah:
SPI = BCWP / BCWS
Nilai SPI menunjukan seberapa besar pekerjaan yang mampu
diselesaikan (relative terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan
pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukan
bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
tidak mampu mencapai target pekerjaan yang sudah direncanakan.

e) Prediksi Biaya Penyelesaian Akhir Proyek / Estimate at


Completion (EAC)
Pentingnya menghitung CPI dan SPI adalah untuk memprediksi
secara statistic biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
Ada banyak metode dalam memprediksi biaya penyelesaian proyek
(EAC). Namun perhitungan EAC dengan SPI dan CPI lebih mudah dan
cepat penggunaannya. Ada beberapa rumus perhitungan EAC, salah
satunya adalah sebagai berikut:
EAC = ACWP + ((BAC – BCWP) / (CPI x SPI))
Perhitungan EAC merupakan penjumlahan biaya actual yang
sudah dikeluarkan dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek. Sisa biaya yang akan dibutuhkan diprediksi
secara statistik dengan memperhitungkan efektifitas pengunaan (CPI)
dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI). Dari nilai EAC dapat
diperoleh perkiraan selisih antara biaya rencana penyelesaian proyek
(BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja

89
pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut variance at
completion (VAC)
VAC = BAC – EAC
Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian
kinerja proyek disbanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan
bobot nilai yang tidak memiliki dimensi sehingga dapat dilakukan
perbandingan antara kinerja proyek satu dengan lainnya. Selain itu nilai
SPI dan CPI memberikan perbandingan relative terhadap BCWS atau
Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar
penilaian stastus proyek dari segi biaya dan waktu.

6.4.1. Analisis Perhitungan Earned Value


Konsep ‘Earned Value’ merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pengelolaan proyek yang mengintegrasikan biaya dan
waktu. Konsep ini memberikan dimensi ketiga selain biaya actual dan
biaya rencana. Dimensi ketiga ini adalah besarnya pekerjaansecara fisik
yang telah diselesaikan atau disebut earned value/percent complete.
Analisa perhitungan earned value pada kerja praktik ini berupa analisa
Schedule Performance Index (SPI). Peninjauan data dilakukan kurang
lebih selama 4 bulan pelaksanaan, yaitu sejak bulan pertama hingga ke
empat.
Data progres rencana dan progres realisasi bulan ke- 4
Progres Rencana : 53,801 %
Progres Realisasi : 30,600 %
Anggaran Biaya Proyek : Rp. 10.805.000.000

Terdapat tiga indikator dasar yang menjadi acuan dalam


menganalisa kinerja dari proyek berdasarkan konsep earned value.
Ketiga indikator tersebut adalah BCWS (Budgeted Cost of Work
Scheduled), BCWP (Budgeted Cost of Work Performed) dan ACWP
(Actual Cost of Work Performed). Variance yang dihasilkan dari 3
indikator tersebut adalah Cost Variance (CV) dan Schedule Variance

90
(SV). Selain itu, indikator-indikator metode earned value juga
digunakan untuk mengetahui indeks performansi. Hal tersebut berguna
untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya. Analisa indeks
performansi terdiri dari Cost Performance Index dan Schedule
Performance Index.
Pada proyek Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA
Ummuhani Purbalingga ini, penulis akan melakukan analisa indeks
performansi SPI (Schedule Performance Index), dengan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Menghitung indicator BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule)
BCWS atau budgeted cost of work schedule adalah nilai anggaran
untuk suatu paket pekerjaan yang dipadukan dengan jadwal
pelaksanaannya. Perhitungan dari BCWS pada periode bulan ke-4
dapat dihitung dengan mengalikan presentase progres rencana pada
bulan ke-4 dengan jumlah anggaran proyek sampai bulan ke-4.
Perhitungan BCWS pada bulan ke-4 adalah sebagai berikut:
BCWS = % Progres Rencana x Nilai Anggaran Proyek
= 53,801 % x Rp. 10.805.000.000
= Rp. 5.813.198.050,00
2. Menghitung indicator BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
BCWP atau budgeted cost of work Performed adalah nilai hasil dari
sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Perhitungan dari BCWP pada periode bulan ke-4 dapat dihitung
dengan mengalikan presentase progres realisasi pada bulan ke-4
dengan jumlah anggaran proyek sampai bulan ke-4. Perhitungan
BCWP pada bulan ke-4 adalah sebagai berikut:
BCWP = % Progres Realisasi x Nilai Anggaran Proyek
= 30,600 % x Rp. 10.805.000.000
= Rp. 3.306.330.000,00
Menghitung indeks performansi SPI (Schedule Performance Index)
Faktor efisiensi kerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat dilihat

