TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
Jakarta
2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Nama : Iqbal
NIM : 42190170
Jenjang : Diploma Tiga (D3)
Program Studi : Penyiaran
Fakultas : Komunikasi dan Bahasa
Perguruan Tinggi : Universitas Bina Sarana Informatika
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang telah saya buat dengan
judul : “A Deaf With Culture”, adalah asli (orisinil) atau tidak plagiat (menjiplak)
dan belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya
memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim atau badan
tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan
saya dari Universitas Bina Sarana Informatika dicabut/dibatalkan.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 7 Juli 2022
Yang menyatakan,
Materai 10000
Iqbal
ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH “ A DEAF WITH CULTURE ” UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Nama : Iqbal
Nim : 42190170
Jenjang : Diploma Tiga (D3)
Program Studi : Penyiaran
Alamat Kampus : Jl. SMA Kapin No.29A, Kel. Pondok Kelapa Kec, Duren
Sawit Kota Administrasi Jakarta Timur.
Anggota :
Materai 10000
iii
Iqbal
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nim : 42190562
DEWAN PENGUJI
Penguji I : ……….
Penguji II : ……….
iv
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nama : Iqbal
Nim : 42190170
DEWAN PENGUJI
Penguji I : ……….
Penguji II : ……….
v
vi
vii
PANDUAN PENGGUNAAN HAK CIPTA
Tugas Akhir diploma yang berjudul “ A Deaf With Culture ” adalah hasil
karya tulis asli dan bukan terbitan sehingga peredaraan karya tulis hanya berlaku
dilingkungan akademik saja, serta memiliki hak cipta. Oleh karena itu, dilarang keras
untuk menggandakan baik Sebagian maupun seluruhnya karya tulis ini, tanpa seizin
penulis.
Untuk keperluan perizinan pada pemilik dapat menghubungi informasi yang tertera
dibawah ini :
Nama : Iqbal
Email : ibang1257@gmail.com
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan,
Allah SWT atas limpahan nikmat Sehat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir adalah salah satu persyaratan bagi
Dalam tugas akhir ini penulis bersama tim produksi mahasiswa Program
Studi Penyiaran membuat karya tugas akhir yang berjudul “ A Deaf With Culture ”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan doronga dari pihak yang membantu,
maka penulisan tugas akhir ini tidak akan lancar. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,
izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
ix
9. Bapak Nabil Rahmadi (Narasumber Ketua Organisasi GERKATIN
TANGSEL-Barista)
10. Bapak Bagja Prawira (Narasumber Co- Founder Silang.id-Teman Tuli)
11. Ibu Putri Sri Hanitami (Narasumber Juru Bahasa Isyarat -Teman Dengar)
12. Bapak Budi Dwi Haryanto ( Narasumber Founder Rumah Batik Palbatu )
13. Ibu Novita ( Narasumber Pegawai Rumah Batik Palbatu - Teman Tuli )
14. Bapak Dr. Fauzi Mahfuzh, SpA (K), FAPSR (Dokter Rumah Sakit
Persahabatan)
15. Bapak Prof. dr. Helmi, SpTHT-KL(K), MARS (Dokter Rumah Sakit SS
Medika)
16. Bapak Letkol Ckm dr.Wijiono, So.OT. (K).,Hip & Knee (Kepala Kesehatan
Akademi Militer)
17. Bapak Dr.dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR (Konsultan Reumatologi RS Pondok
Indah)
18. Senior dan rekan – rekan Rama Shinta Studio.
19. Dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Penyiaran Universitas Bina
Sarana Informatika.
x
ABSTRAK
xi
ABSTRACK
xii
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................................vi
....................................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................................ix
ABSTRAK...................................................................................................................xi
ABSTRACK...............................................................................................................xii
DAFTAR ISI.............................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xvi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
xiii
1.2.3 Kegunaan Akademis.................................................................5
1.5.1 Expository.................................................................................7
DESKRIPSI PROGRAM...............................................................................11
2.1.2 Produksi..................................................................................14
xiv
2.2.1 Pra Produksi............................................................................27
2.2.2 Produksi..................................................................................29
2.3.2 Produksi..................................................................................46
2.4.2 Produksi................................................................................100
xv
2.5 Proses Kerja Editor...........................................................................117
2.5.2 Produksi................................................................................119
3.1 Kesimpulan.......................................................................................135
3.2 Saran.................................................................................................135
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................137
LAMPIRAN.............................................................................................................146
..................................................................................................................................146
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Stasiun televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan
komunikasi dengan ciri – ciri yang dimiliki komunikasi massa yang berlangsung
satu arah, komunikator yang melembaga, pesan yang bersifat umum, sasarannya
1994:21).
Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar
bentuk siaran pandang mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilangkapi
gambar-gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti
ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang
lainnya. Hal ini dikarenakan efek audio dan visual yang memiliki unsur
disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar olah para pemirsa
pada saat periatiwa itu berlangsung. Penyiar yang sedang membaca berita,
pemuka masyarakat yang sedang membaca pidato atau petinju yang sedang
1
dirumah masingmasing jauh dari tempat kejadian, tapi mereka dapat
menyaksikan pertandingan dengan jelas dari jarak yang amat dekat. Lebih-
audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai
direkam dan hanya menggunakan sedikit editan untuk mendapatkan inti dari
kajadian yang ingin disampaikan, sedangkan bila di media cetak, berita yang
lainnya. Selain itu televisi juga menyajikan acara pendidikan yang bersifat
Dalam negara yang masyarakatnya masih bersifat agraris, fungsi hiburan yang
melekat pada televisi siarannya tampaknya lebih dominan. Sebagian besar dari
2
alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena
pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan
kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah-rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat
dinikmati oleh khalayak yang tidak dimengerti bahasa asing bahkan yang tuna
aksara.
kenyataan. Dokumenter juga menyajikan wadah untuk orang – orang yang ingin
memiliki riset yang kuat berdasarkan fakta suatu kejadian untuk membuat
sudut pandang tertentu dalam berbagai hal. Film dokumenter sering digunakan oleh
seniman-seniman kontemporer untuk memberi tahu kenyataan pada suatu hal yang
Pembuatan film dokumenter harus memiliki riset yang kuat yang berdasarkan
fakta kejadian untuk membuat film dokumenter tersebut benar-benar nyata dimata
penonton. Selama ini banyak film maker yang membuat film dokumenter tanpa
3
Pentingnya peran film dokumenter dibidang komunikasi dan penyiaran dapat
membuat para khalayak tahu apa yang terjadi dibalik layar, misalnya berita korupsi
yang sedang marak disiarkan ditelevisi, selama ini masyarakat hanya tahu tentang
koruptor yang melakukan korupsi itu berita yang disiarkan oeleh program-program
televisi, tetapi difilm dokumenter semua hal yang dilakukan oleh koruptor tersebut
berjudul “ A Deaf With Culture “. Dokumenter ini akan menyajikan tentang dua
sudut pandang antara teman tuli dan teman dengar yang hidup berdampigan, namun
tak jarang memiliki masalah komunikasi yang nantinya akan berpengaruh pada
masalah pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sosial yang mereka jalani. Adapun
wawancara yang kami lakukan akan mempunyai beberapa sesi bersama beberapa
narasumber yang berasal dari teman tuli maupun teman dengar (yang berhubungan
dengan teman tuli) seperti dokter spesialis THT, aktivis, lembaga bahasa dan orang
teman tuli yang hidup di sekitar kita, namun masih jarang dilirik maupun
didengarkan.
4
mencari Perkerjaan, sampai berkehidupan sosial yang harusnya mereka dapatkan
direalisasikan sebagai karya audio visual dokumenter, serta ini ditunjukan untuk
Selain itu, sebagai referensi para praktisi dalam dunia penyiaran untuk
Tiga (D3), Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Saran Informatika.
5
A. Film Dokumenter “SEMES7A”
pengambilan gambar pada film documenter A Deaf With Culture dan juga
referensi ini memberi tahu kami bagaimana documenter memberikan berita atau
sajian kenyataan.
6
KAJIAN PROGRAM
fakta-fakta, seperti manusia, tempat dan peristiwa yang tidak dibuat-buat. Para
seperti apa adanya. Untuk Dokumenter dengan judul ” A Deaf With Culture ”
sendiri itu termasuk katagori program informasi dan edukasi. Film Dokumenter ini
berhubungan dengan teman tuli), maupun dari sudut pandang teman tuli sendiri.
program televisi apa yang akan dieskusi. Setelah mengetahui dengan jelas format
yang ditentukan, maka akan dapat dihasilkan kenyamanan dalam bekerja sama serta
“Format Program adalah ringkasan dari aneka ragam gaya bertutur yang berkembang
sepanjang sejarah.”
I.5.1 Expository
Bentuk dokumenter ini menampilkan pesan kepada penonton secara
7
langsung, melalui presenter atau narasi berupa teks maupun suara. Umumnya
narator sebagai penutur tunggal. Oleh karena itu narasi disini disebut sebagai
Voice of God karena aspek subjektifitas narator, lihat contohnya pada kemasan
sebagai observator. Produksi film dokumenter tipe ini sangat menuntut persiapan
waktu produksi dan biaya tidak boleh meleset. Prinsipnya tipe ini agak sulit untuk
diterapkan pada semua produksi film dokumenter. Dalam tipe pemaparan ini,
menjadi tulang punggung sebuah karya dokumenter. Oleh karena itu, dalam
dokumenter bentuk ini peran seorang editor sangat penting. Baik buruknya
produksi jenis ini sangat tergantung pada editor. Produksi film dokumenter
peristiwa saat perekaman gambar. Dalam tipe ini, sutradara aktif dalam
8
Menurut penulis, Program Film dokumenter “A Deaf With Culture”
kontradiksi ini mengupas berbagai aspek dari berbagai narasumber yang dibagi
menjadi dua sisi, yaitu sisi teman tuli dan teman dengar yang berhubungan
“Judul program adalah sebuah kalimat singkat dan mudah diingat untuk
bukan berarti tidak peduli. Apalagi bagi teman tuli yang memiliki Bahasanya
kehidupan bersosial.
