Anda di halaman 1dari 98

POLA PERILAKU MENABUNG DAN PERILAKU

INVESTASI DI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI


KABUPATEN JEMBER

PATTERNS OF SAVING BEHAVIOR AND INVESTMENT BEHAVIOR IN


URBAN AND RURAL AREAS IN JEMBER REGENCY

TESIS

Oleh :
Muhammad Zidni Ilma
NIM: 190820101015

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
POLA PERILAKU MENABUNG DAN PERILAKU
INVESTASI DI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI
KABUPATEN JEMBER

PATTERNS OF SAVING BEHAVIOR AND INVESTMENT IN URBAN AND


RURAL AREAS IN JEMBER REGENCY

TESIS

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Ekonomi Pada
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jember

Oleh :
Muhammad Zidni Ilma
NIM: 190820101015

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER—
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SURAT PERNYATAAN
Nama : Muhammad Zidni Ilma
Nim : 190820101015
Prodi : Magister manajemen
Konsentrasi : Manajemen Keuangan
Judul : Pola Perilaku Menabung dan Perilaku Investasi di Daerah
Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Jember

Menyatakan dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya bahwa Tesis


yang saya buat adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali apabila dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan milik orang lain. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya


paksaan dan tekanan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan yang saya buat ini tidak benar.

Jember, 20 Februari 2022


Yang menyatakan,

Meterai
Rp 10.000
Muhammad Zidni Ilma
NIM : 190820101015
TANDA PERSETUJUAN

Judul Tesis : POLA PERILAKU MENABUNG DAN PERILAKU


INVESTASI DI DAERAH PERKOTAAN DAN
PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER
Nama Mahasiswa : Muhammad Zidni Ilma
NIM : 190820101015
Prodi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Keuangan
Disetujui Tanggal : 12 April 2022

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Isti Fadah, M.Si Dr. Intan Nurul Awwaliyah


S.E., M.Sc., CRA., CIQnR
NIP: 196610201990022001 NIP: 197605082002122003

Mengetahui,
Ketua Prodi Magister manajemen

Dr. Handriyono, M.Si


NIP: 196208021990021001
JUDUL TESIS

POLA PERILAKU MENABUNG DAN PERILAKU INVESTASI DI


DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Muhammad Zidni Ilma
NIM : 190820101015
Prodi : Magister Manajemen
telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:
17 April 2022
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
memperoleh Gelar Master Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember.
SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua : Dr. Nurhayati, M.M. : ( ............................. )


NIP. 196106071987022001
Sekretaris : Dr. Sumani, M.Si. : ( ............................. )
NIP. 196901142005011002
Anggota : Hadi Paramu, S.E., M.B.A., Ph.D. : ( ............................. )
NIP. 196901201993031002

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
Pas Foto

4x6

Sesuai Ijazah
Prof. Dr. Isti Fadah, M.Si
NIP: 196610201990022001
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk:


- Semua keluarga, kerabat dan teman yang sudah memberikan dukungannya
- Khusus untuk mendiang Ayah yang sudah memberikan nasihatnya dan
dorongannya untuk terus menuntut ilmu yang menjadikan penulis mantap
untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi
- Tenaga pengajar serta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jember yang saya hargai dan hormati
- Teruntuk almamater dan kampus Universitas Jember yang menjadi
kebanggaan
MOTO

“Hargai dan cintai semua makhluk hidup ciptaan Tuhan, jangan pernah
memandang remeh untuk menghina siapapun dan apapun”.
“Sabar, percaya dan jadi diri sendiri”.
“segala hal yang istimewa pasti lah susah dan langka”.
RINGKASAN
SUMMARY
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT,
karena atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Pola
Perilaku Menabung dan Perilaku Investasi Masyarakat Kota dan Desa di
Kabupaten Jember”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program studi Strata Dua (S2) pada Program Studi
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini masih sangat banyak
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan daripada kemampuan penulis,
tetapi berkat pertolongan ALLAH SWT serta dorongan semangat dari semua
pihak, akhirnya penulisan Tesis ini mampu terselesaikan. Dalam penyusunan
Tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
a. Dr. Handriyono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

b. Prof. Dr. Isti Fadah, M.Si. selaku dosen pembimbing dan dekan Fakultas
Ekonomi dan Bidnis Univesitas Jember yang telah banyak memberikan
dorongan semangat, bimbingan, pengarahan saran serta telah meluangkan
waktu sehingga Tesis ini mampu terselesaikan.

c. Dr. Intan Nurul Awwaliyah S.E., M.Sc., CRA., CIQnR. selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan semangat, bimbingan,
pengarahan serta saran sehingga Tesis ini mampu terselesaikan.

d. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Magister Manajemen Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

e. Orang tuaku Alm. Bapak Zainal Abidin dan Ibu Nur Hasanah, serta Bapak
Subhan Prawira dan Ibu Farida Ariani yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi dan dukungan doa selama ini.

f. Istriku tersayang Nyonya Yolanda Reisha dan adik-adikku tercinta Balya,


Tamara serta Acha. Terimakasih atas kasih sayang, dukungan doa, perhatian
dan bantuannya yang telah diberikan untuk penulis selama ini.
g. Seluruh teman-teman Program Studi Magister manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Jember angkatan 2019.

h. Seluruh pihak yang telah banyak membantu memberikan bantuan dan


dorongan semangat yang tidak dapat disebut satu persatu. Terimakasih
sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT selalu memberikan Hidayah dan Rahmat
kepadasemua pihak yang telah membantu dengan ikhlas sehingga Tesis ini dapat
terselesaikan. Penulis sadar akan keterbatasan dan kurang sempurnanya penulisan
Tesis ini, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan
sangat penulis harapkan. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan
tambahan pengetahuan bagi yang membacanya.
Jember, 20 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan yang layak dan sejahtera berhak dimiliki oleh setiap
manusia khususnya pada bidang perekonomian. Manusia merupakan makhluk
ekonomi yang mampu mengatur keadaan perekonomiannya termasuk masalah
keuangan dengan kemampuan berpikir secara rasional maupun irasional untuk
mengambil sebuah keputusan. Kebutuhan sehari-hari, pendidikan, tabungan,
investasi hingga perencanaan masa tua mencakup dari sekian banyak faktor
yang menjadi tujuan kehidupan yang menjamin menuju masa depan yang
sejahtera. Tujuan-tujuan tersebut salah satunya dapat dicapai dengan
pengelolaan keuangan yang baik dan terstruktur. Pengelolaan keuangan
menjadi tanggung jawab masing-masing individu yang diiringi dengan latar
belakang yang berbeda untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
pilihannya. Faktor psikologi, sosial dan ekonomi menjadi unsur dinamika
pengolaan keuangan yang mendasari pengambilan keputusan tersebut yang
kemudian kita sebut sebagai perilaku keuangan.

Dua cabang utama pada bidang keuangan adalah keuangan tradisional


atau juga bisa disebut standard finance dan yang terbaru adalah perilaku
keuangan. Keuangan tradisional dilandaskan oleh aspek rasionalitas dan self-
interests untuk membuat sebuah keputusan, sedangkan perilaku keuangan
menambahkan aspek psikologi yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.

Finance behavior menurut Riiciardi (2000) adalah ilmu yang


didalamnya ada interaksi dari berbagai ilmu disiplin (interdisipliner) dan terus
berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan isolasi.
Finance behavior tumbuh dari berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi,
terdapat keterlibatan emosi, sikap, kesukaan dan berbagai macam hal yang ada
pada diri manusia secara kognitif yang akan melandasi munculnya keputusan.
Pada dasarnya investor akan menggunakan finance behavior sebagai
alternative pengambilan keputusan dalam berinvestasi, karena dapat
memberikan informasi untuk memprediksi bagaimana peluang (opportunity)
berinvestasi, dalam hal ini investor bersikap secara rasional, (Mike Brooks,
2008).

Hilgert et al. (2003) menyatakan bahwa invidu yang dapat bertindak


rasional adalah mereka yang dapat berpikir logis, yang ditunjukkan dengan
aktivitas yang baik dalam perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian
keuangan. Indikator perilaku keuangan yang baik dapat dilihat dari cara atau
sikap seseorang dalam mengatur arus kas masuk dan keluar, pengelolaan
kredit, tabungan dan investasi. Dengan kata lain individu akan
mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan jangka pendek (konsumsi)
dan kebutuhan jangka panjang (investasi).

Menurut Gitman (2002), perilaku keuangan pribadi adalah cara dimana


individu mengelola sumber dana (uang) untuk digunakan sebagai keputusan
penggunaan dana, penentuan sumber dana, serta keputusan untuk perencanaan
pensiun. Nababan dan Sadalia dalam Anis (2015) mengatakan bahwa
financial behavior menjelaskan bagaimana seseorang memperlakukan,
mengelola dan menggunakan sumber keuangan yang dimilikinya. Seseorang
yang memiliki tanggung jawab pada perilaku keuangannya akan
menggunakan uang secara efektif dengan melakukan penganggaran,
menyimpan uang dan mengontrol pengeluaran, melakukan investasi, dan
membayar hutang tepat waktu.

Perilaku keuangan adalah pola dan sikap seseorang yang didasari oleh
faktor psikologis, sosial dan ekonominya sebagai pertimbangan untuk
pengambilan keputusan keadaan keuangannya pada masa sekarang atau masa
yang akan datang. Bidang psikologis digunakan untuk memahami bagaimana
perilaku manusia mempengaruhi tindakan manajemen atau investasi. Seperti
yang juga dikatakan oleh Nofsinger (2001) pada bukunya yang berjudul
Investment Madness dan mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari
bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan
keuangan. Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi
keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Setiap individu
memiliki pola pikir yang berbeda antara satu dengan lainnya yang menjadikan
suatu hasil akhir yang berbeda. Perbedaan itulah yang dapat menjelaskan
bagaimana sebuah keputusan ditentukan.

Kecerdasan kognitif, emosi, sikap, kebiasaan hingga lingkungan dan


peran kerabat terdekat menjadi pengaruh bagi perilaku keuangan individu
untuk pengambilan keputusan baik secara rasional maupun irasional. Perilaku
yang rasional biasanya dilandaskan oleh hal-hal yang dapat kita pahami
dengan normal dan perilaku yang kerap mendatangkan hal-hal yang sifatnya
susah untuk dipahami dan ditebak adalah irasionalitas. Berbicara mengenai
perilaku keuangan akan menjadi suatu pembahasan yang sangat kompleks
karena sifat subjektif perilaku yang begitu dinamis. Subjek yang sama
menghasilkan sesuatu yang berbeda, objek yang sama juga dapat
menghasilkan sesutau yang berbeda sesuai dengan pola yang diambil dari
masing-masing individu dari masing-masing aspek yang melatarbelakanginya.
Bahkan seorang kakak dan adik dari orang tua yang sama akan memiliki pola
perilaku yang berbeda dengan kondisi dan situasi yang sama, baik yang
bersifat rasional maupun irasional.

Perilaku keuangan erat kaitannya dengan pengetahuan atau literasi


keuangan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Secara garis besar,
tanpa pengetahuan yang cukup mengenai dunia keuangan atau produk
keuangan, seoarang individu kecil kemungkinan untuk menggunakan layanan
atau produk keuangan. Contohnya, seseorang pengusaha baju mempunyai
pendapatan yang boleh dibilang cukup besar, selama ini dia hanya meletakkan
pendapatannya di lemari rumahnya saja. Individu tersebut memiliki
pandangan lain tentang dunia perbankan maupun layanan keuangan, sehingga
tidak memiliki keinginan untuk terjun pada aktifitas tersebut. Padahal, secara
logika menempatkan tabungan di Bank akan dirasa lebih aman dan
menguntungkan dan bisa saja digunakan untuk investasi di pasar keuangan
seperti obligasi dan saham atau jenis produk lainnya. Individu tersebut
diketahui memiliki pengetahuan tentang produk keuangan yang minim dan
memiliki tingkat kepercayaan yang sangat rendah tentang layanan keuangan
sehingga membuat pola pikirnya terlalu konservatif tentang dunia keuangan.

Literatur literasi keuangan telah menghubungkan pengetahuan


keuangan dengan beberapa indikator perilaku keuangan. Misalnya, mereka
yang kurang melek finansial ternyata lebih kecil kemungkinannya untuk
merencanakan dana pensiun (Lusardi dan Mitchell 2007, 2008, 2009, 2011,
2011), lebih kecil kemungkinannya untuk mengumpulkan kekayaan (Stango
dan Zinman, 2009). Setiawati dan Nurkhin (2016) menyatakan tentang
dimensi konstruk literasi keuangan bahwa literasi keuangan dibangun atas
dimensi pengetahuan keuangan, kesadaran keuangan, sikap keuangan dan
perilaku keuangan.

Individu yang melakukan sebuah analisa terlebih dahulu sebelum


mengambil keputusan cenderung akan memiliki perilaku keuangan yang lebih
baik, seperti pengelolaan pendapatan untuk menabung atau perilaku konsumsi
sehari-hari yang tidak berlebihan. Pada sisi yang lainnya ada juga individu
yang mementingkan produk tabungan atau investasi untuk menghadapi situasi
tak terduga atau jaminan hidup di masa yang akan datang. Individu yang
merasa tabungan atau investasi adalah hal penting, tidak akan mengkonsumsi
barang yang dirasa kurang penting, individu tersebut cenderung akan
mengalokasikan dananya pada instrumen tabungan atau investasi untuk masa
depan yang sejahtera.

Dari hasil survei OJK pada tahun 2019 menyatakan bahwa hanya
36,02% masyarakat memiliki kemampuan menghitung bunga, hasil investasi,
angsuran, inflasi, denda dan biaya penggunaan produk, dari survei tersebut
juga ditemukan hasil yang cukup berbeda antara penryataan awal dengan hasil
jawaban responden. Seperti, terdapat 10,98% yang menyatakan dapat
menghitung nilai mata uang/inflasi, tetapi ternyata yang dapat memberikan
jawaban benar terkait konsep inflasi adalah 35,28%. Artinya disini adalah
masyarakat masih bingung dengan beberapa istilah atau bahasa keuangan yang
ada, namun mereka paham dengan sistem atau perhitungan di dunia keuangan.