91
dari perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang telah
dikerjakan berdasarkan rencana pekerjaan (BCWS). Perhitungan
nilai SPI adalah sebagai berikut:
BCWP Rp. 3.306.330.000,00
SPI = = = 0,569
BCWS Rp. 5.813.198.050,00

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu


diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap suatu
pekerjaan yang direncanakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada
bulan ke-4 diperoleh SPI 0,569, yang berarti nilai tersebut < 1. Hal
ini menunjukkan bahwa proyek mengalami keterlambatan.
Keterlambatan disebabkan oleh kondisi alam, kompetensi dari man
power dan juga item pekerjaan pada saat realisasi. Untuk mengejar
keterlambatan tersebut, pihak pelaksana pekerjaan melakukan
penambahan jam kerja pada beberapa bidang pekerjaan. Contohnya
pada bidang pabrikasi besi, dari tadinya jam kerja mulai jam 8 pagi
hingga jam 5 sore, ditambah menjadi hingga jam 9 malam atau
bahkan jam 12 malam. Penambahan jam kerja juga terjadi pada
bagian pemasangan bekisting dan pengecoran.

92
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Penjadwalan atau time schedule dalam dunia konstruksi merupakan
suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item
pekerjaan serta alokasi sumber daya yang digunakan selama proses
konstruksi. Penjadwalan dalam proyek merupakan hal yang sangat penting
untuk menentukan aktivitas yang disusun sedemikian rupa agar setiap
aktivitas dapat dilaksanakan sesuai dengan urutan dan proyek dapat selesai
dengan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis.
Berdasarkan analisis kurva S yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa proyek mengalami keterlambatan hingga -26,150 %.
Hal tersebut dapat dilihat secara visual, dimana bentuk kurva S progres
realisasi sangat berbeda dengan kurva S progres rencana. Keterlambatan
yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu kurang baiknya
kompetensi pekerja dan perubahan item pekerjaan maupun desain gambar.
Dengan keterlambatan yang terjadi, maka perlu dilakukan revisi
penjadwalan kurva S, dikarenakan keterlambatan sudah melebihi 10 %
bahkan 20 % . Perubahan penjadwalan tentu akan meneyebabkan
perubahan antara permulaan dan akhir dari pekerjaan pada kurva S progress
rencana R0 dan kurva S progres rencana R1.
Adapun berdasarkan analisis dengan mengunakan metode earned
value, yaitu dengan meninjau nilai SPI (Schedule Performance Index)
dengan tujuan untuk memastikan apakah proyek mengalami keterlambatan
atau tidak. Dari hasil perhitungan SPI hingga bulan ke-4, proyek
Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA Ummuhani Purbalingga ini
mengalami keterlambatan yang terlihat dari nilai SPI yang kurang dari 1,
yaitu 0,569. Keterlambatan terjadi disebabkan oleh beberapa factor, salah
satunya adalah factor cuaca. Namun pihak pelaksana kegiatan melakukan
penambahan jam kerja pada bidang tertentu dalam rangka mengejar
ketertinggalan. Sehingga keterlambatan tersebut dapat dikejar,

93
hingga terakhir penulis melakukan kerja praktik keterlambatan yang terjadi
berada pada angka sekitar 5 % (metode kurva S)
7.2. Saran
Saran untuk pihak yang terkait dengan kegiatan proyek
Pembangunan Gedung Parkir dan Klinik RSIA Ummuhani Purbalingga,
untuk terus memperhatikan time schedule agar ketika terjadi keterlambatan
progress pekerjaan dapat segera dikejar dan diperbaiki. Selain itu, untuk
bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), perlu ditingkatkan kembali
pengawasan mengenai perlengkapan K3, karena masih ada beberapa
pekerja yang tidak mengunakan peralatan APD ( Alat Pengaman Diri)
sesuai standar yang telah ditentukan dalam pelaksanaan proyek, terutama
APD bagi para pekerja yang bekerja di ketinggian

94

Anda mungkin juga menyukai