Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, banyak masyarakat hobby menyanyi. Maka dari

itu banyak orang tidak tau batas penggunaa pita suara. Jadi, banyak terjadilah

Nodul Pita Suara. Nodul pita suara adalah pembengkakan pita suara bilateral

dengan ukuran bervariasi yang ditemukan pada bagian tengah membran pita

suara.

Nodul pitasuara biasanya oleh penyalagunaan pemakain suara (vocal

nodul) dalam waktu yang lama, berlebihan dan dipaksakan seperti pada seorang

guru, penyanyi, anak anak dan lain lain.Strategi penanganan nodul pita suara

dilakukan secara konservatif, terapi wicara merupakan terapi paling utama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan nodul pita suara ?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya nodul pita suara ?

3. Bagaimana proses terjadinya nodul pita suara ?

4. Apa saja tanda dan gejala terjadinya nodul pita suara ?

5. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien nodul

pita suara ?

6. Komplikasi apa saja yang timbul karena terjadinya penyakit nodul pita

suara ?

1
7. Bagaimana prognosa yang terjadi pada pasien nodul pita suara ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien nodul pita suara ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan nodul pita suara.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyababkan modul pita suara.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya nodul pita suara.

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala terjadinya nodul pita suara.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien nodul pita suara.

6. Untuk menegathui komplikasi apa saja yang terjadi pada pasien nodul

pita suara.

7. Untuk menegtahui prognosa yang terjadi pada nodul pita suara.

8. Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien

nodul pita suara.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nodul pita suara adalah pembengkakan pita suara bilateral dengan

ukuran bervariasi yang ditemukan pada bagian tengah membran pita suara.

Nodul ini memiliki karakteristik berupa penebalan epitel dengan tingkatan

reaksi inflamasi berbeda pada lapisan superfisial lamina propia.3 Kelainan ini

sering juga disebut dengan “singer’s nodes”, “screamer’s nodes” atau

“teacher’s nodes”.

Pita suara dalam potongan koronal dibagi menjadi cover, transition,

dan body. Bagian coverterdiri dari epitel berlapis gepengdan lapisan superfi

sial lamina propia, yang sering disebut sebagai Reinke’s space. Bagian

transitionadalah ligamen vokal yang dibentukoleh lapisan tengah dan lapisan

dalam lamina propria yang mengandung banyak serat elastin dan kolagen.

Sedangkan bagian bodymerupakan lapisan dalam lamina propia yang

bergabung dengan dasar otot vokalis. Pada nodul pita suara, terjadi

peningkatan massa dan kekakuan pada bagian cover.

2.2 Etiologi

Nodul pitasuara biasanya oleh penyalagunaan pemakain suara (vocal

nodul) dalam waktu yang lama, berlebihan dan dipaksakan seperti pada

seorang guru, penyanyi, anak anak dan lain lain. Faktor faktor penyebab yang

3
sangat berpengaruh disini adalah laringitis. Tetapi penggunaan suara yang

berlebihan secara terus menerus merupakan faktor pencetus yang terpenting.

Akibatnya lesi paling sering terdapat pada pemakai suara professional.

Hal hal lain yang menyebabkan nodul pita suara diantaranya adalah

sorakan, sering berbicara yang keras, batuk sering dan keras untuk

membersihkan untuk membersihkan tenggorokan, penggunaan suara yang

tidak biasa atau kuat selama bermain atau marah, penggunaan nada yang

terlalu tinggi. Orang orang dengan kebiasaan seperti ini akan menyebabkan

cedera pada pita suaranya. Jika hal ini terjadi, pita suara awalnya akan

mengalami penebalan dan menjadi merah. Jika penyalagunaan suara berlanjut

maka penebalan pada pita suara akan berkembang menjadi sebuah nodul.