Literasi dan inklusi keuangan memiliki peranan yang dirasa cukup


signifikan terhadap kesejahteraan dan kesehatan keuangan di masa depan. Jika
individu memiliki akses dan informasi yang sempurna tentang tabungan dan
alternatif investasi, kemungkinan individu untuk mengalokasikan
pendapatannya sekecil apapun akan dirasa sangat mudah dbandingkan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang dirasa kurang perlu, apa lagi dengan
sistem investasi yang ada pada saat ini, sungguh sangat memudahkan bagi
siapa saja yang ingin berinvestasi.

Beberapa studi mengungkapkan beberapa fakta menarik tentang


perilaku keuangan. Salah satunya adalah studi yang dilakukan oleh platform
aggregator produk keuangan, yakni GoBear pada tahun 2019 dengan hasil
survei teranyar yang bertajuk GoBear Financial Health Index (FHI). Hasil
studinya mengungkapkan bahwa pada usia 35 tahun, orang Indonesia bahkan
belum memulai perencanaan keuangan dan pada usia 41 tahun baru memulai
perencanaan keuangan terkait pensiun. Orang Indonesia juga merasa aman
secara keuangan (nilai 7,5 dari skala 1-10), tetapi hanya 47 persen dari mereka
yang memiliki tabungan untuk mencukupi kebutuhan hidup lebih dari 6 bulan
bila mereka kehilangan sumber pendapatannya (sumber dari website
infokomputer.com).

Faktor demografi seperti usia atau jenis kelamin juga menjadi faktor
yang cenderung mempengaruhi perilaku ekonomi. Individu yang berusia lebih
dewasa atau sudah berkeluarga memiliki kesadaran untuk menabung atau
investasi yang lebih tinggi dibandingkan individu yang berusia muda atau
remaja. Hal itu dikarenakan pada usia tersebut belum memiliki rasa tanggung
jawab maupun perencanaan yang matang untuk masa depan, sedangkan pada
usia yang lebih dewasa dituntut untuk merencanakan masa depan atau pensiun
bagi diri sendiri maupun keluarganya, dan menginjak pada usia tua biasanya
tigkat kesadaran untuk menabung atau investasi mulai tergerus. Hal tersebut
dikarenakan pada usia tua, seseorang ingin menikmati hasil dari menabung
dan investasi yang sudah mereka kumpulkan.

Seiring bertambahnya usia, tingkat kesadaran untuk memiliki hidup


yang bahagia dan sejahtera juga menjadi bertambah. Namun itu semua
tergantung dari pola perilaku dan sikap individu masing-masing dalam
pengelolaan keuangannya. semua manusia menginginkan kesejahteraan,
namun banyak faktor seperti keadaan dan situasi ekonomi, sikap, emosi,
tingkat pendidikan dan faktor-faktor lainnya yang dapat membedakan hasil
akhir untuk mencapai titik tersebut.

Terkait dengan penelitian berdasarkan faktor-faktor yang dikemukakan


oleh Fünfgeld dan Wang (2009), sosiodemografis memegang pengaruh
penting terhadap perilaku keuangan individu. Variabel sosiodemografis yang
berpengaruh antara lain, usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Pada usia
yang lebih dewasa, individu akan lebih cenderung menunjukkan sikap sering
menabung dan tidak free spending. Perilaku menabung rumah tangga selalu
berubah dan ditentukan oleh banyak faktor seperti pendapatan, pendidikan,
budaya, inflasi, pekerjaan dan tingkat kesadaran dan pengaruh faktor-faktor
tersebut sangat berbeda dari perkotaan ke pedesaan (Umesha, 2019). Hampir
semua negara, individu berusia 60 tahun keatas menabung pada tingkat yang
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda. Untuk
kelompok usia yang berpenghasilan lebih rendah, rasio perempuan dan laki-
laki, status perkawinan secara signifikan mempengaruhi tingkat tabungan
(Rehman, Bashir & Faridi, 2010).

Menurut Odoemenem et al (2013), temuan menunjukkan bahwa dari


faktor demografi, jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tabungan,
tetapi jumlah tanggungan, usia, dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tabungan. tabungan rendah untuk kelompok yang lebih
muda, tinggi untuk kelompok usia menengah, dan sekali lagi rendah di antara
kelompok usia tua (Ashok Kumar, et al, 1985). Berdasarkan temuan Achar
(2012), karakteristik individu responden seperti usia, jenis kelamin, status
perkawinan, dan gaya hidup menentukan perilaku menabung dan investasi.

Seorang pengusaha sukses dengan pendidikan tinggi yang telah


menikmati segala macam kemewahan dalam hidupnya. Memiliki rumah di
lingkungan kalangan atas, mobil mewah dengan segala pernak-pernik
kehidupan flamboyannya bisa kehilangan itu semua akibat perilaku
keuangannya yang buruk. Richard Fuscone adalah eksekutif Merril Lynch
lulusan Harvard bergelar MBA, berkarir begitu sukses di bidang keuangan
sehingga bisa pensiun muda pada umur 40-an untuk menjadikannya sebagai
filantropis. Segala kekayaan yang dimilikinya buyar sekitar pertengahan 2000-
an, dia meminjam terlalu banyak uang untuk memperluas aset pribadinya.
Kemudian krisis keuangan 2008 melanda, utang besar dan aset tak likuid
membuatnya bangkrut hingga tak mempunyai pendapatan.
Berbeda denga Ronald Read, seorang filantropis, investor, petugas
kebersihan dan penjaga pom bensin. Pekerjan sehari-harinya sangat sederhana,
dia menyapu lantai dan memperbaiki mobil di pom bensin tempatnya bekerja.
Setelah dia meninggal pada usia 92 tahun, berita internasional digemparkan
dengan sosoknya. Bukan karena kasus atau skandal semasa dia hidup, namun
karena pada tahun dia meninggal yaitu 2014 memiliki harta sebanyak 8 juta
Dollar Amerika. 2 juta untuk anak-anak tirinya dan 6 juta lebih kepada rumah
sakit dan perpustakaan setempat. Mereka yang mengenal Read pasti dibuat
terkejut dengan beritanya, tidak ada kemenangan lotre ataupun warisan yang
dia data, satu hal sederhana yang secara konsisten dia lakukan adalah
menabung berapa pun yang bisa dia tabung dan menginvestasikannya di
saham blue chip. Dia menunggu sampai puluhan tahun, berawal dari tabungan
kecil menjadi pendapatan bernilai 8 juta Dollar Amerika, (Housel, 2020: xv).

Perbedaan sifat dasar antara keduanya adalah, Ronald Read sabar dan
Richard Fuscone tamak. Perbedaan besar pendidikan dan pengalaman
keduanya tak berpengaruh. Bagaimana sebuah sifat dasar manusia bisa
merubah perilaku keuangan yang mengarahkan kepada kesejahteraan atau
menuntun kepada kebangkrutan.

Individu yang memiliki tingkat literasi lebih tinggi cenderung lebih


mengerti kondisi keuangan yang sedang terjadi sehingga memungkinkan
menjalani aktifitas keuangan yang lebih bijak dan sehat. Namun hal tersebut
tidak menjadi kepastian bahwa individu yang memiliki tingkat literasi
keuangan yang tinggi lebih baik dari pada yang memiliki tingkat literasi yang
rendah. Begitupun dengan sosiodemografi, belum tentu individu yang
memiliki pendidikan tinggi atau individu yang berada di lingkungan orang
kaya lebih baik perilaku keuangnnya dari pada individu yang memiliki
pendidikan biasa-biasa saja atau individu yang memiliki lingkungan keluarga
yang sederhana.
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan
diatas, peneliti ingin mengulas kembali tentang perilaku keuangan individu
yang dipengaruhi oleh literasi keuangan dan sosiodemografis. Penelitian ini
menarik untuk dikaji guna memberikan dimensi fenomena perilaku keuangan
khususnya perilaku keuangan menabung dan perilaku investasi yang banyak
dibahas atau dijadikan bahan penelitian. Perilaku menabung dan perilaku
investasi merupakan beberapa bagian dari perilaku keuangan yang menjadi
aktifitas utama dalam pengelolaan keuangan. Melakukan aktifitas menabung
atau investasi merupakan tujuan dari masing-masing individu untuk menuju
kesejahteraan secara ekonomi dan masa tua yang bahagia.

Peneliti ingin mengkaji perilaku keuangan lebih spesifik dan


mendalam sesuai dengan fenomena yang memang sedang membutuhkan
perhatian lebih pada saat ini yakni perilaku menabung dan perilaku investasi
rumah tangga yang tinggal di lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Masih
terdapat ketimpangan literasi dan inklusi keuangan di daerah-daerah Indonesia
khususnya antara penduduk kota dan desa yang membuat perilaku keuangan
penduduk kota dan desa berbeda. Aktifitas menabung, investasi, pengelolaan
keuangan hingga perencanaan dana pensiun merupakan beberapa indikator
penting perilaku keuangan yang menunujukkan kesehatan keadaan keuangan
individu. Maka dari itu, demi terciptanya perilaku keuangan yang baik, literasi
keuangan yang merupakan salah satu faktor penting dari perilaku keuangan
harus ditingkatkan, begitu juga dengan faktor sosiodemogrfis yang berperan
dalam menentukan baik dan buruknya perilaku keuangan seseorang. Peran
kementerian dan lembaga terkait serta industri jasa keuangan diperlukan untuk
meningkatkan literasi keuangan dan perilaku keuangan masyarakat Indonesia.

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu


pemerintah dan lembaga keuangan untuk memetakan masalah-masalah yang
mendesak tentang dunia keuangan baik dari segi individu, organisasi maupun
pasar. Memberikan solusi, edukasi dan kebijakan kepada masyarakat
mengenai dunia keuangan baik untuk konsumsi, tabungan, investasi dan
produk keuangan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia secara merata baik yang tinggal di
wilayah kota maupun pelosok desa.

1.2. Fokus Penelitian

Objek permasalahan pada penelitian ini adalah perilaku keuangan


individu di daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Jember. Perilaku
keuangan yang akan dikaji adalah perilaku menabung dan perilaku investasi di
Kabupaten Jember yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Peneliti
mencoba untuk menjelaskan landasan pengambilan keputusan dan bagaimana
pola yang dipilih yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan untuk
menabung dan investasi melalui sisi sosiodemografis dan literasi
keuangannya. Penelitian ini fokus pada pola perilaku menabung dan perilaku
investasi individu di daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Jember.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah di latar belakang, pokok


permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana literasi keuangan individu yang tinggal di daerah perkotaan?


b. Bagaimana literasi keuangan individu yang tinggal di daerah pedesaan?
c. Bagaimana pola perilaku menabung individu yang tinggal di daerah
perkotaan?
d. Bagaimana pola perilaku investasi individu yang tinggal di daerah
perkotaan?
e. Bagaimana pola perilaku menabung individu yang tinggal di daerah
pedesaan?
f. Bagaimana pola perilaku investasi individu yang tinggal di daerah
pedesaan?

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang
ingin dicapai oleh peneliti adalah:

a. Mendeskripsikan literasi individu yang tinggal di daerah perkotaan?


b. Mendeskripsikan literasi keuangan individu yang tinggal di daerah
pedesaan?
c. Mendeskripsikan pola perilaku menabung individu yang tinggal di daerah
perkotaan?
d. Mendeskripsikan pola perilaku investasi individu yang tinggal di daerah
perkotaan?
e. Mendeskripsikan pola perilaku menabung individu yang tinggal di daerah
pedesaan?
f. Mendeskripsikan pola perilaku investasi individu yang tinggal di daerah
pedesaan?

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat ke
berbagai pihak, yakni untuk lembaga atau otoritas terkait baik dari lembaga
jasa keuangan, untuk pemerintah daerah setempat dan juga untuk akademisi.
a. Lembaga Jasa Keuangan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu lembaga terkait untuk pemetaan
dan identifikasi masalah masyarakat tentang keuangan untuk membantu
program atau kegiatan yang akan dilakukan.
b. Pemerintah Daerah Kabupaten Jember
Menjadi masukan bagi Instansi pemerintah Jember untuk meningkatkan
literasi keuangan, perilaku menabung dan perilaku investasi masyarakat
Jember baik yang di perkotaan maupun pedesaan.
c. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan kajian empiris
berikutnya tentang perilaku keuangan.

1.6. Keunggulan

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang


berfokus pada kuantitas hasil penelitian. Peneliti memiliki pandangan bahwa
peneltian mengenai perilaku lebih baik dan mampu menjelaskan jika
menggunakan metode kualitatif. Psikologi, emosi dan sikap hanya bisa
dijabarkan atau dideskripsikan dalam bentuk teks atau narasi, bukan berbentuk
numerik atau nilai, sehingga hasil penelitian nanti mampu menjelaskan secara
terperinci mengenai perilaku individu.

1.7. Keterbatasan
Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah hanya menggunakan
satu dimensi perilaku keuangan dari tiga dimensi, yaitu dimensi saving dan
investment saja. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti sebagai
mahasiswa tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan dimensi perilaku
keuangan. jadi penelitian ini hanya mengkaji perilaku menabung dan investasi
saja bukan perilaku keuangan seuttuhnya yang juga terdapat dimensi
konsumsi dan aliran kas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis


2.1.1. Perilaku Keuangan

Perilaku keuangan adalah subyek interdisipliner berdasarkan tema,


teori dan metode penelitian dari berbagai bidang pengambilan keputusan,
seperti psikologi, perilaku akuntansi, ekonomi dan ilmu saraf. Pada awal
1980-an, para peneliti mulai memadukan ide-ide penelitian dan
metodologipsikologi dengan teori investasi dan keuangan teetentu
(Ricciardi, 2006). Perilaku keuangan berfokus pada faktor kognitif dan
pengaruh emosional selama proses penilaian dan pengambilan keputusan
baik individu, kelompok, organisasi dan pasar. Ketika individu membuat
penilaian, mereka harus mengembangkan, mengevaluasi dan memilih
diantara serangkaian pilihan dimana keputusan akhir didasarkan pada
tingkat resiko dan ketidakpastian (Kent, Greg, Ricciardi, 2017).

Perilaku keuangan yaitu mempelajari bagaimana manusia secara


aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan (financial setting).
Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan
keuangan, perusahaan dan pasar keuangan (Nofsinger, 2001).

