Anda di halaman 1dari 33

MODUL

KEJAKSAAN NEGERI MAKASSAR

ANDI SUNDARI, S.H.,M.H.


KEPALA KEJAKSAAN NEGERI MAKASSAR
MODUL
KEJAKSAAN NEGERI MAKASSAR

About
Kejaksaan Negeri Makassar adalah sebuah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2021
tentang Kejaksaan RI tentang atas perubahan Undang-Undang No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, yang memiliki wilayah hukum di
wilayah kota Makassar.

Jl. Amanagappa No.15, Kejaksaan Negeri Makassar (Kejari Makassar) secara struktural terletak
Baru, Kec. Ujung
dibawah Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kejati SulSel) dan
Pandang, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90112 Kejaksaan Agung RI yang berada di Ibu Kota Negara, dengan luas
wilayah mencapai 175,77 kilometer persegi (Km²), jumlah penduduk
mencapai lebih dari 1.480.480 jiwa dengan tingkat kepadatan
0811-420-402
penduduk mencapai 8.122 per-km² dan kantor Kejari Makassar
terletak di Jalan Amanagappa No.15, Baru, Kecamatan Ujung
kejari.makassar@kejaksaan. Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90112.
go.id
Wilayah hukum Kejaksaan Negeri Makassar menaungi Polres tabes
kejari- Makassar dan 12 Polsek-polsek yang terdapat di wilayah hukum
makassar.kejaksaan.go.id Makassar dan tiap bulannya menerima 200 hingga 250 perkara untuk
Tindak Pidana Umum sedangkan untuk perkara tindak pidana khusus
(korupsi) tiap tahunnya sekitar 4 sampai dengan 5 perkara.

Merespon tuntutan masyarakat terhadap kinerja institusi Kejaksaan,


Kejaksaan Republik Indonesia tengah berupaya melakukan Reformasi
Birokrasi di institusinya yaitu dengan titik berat terhadap percepatan
dan optimalisasi penanganan perkara, penerapan system teknologi
Informasi dalam penanganan perkara, Penerapan system Teknologi
Informasi terhadap Laporan Pengaduan dan redesign website
Kejaksaan.
Menyikapi tuntutan reformasi birokrasi dan Keterbukaan Informasi
Publik, Kejaksaan Negeri Makassar berupaya merespon tuntutan ini
dengan melaunching website. Melalui web site ini Kejari Makassar
berusaha menyajikan informasi dan data yang mendukung
pencapaian tujuan pembangunan hukum yang tengah diupayakan
segenap jajaran Kejaksaan di seluruh Indonesia, sehingga masyarakat
dapat mengakses data-data tentang dasar hukum dan undang-
undang, kinerja Kejaksaan Negeri Makassar, berita-berita terbaru
tentang Kejaksaan serta info perkara, Website ini juga menyediakan
ruang bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi langsung dengan
memberikan masukan, dan saran untuk perbaikan Kejaksaan,
khususnya Kejaksaan Negeri Makassar termasuk pengaduan ataupun
laporan tentang dugaan tindak pidana korupsi di wilayah Makassar.
VISI
Terwujudnya aparatur yang profesional memiliki integritas
moral dalam penegakan dan pelayanan hukum.

MISI
1. Peningkatan Profesionalisme dan moral Aparatur
melalui perubahan pola pikir, budaya kerja dan
perilaku;
2. Peningkatan sarana dan prasarana;
3. Tepat dan cepatnya penyelesaian penanganan
Perkara;
4. Terselesaikannya tunggakan penanganan perkara;
5. Meningkatkan kegiatan operasi intelijen yustisial;
6. Meningkatkan penyuluhan dan penerangan hukum;
7. Terselesaikannya bantuan hukum;
8. Peningkatan Profesionalisme dan moral Aparatur
melalui perubahan pola pikir, budaya kerja dan
perilaku;
9. Peningkatan sarana dan prasarana;
10. Tepat dan cepatnya penyelesaian penanganan
Perkara;
11. Terselesaikannya tunggakan penanganan perkara;
12. Meningkatkan kegiatan operasi intelijen yustisial;
13. Meningkatkan penyuluhan dan penerangan hukum;
14. Terselesaikannya bantuan hukum.
DASAR HUKUM

1. UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2021 TENTANG


PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN
2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA;
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN2008 TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK;
3. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
15 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERPRES
NO. 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA;
4. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1 TAHUN 2022 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN KEJAKSAAN NOMOR PER-006/A/JA/07/2017
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA;
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PER-032/A/JA/8/2010 TENTANG PELAYANAN INFORMASI
PUBLIK DI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA;
6. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
12 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020-2024;
7. PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
15 TAHUN 2020 TENTANG PENGHENTIAN PENUNTUTAN
BERDASARKAN KEADILAN RESTORATIF.
TUGAS DAN WEWENANG KEJAKSAAN
Undang - Undang No. 11 tahun 2021 tentang perubahan atas
Undang – Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

Pasal 30 :
1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan
keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.

