Anda di halaman 1dari 5

Etiologi

Penyebab utama nodul pita suara (vokal nodul) karena penggunaan suara berlebihan
(vocal abuse), seperti pada guru dan penyanyi profesional. Hal-hal lain yang dapat
menyebabkan nodul pita suara di antaranya : sorakan,sering berbicara atau berbicara yang
keras, batuk sering dan keras untuk membersihkantenggorokan, penggunaan suara yang tidak
biasa atau kuat selama bermain atau marah, pengguna nada yang terlalu tinggi. Orang-orang
dengan kebiasaan seperti ini akan menyebabkan cedera pada pita suaranya. Jika hal ini
terjadi, pita suara awalnya akan mengalami penebalan dan menjadi merah. Jika
penyalahgunaan suara berlanjut maka penebalan pada tengah pita suara akan berkembang
menjadi sebuauh nodul.

Penggunaan pita suara yang berlebihan tersebut menyebabkan nodul bilateral


terbentuk di antara bagian anterior dan sepertiga medial pita suara (amplitudo vibrasi
maksimal). Gambaran histologi menunjukkan fibrosis dengan penebalan epitel dan proliferasi
jaringan penyambung submukosa. Pada awalnya terdapat edema dan vasodilatasi (diatesis
prenodular) pada pita suara, sehingga menyebabkan penambahan massa namun tidak terlalu
memengaruhi ketegangan pita suara. Vocal abuse menjelaskan perlakuan suara (vocal
behaviour) yang berhubungan dengan kualitas suara normal yang seringkali menyebabkan
abnormalitas pita suara dan menghasilkan disfonia.

Vocal abuse bercirikan suara yang berangsur - angsur menurun, terutama disebabkan
oleh:

1. Latihan suara yang berlebihan dan terlalu lama

2. Penggunaan suara berlebih pada seorang presenter

3. Bernyanyi terlalu keras dan ditekan

4. Bernyanyi terlalu tinggi nadanya

5. Bernyanyi terlalu rendah nadanya

6. Bernyanyi di luar kapasitas suara sang penyanyi.

Berteriak atau berbicara di area dengan suasana berisik (misalnya: restoran atau
lapangan terbang) juga dapat menjadi salah satu penyebab.
Patogenesis

Fungsi laring adalah sebagai proteksi jalan nafas, respirasi dan fonasi. Saat inspirasi pita suara
abduksi dan saat ekspirasi adduksi. Sebelum fonasi, pita suara abduksi secara cepat agar udara masuk
ke saluran nafas (fase inspirasi sebelum fonasi) selanjutnya pita suara adduksi karena berkontraksinya
otot krikoaritenoid lateral. Suara dihasilkan mulai dari udara paru-paru yang dikeluarkan melewati
pita suara yang adduksi sampai menimbulkan vibrasi berulang dari pita suara (osilasi). Saat pita suara
menutup, udara dari paru melewati daerah yang sempit, akan mengakibatkan tekanan negatif pada
daerah sekitarnya, sehingga mukosa pita suara seperti menarik satu sama lain (efek Bernauli), saat
tekanan udara sub glotis meningkat (di bawah pita suara yang adduksi) hingga mencapai tingkat
penekanan pada tahanan pada pita suara menyebabkan pita suara terpisah lalu merangsang terjadinya
siklus vibrasi pita suara, terjadinya vibrasi ini yang menimbulkan terbentuknya suara. Vibrasi pita
suara terdiri dari gerakan dasar dan relatif. Gerakan dasar yaitu gerakan mediolateral dari otot vokalis
dan ligamen vokalis. Gerakan relatif yaitu gerakan dari mukosa superfisial terhadap otot vokalis
selama fonasi. Gerakan relatif ini menghasilkan gelombang pada permukaan epitel yang disebut
“traveling wave motion” (Gambar 1). Kelainan yang menimbulkan gangguan vibrasi pita suara,
abnormalitas tonus otot, penutupan pita suara yang tidak komplit, paralisis pita suara, atrofi
pita suara dapat menimbulkan disfonia.

Gambar 1. A. Gerakan dasar; B. Travelling wave motion.

Asal nodul pita suara berhubungan dengan anatomi pita suara yang khas. Nodul dapat
bilateral dan simetris pada pertemuan 1/3 anterior dan 2/3 posterior pita suara. Pada daerah
ini terjadi kerja maksimal yang membebani pita suara, seperti aktivitas berteriak dan
bernyanyi. Lesi biasanya berasal dari trauma pada mukosa pita suara sewaktu vibrasi yang
berlebihan dan dijumpai adanya daerah penebalan mukosa yang terletak pada pita suara.
Selain itu, menurut Benninger nodul dapat bilateral namun seringkali asimetris,
sedangkan menurut Nurbaiti nodul dapat ditemukan unilateral jika pita suara kontralateralnya
terdapat kelumpuhan. Nodul berkembang sebagai penebalan hiperplastik dari epitelium
karena vocal abuse.