Perilaku keuangan (financial behavior) mencoba menjelaskan dan


meningkatkan pemahaman tentang pola penalaran seseorang, termasuk
proses emosional yang terlibat dan sejauh mana mereka mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya, financial behavior
mencoba menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana keuangan dan
investasi dari perspektif manusia. Financial behavior mengandung unsur
psikologi dimana sisi psikologi dapat mempengaruhi manusia dalam
pengambilan keputusan keuangan yang tepat (Ricciardi, 2000).
Pengelolaan keuangan berkaitan dengan tanggung jawab dalam
keuangan individu meliputi perencanaan, penganggaran dan pengelolaan
keuangan. Pengelolaan keuangan sangat penting untuk kehidupan sehari-
hari sebagai pengambilan keputusan dalam keuangan, pemanfaatan
keuangan, dan untuk pencapai tujuan yang diinginkan (Ida dan Dwinta,
2010).

Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku


ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus dibuat. Perilaku
keuangan juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang didasarkan atas
ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan
penyimpanan kognitif mempengaruhi perilaku investor. Di tengah
perkembangan ekonomi global saat ini, setiap individu harus dapat
menjadi konsumen yang cerdas untuk dapat mengelola keuangan
pribadinya dengan cara membangun “melek finansial” yang mengarah
pada perilaku keuangan yang sehat. Kendali diri merupakan perilaku
keuangan yang sangat bermanfaat bila dipahami dan dapat diterapkan di
kehidupan sehari-hari (Lubis, et al., 2013).

Perilaku keuangan yang baik digambarkan dengan memiliki


perilaku yang efektif seperti menyiapkan catatan keuangan, dokumentasi
pada arus kas, perencanaan biaya, membayar tagihan listrik,
mengendalikan penggunaan kartu kredit, serta merencanakan tabungan
(Zaimah, et al., 2010). Perilaku keuangan berasal dari ekonomi neoklasik.
Homo economicus adalah model perilaku ekonomi manusia yang
sederhana mengasumsikan bahwa prinsip-prinsip kepentingan pribadi
sempurna, rasionalitas yang sempurna, dan informasi yang sempurna
mengatur keputusan ekonomi individu (Pompian, 2010). Menurut Dew
dan Xiao (2011), financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan,
yaitu:
a. Consumption/Konsumsi adalah pengeluaran atas berbagai barang dan
jasa. Financial Behavior seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia
melakukan kegiatan konsumsinya seperti apa yang dibeli seseorang
dan mengapa dia membelinya (Ida dan Dwinta, 2010).
b. Cash-flow management/Arus kas adalah indikator utama dari
kesehatan keuangan yaitu ukuran kemampuan seseorang untuk
membayar segala biaya yang dimilikinya, manajemen arus kas yang
baik adalah tindakan penyeimbangan, masukan uang tunai dan
pengeluaran. Cash flow management dapat diukur dari apakah
seseorang membayar tagihan tepat waktu, memperhatikan catatan atau
bukti dan membuat anggaran keuangan dan perencanaan masa depan
(Hilgert dan Hogart, 2003).
c. Saving and Investment/Tabungan dan Investasi dapat didefinisikan
sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode
tertentu. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
depan, maka uang harus disimpan untuk mengantisipasi kejadian yang
tidak terduga. Investasi yaitu mengalokasikan atau menanamkan
sumber dana saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa
mendatang (Henry, 2009).

2.1.2. Perilaku Menabung

Perilaku menabung merupakan kesadaran setiap individu terhadap


keuangannya. Menabung memiliki kaitan dengan kebutuhan hidup sehari-
hari. Perilaku menabung dalam pertumbuhan ekonomi pun sangat penting.
Menurut teori (Harrod-Domar, 2006), Cara mengindikasi aktivitas
perekonomian berjalan baik atau tidak, dapat dilihat dari tingkat tabungan
dan investasi. Tabungan adalah sisa pendapatan setelah dikurangi
konsumsi selama periode waktu tertentu (Sirine dan Utami, 2016).
Menabung merupakan salah satu cara untuk mengontrol keuangan
seseorang dalam kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang menabung dapat
juga memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Banyak
masyarakat Indonesia berpendapat, kebiasaan menabung hanya berlaku
bagi individu, apabila individu tersebut memiliki sisa uang atau menabung
harus dalam jumlah yang besar (Rendra, 2012). Hal ini merupakan pola
pikir yang kurang tepat mengenai perilaku menabung seseorang. Maka
Pemerintah memiliki sebuah program untuk mendorong masyarakat
gencar dalam menabung yang dinamakan edukasi keuangan dan kampanye
Gerakan Ayo menabung. Program tersebut tercantum dalam pelaksanaan
Peraturan Presiden (Perpes) No.82 Tahun 2016 tentang strategi nasional
keuangan inklusif. Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memiliki perilaku menabung. Perilaku menabung perlu ditanamkan pada
setiap pribadi invidu. Setiap pribadi individu memiliki sudut pandang yang
berbeda-beda mengenai perilaku menabung. Hal tersebut dipengaruhi oleh
berbagai hal. (Nidar dan Bestari, 2012) berpendapat bahwa perilaku
menabung dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu financial literasi, sikap,
dan niat.

Menurut Gadinasyirin (2014) perilaku menabung merupakan suatu


sikap yang positif, dimana didalamnya tersimpan makna yang luar biasa
yaitu sikap untuk menahan diri dan jujur. Menurut Werneryd (1999) dalam
bukunya yang berjudul The Psychology of Saving: A Study on Economic
Psychology menyatakan bahwa perilaku menabung adalah suatu
pengaturan dimana suatu konsumsi ditunda demi keamanan di kehidupan
mendatang. Perilaku menabung sendiri mensyaratkan seseorang untuk bisa
disiplin dalam hal mengatur keuangan demi terpenuhi kebutuhan di masa
depan. Menurut Wahan (2014) perilaku menabung merupakan suatu
keputusan dari seseorang apakah akan memilih untuk melakukan kegiatan
menabung atau tidak.

2.1.3. Perilaku Investasi

Investasi (investment) dan menabung (saving) merupakan dua


konsep yang saling berkaitan. Menabung merupakan tahapan awal dari
proses melakukan investasi, di mana seseorang tidak mengkonsumsi
pendapatannya saat ini dan dialokasikan dalam bentuk kas atau yang lain
untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Dalam kurun wktu
tertentu, jumlah tabungan yang biasanya dalam bentuk uang akan
dikonversikan ke dalam suatu jenis investasi, dapat berupa aset keuangan
atau aset riil (Widayat, 2010). Lebih jauh, Reilly & Brown (1997)
mengemukakan bahwa dalam kehidupan manusia akan selalu dihadapkan
pada persoalan menerima dan mengeluarkan uang/pendapatan.

Perilaku investasi didasarkan pada ketidakpastian tentang masa


depan dan beresiko. Kecenderungan resiko, preferensi resiko dan sikap
adalah konsep dan penjelasan utama dari perilaku investasi (W. Fred van
Raaij, 2016). Peran perilaku investasi sangat penting dalam menentukan
kinerja pasar keuangan. Tiga faktor dipertimbangkan dalam perilaku
investasi, yaitu persepsi resiko, kepuasan dan tingkat profitabilitas
(Nguyen et al., 2020). Kepuasan sebagai perilaku investasi membawa
elemen dan persepsi yang lebih positif mengenai toleransi resiko
keuangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor manapun bersedia
menerima jumlah votalitas yang maksimal. Penilaian resiko adalah bagian
wajib dari praktik perilaku investasi dan kemampuan investor untuk
menangani resiko dan kepuasan dapat dikaitkan dengan faktor demografis
(Susha, 2017; Umar et al., 2021).
Perilaku investasi bervariasi antara tingkat pengetahuan, generasi,
dan antara berbagai belahan dunia. Individu berbeda dalam alasan mereka
untuk berinvestasi, bagaimana mereka berinvestasi, harapan dan
bagaimana mereka memperoleh informasi atau saran tentang investasi
(Norrestad, 2021). Perilaku investasi mengeksplorasi hubungan antara
faktor demografi yang bersaing, kesadaran pribadi dan sikap yang
dirasakan terhadap resiko dalam membentuk perilaku investor individu di
pasar saham (Sarkar & Sahu, 2018).

2.1.4. Multiple Process Theory

Multiple Process Theory mengungkapkan bahwa proses


pengambilan keputusan dipengaruhi oleh intuisi dan proses kognitif (Asri,
2013; Mugo, 2016). Teori ini telah banyak diteliti di bidang perilaku
keuangan. Teori ini mengungkapkan bahwa faktor bias, framing dan
heuristik dipengaruhi oleh sistem (Alós-Ferrer dan Hügelschäfer 2012;
Asri, 2013). Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa kedua sistem
cocok untuk perbaikan dan intervensi dalam pengambilan keputusan
(Reyna, 2004). Crusius, Horen, dan Mussweiler (2012) berpendapat bahwa
kebutuhan muncul ketika seseorang mengevaluasi dan menganalisis aspek
ekonomi atau keuangan. Godek dan Murray (2008) menganalisis peran
mode pemrosesan rasional dan pengalaman pada kesediaan untuk
membayar. Teori proses ganda berguna dalam menjelaskan apakah
keputusan investasi didasarkan pada pemikiran intuitif.

2.1.5. Dual Process Theory

Dual-Procces Theory (DPT) merupakan suatu teori dalam


psikologi kognitif yang menyatakan bahwa proses berpikir secara umum
dibagi menjadi dua mode yang berbeda, yang disebut dengan sistem 1
(intuitif) dan sistem 2 (analitis), (Evans ,2003). Sistem 1 merupakan suatu
proses berpikir yang memproses informasi secara cepat, otomatis, dan di
bawah alam sadar (hanya hasil pemikiran akhir yang dinyatakan dalam
keadaan sadar, sedangkan sistem 2 merupakan proses berpikir yang
cenderung lambat, sadar, dan menggunakan sistem memori pusat dalam
memproses informasi. Prinsip dasar dari sistem 2 adalah memonitori,
mengkritik, dan mengoreksi hasil dari proses yang dilakukan oleh sistem 1
(Tsur, 2011).

Sistem 1 Sistem 2
Cluster 1 (Consciousness) Cluster 1 (Consciousness)
Unconscious Conscious
Implisit Explicit
Automatic Controlled
Low effort High effort
Rapid Slow
High capacity Low capacity
Default process Inhibitory
Holistic, perceptual Analitic, reflective
Tabel 1.
Sifat/karakteristik dari sistem 1 dan sistem 2
Dual-Process Theory (DPT) memiliki beberapa sifat/karakteristik
yang membedakan antara sistem 1 dan sistem 2. Berikut ini adalah
sifat/karakteristik dari masing-masing sistem yang ditinjau dari
consciousness (Evans, 2003).

Pengolahan informasi di dalam otak berkaitan dengan proses


kognitif. Hal ini dikarenakan proses pengolahan informasi berkaitan
dengan proses asimilasi dan akomadasi. Asimilasi mengacu pada
menyesuaikan realita eksternal dengan struktur kognitif yang telah ada
(Schunk, 2012). Sedangkan akomodasi adalah mengubah struktur-struktur
internal untuk memberikan konsistensi dengan realitas eksternal. Model
pengolahan informasi yang terjadi di dalam otak juga turut mempengaruhi
dalam menentukan solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi (Saidi,
2016). Berkaitan dengan itu, Ron Tsur menuliskan bahwa pengetahuan
kunci mengenai berpikir manusia yang mengarah pada varian-varian
Dual-Procces Theory (DPT) adalah bahwa setiap orang merespon
permasalahan dengan sangat berbeda, yakni salah atau benar,
kemungkinan mempunyai akar yang sama. Prinsip dasar Dual-Process
Theory (DPT) adalah ketika otak sedang bekerja untuk memproses
informasi, maka terdapat dua sistem pemrosesan informasi yang berbeda
yang terjadi di dalam otak yakni sistem 1 (intuitif) dan sistem 2 (analitis).

a. Sistem 1 (Intuitif)

Kahneman dan Tversky mendefinisikan intuisi sebagai suatu jenis


penalaran tak formal dan tak terstruktur, sedangkan Fischbein
menjelaskan bahwa intuisi merupakan proses mental (kognisi) yang
memiliki ciri-ciri tertentu (Muniri, 2013). Inti dari kedua pendapat
tersebut adalah intuisi didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses
kognitif. Dane & Pratt menuliskan bahwa intuisi adalah suatu proses
yang unik dalam pengolahan informasi yang memiliki ciri-ciri yaitu
pemprosesan informasi terjadi di bawah sadar, asosiasi yang
menyeluruh, rasa dan emosi, serta kecepatan (Sukmana, 2011).

Dreyfus T. & Eisenberg dalam Muniri (2013) menjelaskan lebih


lanjut bahwa pemahaman secara intuitif sangat diperlukan sebagai
“jembatan berpikir” manakala seseorang berupaya untuk
menyelesaikan masalah dan memandu menyelaraskan kondisi awal
dan kondisi akhir. Pemahaman intuitif seseorang memungkinkan untuk
dikembangkan, atau ditata ulang (direkontruksi) melalui suatu bentuk
intervensi/pembelajaran yang sesuai.

August Mario Bunge serta Henden dalam Muniri (2013)


menyatakan bahwa berpikir intuitif memiliki tiga karakter, yaitu (1)
catalytic inference, (2) power of synthesis dan (3) common sense.
Catalytic inference adalah pengambilan kesimpulan yang sifatnya
cepat, atau proses menggunakan jalan pintas dari suatu proposisi ke
proposisi lainya, yaitu dengan suatu loncatan ke suatu konklusi secara
cepat tanpa mempertimbangkan premis dan perantaranya (tidak
kelihatan langkah-langkahnya). Power of synthesis merupakan
kemampuan mengombinasikan keheterogenan atau elemen-elemen
yang terpancar ke dalam seluruh keseragaman. Sedangkan karakter
yang ketiga, yaitu common sense adalah kemampuan yang di dasarkan
pada pertimbangan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman
sebelumnya.

b. Sistem 2 (Analitis)

Berpikir analitis menurut pandangan Ferdinando adalah model


berpikir yang digunakan mengorganisasikan informasi yang akan
diartikulasikan (Parta, 2016). Berpikir analitis tentu berbeda dengan
berpikir intuitif. Jika berpikir intuitif cenderung cepat, berpikir analitis
relatif lambat. Keadaan ini terjadi karena seseorang menyelesaikan
suatu masalah dengan melalui langkah-demi langkah yang
formal/analitis (Muniri, 2013).

