minimum, nilai maksimal, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi maksimum dan
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Dewan 30 2,00 7,00 3,0667 1,20153
Pengawas
Syariah
Dewan 30 1,00 7,00 2,9000 1,42272
Komisaris
Independen
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Dewan pengawas syariah memiliki
jumlah data (N) 30 dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 7 sedangkan nilai rata-rata
(mean) 3,06, maka jumlah standar deviasinya adalah 1,201 (dibawah rata-rata) yang berarti
bahwa sebaran data adalah merata. Variabel Dewan Komisaris Independen memiliki jumlah
data (N) 30 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 7 sedangkan nilai rata-sata (mean)
2,90, maka jumlah standar deviasinya 1,422 (dibawah rata-rata) yang berarti bahwa sebaran
data adalah merata. Variabel komitmen audit memiliki jumlah data (N) 30 dengan nilai
minimum 2 dan nilai maksimum 6 sedangkan nilai rata-sata (mean) 3,3, maka jumlah standar
deviasinya 1,022 (dibawah rata-rata) yang berarti bahwa sebaran data adalah merata. Variabel
Kepemilikan Manajerial memiliki jumlah data (N) 30 dengan nilai minimum 0,000 dan nilai
maksimum 0,001 sedangkan nilai rata-sata (mean) 0,00015, maka jumlah standar deviasinya
0,00037 (diatas rata-rata) yang berarti bahwa sebaran data adalah tidak merata. Variabel
VACE memiliki jumlah data (N) 30 dengan nilai minimum 0,036 dan nilai maksimum 0,33
sedangkan nilai rata-sata (mean) 0,1912, maka jumlah standar deviasinya 0,0858 (dibawah
rata-rata) yang berarti bahwa sebaran data adalah merata. Variabel VAHC memiliki jumlah
data (N) 30 dengan nilai minimum 1,019 dan nilai maksimum 3,556 sedangkan nilai rata-sata
(mean) 1,9118, maka jumlah standar deviasinya 0,7057 (dibawah rata-rata) yang berarti
bahwa sebaran data adalah merata. Variabel VASC memiliki jumlah data (N) 30 dengan nilai
minimum 1,259 dan nilai maksimum 52,369 sedangkan nilai rata-sata (mean) 6,1514, maka
jumlah standar deviasinya 12,5131 (diatas rata-rata) yang berarti bahwa sebaran data adalah
tidak merata. Variabel Kinerja keuangan memiliki jumlah data (N) 30 dengan nilai minimum
-0,067 dan nilai maksimum 0,1140 sedangkan nilai rata-sata (mean) 0,01404, maka jumlah
standar deviasinya 0,0354 (diatas rata-rata) yang berarti bahwa sebaran data adalah tidak
merata.
dipakai dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas
data, penelitian ini menggunakan analisis grafik, dimana dasar dari pengambilan
keputusannya :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
2. Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram, tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
Tabel 5.2
Positive 0,104
Negative -0,124
Sesuai dengan uji Kolmogrov-Smirnov yang ditunjukkan oleh tabel 5.2 tersebut, maka
maka hasil penelitian ini dinyatakan dapat diterima karena data yang dianalisis telah
Gambar 5.1
Normal PP Plot
Gambar 5.
Histogram
Dari gambar Normal PP Plot (Gambar 5.1) terlihat bahwa titik-titiksudah mengikuti
garis diagonal dan cenderung menndekati garis diagonal dan menyebar disekitar dan
mengikut garis diagonal. Hal ini menunjukan bahwa data telah distribusi normal.
5.2.2. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidak samaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat
gambar grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Untuk hasil uji heteroskedastisitas pada hipotesis dari penelitian ini dapat dilihat
dibawah ini
Dari grafik scatterplots tersebut terlihat dari gambar diatas bahwa titik – titik
sudahmenyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola. Hal ini dapat disimpulkan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ini ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode waktu t dengan kesalahan pada periode
waktu t-1. Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Hasil pengujian metode perhitungan Durbin Watson disajikan dalam Table dibawah ini:
Tabel 5.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Change Durbin-
Model Statistics Watson
R
Square F Sig. F
Change Change df1 df2 Change
1 0,729 8,456 7 22 0,000 1,896
a. Predictors: (Constant), VASC, VACE, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial,
VAHC, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Komisaris Independen
b. Dependent Variable: Kinerja keuangan
Dari Tabel 5.4 maka diperoleh nilai Durbin-Watson (d) adalah sebesar1,896. Jumlah
sampel sebanyak30 data dan jumlah variabel bebas(k) sebanyak 7 variabel dengan batas kritis
5% maka dapat diketahui batas bawah (dl) adalah 0,9256dan batas atas (du) adalah2,0343
Keputusan tidak adanya autokorelasi jika d berada diantara d dan 4-du, yaitu dl< d<
4-du. Berdasarkan hasil diatas, diketahui (Durbin Watson) terletak antara dl <d < 4-du =
bebas memiliki masalah multikolinearitas atau tidak. Multikolinearitas adalah korelasi yang
sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan diantara variable bebas
(Ghozali, 2018:107).Pada penelitian ini, uji multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka
tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi penelitian. Hasil uji multikolonieritas
Tabel 5.6
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity
Model Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas ,maka dapat disimpulkan model regresi tidak
terjadi masalah multikolinearitas . Hal ini dapat dilihat nilai VIF <10, sedangkan nilai
tolerance> 0,1. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang
akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak.