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita nodul pita suara:

1. Suara terdengar kasar, serak dan pecah

2. Menghilangnya kemampuan bernyanyi nada tinggi dengan halus

3. Menurunnya kemampuan modulasi suara

4. Meningkatnya pengeluaran udara saat berbicara (breathiness) dan suara

parau

5. Pada saat bernyanyi terasa seperti memaksa

6. Pemanasan suara yang lebih lama

7. Peningkatan tegangan otot leher dan masalah tenggorokan.

4
Pada pasien dengan nodul berukuran sedang sampai besar, suara saat

berbicara umumnya lebih rendah daripada biasanya, dalam dan berat (husky),

parau, dan breathy. Sedangkan pasien dengan pembengkakan yang tidak

terlihat sampai sedang biasa bersuara normal. Suara saat berbicara kurang

sensitif dibandingkan dengan suara saat bernyanyi. Pada pasien dengan

pembengkakan yang tak terlihat sampai kecil, terdapat limitasi vokal saat

dilakukan penilaian vokal (seperti diplophonia, tidak dapat bernyanyi nada

tinggi dengan suara yang lembut atau keterlambatan onset bersuara). Dan

juga jika nodul cukup besar, gangguan bernafasa adalah gambaran yang

paling umum.

Pemeriksaan laringoskopi sering menunjukkan penutupan glotis yang

tidak sempurna, dengan bentuk menyerupai jam pasir dan aduksi pada pita

suara palsu saat fonasi. Laringoskopi menunjukkan adanya lesi kecil berbatas

tegas pada pita suara. Lesi-lesi ini dapat dibedakan dari pita suara normal

karena warnanya putih dan umumnya ditemukan pada 2/3 posterior pita

suara. Lesi nodul ini tidak timbul secara unilateral, walaupun ukuran yang

satu dapat lebih besar daripada yang lain. Secara histologi, ditemukan

jaringan fibrotik dengan penebalanepitel dan proliferasi jaringan submukosa.

5
2.4 Patofisiologi

Vocal Abuse Vibrasi Yang Berkepangan

Lesi di pita suara pada bagian 1/3 anterior


dan 2/3 posterior dari tepi batas pita suara

Penebalan pada pita suara Reaksi Radang

Penebalan Mengeras Nodul Pita Suara

Obstruksi Lumen Penurunan penegangan pita suara


Esofagus dan penutupan glotis

Disfagia Progresif
Plika Vocalis Menekan Serabut
Syaraf
Intake Menurun
Suara Parau
Nyeri di
Persepsikan
Penurunan BB Afonia

Gangguan Rasa
Gangguan Hambatan Nyaman Nyeri
Pemenuhan Nutrisi Komunikasi Verbal

Defisiensi
Pengetahuan

Ansietas

6
2.5 Penatalaksanaan

Kunci dari penatalaksanaan adalah membuat pasien mengerti bahwa

penyalagunaan suara adalah penyebab dari nodul. Secara keseluruhan terapi

dari nodul pita suara mencakup

1. Istirahat total

Hal ini aalah penting untuk penanggulangan awal. Dengan istirahat

suara, nodul yang kecil dapat dengan sendirinya akan hilang

seluruhnya. Karena istirahat bersuara merupakan salah satu teknik

untuk mengistirahatkan organ organ pembentukan suara.

2. Eksisi mikrolaring

Hal ini dilakukan jika nodul firotik, nodul besar dan curiga keganasan.

Nodul yang sudah matur juga isa diangkat dengan laser CO2,

menggunakan teknik shaving. Menurut Beginner, hal ini dilakukan jika

terdapat bebrapa keadaan berikut

a. Nodul pita suara dicurigai terjadi pada anak, ketidakpatuhan

penderita dalam menjalani pemeriksaan.

b. Pada dewasa, jika ekstirpasi nodul memang diinginkan dan jika

diagnosis masih samar.