Target audience adalah memilih salah satu atau beberapa segmen audien yang
9
kadang targeting disebut juga selecting karena audien harus diseleksi (Morissan,
pada beberapa bagian saja (segmen) audien dan meninggalkan bagian lainnya. Dalam
Dalam menentukan target audience, penulis dan tim telah sepakat membuat
program dokumenter ini untuk masyarakat kisaran usia 18 sampai 50 tahun yang
berprofesi sebagai mahasiswa dan umum serta dari kalangan. Penulis memporsikan
sama banyak antara target pria maupun wanita. Alasan penulis menetukan demikian
dikarenakan karya yang penulis buat bertujuan untuk meningkatkan rasa peduli dan
memberikan gambaran dari dua sisi, baik itu dari teman dengar maupun teman tuli.
diantaranya adalah Live merupakan program yang disiarkan secara langsung, tahap
olahraga, upacara kenegeraan disiarkan secara langsung. Video Taping yaitu direkam
dalam pita video. Live on Tape merupakan produksi yang berlangsung tanpa henti
sampai akhir program seperti format live, namun sebelum ditayangkan akan
dilakukan proses editing hanya dalam hal-hal khusus (insert editing). Program
direkam per bagian (segmen). Kemudian program akan ditayangkan segera dilain
waktu.
Karya dokumenter yang pernulis buat berbentuk video taping karena penulis
membuatnya dengan cara merekam video menggunakan kamera dan harus melalui
proses editing, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan
10
persiapan dan berpindah-pindah tempat untuk pengambilan gambar yang tidak
DESKRIPSI PROGRAM
Media : Televisi
11
BAB II
LAPORAN PRODUKSI
Peran seorang produser adalah untuk mengawasi semua aspek produksi audio
video (AV). Produser juga berperan aktif sebagai pelaksana produksi. Mendesain
Produser televisi adalah seorang yang bekerja di sebuah stasiun televisi siaran
yang berfungsi sebagai organisator bagi penyelenggaraan suatu acara yang akan
ditayangkan. Tugas produser dalam memproduksi acara yang akan disiarkan pada
hakekatnya sama aja, kalaupun terdapat perbedaan, ini dikarenakan perbedaan jenis
juga memiliki tanggung jawab tentang bagaimana membuat penonton juga memiliki
tanggung jawab pada program yang akan dibuat dengan baik dan penulis juga harus
dapat diterima oleh khalayak masyarakat, karena sukses atau tidaknya suatu
jadwal, mengawasi pelaksanan produksi hingga selesai, serta tanggung jawab dalam
12
manajemen produksi.
d) Bertanggung jawab pada jadwal siar dan narasumber serta topik yang
akan disiarkan.
(Arifin, 2010).
jawab dalam semua hal dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi,
mengatur iklan dari sponsor, administrasi hingga dengan izin tempat dan lainnya.
Tahapan ini dimulai dengan mencari ide yang dikembangkan menjadi konsep. Lalu,
melakukan riset, survei dan membuat rundown program, membuat jadwal kerja (time
schedule), kalkulasi biaya, rencana lokasi, peralatan, dan kru yang terlibat.
Menurut (Rusman Latief & Utud, 2016). “jika telah dilakukan koordinas,
maka tersusun konsep program, tim kerja, dan peralatan yang dibutuhkan. Dibuat
13
technical meeting untuk menjelaskan Teknik pelaksanaan dari program dan
beberapa kali dengan sutradara dan penulis naskah untuk membahas ide, konsep
dan gagasan dalam menentukan program untuk tugas akhir ini. Setiap ide di
presentasikan dan di uji dari sudut pandang estetika dan informatif. “brainstorming
didefinisikan adalah suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari kelompok
manusia dalam waktu yang sangat singkat”. (Rusman Latief & Utud, 2016).
budgeting, breakdown serta kebutuhan setiap kru, mengurus surat perizinan lokasi
untuk proses menuju tahap produksi. Selama proses pra produksi, penulis terus
mengawasi setiap kinerja kru agar semua terlaksanakan dengan tepat waktu yang
telah ditentukan.
II.1.2 Produksi
Menurut Karsito (2008:57) dalam buku Latief dan Utud (2017:19) “memiliki
wewenang dan tanggung jawab secara manajemen dan artistic terhadap proses
produksi sebuah karya film, meliput penentuan ide, penulisan scenario, sutradara, tim
dan pemain”.
dalam proses pengambilan keputusan setiap harinya. Agar tidak ada perselisihan
antar crew, serta meyakinkan bahwa semua peralatan tidak ada yang ketinggalan.
produser adalah penulis ingin lagi terlibat dalam pembuatan program dokumenter
televisi ini mulai dari proses pra produksi, produksi, paska produksi. Tugas
14
dokumenter “ A Deaf With Culture ” merupakan sebuah karya non drama televisi
untuk tugas akhir Jurusan Broadcasting, kami mencoba mempraktekan ilmu yang
proses editing. Saat tahap pasca produksi ini merupakan tahap akhir dari
suatu proses penciptaan karya tim, tentunya jika hasil memuaskan itu akan
menjadi kebanggan tersendiri terhadap seluruh kru yang telah bekerja keras
produksi program sebelum on air.” Dalam tahapan pra produksi yang sudah
inset graphic, narasi, effect visual, dan audio serta mixing. (Rusman Latief &
Utud, 2016)
Menurut (Supriyadi, 2014) menyatakan bahwa sebuah peran dan tanggung jawab
2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film atau program
televisi.
departemen.
15
7. Produser bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai
Seorang produser harus mengawasi dan menyalurkan sebuah program yang sedang
membangun tugas penting dalam pembuatan suatu program Adapun beberapa tugas
a. Konsep Kreatif
Salah satu team yang sebelumnya terlibat saat berkumpul dan saling bertukar
pikiran untuk membentuk sebuah ide atau konsep pada sebuah produksi program
kehidupan teman tuli yang berawal dari jiwa sosial penulis soal empati serta
simpatinya terhadap teman pada semasa kecilnya dulu, ide itulah dikembangkan
sedemikian rupa dan mulai melakukan riset serta membayangkan shot-shotnya. Ide
cerita documenter televisi “A Deaf With Culture” berawal dari dua sudut pandang
antara teman tuli dengan teman dengar yang hidup berdampingan, seiring
perkembangan zaman saat ini masalah komunikasi yang semakin terkuak kedalam
beberapa akses mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang teman tuli dan
teman dengar jalani. Masalah komunikasi itulah yang disebabkan perbedaan Bahasa
16
dan budaya social antara teman tuli dan teman dengar yang sampai saat ini merembet
di ranah kehidupan.
b. Konsep Produksi
c. Konsep Teknis
Konsep teknis penulis menyiapkan alat apa saja yang akan digunakan pada saat
proses produksi berlangsung sesuai dengan equipmenti list (laporan peralatan harian)
dan memperhatikan alat baik yang akan di sewakan nanti atau milik sendiri. konsep
kamera Sony A6300 (Body Only),1 Unit 1 unit Deity Connect (Wireless Clip On 2.4
Ghz with Dual-Channel Receiver), 2 unit Deity D3 pro 1 unit Aputure LS 60x KIT, 1
unit C Stand 40”, Audio Recorder Zoom H6N, 1 unit Tripod iFootage Komodo, 1
unit iFootage Shark Slide1 unit Clip On untuk narasumber wawancara dan
pertama dan kedua, output gambar yang diquality check oleh produser hampir
semua file video noise, director tidak berinisiatif untuk pengambilan gambar
akhirnya perihal tersebut sangat terlihat pada hasil yang disudah dicek bersama
17
serta Tindakan director yang tidak bertanggung jawab atas komitmen yang
ada, banyak pertimbangan yang cukup sulit dikarenakan tanggung jawab yang
sangat buruk yang dikasih director sehingga membuat banyak kerugian yang
yang ada dari tahap produksi sampai pasca produksi dan terbukti dihari ketiga
tidak ada.