Tabel 5.7
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardiz Standardize
ed d
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
B Error Beta
1 (Constant) -0,069 0,020 -3,443 0,002
Dari tabel 5.7 hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, maka didapatkan
0,021X6 + 0,002 X7 +e
1. Nilai konstanta = (-0,069)menunjukkan bahwa jika variabel (X) bernilai 0 (nol) maka
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X1 dengan asumsi variabel
3. Nilai koefisien regresi variabel X2 adalah -0,013dan bertanda negatif. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X2 dengan asumsi variabel
4. Nilai koefisien regresi variabel X3 adalah 0,011dan bertanda positif. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X3 dengan asumsi variabel
5. Nilai koefisien regresi variabel X419,636dan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa
setiap peningkatan satu satuan pada variabel X4dengan asumsi variabel lainnya tetap,
6. Nilai koefisien regresi variabel X5 adalah -0,022dan bertanda negatif. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X5 dengan asumsi variabel
7. Nilai koefisien regresi variabel X6 adalah 0,021dan bertanda positif. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X6 dengan asumsi variabel
8. Nilai koefisien regresi variabel X7 adalah 0,002dan bertanda positif. Hal ini berarti
bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X7 dengan asumsi variabel
berikut:Nilai t tabel dengan jumlah sampel (n) = 30, jumlah variabel independen (k) = 7, taraf
t tabel = n – k : /2
= 30–7 : 0,05/2
= 23: 0,025
= 2,069
1. Nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0,047< 0,05 dengan t hitung sebesar 2,107> t
tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menolak hipotesis
2. Nilai signifikansi variabel X2 sebesar 0.020 ≤ 0,05 dengan -t hitung sebesar -2,497<-
t tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menerima hipotesis
3. Nilai signifikansi variabel X3 sebesar 0.047 ≤ 0,05 dengan t hitung sebesar 2,107> t
tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menerima hipotesis
4. Nilai signifikansi variabel X4 sebesar 0.211> 0,05 dengan t hitung sebesar 1,287< t
5. Nilai signifikansi variabel X5 sebesar 0.721> 0,05 dengan -t hitung sebesar -0,361>-
t tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menolak hipotesis
tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menerima hipotesis
7. Nilai signifikansi variabel X7 sebesar 0.002 ≤ 0,05 dengan t hitung sebesar 3,602> t
tabel 2,069. Dengan demikian, maka dapat diambil keputusan menerima hipotesis
Tabel 5.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
R Square
1 ,854a 0,729 0,643 0,0211643
a. Predictors: (Constant), VASC, VACE, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial,
VAHC, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Komisaris Independen
b. Dependent Variable: Kinerja keuangan
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai R Square adalah sebesar 0,729 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh VASC, VACE,
Komisaris Independensebesar 72,9 % sedangkan sisanya 27,1% dijelaskan oleh variabel lain
Syariah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan hasil uji t
didapat bahwa nilai dewan pengawas syariah terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t
hitung 2,107 > t tabel 2,069 dengan nilai signifikannya 0,047 atau nilai signifikannya adalah
<0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima artinya dewan pengawas syariah
(DPS) memiliki pengertian yaitu dewan yang memiliki tugas memberi nasehat serta saran
kepada direksi serta melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan bank agar tidak
melenceng dari prinsip syariah. Hadirnya Dewan Pengawas Syariah ini akan menciptakan
kepercayaan antara bank dan para pemangku kepentingannya sehingga informasi yang
diterima relevan dan memadai tentang operasi dan kinerja bank syariah (Nathan dan Ribiere,
2007).
Keterkaitan hubungan antara Dewan Pengawas Syariah dengan Kinerja Keuangan ini
bukan tanpa alasan. Hal ini di perkuat oleh beberapa hasil dari penelitian terdahulu.