Namun menurut Hajar dan Saragih, pembedahan pada anak tidak

mendapat tempat sebagai penatalaksanaan nodul pita suara. Pasca

tindakan penderita harus istirahat suara total, sekurang kurangnya

seminggu, sebaiknya 2 minggu. Masih dalam rentang tersebut, Hajar

dan Saragih, mengharuskan penderita menjalani istirahat suara total

7
selama 10 sampai 14 hari dan sebelum operasi dilakukan, penderita

menjalani terapi bicara selama 6 bulan.

3. Terapi bericara

Terapi wicara atau berbicara pra dan pasca tindakan adalah utama untuk

memperbaiki trauma vokal dan untuk mencegah berulangnya kembali

setelah eksisi pembedahan, selain itu untuk mengubah pola berbicara

yag lebih santai dan memperbaiki teknik berbicara yang salah. Menurut

Benninger, terapi bicara harus digunakan sebagai terapi lini pertama

dan utama pada anak anak dan dewasa. Dokumentasi dari gambaran

nodul di klinik suara menunjukkan kemajuan terapi dan meningkatkan

kepatuhan terapi biacara.

2.6 Komplikasi

1. Laringitis kronis non spesifik

Kelainan radang kronis sering menganai laring dan menimbulkan

bermacam macam manifestasi klinis. Penyebab pasti belum diketahui,

tetapi mungkin ada salah satu atau lebih penyeaba iritasi laring yang

menetap, seperti penggunaan suara yang berlebihan, bahan yang dihirup

seperti asap rokok dan asap industri, bernapas melalui mulut secara

terus menerus akibat ostruksi hidung mengakibatkan gangguan

kelembaban udara pernapasan dan perubahan mukosa laring.

2. Polio pita suara

suara serak juga merupakan keluhan utamanya, tetapi ini bervariasi,

tergantung besar dan lokasi polip. Perubahan suara berkisar dari tak

8
serak sampai afoni. Bila polip menonjol di antara pita suara, pasien

merasakan ada sesuatu yang mengganggu di tenggorokannya. Bila

polipnya besar dan dapat bergerak mungkin dapat terjadi seperti

serangan tercekik.

3. Papiloma laring

Gejala awal penyakit ini adalah suara serak dan karena sering terjadi

pada anak biasanya disertai dengan tangis yang lemah. Papiloma dapat

membesar kadang kadang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas

yang mengakibatkan sesak dan stridor sehingga memerlukan

trakeostomi.

4. Keratosis laring

Gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah suara serak yang

persisten. sesak nafas dan stridor tidak selalu ditemukan. Selain itu ada

rasa yang mengganjal di tenggorokan, tanpa rasa sakit dan disfagia.

Pada keratosis laring, terjadi penebalan epitel, penambahan lapisan se

dengan gambaran pertandukan pada mukosa laring. tempat yang sering

mengalami petandukan adalah pita suara dan fossa interaritenod.

5. Pachdermia laring

Ini merupakan suatu pembentukan hiperplasia lokal dari epitel pada pita

suara, yang terjadi akibat proses yang kronik. Lesi bersifat ilateral

simetris, dan daerah yang terkena pada posterior pita suara dan

interaritenoid. Gejala yang ditemukan adalah serak yang kronis, rasa

9
kering dan batuk. Masa bilateral pada pita suara dan interaritenoid

dengan benjolan kemerahan.

2.7 Prognosa

Prognosa penatalaksanaan nodul pita suara seluruhnya adalah baik.

Penggunaan yang berlebihan secara berlanjut dari suara akan menyebabkan

lesi ini timbul kembali. Nodul ini dapat dicegah atau disembuhkan dengan

istirahat suara dan dengan mempelajari kegunaan suara dengan tepat. Jika

kebiasaan yang salah dalam bericara tidak diubah maka kesempatan akan

tinggi untuk kambuh kembali.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Trigger Case

Seorang perempuan yang berumur 22 tahun yang berprofesi sebagai

seorang penyanyi datang ke RS dengan keluhan suara kasar, serak, pada saat

bernyanyi seperti memaksa dan tidak mampu mengeluarakan suara dengan

nada tinggi saat bernyanyi, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun.

