Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL

ILMU TENGGOROKAN, HIDUNG, TELINGA

SKENARIO 1

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

Tutor:

Nur Azizah, dr., SpKJ

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tutorial berjudul “Skenario 1” mata kuliah ilmu Tenggorokan hidung Telinga telah
melalui konsultasi dan disetujui oleh Tutor Pembimbing

Surabaya, 2 Desember 2019

Pembimbing

Nur Azizah, dr., SpKJ


Kelompok Penyusun

Aldillah Esa Fitri (6130016046)

Naila Mafazah (6130016047)

Nafisa Aulia Rahmadini (6130016048)

Fatma Nagri Napstyawati (6130016049)

Misbakhul Munir (6130016050)

Nada Atikah (6130016052)

Mohammad Ilyas Febri P (6130016053)

Fizi Bayu Aji Suwarno P (6130016054)


SKENARIO

Seorang guru wanita usia 30 tahun dating dengan keluhan suara parau sejak 3 bulan.

 Terasa mengganjal di tenggorokan


 Nyeri leher +
 Nyeri tekan –
 Merokok –
 Riwayat penyakit dahulu –
 Demam –
 Bapil-
 Sesak –
 Sejak 3 bulan sulit bicara, suara habis
 Minum2an hangat

Pemeriksaan fisik

 TD 120/10
 HR 80/mnt
 RR 18/mnt
 T dbn
 Kepala leher (dbn)
 Rongga mulut: tampak benjolan di kaki pita suara (monile, kecil)
 Thorax dbn
MIND MAPPING

Wanita 30 tahun RPS :

- Suara parau sejak 3 bulan


Nyeri leher dan - Suara habis
nyeri tekan - Sulit bicara
- Didapatkan benjolan pada pita
suara

Seorang guru Pemeriksaan fisik

Vocal nodul Polip pita suara Papilloma laring Laringitis kronis

Pemeriksaan penunjang
laringoscopy

Vocal nodul

Penggunakan suara
yang salah

Vibrasi pada pita suara

Trauma mekanis menimbulkan


reaksi radang

Terjadi penebalan yang


membentuk nodul

Nodul menghalangi pita suara


(parau)

Terapi Komplikasi Edukasi Prognosis

Farmako Non farmako


LEARNING OBJEKTIF

1) Untuk dapat menjelaskan diagnosis dan diagnose banding


2) Untuk dapat menjelaskan etiologi dan factor risiko diagnosa pasti
3) Untuk dapat menjelaskan patofisiologi diagnosa pasti
4) Untuk dapat menjelaskan manifestasi klinis diagnose pasti
5) Untuk dapat menjelaskan Pemeriksaan penunjang diagnosa pasti
6) Untuk dapat menjelaskan penatalaksanaan dan edukasi diagnosa pasti
7) Untuk dapat menjelaskan komplikasi dan prognosis diagnosa pasti

HASIL BELAJAR MANDIRI

1. Untuk dapat menjelaskan diagnosis dan diagnose banding

DIAGNOSIS

Nodul Pita Suara (Vocal Nodule)

Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu lama, seperti
pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya. Kelainan ini juga disebut "singer's node".

Pada anamnesis Terdapat suara parau, kadang-kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan
terdapat nodul dipita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil, berwarna keputihan.
Predileksi nodul terletak di sepertiga anterior pita suara dan sepertiga medial. Nodul
biasanya bilateral banyak dijumpai pada wanita dewasa muda. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan laring langsung/tak langsung.

Nodul tersebut terjadi akibat trauma pada mukosa pita suara karena pemakaian suara
berlebihan dan dipaksakan. (Soepardi, 2017)

DIAGNOSIS BANDING

Polip Pita Suara

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan suara serak yang dirasakan terus menerus dan lebih
dirasakan saat penggunaan suara yang berlebihan. Keluhan kadang disertai rasa lelah bila
berbicara. Pada polip yang ukuran besar bisa menimbulkan batuk iritatif dan bila sangat
besar atau multipel dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas.
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskop dengan
atau tanpa stroboskopi. Polip pita suara bisa tampak berwarna putih keabu-abuan,
transparan, edematous dan bisa juga berwarna kemerahan. Bisa berbentuk bulat, panjang,
irreguler atau polipoid.Predileksinya lebih dari 80% unilateral dan 20% bilateral atau
multipel. Lesi ini biasanya terletak di sepertiga anterior atau sepertiga tengah. (Ade
Asyari, 2017)

Laringitis Kronis

Sering merupakan radang kronis laring disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum
yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis. Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara keras.

Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan kadang-kadang
pada pemeriksaan patologik terdapat metaplase skuamosa.

Pada anamnesis, gejalanya ialah suara parau yang menetap, rasa tersangkit
ditenggorokan, sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret, karena
mukosa yang menebal.

