Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat
adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional tersebut adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara memfasilitasi pembentukan nilai-nilai pada
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menjadi seorang ASN yang
bermartabat dan mempunyai integritas tinggi. Aparatur Sipil Negara
(ASN) dalam hal ini mempunyai peranan yang penting sebagai
pelaksana kebijakan publik dan melaksanakan visi negara Republik
Indonesia. Maka untuk memainkan peran tersebut dibutuhkan ASN
yang mempunyai Akuntabel, rasa patriotisme terhadap tanah air atau
Nasionalisme, mempunyai Etika Publik, mempunyai Komitmen dan
Mutu, dan sebagai ASN yang Anti Korupsi.
Untuk dapat membentuk PNS yang profesional sebagaimana
telah disebutkan di atas, perlu diadakan pembinaan melalui jalur
pelatihan yang berkualitas agar dapat membentuk karakter PNS yang
kuat dan profesional. Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-

1
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
dan merujuk Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) yaitu CPNS wajib menjalani
masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses Diklat terintegrasi
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan proses diklat tersebut juga
diterbitkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II yang di dalamnya memberikan
panduan pelaksanaan Latsar CPNS golongan II secara lebih terperinci
dan terintegrasi dengan kementrian/lembaga terkait.
Diperlukan sebuah penyelenggaraan Pelatihan yang inovatif dan
terintegrasi, yaitu penyelenggaraan Pelatihan yang memadukan
pembelajaran klasikal dan non-klasikal (aktualisasi dan habituasi) di
tempat Pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta
mampu menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktulisasikan, serta
membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan
manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas. Melalui pembaharuan Pelatihan
tersebut, diharapkan dapat menghasilkan PNS profesional yang
berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan
pemersatu bangsa.
Berdasarkan hal di atas, penyempurnaan dan pengayaan konsep
Diklat Prajabatan dilakukan dengan mengembangkan desain Diklat
terintegrasi sejalan dengan perkembangan dinamika tuntutan jabatan
dan penguatan terhadap kompetensi bidang sesuai dengan formasi
jabatan yang ditetapkan. Nomenklatur Diklat Prajabatan diubah menjadi
Pelatihan Dasar Calon PNS, sebagai salah satu jenis Pelatihan yang
strategis pasca UU ASN dalam rangka pembentukan karakter PNS dan
membentuk kemampuan bersikap dan bertindak profesional mengelola

2
tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan
menggunakan perspektif whole of government atau one government
yang didasari nila-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran
PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
kompetensinya meliputi manajemen ASN, whole of government, dan
pelayanan publik pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai
pelayan masyarakat sebagai wujud nyata bela negara seorang PNS.

1. Tugas Pokok ASN


Dalam rangka mewujudkan cita cita Indonesia sesuai dengan
amanat Pembukaan UUD 1945, dibutuhkan Aparatur Sipil Negara
yang Profesional, Bersih, dari Praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, bebas dari Intervensi Poitik, serta mampu
meyelenggarakan Pelayanan Publik kepada masyarakat.

Berikut Tugas Pokok PNS menurut UU Republik Indonesia


No.5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara :
a) Melaksanakan kebijakan Publik yang dibuat oleh Pejabat
Negara.
b) Memberikan Pelayanan Publik yang profesional dan berkualitas.
c) Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2. Visi Dan Misi Kejaksaan


Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak
hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi
hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN).

3
Sesuai dengan Perja No : 011/A/JA/01/2010 tahun 2010
tentang Rencana Strategis Kejaksaan Republik Indonesia Visi dan
Misi Kejaksaan Adalah :

a. Visi Kejaksaan Republik Indonesia


Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih,
efektif, efisien, transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan
pelayanan prima dalam mewujudkan supremasi hukum secara
profesional, proporsional dan bermartabat yang berlandaskan
keadilan, kebenaran, serta nilai – nilai kepatutan.

b. Misi Kejaksaan Republik Indonesia


Misi Kejaksaan Republik Indonesia adalah
1) Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam
pelaksanaa tugas dan wewenang, baik dalam segi kualitas
maupun kuantitas penanganan perkara seluruh tindak
pidana, penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha
Negara, serta pengoptimalan kegiatan Intelijen Kejaksaan,
secara profesional, proposional dan bermartabat melalui
penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang tepat,
cermat, terarah, efektif, dan efisien.
2) Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan
Pengawasan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan upaya
penegakan hukum.
3) Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum
dengan penuh tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien,
serta penghargaan terhadap hak-hak publik;
4) Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur
organisasi Kejaksaan, pembenahan sistem informasi
manajemen terutama pengimplementasian program
quickwins agar dapat segera diakses oleh masyarakat,

4
penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber
daya manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka
panjang tahun 2025, menerbitkan dan menata kembali
manajemen administrasi keuangan, peningkatan sarana dan
prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui
tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan
dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel
dan optimal.
5) Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh,
profesional, bermoral dan beretika guna menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenang,
terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan
serta tugas-tugas lainnya yang terkait.

3. Tugas dan Fungsi Pokok Tindak Pidana Umum


Mengacu pada Peraturan Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia yaitu pada Nomor : PER-006/A/JA/07/2017 tanggal 20 Juli
2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia, Subseksi Tindak Pidana Umum (Tipidum) mempunyai
tugas sesuai pasal 967 : .
“Seksi tindak pidana umum mempunyai tugas melaksanakan
dan mengendalikan penanganan, pemeriksaan tambahan,
penuntutan, penetapan Hakim dan putusan pengadilan,
pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat, pidana
pengawasan, pengawasan putusan lepas bersyarat dan
tindakan hukum lainnya.”
Adapun dalam hal melaksanakan tugas sesuai
PER-006/A/JA/07/2017 pasal 978 Seksi Tindak Pidana Umum
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan rumusan kebijaksanaan teknis kegiatan yustisial
pidana umum di bidang tindak pidana umum berupa
pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis.

