Anda di halaman 1dari 111

KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBELI KOMPULSIF

(COMPULSIVE BUYING) PADA WANITA DEWASA MUDA YANG


BEKERJA DAN BELUM MENIKAH: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh:
Roland Yehoshua
NIM: 049114066

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
SKRIPSI

KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBELI KOMPULSIF


(COMPULSIVE BUYING) PADA WANITA DEWASA MUDA YANG
BEKERJA DAN BELUM MENIKAH: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Disusun Oleh:

Roland Yehoshua

NIM : 049114066

Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing Tanggal: 21 Agustus 2009

(Minta Istono, S.Psi., M.Si)

ii
SKRIPSI
KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBELI KOMPULSIF
(COMPULSIVE BUYING) PADA WANITA DEWASA MUDA YANG
BEKERJA DAN BELUM MENIKAH: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Dipersiapkan dan ditulis oleh


Roland Yehoshua
NIM : 049114066

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji


Pada tanggal 31 Juli 2009
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Minta Istono, S.Psi., M.Si. ___________

Sekretaris : Kristiani Dewayani, S.Psi., M.Si. ___________

Anggota : P. Henrietta Puji Dwi Astuti D.S., S.Psi ___________

Yogyakarta, 21 Agustus 2009


Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

(P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si.)

iii
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat,


dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. . .” (Amsal 2:6)

“Everything that happens once can never happen again.


But everything that happens twice will surely happen a third time”
(Paulo Coelho)

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus,

Papa & Mama | Emon & Rika,

Teman – teman psikologi angkatan 2004

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2009

(Roland Yehoshua)

v
ABSTRAK

KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBELI KOMPULSIF


(COMPULSIVE BUYING) PADA WANITA DEWASA MUDA YANG
BEKERJA DAN BELUM MENIKAH: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Roland Yehoshua
049114066
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecenderungan


perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada wanita dewasa muda yang
bekerja dan belum menikah. Pada masa perkembangan dewasa muda, individu
dipenuhi dengan berbagai tugas perkembangan. Selain tugas perkembangan,
wanita dewasa muda juga dipenuhi tuntutan dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan pekerjaan. Wanita dewasa muda yang bekerja dan belum menikah memiliki
kecenderungan yang tinggi akan perilaku membeli kompulsif apabila tidak
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dalam pribadi dan pekerjaan.
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa muda yang bekerja dan
belum menikah sebanyak 87 orang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Compulsive Buying. Skala ini dimodifikasi dari skala yang telah
disusun oleh Elizabeth Edwards. Skala ini terdiri dari lima aspek compulsive
buying, yaitu: kecenderungan untuk mengeluarkan uang, dorongan dalam
mengeluarkan uang, perasaan bahagia ketika berbelanja, pengeluaran yang tidak
berfungsi semestinya dan perasaan menyesal setelah berbelanja. Skala Compulsive
buying di uji cobakan langsung pada subjek dan menghasilkan reliabilitas sebesar
0,901.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebaran data normal. Data
penelitian dianalisa dengan statistik deskriptif dan menunjukkan bahwa subjek
penelitian memiliki kecenderungan compulsive buying yang rendah karena mean
empiriknya lebih rendah dari mean teoritiknya (62,47 < 67,5). Selain itu, tidak ada
perbedaan kecenderungan compulsive buying yang signifikan pada subjek dengan
pendidikan terakhir.

Kata kunci: kecenderungan compulsive buying, wanita dewasa muda, wanita


bekerja, wanita belum menikah, studi deskriptif.

vi
ABSTRACT

COMPULSIVE BUYING TENDENCY OF THE WORKING AND SINGLE


YOUNG ADULTHOOD WOMEN: A DESCRIPTIVE STUDY

Roland Yehoshua
049114066
Psychology Faculty
Sanata Dharma University
Yogyakarta

Current research was aimed to investigate the description of the


compulsive buying tendency of the working and single young adulthood women.
In that life-span development, women get many developmental tasks. Beside that,
they also get many demands of their personal life, family pressure and job
problems. The working and single young adulthood women have a high tendency
to compulsive buying if they were not able to adapt or coping with the demands of
personal life and job.
The subjects of current research were 87 working and single young
adulthood women. The instrument that has been used in this research was the
Compulsive buying scale. This scale modified from the scale that developed by
Elizabeth Edwards. This scale consists of five compulsive buying aspects:
tendency to spend, compulsion/drive to spend, feelings (joy) about shopping and
spending, dysfunctional spending and post-purchase guilt. The compulsive buying
scale was tested used scores from the working and single young adulthood women
and resulted in the reliability about 0,901.
The results of the data analysis showed that the data distribution was
normal. The research data was analyzed with descriptive statistic and showed that
the subjects of this research have low compulsive buying tendency because the
empirical mean is lower than its theoretical mean (62,47 < 67,5). Besides that,
there are no differences from subject with any educations to compulsive buying
tendency.