2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan


kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar
pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah

3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan


turut menyelenggarakan kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengawasan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Pasal 30A :
Dalam pemulihan aset, Kejaksaan berwenang melakukan kegiatan
penelusuran, perampasan, dan pengembalian aset perolehan tindak
pidana dan aset perolehan tindak pidana dan aset lainnya kepada
negara, korban atau yang berhak.

Pasal 30B :
Dalam bidang intelijen penegakan hukum, Kejaksaan berwenang :
a. Menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan
penggalangan untuk kepentingan penegakan hukum;
b. Menciptakan kondisi yang mendukung dan mengamankan
pelaksanaan pembangunan;
c. Melakukan kerja sama intelijen dan/atau penyelenggara
intelijen negara lainnya, didalam maupun diluar negeri;
d. Melaksanakan pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme;
dan
e. Melaksanakan pengawasan multimedia.

Pasal 30C :
Selain melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasl 30, Pasal 30A dan Pasal 30B Kejaksaan :
a. Menyelenggarakan kegiatan statistik kriminal dan Kesehatan
yustisial Kejaksaan;
b. Turut serta dan aktif dalam pencarian kebenaran atas perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan konflik sosial
tertentu demi terwujudnya keadilan;
c. Turut serta dan aktiv dalam penanganan perkara pidana
yang melibatkan saksi dan korban serta proses rehabilitasi,
restitusi dan kompensasinya;
d. Melakukan mediasi penal, melakukan sita eksekusi untuk
pembayaran pidana denda dan pidana pengganti serta
restitusi;
e. Dapat memberikan keterangan sebagai bahan informasi dan
verifikasi tentang ada atau tidaknya dugaan pelanggaran
hukum yang sedang atau telah diproses dalam perkara
pidana untuk menduduki jabatan publik atas permintaan
instansi yang berwenang;
f. Menjalankan fungsi dan kewenangannya di bidang
keperdataan dan/atau bidang publik lainnya sebagaimana
diatur dalam Undang – Undang;
g. Melakukan sita eksekusi untuk pembayaran pidana denda
dan uang pengganti;
h. Mengajukan peninjauan Kembali; dan
i. Melakukan penyadapan berdasarkan Undang – Undang
khusus yang mengatur mengenai penyadapan dan
menyelenggarakan pusat pemantauan di bidang tindak
pidana.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG PEMBINAAN
Subbagian Pembinaan mempunyai tugas melakukan pembinaan
atas manajemen dan pembangunan prasarana dan pengelolaan
ketatausahaan kepegawaian kesejahteraan pegawai, keuangan,
perlengkapan organisasi dan tatalaksana, pengelolaan teknis atas
milik negara yang menjadi tanggung jawab serta pemberian
dukungan pelayanan teknis dan adminstrasi bagi seluruh satuan
kerja di lingkungan kejaksaan Negeri yang bersangkutan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan tugas.

Dalam melaksanakan tugas, Subbagian Pembinaan


menyelenggarakan fungsi:

1. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina


kerjasama seluruh satuan kerja di lingkungan Kejaksaan Negeri di
bidang administrasi.
2. Melakukan pembinaan organisasi dan tatalaksana urusan
ketatausahaan dan mengelola keuangan, kepegawaian,
perlengkapan dan milik negara yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan,
keterampilan dan integritas kepribadian aparat Kejaksaan di
daerah hukumnya.

Subbagian Pembinaan terdiri dari:

1. Urusan Kepegawaian,Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan


Pajak;
2. Urusan Perlengkapan;
3. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan,Data statistic Kriminal dan
Teknologi Informasi.
Urusan Kepegawaian

Urusan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan


kepegawaian, peningkatan integritas dan kepribadian serta
kesejahteraan pegawai.

Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak


mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan
pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Urusan Perlengkapan

Urusan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan


perlengkapan dan kerumahtanggaan.

Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan.

Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan mempunyai tugas


melakukan urusan ketatausahaan, perpustakaan dan
dokumentasi hukum.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG INTELIJEN
Seksi Intelijen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,
pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan
kebijakan teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, pengawalan
dan pengamanan pemerintahan dan pembangunan, administrasi
intelijen, dan pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada
bidang lain, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan,
perencanaan, pengelolaan dan pelaporan teknologi informasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian, dan pelaporan
kegiatan bidang penerangan hukum, penyusunan, penyajian,
pengadministrasian, pendistribusian, dan pengarsipan laporan
berkala, laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen, hasil
pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen
dan operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan
pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat strategis,
perencanaan, pengelolaan, dan pelaporan bank data intelijen dan
pengamanan informasi, pengendalian penyelenggaraan
administrasi intelijen, pemeliharaan perangkat intelijen,
perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama
dengan pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi,
dan organisasi, pemberian bimbingan dan pembinaan teknis
intelijen dan administrasi intelijen, dan penyiapan bahan evaluasi
kinerja fungsional Sandiman yang berkaitan dengan bidang
ideologi, politik, pertahanan, keamanan, sosial, budaya,
kemasyarakatan, ekonomi, keuangan, pengamanan
pembangunan strategis, teknologi intelijen, produksi intelijen,
dan penerangan hukum.
Dalam melaksanakan tugas, Seksi Intelijen
menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang intelijen