5
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan
prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam
perkara tindak pidana terhadap keamanan Negara dan
ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta
benda serta tindak pidana umum yang diatur di luar Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Pengendalian dan pelaksanaan penetapan Hakim serta
putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan
pidana bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan
terhadap pelaksanaan putusan lepas bersyarat dan tindakan
hukum lain dalam perkara tindak pidana umum serta
pengadministrasiannya;
d. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi serta
pemberi bimbingan dan petunjuk teknis dalam penanganan
perkara tindak pidana umum kepada penyidik;
e. Penyiapan saran, konsepsi tentang pendapat dan
pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak
pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam
kebijaksanaan penegak hukum;
f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan, dan
integritas kepribadian aparat tindak pidana umum daerah
hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan
g. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Kejaksaan di bidang tindak pidana umum;
h. Pengadministrasian dan pembuatan laporan di daerah
hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan.

B. Nilai-Nilai Dasar PNS


Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dalam Pasal 3 huruf a telah menyebutkan bahwa Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebagai profesi harus berlandaskan pada prinsip nilai
dasar. Di dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara

6
Nomor 12 Tahun 2018, nilai dasar diartikan sebagai nilai-nilai dasar
yang meliputi: akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan anti-korupsi yang wajib dimiliki oleh setiap ASN atau PNS.

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi
tidak mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata
akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting,
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam
banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007)
yaitu:
a. Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)
dengan membangun suatu system yang melibatkan
stakeholders dengan users yang lebih luas (termasuk
masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(Peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Indikator nilai dasar akuntabilitas, yaitu:
a. Kepemimpinan, Memberi contoh kepada orang lain,
memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan.
b. Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan
kerjasama, meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan dan meningkatkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pimpinan.
c. Integritas, kesesuaian antara perkataan dan tindakan.

7
d. Tanggungjawab, kewajiban dari individu atau lembaga
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukan.
e. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
f. Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal
yang dapat dipercaya.
g. Keseimbangan, kinerja yang baik harus disertai
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian
yang dimiliki.
h. Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan
tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi.
i. Konsistensi, menjamin stabilitas untuk mencapai
lingkungan yang akuntabel.

2. Nasionalisme
Dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan–kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara;bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia;mengembangkan sikap tenggang rasa.

8
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan, dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika
publik sebagaimana tercantum dalam undang-undang ASN, yakni :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

4. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang
berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dan dapat disuap, tidak
bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma
agama. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi

9
adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai
yang terdiri dari Nilai-nilai anti korupsi antara lain:
a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan
tidak curang.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak
banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatu.
f. Kerja keras Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di
dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan,
daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan
untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran.
i. Keadilan Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

10
C. Nilai-Nilai Organisasi
Kejaksaan sebagai suatu instansi atau organisasi memiliki nilai-nilai
yang melandasi segala perbuatan yang dilakukan oleh semua pegawai
kejaksaan. Nilai-nilai tersebut terkandung di dalam Tri Krama
Adhyaksa, antara lain:

TRI KRAMA ADHYAKSA


SATYA
Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada
sesama manusia.
ADHI
Kesempurnaan dalam bertugas dan berunsur utama pemilikan rasa
tanggung jawab, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap
keluarga, dan terhadap sesama manusia.
WICAKSANA
Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku, khususnya dalam
pengetrapan kekuasaan dan kewenangannya.

D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU ASN) disebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada
Instansi Pemerintah. Pegawai Negeri Sipi yang selanjutnya disingkat
ASN adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk menduduki Jabatan Pemerintahan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai abdi negara sekaligus pelayan
masyarakat wajib memiliki pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam kerangka Negara Republik Indonesia (NKRI) untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa sehingga mampu

11
mengelola tantangan masalah keragaman sosial-kultural dengan
menggunakan perspektif Whole of Government dalam mendukung
tugas jabatannya. Kemampuan tersebut diperoleh melalui
pembelajaran mata pelatihan yang meliputi Manajemen ASN,
Pelayanan Publik, dan Whole of Government. Dengan begitu
diharapkan dapat menciptakan ASN yang memiliki pemahaman
menyeluruh tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.

1. Manajemen ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran yang amat
penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam
mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan berat, baik berasal
dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil
negara untuk meningkatkan profesionalitasnya. Perkembangan
teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan aksesibilitas
semakin mudah. Dalam kenyataannya birokrasi pemerintahan
masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai
dengan masih rendahnya kinerja pelayanan dan masih tingginya
angka korupsi di Indonesia.
Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi
pemerintah juga masih dihadapkan kepada permasalahan dalam
negeri seperti pelayanan kepada masyarakat yang kurang baik,
politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era desentralisasi dan
otonomi daerah, karena birokrasi belum profesional untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk mewujudkan birokrasi
yang profesional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,
pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara
menjadi semakin profesional, agar mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.

12
UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan
mendasar dalam manajemen SDM, yang mengedepankan
kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian
jabatan. UU ASN juga menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah
profesi yang harus memiliki standar pelayanan profesi, nilai dasar,
kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan dan pengembangan
profesi, serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-
nilai dasar profesi.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu kemudian menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003,
pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan selanjutnya
menurut Ridwan dan Sudrajat (2009:19) pelayanan publik
merupakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai
penyelenggara negara terhadap masyarakat nya guna memenuhi
kebutuhan dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, berdasarkan uraian yang dibahas di atas
dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah proses
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh
penyelenggaraan negara dalam hal ini negara didirikan oleh publik

13
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini
pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan ini harus dipahami bukanlah kebutuhan
secaran individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang
sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.

