Anda di halaman 1dari 10

NIM Nama Lengkap Tipe Soal

B30020023 Kitrining Tyas Widati


2
B30020023 Syva Audina Lestari
4
B30020026 Aziz Adi Permana
9
B30020028 Muhammad Abdul Munir
B
6

1
A. Hasil Estimasi Data Panel
Penelitian ini mengestimasi arah dan besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi
(persen), Upah Minimum Provinsi (rupiah), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN - juta
rupiah), dan Penanaman Modal Asing terhadap ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa
tahun 2015-2018 dengan regresi data panel. Hasil regresi Common Effects Model (CEM),
Fixed Effects Model (FEM), dan Random Effects Model (REM) ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1
Hasil Regresi Data Panel

CEM FEM REM


Variabel Koefisie
Koefisien Prob. Koefisien Prob. Prob.
n
C 1,491 0,220 0,873 0,000 0,870 0,000
GROWTH -0,079 0,542 0,005 0,599 0,004 0,035
Log(UMP) -0,112 0,331 -0,005 0,632 -0,005 0,023
Log(PMDN) 0,100 0,026 -0,002 0,679 -0,001 0,729
Log(PMA) -0,028 0,430 -0,008 0,084 -0,008 0,086
R2 0,447 0,998 0,689
Adj. R2 0,331 0,997 0,619
F-stat. 3,843 960,782 19,109
Prob.(F-sta
t) 0,019 0,000 0,001
Uji Pemilihan Model:
(1) Chow
Cross-section F(5, 14) = 954,721; Prob. F = 0,000
(2) Hausman
Cross section random χ2(4) = 3,891; Prob. χ2 = 0,421
Keterangan: Variabel dependen adalah IW (Indeks Willianson - tanpa satuan - linier)

A.1. Hasil Uji Chow


Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan model manakah antara CEM dan FEM y
ang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Ketentuannya apabila probabilitas

2
F-statistik > α (0,05); maka H0 tidak ditolak, yang berarti CEM adalah model yang tepat digu
nakan. Namun, jika nilai probabilitas F-statistik < α (0,05); maka H 0 ditolak, yang berarti FE
M adalah model yang lebih tepat digunakan. Hasil Uji Chow pada Tabel 1 menunjukkan
probabilitas Cross-section F sebesar 0,000 < α (0,05). Dengan demikiran, H 0 ditolak, yang
berarti model yang lebih tepat digunakan adalah FEM.

A.2. Hasil Uji Hausman


Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk menemukan model manakah yang lebih t
epat digunakan dalam mengestimasi data panel antara REM dan FEM. Ketentuannya, apabila
probabilitas χ2 > α (0,05); maka H0 tidak ditolak, yang berarti REM yang paling tepat digunak
an untuk mengestimasi data panel. Tetapi, jika nilai probabilitas χ2 < α (0,05); maka H0 ditola
k, yang berarti FEM yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel. Berdasarkan hasil
regresi data panel menunjukkan bahwa probabilitas χ2 sebesar 0,421 > α (0,05). Dengan
demikian,H0 tidak ditolak, yang berarti model yang terpilih adalah REM.

A.3. Hasil Regresi Model Terpilih


Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji Hausman, dapat disimpulkan bahwa Random Effe
cts Model (REM) adalah model yang paling tepat digunakan untuk mengestimasi data panel d
alam penelitian ini. Hasil regresi REM ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2
Hasil Regresi REM
IWit = 0,870 + 0,004GROWTHit – 0,005logUMPit – 0,001logPMDNit – 0,008ogPMAit
(0,035)* (0,023)* (0,729) (0,086)
R2 = 0,689 ; F = 19,109; Prob.F = 0,001
Sumber: Tabel 1
Keterangan: *Signifikan pada α = 0,05. Angka dalam kurung adalah probabilitas nilai statistik t.

B. Uji Kebaikan Model


B.1. Uji Signifikansi Pengaruh Variabel Independen Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen se

cara simultan atau bersama-sama. H0 uji F adalah β1-4 = 0 atau secara bersama-sama,
Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan

3
Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh terhadap ketimpangan. H0 ditolak apabila nilai pr
obabilitas F-statistik < α.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,001 < α
(0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Penanaman
Modal Asing secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketimpangan di enam provinsi di
Pulau Jawa tahun 2015-2018.
B.2. Interpretasi Koefisien Determinasi dan Konstanta
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kecocokan model. Berdasarkan Tabel 2, terlih
at bahwa R2 bernilai 0,689. Dengan demikian, 68,9% variasi ketimpangan dapat dijelaskan ol
eh variasi Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, dan Penanaman Modal Dalam
Negeri, sedangkan sisanya sebesar 31,1% dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar model.

