Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at [1]

13 Januari 2023
Nasihat Luqman al-Hakim

ْ ْ َ َ َ ْ ََ َ ْ ْ َ‫َ َذ‬ ‫ذ‬


Khutbah I
،‫ان‬ َ
‫م‬ ‫ي‬ ‫اإل‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫و‬ ، ِ‫م‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫اإل‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ز‬ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫اَّل‬
ِ ، ِ‫ام‬ ‫ر‬ َ ‫هلل ِذي اجل َ ََلل َواإل ْك‬ ُ ْ
ِ ‫احلَمد‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ذ‬ ‫َع َسيدنَا ُمَ ذ‬ ََ ُ َ ‫َ ذ َ ُ َ ذ‬ ُْ ََُُْ َ ‫ََذ‬
‫اَّلي َعَل ان ُج ْو َم‬ ِ ‫ِ ِن‬ ‫د‬ ‫م‬ ِِ ‫م‬ ‫َل‬ ‫الس‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫الص‬ ‫و‬ ، ‫آن‬ ْ
ِ ‫ونور قلوبنا ِبال‬
‫ر‬ ‫ق‬
َ ْ ْ ْ ْ ُ َُ َ‫ْ َ ُُ ْ ذ‬ َ ْ ََ ََ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
، ِ‫اإلسَلم‬ ِ ِ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫س‬ ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫ش‬ ‫و‬ ِ‫ام‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ر‬
ِ ‫و‬ ‫د‬ ‫ب‬ ، ِ‫ام‬‫ر‬ ‫ك‬
ِ ‫ال‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫اب‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫أ‬‫و‬ ِ‫آ‬
ِ ِ ‫َع‬ ‫ و‬،‫والكوا ِكب ال ِعظام‬
‫ذ‬ َُ َ َ َ ‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َُ ََ َ َْ َُ ََ ْ َ ُ َ ذ‬ ‫ََ ْ َ ُ َ ْ ذ َ ذ‬
‫ وأشهد أن س ِيدنا ممدا‬،ِ ‫َيك ِ وّل م ِثيل‬ ِ ‫وأشهد أن ّل ل إِّل اهلل وحده ّل‬
ْ ‫َ ْ ُ ُ َ َ ُ ُُْ ذ َ َ ذ‬
.‫ب َبع َد ُه‬ ِ ‫اَّلي ّل ن‬ِ ِ‫عبده ورسو‬
َْ ‫َذ‬ َ َْ ََْ ْ ُ ْ ُْ َ ‫َذ َْ ُ َ َ ذ ْم‬
‫ القائِ ِل ِِف‬،‫ان‬ ِ ‫هلل المن‬ ِ ‫ ف ِإِن أو ِصيكم ونف ِِس بِتقوى ا‬،‫ ِعباد الرح ِن‬،‫أما بعد‬
ْ
‫لْشكَ لَ ُظ ْ ٌْل‬ ِْ ِ‫ َوإ ْذ قَا َل لُ ْق َمـ ُن لِبْنهۦ َوه َُو يَع ُظ ُهۥ يَـ ُب َ ََّن ََل ت ُ ْْشكْ بٱ ِ ََّّلل ۖ إ َّن ٱ‬:‫ِكتَابِ ِه ال ُق ْر ِآن‬
ِ ِ
)13 :‫ي (لقمان‬ ‫َعظ م‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini,
khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan
semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam kesempatan khutbah singkat kali ini, khatib akan mengajak
kita semua untuk merenungkan dan mengamalkan apa yang
dinasihatkan oleh seorang bijak bestari yang namanya diabadikan dalam
al-Qur’an, Luqman yang berjuluk al-Hakim, kepada putranya.