Dengan hasil pemeriksaan TTV: TD 130/80 mmHg, N 110x/menit, RR

18x/menit, dan S 36,50C, Skala nyeri : 4, BB awal 62 kg dan BB akhir 59 kg.

Dan hasil pemeriksaan penunjang laringoskopi menunjukkan adanya lesi di

pita suara. Dengan diagnosa medis Nodul Pita Suara.

3.2 Asuhan Keperawatan

3.2.1 Pengkajian

1. Indentitas

a. Identitas Pasien

Nama : Ny.D

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Musisi (vokalis/penyanyi)

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

11
Dx.Medis : Nodul Pita Suara

Tanggal MRS : 06-07-2017 pukul 08.00 WIB

Tgl Pengkajian : 06-07-2017 pukul 11.00 WIB

No RM : 11111

Alamat : Perum Japan Raya Sooko Mojokerto

b. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny.T

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Perum Japan Raya Sooko Mojokerto

Hubungan dengan pasien : Ibu pasien

2. Keluhan Utama

Klien mengeluh suaranya parau dan saat bernyanyi suaranya

seperti memaksa.

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS dengan keluhan suara kasar/serak, serta

saat menyanyi suara yang dikeluarkan seperti dipaksakan dan

tidak mampu mengeluarkan suara dengan nada tinggi, nyeri

saat menelan, nafsu makan menurun. Pasien mengalami hal

tersebut semenjak 2 hari yang lalu setelah bernyanyi di suatu

12
acara. Pasien selalu bernyanyi dengan suara tinggi dan

melengking yang menyebabkan suaranya sekarang menjadi

parau.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien seelumnya belum pernah mengalami hal yang sama

seperti yang dialaminya sekarang.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang

dialami pasien saat ini. Dan juga keluarga pasien tidak ada

yang menderita penyakit yang menurun dan menular.

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

GCS : 4-5-6

TTV : TD 130/80 mmHg, N 110x /menit, RR 18x

/menit, dan S 36,50C

Pemeriksaan B1-B6

B1 (Breathing)

Bentuk dada simestris tidak ada lesi/benjolan, RR : 18x/menit,

ronchi (-)/ wheezing (-).

B2 (Bleeding)

TD : 130/80 mmHg, N : 110x/menit, CRT <2dtk

B3 (Brain)

13
GCS 4,5,6 , reaksi cahaya isokor, mukosa bibir anemis, wajah

pucat, lidah kotor

B4 (Bladder)

Urine warna kuning, 3000cc/hari

B5 (bowel)

Suara perut timpani, BU : 20x/menit, intake makan 2x setengah

porsi

B6 (Bone)

Turgor kulit baik, ektremitas atas kanan dan kiri : 5 , ektremitas

bawah kanan dan kiri : 5

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laringoskopi menunjukkan adanya lesi di pita suara.