3. Whole of Government
Whole of Government (WoG) didefinisikan sebagai “Suatu
model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan
untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi
karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara
lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan
perilaku.
Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk mengatasi wicked
problems, sehingga diperlukan upaya lebih besar lagi yaitu
kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi dengan kolaborasi adalah;
koordinasi merupakan kerjasasama intra dan inter instansi di dalam
suatu jejaring kerja tetapi masing-masing instansi masih memiliki
agenda, kepentingan dan tujuan organisasinya masing-masing,
sementara kolaborasi adalah kerjasama intra dan inter instansi di
dalam jejaring kerja berdasarkan satu agenda, kepentingan dan
tujuan bersama. Agenda dan tujuan bersama, kolaborasi, jejaring
kerja dan integrasi adalah faktor determinan bagi terselenggaranya
WoG.
Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang
meliputi kekurangan dan hambatan (barrier) sehingga
menyebabkan WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti ditengah
jalan dan pada akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-
kekurangan WoG adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal
(costly), tidak selalu cocok dengan wicked problems yang akan
ditangani, dan hasilnya sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini

14
pada akhirnya dapat menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama.
Hambatan WoG terutama disebabkan oleh tujuan, prioritas dan
akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan
sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral antar instansi
dan insentif yang rendah.
Hal ini masih ditambah dengan persoalan-persoalan lain
seperti: struktur hierarki kewenangan, tugas pokok dan fungsi serta
struktur anggaran yang sifatnya kaku (rigid) sehingga tidak mudah
diintegrasikan. Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk
mengatasi wicked problems, sehinggadiperlukan upaya lebih besar
lagi yaitu kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi
dengankolaborasi adalah: koordinasi merupakan kerjasasama intra
dan inter instansi di dalam suatujejaring kerja tetapi masing-masing
instansi masih memiliki agenda, kepentingan dan tujuan
organisasinya masing-masing, sementara kolaborasi adalah
kerjasama intra dan intern instansi di dalam jejaring kerja
berdasarkan satu agenda, kepentingan dan tujuan bersama.
Agenda dantujuan bersama, kolaborasi, jejaring kerja dan integrasi
adalah faktor determinan bagi terselenggaranya WoG. Inti dari
WoG menurut Haligan (2011) adalah “koordinasi–kolaborasi secara
integratif serta manajemen berbagai tugas dan fungsi-fungsi di
dalam organisasi tanpa adanya kontrol hierarkis di antara sesama
partisipan yang ditujukan untuk memperoleh suatu hasil (outcome)
yang tidak dapat dicapai apabila bekerja sendiri”.

E. Tujuan Penulisan
1. Rancangan aktualisasi Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa Nilai-nilai
Dasar Profesi PNS serta Peran dan Kedudukan PNS dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta untuk
aktualisasi pada satuan kerja yang dalam hal ini di Kejaksaan
Negeri Karimun.

15
2. Menghasilkan manajemen ASN Kejaksaan yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan Pelatihan Dasar CPNS 2019.

16
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

A. PENETAPAN ISU

1. Identifikasi Isu

Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan,


mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi
dari “kebutuhan” lapangan. Secara intensitas kebutuhan dapat
dikategorikan 2 (dua) macam yakni kebutuhan terasa yang sifatnya
mendesak dan kebutuhan terduga yang sifatnya tidak medesak.
Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang yang
menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, kematian, ataupun tentang krisis.
Berdasarkan Surat Keputusan Kejaksaan Republik Indonesia,
saya ditempatkan di Kejaksaan Negeri Pringsewu yang kemudian
diperbantukan pada seksi bidang Tindak Pidana Umum. Setelah
berkonsultasi dengan mentor dan coach, sehingga didapatkan
beberapa isu yang terjadi di satuan kerja saya, yaitu:

1. Tidak optimalnya papan kontrol jadwal sidang pada Seksi Tindak


Pidana Umum Kejaksaan Negeri Karimun (MA)
2. Ketidaktepatan waktu pengiriman Petikan Putusan Sidang dari
Pengadilan Negeri (WoG)
3. Tidak optimalnya penggunaan E-Tilang di Kejaksaan Negeri
Karimun (PP)
4. Kurangnya koordinasi waktu mengenai hari pelaksanaan tahap
Penerimaan tersangka dan Barang Bukti. (WoG)
5. Belum adanya buku kontrol tahap II secara Digital (MA)
6. Kurangnya kapasitas ruang runggu untuk masyarakat yang ingin
mengambil Tilang di Kejaksaan Negeri Karimun (PP)

17
2. Menentukan Isu Yang Diangkat

Setelah dideskripisikan pada bagian sebelumnya, diperlukan


analisis lanjutan dari isu-isu yang berjumlah 6 (enam) isu tersebut.
Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas isu.
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas isu bisa
dikategorikan menjadi isu actual, oleh karena itu diperlukan analisis
kriteria isu. Alat analisis kriteria dengan menggunakan menentukan
kualitas isu dengan menggunakan alat analisis USG (Urgency,
Seriousness, Growth).