Hadirin rahimakumullah,
Luqman adalah seorang laki-laki yang hakim (bijaksana), yakni orang
yang diberikan hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah. Karenanya ia
terkenal dengan nama dan julukan Luqman al-Hakim. Menurut satu
pendapat, ia adalah seorang nabi. Pendapat yang lain menyatakan, ia

1
Oleh: al-faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Mojokerto dan
Pengasuh Majelis Ta’lim NURUL FALAH, Mojokerto. No wa: 081515785373
seorang wali yang shalih. Pendapat yang kedua ini lebih kuat. Nasihat
Luqman al-Hakim kepada putranya diceritakan dalam al-Qur’an. Ia
mengawali nasihatnya dengan memperingatkan putranya dari syirik
(menyembah selain Allah), menjauhinya dan menyebut syirik sebagai
kezaliman yang besar. Allah menceritakan nasihat indah tersebut dalam
firman-Nya:
:‫(لقمان‬ ِْ ِ‫َوإ ْذ قَا َل لُ ْق َمـ ُن لِبْنهۦ َوه َُو يَع ُظ ُهۥ يَـ ُب َ ََّن ََل ت ُ ْْشكْ بٱ ِ ََّّلل ۖ إ َّن ٱ‬
‫لْشكَ ل َ ُظ ْ ٌْل َعظ مي‬
ِ ِ
)13
Maknanya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Hadirin yang berbahagia,
Inilah kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Yang mereka
prioritaskan untuk diajarkan dan disebarkan adalah iman kepada Allah
dan menjauhi syirik. Karena iman dan menjauhi syirik adalah hal
terpenting bagi seorang hamba dan berkaitan dengan kebahagiaan
hakiki dan abadi di akhirat.
Setelah memperingatkan putranya dari syirik, Luqman pun
melanjutkan nasihatnya dengan mengatakan:
‫َص َر ٍة َٱ ْو ِف ٱِ َّلس َمـ َو ت َٱ ْو ِف ٱِ ْ َل ْرض‬
ْ َ ‫يَـ ُب َ ََّن إَّنَّ َا إن ت َُك مثْقَا َل َحبَّة ِم ْن خ َْردَل فَتَ ُكن ِف‬
َ ِ ِِ ِ
)16 :‫َّلل لطيف خَب مي (لقمان‬ ٌ َ َّ ‫يَٱْت ِبَا ٱ َّ َُّلل ۚ إ َّن ٱ‬
Maknanya: “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (perbuatan buruk) seberat
ِ
biji sawi (sekecil apapun), dan berada dalam batu atau di langit atau di
bumi, niscaya Allah mengetahuinya (dan akan memberinya balasan).
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui perkara-perkara yang samar dan
Maha Mengetahui hakikat perkara tersebut.” (QS. Luqman: 16)
Dengan nasihat ini, Luqman memberikan pemahaman kepada
putranya bahwa Allah ta’ala Mahakuasa atas segala sesuatu dan
mengetahui segala sesuatu. Sampai-sampai, seandainya ada suatu
perbuatan buruk seberat biji sawi pun , maka itu tidak menjadikan Allah
lemah sehingga tidak mengetahuinya. Allah ta’ala mengetahuinya dan
akan mendatangkannya (di hari kiamat untuk diberi balasan), di mana
pun keburukan itu berada dan di mana pun keburukan itu dilakukan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita perhatikan. Hal pertama yang Luqman sampaikan
adalah memperingatkan putranya dari syirik dan memberinya sebuah
pelajaran tentang tauhid. Hal ini mengingatkan kita kepada hadits

ْ َ َْ َ َ َ ْ ْ َْ ‫ُ َ َْ َ َ ذ َ َ َْ ُ َْ ٌ َ َ ٌَ َََ ذ‬
sahabat Jundub bin ‘Abdillah yang berkata:
‫ُذ َ َ ذ َ ذ‬
‫اورة فتعلمنا اإليمان قبل أن‬ ِ ‫ز‬ ‫ح‬ ‫ان‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ف‬
ِ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬‫س‬‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫َّل‬‫كنا مع ان ِب ص‬
َ ْ َْ َْ َ َ ْ ُْ َْ‫َََ ذَ ُْ ْ َ ُ ذ ََ ذ‬
)‫نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا بِ ِه ِإيمانا (رواه ابن ماجه‬
“Dahulu kami bersama Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam saat kami
menjelang usia baligh. Kami pun belajar tentang iman sebelum kami belajar
al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an, maka semakin
bertambahlah keimanan kami dengannya.” (HR. Ibnu Majah)
Jadi, perkara iman didahulukan dan diprioritaskan atas seluruh