2. Dihari pelaksaan produksi director cukup tidak bertanggung jawab atas kerjaan
keseluruhan untuk semua hal. Solusinya adalah produser meminta bantuan dari
teman teman seangkatan, kakak tingkat, adik tingkat bahkan sampai meminta
bantuan dari beberapa pihak luar seperti Production House Ramashinta yang
dikelola oleh kerabat untuk membantu proses produksi dihari ketiga dan
1. Working Schedule
2. Breakdown Budget
3. Daily Production
4. Equipment List
18
WORKING SCHEDULE
ProductionCompany : Sekutu Film Produser : Iqbal
TARGET PERKULIAHAN
NO TAHAP AKTIFITAS
Maret April Mei Juni Juli
Pembahasan Ide
Bimbingan 1 (Konsep/tema & TOR)
Riset
1 Pra Produksi Bimbingan 2 (Matengin Konsep)
Meeting poin Ofline 1
Meeting Point Ofline 3
Bimbingan ke 3 (pematangan konsep)
Meeting Point Online 4
2 Produksi
Meeting Point Online 5
19
Shoting
20
BUDGETING PRODUKSI
ProductionCompany : Sekutu Film Produser : Iqbal
21
31 22 Juni 2022 Paska pro Nasi Padang Paska Produksi 48,000
32 23 Juni 2022 Paska pro Print, Materai, Amplop 31,000
33 24 Juni 2022 Paska pro Sewa Alat BSM Entertaiment 850,000
34 24 Juni 2022 Paska pro Bensin Mobil 150,000
35 24 Juni 2022 Paska pro Makan Siang MCD 164,000
36 24 Juni 2022 Paska pro Narasumber Mas Harry 350,000
37 24 Juni 2022 Paska pro Minum 18,000
38 24 Juni 2022 Paska pro Rokok 23,000
39 25 Juni 2022 Paska pro Makan Malam Nasi uduk 21,000
40 25 Juni 2022 Paska pro Gorengan 10,000
41 25 Juni 2022 Paska pro Makan Malam Nasi Goreng 45,000
42 25 Juni 2022 Paska pro Teh Pucuk 10,000
43 26 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
44 27 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
45 28 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
46 29 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
47 30 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
48 31 Juni 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
49 1 Juli 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
50 3 Juli 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
51 4 Juli 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
52 5 Juli 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
53 6 Juli 2022 Paska pro Makan dan rokok 100,000
TOTAL 9,595,000
22
DAILY PRODUCTION
23
EQUIPMENT LIST
NAMA JUMLAH
Deity D3 pro 2
C Stand 40” 1
24
EQUIPMENT LIST
NAMA JUMLAH
25
II.2 Proses Kerja Sutradara
atau menciptakan kreasi bentuk pada sebuah produk film. Sutradara adalah seorang
sineas atau penggarap film yang diibaratkan sebagai nakhoda untuk mengendalikan
Lebih jauhnya lagi, seorang sutradara adalah karyawan (crew) film yang
memiliki tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif, baik yang bersifat
dalam adegan dan dialog, sutradara juga menetapkan posisi kamera, suara, prinsif
penataan cahaya, serta segala “bumbu” yang mempunyai efek dalam penciptaan film
secara utuh. (Kamus Kecil Istilah Film, B.P.SDM Citra, Yayasan Pusat Perfilman H.
antara unsur estetika dengan unsur teknologi, maka boleh dibilang seorang sutradara
harus dikuasai. Kaitannya adalah dengan berbagai peralatan, baik dari segi peralatan
Strategi Kerja Seorang Sutradara Jadi dapat diartikan bahwa sutradara adalah
seorang kreator yang menciptakan dan memiliki tanggung jawab tertinggi terhadap
26
aspek kreatif baik yang bersifat penafsiran maupun bersifat teknik dalam pembuatan
sebuah film.
Jadi dapat diartikan bahwa sutradara adalah seorang kreator yang menciptakan
dan memiliki tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif baik yang bersifat
Dalam semua divisi ada beberapa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
harus dilakukan pada saat pra produksi sampai pasca produksi, sedangkan penulis
sebuah skenario dan membayangkan apa-apa saja yang harus disiapkan, memimpin
Menurut Yusman Latief & Yusiatie Utud (2017:125) “sutradara adalah orang
Terlibat dalam proses kreatif meskipun tidak internsif di banding produser. Tujuan
nya untuk mengetahui atau memahami tujuan dari program, sehingga saat
Pra produksi merupakan awalan dari setiap produksi suatu karya, produksi
karya mampu berjalan lancar dan sukses karna berangkat dari persiapan produksi
yang mantap. Setiap persoalan masalah harus bisa lebih dulu diselesaikan pada tahap
pra produksi. Pada tahap ini sebuah naskah yang awalnya ditulis dalam bentuk
treatment kini dapat ditulis ulang atau di evaluasi menjadi bentuk scenario.
27
Tahapan yang dilakukan untuk merancang produksi documenter A
Langkah awal untuk sutradara adalah menemukan dan menentukan ide cerita
dengan berdikusi dengan team. Setelah ide ditemukan peran sutradara adalah
Sutradara dan produser memilih dan menentukan kru yang akan terlibat di
dalam produksi film. Dalam pembuatan film documenter A Deaf With Culture
tingkat serta adik tingkat bahkan ada beberapa pihak luar yang meluangkan
proses produksi.
c. Survey Lokasi
Pada tahap ini sutradara ikut dalam melihat lokasi yang akan dituju atau
meriset tempat, karena sutradara akan melihat dan mencari apa yang ada di
tidak terjadi kesalahan yang mendasar”. Setelah ide di temukan, naskah sudah
28
dibentuk dan lokasi shooting di dapat, sutradara membuat director treatment
II.2.2 Produksi
dan kualitas gambar yang tampak di layar dimana didalam nya bertugas mengontrol
teknik sinematic dan memimpin kerabat kerja dari berbagai bidang seperti penata
kamera, penata lampu, penata audio, dan lain lain, sehingga menghsilkan tontonan
kendala yang terjadi di lapangan, agar proses produksi tetap bisa berjalan dengan
dengan baik dalam memimpin jalannya produksi hanya saja karena terkendala
dengan komunikasi proses syuting sedikit agak lelet tapi tetap dengan jalur yang
sesuai.
29
1. Bila ada catatan khusus dari laboratorium atau editor, sutradara mengevaluasi
2. Melihat dan mendiskusikan dengan editor hasil rough cut dan fine cut
3. Melakukan evaluasi tahap akhir dan berdiskusi dengan penata musik perihal
ilustrasi musik yang telah dibuat konsepnya terlebih dahulu pada saat pra
produksi.
editing berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi.
Pada dasarnya hasil akhir bagaimana seorang sutradara dan editor harus
bekerja sama, disaaat pemilihan gambar yang bagus untuk dijadikan satu menjadi
sebuah film atau cerita, disinilah yang harus diperlukan seorang editor yang memiliki
sentuhan yang benar benar paham atas adegan yang disusun menjadi film.
menguasai pengetahuan pengarah acara atau sutradara adalah seorang pengarah acara
merupakan jantungnya sebuah acara karena sangat bertanggung jawab terhadap hasil
akhir acara itu, baik secara audio (suara) maupun visual (gambar) (Dennis, 2008:2).
30
Dan juga tugas sutradara adalah menciptakan sebuah karya yang menarik dari
ide yang dicetuskan atau yang diberikan penulis naskah. Menurut Dennis, terdapat 6
Sesuai dengan tugas dan wewenangnya sebagai orang yang paling bertanggung
jawab pada sebuah karya produksi film/ televisi/ dokumenter, sutradara harus
proses kerja dari seluruh tim atau crew produksi. Jiwa kepemimpinan ini harus
2. Imajinasi Kreatif
Untuk mencapai titik tertinggi dalam penciptaan sebuah karya, sutradara harus
imajinasi kreatif ini didapat dari kepekaan atas rasa seni artistik dalam melihat
dilingkungan sekitarnya.
4. Berjiwa Petualang
31
Karena tantangan dalam setiap produksi film televisi selalu berbeda setiap
sudah harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai apa yang akan
emosi dramatic”.
Menjadi seorang sutradara adalah sebuah tanggung jawab yang besar dalam
pembuatan sebuah film serta harus memiliki jiwa pemimpin. Tanpa itu semua
seorang sutradara tidak akan dapat menciptakan komunikasi dengan tim secara baik.
Seorang sutradara harus mampu mengarahkan semua crew dengan baik untuk
membuat hasil program dokumenter dengan kemasan yang menarik untuk khalayak.
a) Konsep Kreatif
sutradara dan semua kru memutuskan untuk menjabarkan apa yang menjadi
berkomunikasi antar sesama manusia, Budaya Tuli yang kita tidak pernah
dengar bahkan beberapa dari kita sama sekali tidak mengetahuinya. Proses
32
b) Konsep Produksi
lebih dulu melakukan riset guna mendapatkan informasi dan data yang akurat
dari beberapa sumber yang sudah didapatkan, dari hasil riset sutradara
crew saat di lapangan. Dan untuk beberapa alasan produser ikut bantu andil
dalam memberikan arahan Ketika penulis sebagai sutradara ada hal yang lupa
untuk dijalankan.
c) Konsep Teknis
penulis selaku sutradara dan crew menggunakan kamera Sony A6300 yang
Aputure Light Storm 600D Pro dan Light Dome II untuk mengatur kecerahan
1. Seperti yang dikatakan diatas sangat sulit kami mendapatkan komunikasi yang
33
dengan beberapa narasumber dikarenakan narasumber yang diwawancara
banyak dari mereka adalah Teman Tuli. Solusinya adalah kami meminta
bantuan dari beberapa pihak JBI (Juru Bicara Isyarat) yang kebetulan adalah
2. Ruangan yang sempit dan kurangnya pencahayaan adalah musuh kami saat
produksi yang menyebabkan file yang kami dapatkan banyak sekali noise dan
kami memecahkan solusi untuk file yang noise cukup parah bisa dihilangkan di
editing.