Tabel Analisis Isu dengan USG

Skor USG Total


No Isu Ranking
U S G Skor

1 Tidak optimalnya penggunaan E-Tilang di Kejaksaan


Negeri Karimun (PP) 5 4 4 13 2

2 Belum adanya buku kontrol untuk pengawalan tahanan


tahap II secara Digital (MA) 5 5 5 15 1

3 Kurangnya koordinasi waktu mengenai hari


3
pelaksanaan tahap Penerimaan tersangka dan Barang 4 4 4 12
Bukti. (WoG)
4. Kurangnya kapasitas ruang runggu untuk masyarakat
yang ingin mengambil Tilang di Kejaksaan Negeri 4 3 4 11 4
Karimun (PP)
5. Ketidaktepatan waktu pengiriman Petikan Putusan
3 4 3 10 5
Sidang dari Pengadilan Negeri (WoG)
6. Tidak optimalnya papan kontrol jadwal sidang pada
Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Karimun 3 3 3 9 6
(MA)
Keterangan:
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth

18
4. KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DARI ISU
YANG DIANGKAT

Kondisi saat ini :


 Kurang optimalnya pelaporan harian pengawalan
tahanan saat pengantaran Tahap II ke Rumah Tahanan
Negara (RUTAN)
 Belum adanya buku kontrol secara digital untuk
pengawalan tahanan Tahap II

Kondisi yang diharapkan :


 Optimalnya pelaporan harian pengawal tahanan saat
pengantaran Tahap II
 Dibuatkannya buku kontrol pengawal tahanan secara
digital untuk pengawalan tahanan Tahap II

5. GAGASAN PEMECAHAN ISU


Solusi dari permasalahan dan isu yang sebutkan diatas
adalah dengan cara : Mengoptimalisasikan Penggunaan
Buku Kontrol Untuk Pengawalan Tahanan Tahap II Secara
Digital Pada Kejaksaan Negeri Karimun.

B. JUDUL, MENTOR, COACH, PESERTA LATSAR DAN


STAKEHOLDER

Judul
“OPTIMALISASI PENGGUNAAN BUKU KONTROL UNTUK
PENGAWALAN TAHANAN TAHAP II SECARA DIGITAL PADA
KEJAKSAAN NEGERI KARIMUN”

Mentor

19
Nama : Hamonangan Parsaulian Sidauruk
NIP/NRP : 19860811 200912 1 001 / 6108676
Jabatan : Jaksa Pratama (III/c)
Satker : Kejaksaan Negeri Karimun,Kepulauan Riau

Coach
Nama : Intan Indria Rininta, SH., M.H.
NIP/NRP : 19780106 200603 2 001 / 60678099
Jabatan : Jaksa Madya (IV/a)
Satker : Jaksa Fungsional Pada Mapim Badan Diklat
Kejaksaan RI

Peserta Latsar
Nama : Rizka Septia Wahyuni
NIP/NRP : 19960919 201902 2 005 / 41996246
Satker : Kejaksaan Negeri Karimun,Kepulauan Riau

Stakeholder
Stakeholder dari program aktualisasi ini adalah Jaksa Fungsional, Kasi
Pidum, dan Kepala Kejaksaan Negeri Karimun.

C. RENCANA KEGIATAN

1. Melapor kepada Kepala Seksi Tindak Pidana Pidum dan meminta


ijin kepada Kepala Kejaksaan Negeri Karimun tentang
”Optimalisasi Penggunaan Buku Kontrol Untuk Pengawalan
Tahanan Tahap II Secara Digital”
2. Menyiapkan buku kontrol untuk membuat laporan pengawalan
tahanan Tahap II
3. Menyiapkan berkas administrasi yang akan diserahkan ke RUTAN

20
4. Memeriksa nama-nama tahanan yang akan dibawa sudah sesuai
jumlahnya dengan berkas administrasi didampingi oleh pihak
Penyidik dari Kepolisian
5. Mengantar tahanan tahap II ke RUTAN
6. Mengupdate data buku kontrol pengawalan tahanan yang sudah
dibuat sebelumnya secara manual menjadi system digital
D. KUALITAS KEGIATAN

1. Melapor kepada Kepala Seksi Tindak Pidana Pidum dan meminta


ijin kepada Kepala Kejaksaan Negeri Karimun tentang
”Optimalisasi Penggunaan Buku Kontrol Pengawalan Tahanan
Tahap II Secara Digital”
a. Menghadap Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan
Negeri Karimun dan Kepala Kejaksaan Negeri Karimun.
b. Terlapornya rancangan Aktualisasi Optimalisasi penggunaan
buku kontrol Pengawalan tahanan tahap II secara Digital.

2. Menyiapkan Buku Kontrol secara digital untuk Membuat Laporan


Pengawalan Tahanan Tahap II.
a. Membuat format buku kontrol yang akan digunakan untuk
pelaporan.
b. Menerima daftar nama yang akan diserahkan ke RUTAN dari
Kepolisian
c. Mengetik daftar nama yang akan diserahkan ke Rutan

3. Menyiapkan berkas administrasi yang akan diserahkan ke RUTAN


a. Menerima berkas Tersangka dari pihak Penyidik Kepolisian
untuk diserahkan ke RUTAN :
- Surat Kesehatan
- Foto Tersangka dan Identitas tersangka
- Surat Perintah Penahanan
- Surat Perpanjangan Penahanan dari Kejaksaan (T-4)

21
- Surat Penetapan Perpanjangan Penahanan dari
Pengadilan Negeri jika ada
b. Mengetik Surat Perintah Penahanan (T-7) dan BA-7
c. Mengetik Surat Pengantar yang ditujukan kepada RUTAN
d. Meminta tanda tangan Surat Perintah Penahanan (T-7)
kepada Kasi Pidum
e. Memeriksa BA-7 sudah ditandatangani atau belum oleh
tersangka dan Jaksa Penuntut Umum yang menangani
perkara tersebut
f. Meminta tanda tangan Surat Pengantar kepada Kasi Pidum