berupa bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis;
2. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan penyiapan bahan
pengendalian kegiatan intelijen peyelidikan, pengamanan
penggalangan dalam rangka kebijaksanaan penegakan hukum
baik preventif maupun represif untuk menangulangi hambatan,
tantangan, politik, ekonomi, keuangan , sosial budaya;
3. Pelaksanaan kegiatan produksi dan sarana intelijen, membina
dan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan integritas
kepribadian aparat intelijen yustisial membina aparat dan
mengendalikan kekaryaan di lingkungan kejaksaan Negeri yang
bersangkutan;
4. Pengamanan teknis terhadap pelaksanaan tugas satuan kerja
bidang personil, kegiatan materiil, pemberitaan dan dokumen
dengan memperhatikan koordinasi kerjasama dengan instansi
pemerintah dan organisasi lain di daerah terutama dengan
aparat intelijen.

seksi Intelijen terdiri dari:

1. Subseksi Sosial dan Politik;


2. Subseksi Ekonomi dan Moneter;
3. Subseksi Produksi dan Sarana Intelijen.

Subseksi Sosial dan Politik

Subseksi Sosial dan Politik mempunyai tugas melakukan


kegiatan intelijen yustisial penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan untuk menanggulangi hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan serta mendukung operasi yustisi
mengenai masalah ideologi dan soial politik, media massa,
barang cetakan, orang asing, cegah tangkal, sumber daya
manusia, pertahanan dan keamanan, tindak pidana perbatasan
dan pelanggaran wilayah perairan, aliran kepercayaan,
penyalahgunaan dan atau penodaan agama, persatuan dan
kesatuan bangsa, lingkungan hidup, penyuluhan hukum serta
penaggulangan tindak pidana Umum dan NARKOBA.
Subseksi Ekonomi dan Moneter

Subseksi Ekonomi dan Moneter mempunyai tugas melakukan


kegiatan intelijen yustisial penyelidikan pengamanan dan
penggalangan untuk menanggulangi hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan serta mendukung operasi yustisi
mengenai masalah investasi, produksi, distribusi, keuangan,
perbankan, sumber daya alam dan pertanahan,
penanggulangan tindak pidana ekonomi, korupsi serta
pelanggaran zone eksklusif.

Subseksi Produksi dan Sarana Intelijen

Subseksi Produksi-dan Sarana Intelijen mempunyai tugas


melakukan kegiatan di bidang produksi berupa laporan berkala,
insidentil dan perkiraan keadaan pembinaan aparat intelijen
terhadap kemampuan dan integritas aparat intelijen di
lingkungan Kejaksaan Negeri dan meyelenggarakan
administrasi intelijen, penyiapan dan pemberian penerangan
serta publikasi mengenai berbagai masalah yang menyangkut
kegiatan Kejaksaan.

Pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik


dengan petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi
untuk memenuhi permohonan Informasi Publik:

1. Memberikan standar bagi Kejaksaan dalam melaksanakan


pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik;
2. Meningkatkan pelayanan Informasi Publik oleh Kejaksaan
untuk menghasilkan layanan yang berkualitas;
3. Mmenjamin pemenuhan hak warga negara untuk
memperoleh akses Informasi Publik di Kejaksaan; dan
4. Menjamin terwujudnya tujuan penyelenggaraan
keterbukaan Informasi Publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik;
5. Tersedianya informasi yang selaras dan berkesinambungan
serta bermanfaat bagi penegakan hukum dan rasa keadilan
masyarakat
Kejaksaan R.I sebagai salah satu institusi penegakan hukum
menyadari sepenuhnya pentingnya pengelolaan yang baik
terhadap dokumentasi dan sistem informasi. Jauh sebelum
diberlakukannya UU KIP, Kejaksaan R.I telah mulai berbagi
informasi kepada masyarakat melalui website Kejaksaan R.I.
Penyempurnaan informasi pada website Kejaksaan R.I
akhirnya disempurnakan melalui redesign website Kejaksaan.
Dengan demikian, Kejaksaan R.I berusaha memenuhi salah
satu amanat dalam UU KIP, yaitu memberikan akses kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi.

Sejalan dengan semangat yang tertuang dalam UU KIP,


Kejaksaan RI pun mulai merancang rangkaian rencana kerja,
peraturan serta SOP yang berkaitan dengan pelayanan
informasi publik serta sumber daya manusia pelaksana dan
infrastruktur pendukung.

Di tataran kebijakan, pada 9 Juni 2011, Jaksa Agung telah


mengesahkan Instruksi Jaksa Agung RI (Insja) Nomor: INS-
001/A/JA/6/2011 tentang Standar Operasional Prosedur
(SOP) Pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan.