34
KONSEP PENYUTRADARAAN
menggunakan tipe exspository dengan beberapa unsur – unsur yang ada pada
produksi film dokumenter ini adalah pergerakan kamera, type of shot, dan angle
yang bervariasi sesuai kebutuhan sehingga nantinya penonton tidak merasa jenuh.
a. Director’s Statement
b. Director’s Treatment
Berawal dari kisah Produser kami yang bercerita mengenai kisahnya sejak dulu
memiliki sahabat Teman Tuli yang hidupnya mungkin cukup dibilang susah
untuk dijalani bagi orang normal, dengan rasa empati yang tinggi demi tidak
terulang kembali untuk Teman Tuli yang lainnya. Dengan narasumber yang
memperkuat statement yang sudah ada, pihak medis yang menjabarkan apa
yang terjadi, serta dari GERKATIN yang sudah lama menjalani komunitas ini
tersebut dari pihak penyedia lowongan pekerjaan yaitu Kopi Tuli dan Rumah
Batik Palbatu serta dari Start Up yang berkaitan dengan TULI yaitu SILANG
memberikan alasan dan apa yang kami sebagai Teman Dengar yang normal
35
KONSEP PERWUJUDAN
a. Mise en Scene
1. Setting
36
2. Lighting
Arah cahaya pada bagian outdoor setting adalah Top Light dan warna cahaya
adalah Day Light yaitu cenderung putih. Sumber cahaya adalah available light,
Kostum yang digunakan adalah pakaian yang digunakan sehari hari yang
hati mereka.
Ekspresi dalam film ini antara lain seperti : Siapapun orangnya pasti tahu
37
DIRECTOR STATEMENT
VISUAL
SHOT DIRECTION AUDIO
NO TOS MOVE ANGLE
OBB
EYE VO,
1 1 CU HANDHELD INSERT
LEVEL BGM
EYE VO,
1 1 MS HANDHELD INSERT
LEVEL BGM
EYE VO,
1 1 FS HANDHELD INSERT
LEVEL BGM
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 MCU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(NOVITA)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 FS STILL NARASUMBER
LEVEL BGM
(NOVITA)
EYE VO,
1 1 FS STILL INSERT JALANAN
LEVEL BGM
38
BGM
EYE VO,
1 1 FS STILL INSERT JALANAN
LEVEL BGM
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 FS STILL NARASUMBER
LEVEL BGM
(DR. DAMAYANTI)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(DR. DAMAYANTI)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 MCU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(DR. DAMAYANTI)
EYE VOICE,
1 1 MS HANDHELD INSERT SILANG
LEVEL BGM
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD INSERT SILANG
LEVEL BGM
39
(BAGJA)
WAWANCARA
MS TO EYE VOICE,
1 1 TRACK-IN NARASUMBER
CU LEVEL BGM
(BAGJA)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(BAGJA)
EYE VO,
1 1 MS HANDHELD INSERT KOPI SUNYI
LEVEL BGM
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD INSERT KOPI SUNYI
LEVEL BGM
WAWANCARA
NARASUMBER
EYE VOICE,
1 1 FS STILL
LEVEL (NABIL) BGM
WAWANCARA
MS TO EYE VOICE,
1 1 TRACK-IN NARASUMBER
CU LEVEL BGM
(NABIL)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(NABIL)
BGM
40
WAWANCARA
NARASUMBER
EYE VOICE,
1 1 FS STILL
LEVEL (PUTRI) BGM
WAWANCARA
MS TO EYE VOICE,
1 1 TRACK-IN NARASUMBER
CU LEVEL BGM
(PUTRI)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 CU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(PUTRI)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 MCU HANDHELD NARASUMBER
LEVEL BGM
(HARY)
WAWANCARA
EYE VOICE,
1 1 FS STILL NARASUMBER
LEVEL BGM
(HARY)
BGM
41
VO,
BLANK BLACK
BGM
TRACK IN WAWANCARA
MS TO EYE
1 1 NARASUMBER BGM
NORMAL TO
MCU LEVEL
SLOWMO (NABIL)
TRACK IN WAWANCARA
MS TO EYE
1 1 NARASUMBER BGM
NORMAL TO
MCU LEVEL
SLOWMO (BAGJA)
TRACK IN WAWANCARA
MS TO EYE
1 1 NARASUMBER BGM
NORMAL TO
MCU LEVEL
SLOWMO (PUTRI)
WAWANCARA
NORMAL TO EYE VOICE,
1 1 CU NARASUMBER
SLOWMO LEVEL BGM
(HARY)
CREDIT TITLE
42
II.3 Proses Kerja Penulis Naskah
penulis naskah. Seperti yang kita ketahui untuk program non drama dokumenter.
Penulis naskah adalah seorang pekerja kreatif yang menulis cerita dan skenario, atau
professional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pemuatan film
dalam bentuk (format) naskah atau ide cerita”. Dari kenyataan tersebut beberapa
macam pendekatan untuk membuat inspirasi menjadi sebuah cerita yang menarik dan
membawa pesan-pesan baru. Penulis harus mampu membuat ide cerita yang
menampilkan tayangan yang mempunyai nilai serta edukasi yang bermanfaat bagi
membantu tim untuk penyusunan data-data, yang diperoleh dari riset membuat
informasi dan data tersebut, penulis membuat naskah berdasarkan judul yang ingin di
Tugas akhir ini penulis berpedoman akan pentingnya penyajian suatu realita
dalam dokumenter televisi, karena itu dalam program dokumenter yang berjudul “ A
Deaf With Culture ” penulis berusaha agar narasumber dapat bercerita sesuai realita
yang ada di Magelang. Penulis berharap dokumenter televisi dengan judul “ A Deaf
With Culture ” ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat
tentang Budaya Tuli. Dengan adanya dokumenter televisi “ A Deaf With Culture ”,
kami berharap program ini membawa dampak positif kepada penulis agar dapat terus
43
belajar dan berkarya khususnya dalam dokumenter televisi menjadi lebih baik lagi.
Pada dokumenter televisi ini, penulis dan tim sepakat menggunakan konsep
ekspositori.
Berdasarkan hal itu, penulis juga dapat mengambil pelajaran yaitu penulis juga
harus mengetahui tujuan program televisi ini dibuat agar bisa menjadi acuan dalam
naskah yang akan ditulis nanti. Oleh karna itu, naskah harus jelas, sederhana, dan
imajinatif. Naskah akan mudahkan orang untuk memahami apa yang dibuat dan apa
Pra Produksi adalah bagian terpenting dalam pembuatan program acara. Pada
bagian inilah semua ide dan konsep suatu acara dimatangkan. Sebagai seorang
penulis naskah, proses pra produksi merupakan proses terpenting dalam menciptakan
sebuah karya, karena proses pra produksi dapat dikatakan sebagai ruang kerja bagi
penulis naskah. Pada proses inilah penulis mendapatkan ruang dan waktu yang cukup
untuk menyajikan bahan naskah yang akan diolah lebih matang oleh kru yang lain.
Pemilihan tema yang diangkat pada program dokumenter ini, penulis sepakat
meceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai
pembuatan program dokumenter televisi ini maka sebelumnya semua kru melakukan
pencarian lokasi yang bagus untuk dijadikan tempat pengambilan gambar melalui
internet. Setelah lokasi sudah ditentukan semua kru, kami pergi untuk melakukan
riset ketempat tersebut dan meminta izin kepada narasumber dan para pekerja batik
44
untuk melakukan pengambilan gambar. Saat melakukan rapat produksi penulis harus
selalu mendengarkan apa yang diinginkan produser dan sutradara agar apa yang nanti
akan ditulis sesuai dan tidak melebar dari segmentasi program yang akan dibuat. Dan
dalam hal ini penulis memberikan sebuah pendapat bahwa dokumenter adalah suatu
dandata.
macam tujuan antara lain penyebarluasan informasi, pendidikan dan propaganda bagi
peristiwa tetapi merekam tentang fakta dan data yang benar-benar terjadi bukan
direkayasa.
Penulis dan tim mencari beberapa tempat dan narasumber untuk melengkapi
program dokumenter ini dengan riset kesemua daerah dimana narasumber berada
sehingga data yang dikumpulkan memang benar dan nyata. Riset akan menolong kita
untuk mengetahui unsur nyata dari sebuah cerita. Perlunya melakukan penelitian
terhadap karakter dan peristiwa dengan cermat dan teliti, Riset itu sebenarnya
timeless, tidak ada batasan waktu, yang membatasi hanya deadline. Deadline yang
sudah disepakati sebelumnya dalam time schedule yang dibuat oleh produser.
Dokumenter yang baik harus melakukan riset dilapangan yang mendalam agar ide
yang didapat cerita mulai dibentuk terkait dengan ide yang dipilih. Langkah awal
dalam produksi penulis dan tim terlebih dahulu melaukan riset, lalu penulis dan tim
45
Hasil riset menjadi titik berangkat pembentukan konsep, tema, serta pertanyaan
II.3.2 Produksi
Seorang penulis naskah pada tahapan produksi harus ikut serta dalam
cerita agar sesuai dengan naskah yang telah dibuat, pada saat produksi penulis
serta keindahan yang ada di tempat tersebut. Menurut Marselli (2008:57) Tugas
dan kewajiban “penulis naskah adalah menciptakan dan menulis naskah serta
mengembangkan atas dasar ide cerita, mulai dari ide cerita sampai kepada
treatment”.
