PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat
adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional tersebut adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara memfasilitasi pembentukan nilai-nilai pada
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menjadi seorang ASN yang
bermartabat dan mempunyai integritas tinggi. Aparatur Sipil Negara
(ASN) dalam hal ini mempunyai peranan yang penting sebagai
pelaksana kebijakan publik dan melaksanakan visi negara Republik
Indonesia. Maka untuk memainkan peran tersebut dibutuhkan ASN
yang mempunyai Akuntabel, rasa patriotisme terhadap tanah air atau
Nasionalisme, mempunyai Etika Publik, mempunyai Komitmen dan
Mutu, dan sebagai ASN yang Anti Korupsi.
Untuk dapat membentuk PNS yang profesional sebagaimana
telah disebutkan di atas, perlu diadakan pembinaan melalui jalur
pelatihan yang berkualitas agar dapat membentuk karakter PNS yang
kuat dan profesional. Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-
1
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
dan merujuk Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) yaitu CPNS wajib menjalani
masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses Diklat terintegrasi
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan proses diklat tersebut juga
diterbitkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II yang di dalamnya memberikan
panduan pelaksanaan Latsar CPNS golongan II secara lebih terperinci
dan terintegrasi dengan kementrian/lembaga terkait.
Diperlukan sebuah penyelenggaraan Pelatihan yang inovatif dan
terintegrasi, yaitu penyelenggaraan Pelatihan yang memadukan
pembelajaran klasikal dan non-klasikal (aktualisasi dan habituasi) di
tempat Pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta
mampu menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktulisasikan, serta
membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan
manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas. Melalui pembaharuan Pelatihan
tersebut, diharapkan dapat menghasilkan PNS profesional yang
berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan
pemersatu bangsa.
Berdasarkan hal di atas, penyempurnaan dan pengayaan konsep
Diklat Prajabatan dilakukan dengan mengembangkan desain Diklat
terintegrasi sejalan dengan perkembangan dinamika tuntutan jabatan
dan penguatan terhadap kompetensi bidang sesuai dengan formasi
jabatan yang ditetapkan. Nomenklatur Diklat Prajabatan diubah menjadi
Pelatihan Dasar Calon PNS, sebagai salah satu jenis Pelatihan yang
strategis pasca UU ASN dalam rangka pembentukan karakter PNS dan
membentuk kemampuan bersikap dan bertindak profesional mengelola
2
tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan
menggunakan perspektif whole of government atau one government
yang didasari nila-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran
PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
kompetensinya meliputi manajemen ASN, whole of government, dan
pelayanan publik pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai
pelayan masyarakat sebagai wujud nyata bela negara seorang PNS.
3
Sesuai dengan Perja No : 011/A/JA/01/2010 tahun 2010
tentang Rencana Strategis Kejaksaan Republik Indonesia Visi dan
Misi Kejaksaan Adalah :
4
penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber
daya manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka
panjang tahun 2025, menerbitkan dan menata kembali
manajemen administrasi keuangan, peningkatan sarana dan
prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui
tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan
dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel
dan optimal.
5) Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh,
profesional, bermoral dan beretika guna menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenang,
terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan
serta tugas-tugas lainnya yang terkait.
5
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan
prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam
perkara tindak pidana terhadap keamanan Negara dan
ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta
benda serta tindak pidana umum yang diatur di luar Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Pengendalian dan pelaksanaan penetapan Hakim serta
putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan
pidana bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan
terhadap pelaksanaan putusan lepas bersyarat dan tindakan
hukum lain dalam perkara tindak pidana umum serta
pengadministrasiannya;
d. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi serta
pemberi bimbingan dan petunjuk teknis dalam penanganan
perkara tindak pidana umum kepada penyidik;
e. Penyiapan saran, konsepsi tentang pendapat dan
pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak
pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam
kebijaksanaan penegak hukum;
f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan, dan
integritas kepribadian aparat tindak pidana umum daerah
hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan
g. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Kejaksaan di bidang tindak pidana umum;
h. Pengadministrasian dan pembuatan laporan di daerah
hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan.