Tabel 3
Efek dan Konstanta Wilayah
Provinsi Efek Konstanta
Jawa Tengah -0,021 0,849
Jawa Timur 0,275 1,145
DIY -0,201 0,669
DKI Jakarta -0,104 0,766
Banten 0,081 0,951
Jawa Barat -0,029 0,841

Diketahui bahwa konstanta tertinggi adalah di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,145. Hal
ini berarti bahwa pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Penanaman
Modal Dalam Negeri, dan Penanaman Modal Asing terhadap ketimpangan di Provinsi Jawa
Timur adalah yang tertinggi. Sementara itu, nilai konstanta terendah dimiliki oleh Provinsi
DIY, yaitu sebesar 0,669. Hal ini berarti bahwa pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Penanaman Modal Asing terhadap
ketimpangan di Provinsi DIY adalah yang terendah.

B.3. Uji Signifikansi Pengaruh Variabel Independen Secara Parsial (Uji t)


Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu, masing-masing variabel inde
penden berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lain bersifat k

4
onstan. H uji t adalah β = 0 atau secara individu, Pertumbuhan Ekonommi, Upah Minimum
0 i

Provinsi, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh
terdahap ketimpangan. Sementara itu, H uji t adalah β < 0
A i atau secara individu,
Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan
Penanaman Modal Asing berpengaruh terhadap ketimpangan. H tidak ditolak apabila probabi
0

litas nilai t-statistik > α dan H ditolak apabila probabilitas nilai t-statistik < α.
0

Tabel 4
Hasil Uji t
Variabel Koefisien Prob.t Kriteria Kesimpulan
GROWTH β1 0,035 <0,05 terbukti nyata pada α 0,05
Log(UMP) β2 0,023 <0,05 terbukti nyata pada α 0,05
Log(PMDN) β3 0,729 >0,05 tidak terbukti nyata pada α 0,05
Log(PMA) β4 0,086 >0,05 tidak terbukti nyata pada α 0,05
Sumber: Tabel 2

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa koefisien dengan probabilitas t-statistik kurang


dari α 0,05 adalah β1 dan β2 . Koefisien β1 bertanda positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap ketimpangan di enam provinsi di Pulau
Jawa tahun 2015-2018, sedangkan koefisien β2 bertanda negatif, yang artinya Upah Minimum
Provinsi berpengaruh negatif terhadap ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun
2015-2018. β3 dan β4 memiliki probabilitas t-statistik yang lebih dari α 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing tidak
berpengaruh terhadap ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018.

C. Interpretasi Pengaruh Variabel Independen


Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif
terhadap ketimpangan. Koefisien Pertumbuhan Ekonomi (β1) adalah sebesar 0,004 dengan
pola hubungan linier-linier, sehingga kenaikan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1 persen akan
meningkatkan ketimpangan sebesar 0,004. Koefisien Upah Minimum Provinsi (β2) adalah
sebesar -0,005 dengan pola hubungan linier-log, sehingga kenaikan Upah Minimum Provinsi
sebesar 1 persen akan menurunkan ketimpangan sebesar 0,005 persen. Sementara itu,
penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing tidak berpengaruh terhadap
ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018.

5
D. Interpretasi Ekonomi
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan (Indeks Williamson)
Hasil uji t menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap
ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018. Hal ini juga ditemukan oleh
Masruri (2016) di mana pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap ketimpangan antar
daerah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.

2. Pengaruh Upah Minimum terhadap Ketimpangan


Hasil uji t menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi berpengaruh negatif terhadap
ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018. Peningkatan upah dapat
menurunkan ketimpangan, sehingga setiap wilayah dapat merasakan distribusi pendapatan
yang adil dan merata. Peningkatan ini juga dapat mensejahterakan masyarakat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Muhammad Anshari, Zul Azhar, Ariusni (2018) juga menemukan bahwa upah
minimum berpengaruh negatif terhadap ketimpangan di seluruh Provinsi di Indonesia. Di
sebabkan ketika upah meningkat akan meningkatkan daya beli atau konsumsi masyarakat
yang berdampak pada peningkatan permintaan barang dan jasa disuatu daerah yang
menandakan perbaikan perekonomian yang berujung peningkatan perekonomian di daerah
yang akan membuat ketimpangan menjadi rendah antara daerah lain ketika perekonomian
daerah cenderung membaik. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin naik upah minimum
provinsi maka akan semakin rendah ketimpangan pendapatannya.

3. Pengaruh Penanaman Modal dalam Negeri terhadap Ketimpangan


Hasil uji t menunjukan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri tidak berpengaruh
terhadap ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018.

Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

Provinsi Menurut Provinsi (Investasi) (Milyar Rupiah)

2015 2016 2017 2018

DKI 15512. 12216

JAKARTA 7 .9 47262.3 49097.4

JAWA 26272. 30360 38390.6 42278.2

6
BARAT 9 .2

JAWA 15410. 24070

TENGAH 7 .4 19866.0 27474.9

DI

YOGYAKARTA 362.4 948.6 294.6 6131.7

JAWA 35489. 46331

TIMUR 8 .6 45044.5 33333.1

10709. 12426

BANTEN 9 .3 15141.9 18637.6

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pemerataan Penanaman Modal Dalam Negeri di
enam provinsi tidak merata hanya provinsi Jatim dan DKI Jakarta yang memperoleh realisasi
investasi PMDN tinggi di masing-masing tahunnya. Oleh karena itu, Penanaman Modal
Dalam Negeri tidak berpengaruh terhadap Ketimpangan.

Anin Nabail Azim, Hady Sutjipto, Rah Adi Fahmi Ginanjar (2022) juga menemukan
hal yang sama bahwa Penanaman Modal dalam Negeri tidak berpengaruh terhadap
ketimpangan.

4. Pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Ketimpangan


Hasil uji t menunjukkan bahwa Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh terhadap
ketimpangan di enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2015-2018.

Pauzi & Budiana, 2016) juga menemukan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA)
tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan di provinsi Bali, hal itu dikarenakan data
mengenai Penanaman Modal Asing (PMA) dibeberapa kabupaten yang ada di provinsi Bali
menunjukan tidak adanya Penanaman Modal Asing (PMA) yang ditanamkan di kabupaten
tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anin Nabail Azim1, Hady Sutjipto, Rah Adi Fahmi Ginanjar.2022.Determinan Ketimpangan
Pembangunan Ekonomi Antar Provinsi di Indonesia.Jurnal Riset Ilmu Ekonomi.Universi
tas Sultan Ageng Tirtayasa.Vol 2 No 1,1-16.

Mahardhika Cipta Raharja Unik Lestari.2022. Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar wilayah
di Provinsi Jawa Tengah Sebelum Omnibus Law Cipta Kerja. Oeconomicus Journal of E
conomics., Vol.6,No.2,86-101.

Masruri. 2016. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, IPM, TPAK dan Pengangguran
Terbuka terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Jawa Tengah
2011-2014. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Universitas Brawijaya.,Vol 5,No1.

Muhammad Anshari, Zul Azhar, Ariusn.2018.Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah Minimum


Provinsi dan Belanja Modal terhadap Ketimpangan Pendapatan di Seluruh Provinsi di
Indonesia.Jurnal Ecogen.i Universitas Negeri Padang.Volume 1, Nomor 3,494-502.

Pauzi, Budiana. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Secara Langsung Maupun Tidak
langsung Ketimpangan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana. Vol 5, No 6. Hal : 684.

8
Penilaian (diisi oleh dosen)

Kriteria:
1. Penguasaan materi (50)
- Seberapa benar penjelasan hipotesis dan hasil Uji Chow
- Seberapa benar penjelasan hipotesis dan hasil Uji Hausman
- Seberapa benar penjelasan hipotesis dan hasil uji F
- Seberapa benar interpretasi R2 dan konstanta
- Seberapa benar penjelasan hipotesis dan hasil uji t
- Seberapa benar interpretasi koefisien yang terbukti signifikan/nyata
- Seberapa benar penjelasan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen

2. Tata bahasa (25)


- Ketepatan struktur kalimat (terutama mengenai keberadaan subjek dan predikat)
- Ketepatan penggunaan tanda baca (terutama titik dan koma) dalam penulisan
kalimat
- Penggunaan di yang tepat (dirangkai dan dipisah)
- Pemilihan jenis kata (kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan) yang tepat
- Kemudahan kalimat untuk dipahami

3. Kerapian penulisan (25)


- Penulisan kata sesuai KBBI (Contoh: miliar, bukan milyar)
- Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil yang tepat
- Kerapian penulisan paragraf (rata kanan-kiri, konsistensi jarak antarparagraf,
konsistensi jarak antarnomor)
- Kerapian tampilan tabel dan/atau grafik
- Penulisan kutipan dan daftar pustaka yang tepat sesuai standar American
Psychological Association (APA) (Ctrl + klik kiri untuk klik link-nya)
- Penulisan nama penulis dan/atau institusi urut abjad nama belakang penulis
pertama di daftar pustaka
- Konsistensi keberadaan nama penulis di kutipan dan daftar pustaka

Kriteria Nilai Alasan

9
1
2
3

10

Anda mungkin juga menyukai