I. Latar Belakang
Kabupaten Majene adalah salah satu kabupaten dari 6 kabupaten dalam wilayah
Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari 8 kecamatan yang terletak di pesisir pantai barat
Sulawesi Barat. Memanjang dari selatan ke utara dan dari timur Kab. Mamasa ke barat,
menghadap ke Selat Makassar.
Secara geografis sebaran perkampungan di antara pesisir dan gunung sehingga
memungkinkan tumbuhnya karakter budaya yang beragam. Interaksi budaya dengan
tradisi kemaritiman berbasis kebaharian memberikan identitas budaya pada masyarakat
Majene sebagai salah satu pelaut ulung di tanah air dengan berbagai hasil peradaban yang
sampai hari ini menjadi salah satu ikon nasional pada perahu Sandeq. Perahu yang runcing
sebagai salah satu perahu tercepat dan terkeras lajunya di dunia. Selain itu beberapa tradisi
seni dan ritual menjadi bagian yang melekat pada tradisi masyarakat nelayan di Mandar
khususnya di Kabupten Majene.
Selain tradisi bahari juga dikenal tradisi agraris yang melekat pada masyarakat
pedalaman dan pegunungan baik pada proses pertanian dan pengolahan hutan serta hasil
bumi yang begitu melimpah melahirkan berbagi kearifan, petuah serta tradisi kolektif dari
masyarakat Mandar sehingga pertemuan dua tradisi ini membuat varian budaya sangat
banyak dan beragam.
Masa lalu wilayah Majene telah berlangsung cukup lama, hal ini dibuktikan dengan
keikutsertaannya dalam perjanjian Tammajarra ke I dan Tammajarra ke II pada abad ke
XVI M. yang dihadiri oleh kerajaan-kerajaan besar di wilayah Pitu Ba’bana Binanga (tujuh
wilayah di muara sungai) dalam perjanjian Tamajarra ke II yang kemudian ditindaklajuti
dengan Perjanjian Luyo yang dikenal dalam istilah Assitalliang di Luyo. Dalam perjanjian
Luyo itulah dikenal istilah “SIPAMANDAR” yang dalam arti katanya adalah saling
menguatkan. Selanjutnya pada masa periode masuknya pengaruh Islam, sudah dapat
ditemukan beberapa makam dalam bentuk nisan dengan ukiran kaligrafi yang diperkirakan
sudah ada sejak abad ke-XVII.
Bercermin dari rentetan peristiwa sejarah dan patriotisme di wilayah Mandar dimasa
lalu, maka kurun lima tahun terakhir di Mandar Kab. Majene, Pemerintah Daerah
Kabupaten Majene melakukan kristalisasi kembali nasionalisme perjuangan dan kearifan
budaya di Mandar dengan berbagai pementasan dan pagelaran festival seni dan budaya
melalui beberapa dinas yang membidangi beberapa program berkenaan dengan
kebudayaan, seperti Festival Kemilau Desa melalui Dinas PMD Majene, dengan seluruh
rangkaiannya yang terpusat di Kota Majene dan lain-lain. Festival ini menjadi event rutin
tahunan didominasi sajian, baik musik, tari maupun teater rakyat, bersumber dari ritus dan
tradisi lisan yang hidup di masyarakat. Namun rasanya semua itu belum cukup untuk
mewakili dari seluruh aspek budaya yang lahir dari Mandar. Bahkan para pelaku
kebudayaan berharap ada perpaduan tradisi dalam satu kegiatan besar yang digelar dalam
bentuk festival. Dengan demikian kami bermaksud mengajukan Festival Sipamandar atau
Sipamandar-Fest 2021. Dengan sebuah harapan besar, kelak festival ini akan mampu
menyuguhkan kebudayaan Mandar secara utuh dari berbagai aspek kebudayaannya.
Pertunjukan-pertunjukan yang tampil selama 5 tahun terakhir dalam event seni-
budaya di Kabupten Majene merepresentasikan realitas budaya masyarakatnya dan lebih
dominan tradisi bahari dan kemaritiman dan masih sangat kurang menyentuh budaya
agraris yang merupakan sisi mata uang yang lain dari kebudayaan Mandar. Kedua hal ini
akan menggambarkan kepada kita semua, bahwa Majene kaya akan ritus, tradisi lisan serta
tinggalan tradisi yang penuh dengan kearifan sebagai pembentukan karakter bangsa yang
mesti dan senantiasa dijaga dan dipelihara sebagai bagian integral dari keberadaan
masyarakat Majene.