Proses berpikir analitis memainkan peranan penting dalam


menyelesaikan masalah mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang
sistematis (Sa’o, 2013). Usodo berpendapat bahwa berpikir analitis
dalam bermatematika memiliki tujuan untuk mempresentasikan
struktur pengetahuan matematika (Suherman, 2017). Proses
mempresentasikan struktur pengetahuan tersebutlah yang
mengakibatkan proses berpikir analitis terjadi dalam keadaan sadar.
Nengah Parta membagi berpikir analitis menjadi empat jenis, yaitu
(1) pre-analitis, (2) analitis-parsial, (3) semi-analitis, (4) analitis
(complete analytics). Kinard dan Kozuin dalam Nengah Parta
mengatakan bahwa seseorang dikatakan pre-analitik apabila hanya
menjabarkan sifat-sifat permukaan dari suatu tugas/masalah dan
cederung menggunakan prosedur standart walaupun prosedur tersebut
mutlak tidak dapat digunakan pada masalah yang sedang dihadapi
(Parta, 2016). Berpikir analisis-parsial terjadi apabila bagian-bagian
dari solusi masalah itu analitis, tapi bagian-bagian penyelesaian
masalah itu tidak terhubung secara logis, sedangkan berpikir semi
analitik ditandai oleh adanya “elemen-elemen” pengganggu yang
mengakibatkan terputusnya struktur “logis” penyelesaian masalah, dan
yang terakhir adalah berpikir analitis (complete analytics) yang
ditandai dengan kejelasan algoritma, keruntutan penalaran, dan adanya
pernyataan esensial yang mendasari proses itu.

2.1.6. Planned Behavior Theory

Teori ini memiliki fondasi terhadap perspektif kepercayaan yang


mampu mempengaruhi seseorang untuk melaksanakan tingkah laku yang
spesifik. Perspektif kepercayaan dilaksanakan melalui penggabungan
beraneka ragam karakteristik, kualitas dan atribut atas informasi tertentu
yang kemudian membentuk kehendak dalam bertingkah laku (Yuliana,
2004). Intensi (niat) merupakan keputusan dalam berperilaku melalui cara
yang dikehendaki atau stimulus untuk melaksanakan perbuatan, baik
secara sadar maupun tidak (Corsini, 2002). Intensi inilah yang merupakan
awal terbentuknya perilaku seseorang. Teori planned behavior cocok
digunakan untuk mendeskripsikan perilaku apapun yang memerlukan
perencanaan (Ajzen, 1991).
Planned behavior theory adalah peningkatan dari reasoned action
theory. Reasoned action theory memiliki bukti-bukti ilmiah bahwa niat
untuk melaksanakan perbuatan tertentu diakibatkan oleh dua alasan, yaitu
norma subjektif dan sikap terhadap perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975).
Beberapa tahun kemudian, Ajzen (1988) menambahkan satu faktor yaitu
kontrol perilaku persepsian individu atau perceived behavioral control.
Keberadaan faktor tersebut mengubah reasoned action theory menjadi
Planned behavior theory.

Teori reasoned behavior, telah banyak diterapkan di berbagai


bidang, antara lain perilaku konsumen. Jianjun Wu dan Jing Jian Xiao
(2006) mengemukakan bahwa perilaku aktual seorang individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa
perilaku memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan
beberapa variabel antesenden. Saris & Gallhofer (2004) merinci variabel-
variabel tersebut menjadi variabel subjektif (subjective variables) dan
objektif (objective variables). Variabel subjektif meliputi kognisi,
evaluasi, keyakinan evaluatif, feeling, preferensi, nilai (values), norma dan
kebijakan, tendensi bertindak (action tendencies) serta harapan. Sementara
variabel objektif meliputi perilaku, peristiwa masa lalu, karakteristik
demografi, pengetahuan, dan informasi.

Menurut teori Reasoned Action, jika seseorang dievaluasi dan


disarankan untuk berperilaku positif (attitude), dan jika mereka berpikir
orang lain akan menyarankan agar dia berperilaku (subjective norm),
hasilnya adalah intensitas lebih tinggi dan mereka akan senang termotivasi
melakukan itu (berperilaku). Artinya, bahwa orang akan berperilaku
tertentu jika mereka mendapatkan saran dari pihak lain.
Planned behavior theory menjelaskan bahwa sikap terhadap
perilaku merupakan pokok penting yang sanggup memperkirakan suatu
perbuatan, meskipun demikian perlu dipertimbangkan sikap seseorang
dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol perilaku
persepsian orang tersebut. Bila ada sikap yang positif, dukungan dari
orang sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan
untuk berperilaku maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin
tinggi (Ajzen, 2005). Faktor penentu yang mempengaruhi planned
behavior meliputi sikap positif atau negatif terhadap target perilaku, norma
subyektif dan kontrol perilaku yang diterima (perceived behavior control).
Sikap terhadap suatu perilaku dikenali sebagai evaluasi positif atau negatif
mengenai perilaku yang relevan yang terbentuk dari keyakinan mengenai
hasil yang akan diterima atas perilaku tersebut. Norma subjektif adalah
persepsi seseorang mengenai referensi yang signifikan. Sementara kontrol
perilaku, adalah identik dengan model perilaku yang dikemukakan oleh
Fishbein dan Ajzen, yakni kesulitan yang diterima atau kemudahan untuk
berperilaku. Menurut Hubes Ajzen dan Daigle dalam Wu dan Xiao (2006),
kontrol yang diterima memiliki pengaruh secara langsung terhadap
perilaku.

Theory of Planned Behavior secara khusus menghubungkan antara


beliefs dengan attitudes. Berdasarkan model tersebut seseorang akan
mengevaluasi sikap terhadap perilaku ditentukan oleh aksesibilitas
keyakinan mereka, yang mana keyakinan merupakan probabilitas
subyektif bahwa perilaku tersebut akan menghasilkan hasil yang pasti
(Fishbein dan Ajzen, 1975).

2.1.7. Sosial Learning Theory


Bandura (1960) berpendapat bahwa proses belajar hanya dapat
terjadi melalui pengamatan atau pengajaran secara langsung. Teori ini
dikembangkan untuk menyempurnakan teori stimulus-respon yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa manusia menanggapi atribut
tertentu. Bandura berpendapat bahwa terdapat kelemahan terkait dengan
model proses pembelajaran yang menggambarkan bahwa variabel
pembelajaran sosial berkaitan dengan respon tertentu yang terdapat pada
perilaku manusia (Asri, 2013). Lebih dari itu, teori Rotter mengungkapkan
bahwa perubahan perilaku berkaitan dengan harapan subjektif. Teori ini
cocok untuk penelitian ini, karena sebagian besar keputusan investasi
dapat dibuat atau dikaitkan dengan proses pembelajaran yang dapat
bersifat formal atau informal.

Social learning theory memandang pembentukan kepribadian


individu sebagai respons atas stimulus sosial. Ia menekankan konteks
sosial alih-alih isi batin individu. Teori ini menekankan bahwa identitas
individu bukan hanya merupakan hasil alam bawah sadarnya
(subconscious), melainkan juga karena respons individu tersebut atas
ekspektasi-ekspektasi orang lain. Perilaku dan sikap seseorang tumbuh
karena dorongan atau peneguhan dari orang-orang di sekitarnya (Bandura,
1965). Seperti yang ditekankan oleh Bandura: “Manusia tidaklah berfungsi
bila sendirian. Sebagai makhluk sosial, mereka mengamati perilaku orang
lain dan kesempatan-kesempatan tertentu ketika perilaku tersebut dibalas,
diabaikan, atau dihukum. Mereka dengan demikian dapat mengambil
manfaat dari konsekuensi-konsekuensi yang diamati tersebut disamping
dari pengalaman-pengalaman langsung” (Bandura 1974).

Menurut Kendra Cherry, ada tiga konsep inti dalam social learning
theory. Pertama adalah bahwa orang-orang belajar melalui observasi atau
pengamatan., kedua adalah bahwa keadaan mental batin merupakan bagian
yang esensial dalam proses ini, dan yang terakhir adalah bahwa
pembelajaran belaka belum tentu menghasilkan perubahan perilaku
(Cherry, 2013).

2.1.8. Expected Utility Theory

Preferensi individu terhadap satu investasi atas investasi lainnya,


pada dasarnya karena utilitas yang diharapkan lebih tinggi daripada
investasi alternatif. Investor berharap untuk memaksimalkan utilitas.
Davis, at.all (1997) dan Asri (2013) mengungkapkan bahwa teori utilitas
dapat dijelaskan dalam situasi ketika pengambil keputusan memilih antara
prospek yang berisiko dan nilai utilitas yang diharapkan dapat
direalisasikan. Keputusan diperoleh dengan mengevaluasi utilitas dari
hasil yang diharapkan dikalikan dengan probabilitas. Teori menggunakan
asumsi bahwa pembuat keputusan yakin dengan probabilitas setiap hasil.

Neumann dan Morgenstern (1944), Asri (2013) menunjukkan


bahwa masalah normatif adalah rasionalitas. Rasionalitas adalah pilihan
dan keinginan yang dimiliki individu. Meskipun apa yang dipilih individu
berdasarkan teori pilihan rasional, penelitian dan bukti lebih lanjut
diperlukan untuk konsistensi teori tersebut. Expected Utility Theory juga
dapat diartikan sebagai perilaku rasionalitas dengan mengikuti aturan-
aturan substantif tertentu. Teori ini relevan dalam penelitian untuk menguji
pengaruh perilaku keuangan manusia terhadap keputusan investasi.

Expected utility theory dikembangkan oleh John von Neumann dan


Oskar Morgenstern di dalam usaha mendefinisikan perilaku rasional ketika
seseorang menghadapi ketidakpastian. Teori ini berpendapat bahwa
individu seharusnya bertindak sesuai dengan fakta ketika berkonfrontasi
dengan pembuatan keputusan di bawah ketidakpastian. Dalam hal ini, teori
ini bersifat ”normative”, yang berarti menggambarkan bagaimana
seseorang seharusnya berperilaku. Hal ni kontras dengan “positive” theory,
yang menandakan bagaimana seseorang seharusnya bertindak.

Excpected utility theory didesain untuk berhadapan dengan resiko,


bukan ketidakpastian. Situasi yang beresiko adalah salah satu dimana
individu akan tahu hasilnya seperti apa dan memberikan kemungkinan
untuk setiap hasil. Ketidakpastian adalah ketika individu tidak bisa
memberikan kemungkinan atau mungkin menghasilkan beberapa possible
outcomes. Frank Knight mengklrifikasi perbedaan antara resiko dan
ketidakpastian. Ketidakpastia harus ditanggapi secara terpisah dengan
resiko. Ukuran ketidakpastian atau resiko berbeda jauh dengan sesuatu
yang tidak bisa diukur yang bukan merupakan efek dari ketidakpastian.
Resiko adalah sesuatu yang bisa diukur, sedangkan ketidakpastian tidak
bisa. Kita mengambil suatu keputusan bukan berdasarkan atas
ketidakpastian, melainkan atas dasar resiko.

2.1.9. Literasi Keuangan

Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2013) menyatakan


bahwa secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami,
jadi literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana yang dimiliki
agar berkembang dan hidup bisa lebih sejahtera dimasa yang akan datang,
OJK menyatakan bahwa misi penting dari program literasi keuangan
adalah untuk melakukan edukasi dibidang keuangan kepada masyarakat
Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, supaya rendahnya
pengetahuan tentang industri keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak
mudah tertipu pada produk-produk investasi yang menawarkan
keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkan
resikonya. Untuk memastikan pemahaman masyarakat tentang produk dan
layanan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, program strategi
nasional literasi keuangan mencanangkan tiga pilar utama. Pertama,
mengedepankan program edukasi dan kampanye nasional literasi
keuangan. Kedua, berbentuk penguatan infrastruktur literasi keuangan.
Ketiga, berbicara tentang pengembangan produk dan layanan jasa
keuangan yang terjangkau. Penerapan ketiga pilar tersebut diharapkan
dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi
keuangan yang tinggi sehingga masyarakat dapat memilih dan
memanfaatkan produk jasa keuangan guna meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Lusardi (2007) literasi keuangan dapat diartikan sebagai


pengetahuan keuangan dengan tujuan mencapai kesejahteraan. Hal ini
dapat dimaknai bahwa persiapan perlu dilakukan untuk menyongsong
globalisasi, lebih spesifiknya globalisasi masalah dalam bidang keuangan.
Menurut Houston (2010) dalam penelitian Widyawati (2012) meyatakan
bahwa literasi keuangan terjadi ketika individu memiliki sekumpulan
keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Remund (2010) dalam penelitian Widyawati (2012)
menyatakan ada empat hal yang paling umum dalam literasi keuangan
yaitu penganggaran, tabungan, pinjaman, dan investasi. Literasi keuangan
tidak hanya melibatkan pengetahuan dan kemampuan untuk menangani
masalah keuangan tetapi juga atribut nonkognitif.

2.1.10. Sosiodemografi

Demografi menurut Hauser dan Duncan (1995) Demografi adalah


ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu,
yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak
teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (dalam Adioetomo & Samosir,
2013). Demografi adalah studi kependudukan dan mencangkup berbagai
hal seperti jumlah, persentase kanaikan, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
kesehatan, angka kelahiran, gaya hidup, perkawinan dan lain-lain hal
tentang pendudukan menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (2005).
Sedangkan sosiodemografi berasal dari dua kata utama, yaitu sosio (kajian
tentang manusia) dan demografi (gambaran tentang kependudukan).
Sosiodemografi berarti sebuah gambaran manusia yang terkait dengan
tujuan kajian, diutamakan pada gambaran bersifat kuantitatif yang
nantinya dapat menggambar sifat kualitatif.

Sosiodemografi merupakan gabungan dari kata sosial dan


demografi. Sosial adalah komponen variabel non demografi seperti
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Demografi adalah ilmu
yang mempelajari ilmu penduduk di suatu wilayah, seperti usia, jenis
kelamin, dan lain-lain (Harli, 2015).

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang perilaku keuangan khususnya


perilaku menabung dan perilaku investasi banyak ditemukan baik dari
akademisi, praktisi hingga instansi. Berikut adalah beberapa penelitian tentang
perilaku menabung dan perilaku investasi dengan objek penelitian penduduk
perkotaan dan pedesaan yang mendukung dan menjadi referensi penulis untuk
melakukan penelitian ini. Lihat tabel 2.