6
Nomor 12 Tahun 2018, nilai dasar diartikan sebagai nilai-nilai dasar
yang meliputi: akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan anti-korupsi yang wajib dimiliki oleh setiap ASN atau PNS.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi
tidak mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata
akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting,
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam
banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007)
yaitu:
a. Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)
dengan membangun suatu system yang melibatkan
stakeholders dengan users yang lebih luas (termasuk
masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(Peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Indikator nilai dasar akuntabilitas, yaitu:
a. Kepemimpinan, Memberi contoh kepada orang lain,
memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan.
b. Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan
kerjasama, meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan dan meningkatkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pimpinan.
c. Integritas, kesesuaian antara perkataan dan tindakan.
7
d. Tanggungjawab, kewajiban dari individu atau lembaga
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukan.
e. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
f. Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal
yang dapat dipercaya.
g. Keseimbangan, kinerja yang baik harus disertai
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian
yang dimiliki.
h. Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan
tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi.
i. Konsistensi, menjamin stabilitas untuk mencapai
lingkungan yang akuntabel.
2. Nasionalisme
Dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan–kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara;bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia;mengembangkan sikap tenggang rasa.
8
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan, dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika
publik sebagaimana tercantum dalam undang-undang ASN, yakni :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang
berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dan dapat disuap, tidak
bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma
agama. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi
9
adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai
yang terdiri dari Nilai-nilai anti korupsi antara lain:
a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan
tidak curang.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak
banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatu.
f. Kerja keras Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di
dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan,
daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan
untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran.
i. Keadilan Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
10
C. Nilai-Nilai Organisasi
Kejaksaan sebagai suatu instansi atau organisasi memiliki nilai-nilai
yang melandasi segala perbuatan yang dilakukan oleh semua pegawai
kejaksaan. Nilai-nilai tersebut terkandung di dalam Tri Krama
Adhyaksa, antara lain:
11
mengelola tantangan masalah keragaman sosial-kultural dengan
menggunakan perspektif Whole of Government dalam mendukung
tugas jabatannya. Kemampuan tersebut diperoleh melalui
pembelajaran mata pelatihan yang meliputi Manajemen ASN,
Pelayanan Publik, dan Whole of Government. Dengan begitu
diharapkan dapat menciptakan ASN yang memiliki pemahaman
menyeluruh tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.
1. Manajemen ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran yang amat
penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam
mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan berat, baik berasal
dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil
negara untuk meningkatkan profesionalitasnya. Perkembangan
teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan aksesibilitas
semakin mudah. Dalam kenyataannya birokrasi pemerintahan
masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai
dengan masih rendahnya kinerja pelayanan dan masih tingginya
angka korupsi di Indonesia.
Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi
pemerintah juga masih dihadapkan kepada permasalahan dalam
negeri seperti pelayanan kepada masyarakat yang kurang baik,
politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era desentralisasi dan
otonomi daerah, karena birokrasi belum profesional untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk mewujudkan birokrasi
yang profesional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,
pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara
menjadi semakin profesional, agar mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
12
UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan
mendasar dalam manajemen SDM, yang mengedepankan
kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian
jabatan. UU ASN juga menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah
profesi yang harus memiliki standar pelayanan profesi, nilai dasar,
kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan dan pengembangan
profesi, serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-
nilai dasar profesi.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu kemudian menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003,
pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan selanjutnya
menurut Ridwan dan Sudrajat (2009:19) pelayanan publik
merupakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai
penyelenggara negara terhadap masyarakat nya guna memenuhi
kebutuhan dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, berdasarkan uraian yang dibahas di atas
dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah proses
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh
penyelenggaraan negara dalam hal ini negara didirikan oleh publik
13
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini
pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan ini harus dipahami bukanlah kebutuhan
secaran individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang
sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.
3. Whole of Government
Whole of Government (WoG) didefinisikan sebagai “Suatu
model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan
untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi
karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara
lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan
perilaku.
Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk mengatasi wicked
problems, sehingga diperlukan upaya lebih besar lagi yaitu
kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi dengan kolaborasi adalah;
koordinasi merupakan kerjasasama intra dan inter instansi di dalam
suatu jejaring kerja tetapi masing-masing instansi masih memiliki
agenda, kepentingan dan tujuan organisasinya masing-masing,
sementara kolaborasi adalah kerjasama intra dan inter instansi di
dalam jejaring kerja berdasarkan satu agenda, kepentingan dan
tujuan bersama. Agenda dan tujuan bersama, kolaborasi, jejaring
kerja dan integrasi adalah faktor determinan bagi terselenggaranya
WoG.
Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang
meliputi kekurangan dan hambatan (barrier) sehingga
menyebabkan WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti ditengah
jalan dan pada akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-
kekurangan WoG adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal
(costly), tidak selalu cocok dengan wicked problems yang akan
ditangani, dan hasilnya sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini
14
pada akhirnya dapat menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama.
Hambatan WoG terutama disebabkan oleh tujuan, prioritas dan
akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan
sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral antar instansi
dan insentif yang rendah.
Hal ini masih ditambah dengan persoalan-persoalan lain
seperti: struktur hierarki kewenangan, tugas pokok dan fungsi serta
struktur anggaran yang sifatnya kaku (rigid) sehingga tidak mudah
diintegrasikan. Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk
mengatasi wicked problems, sehinggadiperlukan upaya lebih besar
lagi yaitu kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi
dengankolaborasi adalah: koordinasi merupakan kerjasasama intra
dan inter instansi di dalam suatujejaring kerja tetapi masing-masing
instansi masih memiliki agenda, kepentingan dan tujuan
organisasinya masing-masing, sementara kolaborasi adalah
kerjasama intra dan intern instansi di dalam jejaring kerja
berdasarkan satu agenda, kepentingan dan tujuan bersama.
Agenda dantujuan bersama, kolaborasi, jejaring kerja dan integrasi
adalah faktor determinan bagi terselenggaranya WoG. Inti dari
WoG menurut Haligan (2011) adalah “koordinasi–kolaborasi secara
integratif serta manajemen berbagai tugas dan fungsi-fungsi di
dalam organisasi tanpa adanya kontrol hierarkis di antara sesama
partisipan yang ditujukan untuk memperoleh suatu hasil (outcome)
yang tidak dapat dicapai apabila bekerja sendiri”.
E. Tujuan Penulisan
1. Rancangan aktualisasi Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa Nilai-nilai
Dasar Profesi PNS serta Peran dan Kedudukan PNS dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta untuk
aktualisasi pada satuan kerja yang dalam hal ini di Kejaksaan
Negeri Karimun.
15
2. Menghasilkan manajemen ASN Kejaksaan yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan Pelatihan Dasar CPNS 2019.
16
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
A. PENETAPAN ISU
1. Identifikasi Isu
17
2. Menentukan Isu Yang Diangkat
18
4. KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DARI ISU
YANG DIANGKAT
Judul
“OPTIMALISASI PENGGUNAAN BUKU KONTROL UNTUK
PENGAWALAN TAHANAN TAHAP II SECARA DIGITAL PADA
KEJAKSAAN NEGERI KARIMUN”
Mentor
19
Nama : Hamonangan Parsaulian Sidauruk
NIP/NRP : 19860811 200912 1 001 / 6108676
Jabatan : Jaksa Pratama (III/c)
Satker : Kejaksaan Negeri Karimun,Kepulauan Riau
Coach
Nama : Intan Indria Rininta, SH., M.H.
NIP/NRP : 19780106 200603 2 001 / 60678099
Jabatan : Jaksa Madya (IV/a)
Satker : Jaksa Fungsional Pada Mapim Badan Diklat
Kejaksaan RI
Peserta Latsar
Nama : Rizka Septia Wahyuni
NIP/NRP : 19960919 201902 2 005 / 41996246
Satker : Kejaksaan Negeri Karimun,Kepulauan Riau
Stakeholder
Stakeholder dari program aktualisasi ini adalah Jaksa Fungsional, Kasi
Pidum, dan Kepala Kejaksaan Negeri Karimun.