Beradasarkan data dan laporan dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Majene tahun
2020, ada kurang lebih 51 Komunitas seni masyarakat dan 40 komunitas seni satuan
pendidikan meskipun masih ada belasan komunitas yang belum tercatat dan aktif dalam
upaya pelestarian budaya dan seni di Kabupaten Majene.
Festival Sipamandar yang direncanakan ini, juga sebagai upaya agar Majene sebagai
Ibu kota Mandar lama menjadi rujukan dan Fokus untuk mengembalikan penyatuan
semangat ke-Mandaran yang terdiri dari 7 Kerajaan Pantai dan 7 kerajaan hulu di sungai
(pegunungan). Festival Sipamandar dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembalikan roh
Assitalliang (Perjanjian/Sumpah) 14 kerajaan dalam sebuah pertunjukan festival di Majene
yang sekarang sudah menjadi 6 kabupaten di Sulawesi Barat.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka melalui Festival Sipamandar (Mandar-Fest)
Pemerintah Kabupaten Majene tidak hanya berupaya melindungi dan menjaga, tetapi juga
mengembangkan dan memanfaatkannya bagi peningkatan kwalitas hidup masyarakatnya.
Kekayaan ritus, tradisi lisan serta tinggalan tradisi masyarakat harus tetap bisa menjaga
kolektifitas masyarakat serta memberi kontribusi nyata bagi peningkatan ekonomi dan
pergaulan lintas-budaya.
Oleh karena itu, Festival Sipamandar (Sipamandar-Fest) 2021 Majene dalam segala
keterbatasannya berupaya mencari dukungan kemitraan agar dapat berkembang dari sisi
kualitas, jangkauan dan dampaknya bagi pertumbuhan Festival Seni-Budaya Majene di
masa yang akan datang
II. Objek Pemajuan Kebudayaan yang diangkat
1. Sandeq
a. Sandeq Race (Papasiluba Sandeq Segi Tiga)
b. Workshop dan Literasi Sandeq (APBN)
Pemateri; Praktisi Kemaritiman, Akademisi, Pelaku / Nelayan Sandeq
Peserta Pelajar dan Mahasiswa
Tempat Pelaksanaan di Pantai Rangas Majene dan Pantai Pamboang
c. Riset dan penerbitan buku bertema Sandeq dan kemaritiman (APBN/APBD)
d. Riset Dokumenter tentang Perahu Sandeq Mandar (APBN)
d. Riset dan Produksi Buku kuliner pupu’ dan gerabah Mandar (APBN/APBD)
e. Riset dokumenter kuliner pupu’ dan gerabah Mandar (APBN)
Pemerintah Kabupaten majene bersama para penggiat seni dan budaya berharap agar pada
pelaksanaan kegiatan festival Sipamandar, dapat memberikan pesan kepada generasi muda
agar tidak melupakan akar budayanya, sebab sebagai generasi penerus mereka tidak boleh
kehilangan jati diri bangsanya.
Untuk kegiatan festival “sipamandar” tahun 2021, kabupaten majene memilih objek
pemajuan kebudayaan sebagai berikut:
- Manuskrip
- Adat istiadat
- Ritus
- Pengetahuan tradisional
- Teknologi tradisional
- Sastara dan Seni
- Permainan rakyat.
IV. Tujuan
Pelibatan berbagai pihak akan membangun kebersamaan dan rasa tenggang rasa dalam
setiap upaya peningkatan kapasitas manusia didaerah kita khususnya dalam pemahaman
tradisi dan budaya lokal untuk menjadi spirit untuk generasi selanjutnya. Salah satu
keuntungan dalam proses kegiatan ini, bahwa di kabupaten Majene merupakan pusat
pengelolaan pendidikan dan itu terlihat dari adanya 3 perguruan tinggi negeri yakni
Universitas Sulawesi Barat, Universitas Terbuka, STAIN Majene dan beberapa perguruan
tinggi swasta lainnya. Kita akan adakan MoU dalam proses identifikasi dan pemetaan
pengembangan sumber daya manusia sebagai tindak lanjut dari kegiatan Festival
Indonesiana ini. Sesuai harapan kita menciptakan generasi yang Malaqbiq (Mala’bi’) yakni
menjadi manusia yang mulia, yang beretika, bermoral, religius dan berintegritas.
TERLAMPIR