Key words: compulsive buying tendency, young adulthood women, working


women, single women, descriptive study.

vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Roland Yehoshua
NIM : 049114066
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“ Kecenderungan Perilaku Membeli Kompulsif (Compulsive Buying)
Pada Wanita Dewasa Muda Yang Bekerja Dan Belum Menikah:
Sebuah Studi Deskriptif”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media
cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Agustus 2009


Yang menyatakan,

(Roland Yehoshua)

viii
KATA PENGANTAR

Puji sembah syukur kepada Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat,
lindungan dan bimbingan yang melimpah kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kecenderungan Perilaku Membeli
Kompulsif (Compulsive Buying) Pada Wanita Dewasa Muda Yang Bekerja Dan
Belum Menikah: Sebuah Studi Deskriptif.”
Karya sederhana ini tak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan moriil
maupun materiil yang sangat besar artinya bagi penulis. Pada kesempatan yang
istimewa ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik. Terima kasih
banyak pak....
4. Ibu Henrietta PDADS, S.Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi
merangkap sebagai dosen penguji. Terima kasih yah mbak Etta. . .
5. Ibu Kristiani Dewayani, S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji ujian skripsi
untuk masukan dan sarannya untuk kemajuan skripsi penulis. Terima kasih
bu Dewa!
6. Semua Dosen di Fakultas Psikologi USD yang telah mendedikasikan waktu
dan membagi ilmunya demi kemajuan psikologi USD.
7. Semua karyawan di Fakultas Psikologi USD, yaitu mbak Nanik, mas
Gandung dan Pak Gik (sekretariat), mas Muji “Rooney” (laboratorium) dan
mas Doni (ruang baca) atas segala bantuan dan kesabaran dalam membantu
penulis selama proses administrasi, kuliah dan skripsi. Merci beaucoup!.

ix
8. Semua penjaga parkir dan karyawan kampus III Paingan USD. Senyum
kalian di depan pintu gerbang membuat penulis nyaman dan betah berada di
kampus. Hehe. Grazie!
9. Seluruh subjek penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi
skala penelitian. Tanpa kalian semua, skripsi ini takkan pernah terselesaikan
dengan baik. Gracias!
10. Teman-teman psikologi angkatan 2004 yang sudah lebih dahulu lulus.
Tantangan ke depan masih banyak bos! Untuk Mietha (akhirnya nyusul
kamu nih!), Nipeng, Sronggot, Anung, Nice, Raniy, Vembri, Mumun,
Nana, Franky, Astin, Dora, Yoyok dan Nyoenz. Dukungan dan dorongan
kalian ibarat darah yang dapat menambah tenaga bagi penulis. Semoga
sukses yah! Jadi teringat pepatah kuno: Old wine best to drink, old woods
best to burn & old friends best to keep!
11. Spesial untuk Yumil (Semangat Mbu!), Wisnu (Semangat Bos!), Felix
(Semangat Mate!), Japhar (Semangat With the Love!), Blegux (Semangat
Gyuuuk!), Simien (Semangat Mien!), Benzo (Semangat Benz!), Baka (Ayo
Bak!), Krisna (Ayo Kris!), Pakde Dul (Ayo Pédédé!), Thatat (Ayo That!),
Bli Made Boy (Ayo Bli!), Ronald (Ayo Koh!), Dhita (Ayo Dhit!), Wulan
‘the Wonosari Club’, Pandu Mietha, Anang, Diah, Dito, Niko, Kike,
Vonny, Panjul, Kadek, Wilis, Sisri, Alit dan Patje yang sedang berjuang
untuk skripsi mereka! Semangat dong! Pasti bisa!
12. Teman’s komunitas bawah tetangga (kbt) yang melegenda selain angkatan
2004, dari angkatan 2000 sampai 2008. Dari yang tertua: Kang Keindra,
Diksu, Windra, Danang (kapan tour de campus?) mas Y, Topig & Wiwid,
Cookie & Galuh, Misil (R.I.P.), Ubhe, Conrad, Sikun, Fera, mas Acong,
Vigor, Ajay, Lucky, Keset, Paymoon, Wandan, Mantow, Endy, Wulan,
Guntur, Arya, Tino, Big Dody dan semua yang sering nongkrong di kbt.
13. Kakak dan adik angkatan seantero Psikologi USD. Dikarenakan
keterbatasan halaman, mohon maaf apabila entah itu sengaja maupun tidak
sengaja tidak disebutkan nama satu per satu. Kak Ohaq ‘Tropica’ dan jeng
Marin yang telah mendorong penulis untuk segera merampungkan skripsi.

x
Adik angkatan yang lucu-lucu seperti Hairani, Sanjul, Alitta, Nenis, Anggi,
Tiya, Mega, Nina, Ikem, De’a, Kika Mantaf, Made Tan dan kak Hellen.
Terima kasih semangat tingkat tingginya yah!
14. Teman – teman lama tak jumpa: dr.Sigit, Bung Tomo, Charis & Deasy,
Tony, Kiki, Bang Baskoro, Omega, Krisyu dan Gidion a.k.a. Ucok
(akhirnya.....hehehe). Danke buat pengalaman tak terlupakan.
15. Teman - teman ‘dunia maya’ baik di friendster dan facebook. Hehe. Jauh di
mata, dekat di monitor deh... Keep in Touch! Sekalian juga buat
google.com, wikipedia.org dan proquest.com untuk semua referensi dan
ilmu tanpa batas!
16. Teman-teman KKN Alternatif Serut 2008. Ines, Rosye, Yuan, Rita dan
mbak Anna. Sukses di bidangnya masing – masing yah..Hehe.
17. Orang-orang penting di balik layar: Mucho Obrigado buat Marisa dan
Marko, Novianto, oom Abeng dan keluarga.
18. Keluarga besar di Jakarta. Untuk Astri, kak Nona dan kak Hendrik yang
telah memberi dukungan penuh kepada penulis.
19. Untuk papa, mama yang cantik, Emon dan Rika. Terima kasih atas semua
kasih sayang, cinta, dukungan, semangat, doa dan kepercayaan yang tak ada
batasnya kepada penulis. Love you all!
20. At least but not least...Yang Dipertuhan Agung, Yesus Kristus beserta
keluarga besarnya.