Pada pemeriksaan fisik tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis.
Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan biopsi.
(Soepardi, 2017)

Papiloma Laring

Papiloma laring merupakan tumor jinak yang tampak sebagai kutil yang berbentuk soliter
atau multipel yang dapat tumbuh disepanjang traktus respiratorius terutama laring dan
trakea. Penyakit ini cenderung kambuh sehingga disebut juga recurrent respiratory
papillomatosis dan dapat berubah menjadi ganas

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

Adanya suara parau sampai afonia.


2. Gejala klinis

Suara serak merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Pada papilloma yang besar
bisa terjadi stridor sampai sesak nafas.

3. Pemeriksaan

• Laringoskopi direk. dan indirek.

• Flexible fibreoptic nasopharyngoscopy.

• Biopsi dan pemeriksaan histopatologi. (Erwi Saswita, 2018)

2. Untuk dapat menjelaskan etiologi dan faktor risiko

Nodul pita suara biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan pemakaian suara


(vocal abuse) dalam waktu lama, berlebihan dan dipaksakan seperti pada seorang guru,
penyanyi, anak-anak dan lain-lain. Faktor-faktor penyebab laringitis kronis sangat
berpengaruh di sini. Tetapi penggunaan suara yang berlebihan secara terus
menerusmerupakan faktor pencetus yang terpenting. Akibatnya lesi paling sering terdapat
pada pemakai suara professional.

Hal-hal lain yang dapat menyebabkan nodul pita suara di antaranya :


sorakan,sering berbicara atau berbicara yang keras, batuk sering dan keras untuk
membersihkantenggorokan, penggunaan suara yang tidak biasa atau kuat selama bermain
atau marah, pengguna nada yang terlalu tinggi. Orang-orang dengan kebiasaan seperti ini
akan menyebabkan cedera pada pita suaranya. Jika hal ini terjadi, pita suara awalnya
akan mengalami penebalan dan menjadi merah. Jika penyalahgunaan suara berlanjut
maka penebalan pada tengah pita suara akan berkembang menjadi sebuauh nodul.

Terbentuknya nodul pita suara karena cara berbicara yang salah (vocal abuse). Yang
disebut cara berbicara yang salah seperti :

a. Terlalu keras

b. Terlalu lama atau banyak bersuara

c. Terlalu tinggi nadanya

d. Terlalu rendah

e. Ditekan

f. Salah cara menyanyi


g. Berteriak

3. Untuk dapat menjelaskan patofisiologi diagnosa pasti

Patofisiologi

Nodul pita suara disebabkan oleh penggunaan suara yang salah, yaitu bicara yang
terlalu keras, terlalu lama atau terlalu tinggi. Lesi terjadi pada pertemuan 1/3 anterior dan
2/3 posterior dari tepi bebas pita suara yaitu pada tengah atau pusat dari pita suara
yang membraneus karena daerah ini merupakan pusat dari gerakan vibrasi dari pita suara.
Sebagai akibat trauma mekanis ini akan timbul reaksi radang. Kemudian terjadi
perubahan-perubahan yang selanjutnya timbul penebalan. Pengerasan setempat yang
akhirnya membentuk nodu. Nodul ini yang menghalangi kedua pita suara salling merapat
pada waktu fonasi sehinggatimbul gangguan suara parau (Furry, 2014).

Pada saat ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis


|
Plika vokalis bergetar
|
Otot" laring memposisikan plika vokalis
|
Kerja otot otot pernapasan
|
Tekanan udara sub glotis meningkat sehingga celah glotis jadi terbuka
|
Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan sub glotis berkurang dan dan plika vokalis kembali ke
posisi adduksi
*plika vokalis pada keadaan radang akan mengalami edema sehingga pada saat adduksi tidak
sempurna masih ada celah
|
Vibrasi yang dihasilkan tidak maksimal
|
Suara parau
4. Untuk dapat menjelaskan manifestasi klinis

Pada awalnya ditandai dengan gejala suara pecah pada nada tinggi dan gagal
dalam mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita serak yang digambarkan
sebagai suara parau, yang timbul pada nada tinggi, terkadang disertai batuk. Nada rendah
terkena belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika nada
dihasilkan. Kelelahan suara atau kesalahan penggunaan suara biasanya terjadi sebelum
suara serak menjadi menetap. Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah
gambaran yang paling umum (Hermani, Bambang & Hartono, 2008)

5. Untuk dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laringoskopi


baik tidak langsung dan langsung. Pada pemeriksaan laringoskopi langsung digunakan
endoskopi seperti laringoskopi serat optic atau video stroboskopi. Laringoskopi dengan
jelas dapat menunjukkan penampakan kecil, tergambar jelas lesi pita suara sebagai
penebalan pita suara berbentuk fusiform.

Lesi ini dapat dibedakan dari pita suara normal karena berwarna keputihan. Lesi
dapat beragam tergantung lamanya penyakit. Nodul akut dapat berupa polypoid, merah
dan edema. Nodul kronis biasanya kecil, pucat, runcing, dan simetris. Nodul biasanya
bilateral dan tampak pada pertemuan sepertiga anterior dan dua pertiga posterior pita
suara, seperti pada gambaran nodul pita suara berikut.

