SKENARIO 1
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tutorial berjudul “Skenario 1” mata kuliah ilmu Tenggorokan hidung Telinga telah
melalui konsultasi dan disetujui oleh Tutor Pembimbing
Pembimbing
Seorang guru wanita usia 30 tahun dating dengan keluhan suara parau sejak 3 bulan.
Pemeriksaan fisik
TD 120/10
HR 80/mnt
RR 18/mnt
T dbn
Kepala leher (dbn)
Rongga mulut: tampak benjolan di kaki pita suara (monile, kecil)
Thorax dbn
MIND MAPPING
Pemeriksaan penunjang
laringoscopy
Vocal nodul
Penggunakan suara
yang salah
DIAGNOSIS
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu lama, seperti
pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya. Kelainan ini juga disebut "singer's node".
Pada anamnesis Terdapat suara parau, kadang-kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan
terdapat nodul dipita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil, berwarna keputihan.
Predileksi nodul terletak di sepertiga anterior pita suara dan sepertiga medial. Nodul
biasanya bilateral banyak dijumpai pada wanita dewasa muda. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan laring langsung/tak langsung.
Nodul tersebut terjadi akibat trauma pada mukosa pita suara karena pemakaian suara
berlebihan dan dipaksakan. (Soepardi, 2017)
DIAGNOSIS BANDING
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan suara serak yang dirasakan terus menerus dan lebih
dirasakan saat penggunaan suara yang berlebihan. Keluhan kadang disertai rasa lelah bila
berbicara. Pada polip yang ukuran besar bisa menimbulkan batuk iritatif dan bila sangat
besar atau multipel dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas.
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskop dengan
atau tanpa stroboskopi. Polip pita suara bisa tampak berwarna putih keabu-abuan,
transparan, edematous dan bisa juga berwarna kemerahan. Bisa berbentuk bulat, panjang,
irreguler atau polipoid.Predileksinya lebih dari 80% unilateral dan 20% bilateral atau
multipel. Lesi ini biasanya terletak di sepertiga anterior atau sepertiga tengah. (Ade
Asyari, 2017)
Laringitis Kronis
Sering merupakan radang kronis laring disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum
yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis. Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara keras.
Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan kadang-kadang
pada pemeriksaan patologik terdapat metaplase skuamosa.
Pada anamnesis, gejalanya ialah suara parau yang menetap, rasa tersangkit
ditenggorokan, sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret, karena
mukosa yang menebal.
Pada pemeriksaan fisik tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis.
Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan biopsi.
(Soepardi, 2017)
Papiloma Laring
Papiloma laring merupakan tumor jinak yang tampak sebagai kutil yang berbentuk soliter
atau multipel yang dapat tumbuh disepanjang traktus respiratorius terutama laring dan
trakea. Penyakit ini cenderung kambuh sehingga disebut juga recurrent respiratory
papillomatosis dan dapat berubah menjadi ganas
1. Anamnesis
Suara serak merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Pada papilloma yang besar
bisa terjadi stridor sampai sesak nafas.
3. Pemeriksaan
Terbentuknya nodul pita suara karena cara berbicara yang salah (vocal abuse). Yang
disebut cara berbicara yang salah seperti :
a. Terlalu keras
d. Terlalu rendah
e. Ditekan
Patofisiologi
Nodul pita suara disebabkan oleh penggunaan suara yang salah, yaitu bicara yang
terlalu keras, terlalu lama atau terlalu tinggi. Lesi terjadi pada pertemuan 1/3 anterior dan
2/3 posterior dari tepi bebas pita suara yaitu pada tengah atau pusat dari pita suara
yang membraneus karena daerah ini merupakan pusat dari gerakan vibrasi dari pita suara.
Sebagai akibat trauma mekanis ini akan timbul reaksi radang. Kemudian terjadi
perubahan-perubahan yang selanjutnya timbul penebalan. Pengerasan setempat yang
akhirnya membentuk nodu. Nodul ini yang menghalangi kedua pita suara salling merapat
pada waktu fonasi sehinggatimbul gangguan suara parau (Furry, 2014).