Ketentuan ini mengatur lima SOP yang terdiri dari:

a. Penyusunan Daftar Informasi Publik;


b. Penyimpanan dan Pendokumentasian Informasi
Publik;
c. Pelayanan Informasi Publik;
d. Pengelolaan Keberatan atas Pelayanan Informasi
Publik; dan
e. Pelaporan dan Evaluasi Pelayanan Informasi Publik.
Penerbitan SOP Pelayanan Informasi Publik ini juga
merupakan bagian dari pelaksanaan Inpres No. 1 Tahun
2010. Sebelumnya, pada 25 Agustus 2010, Jaksa Agung R.I
telah mengesahkan Peraturan Jaksa Agung R.I No PER-
032/A/JA/08/2010 tentang Pelayanan Informasi Publik di
Kejaksaan R.I. Peraturan tersebut menjelaskan tata cara
pelayanan informasi publik oleh Kejaksaan R.I, khususnya
para pejabat serta petugas yang bertanggung jawab atas
pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan R.I.

Untuk Aspek SDM, Kejaksaan R.I juga telah melakukan


berbagai upaya dalam rangka mensukseskan pelayanan
informasi untuk masyarakat. Training dan sosialisasi telah
rutin dilaksanakan sejak Mei 2011, diberikan baik kepada
petugas pelaksana maupun ditingkat eselon I dan II.

Keberadaan Meja Informasi yang terletak di Gd. Pusat


Penarangan Hukum (Puspenkum) dan masing-masing
Kejaksaan Tinggi membuktikan Kejaksaan R.I juga telah
berkomitmen untuk memenuhi kelengkapan infrastruktur
pendukung. Meja Informasi menjadi sarana yang akan
mempermudah masyarakat untuk memperoleh informasi.
Selain petugas yang akan melayani masyarakat, Meja
Informasi juga dilengkapi sarana pendukung, diantaranya
perangkat komputer, sambungan telepon/ fax dengan
nomor khusus untuk pelayanan informasi< formulir
pelayanan informasi, TV Informasi, brosur, dll.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG PIDANA UMUM


Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas melaksanakan
pengendalian dan atau melaksanakan penuntutan, pemeriksaan
tambahan, penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan
putusan pengadilan, Pengawasan terhadap keputusan lepas
bersyarat dan tindakan lainnya dalam perkara tindak pidana
umum.

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Pidana Umum


menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tindak


pidana umum berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan
pengamanan teknis;
2. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan penyiapan bahan
pengendalian kegiatan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan,
penuntutan dalam perkara tindak pidana terhadap keamanan
negara dan ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan
harta benda serta tindak pidana umum lain yang diatur di luar
Kitab Undang-undang pidana;
3. Penyiapkan bahan pengendalian dan atau pelaksanaan
penetapan hakim dan putusan pengadilan, melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat
dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana umum
serta pengadministrasiannya;
4. Pembinaan kerjasama dan melakukan koordinasi dengan instansi
serta pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam
penanganan perkara tindak pidana umum kepada penyidik;
5. Penyiapan bahan saran, konsepsi tentang pendapat dan atau
pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak
pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam kebijaksanaan
penegakan hukum;
6. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian
aparat tindak pidana umum daerah hukum Kejaksaan Negeri
yang bersangkutan;
7. Pengadministrasian dan pembuatan laporan di daerah hukum
Kejaksaan Negeri bersangkutan.

Seksi Tindak Pidana Umum terdiri dari :

1. Subseksi Prapenuntutan;
2. Subseksi Penuntutan, Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi.

Subseksi Prapenuntutan

Subseksi Prapenuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan
pemberian pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan
perkara, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan, penyajian data
dan informasi, pemberian bimbingan teknis, pemantauan,
evaluasi, dan penyusunan laporan penanganan perkara tindak
pidana terhadap orang dan harta benda, keamanan negara,
ketertiban umum, dan tindak pidana umum lainnya, narkotika dan
zat adiktif lainnya, terorisme dan lintas negara pada tahap
prapenuntutan.

Subseksi Penuntutan, Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi

Subseksi Penuntutan, Eksekusi, dan Eksaminasi mempunyai tugas


melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program
kerja, analisis dan pemberian pertimbangan hukum, pelaksanaan
penanganan perkara, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan,
penyajian data dan informasi, pemberian bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan penanganan
perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda,
keamanan negara, ketertiban umum, dan tindak pidana umum
lainnya, narkotika dan zat adiktif lainnya, terorisme dan lintas
negara pada tahap penuntutan, eksekusi, dan eksaminasi
Seksi Tindak Pidana Umum juga mempunyai Perja No. 15 Tahun
2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif (Restorative Justice), yang diundangkan pada
tanggal 22 Juli 2020 bertepatan dengan Hari Bhakti Adhyaksa
yang ke-60 dan sekaligus menjadi kado penegakan hukum di
Indonesia.

Perja ini akan menjadi momentum yang mengubah “wajah


penegakan hukum di Indonesia”. Tidak akan ada lagi kasus seperti
nenek Minah dan kakek Samirin yang sampai di meja hijau. Tidak
aka nada lagi penegakan hukum yang hanya melihat kepastian
hukumnya saja. Dan tidak aka nada lagi hukum yang hanya tajam
kebawah tumpul keatas.

Perja ini dilaksanakan dengan berasaskan pada :

1. Keadilan;
2. Kepentingan hukum;
3. Proporsionalitas;
4. Pidana sebagai jalan terakhir;dan
5. Cepat, sederhana dan biaya ringan.

Penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restorative


merupakan suatu bentuk diskresi penuntutan (prosecutorial
discretionary) oleh penuntut umum yang sekaligus merupakan
pengejawantahan asas dominus litis. Domunis merupakan
pemilik. Sedangkan litis artinya perkara. Dominus litis merupakan
pihak yang memiliki perkara, yang mengendalikan atau
mengarahkan perkara dan pihak yang mempunyai kepentingan
dalam penentuan perkara.

Asas dominus litis menegaskan bahwa tidak ada badan lain yang
berhak melakukan penuntutan selain Penuntut Umum yang
bersifat absolut dan monopoli. Penuntut umum menjadi satu-
satunya Lembaga yang memiliki dan memonopoli penuntutan
dan penyelesaian perkara pidana. Hakim sekalipun tidak bisa
meminta supaya perkara pidana yang terjadi diajukan kepadanya,
hakim dalam penyelesaian perkara hanya bersifat pasif dan
menunggu tuntutan dari penuntut umum.
SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN RJ

Filosofi Perja Restorative Justice ini dilaksanakan untuk


melindungi masyarakat kecil. Hal esensial dari Keadilan Restoratif
adalah “pemulihan”. Pemulihan Kembali akan kedamaian yang
sempat pudar antara korban, pelaku, maupun masyarakat.
Keadilan yang dilandasi perdamian pelaku, korban dan masyarakt
itulah yang menjadi moral etik restorative justice karena pada
dasarnya keadilan dan perdamian tidak dapat dipisahkan.

Restorayif Justice dilaksanakan pada tahap penerimaan dan


penelitian tersangka dan barang bukti (Tahap II). Restorative
Justice dilakukan dengan memperhatikan factor – factor berikut :

a. Kepentingan korban dan kepentingan hukum lain yang


dilindungi;
b. Penghindaran stigma negative;
c. Penghindaran pembalasan;
d. Respon dan keharmonisan masyarakat; dan
e. Kepatutan, kesusilaan dan ketertiban umum.

Disamping itu, dalam pelaksanaan Restorativ Justice juga wajib


mempertimbangkan hal sebagai berikut :

a. Subjek, objek, kategori dan ancaman dilakukannya tindak


pidana;
b. Latar belakang terjadinya atau dilakukannya tindak pidana;
c. Tingkat ketercelaan;
d. Kerugian atau akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana;
e. Cost and benefit penanganan perkara;
f. Pemulihan kembali pada keadaan semula; dan
g. Adanya perdamaian antara korban dan tersangka.

Pelaksanaan Restorative sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Perja


Keadilan Restoratif telah memerikan ketentutan sebagai berikut :
1. Perkara tindak pidana dapat ditutup demi hukum dan
dihentikan penuntutannya berdasarkan Keadilan Restoratif
dalam hal terpenuhi syarat sebagai berikut :

a. Tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana;


b. Tindak pidana hanya diancama dengan pidana denda atau
diancam dengan pidana penjara tidak lebih dari 5 tahun;
c. Tindak pidana dilakukan dengan nilai barang bukti atau nilai
kerugian yang ditimbulkan akibat dari tindak pidana tidak
lebih dari Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

2. Untuk tindak pidana terkait harta benda, dalam hal terdapat


kriteria atau keadaan yang bersifat kasusitik yang menurut
pertimbangan Penuntut Umum dengan persetujuan Kepala
Cabang Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Negeri
dapat dihentikan penuntutan berdasarkan keadilan Restoratif
dilakukan dengan tetap memperhatikan syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a disertai dengan salah satu
huruf b atau huruf c.
3. Untuk tindak pidana yang dilakukan terhadap orang, tubuh,
nyawa, dan kemerdekaan orang ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dikecualikan.
4. Dalam hal tindak pidana dilakukan karena kelalaian.
Ketentuan pada ayat (1) huruf b dan huruf c dapat
dikecualikan.
5. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
tidak berlaku dalam hal terdapat kriteria/keadaan yang
bersifat kasuistik yang menurut pertimbangan Penuntut
Umum dengan persetujuan Kepala Kejaksaan Negeri tidak
dapat dihentikan Penuntutan berdasarkan keadilan Restoratif.
6. Selain memenuhi syarat dan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
penghentian penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif
dilakukan dengan memenuhi syarat:
a. Telah ada pemulihan Kembali pada keadaan semula yang
dilakukan oleh Tersangka dengan cara:

1) Mengembalikan barang yang diperoleh dari tindak


pidana kepada korban;
2) Mengganti kerugian korban;
3) Mengganti biaya yang ditimbulkan dari akibat tindak
pidana; dan/atau
4) Memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan dari akibat
tindak pidana;

b. Telah ada kesepakatan perdamaian antara Korban dan


Tersangka; dan
c. Masyarakat merespon positif.