No Nama Penulis dan Judul Variabel Metode Hasil


. Penelitian
1 Chitra S.& Aruna B. Saving Kuantitatif Para rumah tangga sudah
(2019) Behavior, mulai sadar akan pentingnya
Householder Savings & Investment menabung dan investasi.
Investment Behavior in Behavior, Mereka menghindari
Theni District Satisfaction penggunaan uang dari gaya
Level, mewah dan lebih memilih
Demographic hidup biasa-biasa saja.
Sebagian besar individu
menabung untuk berjaga-jaga,
perlindungan masa depan dan
tujuan kehidupan lainnya.
2 Chimeri R. H. (2015) Income, Kuantitatif Rumah tangga perkotaan
A Comparative Analysis Expenditure, memiliki pendapatan dan rata-
of Rural and Urban Saving rata menabung yang lebih
Household Savings tinggi dibandingkan rumah
Behavior in South Africa tangga daerah pedesaan.
Rumah tangga pedesaan
memiliki tingkat menabung
marjinal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rumah
tangga perkotaan.
3 Rao N. V. & Reddy B. S. Saving Kuantitatif Terdapat hubungan yang
(2018) Behaviour, signifikan antara perilaku
Saving Behaviour of Income, menabung denagn
Urban Householdings (A Education pendapatan, family
Study across Income Urban dependency ratio dan
Diferent Income Groups Householder, pengeluaran pendidikan.
in Hyderabad, Demographic.
Telangana)
4 Umesha H.S. & Saving and Kuantitatif Kebanyakan dari responden
Neelakanta B.C. (2019) Investment memiliki pendapatan yang
Saving and Investment behavior, rendah, meskipun mereka
Behavior of Rural Demographic mendapatkan lebih mereka
Households Dactors. tetap mengalokasikan porsi
yang minim dari
pendapatannya untuk
tabungan. Jumlah responden
yang berinvestasi di asset
keuangan cuckup tinggi,
tetapi nominal investasinya
rendah. Responden di
kawasan pedesaan adalah
berpendapatan rendah,
berpendidikan rendah dan
berkontribusi pada deposit
bank, asuransi jiwa dan tidak
kepada reksadana, saham,
obligasi, surat hutang dan
surat berharga negara yang
mana hal tersebut
menunjukkan bahwa rumah
tangga pedesaan tidak begitu
peduli terhadap resiko tinggi
asset keuangan.
5 Syed H., Nigar S., dan Household Kuantitatif Perilaku menabung dan
Ullah S. (2017) Saving, investasi rumah tangga
An Analysis of Household dipengaruhi oleh beberapa
Household Saving and Investment, variabel domgrafi seperti
Investment Behavior Urban ukuran rumah tangga, tipe,
among Different Income Household, pendidikan dan status
Groups in Urban Area of Denographic. pekerjaan kepala rumah
District Peshawar tangga, pendapatan anggota
keluarga di rumah tangga dan
pendapatan rumah tangga.
6 Abid S. & Afridi G.S. Saving, Kuantitatif Pendapatan dan locality
(2010) Disposible memiliki dampak positif
Assesing the Household Income, Total terhadap perilaku menabung
Saving Pattern of Urban Family Size, rumah tangga, kemudian
and Rural Households in Education, pendidikan dan ukuran rumah
District Muzaaffarabad Locality. tangga memiliki dampak
Dummy negatif terhadap perilaku
Variable menabung rumah tangga di
(Rural & kabupaten Muzaffarabad.
Urban)
7 Nayak S. (2013) Income, Kuantitatif Status pendidikan rumah
Determinants and Pattern Saving tangga pedesaan lebih rendah
of Saving Behaviour in Pattern, dibandingkan rumah tangga
Rural Households of Demographic. nasional. MPS pedesaan
Western Odisha. sangat rendah dibandingkan
dengan rumah tangga nasional
dikarenakan pendapatan yang
sedikit dan banyak
pengeluarannya. Jika dilihat
pola menabung penduduk
pedesaan yang telah dihitung,
didapatkan angka yang sangat
rendah dikarenakan
rendahnya status pekerjaan
dan rendahnya pendapatan.
Semua pendapatannya habis
digunakan untuk konsumsi.
Sehingga tidak ada lagi sisa
pendapatan yang bisa
ditabungkan.
8 Bhayani M.S. & Patankar Investment Kuantitatif Terdapat perbedaan yang
S. (2016) Behavior, signifikan anatara perilaku
A Comparative Study of Investment investasi perkotaan dan
Investment Behavior Option pedesaan.
amongst Urban and Rural
Individual Investor
9 Saqib S.E. et al. (2016) Rural and Kuantitatif Determinan sosio-ekonomi
Determinants of Urban perilaku menabung di
Household Savings in Saving, perkotaan dan pedesaan area
Rural and Urban Areas: income, sangat penting. Hasil
The Case of Chitral Dependency penelitian sejalan dengan teori
District, Pakistan) Ratio Keynesian bahwa pendapatan
Education, merupakan penentu
Age, menabung. Tingkat
Employment kematangan usia juga menjadi
Status, penentu utama dalam hal
Marital menabung di lokasi
Status. penelitian.
10 Kumar L. dan Financial Q-squared Penelitian ini menemukan
Mukhopadhyay J.P. Behavior, (kualitatif bahwa populasi ini memiliki
(2013) Charactersitis & praktik serupa dalam
Patterns of Financial , Income, kuantitatif diversifikasi portofolio
Behavior Among Rural Comsumption ) produk tabungan, pinjaman
and Urban Clients: Some Pattern, dan asuransi. pada waktu
Evidence from Tamil Borrowing, yang sama ditemukan bukti
Nadu, India) Savings kebutuhan keuangan yang
beragam dari masyarakat
miskin pedesaan dan
perkotaan. Terutama
penelitian ini menemukan
bahwa dua populasi ini
berbeda dalam hal yakni,
kegiatan yang mereka
gunakan dengan berbagai alat
keuangan dan tingkat akses
untuk layanan difersifikasi
portofolio.
11 Pohan H.L.M. et al Perilaku Kuantitatif Perempuan memiliki
(2014) menabung, kecenderungan yang lebih
Perilaku Menabung sosio- tinggi untuk menabung.
Kelompok Masyarakat demografi, Terdapat hubungan yang
Berpenghasilan Rendah pendapatan, kompleks terkait korelasi
(MBR) di Perkotaan dan antara tabungan, pendapatan,
Pedesaan: Sebuah Kajian dan jumlah anggota keluarga
Awal yang menjadi tanggungan.
Sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan
yang rendah namun tetap
menabung .

Tabel 1.
Penelitian Terdahulu

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Sebagai penuntun alur berfikir dalam pengamatan kajian penelitian,


peneliti memberikan gambaran kerangka konseptual yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan konsep-konsep penelitian yang akan
diuraikan sesuai dengan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, dapat
dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:

Perilaku Keuangan

Identifikasi & Analisis


literasi keuangan dan
sosiodemografi
Indikator penilaian literasi
keuangan menurut OJK: Sosiodemografi:
Pengetahuan (produk & Jenis Kelamin
layanan, fitur, manfaat dan Membentuk pola Usia
resiko) perilaku menabung dan Pekerjaan
Keterampilan (penggunaan investasi Pendidikan
produk & jasa keuangan) Pendapatan
Keyakinan (lembaga jasa Status
keuangan dan produknya)

Pengambilan Keputusan
untuk menabung dan
berinvestasi

Gambar 1.
Kerangka Konsep Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah perilaku
menabung dan perilaku investasi individu yang tinggal di wilayah
perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Jember, hasil yang diharapkan nanti
mampu menjelaskan pola perilaku menabung dan perilaku investasi bagi
individu yang tinggal di wilayah perkotaan dan individu yang tinggal di
wilayah pedesaan. Terdapat beberapa tahapan uaraian konsep untuk
mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Pertama adalah
mengidentifikasi dan menganalisis sosiodemografis dan tingkat literasi
keuangan individu yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Variabel sosiodemografis yang akan digunakan adalah jenis kelamin, usia,
status, jenis pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Kemudian untuk
indikator literasi keuangan yang digunakan adalah pengetahuan keuangan,
keterampilan menghitung dan menggunakan layanan atau produk
keuangan serta keyakinan terhadap lembaga dan produk keuangan.
Kemudian menemukan pola menabung dan investasi individu di daerah
perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Jember ditinjau dari sisi
sosiodemografis dan tingkat literasi keuangan. Tahapan terakhir dari
penelitian ini adalah pengambilan keputusan, setelah melalui rangkaian
dan membentuk sebuah pola, individu akan melakukan sebuah
pengambilan keputusan tentang menabung dan berinvestasi.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Permasalahan


yang dinamis dan kompleks serta kemungkinan data sosial yang tidak dapat
dianalisis menggunakan metode kauntitatif membuat peneliti memilih untuk
menggunakan metode kualitatif. Selain itu peneliti ingin memahami pola, teori
dan situasi sosial yang lebih mendalam.

Pada penelitian ini variabel utama yang akan dianalisis dan dijelaskan
adalah perilaku menabung dan perilaku investasi dan menggunakan variabel
pendukung berupa sosiodemografi dan literasi keuangan. Penelitian ini akan
dilakukan di Kabupaten Jember pada individu yang tinggal di daerah
perkotaan dan pedesaan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kota dan desa Kabupaten


Jember Provinsi Jawa Timur dan dilaksanakan mulai bulan Januari 2021
hingga waktu yang sudah direncanakan untuk selesai melaksanakan penelitian
pada bulan Juni 2022. Wilayah kota yang akan menjadi objek penelitian
adalah area atau kawasan yang berada pada pusat kota dan dapat
merepresentasikan kehidupan masyarakat perkotaan seperti pusat
perbelanjaan, restoran, café, tempat wisata hingga komunitas yang berkegiatan
di daerah perkotaan. Kemudian wilayah desa yang akan menjadi objek
penelitian merupakan wilayah pedesaan yang berada dipinggiran wilayah
Kabupaten Jember yang mampu merepresentasikan kehidupan penduduk desa
yaitu desa Tempurejo.

3.3. Informan/Objek Penelitian


Informan penelitian adalah subyek penelitian yang dapat memberikan
informasi tentang fokus masalah atau fenomena yang diteliti. Pemilihan
informan tersebut dilakukan secara sengaja atau menggunakan teknik
purposive sampling berdasarkan strategi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Informan terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi menyeluruh


tentang permasalahan yang diteliti. Informan kunci di desa tempurejo
adalah tokoh masyarakat atau Pak Kampung desa setempat.
b. Informan utama adalah aktor utama dalam sebuah penelitian yang artinya
seseorang yang mengetahui tentang masalah penelitian secara teknis dan
terperinci. Informan utama yang tinggal di daerah perkotaaan adalah
individu yang tinggal di kota, sedangkan informan utama daeah pedesaan
adalah individu yang tinggal di desa Tempurejo.
c. Informan pendukung adalah informan yang dapat memberikan informasi
tambahan guna melengkapi pembahasan penelitian. Informan pendukung
pada penelitian ini adalah individu yang sedang bersama informan utama
(jika ada) sebagai obyek penelitian, misalnya anggota keluarga, saudara
atau teman.

Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum


(sample size). Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel
kecil. Bahkan pada kasus tertentu menggunakan hanya satu informan saja.
Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah
informan yaitu keucukupan dam kesesuaian (Martha & Kresno, 2016).

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif
dan kualitatif, sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer yang digunakan pada penelitian ini diperoleh melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi pada individu yang tinggal di
daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Jember.
b. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari berbagai pihak
sumber informasi yang berkaitan dengan kajian yang diteliti sehingga
menjadi tambahan bahan data dalam penelitian.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai


tata cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Menurut
Sugiyono (2012: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti
adalah kuisioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Kuisioner terbuka
digunakan untuk mendapatkan nilai literasi keuangan bagi setiap informan
yang diwawancara. Observasi dilakukan pada objek penelitian yang akan
diteruskan dengan proses wawancara untuk mendapatkan data yang dapat
menjelaskan masalah penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mencatat atau
merekam selama proses penelitian berlangsung dan menjadi bukti keabsahan
data yang diambil dan yang terakhir adalah triangulasi data. Triangulasi data
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

3.5.1. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis
kepada responden atau informan (Sugiyono, 2012).
Teknik kuisioner pada penelitian ini bukan menjadi instrumen
utama dalam teknik pengumpulan data, melainkan untuk mendapatkan
nilai atau tingkat literasi keuangan setiap informan. Pertanyaan kuisioner
yang digunakan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup.
3.5.2. Observasi

Menurut pendapat Sugiyono (2012: 166), observasi adalah teknik


pengumpulan data untuk mengamati prilaku manusia, proses kerja, dan
gejala-gejala alam, dan responden. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan pengamatan langsung untuk menemukan fakta-fakta di
lapangan. Instrumen yang digunakan peneliti adalah observasi terus
terang. Sifat instrumen yang melakukan pengumpulan data secara terus
terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian.

Observasi digunakan untuk mengamati sumber data di kawasan


tempat tinggalnya yakni apakah benar tinggal di lingkungan perkotaan
atau pedesaan dan mengamati apakah benar sudah mandiri secara
keuangan atau sudah memiliki pendapatan tetap.

3.5.3. Wawancara

Wawancara dalam penelitian terjadi dimana peneliti sedang


berbincang-bincang dengan narasumber dengan tujuan menggali informasi
melalui pertanyaan pertanyaan dan mengunakan teknik tertentu.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dua
orang, pewawancara sebagai yang mengajukan sebagai yang mengajukan
pertanyaan dan narasumber yang memberikan pertanyaan dan narasumber
yang memberikan jawaban, (Moleong, 2007: 186).

Dalam penelitian ini subjek wawancara adalah informan utama dan


informan pendukung dari individu yang diteliti baik yang di daerah
perkotaan maupun pedesaan di Kabupaten Jember. Wawancara yang
paling mendasar adalah menggali informasi umum tentang sosiodemografi
dan literasi keuangan para informan. Setalah mendapatkan informasi dasar
kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan
oleh peneliti tentang perilaku menabung dan perilaku investasi individu
para informan utama.

3.5.4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.


Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang, (Sugiyono, 2015: 329). Dilansir dari laman KBBI,
dokumentasi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, pemilihan
dan juga penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, yang
memberikan atau mengumpulkan bukti terkait keterangan, seperti kutipan,
gambar, sobekan koran dan bahan referensi lainnya.

Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah tulisan,


rekaman atau video dari hasil wawancara dan foto sebagai bukti keabsahan
wawancara dengan informan.

3.5.5. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai


teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dari berbagai sumber data, (Sugiyono, 2015: 330).