Pada awalnya ditandai dengan gejala suara pecah pada nada tinggi dan gagal
dalam mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita serak yang digambarkan
sebagai suara parau, yang timbul pada nada tinggi, terkadang disertai batuk. Nada rendah
terkena belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika nada
dihasilkan. Kelelahan suara atau kesalahan penggunaan suara biasanya terjadi sebelum
suara serak menjadi menetap. Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah
gambaran yang paling umum (Hermani, Bambang & Hartono, 2008)
Lesi ini dapat dibedakan dari pita suara normal karena berwarna keputihan. Lesi
dapat beragam tergantung lamanya penyakit. Nodul akut dapat berupa polypoid, merah
dan edema. Nodul kronis biasanya kecil, pucat, runcing, dan simetris. Nodul biasanya
bilateral dan tampak pada pertemuan sepertiga anterior dan dua pertiga posterior pita
suara, seperti pada gambaran nodul pita suara berikut.
Penatalaksanaan
Kunci dari penatalaksanaan adalah membuat pasien mengerti bahwa
penyalahgunaan suara adalah penyebab dari nodul. Secara keseluruhan terapi dari nodul
pita suara mencakup :
a. Istirahat suara total
Hal ini adalah penting untuk penanggulangan awal. Dengan istirahat
suara, nodul yang kecil dapat dengan sendirinya dan hilang seluruhnya. (Hermani,
Bambang, dkk. 2008) Karena istirahat bersuara merupakan salah satu tekhnik
untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara. (Kadriyan, Hamsu. 2007)
b. Eksisi mikrolaring
Hal ini dilakukan jika nodul fibrotik, nodul besar, dan curiga keganasan.
Nodul yang sudah matur juga bisa diangkat dengan laser CO2, menggunakan
teknik shaving. Menurut Benninger, hal ini dilakukan jika terdapat beberapa
keadaan berikut : (Benninger MS. 2002)
Edukasi
• Tidak boleh berbicara terlalu lama/keras selama satu minggu
• Hindari makanan pedas
• Tidak boleh minum air panas atau dingin
• Hindari paparan asap rokok dan
• Dianjurkan banyak minum
• Mengubah pola suara menjadi pelan dan santai
Komplikasi
Penyebab utama adalah infeksi mikrobakterium atipikal, cat-scartch disease,
toksoplasmosis, limfadenitis kikuchi, sarkoidosis dan penyakit kawasaki. Pada benjolan
yang keras KGB servikal dengan usia tua dan perokok menunjukkan metastasis
keganasan kepala leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenitis
servikal merupakan manifestasi klinis dari limfadenitis tuberkulosa yang paling sering
(63-77% kasus) yang disebut skrofula. Kelainan ini dapat disebabkan oleh mikrobakteri
non tuberkulosa (Fletcher, 2011).
Prognosis
Prognosis dari benjolan ini tergantung dari pengobatan. Pengobatan
limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi
indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah
besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat (Wardhani & Kentjono, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Ade Asyari dkk.2017.Disfonia Akibat Polip Pita Suara volume 40. Lampung : Jurnal Makalah
Kedokteran Andalas, Bagian THTL-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Bella, Furry Anisa. 2014. Nodul Pita Suara. Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok, Kepala Leher : Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Benninger MS. Vocal Cord Nodule in Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head
& Neck Surgery Second Edition. 2002
Hajar, Siti, Saragih, Rahman A. Nodul Pita Suara. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38.
2005
Hermani, Bambang A,. Hartono A. Kelainan Laring. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher edisi keenam. Balai Penerbitan FK UI. Jakarta, 2008.
Iskandar, Nurbaiti. Pemakaian Mikroskop pada Diagnostik dan Bedah Laring dalam Cermin
Dunia Kedokteran Volume 43. Jakarta, 1987.
Soepardi Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT-KL (K), dkk.2017.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27].
Available from: www.uptodate.com.
Wardhani, L. K., & Kentjono, W. A. (2017). Aliran Limafatik Daerah Kepala dan Leher Serta
Aspek Klinisnya, 33–51.