Maka dari itu, penulis menyiapkan bahan yang akan ditulisnya nanti yaitu
membuat treatment dan sinopsis acara agar jelas untuk garis besar isi programnya
seperti apa dan juga penulis tidak boleh sungkan untuk selalu bertanya kepada
kepada penonton.
sutradara yang tergabung dalam triangle system tentang jumlah segment yang
akan di buat, berkomunikasi dengan penata artistik tentang property yang akan
Penulis juga harus siap dengan keadaan yang se waktu-waktu berubah pada
saat produksi, contoh yang sering terjadi biasa nya di naskah suasana lokasi ingin
46
siang dan terik namun ternyata saat produksi mendung. Penulis harus segera
Tugas seorang penulis naskah ketika produksi harus mengatur naskah yang
Setelah melakukan produksi tahap akhir penulis dan kru melihat kembali
hasil produksi dan mulai melakukan proses editing yang di kerjakan oleh
alur cerita yang ada di dalam naskah, penulis juga tetap berkomunikasi dengan
editor dan sutradara. Apabila terdapat perubahan alur dalam proses editing.
produksi untuk seseorang penulis naskah yaitu relative tidak bertanggung jawab
Dalam melakukan proses editing seluruh tim berkumpul dan ikut membantu
memberikan saran untuk audio visual yang akan diambil. Sebagai seorang penulis
harus mengetahui gambar yang akan diambil serta lagu atau instrument musik apa
yang cocok untuk dimasukan kedalam film dokumenter “ A Deaf With Culture ”
pada saat proses editing agar pesan yang ingin disampaikan oleh penulis sampai
kemasyarakat. Penulis juga harus kritis terhadap editor dalam melakukan proses
penyuntingan gambar, karena semua plot dalam naskah harus sesuai treatment
yang telah di buat, oleh karena itu penulis juga harus teliti dengan visual yang
47
sudah di rough cut oleh editor, dan tidak jenuh untuk melihat kembali hasil
editing.
juga”.
dibalik panggung layar kaca televisi. Namun sebagai seorang penulis tentu sudah
1. Membuat Naskah
Berbekal hasil riset bersama tim sebelum produksi maka penulis bergegas
karena naskah menjadi sebuah patokan dalam proses produksi maka menulis
naskah harus sesuai dengan keadaan ditempat tersebut. Pembuatan naskah juga
harus di dasari oleh konsep yang ada ditempat tersebut karena saat proses
produksi nanti pengambilan gambar harus sesuai dengan penulisan naskah agar
gambar yang di ambil nanti tidak terjadi jumping dengan naskah yang dibuat.
kepada narasumber, pertanyaan pun harus sesuai dengan kondisi yang ada
ditempat tersebut agar tidak ada kesalahan maksud dan tujuan apa yang akan
48
ditanyakan.
3. Wawancara
4. MengembangkanIde/Gagasan
Sebuah konsep saja dirasa tidak cukup untuk penulis bisa mengembangkan ide
dan gagasan yang variatif maka mencari tahu tentang liputan yang akan
internet dan program televisi karena dari situ penulis bisa lebih
acara yanglainnya.
Maka dari itu seorang penulis harus mempunyai ide-ide kreatif dan dapat di
cerna oleh sutradara serta kru yang lain, seorang penulis juga harus mempunyai
karakter yang kritis, karena pada tahap penulisan akan menentukan sebuah karya
Seorang penulis naskah sangat penting, mulai dari tahap pra produksi,
produksi, dan pasca produksi untuk mengembangkan ide cerita, dengan melakukan
riset lokasi, selain itu tugas dan peranan seorang penulis naskah adalah membuat
naskah berupa sinopsis, penulisan TOR dan penulisan naskah itu sendiri yaitu lembar
pembuatan film documenter harus mengupas tentang ide cerita lebih jelas agar
49
masyarakat tahu tentang “ A Deaf With Culture ”penulis naskah juga harus berperan
Saat proses produksi penulis dan tim sudah merencanakan persiapan agar
mendapatkan hasil yang maksimal yang diperlukan pada saat produksi, dan film
dokumenter “ A Deaf With Culture ” penulis dan tim mendapatkan sudut pandang
tentang adanya Budaya Tuli serta pemahamannya. Setelah sudah cukup dengan
informasi dan data riset yang telah dikunjungi, penulis dan tim untuk memulai proses
narasumber. Penulis dan tim menyawa alat produksi seperti, kamera, clip on dan alat-
alat sebagainya agar pengambilan gambarnya lebih bagus untuk menjadi documenter
televisi.
Budaya Tuli yang sudah disepakati antara team dan pihak Narasumber maupun
dari dosen pembimbing. Di dalam proses peciptaan karya team juga selalu
dengan baik dan benar sesuai prosedur. Dari pihak narasumber pun juga sangat
membantu dalam proses penciptaan karya ini. Mereka juga banyak memberi
masukan agar karya yang dibuat nanti berjalan dengan lancar, sesuai harapan,
Saat proses produksi penulis dan tim sudah merencanakan segala sesuatunya
diperlukan pada saat produksi, penulis dan tim juga menyewa alat produksi seperti
50
a) Konsep Kreatif
Penulis melihat hal ini masih awam bagi sebagian orang dalam mengetahui
konsep ekspositori dimana semua penjelasan akan dijelaskan oleh narasumber dan
dibantu oleh gambar atau video yang sudah direkam untuk pembuka dalam
b) Konsep Produksi
Penulis dan tim setelah menemukan ide, lalu melakukan riset ke berbagai
c) Konsep Teknis
sudah difikiran lebih matang dan mendapatkan hasil yang maksimal bagus. Penulis
dan tim menyewa alat-alat produksi sebuah kamera, begitupun menyewa lighting dan
clip on agar mendapatkan pencahayaan yang terang didalam ruangan dan untuk
mendapatkan suara yang jelas ketika penulis dan tim sudah sepakat untuk menyewa
alat-alat tersebut
51
II.3.6 Kendala Produksi dan Solusinya
penulisan bersama, sikap tidak bertanggung jawab director yang menulis penulisan
karya tugas akhir terbukti menyalin tulisan tersebut dari beberapa artikel dan
menunjukan sikap yang tidak baik berupa debat kusir yang tidak perlu sehingga
produser yang menjadi penulis memberikan bukti nyata artikel yang di salin oleh
director yang saat itu menjadi penulis. Solusinya adalah produser yang menjadi
penulis tidak banyak hal yang dilakukan dikarenakan sikap yang sudah tidak
bertanggung jawab tersebut sudah terlihat dari proses penulisan yang tidak serius,
produser yang menjadi penulis melakukan brainstorm ulang bersama pihak – pihak
yang membantu sehingga menjadi tulisan yang baik dan layak untuk di pertontonkan
khalayak.
52
Konsep Penulisan Naskah
buku referensi, mencari artikel di internet seputar Budaya Tuli, membuat TOR dan
dengan narasumber untuk mendapatkan informasi yang objektif. Penulis dan tim
sepakat dalam dokumenter ini bersifat ekspositori, dimana dalam dokumenter ini
semua informasi yang akan didapatkan oleh penonton berasal dari narasumber
langsung.
narasumber, hal ini sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data dan mencari
informasi yang berhubungan dengan skena graffiti. Setelah dirasa cukup, penulis
mulai membuat synopsis, TOR dan daftar pertanyaan sebagai acuan perihal yang
ingin diketahui agar tidak keluar dari tema yang akan diangkat. Saat melakukan
wawancara penulis harus membuat suasana menjadi nyaman, agar narasumber tidak
tegang saat berhadapan dengan mata kamera. Setelah produksi selesai penulis mulai
membuat transkip wawancara dari garis rekaman video yang sudah melalui proses
editing.
53
Term Of Reference (TOR)
1. Masalah
dapat mendengar lebih superior dibanding orang tuli (Tom Humphiries, 1975).
Beberapa manusia kehilangan pendengaran atau juga dikenal dengan istilah tuli
sebagian atau keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga” yang mana
pengidapnya juga bisa kita sapa dengan panggilan teman tuli. Mempunyai
Bahasa dan budaya sosial yang teman tuli sesuaikan dengan kebutuhan mereka,
biasanya menjadi pemicu pembedaan antara teman tuli dengan teman dengar
yang juga mempunyai bahasa dan budaya sosial yang disepakati. Pembedaan
biasa.
2. Fokus
sosial antara teman tuli dan teman dengar yang sampai saat ini masih saja
3. Angle
54
Melihat kedua sisi di antara teman tuli dan teman dengar (yang hidupnya
a) Bagja Prawira
- Closing Statement
- Menurut kakak, kenapa sih masih banyak teman dengar yang membeda-
- Menurut kakak, hal apa yang bisa membuat keadaan dan kesadaran
- Closing Statement
55
- Bisa diceritakan apa sih Gerkatin Tangsel itu?
- Closing Statement
- Awal mulanya proses saat mencari pegawai teman tuli, bagaimana ya kak?
karyawan disini?
- Apa negara sudah punya undang-undang yang melindungi hak kerja teman
tuli?
- Closing Statement
- Boleh tolong ceritakan awal pertama kali melamar pekerjaan sampai bisa
56
TRANSKIP WAWANCARA
Penulis : Iqbal
Narasumber : 6 Narasumber
1. Dinovita Mandacan Darawan (Pegawai 00:00:24 Kata ibu teserah kamu yang penting OK
Rumah Batik Palbatu - Teman Tuli) bisa di cari kerja gapapa 500 ribu
57
gimana? Kebutuhan gimana? Makan
58
cari duit
di sekolah umum.
3. Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT-KL (K) 00:01:58 Gangguan pendengaran dan ketulian OK
59
dimana tidak bisa mendengar tetapi
60
sound hearing 2030 dimana pada
4. Bagja Prawira 00:03:06 Gue bisa verbal itu dari kecil pas OK
61
kemudian masuk TK trus Ketika
62
Karena gue aktif di organisasi yang
63
beberapa persen tapi ada situasi atau
64
pengedarannya dikanan. Ada
65
sebelah rumah, padahal tetangga gue
66
bibir pelan. Dari situ sudah mulai
biasa.
6. Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT-KL (K) 00:08:15 Kan kalua teman tuli itu mereka OK
67
melakukan upaya, upaya untuk
dilaporkan ke kementerian
68
lah, meskipun mereka ada yang bisa
69
pemerintah harus memberikan
lumayan bagus
70
tentang akses. Sedang kan orang-
lain.