7. Dalam hal disepakati Korban dan Tersangka, syarat


pemulihan kembali pada keadaan semula sebagaiman
dimaksud pada ayat (6) huruf a dapat dikecualikan.
8. Penghentian penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif
dikecualikan untuk perkara:

a. Tindak pidana terhadap keamanan negara, martabat


Presiden dan Wakil Presiden, negara sahabat, kepala
negara sahabat serta wakilnya, ketertiban umum, dan
kesusilaan;
b. Tindak pidana yang diancam dengan ancaman pidana
minimal;
c. Tindak pidana narkotika;
d. Tindak pidana lingkungan hidup;
e. Tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi.

Pemenuhan syarat RJ sebagaimana tersebut di atas digunakan


sebagai pertimbangan Penuntut Umum untuk menentukan dapat
atau tidaknya berkas perkara dilimpahkan ke pengadilan,
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 139 KUHAP.
RUMAH RESTORATIVE JUSTICE (BARUGA ADHYAKSA)

Sebagai tempat menyelesaikan segala permasalahan di


masyarakat, serta sebagai tempat musyawarah mufakat untuk
menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam masyarakat.

Adapun dasar filosofi penyebutan rumah disini dikarenakan


rumah merupakan suatu tempat yang mampu memberikan rasa
aman, nyaman dan tempat semua orang kembali untuk
berkumpul dan mencari solusi dari permasalahan yang
disebabkan adanya perkara pidana ringan sehingga dapat
memulihkan kedamaian, harmoni dan keseimbangan kosmis di
dalam masyarakat.

Pembentukan Rumah Restorative Justice juga diharapkan


menjadi suatu terobosan yang tepat, karena dalam hal ini akan
menjadi sarana penyelesaian perkara diluar persidangan sebagai
solusi alternatif memecahkan permasalahan penegakan hukum
tertentu yang belum dapat memulihkan kedamaian dan harmoni
dalam masyarakat seperti sebelum terjadinya tindak pidana.

Rumah Restorative Justice juga dapat menjadi sarana bagi


masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman
secara komprehensif tentang manfaat dari penyelesaian tindak
pidana melalui konsep restorative justice.

Rumah Restorative Justice ini dapat digunakan dan dimanfaatkan


bukan saja untuk kepentingan penyelesaian perkara pidana tetapi
untuk menyelesaikan segala permasalahan di masyarakat baik itu
perkara perdata, tanah, perkawinan ternasuk juga untuk
kepentingan sosialisasi program pemerintah.

Adapun Rumah Restorative Justice di Kota Makassar terletak di


Kawasan Taman Pramuka, Kecamatan Ujung Pandang dan diberi
nama Baruga Adhyaksa Restorative Justice House.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG PIDANA KHUSUS


Seksi Tindak Pidana Khusus, mempunyai tugas melakukan
pengendalian kegiatan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, penuntutan, melaksanakan penetapan
dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam
perkara tindak pidana khusus di daerah hukum Kejaksaan Negeri
yang bersangkutan.

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Pidana Khusus


menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tindak


pidana khusus berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan
pengamanan teknis;
2. Penviapan rencana, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan,
tambahan, penuntutan dan pengadministrasiannya;
3. Pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan,
pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat
dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana khusus
serta pengadministrasiannya;
4. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait dan
memberi bimbingan serta petunjuk teknis kepada penyidik dalam
penanganan perkara tindak pidana korupsi, ekonomi dan tindak
pidana khusus yang lain serta pengadminintrasiannya;
5. Penyiapan bahan sarana konsepsi tentang pendapat dan atau
pertinimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak
pidana khusus dan masalah hukum lain dalam kebijaksanaan
hukum;
6. Peningkatan kemampuan, keterampilan dan integritas
kepribadian aparat tindak pidana khusus.
Seksi Tindak Pidana Khusus terdiri dari :

1. Subseksi Penyidikan;
2. Subseksi Penuntutan, Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi.

Subseksi Penyidikan

Subseksi Penyidikan melakukan penyiapan bahan penyusunan


program dan rencana kerja, penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan pelaksanaan dan
pengendalian, pemberian bimbingan teknis, penyampaian
pertimbangan, pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama,
pengelolaan data dan penyajian informasi, pemantauan dan
evaluasi serta penyusunan laporan dalam rangka pengelolaan
laporan dan pengaduan masyarakat, penyelidikan dan penyidikan
serta pelacakan aset dan pengelolaan barang bukti perkara tindak
pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang di wilayah
hukum Kejaksaan Negeri.

Subseksi Penuntutan, Upaya Hukum Luar Biasa dan


Eksekusi.

Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan penyusunan program dan rencana kerja, penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan
pelaksanaan dan pengendalian, pemberian bimbingan teknis,
penyampan pertimbangan, pendapat dan saran, koordinasi dan
kerja sama, pengelolaan data dan penyapan informasi
pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan pelaksanaan
tindakan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, praperadilan,
penuntutan dan persidangan, perlawanan, pelaksanaan
penetapan hakim, upaya hukum biasa dalam penanganan perkara
tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang, tindak
pidana perpajakan dan tindak pidana pencucian uang, serta
tindak pidana kepabeanan, cukai, dan tindak pidana pencucian
uang di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.
Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan rencana
kerja, penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan
administrasi, penyiapan pelaksanaan dan pengendalian,
pemberian bimbingan teknis, penyampaian pertimbangan,
pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan data
dan penyajian informasi, pemantauan dan evaluasi serta
penyusunan laporan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
mempunym kekuatan hukum tetap, pengawasan terhadap
pelaksanaan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan dan
lepas bersyarat, upaya hukum luar biasa, permohonan grasi,
amnesti dan abolisi dalam penanganan perkara tindak pidana
korupsi dan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana
perpajakan dan tindak pidana pencucian uang, serta tindak
pidana kepabeanan, cukai, dan tindak pidana pencucian uang di
wilayah hukum Kejaksaan Negeri.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA


Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas
melakukan dan atau pengendalian kegiatan penegakan, bantuan,
pertimbangan dan pelayanan hukum serta tindakan hukum lain
kepada negara, pemerintah dan masyarakat di Bidang Perdata
dan Tata Usaha Negara.

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Perdata dan Tata


Usaha Negara menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang perdata


dan tata usaha negara berupa pemberian bimbingan, pembinaan
dan pengamanan teknis;
2. Pengendalian kegiatan penegakan hukum, bantuan
pertimbangan dan mewakili kepentingan negara dan pemerintah;
3. Pelaksanaan gugatan uang pengganti atas putusan pengadilan,
gugatan ganti kerugian dan tindakan hukum lain terhadap
perbuatan yang melawan hukum yang merugikan keuangan
negara;
4. Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yang
menyangkut pemulihan dan perlindungan hak dengan
memperhatikan kepentingan umum sepanjang negara atau
pemerintah tidak menjadi tergugat;
5. Pelaksanaan tindakan hukum di dalam maupun di luar pengadilan
mewakili kepentingan keperdataan dari negara pemerintah dan
masyarakat baik berdasarkan jabatan maupun kuasa khusus;
6. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait
serta memberikan bimbingan dan petunjuk teknis dalam
penanganan masalah perdata dan tata usaha negara di daerah
hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan;
7. Pemberian saran konsepsi tentang pendapat dan atau
pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara perdata
dan tata usaha negara dan masalah hukum lain dalam kebijakan
penegakan hukum;
8. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian
aparat tindak pidana khusus di daerah hukum Kejaksaan Negeri
yang bersangkutan.

Seksi Perdata dan Tata Usaha Negera terdiri dari:

1. Subseksi Perdata,Tata Usaha Negara;


2. Subseksi Pertimbangan Hukum.

Subseksi Perdata dan Tata Usaha Negara.

Subseksi Perdata mempunyai tugas melaksanakan pemberian


bantuan hukum di bidang perdata dan forum arbitrase, serta
penegakan hukum. Tata Usaha Negara mempunyai tugas
melaksanakan pemberian jasa hukum di bidang tata usaha
negara.

Subseksi Pertimbangan Hukum

Subseksi Pertimbangan Hukum mempunyai tugas melaksanakan


pemberian pertimbangan hukum, tindakan hukum lain, dan
pelayanan hukum di bidang perdata.
Jaksa Pengacara Negara juga berwenang memberikan Pelayanan
Hukum yang bertujuan untuk membangun kesadaran hukum
masyarakat, membantu masyarakat atas akses terhadap hukum,
mencegah terjadinya pelanggaran hukum, sekaligus menerima
pengaduan hukum dari masyarakat. Pelayanan hukum
dilaksanakan dalam bentuk konsultasi dan pemberian informasi
di bidang hukum perdata atau tata usaha negara kepada
masyarakat, baik perorangan atau badan hukum, yang dapat
diberikan secara lisan, tertulis maupun melalui sistem elektronik.

Dalam bidang Perdata dan Tata Usaha Negera terdapat


pelayanan hukum berupa HALO JPN, yang merupakan sebuah
aplikasi untuk memberikan pelayanan hukum masyarakat secara
gratis melalui system elektronik.
Mengapa konsultasi di HALO JPN ?
➢ Cuma – Cuma / Gratis
Seluruh layanan hukum di situs ini tidak ditarik biaya alias
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara cuma-cuma.
➢ Profesional
Setiap permasalahan hukum Anda akan dijawab langsung
oleh Jaksa Pengacara Negara secara profesional.
➢ Kapan dan dimana saja
Anda dapat mengakses layanan ini secara online kapan dan
di mana saja.
STRUKTUR ORGANISASI
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-006/A/JA/07/2-17
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia.

BIDANG BARANG BUKTI DAN BARANG RAMPASAN

Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan


mempunyai tugas melakukan pengelolaan barang bukti dan
barang rampasan yang berasal dari tindak pidana umum dan
pidana khusus.