Yogyakarta, Juni 2009

Roland Yehoshua

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Motto dan Persembahan ................................................................... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ............................................................... v
Abstrak ............................................................................................................. vi
Abstract ............................................................................................................ vii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi ...................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi .......................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
A. Compulsive Buying .................................................................... 8
1. Pengertian Compulsive Buying ............................................. 8
2. Ciri-ciri Compulsive Buying ................................................. 9
3. Kriteria Diagnostik Compulsive Buying ................................. 11
4. Dampak Compulsive Buying ................................................... 12
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Compulsive Buying ...... 13
B. Wanita Dewasa Muda ................................................................. 19
1. Pengertian dan Batasan Usia Wanita Dewasa Muda ............. 19
2. Ciri-Ciri Dewasa Muda ......................................................... 21
3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Muda ........................... 26

xii
C. Wanita dan Pekerjaan .................................................................. 27
1. Pengertian Wanita Yang Bekerja ......................................... 27
2. Motif Wanita Yang Bekerja ................................................. 28
3. Konflik Wanita Yang Bekerja ............................................. 29
4. Status Lajang Wanita Yang Bekerja .................................... 32
D. Kecenderungan Compulsive Buying Pada Wanita Dewasa
Muda Yang Bekerja dan Belum Menikah .................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 39
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 39
B. Subjek Penelitian .......................................................................... 39
C. Identifikasi Variabel .................................................................... 40
D. Definisi Operasional .................................................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 43
F. Prosedur Penelitian ....................................................................... 46
G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 47
1. Validitas ................................................................................ 47
2. Seleksi Aitem ........................................................................ 48
3. Reliabilitas ............................................................................. 50
H. Metode Analisis Data ................................................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 53
A. Persiapan Penelitian ..................................................................... 53
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 53
C. Hasil Penelitian ........................................................................... 54
1. Data Karakteristik Subjek .............................................. 55
2. Uji Normalitas ....................................................................... 57
3. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum ............................. 59
4. Deskripsi Aspek Compulsive Buying.................................... 60
5. Analisa Tambahan ................................................................ 62
D. Pembahasan ................................................................................ 63

xiii
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70


LAMPIRAN ....................................................................................................... 74

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue print kuesioner ...................................................................... 46


Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem baru Skala Compulsive Buying................ 50
Tabel 3. Deskripsi Usia Subjek .................................................................. 55
Tabel 4. Deskripsi Pendidikan Subjek ....................................................... 56
Tabel 5. Deskripsi Pekerjaan Subjek ......................................................... 57
Tabel 6. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ......................................... 58
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum ..................................... 59
Tabel 8. Uji Statistik One Sample t-test ..................................................... 60
Tabel 9. Deskripsi Aspek Compulsive Buying............................................. 61
Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir........ 62

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Penelitian .................................................................... 74


Lampiran B. Tabulasi Data Penelitian ...................................................... 79
Lampiran C. Hasil Seleksi Aitem dan Reliabilitas ................................... 86
Lampiran D. Hasil Uji Normalitas ............................................................ 88
Lampiran E. Hasil Olah Data ................................................................... 90

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Compulsive buying merupakan keinginan yang tidak terkontrol

untuk membeli sesuatu yang akhirnya mengakibatkan penyesalan yang

mendalam. Compulsive buying adalah suatu fenomena yang muncul di

masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Untuk beberapa orang,

perilaku ini hampir-hampir mirip dengan perilaku bermasalah lainnya seperti

alkoholisme, kecanduan narkoba, kleptomania dan gangguan makan (Faber,

2004). Compulsive buying merupakan salah satu perilaku konsumen

menyimpang, yang bisa mengakibatkan berbagai masalah mulai dari

masalah keuangan, hubungan dengan orang-orang terdekat, hukum dan juga

psikologi.

Untuk masalah keuangan, sudah jelas bahwa compulsive buyer

akan mengalami pengeluaran yang banyak sekali hingga tidak terkontrol dan

terlilit banyak hutang. Misalnya saja beberapa compulsive buyer dalam

sekali kegiatan berbelanja dapat memborong banyak jenis pakaian. Masalah

hutang yang menumpuk disebabkan melalui penggunaan kartu kredit.

Dengan kartu kredit, uang yang dikeluarkan tidak terasa karena posisi uang

tunai digantikan kartu kredit yang penggunaannya hanya digesekkan saja.