4. Memeriksa nama-nama tahanan yang akan dibawa sudah sesuai


jumlahnya dengan berkas administrasi dengan didampingi oleh
pihak Penyidik dari Kepolisian
a. Menghitung dan memeriksa dengan teliti tahanan yang akan
diserahkan ke RUTAN sudah sesuai dengan daftar nama
berkas administrasi yang dibawa
b. Menyerahkan Surat Perintah Penahanan (T-7) pada masing-
masing tahanan
c. Memastikan tahanan tetap dalam keadaan diborgol sebelum
dikeluarkan dalam ruang tahap II
d. Mengeluarkan Tahanan dari Ruangan Tahap II untuk
dimasukkan ke dalam mobil tahanan
e. Memasukkan tahanan satu persatu secara bergilir ke dalam
mobil tahanan

5. Mengantar Tahanan Tahap II ke RUTAN


a. Mengeluarkan tahanan dari mobil tahanan didampingi oleh 2
(dua) orang dari pihak Penyidik Kepolisian
b. Memastikan kembali tahanan yang akan diserahkan sudah
sesuai jumlahnya dengan Surat Pengantar berisi daftar nama
yang akan diserahkan ke RUTAN

22
c. Memberikan konfirmasi kepada penjaga pintu RUTAN bahwa
ada tahanan baru yang akan masuk
d. Membantu polisi melepas borgol tahanan
e. Memasukkan tahanan dalam ruang tunggu tahanan
f. Menyerahkan berkas administrasi yang sudah disiapkan ke
petugas administrasi RUTAN
g. Serah terima tahanan ke RUTAN
h. Mendatangani Berita Acara Serah Terima

6. Mengupdate data buku kontrol pengawalan tahanan yang sudah


dibuat sebelumnya secara manual menjadi system digital
a. Mengetik lebih lengkap pada buku kontrol sesuai dengan
format yang telah dibuat sebelumnya, lalu mengeprintnya dan
menyimpan pada komputer dan flashdisk.
b. Melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada Kasi
Pidum.
c. Menerima arahan ataupun saran dari Kasi Pidum.

E. RELEVANSI KEGIATAN DAN AKTUALISASI

1. Melapor kepada Kepala Seksi Tindak Pidana Pidum dan meminta


ijin kepada Kepala Kejaksaan Negeri Karimun tentang
”Optimalisasi Penggunaan Buku Kontrol Untuk Pengawalan
Tahanan Tahap II Secara Digital”
1. Akuntabilitas : Bertanggung jawab atas buku kontrol yang
akan buat
2. Nasionalisme : Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan
3. Etika Publik : Tetap melaksanakan tugas sebagai Staff
administrasi Pidum.
4. Anti Korupsi : Tidak menerima suap atas pekerjaan yang
dilakukan.

23
5. Management ASN : Melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan disiplin

2. Menyiapkan Buku Kontrol secara digital untuk Membuat Laporan


Pengawalan Tahanan Tahap II.
 Akuntabilitas : Bertanggung jawab atas buku kontrol yang
akan dibuat
 Nasionalisme : Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
 Etika Publik : Memperhatikan nilai sopan dan
satun,kerapihan dan nilai keindahan
 Komitmen Mutu : Teliti, cermat dan efektif dalam
menyiapkan buku kontrol
 Anti Korupsi : Peduli dan membangun budaya kerja yang
berintegritas dalam mempresentasikan buku kontrol
 Manajemen ASN : Melaksanakan tugasnya dengan cermat
dan disiplin

3. Menyiapkan berkas administrasi yang akan diserahkan ke RUTAN


 Akuntabilitas : Bertanggung jawab atas berkas yang akan
dibawa ke RUTAN
 Nasionalisme : Menggunakan Bahasa Indonesia yang
sesuai dengan EYD dalam pengetikan administrasi
 Etika Publik : Keselarasan antara nilai-nilai tanggung jawab
dan kejujuran
 Komitmen Mutu : Mempersiapkan berkas administrasi
dengan cermat dan teliti
 Anti Korupsi : Pengumpulan data dan informasi sebagai
bentuk transparansi dan kejujuran
 Manajemen ASN : Melaksanakan tugasnya dengan jujur,
tanggung jawab, dan berintegritas tinggi

24
 WoG : Berkoordinasi dengan baik antar pegawai pada Seksi
Tindak Pidana Umum

4. Memeriksa nama-nama tahanan yang akan dibawa sudah sesuai


jumlahnya dengan berkas administrasi dengan didampingi oleh
pihak Penyidik dari Kepolisian
 Akuntabilitas : Bertanggungjawab atas tahanan yang akan
dibawa ke RUTAN
 Nasionalisme : Menggunakan Bahasa Indonesia saat
berkomunikasi dengan tahanan
 Etika Publik : Bersikap sopan dan santun dan saat
pemeriksaan nama tahanan
 Komitmen Mutu : Mengefektifkan dan mengefisiensi waktu
dalam pemanggilan dan mengecek tahanan
 Anti Korupsi : Peduli dan bertanggung jawab atas nama-
nama tahanan yang akan dibawa
 Manajemen ASN : memberikan informasi secara benar
 WoG : Berkomunikasi dengan pihak kepolisian bahwa
berkas administrasi yang mereka bawa sudah lengkap
 Pelayanan Publik : Bersikap dengan baik dengan para
tahanan sehingga tidak menimbulkan tekanan mental pada
tahanan

5. Mengantar Tahanan Tahap II ke RUTAN


 Akuntabilitas : Mengantar tahanan dengan penuh tanggung
jawab
 Nasionalisme : Bersikap adil dan tidak diskriminasi kepada
tahanan
 Etika Publik : Berprilaku sopan dan ramah kepada petugas
yang ikut mengantar
 Komitmen Mutu : Bekerja secara efektif dan efisien
 Anti korupsi : Disiplin dalam waktu pengantaran

25
 Manajemen ASN : Meningkatkan kinerja dan profesionalitas
sebagai pegawai
 WoG : Bekerja sama dengan Penyidik dari Kepolisian dan
petugas administrasi Rutan
 Pelayanan Publik : Kepuasan dari Rutan karena mengantar
tahanan pada tepat waktu dengan pelayanan prima.