9. Budi Dwi Haryanto 00:10:43 Bisa gak batik itu punya makna yang OK
71
atau tuli dia lebih fokus dan concern
72
dalam bentuk apapun.
73
memahami pemahaman tersebut.
undang-undang sebutannya
74
menyebut tuna rungu secara halus
75
orang mengalami gangguan
76
kapital bukan tnya kecil, kalau
77
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
78
tuli itu sangat berbeda beda dan
79
Padahal Ketika mereka masuk
80
terakhir sama sekali tidak pernah
tuli.
81
kurang bersosialisasi.
13. Putri Sri Hanitami 00:17:55 Kaya gue ngerasa dari nyokap bokap OK
82
akses atau bisa memberikan
14. Dinovita Mandacan Darawan 00:18:38 Dulu kerja di Mcd tau? kerja disana OK
gajinya kecil
83
pelatihan selama 5 hari di kota tua,
84
sudah terima. Alhamdullilah.
85
hal itu.
mereka?
86
kasih ya dengan anda respect dengan
87
sesuatu yang bermanfaat dimuka
19. Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT-KL (K) 00:23:17 Dan untungnya kita Komnas PGPKT OK
88
semacam komda komite daerah ya,
89
Pendidikan mungkin susah.
tangan dikertas.
90
jangan patah semangat, jangan
22. Budi Dwi Haryanto 00:25:27 Anggap mereka ini bisa memahami OK
91
mudah, bersalaman, berkenalan
mudah
92
dan bukan berarti menjadikan orang
mampu mendengar.
93
memiliki budaya yang berbeda dalam
berkomunikasi. Kesalahpahaman
Tuli.
25. Closing Statement (Nabil Rahmadi) 00:27:05 “Tuli itu bukanlah disabilitas tuli OK
beda”
26. Closing Statement (Bagja Prawira) 00:27:21 “Tuli itu bukanlah disabilitas tuli OK
beda”
27. Closing Statement (Putri Sri Hanitami) 00:27:35 “Tuli itu bukanlah disabilitas tuli OK
94
adalah budaya, kita semua cuman
beda”
28. Closing Statement (Budi Dwi Haryanto) 00:27:44 “Tuli itu bukanlah disabilitas tuli itu OK
95
II.4 Proses Kerja Camera Person
keluarga dan masyarakat. Mereka masih saja dianggap sebagai sesosok yang lemah,
potensi yang tertanam di dalam diri mereka. Dalam hal ini, penata kamera dalam
Tujuan penata kamera untuk membangun empati penonton dengan cara menunjukan
ekspresi dan gestur subjek, didukung dengan pengambilan gambar full shot, medium
shot, dan close up, juga dengan pergerakan kamera handheld dan still. Film
masyarakat tentang potensi dan hak para disabilitas untuk diperlakukan secara setara
oleh masyarakat.
a) Definisi Film
secara umum dapat dibagi atas dua unsur dikutip (Himawan Pratista 2008:1) yaitu
b) Film Dokumenter
96
Menurut Himawan Pratista, film dokumenter berhubungan dengan orang-
Pada tahap pra produksi, penata kamera dan sutradara mengikuti kegiatan
subjek dalam kesehariannya serta mencatat waktu dan tempat aktivitas dilakukan,
untuk mengetahui kapan dan dimana kamera akan diletakkan dalam pengambilan
sutradara dan kru lainnya menyatukan visi dengan subjek agar tidak terjadi kesalah
pahaman tujuan dari pembuatan film tersebut. Penata kamera membuat shotlist,
biaya peralatan, pembentukan teamwork dan tidak lupa untuk melakukan simulasi.
97
produser dan sutradara agar apa yang nanti akan ditulis sesuai dan tidak melebar
dari segmentasi program yang akan dibuat.
II.4.2 Produksi
kamera saat melakukan pengambilan momen dan melakukan cek ulang shoot
yang sudah diambil. Saat merekam kegiatan subjek, penata kamera diharapkan
sudah tahu akan memposisikan kamera dimana, agar tidak tertinggal momen
penting. Proses pengambilan gambar di lapangan atau shooting, dan pada tahap
visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown
script. Dengan breakdown script memudahkan semua element kru dalam bekerja
Shot size adalah ukuran besar kecilnya subjek dalam sebuah frame yang
memiliki informasi dan makna berbeda sesuai dengan ukuran masing- masing
shot size.
Contoh shot size yang digunakan di dunia audio visual ini adalah:
Pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau
98
b. Close Up (CU)
Gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat
seperti hanya wajahnya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru.
Hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.
Pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya
2. Camera Angle
Camera angle dalam pengertian audio visual berarti sudut pengambilan gambar
yang menekankan tentang posisi kamera berada pada sudut tertentu dalam
merekam gambar.
Jenis jenis Camera Angel yang dipakai dalam pengambilan documenter ini
sebagai berikut:
a. High Angle
b. Eye Level
Pengambilan gambar dengan sudut pandang yang normal atau sejajar dengan
mata manusia.
99
3. Camera Movement
Suasana kedinamisan gambar dan dimensi yang dapat terkesan 3 dimensi dapat
a. Panning
kamera secara horizontal tanpa merubah posisi kamera. Teknik ini dapat
b. Tracking
menggunakan peralatan tambahan yang disebut dolly track atau slider agar
gambar terlihat lebih halus dalam pergerakannya. Namun teknik ini juga dapat
c. Zooming
menggunakan tombol wide angel (W) dan tombol tele (T). zooming akan
dekat dan zoom out akan membuat objek semakin jauh dan memperlihatkan
100
Di tahap produksi ini penata kamera juga harus menguasai konsep yang telah dibahas
di pra produksi. Penata kamera juga harus bertanggung jawab dengan semua
peralatan dan hasil shoot yang telah diambil agar semua produksi berjalan lancar dan
sesuai rencana. Segala perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan di tahap pra
Setiap gambar yang dihasilkan sangat penting terhadap pesan dan informasi apa yang
akan disampaikan kepada penonton. Penentuan jenis ukuran gambar (shot size),
movement) tentunya juga akan mempengaruhi pesan dan informasi tersebut. Gambar
yang dihasilkan juga harus tajam serta komposisi yang digunakan harus tepat.
Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, tim segera melanjutkan ke
dalam tahap pasca produksi. Dalam tahap pasca produksi ini penulis sebagai camera
person memberikan masukan kepada editor mengenai stock gambar yang akan
digunakan dalam program dokumenter “ A Deaf With Culture ” untuk tahap pasca
produksi penata kamera terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan
hal – hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor, namun biasanya hal ini
bisa dihandle oleh sutradara atau produser. Untuk memudahkan editor dalam bekerja.
harus ikut serta mendampingi proses editing video untuk membantu editor dan
sutradara untuk memilih gambar yang telah diambil pada waktu shooting melalui
panduan camera report. Penggabungan ide antara sutradara dan editor untuk
101
Menurut Kusumawati dkk (2014:77) “cameramen person pada tahap ini juga
Tidak banyak hal yang dilakukan oleh kameramen pada tahap ini. Untuk
produksi kameramen terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal-
hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor, namun biasanya hal ini bisa
tersendiri seperti profesi lainya camera person adalah sebagai crew produksi televisi
Menurut Windratno Haryo (2014:77) secara umum tugas dan tanggung jawab
2. Untuk mengetahui gambar – gambar mana saja yang digunakan untuk proses
editing.
Peran dan tanggung jawab seorang camera person berpengaruh sangat penting
dengan apa yang dihasilkan pada saat pra produksi, produksi dan pasca produksi.
camera person juga membantu Sutradara dalam upaya penerjemahan dari bahasa
102
tulisan ke bahasa visual melalui pemilihan angle, komposisi dan pergerakan kamera
serta pencahayaan.
a) Konsep Produksi
Dalam produksi tugas akhir ini, penulis bertugas sebagai penata kamera dalam
produksi film dokumenter yang berjudul “A Deaf with Culture” semua hal
agar karya yang dibuat ini sesuai dengan apa yang diharapkan. Penulis
digunakan adalah dengan cara merekam semua argumen atau pernyataan yang
b) Konsep Teknis
dihasilkan terlihat bagus serta dalam pengoperasiannya pun tidak terlalu sulit.
membantu dalam proses kerja kamera dalam pengambilan sebuah gambar dan
atau komputer.