C. RENCANA KEGIATAN
20
4. Memeriksa nama-nama tahanan yang akan dibawa sudah sesuai
jumlahnya dengan berkas administrasi didampingi oleh pihak
Penyidik dari Kepolisian
5. Mengantar tahanan tahap II ke RUTAN
6. Mengupdate data buku kontrol pengawalan tahanan yang sudah
dibuat sebelumnya secara manual menjadi system digital
D. KUALITAS KEGIATAN
21
- Surat Penetapan Perpanjangan Penahanan dari
Pengadilan Negeri jika ada
b. Mengetik Surat Perintah Penahanan (T-7) dan BA-7
c. Mengetik Surat Pengantar yang ditujukan kepada RUTAN
d. Meminta tanda tangan Surat Perintah Penahanan (T-7)
kepada Kasi Pidum
e. Memeriksa BA-7 sudah ditandatangani atau belum oleh
tersangka dan Jaksa Penuntut Umum yang menangani
perkara tersebut
f. Meminta tanda tangan Surat Pengantar kepada Kasi Pidum
22
c. Memberikan konfirmasi kepada penjaga pintu RUTAN bahwa
ada tahanan baru yang akan masuk
d. Membantu polisi melepas borgol tahanan
e. Memasukkan tahanan dalam ruang tunggu tahanan
f. Menyerahkan berkas administrasi yang sudah disiapkan ke
petugas administrasi RUTAN
g. Serah terima tahanan ke RUTAN
h. Mendatangani Berita Acara Serah Terima
23
5. Management ASN : Melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan disiplin
24
WoG : Berkoordinasi dengan baik antar pegawai pada Seksi
Tindak Pidana Umum
25
Manajemen ASN : Meningkatkan kinerja dan profesionalitas
sebagai pegawai
WoG : Bekerja sama dengan Penyidik dari Kepolisian dan
petugas administrasi Rutan
Pelayanan Publik : Kepuasan dari Rutan karena mengantar
tahanan pada tepat waktu dengan pelayanan prima.
26
F. MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI
Kontribusi Terhadap
Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Nilai-Nilai Visi dan Misi
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Kontrol II secara Digital. Etika Publik : baik dan selalu dalam bertugas
Pengawalan Tetap melaksanakan menjalankan segala dan berunsur
Tahanan Tahap II tugas sebagai Staff sesuatu berdasarkan utama pemilikan
Secara Digital” administrasi Pidum. ketentuan perundang- rasa tanggung
Anti Korupsi : undangan, surat jawab.
Tidak menerima suap perintah dan standar
27
atas pekerjaan yang operasional prosedur
dilakukan. yang berlaku dengan WICAKSANA :
Management ASN : bersih, efektif, efisien, Bijaksana dalam
Melaksanakan transparan, akuntabel
tutur kata dan
tugasnya dengan
tingkah laku saat
cermat dan disiplin
melapor kepada
kasi pidum.
2. Menyiapkan Buku 1. Membuat format buku 1. Buku kontrol sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
Kontrol secara kontrol yang akan digunakan siap untuk digunakan Bertanggung jawab kesetiaan dan Kesetiaan yang
digital untuk untuk pelaporan. dalam menunjang atas buku kontrol yang kesempurnaan dalam bersumber pada
Membuat Laporan 2. Menerima daftar nama laporan pengawalan akan kita buat melaksanakan tugas
rasa jujur terhadap
Pengawalan yang akan diserahkan ke pengantaran tahanan Nasionalisme : dan kewajiban
Satuan Kerja
Tahanan Tahap II Rutan dari Kepolisian tahap II Menjalankan tugas sebagai penegak
3. Mengetik daftar nama yang 2. Daftar nama sudah dengan penuh hukum sehingga
ADHI :
akan diserahkan ke Rutan diterima semangat. dapat terwujudnya
3. Daftar nama sudah Etika Publik : kejaksaan sebagai
Kesempurnaan
Manajemen ASN :
Melaksanakan tugas
dengan cermat dan
disiplin
3. Menyiapkan berkas 1. Menerima berkas Tersangka 1. Berkas administrasi Akuntabilitas : Mengoptimalkan SATYA :
administrasi yang dari pihak Penyidik dari Penyidik sudah Bertanggung jawab peranan Seksi Tindak Setia terhadap
akan diserahkan ke Kepolisian untuk diserahkan diterima atas berkas yang akan Pidana Umum dalam atasan dengan
Rutan ke RUTAN : 2. Surat Perintah dibawa ke RUTAN rangka menjadikan melaksanakan
- Surat Kesehatan Penahanan (T-7) dan Nasionalisme : Kejaksaan sebagai perintah yang
29
- Foto Tersangka dan BA-7 telah siap dan Menggunakan Bahasa lembaga penegak diberikan.