6. Mengupdate data buku kontrol pengawalan tahanan yang sudah


dibuat sebelumnya secara manual menjadi system digital
 Akuntabilitas : Bertanggungjawab atas laporan yang akan
diberikan ke pimpinan
 Nasionalisme : Ikhlas dalam melakukan setiap pekerjaan
penuh pengabdian pada Negara
 Etika Publik : Saat melaporkan kegiatan bersikap sopan
dan santun
 Komitmen Mutu : Efektif dan efisien dalam melaporkan
kegiatan
 Anti Korupsi : Pelaporan kegiatan harus menjunjung nilai
kejujuran dan keterbukaan
 Manajemen ASN : Melakukan pengawalan pengantaran
tahanan sesuai SOP
 WOG : Koordinasi dengan pimpinan untuk setiap kegiatan
yang menyangkut pekerjaan

26
F. MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI

Kontribusi Terhadap
Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Nilai-Nilai Visi dan Misi
Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Melapor kepada a. Menghadap Kepala Seksi 1. Mendapatkan Akuntabilitas : Mengoptimalkan SATYA :


Kepala Seksi Tindak Tindak Pidana Umum persetujuan serta Bertanggung jawab peranan bidang Kesetiaan yang
Pidana Pidum dan Kejaksaan Negeri Karimun arahan. atas buku kontrol yang Pidum dalam rangka bersumber pada
meminta ijin kepada dan Kepala Kejaksaan 2. Rancangan akan buat menjadikan
rasa jujur terhadap
Kepala Kejaksaan Negeri Karimun. Aktualisasi siap Nasionalisme : Kejaksaan sebagai
sesama manusia
Negeri Karimun b. Terlapornya rancangan dilaksanakan. Penggunaan Bahasa lembaga penegak
tentang Aktualisasi Optimalisasi Indonesia yang baik hukum yang
ADHI :
”Optimalisasi penggunaan buku kontrol dan benar sesuai Ejaan terorganisir secara
Penggunaan Buku Pengawalan tahanan tahap Yang Disempurnakan administrasi dengan
Kesempurnaan

Kontrol II secara Digital. Etika Publik : baik dan selalu dalam bertugas
Pengawalan Tetap melaksanakan menjalankan segala dan berunsur
Tahanan Tahap II tugas sebagai Staff sesuatu berdasarkan utama pemilikan
Secara Digital” administrasi Pidum. ketentuan perundang- rasa tanggung
Anti Korupsi : undangan, surat jawab.
Tidak menerima suap perintah dan standar
27
atas pekerjaan yang operasional prosedur
dilakukan. yang berlaku dengan WICAKSANA :
Management ASN : bersih, efektif, efisien, Bijaksana dalam
Melaksanakan transparan, akuntabel
tutur kata dan
tugasnya dengan
tingkah laku saat
cermat dan disiplin
melapor kepada
kasi pidum.

2. Menyiapkan Buku 1. Membuat format buku 1. Buku kontrol sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
Kontrol secara kontrol yang akan digunakan siap untuk digunakan Bertanggung jawab kesetiaan dan Kesetiaan yang
digital untuk untuk pelaporan. dalam menunjang atas buku kontrol yang kesempurnaan dalam bersumber pada
Membuat Laporan 2. Menerima daftar nama laporan pengawalan akan kita buat melaksanakan tugas
rasa jujur terhadap
Pengawalan yang akan diserahkan ke pengantaran tahanan Nasionalisme : dan kewajiban
Satuan Kerja
Tahanan Tahap II Rutan dari Kepolisian tahap II Menjalankan tugas sebagai penegak
3. Mengetik daftar nama yang 2. Daftar nama sudah dengan penuh hukum sehingga
ADHI :
akan diserahkan ke Rutan diterima semangat. dapat terwujudnya
3. Daftar nama sudah Etika Publik : kejaksaan sebagai
Kesempurnaan

diinput ke dalam buku Memperhatikan nilai lembaga penegak dalam bertugas


control digital kerapihan dan nilai hukum yang bersih mencari dan
keindahan. efektif, efisien, mendapatkan data.
transparan, akuntabel
28
dalam mewujudkan
Komitmen Mutu : supremasi hukum WICAKSANA :
Teliti, cermat dan efektif secara professional Bijaksana dalam
dalam menyiapkan dan proporsional
tutur kata dan
buku kontrol untuk dapat
tingkah laku saat
memberikan
melaksanakan
Anti Korupsi : pelayanan prima
tugas.
Peduli dan membangun pada masyarakat
budaya kerja yang berdasarkan
berintegritas dalam keadilan, kebenaran,
mempresentasikan dan nilai - nilai sapan
buku kontrol santun