103
Peralatan yang digunakan
Kendala
Solusi
104
KONSEP KERJA KAMERAMAN
masing. Kamera video di desain agar kebutuhan perekaman gambar dan suara dapat
105
SPESIFIKASI KAMERA
GAMBAR
Megapiksel Efektif 24 MP
Auto Focus Ya
Self Timer Ya
ISO Auto Ya
SENSOR
106
VIDEO
Resolusi Video 4K
SHUTTER
TAMPILAN
Viewfinder Electronic
Tiltable Tidak
ANTARMUKA
Wi-Fi Ya
Mic Input Ya
GPS Tidak
NFC Ya
USB Ya
HDMI Ya
Bluetooth Tidak
DESAIN
Berat 361g
Warna Hitam
107
MEMORI
FISIK
Dustproof Tidak
Built-in flash Ya
108
SHOTLIST
16-35 Eye
1 1 1 MS Novita [ Teman Tuli] Wawancara di Rumah Batik
mm level
2 1 2 ES Warga sedang di keramaian Eye Warga sedang berjalan di jalan yang ramai
jalan level
109
Eye Menunjukan Poster di Ruangan Dokter Damayati RS
3 1 3 ES Poster di tembok
level MMC
Eye
4 1 4 MS Dokter Damayanti di RS MMC Wawancara Dokter Damayanti
level
Eye
5 1 5 MCU Dokter Damayanti di RS MMC Wawancara Dokter Damayanti
level
Eye
6 1 6 MCU Mas Bagja di kantor Silang Wawancara Mas Bagja
level
Eye
7 1 7 MS Mas Bagja di kantor Silang Wawancara Mas Bagja
level
Eye
8 1 8 ES Kantor Silang Menunjukan tempat wawancara Mas Bagja
level
Eye
9 1 9 MCU Mba Putri di kantor Silang Wawancara Mba Putri
level
110
Om Hari di Rumah Batik Eye
11 1 11 MCU Wawancara Om Hari
Palbatu level
Eye
13 2 13 CU Mas Bagja di Kantor Silang Detailing Wawancara Mas Bagja
level
Eye
14 2 14 CU Dokter Damayanti di RS MMC Detailing Wawancara Dokter Damayanti
level
Om Hari dan Karyawan Rumah Eye Menunjukan interaksi antara Om Hari dan Karyawan
16 2 16 FS
Batik Palbatu level Rumah Batik Palbatu
18 3 18 CI Mas Bagja di kantor Silang 16- Eye Detailing Mas Bagja saat wawancara
55mm level
111
Eye
19 3 19 CI Dokter Damayanti di RS MMC Detailing Dokter Damayanti saat wawancara
level
Gambar Sign Bahasa Isyarat di Eye Menunjukan latar tempat Wawancara di Kantor
20 3 20 ES
kantor Silang Level Silang
Karyawan Rumah Batik Palbatu High Menunjukan gerakan tangan karyawan Rumah Batik
26 3 26 ECU
saat membatik angle Palbatu saat membatik
112
Eye
27 2 27 CA Piagam Om Hari Detailing Piagam Om Hari
level
Baju batik di ruang wawancara Eye Menunjukan situasi di ruang wawancara Om Hari di
28 2 28 CA
Om Hari 16-55 level Rumah Batik Palbatu
113
BLOCKING KAMERA
114
II.5 Proses Kerja Editor
Editing merupakan tahap terakhir dalam proses pembuatan film. Pada tahap ini
menyusun bahan audio visual hasil produksi agar menjadi kesatuan yang utuh sesuai
dengan konsep yang telah di buat serta pesan yang akan di sampaikan dapat
Menurut (Latief Rusman, 2017, p. 131) “Kru pasca produksi adalah orang yang
bertugas menghimpun dan mengatur ulang rencana dan hasil kerja agar menjadi
program siaran televisi yang siap tayang atau ditonton”. Tentu saja seorang editor
harus bekerja sama dengan sutradara, karena sutradara-lah yang paham secara
keseluruhan gambaran film yang dibuat. Editor harus bisa memahami gambaran yang
diberikan sutradara untuk menyelaraskan ide. Editor juga bisa memberi masukan-
film.
penyelesaian produksi program tv maupun film. Tahap ini merupakan tahap akhir
dimana editing dapat dikatakan sebagai proses menyeleksi dan menyatukan gambar
serta suara selama proses produksi berlangsung”. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tugas utama seorang editor adalah menyeleksi gambar kemudian
permainan sepak bola, seorang editor berperan sebagai penyerang yang bertugas
mengeksekusi bahan-bahan yang sudah di buat pada tahap sebelumnya, hal ini
tentunya bukan suatu tanggungjawab yang mudah. Seorang editor juga harus
115
kekurangan di tahap sebelumya agar dapat dirubah menjadi sesuatu yang lebih
menarik untuk dinikmati. Permainan imajinasi seorang editor juga sangat dibutuhkan
untuk memvisualisasikan konsep yang telah dibuat sejak tahap pra-produksi. Dalam
penulis sebagai editor harus bisa mengeksekusi dengan baik, agar penonton paham
masyarakat Indonesia dan mereka merasa setara dengan kita Teman Dengar. Pesan
inilah yang menjadi kunci berhasil tidaknya seorang editor dalam menjalankan
tugasnya.
Pra Produksi merupakan tahapan yang paling awal dalam proses pembuatan
karya audio visual. Pada tahap ini, penulis sebagai editor sebenarnya tidak terlalu
berperan aktif karena tugas utama seorang editor itu di Pasca Produksi, namun
dalam tim agar karya yang akan dibuat menjadi lebih maksimal.
Menurut (Irwanto, 2019, pp. 165–166) “Pra produksi merupakan tahapan yang
penting dalam sebuah produksi program acara. Dalam tahap ini semua persiapan
maka semakin baik pula program yang ditayangkan”. Sesuai dengan penjelasan di
atas, Penulis sebagai editor dan tim pertama-tama menentukan program yang akan
diambil dan akhirnya program Dokumenter menjadi pilihan yang paling tepat.
Selanjutnya menentukan ide konsep yang ingin dipilih, setiap anggota tim wajib
memberikan masukan ide. Setelah semua ide terkumpul, dipilihlah sistem voting dan
akhirnya, ide penulis tentang Teman Tuli yang dipilih. Setelah ide terpilih, Penulis
116
sebagai editor kemudian membuat konsep editing dan daftar peralatan seperti
spesifikasi laptop yang penulis butuhkan serta software apa saja yang akan di
gunakan.
II.5.2 Produksi
perubahan ini bertujuan agar ide yang telah dibuat dapat dinikmati oleh penonton.
Namun tidak hanya nikmat saja yang menjadi tujuan utama, pesan dan makna dalam
sebuah karya audio visual juga harus sampai ke penonton. Menurut (Irwanto, 2019,
p. 165) “Tahap produksi adalah proses mengubah naskah ke dalam bentuk gambar.
Perubahan visual ini bertujuan agar program yang dibuat dapat dinikmati oleh
penonton dan pesan yang ingin disampaikan tercapai. Pada tahap ini telah melibatkan
crew bagian lain yang bersifat teknis. Dalam tahap produksi, editor dapat membantu
atau mengawal sutradara dalam hal shot yang akan diambil agar jangan sampai
sampai ke meja editing”. Penulis sebagai editor pada tahap produksi ikut membantu
tim dalam proses pengambilan gambar. Selain itu penulis juga ikut terus mengawal
jalannya produksi dan ikut mengamankan file hasil produksi agar punya gambaran
mengenai bahan-bahan yang nantinya akan di pakai pada tahap pasca produksi.
benarbenar sangat berpengaruh terhadap hasil akhir sebuah film. Tahapan ini
berlangsung setelah semua materi dasar telah di produksi. Dalam hal ini, penulis
yang utuh. Menurut (Irwanto, 2019, p. 149) , fungsi editing antara lain :
117
1. Untuk menggabungkan atau menyatukan gambar
Proses kerja penulis sebagai editor dibagi menjadi dua tahap utama, pertama
tahap offline editing dan selanjutnya adalah tahap online editing. Pada tahap offline
editing penulis memotong dan merangkai gambar hasil produksi menjadi satu bagian,
menambahkan color grading, efek visual dan audio mixing . Berikut penjelasan lebih
detailnya :
1. Offline Editing
Tahapan paling awal seorang editor di meja editing yaitu menyusun dan
merapikan gambar.
a) Preview Screening
b) Capture
c) Logging
Logging secara sederhana berarti pencatatan time code seluruh shot hasil
shooting. Time code merupakan kode waktu yang terdapat pada materi shot.
118
d) Assembling
telah dibuat.
e) Rough Cut
Sesuai dengan namanya, Rough Cut adalah proses pemotongan gambar secara
f) Fine Cut
Fine Cut adalah tahap dimana film sudah di potong dan di susun dengan ter-
2. Online Editing
Pada tahap ini, penulis sebagai editor mulai memperhalus hasil offline editing
a) Titling
Proses pembuatan huruf tulisan yang akan digunakan untuk keperluan seperti
judul progam dan credit title. Software yang penulis gunakan untuk membuat
b) Color Grading
Color grading adalah proses merubah visual tone atau nuansa visual agar
c) Audio Mixing
Pada proses ini, penulis sebagai editor menambahkan efek suara tambahan
119
II.5.4 Peran dan Tanggung Jawab Editor
Setiap jobdesk tentunya memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda-
beda, begitu juga dengan penulis sebabagai editor. Peran dan tanggung jawab penulis
meliputi kontribusi penulis selama proses pembuatan karya mulai dari pra produksi
menjadi satu peristiwa yang utuh dalam rangkaian scene atau sequence agar
mempunyai makna dan pesan yang dapat ditangkap oleh audience-nya. Editor adalah
yang paling berperan pada saat pelaksanaan editing, karena seorang editor tidak
hanya mengerti tentang permasalahan teknis tetapi juga harus mempunyai sisi
kreatifitas yang tinggi”. Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas
utama seorang editor secara sederhana adalah menyusun shot menjadi sebuah cerita
yang utuh agar mempunyai makna dan pesan yang dapat diambil oleh penonton.
Namun tidak sesederhana itu, seorang editor juga harus mempunyai daya kreatifitas
yang tinggi agar film yang dibuat menjadi lebih menarik untuk dinikmati.
1. Konsep Kreatif
kameraman dalam menentukan jenis shot agar hasilnya lebih maksimal untuk
2. Konsep Produksi
120
Pada saat produksi di meja editing, penulis mulai memilah dan menyusun
gambar hasil produksi sesuai dengan director treatment yang telah dibuat oleh
sutradara hingga menjadi suatu cerita yang utuh. Kemudian penulis mulai
melakukan cutting untuk memperhalus susuan gambar yang tadi telah dibuat
agar terlihat lebih nyaman. Setelah itu penulis mulai menyamakan audio yang
direkam secara terpisah dan menambahkan efek transisi seperti dissolve dan
constant power agar perpindahan antar gambar terlihat lebih halus. pada tahap
terakhir, penulis mulai melakukan color grading agar segi visual terlihat lebih
3. Konsep Teknis
Konsep teknis merupakan segala perlatan yang di gunakan oleh penulis sebagai
software utama untuk editing yaitu Adobe Premiere Pro CC 2022 sedangkan
perangkat yang penulis gunakan adalah PC dengan spesifikasi Intel Core i7-
8250U, RAM 12GB dan ditenagai graphic card Nvidia Geforce RTX.