Identitas tersangka diprint Indonesia yang sesuai hukum yang
ADHI :
- Surat Perintah 3. Surat Pengantar telah dengan EYD dalam terorganisir secara
Penahanan siap dan telah diprint pengetikan administrasi dengan Kesempurnaan
- Surat Perpanjangan 4. Surat Perintah administrasi. baik dan selalu dalam
Penahanan dari Penahanan sudah Etika Publik : menjalankan segala melaksanakan
Kejaksaan (T-4) ditandatangani oleh Keselarasan antara sesuatu berdasarkan tugas/perintah.
- Surat Penetapan Kasi Pidum nilai-nilai tanggung ketentuan perundang
WICAKSANA :
Perpanjangan 5. BA-7 sudah jawab dan kejujuran. –undangan, surat
Bijaksana dalam
Penahanan dari ditandatangani oleh Komitmen Mutu : perintah dan standar
tutur kata dan
Pengadilan Negeri jika tersangka dan Jaksa Mempersiapkan berkas operasional prosedur
tingkah laku saat
ada Penuntut Umum administrasi dengan yang berlakudengan
melaksanakan
2. Mengetik Surat Perintah 6. Surat Pengantar cermat dan teliti. bersih, efektif, efisien,
tugas.
Penahanan (T-7) dan BA-7 sudah ditandatangani Anti Korupsi : transparan,
3. Mengetik Surat Pengantar oleh Kasi Pidum Pengumpulan data dan akuntabel.
yang ditujukan kepada informasi sebagai
Rutan bentuk transparansi
4. Meminta tanda tangan dan kejujuran.
Surat Manajemen ASN :
Perintah Penahanan (T-7) Melaksanakan
kepada Kasi Pidum tugasnya dengan jujur,
tanggung jawab, dan
30
5. Memeriksa BA-7 sudah berintegritas tinggi.
ditandatangani atau belum WoG :
oleh tersangka dan Jaksa Berkoordinasi dengan
Penuntut Umum yang baik antar pegawai
menangani perkara pada Seksi Tindak
tersebut Pidana Umum
6. Meminta tanda tangan
Surat Pengantar kepada
Kasi Pidum
4. Memeriksa nama- 1. Menghitung dan memeriksa 1. Jumlah tahanan sudah Akuntabilitas : Mewujudkan SATYA :
nama tahanan yang dengan teliti tahanan yang sesuai dengan daftar Bertanggungjawab atas kesetiaan dan Kesetiaan yang
akan dibawa sudah akan diserahkan ke RUTAN nama berkas tahanan yang akan kesempurnaan bersumber pada
sesuai jumlahnya sudah sesuai dengan daftar administrasi yang dibawa ke RUTAN
dalam rasa jujur
dengan berkas nama berkas administrasi dibawa Nasionalisme :
melaksanakan terhadap Satuan
administrasi dengan yang dibawa 2. Tahanan sudah Menggunakan Bahasa
tugas dan Kerja
didampingi oleh 2. Menyerahkan Surat menerima Surat Indonesia saat
kewajiban sebagai
pihak Penyidik dari Perintah Penahanan (T-7) Perintah Penahanan berkomunikasi dengan
Kepolisian pada masing-masing (T-7) tahanan
penegak hukum ADHI :
31
3. Memastikan tahanan tetap tahanan sudah Bersikap sopan dan terwujudnya dilakukan
dalam keadaan diborgol diborgol santun dan saat kejaksaan sebagai dengan baik
sebelum dikeluarkan dalam 4. Tahanan sudah pemeriksaan nama lembaga penegak dan sesempurna
ruang tahap II dikeluarkan dari ruang tahanan
hukum yang bersih mungkin dengan
4. Mengeluarkan Tahanan sel tahap II Komitmen Mutu :
efektif, efisien, penuh rasa
dari Ruangan Tahap II 5. Tahanan sudah masuk Mengefektifkan dan
transparan, tanggung jawab
untuk dimasukkan ke dalam ke dalam mobil mengefisiensi waktu
akuntabel dalam baik terhadap
mobil tahanan tahanan dan lengkap dalam pemanggilan
5. Memasukkan tahanan satu dan mengecek tahanan
mewujudkan Tuhan Yang
WOG :
Koordinasi dengan
pimpinan untuk setiap
kegiatan yang
menyangkut pekerjaan.
36
DAFTAR PUSTAKA
37