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti menjadi instrumen penelitian dalam hal memberikan kuisioner,
melakukan observasi dan wawancara kepada para informan dan dokumentasi
melalui pencatatan, perekaman hingga foto. Kuisioner digunakan untuk
mendapatkan tingkat literasi keuangan informan, obesrvasi dilakukan untuk
mengamati sumber data yang akan dijadikan informan dan sebagai bahan
penelitian, kemudian mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan
didokemntasikan. Terakhir adalah triagulasi data, tujuan dari triangulasi bukan
untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi lebih pada
peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan, (Susan
Stainback, 1988).

3.7. Definisi Operasional


3.7.1. Perilaku Menabung
Menurut Werneryd (1999) dalam bukunya yang berjudul “The
Psychology of Saving: A Study on Economic Psychology” menyatakan
bahwa perilaku menabung adalah suatu pengaturan dimana suatu
konsumsi ditunda demi keamanan di kehidupan mendatang. Artinya,
bagaimana menunda sebuah konsumsi di masa sekarang yang biasanya
berbentuk barang sekunder atau tersier untuk menjaga suatu kondisi yang
tidak terduga di dalam kehidupan masa yang akan datang.
3.7.2. Perilaku Investasi
Perilaku investasi didasarkan pada ketidakpastian tentang masa
depan dan beresiko. Kecenderungan resiko, preferensi resiko dan sikap
adalah konsep dan penjelasan utama dari perilaku investasi (W. Fred van
Raaij, 2016)
3.7.3. Literasi Keuangan
Agar dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan, maka harus memahami dengan benar manfaat
dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban serta meyakinibahwa produk
dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan.
Konsep dasar literasi keuangan didasarkan pada tiga aspek literasi
keuangan yaitu:
a. Pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban
terkait produk dan jasa keuangan.
b. Keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan,
termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan.
c. Keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Tingkatan literasi keuangan terbagi menjadi empat tingkat, yakni:

a. Well Literate (memiliki pengetahuan, keyakinan dan keerampilan


produk dan jasa keuangan)
b. Sufficient Literate (memiliki pengetahuan dan keyakinan produk dan
jasa keuangan)
c. Less Lliterate (memiliki pengetahuan produk dan jasa keuangan saja)
d. Not Literate (tidak memiliki pengetahuan, keyakinan dan ketrampilan
tentang produk dan jasa keuangan)
3.7.4. Sosiodemografi
Sosiodemografi merupakan gabungan dari kata sosial dan
demografi. Sosial adalah komponen variabel non demografi seperti
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Demografi adalah ilmu
yang mempelajari ilmu penduduk di suatu wilayah, seperti usia, jenis
kelamin, dan lain-lain (Harli, 2015).
3.8. Isu-Isu Etika

Sesederhana apapun suatu proses penelitian, tetap akan memiliki


resiko. Kemungkinan mendapatkan bahaya atau ketidaknyamanan karena
penelitian yang dilakukan. Seperti, resiko masalah pada awal persetujuan
calon narasumber, ketidaknyamanan narasumber pada saat pengambilan data,
ketidaknyamanan paparan hasil penelitian.

Isu-isu etis yang perlu diantisipasi oelh peneliti pada penelitian


kualitatif (Kvale, 2011).

1. Pemilihan topik dan tujuan penelitian


Peneliti perlu menguraikan “apa” dan “mengapa” perlu dilakukan
penelitian pada topik dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
2. Rancangan atau desain penelitian
Antisipasi isu etik pada tahap ini diarahkan pada pemenuhan hak
partisipan yang dilakukan untuk memperoleh persetujuan partisipan.
Partisipan perlu memperoleh kejelasan dan kebenaran pemberian
informasi mengenai penelitian.
3. Proses pengumpulan data
Selama wawancara dapat terjadi ketidaknyamanan psikologis pada
partisipan. Peneliti harus menghindari sikap memperdaya partisipan.
4. Analisis dan interpretasi
Apa dan bagaimana data yang diperoleh untuk dapat dianalisis dan
diinterpretasikan, terutama berkaitan dengan temuan data yang tidak
sejalan dengan tujuan penelitian. Peneliti perlu melindungi privasi
partisipan dengan cara menjamin kerahasiaan identitas melalui
penyamaran identitas partisipan dan perlu menginterpretasikan gabungan
pernyatan-penyataan partisipannya.
5. Pelaporan dan publikasi
Kerahasiaan data yang diungkapkan partisipan, terutama yang bersifat
pribadi (standar etik APA 2010): Pelaporan dan publikasi hasil penelitian
harus menekankan pada aspek kejujuran dalam menulis laporan dan
publikasi. Maka dari itu peneliti harus mengjindari plagiarism, tidak
mengungkap data yang berpotensi menjadi bahaya, bentuk laporan harus
dengan Bahasa yang jelas dan mudah dipahami.

3.9. Metode Analisis Data

Pada analisis kualitatif yang dilakukan adalah membangun sebuah


kalimat dari hasil pengumpulan data dengan teknik pengumpulan data yang
sudah dilakukan. Pertanyaan atau pernyataan dibuat oleh peneliti untuk dapat
menjelaskan tema yang menjadi rumusan masalah atau yang sudah
teridentifikasi seperti pola perilaku individu.

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu, untuk penelitian
kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono tahun 2015,
dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis
data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

Gambar 2.
Ilutrasi Reduksi Data, Data Display
dan Verifikasi
(sumber: Sugiyono, 2015)
CATATAN LAPANGAN
HGfTDTR5456yd77gf6576567xG
CgcyuftydFCG675764BHJf6R
v5Vgyv7V5rf56Ygvg56Rf5
FgyvHVGHgyuyf6756757
65865ghvyftf65Tvgvhgv6
R6564GYGYYf76

REDUKSI DATA:
Memilih yang penting, membuat kategori (huruf besar, huruf kecil, angka), membuang yang
tidak dipakai.
HGSJSISIECBUIBECUBC agsduycyucsyubeucbeui 13542654724201024
BECBEBCEUBECBEWB cewucebcuebcuiecoiww 73436453646120101
CUIWEHCIAJASKPSCKP wopdjjckckmxkanbcjbch 27372537734073542
COCECOMCPO ecvuqo 100207453547853

DATA DISPLAY: Menyajikan ke dalam pola


123456789

ASDFGHJK qwertyuio

CONCLUSION/VERIFICATION:
Memilih yang penting memuat kategori (huruf besar, huruf krcil, angka),
membuang yang tidak dipakai

3.9.1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk


itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada
di lapangan untuk melakukan penelitian maka semakin banyak juga data
yang didapat dengan tingkat kompleksitas dan kerumitan yang bertambah.
Disinilah reduksi data ada untuk membantu merangkum, memilah dan
memfokuskan data untuk mencari pola dan tema yang sesuai dengan fokus
penelitian. Mereduski data juga membuang data-data yang dirasa tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah tereduksi akan mendapatkan
gambaran penelitian yang lebih jelas untuk mempermudah peneliti
melakuakn pengumpulan data selanjutnya.

Data yang telah didapat dari hasil wawancara dengan informan


akan ditinjau kembali tentang isi dan fokusnya. Jika tidak sesuai dengan
fokus atau tujuan penelitian maka akan disisihkan atau tidak digunakan
sebagai data penelitian dan jika dirasa banyak data yang dibuang makan
peneliti akan melakukan tambahan pengambilan data kepada informan.

3.9.2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan


adalah menyajikan data atau mendisplaykan data. Penyajian data pada
penelitian kualitatif dapat berbentuk uraian singkat, bagan, flowchart dan
sejenisnya yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data yang telah
direduksi akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan
merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan data yang
sudah dipahami.

Data penelitian yang sudah ditinjau atau tereduksi akan disusun


menjadi narasi deskriptif sesuai dengan jawaban masing-masing informan
sehingga akan memudahkan peneliti untuk menentukan titik pembahasan
setiap variabel dan kesimpulan penelitian.

3.9.3. Verifikasi

Langkah terakhir pada analisis data kualtatif menurut Miles and


Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Terdapat dua
macam kesimpulan pada penelitian kualitatif, yang pertama jika
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, maka
kesimpulan tersebut dapat berubah dikarenakan belum dikuatkan dengan
bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Kedua,
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan
bukti-bukti yang kuat dan konsisten pada tahap peneliti kembali ke
lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.10. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah uji keabsahan
untuk metode kualitatif yang menggunakan istilah berbeda dari metode
kuantitatif. Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi uji
kredibilitas, transferability, dependability dan confirmability.

3.10.1. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas atau validitas internal berkenaan dengan derajad


akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, (Sugiyono, 2015).
Terdapat macam cara pada pengujian kredibilitas, cara yang peneliti pilih
untuk uji kredibilitas adalah triangulasi. Triangulasi dalam pengujian
kredibiltas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data dan waktu, (Sugiyono,
2015).

3.10.1.1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek


data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber yang akan
digunakan oleh peneliti untuk wilayah Desa adalah perangkat Desa
setempat untuk meyakinkan bahwa benar informan yang didata adalah
sesuai dengan kriteria informan yang ingin diteliti, sedangkan sumber
untuk wilayah kota adalah data demografi yang didapatkan dari biodata
informan.

3.10.1.2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek


data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3.10.1.3. Triangulasi Waktu


Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda.

3.10.2. Uji Transferability

Uji transferability merupakan validitas eksternal. Validitas


eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila pembaca
laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya,
“semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability),
maka laporan tersebut memnuhi standar transferabilitas (Sanafiah Faisal,
1990).

3.10.3. Uji Dependability


Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas.
Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat
menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka dependabilitas
penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal, 1990).

3.10.4. Uji Confirmability

Uji confirmability dalam penelitian kuantitaif sering disebut


dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confirmability berarti juga
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Dalam
penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

3.11. Kerangka Pemecahan Masalah

MULAI

Identifikasi dan Perumusan massalah

Menentukan
narasumber
Metode Kualitatif:
Menentukan teknik - Kuisioner-
pengumpulan data Observasi-
Wawancara-
Dokumentasi-
Memasuki lapangan Triangulasi

Mengumpulkan data

Analisis data

Metode kualitatif:
-Kredibilitas- -Reduksi data-
Transferability- Penyajian data-
Dependability- verifikasi
Confirmability

Kesimpulan dan saran


SELESAI

Gambar 3.
Kerangka Pemecahan Masalah

Uraian kerangka pemecahan masalah dimulai dengan penjabaran latar


belakang guna mendapatkan rumusan masalah, kemudian setelah mengidentifikasi
rumusan masalah dan menentukan tujuan penelitian dilanjutkan dengan
mnentukan narasumber atau informan. Setelah itu menentukan teknik
pengumpulan data antara lain dengan teknik kusisioner sebagai alat untuk
mengukur tingkat literasi keuangan kemudian observasi, wawancara dan
dokumentasi, selain itu juga terdapat teknik triangulasi untuk kredibelitas suatu
data dalam pemhaman peneliti tentang data penelitian itu sendiri.

Langkah selanjutnya adalah memasuki lapangan untuk mengumpulkan


informasi atau mendapatkan data dengan teknik yang sudah dijabarkan
sebelumnya. Setelah data terkumpul akan dilakukan analisis data guna memilah
data-data yang akan digunakan dan mana yang tidak digunakan menggunakan
teknik reduksi data, penyajian data dan verifikasi.

Kemudian dilakukan uji keabsahan data guna memvalidasi sebuah hasil


penelitian dengan uji kredibilitas, transferability, dependability, dan
confirmability. Setelah melalui serangkaian teknik analisis data dan uji keabsahan
data atau hasil penelitian maka langkah terakhir adalah menemukan dan
menyusun kesimpulan.

3.12. Prosedur Penelitian

a. Tahapan pra-penelitian
Peneliti meminta surat pengantar dari jurusan yang ditandatangani
oleh ketua jurusan kemudian surat pengantar dari jurusan diserahkan ke
fakultas untuk meminta surat izin penelitian yang ditandatangani oleh
dekan fakultas untuk melaksanakan penelitian dengan tujuan mencari atau
mengumpulkan data.
b. Tahapan pelaksanaan
Peneliti melakukan observasi di lapangan yang diikuti dengan
pengumpulan data melalui metode wawancara dan dokumentasi kepada
informan/narasumber yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian.
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

