Semester : 4
Modul : Keterampilan Klinis 2
Minggu : 10
Waktu : 200 menit (100 menit online, 100 menit offline)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan reposisi fraktur tertutup
2. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan stabilisasi fraktur
3. Mahasiswa dapat melakukan dressing dengan sling dan bandage
B. Rencana Pembelajaran
Durasi 100 menit online dan 100 menit offline
Panduan ➢ 10 menit pertama instruktur memberikan pretest terkait
Instruktur materi.
➢ Pada 60 menit pertama, mahasiswa dijelaskan oleh
instruktur bagaimana cara pemeriksaan dan penanganan
fraktur, sprain dan strain.
➢ Pada 30 menit berikutnya, mahasiswa dibimbing
instruktur untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan
fraktur, sprain dan strain.
➢ Tugas offline : mahasiswa wajib membuat pemeriksaan
dan penanganan fraktur, sprain dan strain, dikumpulkan
ke Instruktur melalui WA/Email maksimal hari Minggu,
4 April 2021, pukul 18.00 WIB.
➢ Instruktur memberikan penilaian dan feedback sesuai
video yang dikumpulkan mahasiswa. Penilaian dilakukan
menggunakan iClass maksimal harI Senin, 5 April 2021
pukul 18.00 WIB.
Tugas ➢ Menyimak penjelasan instruktur tentang cara melakukan
Mahasiswa pemeriksaan dan penanganan fraktur, sprain dan strain.
➢ Melakukan prosedur pemeriksaan dan penanganan
fraktur, sprain dan strain.
➢ Setelah selesai skills lab mahasiswa wajib membuat video
pemeriksaan dan penanganan fraktur, sprain dan strain.
Dikumpulkan ke Instruktur melalui WA/Email maksimal
hari Minggu, 4 April 2021 pukul 18.00.
C. Dasar Teori
Fraktur adalah diskontinuitas atau terputusnya kesinambungan, sebagian atau seluruh korteks dan
struktur tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Terjadinya fraktur dapat dikarenakan oleh trauma atau terjadi spontan tanpa adanya trauma yang
signifikan, kelemahan dari tulang akibat gangguan metabolisme (osteoporosis), tumor maupun
infeksi.
Fraktur tulang spontan yaitu terjadinya patah tulang akibat adanya trauma yang tidak adekuat.
Sedangkan fraktur patologis terjadi jika tulang patah didaerah yang lemah karena mengalami
osteoporosis, tumor, baik itu jinak maupun ganas atau karena infeksi akibat trauma yang tidak
adekuat
Klasifikasi Fraktur
1. Terbuka/ Tertutup
Salah satu klasifikasi fraktur berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah
yang patah, yaitu :
− Fraktur Tertutup
Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
− Fraktur Terbuka
Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, baik fragmen
tulang yang menonjol keluar (from within) ataupun benda asing dari luar masuk ke
dalam luka (from without) yang memungkinkan masuk dan bertumbuhnya kuman
pada luka.
2. Fraktur Komplit/ inkomplit
− Fraktur Komplit : apabila garis fraktur yang melalui seluruh penampang tulang
ataumelalui kedua korteks tulang seperti yang terlihat dalam foto
− Fraktur inkomplit : apabila garis fraktur tidak melalui seluruh penampang tulang,
seperti : hairline fraktur, greenstick fraktur, buckle fraktur
3. Menurut garis frakturnya : transversal, oblik, spiral, kompresi, avulsi
4. Menurut Jumlah garis fraktur
− Fraktur kominutif : garis fraktur lebih dari satu dan saling berhubungan
− Fraktur segmental : garis fraktur lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan
− Fraktur multipel : garis fraktur lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya
5. Bergeser/ tidak bergeser
− Fraktur undisplaced: garis fraktur komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser
− Fraktur displaced: terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur
Oedem, perdarahan dan pergeseran fragmen dapat mengancam nerovaskuler disebelah distal
fraktur
Di tungkai bawah terdapat kompartemen yang merupakan ruang terbatas, jika terdapat oedem /
perdarahan dapat menimbulkan sindroma kompartemen
Penatalaksanaan Fraktur
1. Anamnesis
Keluhan Utama ditanyakan terjadinya fraktur dan lokasi nyeri ,
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Lokal, dengan Look (inspeksi), Feel (palpasi) dan Movement (gerakan)
Look (inspeksi) : melihat adanya deformitas seperti angulasi, rotasi atau pemendekan.