Saat membayar tagihan kartu kredit di akhir bulan, barulah sadar bahwa

jumlah hutang yang harus dibayarkan ternyata banyak sekali.

1
2

Dari masalah keuangan tersebut, dapat menyebabkan konsekuensi

negatif lainnya, yaitu terganggunya hubungan dengan orang-orang terdekat.

Jika compulsive buyer orang yang telah menikah, akan terjadi perpecahan

sehingga menyebabkan perceraian. Hal ini dikarenakan pihak suami maupun

istri mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak untuk membeli barang-

barang yang tidak diperlukan. Disamping itu, compulsive buyer yang belum

menikah dapat terkena dampaknya juga. Perselisihan dengan orangtua,

kakak, adik, teman maupun pacar akibat dari perilaku membeli yang tak

terkontrol.

Masalah hukum tak luput dari dampak negatif compulsive buying.

Seseorang compulsive buyer tentu akan diproses secara hukum apabila tidak

mampu melunasi hutang-hutangnya pada bank akibat dari penggunaan kartu

kredit ketika berbelanja. Selain itu, penipuan dalam bentuk penulisan cek

kosong dapat menyebabkan seseorang diseret ke meja hijau.

Dampak negatif compulsive buying pada aspek psikologi sangat

beragam. Mulai dari perasaan cemas dan depresi hingga percobaan bunuh

diri. Faber (2004) mengungkapkan bahwa cemas dan depresi disebabkan

karena umumnya compulsive buyer adalah orang yang mempunyai

kepercayaan diri yang rendah. Kepercayaan diri yang rendah itu adalah

ketidakmampuan mereka ketika masih kanak-kanak dalam menyenangkan

orangtua mereka dan kegagalan mereka dalam memperoleh pengakuan dari

orangtuanya. Ketidakpercayaan diri mengenai masalah fisik juga ditemukan

pada beberapa kasus. Ada seorang compulsive buyer yang tidak percaya diri
3

karena berjerawat, badannya gemuk, pendek sedangkan kakak perempuan

kandungnya sangat cantik. Percobaan bunuh diri merupakan efek negatif

compulsive buying jika ternyata masalah-masalah yang ada menumpuk dan

begitu rumitnya, sehingga orang mengambil jalan keluar untuk mengakhiri

hidupnya (Koran, Faber, Aboujaoude, Large dan Serpe, 2006).

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Koran et al.,(2006) di

Amerika Serikat ditemukan hasil bahwa konsumen dengan pendapatan

kurang dari US$ 50.000 ternyata lebih menunjukkan kecenderungan

berperilaku compulsive buying ketimbang konsumen dengan pendapatan

lebih dari US$ 50.000. Perbandingan persentasenya 54,7% dan 39,3%.

Adapun penjelasannya adalah konsumen dengan penghasilan pas-pasan

ketika mempunyai uang ternyata merasa mampu membeli banyak barang,

padahal konsumen seperti itu membeli barang yang tidak terlalu diperlukan

dan mereka lupa kalau penghasilannya sebenarnya masih sangat terbatas.

Hal lain yang semakin menguatkan dugaan tersebut adalah sekarang ini

kartu kredit tidak hanya dimiliki oleh orang berpenghasilan tinggi saja.

Masyarakat yang kemampuan ekonomi menengah sekarang juga sudah bisa

memiliki kartu kredit.

Wanita modern sekarang ini banyak yang telah terjun ke dunia

kerja. Mereka telah mandiri secara finansial sehingga mereka leluasa dalam

pengeluaran. Hal ini dikarenakan mereka ingin menikmati hasil jerih payah

selama bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut pandangan Sudarto

(dalam Fransisca & Suyasa, 2005), wanita bekerja dan masih lajang lebih
4

banyak mengkonsumsi lebih banyak dalam hal penampilan (seperti

kosmetik, parfum, perawatan tubuh dan wajah, pakaian, pernak-pernik

berupa kalung, gelang, anting-anting, sepatu dan tas. Selain hal itu, mereka

juga leluasa sekali menggunakan penghasilannya dikarenakan mereka belum

dan tidak mempunyai tanggungjawab terhadap keluarga sehingga

pengeluaran dapat dipergunakan untuk dirinya sendiri.

Karena penelitian ini melibatkan wanita bekerja dan belum

menikah yang masih berada pada tahap perkembangan dewasa muda, maka

akan dijelaskan apa dan bagaimana wanita pada masa dewasa muda

berperilaku. Masa dewasa muda adalah masa awal seseorang dalam

menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan

sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya

memerankan peran ganda seperti peran sebagai istri dan peran dalam dunia

kerja (berkarir). Selain itu, masa dewasa dewasa muda dikatakan sebagai

masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk

melepaskan ketergantungannya terhadap orangtua dan berusaha untuk bisa

mandiri. Disamping itu, masa dewasa muda merupakan masa yang penuh

ketegangan emosional. Individu dewasa muda yang usianya mencapai akhir

usia duapuluhan, kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil,

resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat

bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam

pekerjaan yang belum tinggi. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan
5

berakhir pada stres bahkan bunuh diri. Kondisi ini akan berangsur-angsur

berubah ketika seseorang akan memasuki usia 30an.