ADBI. (2017). Determinants and impacts of financial literacy in Cambodia and


Viet Nam. DBI Working Paper, No. 754; Asian Development Bank
Institute (ADBI), Tokyo
Achar, A. (2012). Saving and Investment Behavior of Teachers - An Empirical
Study. International Journal of Phsycal and Social Siences, Vol.2, Issue 8,
263-286.
Adioetomo & Samosir. (2013). Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Salemba Empat.
Agus Sukmana, Profil Berpikir Intuitif Matematik, (Bandung: Universitas Katolik
Parahyangan, 2011), Hal. 22
Ainiyah, Q. (2017). Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak. Jurnal
Ilmu Syari'ah dan Hukum, Vol. 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017.
Ajzen, Icek. (1988). Attitudes, personality, and behavior. Milton Keynes: Open
University Press dan Chicago, IL: Dorsey Press.
_____ (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and
Human Decision Processes 50, 179-211.
_____ (2005). Attitudes, Personality and Behavior. New York. USA: Open
University Press.
_____ (2005) Perceived Behavioral Control Self-Efficacy, Locus of control and
the theory Of planned Behavior. Journal of Applied Social Psycoholgy.
Alessie, Rob, Annamaria Lusardi, an d Maarten van Rooij. 2008. Financial
Literacy, Retirement Planning, and Household Wealth. NBER Working
Paper, No. 15350.
Anis, Dwiastanti. 2015. Financial Literacy as the Foundation for Individual
Financial Behavior. Journal of Education and Practice. Vol.6, No.13.
pp.99-105.
Ashok Kumar P; Jagadeshwara M, (1985): “Demographic Change and Household
Savings Behaviour in India”, Indian Journal of Economics, Vol. 65.
Asri, Marwan (2013). Behavioral Finance. First Edition. BPFE-Yogyakarta.
Bandura, Albert. “Behavior Theory and the Models of Man,” American
Psychologist (Desember 1974).
______. “Influence of Models’ Reinforcement Contingencies on the Acquisition
of Imitative Responses,” Journal of Personality and Social Psychology,
Vol. 1, No. 6 (Juni 1965).
______. “The Role of Imitation in Personality Development,” The Journal of
Nursery Education, Vol. 18, No. 3 (April 1963).
______, et al. “Impact of Adolescents’ Filial Self-Efficacy on Quality of Family
Functioning and Satisfaction,” Journal of Research on Adolescence, Vol.
15, No. 1 (2005).
______, et al. “Impact of Family Efficacy Beliefs on Quality of Family
Functioning and Satisfaction with Family Life,” Applied Psychology,
Vol. 60, No. 3 (2011).
______, et al. “The Structure of Children’s Perceived Self-Efficacy: A Cross-
National Study, ”European Journal of Psychological Assessment, Vol. 17,
No. 2 (2001).
Banks, J., Cormac O. & Zoe O, (2010). "Cognitive functions, numeracy and
retirement saving trajectories." The economic Journal 120 (548), F381-
F410.
Banks, James and Zoë Oldfield. 2007. Understanding pensions: cognitive
function, numeracy and retirement saving. Fiscal Studies 28 (February):
143-70.
Bhabha, J. I., Khan, S., Qureshi, Q. A., Naeem, A., & Khan, I. (2014). Impact of
Financial Literacy on Saving-Investment Behavior of Working Women in
the Developing Counties. Researh Journal of Finance and Accounting,
Vol.5, No.13, 2014.
Brigham, Eugene F. Dan J.F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Edisi 11.
Jakarta: Salemba Empat.
Brooks, Mike. 2008. Behavioral Finance: Theories and Evidence. The Research
Foundation of CFA Institute.
Cherry, Kendra. “Social Learning Theory: An Overview of Bandura’s Social
Learning Theory.” Artikel yang tersedia secara online dalam
http://psychology.about.com/od/ developmentalpsychology/a/social-
learning/.
Corsini, Ray. (2002). The Dictionary of Psychology. London: Brunner/Rout
Ledge
Dale H. Schunk, Learning Theory an Educational Perspective (Teori-Teori
Pembelajaran: Perspektif Pendidikan), Terj. Eva Hamdiah dan Rahmad
Fajar, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hal. 331.
Dew, Jeffery., Xiao Jing Jian. (2011). The Financial Managament Behavior Scale:
Development and Validation. Journal of Financial Counseling and
Planning, Volume 22: 43-59.
Donkers B. dan A.V. Soest. 1999. Subjective measure of Household preferences
and financial decisions. Journal of Economics Psychology 20. Pages 613-
642.
Fabozzi, Frank. J. 1999. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Fachrizal, R. (2019, Oktober 31). Survei Platform GoBear Ungkap Perilaku
Keuangan Masyarakat Indonesia. Retrieved from
www.infokomputer.grid.id:
https://infokomputer.grid.id/read/121903700/survei-platform-gobear-
ungkap-perilaku-keuangan-masyarakat-indonesia?page=all
Fadah, I. (2013). Manajemen Keuangan (Suatu Konsep Dasar). Jember.
Fishbein, M, & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley.
Fünfgeld, B. dan Mei Wang. 2008. Attitudes and behavior in everyday finance:
evidence from Switzerland. International Journal of Bank Marketing. 27
(2): 108-128.
Geetha, N., & Ramesh, D. M. (2011). A Study on People’s Preferences in
Investment Behavior. International Journal of Engineering and
Management Research (IJEMR)
Gitman, L. J. 2002. Principles of Manajerial Finance. Edisi sepuluh. Perason
Addison Wesley.
Harrod & Domar. (1939). An Essay in Dynamic theory. the Economic Journal 49
(193) , 14-33.
Hilgert,Marianne A., Jeanne M.Hogarth and Sandra Baverly. (2003). Household
Financial Managament: The Connection between Knowledge and
Behavior. Federal Reserve Bulletin, 89(7): 309-322.
I Nengah Parta, Karakterisrik Berpikir Analitis Mahasisawa dalam Menyelesaikan
Masalah Sederhana”, (Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang, 2016),
(Online), https://www.researchgate.net/publication/305471598 diakses
pada 28 April 2021 pada pukul 21.00 WIB
Ida dan Cinthia Yohan Dwinta. (2010). Pengaruh Locus of Control, Financial
Knowledge, Income Terhadap Financial Managament Behavior. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, 131-144.
Ilona, G., & Anastasia, N. (2019). Determinan Perilaku Keuangan Sehari-hari
Masyarakat Indonesia. SENIMA 3, 28-37.
Iqtishodia. (2016, Januari). TAMKINIA- Edukasi dan Perilaku Keuangan
Masyarakat di Indonesia. Retrieved from www.republika.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/o1n9sj20/tamkinia-edukasi-dan-
perilaku-keuangan-masyarakat-di-indonesia
Jain, D. D., & Mandot, M. N. (2012). Impact of Demographic Factors on
Investment Decision of Investors in Rajasthan. Journal of Arts, Science &
Commerce, III (2(3)), 81 - 92.
Jamshidinavid, B., Chavoshani, M., & Amiri, S. (2012, August). The Impact of
Demographic and Psychological Characteristics on the Investment
Prejudices in Tehran Stock. European Journal of Business and Social
Sciences, 1(5), 41 - 53.
Jappelli, T., & Padula, M. (2013). Investment in financial literacy and saving
decisions. Journal Of Banking &Finance, 37 (8), 2779-2792.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.03.019
Jatmiko, B. P. (2015, Agustus 8). Orang Indonesia Makin Konsumtif. Retrieved
from www.kompas.com:
https://ekonomi.kompas.com/read/2015/08/08/110746226/OJK.Orang.Ind
onesia.Makin.Konsumtif
Jonathan St. B. T. Evans, “Dual-Processing Accounts of Reasoning, Judgmen, and
Social Cognition”, (Plymouth: University of Plymouth, 2008), Hal. 257,
(Online), http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18154502 diakses pada 21
Mei 2021 pukul 19.45 WIB
Klapper, L. & Panos, G. A. (2011). Financial Literacy and Retirement Planning:
The Russian Case. Policy Research Working Paper 5827.
Klapper, Leora, and Georgios A. Panos. 2011. Financial Literacy and Retirement
Planning in View of a Growing Youth Demographic: the Russian Case.
CeRP Working Paper, No. 114.
Klapper, Leora, and Georgios A. Panos. 2011. Financial Literacy and Retirement
Planning in View of a Growing Youth Demographic: the Russian Case.
CeRP Working Paper, No. 114/11.
Kristanto, R. H., & Gusaptono, R. H. (2020). The Impact of Financial Literacy on
Investment Decisions Netween Saving and Credit: Studies on Sharia Bank
Costumers in the Special Region of Yogyakarta. Asian Institute of
Research, Vol.3, No.4, 2020: 1456-1463.
Lusardi, Annamaria and Olivia S. Mitchell. 2009. How Ordinary Consumers
Make Complex Economic Decisions: Financial Literacy and Retirement
Readiness. NBER Working Paper, No. 15350.
Lusardi, Annamaria and Olivia S. Mitchell. 2006. Financial Literacy and
Planning: Implications for Retirement Wellbeing. MRRC Working Paper,
No. 2006-144.
Lusardi, Annamaria and Olivia S. Mitchell. 2008. Planning and Financial
Literacy: How Do Women Fare?. American Economic Review 98
(February): 413-417.
Lusardi, Annamaria and Olivia S. Mitchell. 2009. How Ordinary Consumers
Make Complex Economic Decisions: Financial Literacy and Retirement
Readiness. NBER Working Paper, No. 15350.
Lusardi, Annamaria and Olivia S. Mi tchell. 2007. Baby Boomer Retirement
Security: Te Roles of Planning,Financial Literacy and Wealth. Journal of
Monetary Economics 54 (January): 205-224.
Lusardi, Annamaria, and Olivia S. Mitchell, "Financial Literacy and Retirement
Planning: New Evidence from the RAND American Life Panel,"
Dartmouth College/University of Pennsylvania, October, 2007a.
Lusardi, Annamaria, and Olivia S. Mitchell, "Planning and Financial Literacy:
How Do Women Fare?," American Economic Review, Vol. 98, No. 2,
2008, pp. 413-417.
Muniri, “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika” Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika dengan Tema “Penguatan Peran Matematika dan
Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik” pada Tanggal 9
November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Hal.
444
Nguyen, A. T., Parker, L., Brennan, L., & Lockrey, S. (2020). A Consumer
definition of eco-friendly packaging. Journal of Cleaner Production, 252,
119792. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.119792
Nguyen, V. T., & Doan, M. D. (2020). The Correlation Between Financial
Literacy and Personal Saving Behavior in Vietnam. Asian Economic and
Financial Review, Vol.10, No.6, 590-603.
Nidar, S.R., and Bestari. (2012). Personal financial Literacy among university
students. world Journal of Social Science, 162-171.
Nofsinger, J. R. (2001). Investment Madness: How Psychology Affects Your
Investing and What to Do About It. Prentice Hall.
Norrestad, F. (2021, Augusts 26). statista. Retrieved from statista.com:
http://www.statista.com/topics/8138/investment-behavior
worldwide/#topicHeader_wrapper
Noor, H. F. (2009). Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Indeks.
Odoemenem, I.U., Ezihe, J.A.C., & Akerele, S.O., (2013). Saving and Investment
Pattern of Small – Scale Farmers of Benue State, Nigeria. Global Journal
of Human Social Science Sociology& Culture. ISSN: 2249-460x
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
2016. Jakarta: OJK.
Purwidianti, W., & Tubastuvi, N. (2019). The Effect of Financial Literacy and
Financial Experience on SME Financial Behaviior in Indonesia. Jurnak
Dinamika Manajemen, 10(1), 40-45.
Rahmawati, R., Fadah, I., & Juniar, A. (2018). Psychological Climate
Development Strategy at Achmad Yani University Banjarmasin Iin The
Era of Industrial Revolution 4.0. International Jjournal of Scientific
Development and Research, 3.
Rehman, H., Faridi, M. Z., & Bashir, F. (2010). Households saving behavior in
Pakistan: A case of Multan District, Pakistan Journal of Social Sciences,
30(1):17-29.
Rehman, H., Chaudhry, I. S., Farid, Z. M., & Bashir, F., (2011). Rural-Urban
Saving Differentials in Pakistan: Investigation from Primary Data. A
Research Journal of South Asian Studies, Vol. 26, No. 1
Rendra, R. (2012). Dinamika Pengambilan Keputusan Menabung pada Pedagang
kecil di Pasar Gede Surakarta. Thesis Program S2.
Reilly, Brown,1997, Investment Analysis and Portfolio Management, 5th ed. The
Dryden Press
Ricciardi, V dan Simon, H, K. (2000). What is Behaviour in Finance? Business,
Education and Technology Journal, Fall: 1-9.
Ron Tsur, “Can Dual Processing Theories of Thinking Inform Conceptual
Learning in Mathematics?” dalam The Mathematics Enthusiast: Vol. 8:
No. 3, Article 7, (Montana: University of Montana, 2011), Hal. 603,
(Online), http://scholarworks.umt.edu/tme/vol8/iss3/7/ diakses pada 3
April 2021 pukul 14.15 WIB
Safitri, N. A., & Sukirman. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Financial Behavior. Economic Education Analysis Journal, 511-524.
Sari, I. W., Susyanti, J., & Salim, M. A. (2020). Pengaruh Financial Literacy,
Financial Attitude dan Pendapatan Terhadap Perilaku Pengelolaan
Keuangan Pada Pelaku Umkm Fashion di Kota Batu. e-journal Riset
Manajemen, 17-31.
Sarkar, A. K., & Sahu, T. N. (2018, 07 16). Emerald. Retrieved from
Emerald.com:
http://www.emerald.com/insight/publication/doi/10.1018/9781787562790
Scheresberg, C. d. (2013). Financial Literacy and Financial Behavior among
Young Adults: Evidence and Implications. Numeracy, Vol. 6: Iss. 2,
Article 5.
Seni, N. N., & Ratnadi, N. M. (2017). Theory of Planned Behavior Untuk
Memprdiksi Niat Berinvestasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, 6.12 (2017): 4043-4068.
Setiawati dan Ahmad Nurkhin. 2016. Pengujian Dimensi Konstruk Literasi
Keuangan. Economic Education Analysis Journal, Volume 6 No. 3,
Oktober 2017. Hal. 727-736 Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Shusa, A. A. (2017). Does financial literacy moderate the relationship among
demographic characteristics and financial risk tolerance? Evidence from
Egypt. Australasian Acoounting, Business anf Finance Journal, 11(3), 67-
86. https://doi.org/10.14453/aabfj.v11i3.6
Sirine, H., dan Utami, D. S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menabung Di Kalangan Mahasiswa.
Sofia Sa’o, “Intuisi Siswa pada Penyelesaian Masalah Matematika Divergen
Topik Seitiga” Makalah disajikan dalam KNPM V Himpunan Matematika
Indonesia pada Juni 2013, Hal. 292
Soleman Saidi, “Dominasi Model Berfikir Siswa dalam Menyelesaikan
Permasalahan Matematika Berdasarkan Dual Procces Theory”, Makalah
Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika
(SEMNASDIKTA II) IAIN Tulungagung pada 16 Oktober 2016, Hal. 177.
Sugiyono. (2015). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendra, Y. F., & Arifin, A. Z. (2019). Faktor Yang Memprediksi Perilaku
Menabung Pekerja Di Jakarta. Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan,
Volume I No. 3/2019 Hal: 600-608.
Suherman, “Profil Intuisi Matematika Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field
Dependent”, dalam Jurnal Penelitian LPPM IKIP PGRI Madiun, Volume
5, Nomor 1, Januari 2017:1-8, Hal. 2

Tabiani, S., & Mahdzan, NS (2013). The Impact of Financial Literacy on


Individual Saving: An Exploratory Study in the Malaysian Context.
Transformations in Business & Economics, 12 (1) 41- 55.
Umar, M., et al. (2021d). Bitcoin: A safe haven asset and a winner amid political
and economic uncertainties in the US? Technological Forecasting and
Social Change, 167, 120680.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2021.120680
Umesha, H. S., & Neelakanta, B. C. (2019). Saving and Investment Behavior of
Rural Households. International Journal of Information Movement, Vol3,
Issue IX, 1-5.
W. E. Saris dan I. N. Gallhofer, Design, Evaluation, and Analysis of
Questionnaires for Survey Research, New Jersey: John Willey & Sons,
Inc., 2014.
Widayat. (2010). Penentu Perilaku Berinvestasi. Ekonomika-Bisnis, Vol. 01
No.02 Bulan Juni Tahun 2010 Hal 111 – 128.
Wu, J. dan J.J. Xiao. 2006. Applying the Theory of Planned Behavior to Retain
Credit Counseling Clients, Take Charge America Institute For Consumer
Financial Education and Research.
http://nobelprize.org/nobel_prizes/economics/laureates/ 002/kahnemann-
lecture.pdf
Wubie, A. W., Dibabe, T. M., & Wondmagegn, G. A. (2015). The Influence of
Ddemographic Factors on Saving and Investment Decision of High School
Teachers in Ethiopia: A Case Study on Dangila Woreda. Research Journal
of Finance and Accounting, Vol.6, No.9, 2015.
Yuliana. (2004). Pengaruh Sikap pada Pindah Kerja, Norma Subjektif, Perceived
Behavioral Control pada Intensi Pindah Kerja pada Pekerja Teknologi
Informasi. Phronesis: Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan 6, 1-18.