amal lainnya. Karena amal seseorang tidak akan diterima selama ia tidak
beriman kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:
‫ون ٱِلْ َجنَّ َة َو ََل‬ ِ
َ ُ‫َو َمن ي َ ْع َم ْل م َن ٱ َّلصـل َحـت من َذ َك ٍر َٱ ْو ُٱ َنث َوه َُو ُم ْؤم من فَٱُولَـئ َك ي َ ْد ُخل‬
)124 :‫ون ن َق ريإ (النساء‬ َ ‫ي ُ ْظلَ ُم‬
Maknanya: “Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki
maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke
dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” (Q.S. an-Nisa’: 124)
Saudara-saudara seiman,
Luqman kemudian mengajari putranya tentang furu’ (syari’at
Islam) setelah mengajarinya tentang ushul (aqidah Islam). Ia berkata:
‫يَـ ُب َ ََّن َٱقم ٱِ َّلصلَو َة َو ْٱ ُم ْر بٱ ِلْ َم ْع ُروف َوٱِنْ َه َعن ٱِلْ ُمن َكر َوٱِ ْص ِْب عَ َل َما َٱ َصاب َ َك ۖ إ َّن َذ َِل م ْن‬
ِ ِ
)17 :‫َع ْزم ٱ ْ ُل ُمور (لقمان‬
Maknanya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqman: 17)
Luqman memerintah putranya dalam nasihat ini untuk
melaksanakan kewajiban yang paling penting dan paling utama setelah
iman, yaitu shalat yang merupakan ibadah fardlu dalam syari’at semua
umat terdahulu. Kemudian Luqman menasehati putranya agar senantiasa
melakukan amar makruf dan nahi mungkar (mengajak berbuat baik dan
melarang melakukan kemungkaran). Keduanya adalah dua pilar penting
yang menjadi tonggak terwujudnya masyarakat yang shalih. Yaitu
dengan mengajak menunaikan perkara-perkara fardlu serta wajib dan
yang paling utama adalah iman. Juga dengan melarang melakukan
perkara-perkara mungkar dan yang paling berbahaya adalah kekufuran
dengan segala macamnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Lalu Luqman membimbing putranya agar bersabar karena sabar
dengan segala macamnya adalah cahaya yang menyinari jalan setiap
muslim. Jadi beriman harus disertai dengan sabar untuk tetap terus
berpegang teguh dengannya. Begitu juga amar makruf nahi mungkar
membutuhkan kesabaran untuk dapat melalui rintangan yang
menghadang. Begitu pula seluruh ibadah lainnya.
Setelah itu, Luqman menasihati putranya agar berakhlak mulia. Ia
berkata:
َّ ُ ‫َو ََل ت َُص ِع ْر َخ َّدكَ للنَّاس َو ََل تَ ْمش ِف ٱِ ْ َل ْرض َم َر ًحا ۖ إ َّن ٱِ َّ ََّلل ََل ُُي ُّب‬
‫ُك ُم ْخ َتال فَخُور‬
ِ
)18 :‫(لقمان‬
Maknanya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah
tidak mencintai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS.
Luqman: 18)
Sombong ada dua. Pertama, mengetahui kebenaran lalu
menolaknya karena yang menyampaikannya lebih rendah status
sosialnya, lebih sedikit hartanya, lebih muda usianya dan semacamnya.
Kedua, merendahkan orang lain. Kedua jenis sombong ini termasuk dosa
besar.
Saudaraku seiman,
Marilah kita bersikap rendah hati kepada orang yang lebih tua
ataupun yang lebih muda. Dan marilah kita perlakukan orang lain dengan
cara yang baik. Mari kita simak dengan baik apa yang orang lain
bicarakan kepada kita. Kita dengarkan dengan seksama nasihat yang
disampaikan kepada kita. Janganlah kita melihat kepada diri sendiri
dengan pandangan pengagungan dan memandang orang lain dengan
pandangan penghinaan. Jika kita mendengarkan kebenaran dari
seseorang, maka janganlah kita menolaknya hanya karena ia lebih muda
usianya, lebih minim ilmunya, lebih sedikit hartanya atau lebih rendah
status sosialnya. Sebaliknya, hendaklah kita terima, kita ikuti serta
amalkan perkataannya. Semestinya kita bergembira karena masih ada
seorang muslim yang mau menasehati kita, menghendaki kebaikan dan
mengupayakannya untuk kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ُ َ ‫ُ ذ‬
‫يحة‬ ‫لين ان ِص‬
ِ ‫ا‬
Maknanya: “Agama menganjurkan nasihat (berbuat kebaikan).”