14
3.2.2 Analisa Data

Data Etiologi Problem

DS : pasien mengeluh Voca abuse Hambatan Komunikasi

suaranya parau/serak.  Verbal

DO : Lesi di pita suara

Pemeriksaan 

laringoskopi Reaksi radang


menunjukkan adanya 
lesi di pita suara. Penebalan pada pita

suara

Nodul pita suara

Plika vocalis

Suara parau

Afonia

Hambatan komunikasi

verbal

DS : Vocal Abuse Gangguan pemenuhan

 kebutuhan nutrisi
pasien mengeluh nafsu

15
makan menurun, tidak
Lesi di pita suara
dapat menelan makanan

DO :
Resksi radang
BB awal : 62 kg

BB akhir : 57 kg
Penebalan pita suara
Mukosa bibir anemis

Nadi :110x/menit
Nodul pita suara
TD: 130/80 mmHg

RR : 18x/menit
Penurunan penutupan
S : 36 C
glotis

Disfagia progresif

Intake menurun

Penurunan BB

Gangguan pemenuhan

keutuhan nutrisi

DS : Vocal Abuse Gangguan rasa nyaman

 nyeri
P : Pasien mengeluh
Lesi dipita suara
nyeri saat menelan

Q : Nyei seperti

16
ditusuk-tusuk Reaksi radang

R : Di tenggorokan 

S:4 Penebalan pita suara

T : Saat menelan 

DO : Nodul pita suara


Laringoskopi 
menunjukkan adanya Menekan serabut syaraf

lesi di pita suara.



Nadi :110x/menit
Nyeri di persepsikan
TD: 130/80 mmHg

RR : 18x/menit
Gangguan rasa nyaman
S : 36 C
nyeri

3.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan

penegangan pita suara ditandai dengan suara parau, suara yang

keluar seperti dipaksakan, dan tidak mampu bernyanyi dengan

nada tinggi.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan obstruksi

lumen esofagus yang ditandai dengan BB menurun dan anoreksia.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya lesi di

pita suara

17
4. Ansietas berhubungan dengan defisieni pengetahuan ditandai

dengan peningkatan frekuensi nadi.

3.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan

No . Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

DX Hasil

1. Setelah melakukan 1. Bina hubungan 1. Untuk mempermudah

tindakan saling percaya dalam melaksanakan

keperawatan selama tindakan keperawatan.

3x24 jam diharapkan 2. Anjurkan pasien 2. Dengan

suara parau tidak untuk mengistirahatkan suara

ada/ hilang, dengan mengistirahatkan maka suara yang parau

kriteria hasil : suara. pelan pelan akan

1.Pasien bisa normal kembali.

berkomunikasi 3. Kolaborasi dengan 3. Untuk mengembalikan

dengan lancar tim medis untuk suara kembali normal.

2. Suara tidak parau terapi wicara

lagi 4. Kolaborasi tim 4. Untuk memepercepat

medis dalam penyembuhan pasien.

pemberian obat.

18
2. Setelah melakukan 1. Bina bubungan 1. Untuk mempermudah

tindakan saling percaya dalam melaksanakan

keperawatan selama dengan pasien tindakan keperawatan.

1x24 jam diharapkan 2. Kontrol pemasukan 2. Untuk memantau

nafsu makan pasien intake nutrisi pada kemauan pasien dalam

meningkat, BB pasien pemenuhan nutrisinya.

meningkat/ normal, 3. Anjurkan untuk 3. Untuk mempermudah

dengan kriteria hasil makan makanan pasien dalam menelan

: BB normal yang bertekstruk suatu makanan.

TTV dalam keadaan lembut

normal 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk menenentukan

Mukosa bibir lembab ahli gizi dalam gizi yang sesuai yang

menentukan menu harus dikonsumsi

makanan yang sesuai pasien dalam

untuk pasien. pemenuhan nutrisinya.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Nodul pita suaara adalah pembengkakan pita suara bilateral dengan

ukuran bervariasi yang ditemukan dibagian tengah membran pita suara,

umumnya terjadi karena penyalagunaan suara (vocal abuse). Dengan cara

penegakan diagnosa dengan melihat berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. pengobatan yang harus

dilakukan adalah, jika pada anak anak nodul bisa hilang hanya dengan terapi

vocal. Pada dewasa, nodul harus diangkat melalui pembedahan. Dan untuk

pencegahannya adalah dengan tidak menyalahgunakan pemakaian suara.

4.2 Saran

Sebagai calon perawat yang profesional setidaknya kita harus tau apa

itu nodul pita suara supaya kita mampu melakukan tindakan keperawatan

yang tepat dalam menangani pasien yang menderita nodul pita suara untuk

dapat mengembalikan suara penderita menjadi normal kembali.

20

Anda mungkin juga menyukai