LAMPIRAN

Jadwal Penelitian
Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan menghabiskan waktu
kurang lebih selama tujuh bulan, yakni dimulai dari bulan Januari 2021
sampai dengan bulan Juli 2021.
Tabel 3.
Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Tahapan Kegiatan


Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Pengajuan
Proposal
Penelitian
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Pengurusan
Izin
Penelitian

Lanjutan dari tabel 3.


5 Pengumpulan
Data
6 Analisis,
Penyajian
dan
interpretasi
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Sidang Tesis
9 Revisi
10 Pengumpulan
Tesis
ANNGARAN BIAYA
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Tanggal: / / 2022

Data Informan

Nama : ………………………………………………………………….

Jenis Kelamin : ………………………………………………………………….

Alamat Domisili : ………………………………………………………………….

Usia : ………………………………………………………………….

Status Perkawinan : ………………………………………………………………….

Pekerjaan : ………………………………………………………………….

Pendidikan : ………………………………………………………………….

Pendapatan : ………………………………………………………………….
KUISIONER
LITERASI KEUANGAN

Lembaga Jasa Keuangan


1. Pengetahuan Terhadap Lembaga Jasa Keuangan (LJK)
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang
mungkin saudara/i ketahui. Hanya terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan
untuk jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika tahu, dan disilang (x) jika tidak tahu pada kolom
yang sudah disediakan. Tidak ada jawaban salah atau benar, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri saudara/i yang sesungguhnya, yaitu
berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

Tahu () /
No Sektor
Tidak Tahu (x)
1 Perbankan
2 Asuransi
3 Dana Pensiun
4 Pasar Modal
5 Lembaga Pembiayaan
6 Pergadaian
2. Keyakinan Terhadap Lembaga Jasa Keuangan (LJK)
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang
mungkin saudara/i yakini. Hanya terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan
untuk jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika memiliki keyakinan, dan disilang (x) jika tidak
memiliki keyakinan pada kolom yang sudah disediakan. Tidak ada
jawaban salah atau benar, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
saudara/i yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran saudara/i.

Yakin () /
No Sektor Tidak Yakin
(x)
1 Perbankan
2 Asuransi
3 Dana Pensiun
4 Pasar Modal
5 Lembaga Pembiayaan
6 Pergadaian
3. Alasan Meyakini Lembaga Jasa Keuangan (LJK)
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari berbagai pernyataan tentang alasan
meyakini Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang sesuai dengan saudara/i ,
terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan untuk jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika pernyataa sesuai, dan disilang (x) jika tidak sesuai
pada kolom yang sudah disediakan. Tidak ada jawaban salah atau benar,
karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri saudara/i yang sesungguhnya,
yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

Sesuai () /
No Alasan Meyakini LJK
Tidak Sesuai (x)
1 Dijamin oleh pemerintah
2 Memiliki resiko rendah
3 Memberikan keuntungan
4 Sesuai dengan kebutuhan
5 Memberikan rasa aman
6 Diawasi dan diatur oleh otoritas
7 LJK memiliki kredibilitas yang baik
Produk dan Layanan Jasa Keuangan
1. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Perbankan
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari produk dan layanan jasa kuananga yang
terdiri dari beberapa sektor, yaitu perbankan, asuransi, lembaga
pembiayaan, dana pensiun, pergadaian dan pasar modal. Dari masing-
masing sektor terdiri daru berbagai produk dan layanan yang mungkin
saudara/i ketahui. Hanya terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan untuk
jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika tahu, dan disilang (x) jika tidak tahu pada kolom
yang sudah disediakan. Tidak ada jawaban salah atau benar, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri saudara/i yang sesungguhnya, yaitu
berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

Tahu () /
No Produk Perbankan
Tidak Tahu (x)
1 Tabungan
2 Deposito
3 Giro
4 Transfer
5 Kredit/Pembiayaan dengan Jaminan
6 Kredit/Pembiayaan tanpa Jaminan
7 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
8 KPR/KPA
9 Kredit/Pembiayaan Mikro
10 Kredit Pembiayaan Kendaraan
11 Uang Elektronik
12 Gadai/Rahn
13 Sewa/Ijarah

2. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Perasuransian

Tahu () /
No Produk Asuransi
Tidak Tahu (x)
1 Asuransi Jiwa
2 Unit Link/Bancasurrance
3 Asuransi Pendidikan
4 Asuransi Kesehatan
5 Asuransi Kendaraan Bermotor
6 Asuransi Kecelakaan Diri
7 Asuransi Kebakaran
8 Asuransi Perjalanan
9 Asuransi Pertanian
10 Asuransi Mikro

3. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Lembaga Pembiayaan

Tahu () /
No Produk Lembaga Pembiayaan
Tidak Tahu (x)
1 Pembiayaan/Leasing Kendaraan

2 Pembiayaan Mesin dan Alat Pertanian


Pembiayaan Elektronik dan Alat Rumah
3
Tangga
4 Sewa Guna (Sewa Pembiayaan)
5 Penyertaan Saham
6 Obligasi Konversi
7 Pembiayaan Bagi Hasil
4. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Dana Pensiun

Tahu () /
No Produk Dana Pensiun
Tidak Tahu (x)
1 Program Pensiun Manfaat Pasti
2 Program Pensiun Iuran Pasti

5. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Pergadaian

Tahu () /
No Produk Pergadaian
Tidak Tahu (x)
1 Pinjaman dengan Gadai
2 Pinjaman dengan Fidusia
3 Investasi Emas/Logam Mulia

6. Pengetahuan tentang Produk dan Layanan Pasar Modal

Tahu () /
No Produk Pasar Modal
Tidak Tahu (x)
1 Saham
2 Obligasi/Sukuk
3 Reksa Dana
7. Pengetahuan Terhadap Karakteristik Produk
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari karakteristik produk atau layanan jasa
keuangan yang mungkin saudara/i ketahui. Hanya terdapat 1 (satu) kolom
yang disediakan untuk jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika tahu, dan disilang (x) jika tidak tahu pada kolom
yang sudah disediakan. Tidak ada jawaban salah atau benar, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri saudara/i yang sesungguhnya, yaitu
berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

Tahu () /
No Karakteristik
Tidak Tahu (x)
1 Fitur Produk atau Layanan
2 Manfaat Produk atau Layanan
3 Risiko Produk atau Layanan
4 Hak Konsumen
5 Kewajiban Konsumen
6 Biaya
7 Denda
8 Cara Memperoleh Produk atau Layanan
Kemampuan/Keterampilan Keuangan
1. Pernyataan Kemampuan Berhitung
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari berbagai pernyataan tentang kemampuan
diri untuk berhitung pada bidang layanan keuangan yang mungkin
saudara/i ketahui. Hanya terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan untuk
jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang () jika tahu, dan disilang (x) jika tidak tahu pada kolom
yang sudah disediakan. Tidak ada jawaban salah atau benar, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri saudara/i yang sesungguhnya, yaitu
berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

Tahu () /
No Karakteristik
Tidak Tahu (x)
1 Bunga/Bagi Hasil (pinjaman/simpanan)
2 Angsuran (pinjaman)
3 Hasil Investasi
4 Biaya Penggunaan Produk/Layanan
5 Denda
6 Nilai Mata Uang/Inflasi
2. Kemampuan Menghitung
Petunjuk Pengisian
Kuisioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan terbuka tentang
keterampilan menghitung pada bidang layanan keuangan yang bisa
saudara/i jawab. Hanya terdapat 1 (satu) kolom yang disediakan untuk
jawaban.
Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara mengisi jawaban
sesuai dengan pertanyaan yang dikemukakan pada kolom yang sudah
disediakan. Terdapat jawaban salah atau benar pada sesi angket/kuisioner
ini, karena itu isilah sesuai dengan kemampuan diri saudara/i yang
sesungguhnya.

No Keterampilan Jawaban
Aritmatika Sederhana

“Apabila 5 orang bersaudara diberi uang sebesar


1 Rp250.000, dan mereka harus membagi uang
tersebut sama rata, berapa jumlah uang yang
diterima oleh masing-masing saudara?”

Pemahaman Konsep Nilai Mata Uang

“Apabila kelima saudara tersebut harus menunggu


selama 1 tahun untuk mendapatkan bagian uang
mereka yang akan dibelanjakan, dengan asumsi
2
tingkat inflasi yang sama, maka mereka akan
mampu membeli:
(lebih banyak / sama banyak / lebih sedikit /
tergantung barang yang dibeli)”

Pemahaman Konsep Bunga

“Jika anda menabung sebesar Rp1000.000, dengan


3 suku bunga 2% per tahun, berapa jumlah tabungan
anda di akhir tahun pertama? (dengan asumi anda
tidak melakukan penyetoran atau penarikan uang)”
Pemahaman Konsep Investasi

4 “Apakah anda percaya bahwa investasi yang


memberikan keuntungan besar cenderung memiliki
risiko yang tinggi?”
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman wawancara ini hanya mengemukakan rencana wawancara secara
garis besar, dan akan dikembangkan secara lebih mendalam pada saat wawancara
dilakukan terhadap informan sehingga diharapkan perolehan informasi yang
lengkap, aktual dan akurat.

Adapun beberapa pedoman pertanyaan dalam wawancara tersebut adalah


sebagai berikut:

Prosedur Pertanyaan Perilaku Menabung untuk Informan Perkotaan


dan Pedesaan

No. Pertanyaan Wawancara


1 Apakah anda melakukan kegiatan menabung?
2 Kapan awal melakukan kegiatan menabung?
3 Apakah dilakukan secara konsisten? (jika tidak) mengapa?
Menabung secara periodik (harian/mingguan/bulanan) atau secara suka-
4
suka (kapan saja semaunya)?
5 Dari mana sumber terbesar dana tabungan anda?
6 Berapa besaran persentase bagian dana yang ditabungkan dari pendapatan?
7 Berapa rasio perbandingan tabungan dengan konsumsi anda?
Apakah nominal tabungan selalu sama setaip kali menabung atau berbeda
8
sesuai kondisi ekonomi/keuangan?
Saat mendapatkan gaji atau pendapatan dari hasil bekerja, apa yang
9
pertama anda lakukan ?
10 Dimana dana tabungan disimpan? Alasannya?
11 Apakah anda senang dalam melakukan kegiatan menabung?
12 Apa tujuan anda dalam menabung?
13 Apakah tabungan anda terdiri dari tabungan jangka pendek dan jangka
panjang?
14 Apa tujuan menabung jangka pendek anda? (jika ada)
15 Apa tujuan menabung jangka panjang anda? (jika ada)
Apakah anda merasa cukup dengan keadaan ekonomi/keuangan anda
16
sekarang?
17 Apakah anda termasuk orang yang khawatir akan masa depan?
18 Berapa dana darurat yang harus anda tabung?
Kebiasaan menabung anda apakah dari peran orang tua/lingkungan atau
19
lainnya seperti paksaan?
20 Pernah menabung dengan media simpanan tabungan berbentuk celengan?
Hal apa yang anda lakukan ketika mendapatkan hadiah/bonus/insentif
21
berupa uang?
22 Apa perspektif atau pandangan anda tentang kegiatan menabung?
23 Apakah berencana untuk menambah porsi tabungan?
24 Apa minat terbesar anda untuk menabung?
25 Pengorbanan apa yang anda lakukan agar bisa menabung?
Apakah keputusan menabung anda dilakukan atas keputusan sendiri atau
26
secara bersama seperti anggota keluarga atau yang lainnya?
27 Apakah situasi pandemi mempengaruhi aktifitas menabung anda?
Prosedur Pertanyaan Perilaku Investasi untuk Informan Perkotaan dan
Pedesaan
No. Pertanyaan Wawancara
1 Apakah anda melakukan kegiatan investasi?
2 Apakah anda aktif melakukan investasi hingga sekarang?
3 Berinvestasi secara periodik atau suka-suka?
4 Apakah beberapa waktu kedepan masih akan melakukan investasi?
5 Investasi apa yang anda lakukan?
6 Apa pertimbangan anda dalam menentukan investasi tersebut?
7 Fakor apa yang mendasari anda untuk melakukan investasi?
8 Bagaimana anda mengelola resiko agar dampaknya dapat diminimalisir?
Apakah anda selalu mencari tahu sebuah informasi atau mengnalisis
9
sebelum berinvestasi?
10 Apa tujuan anda dalam berinvestasi?
11 Dari mana sumber dana investasi anda?
12 Berapa rasio perbandingan investasi dengan tabungan anda?
13 Berapa rasio perbandingan investasi dengan konsumsi anda?
Apakah nominal investasi anda selalu bertambah dari waktu-waktu
14
sebelumnya?
Jika anda megalami penurunan pendapatan, apakah masih akan melakukan
15
investasi?
Apakah investasi yang anda lakukan saat ini pasti menhasilkan keuntungan
16
pada waktu yang akan datang?
17 Keuntungan dari investasi yang anda lakukan digunakan untuk apa?
18 Apakah anda orang yang selalu merencanakan keuangan?
19 Apakah anda merasa bahwa anda seseorang yang konsumtif?
Apakah anda merasa bahwa anda seeorang yang berhati-hati dalam
20
pengeluaran?
21 Apakah anda pernah mengalami kerugian/kegagalan dalam investasi anda?
22 Apakah kerugian/kegagalan dalam berinvestasi membuat anda jera?
Keputusan dalam berinvestasi yang anda lakukan, apakah sesuai keputusan
23
sendiri atau secara bersama? Atau ada peran keluarga/orang lain?
24 Apakah situasi pandemi mempengaruhi aktifitas investasi anda?
Apakah anda termasuk orang yang lebih memikirkan masa depan dari pada
25
masa sekarang?
26 Apa pandangan atau perspektif anda mengenai investasi?

27 Apakah lingkungan mempengaruhi aktifitas investasi anda?

Anda mungkin juga menyukai