Feel (palpasi) : meraba, mencari daerah yang nyeri tekan, krepitasi, melakukan
pemeriksaan vaskuler distal trauma, mengukur tungkai
Movement (gerakan) : Mengukur Lingkup gerak sendi, kekuatan otot, sensibilitas
3. Pemeriksaan Neurologis
Berupa pemeriksaan saraf sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis
4. Pemeriksaan Radiologis, dengan foto polos dan pemeriksaan radiologist lainnya.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
- mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
- konfirmasi adanya fraktur
- melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen dan pergerakannya
- menentukan teknik penatalaksanaan selanjutnya
- menentukan fraktur baru atau lama
- menentukan fraktur intraartikuler atau ekstraartikuler
- menentukan keadaan patologis lain dari tulang
- melihat adanya benda asing
Penatalaksanaan Fraktur
Pada fase awal maka penatalaksanaan yang diberikan adalah melakukan proteksi dengan
immobilisasi pada lokasi fraktur
PEMBEBATAN
Tekanan dari suatu pembebat merupakan fungsi dari tekanan oleh bahan
pembebat, jumlah lapisan pembebat dan diameter dari ekstremitas yang dibebat.
Hubungan faktor-faktor ini telah disusun oleh Hukum Laplace yang menyatakan
bahwa ”tekanan dari tiap lapisan pembebat berbanding lurus dengan tekanan
pembebat dan berbanding terbalik dengan diameter dari ekstremitas yang dibebat”.
Rumus untuk menghitung tekanan tiap lapis pembebatan (sub-bandage pressure) :
Rumus ini hanya berlaku pada saat awal pembebatan dilakukan karena kebanyakan
pembebat kehilangan elastisitas yang signifikan dari tahanan awal sesuai dengan
berjalannya waktu.
Hal yang penting dalam pembebatan adalah metode dari pembebatan itu
sendiri, karena pada prakteknya pembebatan dilakukan dengan bentuk spiral di mana
terjadi overlapping antar pembebat yang menentukan jumlah lapisan yang
melingkari titik tertentu pada ekstremitas. Overlap 50 % secara efektif menghasilkan
tekanan dua lapis, overlap 66 % secara efektif menghasilkan tekanan tiga lapisan.
Hal ini perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi penekanan berlebihan pada suatu
titik di daerah pembebatan yang dapat mengakibatkan nekrosis jaringan.
3) Tie shape
Merupakan triangle cloth yang dilipat berulang kali. Biasanya digunakan
untuk membebat mata, semua bagian dari kepala atau wajah, mandibula, lengan
atas, kaki, lutut, maupun kaki.
4) Plaster
Pembebat ini digunakan untuk menutup luka, mengimobilisasikan sendi
yang cedera, serta mengimobilisasikan tulang yang patah. Biasanya penggunaan
plester ini disertai dengan pemberian antiseptic terutama apabila digunakan untuk
menutup luka.
5) Steril Gauze (kasa steril)
Digunakan untuk menutup luka yang kecil yang telah diterapi dengan
antiseptik, antiradang dan antibiotik.
h. Prosedur Pembebatan
1) Perhatikan hal-hal berikut :
- Lokasi/ tempat cidera
- Luka terbuka atau tertutup
- Perkiraan lebar atau diameter luka
- Gangguan terhadap pergerakan sendi akibat luka
2) Pilihlah pembebat yang benar, dan dapat memakai kombinasi lebih dari satu
jenis pembebat.
3) Jika terdapat luka dibersihkan dahulu dengan disinfektan, jika terdapat
dislokasi sendi diposisikan seanatomis mungkin.
4) Tentukan posisi pembebat dengan benar berdasarkan :
a) Pembatasan semua gerakan sendi yang perlu imobilisasi
b) Tidak boleh mengganggu pergerakan sendi yang normal
c) Buatlah pasien senyaman mungkin pada saat pembebatan
d) Jangan sampai mengganggu peredaran darah
e) Pastikan pembebat tidak mudah lepas.
SKENARIO
Seorang penderita datang ke UGD dengan keluhan tungkai bawah kanan nyeri dan bengkok
setelah jatuh dari sepeda motornya 30 menit yang lalu.
Pada survei primer ABC baik, dan pada survei sekunder didapati tanda-tanda fraktur tertutup
cruris dextra non-komplikata.
INSTRUKSI
Lakukan pemasangan bidai pada penderita tersebut!
3. Melakukan Re-alignment
a. Melakukan re-alignment dengan cara meluruskan tungkai dan memposisikan
seanatomis mungkin) secara "gentle" (tidak kasar, tidak terlalu kuat saat meluruskan
bagian yang mengalami deformitas)
b. Melakukan pemeriksaan vaskularisasi di distl trauma dengan cara meraba arteri
dorsalis pedis setelah re-alignment dengan 2 atau 3 jari diantara tendo extensor
digiti 2 dan 3. Hal ini untuk memastikan vascularisasi tetap normal. Setelah pulsasi
teraba dilanjutkan ke langkah berikutnya.
5. Melakukan tes/prosedur klinik atau interpretasi data untuk menunjang diagnosis banding
atau diagnosis : Pemeriksaan Radiologis, dengan foto polos cruris