Ditanyakan kepada Nabi: “Bagi siapakah, wahai Rasulullah?” Nabi
menjawab:
َ َ
َ ‫ِلئ ذمة ال ْ ُم ْسلم‬
ْ‫ني َو ََع ذمتهم‬ ُ
ِِ ِِ ِ ِ ‫وِ َو‬
ِ ِ ِ ‫لي ِن ِه و‬ ِ ِ ‫هلل َول ِ َرس‬
ِ
“Kebaikan kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin dan orang-orang biasa (yang bukan pemimpin).” (HR. Muslim)
Ma’syiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari ini. Semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat dan dapat kita amalkan. Amin.
ُ ‫َْ ْ َََ َ ْ َ ذ‬
َ‫اك ْم ب َما فيْه م َن اآلي‬ ْ ُْ ُ ََ ْ ُ َ َ َ
ْ‫ك‬
‫ات‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ي‬ ‫إ‬
ِ ‫و‬ ‫ِن‬ ِ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫و‬ ، ‫م‬ ‫ي‬
ِ ِ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫آن‬
ِ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ِف‬
ِ ‫م‬ ‫بارك اهلل ِِل ول‬
َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ ‫َ ْ َْ ْ َ َ َ ذ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ ذ ُ ُ َ ذ‬
‫ أقول قو ِِل هذا‬،‫ وتقبل ِم ِِن و ِمنكم تَِلوته ِإنه هو الس ِميع الع ِليم‬،‫كي ِم‬ ِ ‫َّلك ِر احل‬
ِ ‫وا‬
‫ إنذ ُه ُه َو الْ َغ ُف ْو ُر ذ‬،‫استَ ْغف ُر ْو ُه‬
ُ.‫الر ِحيْم‬ ْ َ‫ك ْم ف‬ ُ ََ ْ َ ْ َْ َ ُ َْ ْ ََ
ِ ِ ‫وأستغ ِفر اهلل الع ِظيم ِِل ول‬

ََ َ َ َ ْ ُْ ‫ََ َ َُ َ ْ َُ َ ُ ََ َ َ َُذ‬ ُ ْ ْ َ
Khutbah II
ِ‫آ‬
ِ ِ ‫ وَع‬،‫ وأص ِل وأس ِلم َع س ِي ِدنا ممد المصطَف‬،‫هلل وكَف‬ ِ ‫احلَمد‬
َ َ َ ‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َُ ََ ْ َ ُ َ ذ‬ ‫ََ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ ُ َ ْ ذ َ ذ‬
‫ وأشهد أن س ِيدنا‬،ِ ‫َيك‬ ِ ‫ أشهد أن ّل ل إِّل اهلل وحده ّل‬.‫وأصحابِ ِه أه ِل الوفا‬
ُ َ َُ
.ُِ ‫م ذمدا عبْ ُد ُه َو َر ُس ْو‬
ْ‫ِس بتَ ْق َوى اهلل الْ َعل الْ َعظيم‬ ْ َْ َ ْ ُ ْ ُْ َ ْ ُ ْ ُْ َ َ ََ ُ ْ َ ‫َذ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ أو ِصيكم ونف‬،‫ فيا أيها المس ِلمون‬،‫أما بعد‬
ْ‫كريم‬ َ ْ َ ََ َ ‫ذ َ َ ذ‬ ْ َََُ ْ َ َْ ْ َََُ َ ‫َ َُْْ َذ‬
ِ ِ ‫ أمركم بِالصَل ِة والسَلمِ َع ن ِب ِي ِه ال‬،‫واعلموا أن اهلل أمركم بِأمر ع ِظيم‬
ُ َ َ ْ ََ َ ُ َ َ ‫َ َُ ُ َ َ ََ ذ َ َ َ ذ‬ ََ َ ‫ََ َ ذ‬
‫اَّلين آمنوا صلوا علي ِه وس ِلموا‬ ِ ‫ يا أيها‬،‫اهلل َومَلئِكته يصلون َع ان ِ ِب‬ ‫ ِإن‬:‫فقال‬
َ َ ََ َ ْ‫َ َ َُذ َ َ َ ذ‬ ََ َ ‫َ ُ ذ َ ََ َ َ َُذ‬ َْ
‫آل س ِي ِدنا ممد كما صليت َع س ِي ِدنا‬ ِ ‫ اللهم ص ِل َع س ِي ِدنا ممد وَع‬،‫تس ِليما‬