Compulsive buying pada wanita dewasa muda yang telah bekerja

dan belum menikah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling

berkaitan. Dalam penelitiannya, Valence, d’Astous dan Fortier (1988)

menawarkan suatu kerangka mengenai asal muasal compulsive buying.

Faktor-faktor itu antara lain faktor keturunan, lingkungan keluarga, disfungsi

biologis dan variabel-variabel yang situasional sehingga muncul kecemasan.

Variabel situasional misalnya stress di lingkungan kerja, hubungan

interpersonal yang kurang harmonis, dan konflik peran. Keadaan ini

diperkuat oleh dominannya media massa, khususnya tayangan acara di

televisi beserta iklan produk yang bertubi-tubi, dan maraknya pusat-pusat

perbelanjaan (mall, department stores, butik). Individu membeli sesuatu

bukan saja atas nilai kegunaannya, tapi juga nilai prestise, sekadar mengikuti

tren yang sedang in, hanya mencoba-coba dan terpengaruh iklan maupun

teman-teman.

Kombinasi dari wanita dewasa muda yang telah bekerja dan belum

menikah sama-sama melekat dalam perilaku compulsive buying, sehingga

peneliti akan melihat pula apakah kombinasi ini dapat menimbulkan

perbedaan kecenderungan perilaku compulsive buying.

Kenyataan dan uraian tersebut mendorong penulis untuk meneliti

mengenai “Kecenderungan Perilaku Membeli Kompulsif (Compulsive

Buying) Pada Wanita Dewasa Muda Yang Bekerja dan Belum Menikah”.
6

B. RUMUSAN MASALAH

Dari berbagai ulasan sebelumnya maka dapat dirumuskan sebuah

masalah yaitu “Bagaimanakah tingkat kecenderungan berperilaku membeli

kompulsif (compulsive buying) pada wanita dewasa muda yang sudah

bekerja dan yang belum menikah?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecenderungan

perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada wanita dewasa

muda yang telah bekerja dan belum menikah.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru di

bidang psikologi konsumen, perkembangan dan klinis, khusunya

dalam topik pembicaraan mengenai perilaku konsumen, lebih khusus

lagi mengenai perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada

wanita dewasa dini yang bekerja dan belum menikah. Penelititan di

Indonesia mengenai perilaku konsumen masih banyak yang mengulas

mengenai perilaku konsumtif, sehingga penelitian ini diharapkan bisa

menambah pengetahuan mengenai perilaku membeli kompulsif di

Indonesia.
7

2. Manfaat praktis

a. Bagi wanita, memberikan gambaran tentang kecenderungan

compulsive buying pada wanita dewasa muda yang telah bekerja

dan belum menikah sebagai suatu perilaku menyimpang yang

merupakan produk dari kebudayaan konsumen. Selain itu, hasil

penelitian ini secara umum dapat bermanfaat bagi setiap wanita

yang sudah bekerja untuk lebih menghargai diri apa adanya

secara positif tanpa harus mengeluarkan pendapatannya untuk

membelanjakan uang demi barang-barang yang sebenarnya tidak

terlalu dibutuhkan.

b. Bagi masyarakat luas, dapat menambah wawasan masyarakat

untuk memahami keadaan wanita, khususnya wanita yang sudah

bekerja namun belum menikah dengan kecenderungan

compulsive buying. Masyarakat diharapkan tidak memandang

sebelah mata wanita dengan compulsive buying karena mereka

membutuhkan motivasi bagi mereka untuk lebih menghargai

dirinya sendiri sebagai wanita karir yang sukses menuju ke

tingkat perkembangan yang lebih positif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Compulsive Buying

1. Pengertian Compulsive Buying

Definisi compulsive buying (membeli kompulsif) menurut

O’Guinn dan Faber (1989) adalah perilaku membeli kronis dan

berulang-ulang sebagai respon dari perasaan atau peristiwa negatif.

Pengurangan perasaan negatif inilah yang menjadi pemicu utama

perilaku ini. Perilaku membeli (buying) tersebut menyediakan positive

rewards dalam jangka waktu singkat namun dapat mengakibatkan efek

negatif setelahnya.

Elizabeth Edwards (1993) menawarkan definisi compulsive

buying sebagai perilaku abnormal dalam hal berbelanja dan

pengeluaran uang yang menyebabkan konsumen menjadi terjebak

(overpowering), tidak terkontrol, kronis dan hasrat yang berulang-

ulang untuk berbelanja dan mengeluarkan uang. Perilaku ini berfungsi

sebagai pengurang perasaan negatif dari stres maupun kecemasan.

Sedangkan Black et al. (1998) mendefinisikan compulsive buying

sebagai perilaku berbelanja dan pengeluaran uang yang tidak wajar

yang dapat mengakibatkan gangguan atau bahkan kerusakan karena

termanifestasi dari stress atau tekanan hidup; disfungsi pada

8
9

kehidupan sosial, keluarga atau pekerjaan; atau masalah keuangan dan

hukum.

