Anda di halaman 1dari 4

E.

SISTEM HUKUM NASIONAL DAN PERADILAN NASIONAL

1. Sistem Hukum Nasional


a. Pengertian Sistem Hukum Indonesia
Sistem hukum Indonesia adalah hal-hal yang berkaitan dengan hukum secara keseluruhan
yang berlaku di Negara Indonesia. Sebagai negara hukum, Indonesia harus menegakkan
hukum dengan berpijak pada keadilan. Penegakan hukum yang adil didasarkan pada etika
kehidupan berbangsa.

b. Unsur-Unsur Sistem Hukum


Secara umum unsur-unsur sistem hukum
terdiri atas tiga hal sebagai berikut:
1) Substansi hukum atau materi
hukum, yaitu peraturan yang dipakai para
pelaku hukum ketika melakukan
perbuatan serta hubungan hukum yang
terjadi. Materi hukum terkait dengan
aturan hukum menurut jenisnya, seperti hukum pidana, hukum perdata, hukum tata usaha
negara, hukum-hukum yang terkait dengan keyakinan agama, dan materi yang dalam
bentuk formal seperti peraturan perundang-undangan nasional.
2) Struktur hukum atau susunan hukum, yaitu pola yang memperhatikan bagaimana
hukum dijalankan menurut ketentuan yang hukum formal serta proses yang dijalankan.
Struktur hukum terkait dengan lembaga-lembaga hukum dan para penegak hukum yang
bekerja di dalamnya.
3) Kultur hukum atau budaya hukum. Kultur hukum ialah kebiasaan dalam praktik hukum
yang berlaku. Budaya hukum terkait dengan kepentingan akan berlakunya hukum secara
baik, yaitu lahirnya ketertiban, keadilan, dan kepastian hukum yang menjadi tuntutan
harapan dari masyarakat pemakai hukum.

c. Tata Hukum Indonesia


Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, Indonesia adalah negara hukum. Negara
hukum dipahami sebagai negara yang pemerintahannya berdasarkan hukum. Pada prinsipnya,
negara hukum memiliki tiga asas sebagai berikut:
1) Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia (HAM).
2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
3) Adanya kepastian hukum (legalitas hukum).

d. Penggolongan Hukum
Penggolongan hukum di Indonesia dapat dilihat dari bentuk, isi, tempat, waktu, dan cara
mempertahankannya:
1) Menurut bentuknya, hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Hukum tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Misalnya hukum pidana, hukum perdata, hukum tata usaha
negara, hukum dagang, dan hukum perkawinan.
1
b) Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan di
masyarakat, tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan). Hukum tidak tertulis
tidak termaktub dalam suatu dokumen, tetapi diyakini dan ditaati oleh suatu
masyarakat tertentu. Misalnya, konvensi (contohnya pidato presiden tiap tanggal 16
Agustus di depan DPR), adat istiadat, dan kebiasaan.
2) Menurut tempat berlakunya, hukum dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Hukum nasional, adalah hukum yang berlaku secara penuh dalam suatu negara.
b) Hukum internasional, adalah hukum yang mengatur hubungan dan hukum dalam
dunia internasional
c) Hukum asing, adalah hukum yang berlaku dalam negara lain
3) Menurut waktu berlakunya, hukum dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Hukum positif (ius constitutum), adalah hukum yang berlaku bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Misalnya UUD NRI Tahun 1945.
b) Hukum yang dicita-citakan (ius constituendum), adalah hukum yang diharapkan
dapat berlaku di masa yang akan datang. Misalnya, Aturan Peralihan Pasal 1 UUD
NRI Tahun 1945.
c) Hukum asasi/hukum alam (jus naturale), adalah hukum yang berlaku di mana pun
dan kapan pun untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas
waktu, tetapi berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapa pun. Misalnya,
keadilan, kemanusiaan, dan kesetaraan.
4) Menurut cara mempertahankannya, hukum dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Hukum materiel, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
kepentingan kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-
perintah dan larangan larangan. Misalnya, hukum pidana, hukum perdata, dan
hukum dagang.
b) Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiel atau
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara mengajukan sesuatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-cara hakim memberi putusan.
Misalnya, hukum acara pidana, hukum acara perdata, dan hukum acara peradilan
tata usaha negara.
5) Menurut wujudnya, hukum dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Hukum objektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak
mengenal orang atau golongan tertentu. Hukum ini berfungsi hanya menyebutkan
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih.
b) Hukum subjektif, adalah hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seseorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.
Pembagian jenis ini jarang digunakan.
6) Menurut isinya, hukum dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarorang dengan berpusat
kepada kepentingan perseorangan. Hukum privat antara lain mencakup hukum
perdata, hukum perkawinan, dan hukum waris.
b) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-
alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan (warga

2
negara). Hukum publik antara lain mencakup hukum pidana, hukum tata negara,
hukum tata usaha negara, dan hukum administrasi negara.

2. Sistem Hukum Nasional


a. Pengertian Sistem Peradilan Nasional
Sistem peradilan nasional merupakan bagian keseluruhan dari peradilan nasional, pihak-pihak
dalam proses peradilan, hierarki kelembagaan peradilan maupun aspek-aspek yang bersifat
prosedur yang saling terhubung sehingga terwujud suatu keadilan hukum.

b. Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman di Indonesia diatur dalam Pasal
24 Ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI Tahun 1945:
1) Ayat (1): Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
2) Ayat (2): Kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
‘tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
3) Ayat (3): Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang.

c. Jenis Peradilan di Indonesia


Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan ketentuan tersebut, jenis peradilan dapat dibedakan menjadi berikut:
1) Peradilan umum, yaitu peradilan yang memiliki wewenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perihal perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Peradilan umum terdiri dari beberapa pengadilan, yakni:
a) pengadilan negeri,
b) pengadilan tinggi, dan
c) pengadilan khusus.
2) Peradilan agama, yaitu peradilan yang memiliki wewenang untuk memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antarorang yang beragama Islam sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peradilan agama adalah pengadilan
agama dan pengadilan tinggi agama.
3) Peradilan tata usaha negara, yaitu peradilan yang berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai dengan ketentuan

3
peraturan perundang- undangan. Peradilan tata usaha negara terdiri dari pengadilan tata
usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara.
4) Peradilan militer adalah peradilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
perihal perkara tindak pidana militer sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan Tata Usaha Militer yang tercantum dan ditentukan Pasal 40 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1997.
Peradilan militer terdiri dari beberapa pengadilan, yakni:
a) Pengadilan Militer untuk tingkat kapten ke bawah,
b) Pengadilan Militer Tinggi untuk tingkat mayor ke atas,
c) Pengadilan Militer Utama untuk banding dari pengadilan tinggi militer, dan
d) Pengadilan Militer Pertempuran khusus di medan pertempuran.

Anda mungkin juga menyukai