Bagian pita suara yang berperan dalam vibrasi hanya 1/3 anterior (bagian
membranosa), karena kartilago aritenoidea terdapat pada 2/3 posterior bukaan glotis (glottic
aperture). Vibrasi yang berkepanjangan atau terlalu dipaksakan dapat menyebabkan kongesti
vaskular setempat dengan edema bagian tengah membranosa pita suara, tempat kontak
tekanan paling besar. Lesi terjadi pada pertemuan 1/3 anterior dan 2/3 posterior dari tepi
bebas pita suara yaitu pada tengah atau pusat dari pita suara yang membraneus karena
daerah ini merupakan pusat dari gerakan vibrasi dari pita suara. Sebagai akibat trauma
mekanis ini akan timbul reaksi radang. Akumulasi cairan pada submukosa akibat vocal abuse
menyebabkan pembengkakan submukosa (terkadang disebut insipien atau nodul awal). Pada
tepi bebas pita suara, terdapat ruang potensial subepitel (Reinke’s Space),yang mudah
diinfiltrasi oleh cairan edema atau darah. Voice abuse yang lama dapat mengakibatkan
hialinisasi Reinke’s space dan penebalan epitelium dasar dan terbentuklah nodul. Karena
nodul merupakan reaksi inflamasi terhadap trauma mekanis, terlihat perubahan inflamasi
yang progresif. Nodul yang baru biasanya lunak dan berwarna merah. Ditutupi oleh epitel
skuamosa dan stroma di bawahnya mengalami edema serta memperlihatkan peningkatan
vaskularisasi, dilatasi pembuluh darah dan pendarahan sehingga menimbulkan nodul polipoid
dalam berbagai tingkat pembentukan. Jika trauma atau penyalahgunaan suara ini berlanjut,
maka nodul menjadi lebih matang dan lebih keras karena mengalami fibrosis dan hialinisasi.
Nodul yang matang seperti pada penyanyi profesional tampak pucat dan fibrotik. Epitel
permukaannya menjadi tebal dan timbul keratosis, akantosis, dan parakeratosis. Nodul yang
fibrotik dan matang jarang ditemukan pada anak-anak dan biasanya ditemukan terlambat.
Perubahan massa mukosa mengurangi kemampuan ketegangan pita suara dan penutupan
glotis yang tidak sempurna.

Dua jenis disfungsi yang berbeda dapat menjelaskan penutupan dorsal glotis yang
tidak memadai selama fonasi yaitu yang pertama disebabkan karena hipotonia pada otot
adduktor, misalnya pada kelelahan vokal akibat penggunaan berlebihan, seperti yang sering
terjadi pada penyanyi profesional. ketidakseimbangan antara tonus otot adductor dan
abductor, yaitu relaksasi otot cricoarytenoid posterior yang tidak mencukupi, misalnya pada
disfonia
ketegangan otot akibat stres, yang juga umum terjadi pada profesional suara.

Nodul ini pada awalnya masih “reversible” artinya bisa pulih kembali jika diperbaiki
cara bicaranya yang salah dengan bantuan bina wicara (speech therapy). Tapi jika nodulnya
sudah lama dan permanen maka diperlukan operasi bedah laring mikroskopis.

Asyari, A., Novialdi, N., Fitri, F., & Azizah, N. (2017). Disfonia akibat polip pita suara. Majalah
Kedokteran Andalas, 40(1), 52. https://doi.org/10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
Latihan suara Bernyanyi Bernyanyi di luar Penggunaan suara berlebih
yang berlebihan terlalu keras kapasitas suara penyanyi pada seorang presenter

Vocal abuse Penggunan

Vibrasi pita suara


berkepanjangan

Trauma mekanis
pita suara

Kongesti vaskular di 1/3


anterior pita suara
(membranosa)

Reinke’s space
terakumulasi cairan

Penebalan hiperplastik
dari epitelium dasar

Edema membranosa
pita suara

Terbentuk nodul pada pertemuan 1/3 anterior


dan 2/3 posterior dari reinke’s space

Adduksi plika vocalis


tidak komplit

Vocal rest DISFONIA Suara serak,

Anda mungkin juga menyukai