Dapat disimpulkan bahwa compulsive buying merupakan

perilaku abnormal dalam kegiatan berbelanja dan pengeluaran uang

dimana kegiatan belanja tersebut dianggap dapat menghilangkan

kecemasan atau stres yang dihinggapi seseorang. Perilaku ini terjadi

berulang-ulang dan tidak terkontrol sehingga menyebabkan beberapa

akibat negatif seperti penyesalan yang mendalam hingga yang paling

parah, terganggunya kehidupan pribadi, pasangan, keluarga, pekerjaan

dan keuangan.

Kecenderungan compulsive buying menurut Schiffman dan

Kanuk (2004) merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku

kompulsif, mereka menjadi kecanduan; dalam beberapa hal tidak dapat

mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri

sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan compulsive buying adalah kecenderungan seseorang

untuk berperilaku kompulsif, tidak terkontrol dan terjebak dalam

berbelanja dimana belanja berfungsi sebagai pengurang perasaan –

perasaan negatif dan diakhiri dengan penyesalan (Edwards, 1993).

2. Ciri-ciri Compulsive Buying

Valence et al (1988) menyatakan ciri-ciri utama yang saling

berhubungan dari compulsive buying ada tiga, yaitu: aktivasi emosi


10

yang kuat, kontrol kognitip yang tinggi dan reaktivitas yang tinggi.

Sedangkan O’Guinn dan Faber (dalam Edwards, 1993) berpendapat

bahwa tiga ciri utama compulsive buying adalah keinginan subjek

melakukan pembelanjaan (object attachment), perasaan positif yang

dihasilkan dari proses membeli(emotional lift) dan penyesalan yang

mendalam (remorse). Penelitian yang dilakukan Edwards (1993)

membuat elaborasi dari penelitian yang dilakukan Valence et al (1988)

dan O’Guinn dan Faber (1989). Elaborasi tersebut menghasilkan lima

karakteristik, yaitu:

a. Kecenderungan untuk mengeluarkan uang (tendency to spend).

Keadaan dimana individu mempunyai kecenderungan-

kecenderungan untuk mengeluarkan uang dalam “episode-

episode belanja”. Maksud episode belanja disini ialah

kecenderungan untuk selalu berbelanja, selalu membeli barang

atau produk yang tidak dibutuhkan, serta membeli produk yang

diluar jangkauan kemampuan finansial seseorang.

b. Kompulsif/Dorongan untuk mengeluarkan uang

(compulsion/drive to spend). Keadaan dimana adanya dorongan,

kompulsif dan impulsif dalam berbelanja dan mengeluarkan

uang. Jadi dapat disimpulkan berbelanja bukan untuk

kepemilikan barang atau sebuah produk, melainkan kegiatan

otomatis/reaktif untuk mengurangi tekanan psikologis. Sebuah

respon terhadap perasaan atau kejadian negatif.


11

c. Perasaan-perasaan bahagia ketika melakukan aktivitas berbelanja

(feelings joy about shopping and spending). Keadaan dimana

emosi-emosi yang dirasakan individu ketika mereka melakukan

aktivitas berbelanja.

d. Pengeluaran uang yang tidak berfungsi semestinya (dysfunctional

spending). Merupakan konsekuensi yang disebabkan oleh

perilaku berbelanja yang berlebihan. Konsekuensi negatif yang

dirasakan mulai dari diri sendiri, keluarga, teman dekat,

pekerjaan dan masalah keuangan.

e. Perasaan menyesal setelah berbelanja (post-purchase guilt).

Keadaan dimana individu merasakan penyesalan, rasa malu dan

rasa bersalah yang mendalam setelah mengetahui telah

membelanjakan banyak barang dan mengeluarkan banyak uang.

3. Kriteria Diagnostik Compulsive Buying

Sebuah kriteria diagnostik digagas oleh sebuah penelitian yang

dilakukan oleh McElroy, Keck, Pope, Smith dan Strakowski (dalam

Sadock dan Kaplan, 2007). Berikut adalah kriterianya:

a. Perilaku atau dorongan maladaptif yang berkaitan dengan

membeli barang atau berbelanja, seperti misalnya membeli

barang-barang yang tidak mampu dibeli dan membeli barang

yang sesungguhnya tidak dibutuhkan sama sekali.


12

b. Perilaku Membeli, baik itu dorongan maupun perilaku yang

disebabkan oleh stres, menghabiskan banyak waktu, tidak

berfungsinya hubungan sosial dan pekerjaan, atau menghasilkan

masalah-masalah keuangan.

c. Perilaku membeli dan belanja yang berlebihan tidak muncul

selama periode hypomania atau mania.

4. Dampak Compulsive Buying

Dampak dari compulsive buying meliputi dampak negatif dan

dampak positif. Akibat negatif dari compulsive buying antara lain

(Koran et al., 2006) meliputi penyesalan yang mendalam, pengeluaran

uang yang berlebihan, bangkrut, terlilit banyak hutang, kecemasan jika

tidak membeli barang dan berbelanja, rasa tidak aman karena individu

tersebut merasa selalu kekurangan, konflik keluarga, perceraian,

penipuan dan penggelapan sertia percobaan bunuh diri.

Dari sekian banyak literatur, penulis hanya mendapatkan sedikit

sekali akibat positif dari perilaku ini. Misalnya pada pembeli

kompulsif yang tergolong ‘lunak’ dan belum parah, perilaku mereka

ditunjukkan dalam berbelanja ketika ada diskon besar untuk barang

yang dipajang di pusat perbelanjaan dan bisa dikumpulkan atau

digunakan di masa depan (Shith, Mittal & Newman,1999).