Berdasarkan hasil penelitian Farida Amalia (2019), Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
postif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Sesuai dengan penelitian Xie (dalam Farida,
2019) menemukan bahwa semakin sering Dewan pengawas syariah bertemu atau
mengadakan rapat, maka kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat. Hal ini berarti
bahwa semakin sering Dewan pengawas syariah mengadakan rapat, maka fungsi pengawasan
Independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan hasil
uji t didapat bahwa nilai dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan memiliki
nilai t hitung 2,497 > t tabel 2,069 dengan nilai signifikannya 0,020 atau nilai signifikannya
adalah <0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima artinya dewan komisaris
Menurut Noviawan dan Septiani (2013) semakin besar proporsi dewan komisaris
independen menunjukkan bahwa fungsi pengawasan akan lebih baik. Hal yang sama juga
disampaikan oleh Khan dan Awan (2012) yang dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan hasil uji t didapat
bahwa nilai Komite audit terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t hitung 2,107 > t tabel
2,069 dengan nilai signifikannya 0,047 atau nilai signifikannya adalah <0,05 maka dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima artinya komite audit berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Komite audit merupakan komite yang bekerja secara profesional dan independen.
Dalam penerapan Islamic Corporate Governance sendriri, tugas dari komite audit ini ialah
membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan
dan bertanggung jawab atas terlaksananya kepatuhan syariah dan kepatuhan terhadap regulasi
(Kartini, 2020).
Hasil ini perkuat oleh penelitian dari Amelya Dwi Ade Irma (2019) yang menyatakan
bahwa komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Namun, hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Jumaini Azizah (2019) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
bank syariah. Dari hasil penelitian terdahulu, penulis berhipotesis bahwa komite audit
manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan hasil uji
t didapat bahwa nilai Komite audit terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t hitung 1,287 <
t tabel 2,069 dengan nilai signifikannya 0.211 atau nilai signifikannya adalah >0,05 maka
olek pihak manajemen dalam suatu perusahaan yang dapat diukur dari persentase saham
biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan
perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk menciptakan kinerja perusahaan
Dengan demikian, semakin besar saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak
berpengaruh postif terhadap kinerja keuangan perusahaan, hal ini disebabkan dengan adanya
kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan akan membuat posisi manajemen sama
manajemen dengan pemegang saham seperti investor pada umumnya. Namun, pada
Employed (VACE) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan
hasil uji t didapat bahwa nilai VACE terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t hitung -
0,361 > t tabel -2,069 dengan nilai signifikannya 0.721 atau nilai signifikannya adalah >0,05
maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima artinya dewan VACE tidak berpengaruh
Modal intelektual dalam penelitian ini didefinisikan sebagai aset tak berwujud berupa
pengelolaan dalam rangka meningkatkan nilai untuk meraih keunggulan berkelanjutan dalam
Sesuai dengan hasil penelitian dari Melinda Haryanto (2013) dan Dede Suharna
(2020) yang menyatakan VACA tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, penulis berhipotesis bahwa Value Added Capital
Berdasarkan hasil uji t didapat bahwa nilai VAHC terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t
hitung 2,472 > t tabel 2,069 dengan nilai signifikannya 0.022 atau nilai signifikannya adalah
<0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima artinya VAHC berpengaruh
meningkatkan human capitalnya, karena human capital adalah kekayaan perusahaan yang
terdapat pada setiap individu. Structural capital dan customer capital memerlukan dukungan
dari human capital. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa ada kaitan yang saling
menyatakan bahwa VAHC atau VAHU berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Selain itu, pada penelitian Achmad Solechan (2017) menyatakan bahwasannya
coefficient (VASC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berdasarkan
hasil uji t didapat bahwa nilai VASC terhadap kinerja keuangan memiliki nilai t hitung 3,602
> t tabel 2,069 dengan nilai signifikannya 0.002 atau nilai signifikannya adalah <0,05 maka
dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima artinya VASC berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Structural Capital merupakan sarana pendukung Human Capital dalam meningkatkan
kinerja perusahaan. Indikator untuk mengukur structural capital yaitu Structural Capital
Efficiency (SCE), yang mengukur jumlah structural capital dalam rangka menghasilkan 1
rupiah dari nilai tambah (Value Added/VA) dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan
structural capital dalam penciptaan nilai. Dari hal ini bisa menjadi indikasi bahwasannya
VASC berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sementara pada penelitian
Dede Suharna (2020) VASC secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan,
hal ini dikarenakan VASC dinilai berpengaruh pada ROA saja, namun pada pengujian
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh islamic corporate governance dan
intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa:
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis akan memberikan saran yang bermanfaat
sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah metode yang lebih efektif dan
efisien untuk mendapatkan data yang lebih valid dan bisa menggambarkan kondisi
sesungguhnya.