Biopsy akan memastikan nodul tersebut bukanlah suatu keganasan, gambaran


patologiknya ialah epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dan disekitarnya
terdapat jaringan yang mengalami kongesti (furry: 2014).
6. Untuk dapat menjelaskan penatalaksanaan dan edukasi diagnosa pasti

Penatalaksanaan
Kunci dari penatalaksanaan adalah membuat pasien mengerti bahwa
penyalahgunaan suara adalah penyebab dari nodul. Secara keseluruhan terapi dari nodul
pita suara mencakup :
a. Istirahat suara total
Hal ini adalah penting untuk penanggulangan awal. Dengan istirahat
suara, nodul yang kecil dapat dengan sendirinya dan hilang seluruhnya. (Hermani,
Bambang, dkk. 2008) Karena istirahat bersuara merupakan salah satu tekhnik
untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara. (Kadriyan, Hamsu. 2007)
b. Eksisi mikrolaring
Hal ini dilakukan jika nodul fibrotik, nodul besar, dan curiga keganasan.
Nodul yang sudah matur juga bisa diangkat dengan laser CO2, menggunakan
teknik shaving. Menurut Benninger, hal ini dilakukan jika terdapat beberapa
keadaan berikut : (Benninger MS. 2002)

i. nodul pita suara dicurigai terjadi pada anak, ketidakpatuhan


penderita dalam menjalani pemeriksaan,

ii. pada dewasa, jika ekstirpasi/pemngangkatan nodul memang


diinginkan dan jika diagnosis masih samar.
Pasca tindakan penderita harus istirahat suara total, sekurang-kurangnya
seminggu, sebaiknya 2 minggu. (Iskandar, Nurbaiti. 1987) Hajar dan Saragih,
mengharuskan penderita menjalani istirahat suara total selama 10-14 hari dan
sebelum operasi dilakukan, penderita menjalani terapi bicara selama 6 bulan.
(Hajar, Siti. Dkk. 2005)
c. Terapi berbicara
Terapi berbicara pra dan pasca tindakan adalah terapi utama untuk
memperbaiki traumavokal dan untuk mencegah berulangnya kembali setelah
eksisi pembedahan, selain itu untuk mengubah pola berbicara yang lebih santai
dan memperbaiki teknik berbicara yang salah.
Menurut Benninger, terapi bicara harus digunakan sebagai terapi lini pertama dan utama
pada anak-anak dan dewasa. (Benninger MS. 2002)

Edukasi
• Tidak boleh berbicara terlalu lama/keras selama satu minggu
• Hindari makanan pedas
• Tidak boleh minum air panas atau dingin
• Hindari paparan asap rokok dan
• Dianjurkan banyak minum
• Mengubah pola suara menjadi pelan dan santai

7. Untuk dapat menjelaskan komplikasi dan prognosis diagnosa pasti

Komplikasi
Penyebab utama adalah infeksi mikrobakterium atipikal, cat-scartch disease,
toksoplasmosis, limfadenitis kikuchi, sarkoidosis dan penyakit kawasaki. Pada benjolan
yang keras KGB servikal dengan usia tua dan perokok menunjukkan metastasis
keganasan kepala leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenitis
servikal merupakan manifestasi klinis dari limfadenitis tuberkulosa yang paling sering
(63-77% kasus) yang disebut skrofula. Kelainan ini dapat disebabkan oleh mikrobakteri
non tuberkulosa (Fletcher, 2011).

Prognosis
Prognosis dari benjolan ini tergantung dari pengobatan. Pengobatan
limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi
indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah
besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat (Wardhani & Kentjono, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Ade Asyari dkk.2017.Disfonia Akibat Polip Pita Suara volume 40. Lampung : Jurnal Makalah
Kedokteran Andalas, Bagian THTL-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Bella, Furry Anisa. 2014. Nodul Pita Suara. Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok, Kepala Leher : Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Benninger MS. Vocal Cord Nodule in Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head
& Neck Surgery Second Edition. 2002

Erwi Saswita dkk.2018.Diagnosis dan Penatalaksanaan Papiloma Laring Berulang pada


Dewasa. Lampung : jurnal kesehatan andalas

Hajar, Siti, Saragih, Rahman A. Nodul Pita Suara. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38.
2005

Hermani, Bambang A,. Hartono A. Kelainan Laring. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher edisi keenam. Balai Penerbitan FK UI. Jakarta, 2008.

Iskandar, Nurbaiti. Pemakaian Mikroskop pada Diagnostik dan Bedah Laring dalam Cermin
Dunia Kedokteran Volume 43. Jakarta, 1987.

Kadriyan, Hamsu. Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta


Penatalaksanaannya. Majalah Cermin Dunia Kedokteran Volume 34. Grup PT. Kalbe Farma
Tbk. Jakarta, 2007.

Soepardi Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT-KL (K), dkk.2017.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27].
Available from: www.uptodate.com.

Wardhani, L. K., & Kentjono, W. A. (2017). Aliran Limafatik Daerah Kepala dan Leher Serta
Aspek Klinisnya, 33–51.

Anda mungkin juga menyukai