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Barang Bukti dan


Barang Rampasan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;


2. Analisis dan penyiapan pertimbangan hukum pengelolaan
barang bukti dan barang rampasan;
3. Pengelolaan barang bukti dan barang rampasan meliputi
pencatatan, penelitian barang bukti, penyimpanan dan
pengklasifikasian barang bukti, penitipan, pemeliharaan,
pengamanan, penyediaan dan pengembalian barang bukti
sebelum dan setelah sidang serta penyelesaian barang rampasan;
4. Penyiapan pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dalam
pengelolaan barang bukti dan barang rampasan;
5. Pengelolaan dan penyajian data dan informasi; dan
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pengelolaan barang bukti dan barang rampasan.
Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2019 tentang perubahan atas Peraturan Jaksa Agung
Nomor : PER-027/A/JA/10/2014 tentang Pedoman
Pemulihan Aset

Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:


PER-006/A/JA/3/2014 tanggal 20 Maret 2014, telah dibentuk
Pusat Pemulihan Aset sebagai satuan kerja kejaksaan yang
bertanggung jawab memastikan terlaksananya pemulihan aset di
Indonesia secara optimal dengan pola sistem pemulihan aset
terpadu (integrated asset recovery system) secara efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik


(good governance/ good corporate governance) dibidang
pemulihan aset oleh kejaksaan sebagai otoritas pemulihan aset di
Indonesia, kegiatan pemulihan 8set terkait tindak pidana
(kejahatan/ pelanggaran) dan/ atau aset lainnya harus
disclenggarakan secara efektif dan efisien dengan melibatkan
pengawasan masyarakat (tranparansi) serta dapat dipertanggung
jawabkan akuntabilitasnya (accountable and reponsibility).

Untuk memastikan agar kelima tahap pemulihan aset yang terdiri


dari kegiatan penelusuran, pengamanan, pemeliharaan,
perampasan dan pengembalian aset dapat optimal dilaksanakan,
maka perlu dilakukan dengan sistem pemulihan aset terpadu
(integrated asset recovery system/lARS) yang terpusat pada Pusat
Pemulihan Aset sebagai pelaksana otoritas kejaksaan dibidang
pemulihan aset, yang terhubung dan didukung oleh semua
satuan kerja kejaksaan se-Indonesia dalam suatu database
pemulihan aset nasional.

Pusat Pemulihan Aset sebagai Centre of Integrated Asset


Recovery System yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
dibidang pemulihan aset dengan kemampuan "follow the assef',
merupakan koordinator satuan kerja kejaksaan yang terkait
dengan pemulihan aset, serta memiliki kewenangan/kemampuan
untuk berhubungan langsung dengan berbagai
kementerian/lembaga, institusi dan jaringan/ agensi formal
maupun informal, didalam dan diluar negeri.
Dalam melaksanakan tugas sebagai Centre of Integrated Asset
Recovery System, Pusat Pemulihan Aset harus melakukan
penghimpunan dan pengelolaan data base dengan andal, aman,
dapat beroperasi sebagaimana mestinya, serta terkoneksi dengan
seluruh satker kejaksaan dan kementerian /lembaga yang terkait
dengan kegiatan pemulihan aset seperti Kementerian Keuangan,
Kementerian BUMN, BPN dan PPATK sesuai dengan
kebutuhannya, dalam bentuk Asset Recovery Secured-data
System (ARSSYS).

Sesuai asas transparansi yang diterapkan dalam kegiatan


pemulihan aset, peran serta seluruh elemen masyarakat sangat
dibutuhkan baik dalam bentuk pemberian informasi maupun
keikut sertaan masyarakat mengawasi aset yang dikelola,
sehingga dalam batas tertentu, masyarakat harus dapat
memantau aset barang rampasan yang ada dalam bentuk
informasi di website yang dikelola Pusat Pemulihan Aset.

Jaksa Agung Republik Indonesia selaku otoritas tertinggi


pemulihan aset di Indonesia telah menerbitkan Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor: PER-013/A/JA/06/2014
tanggal 13 Juni 2014 tentang Pemulihan Aset, yang salah satu
ketentuannya mengamanatkan untuk menerbitkan petunjuk
teknis sebagai pedoman dalam melaksanakan pemulihan aset
yang terkait dengan tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) dan/
atau aset lainnya kepada negara/yang berhak.

Sebagai pelaksanaan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia


Nomor: PER-013/A/JA/06/2014 tentang Pemulihan Aset tersebut,
perlu diterbitkan pedoman sebagai acuan untuk menjamin
optimalisasi pemulihan aset secara cfektif, cfisien, transparan dan
akuntabel dalam bentuk Peraturan Kejaksaan tentang Pedoman
Pemulihan Aset.
Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan
mempunyai program pelayanan yang Bernama Kirannuki’ pasti
(Kejari Makassar Antar Barang Bukti ke Rumahta) yang
merupakan pelayanan pengantaran system gratis. Dimana
terdapat alur pelayanan pengembalian barang bukti, yaitu :

✓ Pemilik menghubungi petugas pelayanan melalui nomor


customer service;
✓ Melengkapi data yang diminta melalui pesan WA;
✓ Menunggu informasi status hukum barang bukti dan waktu
pengembalian barang;
✓ Pemilik mendatangi PTSP Kejaksaan Negeri Makassar;
✓ Pemilik menunjukkan data diri serta informasi terkait
pengembalian barang;
✓ Petugas memproses pengambilan barang bukti;
✓ Pemilik menandatangani Berita Acara Pengembalian Barang
Bukti;
✓ Pemilik menerima pengembalian barang bukti.

Anda mungkin juga menyukai