13

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Compulsive Buying

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

membeli kompulsif ini dapat juga dimasukkan sebagai faktor

pencetus/penyebab. Roberts (1998) mengemukakan beberapa faktor

yang mempengaruhi compulsive buying, diantaranya:

a. Pengaruh Keluarga

Hal yang mempengaruhi compulsive buying pada keluarga

misalnya kecenderungan dari orangtua atau anggota keluarga lain

yang suka berbelanja dan mempunyai kecenderungan compulsive

buying. Perilaku ini dipelajari melalui modelling dan dijadikan

kebiasaan untuk beradaptasi terhadap kecemasan seseorang.

Adapun kebiasaan dari keluarga dalam hal memberi kado berupa

uang maupun barang-barang dalam hari besar keagamaan dan

ulang tahun bisa mempengaruhi anggota keluarga untuk

berperilaku konsumtif.

b. Pengaruh Psikologis

1) Self-esteem

Orang-orang dengan kebiasaan yang sulit dihilangkan

(adiktif) biasanya mempunyai kecenderungan harga diri yang

rendah pada masa awal anak-anak hingga remaja. Penelitian

oleh O’Guinn dan Faber (1989) menguatkan dugaan ini.

Individu yang merasakan penyesalan mendalam dan rasa

takut setelah melakukan pembelian barang merupakan


14

konsekuensi dari ketidakmampuan mereka mengontrol

keinginan membeli.

2) Personal Value

Nilai-nilai yang dianut seseorang bisa mempengaruhi

perilaku membeli kompulsif apabila seseorang menganggap

membeli dan penguasaan (acquisition) atas suatu barang bisa

menaikkan harga diri dan status sosial mereka di mata

lingkungan sekitar. Dittmar (2005b) meneliti bahwa nilai

materialistik seseorang menjadi prediktor dalam perilaku

compulsive buying ini. Nilai materialistik tersebut

dimaksudkan untuk mencari status identitas individu.

3) Fantasizing dan Keyakinan yang Irasional

Orang-orang berfantasi sebagai salah satu strategi

mereka untuk meredakan dan sejenak melupakan berbagai

afeksi negatif dan rasa rendah diri mereka. O’Guinn dan

Faber (1989) menemukan bahwa fantasi mengenai

kesuksesan pribadi, dihormati, berkuasa dan penerimaan

sosial banyak ditemukan pada individu dengan

kecenderungan compulsive buying.

4) Self-control

Dalam tulisannya, Ronald Faber (2004) menyatakan

bahwa elemen kunci dalam compulsive buying adalah kontrol

diri, dimana orang dengan kecenderungan compulsive buying


15

tidak mempunyai kemampuan untuk menahan dorongan-

dorongan membeli barang yang tidak begitu dibutuhkan.

Lebih lanjut, kontrol inilah yang membedakan antara pembeli

kompulsif dengan orang-orang yang benar-benar menikmati

belanja.

5) Self-awareness

Self-awareness yang negatif dapat membuat individu

menjadi depresi dan kecemasan. Self-awareness ini berkaitan

erat dengan rendahnya self-esteem dan tingginya

perfeksionisme di antara pembeli kompulsif (Faber, 2004).

6) Perasaan Negatif

Beberapa peneliti menyatakan bahwa compulsive

buying merupakan respon utama dalam menghadapi berbagai

perasaan-perasaan negatif. Penelitian Koran et al. (2006)

menyebutkan bahwa pembeli kompulsif adalah orang yang

menderita depresi dan kecemasan yang relatif tinggi. Hal ini

menyebabkan para penderita compulsive buying sudah

selayaknya mendapatkan perawatan klinis.

7) Penyempitan Kognitif (Cognitive Narrowing)

Maksud penyempitan kognitif disini adalah ketika

pembeli kompulsif sedang melakukan aktivitas berbelanja,

mereka tidak mau diganggu bahkan ditemani oleh teman atau

anggota keluarga, apalagi dengan adanya salesman dan


16

mereka menganggap salesman sebagai pengganggu.

Akhirnya mereka lebih memilih bersendiri ketika berbelanja.

Tingkat ekstrim dari penyempitan kognitif ini adalah para

pembeli kompulsif merasakan puas, ‘tinggi’, ‘lebih hidup’

dan bangga ketika melakukan pembelian (Faber &

Christenson, 1996; Faber et al., 1987; Scherhorn et al., 1990

dalam Faber, 2004).

c. Pengaruh Sosial

1) Tayangan Televisi

Sering menonton acara di televisi dapat meningkatkan

keinginan yang tak terkontrol untuk membeli. Banyak faktor dari

televisi yang mempengaruhi compulsive buying, contohnya

penonton berat televisi menganggap situasi yang ada di televisi

sama dengan kondisi yang sebenarnya. Acara televisi penuh

dengan gaya hidup glamor dan menonjolkan kemakmuran.