‫َع آل َسيدنَا ُمَ ذمد َكماَ‬ ‫َ َ َْ َْ ََ ْ ََ َ َ َُذ َ ََ‬
‫ارك َع س ِي ِدنا ممد و‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬‫إ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫آل‬ ‫َع‬
‫َْ َْ َ ََ‬
‫إِبرا ِهيم و‬
‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ َْ َْ ْ َْ َ َْ ذ َ َ ٌْ َ ٌ‬ ‫َ َْ َ ََ َ َ َْ َْ َ ََ‬
‫َميْد‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬
‫ِ ِ‬‫ني‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ِ‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ه‬‫ِ‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫ا‬
‫ِ ِ ِ‬ ‫ن‬ ‫د‬
‫ِ‬ ‫ي‬‫س‬ ‫آل‬ ‫َع‬ ‫باركت َع س ِي ِدنا ِإبرا ِهيم و‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ْ َْ َ ُْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ ذ ْ ْ ُْ ْ َْ َ ْ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ات اِلحيا ِء ِمنهم واِلمو ِ‬ ‫ات والمؤ ِم ِنني والمؤ ِمن ِ‬ ‫اللهم اغ ِفر لِلمس ِل ِمني والمس ِلم ِ‬
‫َ‬
‫غ َوالسيُ ْوف‬ ‫ك َر َو ْ َ‬
‫اْل ْ َ‬ ‫ْ َ ْ َ ذ َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ ْ َ َ َ ُْ ْ َ‬
‫امهلل ادفع عنا اْلَلء والغَلء والوباء والفحشاء والمن‬
‫اصة َو ِم ْن‬ ‫الش َدائ َد َوالْم َح َن‪َ ،‬ما َظ َه َر منْ َها َو َما َب َط َن‪ ،‬م ْن بَ َلنَا َه َذا َخ ذ‬ ‫ُْ ْ َ َ َ َ ذ‬
‫المخت ِلفة و‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُْ ْ َْ َ ذ ذ َ ََ ُ َ ْ َ‬
‫َشء ق ِديْ ٌر‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫َع‬ ‫ني‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ان‬ ‫ل‬‫بُ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ُْ ْ َ َْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ذ َ َ ُُ َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ‬
‫وينه َع ِن‬ ‫ان َو ِإيتَا ِء ِذي القرب‬ ‫ِ‬
‫ح َ‬
‫س‬ ‫هلل‪ ،‬إن اهلل يأمر بِالعد ِل واإل‬ ‫ِعباد ا ِ‬
‫اهلل الْ َعظيْمَ‬ ‫اذك ُروا َ‬ ‫َ ُْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ََ ذ ُ ْ َ َ ذ ُ ْ َ َ ُ‬
‫غ‪ ،‬ي ِعظكم لعلكم تذكرون‪ .‬ف‬ ‫اْل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ء‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ش‬
‫َ ْ َ‬
‫الفح‬
‫ِ‬ ‫َ ْ ِ َ ْ ِ‬
‫َّلك ُر اهلل أك َ ُ‬ ‫َ‬ ‫كْ‬ ‫َْ ُْ ُ‬
‫ب‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫يذكر‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur,‬‬
‫‪Tinggal di Dawarblandong, Mojokerto‬‬

Anda mungkin juga menyukai