Kendala
Kendala yang penulis terima adalah kekurangan footage yang akan dijadikan insert
pada proses editing dan solusinya adalah memberikan info kepada cameraman untuk
mengambil gambar yang dibutuhkan. Selain itu kendala yang diterima editor adalah
hampir semua gambar yang diambil bisa dikatakan file yang diterima banyak sekali
noise sehingga diharuskan untuk meng-Grading hampir semua file yang di terima.
121
2. Logging Picture
3. Laporan Editing
4. Spesifikasi Editing
122
KONSEP EDITING
Culture
ambience. Hal ini bertujuan agar penonton tau betul suasana dan perasaan
narasumber yang disampaikan sebagai Teman Tuli maupun sebagai Teman. Selain
itu, pemilihan Tone warna juga menjadi poin tersendiri. Disini penulis menggunakan
konsep warna realitas. Pada saat narasumber memberikan penjelasan, penulis sebagai
editor menyisipkan gambar ataupun elemen pendukung lain yang sesuai dengan yang
dibicarakan narasumber, hal ini bertujuan agar penonton paham betul secara visual
123
LOGGING PICTURE
Culture
124
00:02:29:08 BGM
00:02:29:08 - Wawancara Voice (Dr. Damayanti) ,
13 00:03:06:15 (Dr. Damayanti) BGM
00:03:06:15 -
Footage Silang Voice (Bagja) , BGM
14 00:03:14:08
00:03:14:08 - Wawancara
Voice (Bagja) , BGM
15 00:04:07:09 (Bagja)
00:04:07:09 - Wawancara
Voice (Bagja) , BGM
16 00:04:51:20 (Bagja)
00:04:51:20 -
Footage Silang Voice (Bagja) , BGM
17 00:04:58:18
00:04:58:18 - Wawancara
Voice (Bagja) , BGM
18 00:07:55:10 (Bagja)
00:07:55:10 -
Footage Kopi Sunyi Voice Over, BGM
19 00:08:09:05
00:08:09:05 - Media Placement
Voice Over, BGM
20 00:08:15:14 (Artikel)
00:08:15:14 - Wawancara Voice (Dr. Damayanti) ,
21 00:08:25:19 (Dr. Damayanti) BGM
00:08:25:19 - Voice (Dr. Damayanti) ,
Footage Rumah Sakit
22 00:08:31:05 BGM
00:08:31:05 - Wawancara Voice (Dr. Damayanti) ,
23 00:09:57:07 (Dr. Damayanti) BGM
00:09:57:07 - Wawancara Voice (Nabil Koptul) ,
24 00:10:22:12 (Nabil Kopi Sunyi) BGM
00:10:22:12 - Wawancara
Voice (Putri) , BGM
25 00:10:42:11 (Putri)
00:10:42:11 - Wawancara
Voice (Hary) , BGM
26 00:11:27:22 (Hary)
00:11:27:22 - Media Placement
Voice Over, BGM
27 00:11:38:00 (Artikel)
00:11:38:00 - Footage Human
Voice Over, BGM
28 00:12:05:18 Interest
00:12:05:18 - Wawancara
Voice (Bagja) , BGM
29 00:17:34:06 (Bagja)
00:17:34:06 - Wawancara
Voice (Putri) , BGM
30 00:18:37:18 (Putri)
00:18:37:18 - Wawancara Novita
Voice ( Novita) , BGM
31 00:19:50:14 Subtitle
00:19:50:14 - Voice (Nabil Koptul) ,
Footage Kopi Sunyi
32 00:19:58:12 BGM
00:19:58:12 - Wawancara Voice (Nabil Koptul) ,
33 00:21:10:19 (Nabil Kopi Sunyi) BGM
00:21:10:19 - Wawancara
Voice (Hary) , BGM
34 00:21:37:13 (Hary)
125
00:21:37:13 - Media Placement
Voice Over, BGM
35 00:22:09:02 (Artikel)
00:22:09:02 -
Footage Rumah Batik Voice (Hary) , BGM
36 00:22:15:18
00:22:15:18 - Wawancara
Voice (Hary) , BGM
37 00:22:26:23 (Hary)
00:22:26:23 - Wawancara Voice (Dr. Damayanti) ,
38 00:24:14:03 (Dr. Damayanti) BGM
00:24:14:03 - Wawancara Voice (Nabil Koptul) ,
39 00:25:03:03 (Nabil Kopi Sunyi) BGM
00:25:03:03 - Wawancara
Voice (Putri) , BGM
40 00:25:27:03 (Putri)
00:25:27:03 - Wawancara
Voice (Hary), BGM
41 00:26:04:15 (Hary)
00:26:04:15 -
All Footage Voice Over, BGM
42 00:26:57:17
00:26:57:17 -
Subtitle Voice Over, BGM
43 00:27:05:11
00:27:05:11 -
Nabil BGM
44 00:27:20:23
00:27:20:23 -
Bagja BGM
45 00:27:34:17
00:27:34:17 -
Putri BGM
46 00:27:44:08
00:27:44:08 -
Hary BGM
47 00:27:54:22
00:27:54:22 -
CREDIT
48 00:28:10:00
126
KONSEP EDITING
Culture
HARDWARE
2. Ram : 12 GB DDR4
ACCESSORIS
SOFTWARE
127
KONSEP EDITING
2. Logo UBSI
3. Program ID
128
4. Universal Counting Leader
5. Isi Program
6. Credit
129
8. BTS
130
131
132
133
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pada dasarnya manusia bisa saling kenal satu sama lainnya adalah melalui
komunikasi, bagaimana jika komunikasi yang harusnya baik terhambat oleh ketidak
kurang memadai bagi mereka, Penyedia pekerjaan yang banyak tidak menerima
dengan kekurangan yang mereka punya, Kehidupan sosial yang terbentuk dari
mendengar terbentuk secara tidak normal dan mungkin bisa dikatakan tidak bisa
diterima oleh masyarakat bahkan lingkungan padahal yang kita ketahui pemerintah
sudah memberikan jaminan bagi mereka yang sudah tertuang dalam Undang-
Undang. Banyak orang awam yang tidak mengenal mereka karena tidak ada
keinginan untuk berkomunikasi dengan mereka dan untuk mengetahui budaya yang
Film Dokumenter ini adalah menginginkan bagi mereka yang disebutnya Teman
Dengar untuk mengenal mereka, akses yang diberikan semua pihak hampir sangat
sulit digapai, setidaknya dengan adanya Film Dokumenter ini membuka mata semua
III.2 Saran
dan mengharapkan antara teman dengar dan teman tuli untuk saling memahami
komunikasi satu sama lain, harapan penulis juga untuk pemerintah memberikan saran
134
berupa Pendidikan Bahasa Isyarat Indonesia dimulai sejak Sekolah Dasar. Dan
kesimpulan dari film tersebut dapat memberikan akses bersama serta menyeluruh,
mulai dari pelaku dibidang usaha, persoalan Pendidikan sampai ranah sosial untuk
135
DAFTAR PUSTAKA
Rusman Latief & Utud. (2016). Siaran Televisi Non Drama (Pertama).
Prenan Media Group.
Arifin, E. (2010). Broadcasting, to be a broadcaster (Empat). Graha Ilmu.
Rusman Latief & Utud. (2016). Siaran Televisi Non Drama (Pertama).
Prenan Media Group.
Fachrudin, A. (2014). Dasar-Dasar Produksi Televis (pertama). Kencana.
Group.
Cendekia.
136
Ayawaila, Gerzon R. (2008). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-
IKJ
Press
Chandra Tanzil, & Rhino Ariefiansyah. 2010. PEMULA Dalam Film Dokumenter,
GAMPANG-GAMPANG SUSAH. Jakarta
SUMBER ONLINE :
https://www.youtube.com/watch?v=IBUpzGls5_c
www.justjared.com/2011/04/29/kelly-osbournes-god-bless-ozzyosbournes-premiere/
http://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokuemnter/
137
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata Mahasiwa
NIM : 42190170
Gede
C. Riwayat Pengalaman
1. Papi Indonesia Organization (Head Staff)
2. Anugerah Aparatur Sipil Negara, Event Organizer (Stage Manager)
3. Presidentian Lecture, Event Organizer (Stage Manager)
4. Dinas Penerangan Angkatan Darat (Asisten Produser)
5. Literasi Digital Kominfo (Asisten Produser)
Jakarta, 7 Juli
2022
138
Iqbal
A. Biodata Mahasiwa
NIM : 42190170
C. Riwayat Pengalaman
1. Produser di film pendek berjudul Alone
2. Talent di video Make up Character berjudul IT
3. Kru Tata Suara di Drama Film Pendek berjudul Titik
4. Dinas Penerangan Angkatan Darat (Asisten Produser)
5. Unit Produser di Drama FTV berjudul A Child Who Have A Cookies
Jakarta, 7 Juli
2022
139
Ari Nur Ramadhan
140
SURAT PERIZINAN LOKASI SYUTING
141
142
143
144
145
LAMPIRAN
146
147
148
149
150
151
152
153