Manajemen ASN :
Melaksanakan tugas
dengan cermat dan
disiplin
3. Menyiapkan berkas 1. Menerima berkas Tersangka 1. Berkas administrasi Akuntabilitas : Mengoptimalkan SATYA :
administrasi yang dari pihak Penyidik dari Penyidik sudah Bertanggung jawab peranan Seksi Tindak Setia terhadap
akan diserahkan ke Kepolisian untuk diserahkan diterima atas berkas yang akan Pidana Umum dalam atasan dengan
Rutan ke RUTAN : 2. Surat Perintah dibawa ke RUTAN rangka menjadikan melaksanakan
- Surat Kesehatan Penahanan (T-7) dan Nasionalisme : Kejaksaan sebagai perintah yang
29
- Foto Tersangka dan BA-7 telah siap dan Menggunakan Bahasa lembaga penegak diberikan.
Identitas tersangka diprint Indonesia yang sesuai hukum yang
ADHI :
- Surat Perintah 3. Surat Pengantar telah dengan EYD dalam terorganisir secara
Penahanan siap dan telah diprint pengetikan administrasi dengan Kesempurnaan
- Surat Perpanjangan 4. Surat Perintah administrasi. baik dan selalu dalam
Penahanan dari Penahanan sudah Etika Publik : menjalankan segala melaksanakan
Kejaksaan (T-4) ditandatangani oleh Keselarasan antara sesuatu berdasarkan tugas/perintah.
- Surat Penetapan Kasi Pidum nilai-nilai tanggung ketentuan perundang
WICAKSANA :
Perpanjangan 5. BA-7 sudah jawab dan kejujuran. –undangan, surat
Bijaksana dalam
Penahanan dari ditandatangani oleh Komitmen Mutu : perintah dan standar
tutur kata dan
Pengadilan Negeri jika tersangka dan Jaksa Mempersiapkan berkas operasional prosedur
tingkah laku saat
ada Penuntut Umum administrasi dengan yang berlakudengan
melaksanakan
2. Mengetik Surat Perintah 6. Surat Pengantar cermat dan teliti. bersih, efektif, efisien,
tugas.
Penahanan (T-7) dan BA-7 sudah ditandatangani Anti Korupsi : transparan,
3. Mengetik Surat Pengantar oleh Kasi Pidum Pengumpulan data dan akuntabel.
yang ditujukan kepada informasi sebagai
Rutan bentuk transparansi
4. Meminta tanda tangan dan kejujuran.
Surat Manajemen ASN :
Perintah Penahanan (T-7) Melaksanakan
kepada Kasi Pidum tugasnya dengan jujur,
tanggung jawab, dan
30
5. Memeriksa BA-7 sudah berintegritas tinggi.
ditandatangani atau belum WoG :
oleh tersangka dan Jaksa Berkoordinasi dengan
Penuntut Umum yang baik antar pegawai
menangani perkara pada Seksi Tindak
tersebut Pidana Umum
6. Meminta tanda tangan
Surat Pengantar kepada
Kasi Pidum

4. Memeriksa nama- 1. Menghitung dan memeriksa 1. Jumlah tahanan sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
nama tahanan yang dengan teliti tahanan yang sesuai dengan daftar Bertanggungjawab atas kesetiaan dan Kesetiaan yang
akan dibawa sudah akan diserahkan ke RUTAN nama berkas tahanan yang akan kesempurnaan bersumber pada
sesuai jumlahnya sudah sesuai dengan daftar administrasi yang dibawa ke RUTAN
dalam rasa jujur
dengan berkas nama berkas administrasi dibawa Nasionalisme :
melaksanakan terhadap Satuan
administrasi dengan yang dibawa 2. Tahanan sudah Menggunakan Bahasa
tugas dan Kerja
didampingi oleh 2. Menyerahkan Surat menerima Surat Indonesia saat
kewajiban sebagai
pihak Penyidik dari Perintah Penahanan (T-7) Perintah Penahanan berkomunikasi dengan
Kepolisian pada masing-masing (T-7) tahanan
penegak hukum ADHI :

tahanan 3. Masing-masing Etika Publik : sehingga dapat Kegiatan ini

31
3. Memastikan tahanan tetap tahanan sudah Bersikap sopan dan terwujudnya dilakukan
dalam keadaan diborgol diborgol santun dan saat kejaksaan sebagai dengan baik
sebelum dikeluarkan dalam 4. Tahanan sudah pemeriksaan nama lembaga penegak dan sesempurna
ruang tahap II dikeluarkan dari ruang tahanan
hukum yang bersih mungkin dengan
4. Mengeluarkan Tahanan sel tahap II Komitmen Mutu :
efektif, efisien, penuh rasa
dari Ruangan Tahap II 5. Tahanan sudah masuk Mengefektifkan dan
transparan, tanggung jawab
untuk dimasukkan ke dalam ke dalam mobil mengefisiensi waktu
akuntabel dalam baik terhadap
mobil tahanan tahanan dan lengkap dalam pemanggilan
5. Memasukkan tahanan satu dan mengecek tahanan
mewujudkan Tuhan Yang

persatu secara bergilir ke Anti Korupsi : supremasi hukum Maha Esa,


dalam mobil tahanan Peduli dan bertanggung secara Keluarga dan
jawab atas nama-nama professionaldan Sesama
tahanan yang akan proporsional untuk Manusia.
dibawa dapat memberikan
Manajemen ASN : pelayanan prima WICAKSANA :
memberikan informasi
pada masyarakat Bijaksana dalam
secara benar
berdasarkan tutur kata dan
WoG :
keadilan, tingkah laku
Berkomunikasi dengan
kebenaran, dan nilai saat
pihak kepolisian bahwa
berkas administrasi - nilai sapan santun melaksanakan

yang mereka bawa


32
sudah lengkap tugas.
Pelayanan Publik :
Bersikap dengan baik
dengan para tahanan
sehingga tidak
menimbulkan tekanan
mental pada tahanan
5. Mengantar tahanan 1. Mengeluarkan tahanan dari 1. Tahanan sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
tahap II ke RUTAN mobil tahanan didampingi dikeluarkan dari Mengantar tahanan kesetiaan dan Kesetiaan yang
oleh 2 (dua) orang dari mobil tahanan dengn penuh tanggung kesempurnaan dalam bersumber pada
pihak Penyidik Kepolisian didampingin oleh 2 jawab melaksanakan tugas rasa jujur
2. Memastikan kembali (dua) orang dari Nasionalisme : dan kewajiban terhadap Satuan
tahanan yang akan pihak Penyidiik Bersikap adil dan tidak sebagai penegak Kerja
diserahkan sudah sesuai Kepolisian diskriminasi kepada hukum sehingga
jumlahnya dengan Surat 2. Jumlah tahanan tahanan dapat terwujudnya ADHI :
Pengantar berisi daftar nama sudah sesuai dengan Etika Publik : kejaksaan sebagai Kesempurnaan
yang akan diserahkan ke daftar nama yang Berperilaku sopan dan lembaga penegak dalam bertugas
RUTAN akan diserahkan ke ramah kepada petugas hukum yang bersih sehingga tidak
3. Memberikan konfirmasi RUTAN yang ikut mengantar efektif, efisien, terjadi kelalaian
kepada penjaga pintu 3. Penjaga Pintu Komitmen Mutu : transparan, akuntabel dan dengan
RUTAN bahwa ada menerima tahanan Bekerja secara efektif dalam mewujudkan penuh tanggung
tahanan baru yang akan baru yang akan supremasi hukum
33
masuk masuk dan efisien secara professional jawab.
4. Membantu polisi melepas 4. Borgol sudah Anti korupsi : dan proporsional
borgol tahanan dilepaskan Disiplin dalam waktu untuk dapat WICAKSANA :
5. Memasukkan tahanan 5. Tahanan sudah pengantaran memberikan Bijaksana dalam
dalam ruang tunggu masuk ke dalam Manajemen ASN : pelayanan prima tutur kata dan
tahanan ruang tunggu Meningkatkan kinerja pada masyarakat tingkah laku saat
6. Menyerahkan berkas tahanan dan profesionalitas berdasarkan melaksanakan
administrasi yang sudah 6. Berkas administrasi sebagai pegawai keadilan, kebenaran, tugas.
disiapkan ke petugas sudah diserahkan WoG : dan nilai - nilai sapan
administrasi RUTAN 7. RUTAN sudah Bekerja sama dengan santun
7. Serah terima tahanan ke menerima tahanan Penyidik dari Kepolisian
RUTAN untuk dimasukkan ke dan petugas
8. Mendatangani Berita Acara dalam sel administrasi Rutan
Serah Terima 8. Berita Acara Serah Pelayanan Publik :
Terima Tahanan Kepuasan dari Rutan
sudah ditandatangani karena mengantar
tahanan pada tepat
waktu dengan
pelayanan prima.
6. Mengupdate data 1. Mengetik lebih lengkap pada 1. Buku kontrol sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
buku kontrol buku kontrol sesuai dengan terinput dengan Bertanggungjawab atas kesetiaan dan Laporan kegiatan
pengawalan format yang telah dibuat lengkap laporan yang akan kesempurnaan dalam pengawalan
34
tahanan yang sudah sebelumnya, lalu 2. Kasi Pidum sudah diberikan ke pimpinan melaksanakan tugas Tahap II dibuat
dibuat sebelumnya mengeprintnya dan menerima laporan Nasionalisme : dan kewajiban dengan cermat
secara manual menyimpan pada komputer kegiatan Ikhlas dalam sebagai penegak dan teliti, yang
menjadi system dan flashdisk. 3. Arahan sudah melakukan setiap hukum sehingga menguatkan nilai
digital 2. Melaporkan kegiatan yang diterima dari Kasi pekerjaan penuh dapat terwujudnya kejujuran dalam
telah dilaksanakan kepada Pidum pengabdian pada kejaksaan sebagai bekerja.
Kasi Pidum Negara lembaga penegak
3. Menerima arahan ataupun Etika Publik : hukum yang bersih ADHI :
saran dari Kasi Pidum Saat melaporkan efektif, efisien, Mengetik Laporan
kegiatan bersikap transparan, akuntabel Kegiatan
sopan dan santun dalam mewujudkan dilakukan dengan
Komitmen Mutu : supremasi hukum penuh rasa
Efektif dan efisien secara professional tanggung jawab.
dalam melaporkan dan proporsional
kegiatan untuk dapat WICAKSANA :
Anti Korupsi : memberikan Mejalankan tugas
Pelaporan kegiatan pelayanan prima yang diberikan
harus menjunjung nilai pada masyarakat sesuai dengan
kejujuran dan berdasarkan kewenangan yang
keterbukaan keadilan, kebenaran, dimilki, dan
dan nilai - nilai sopan bekerja dengan
Manajemen ASN : menggunakan
35
Melakukan pengawalan santun tutur kata dan
pengantaran tahanan tingkah laku yang
sesuai SOP baik.

WOG :
Koordinasi dengan
pimpinan untuk setiap
kegiatan yang
menyangkut pekerjaan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


Peraturan LAN Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar CPNS Gol II
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi, LAN RI, 2019
Bahan Ajar Materi Aktualiasasi, 2019
Bahan Tayang Materi Aktualisasi, 2019

37

Anda mungkin juga menyukai