Penonton memperhatikan gaya berpakaian dan aksesoris yang

dikenakan si artis, setting rumah dan produk dari merk tertentu

yang digunakan artis. Faktor lainnya adalah sebuah anggapan

bahwa iklan-iklan produk di televisi memberi pesan bahwa

semua permasalahan hidup bisa dipecahkan dengan produk

barang yang diiklankan di televisi (Faber dan O’Guinn dalam

Roberts, 1998).
17

2) Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok sangat berpengaruh pada tahap remaja

dan dewasa awal. Bagi individu yang masih berada pada tahap

tersebut, teman-teman memang memainkan peran yang cukup

kuat dalam pembentukan pola konsumerisme (d’ Astous dalam

Roberts, 1998). Alasan untuk berbuat sedemikian rupa karena

mereka takut dianggap berbeda dengan teman sepermainan dan

sekedar ikut-ikut saja. Penelitian oleh Zebua dan Nurdjayadi

(2001) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

konformitas dengan perilaku konsumtif pada remaja putri.

3) Frekuensi Belanja

Frekuensi belanja bisa menyebabkan dan memperkuat

perilaku compulsive buying. Bagi individu yang sering

meluangkan waktu ke pusat perbelanjaan dan menghabiskan

banyak waktu di sana memperkuat asumsi bahwa frekuensi

belanja mempunyai efek yang positif terhadap perilaku

konsumtif (Roberts, 1998).

4) Penggunaan Kartu Kredit

Menurut Fransisca dan Suyasa (2005), penggunaan

metode pembayaran dengan kartu kredit dapat menunjang wanita

dewasa muda berperilaku konsumtif. Kaum wanita tersebut

cenderung menggunakan kartu kredit untuk berbelanja karena

alasan keamanan, pembayaran tagihan yang bisa dicicil,


18

mendapatkan poin, bisa dipakai di hampir semua pusat

perbelanjaan dan praktis. Praktis disini maksudnya adalah

individu bisa berbelanja secara mendadak dan bisa memenuhi

keinginan untuk membeli barang yang diinginkan dalam segera,

tanpa harus membawa uang tunai.

5) Iklan

Iklan yang menampilkan desain yang menarik dapat

menjadi stimulus yang mengasyikan bagi wanita yang gemar

berbelanja. Baik iklan dari televisi, surat kabar, majalah dan

baliho di pinggir jalan. Iklan sebuah produk menampilkan suatu

produk dengan ajakan-ajakan agar setiap individu tertarik dan

segera mencoba serta membeli produk yang diiklankan tersebut.

d. Pengaruh Demografi

1) Jender

Penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai hasil yang

konsisten mengenai compulsive buying yaitu banyak yang

berjenis kelamin wanita (Koran et al., 2006). Beberapa hal yang

menyebabkannya antara lain dimensi identitas dan emosional

dalam berbelanja lebih penting bagi kaum wanita ketimbang pria.

Kaum wanita juga lebih mempunyai sikap positif terhadap

aktivitas berjalan-jalan, cuci mata dan berbelanja, interaksi sosial,


19

mengasosiasikan belanja sebagai waktu bersantai (Campbell

dalam Dittmar, 2005).

2) Status Sosial-ekonomi

Penelitian-penelitian sebelumnya mendapatkan hasil

bahwa hubungan status sosio-ekonomi dan compulsive buying

sangat lemah, bahkan tidak ada kaitannya (O’Guinn dan Faber,

1989). Dalam penelitiannya, Irene Ureta (2007) bahkan

menemukan sebuah kasus dimana seorang wanita yang

berpenghasilan rendah justru menjadi pelaku addictive buying.

3) Usia

Tidak ada penelitian sebelumnya yang menyatakan usia

berapa yang bisa menjadi korban compulsive buying, tapi ada

indikasi-indikasi yang mendukung bahwa orang yang lebih muda

lebih muda terjangkit compulsive buying (Dittmar, 2005). Hal ini

disebabkan karena pada masa remaja dan dewasa awal

merupakan masa-masa rawan dalam pembentukan orientasi

dalam hal berbelanja ( Moschis dan Cox dalam Roberts, 1998).

B. Wanita Dewasa Muda

1. Pengertian dan Batasan Usia Wanita Dewasa Muda

Dewasa muda merupakan masa yang ditandai dengan

selesainya masa pertumbuhan dan telah siap menerima

kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang-orang


20

dewasa lainnya. Masa ini merupakan masa awal seseorang dalam

menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan

harapan-harapan sosial baru, seseorang dituntut untuk memulai

kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai

suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarir).

Pada masa ini dikatakan sebagai masa sulit bagi individu

karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan

ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa

mandiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugas yang

baru. Individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis

tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri

dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut. Menurut

Santrock (2002), usia kronologis masa dewasa muda diawali

pada usia 18 tahun dan diakhiri ketika individu menginjak usia

40 tahun. Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa

secara umum mereka yang tergolong dewasa muda ialah mereka

yang berumur 20 – 40 tahun.

Levinson (dalam Berk, 2007) membagi empat masa

dewasa awal yaitu masa transisi dewasa muda (early adult

transition), masa memasuki dunia orang dewasa (entering the

adult world), masa transisi usia 30 (age 30 transition) dan masa

tenang (settling down). Masa transisi dewasa muda dimulai pada

usia 18 – 22 tahun dengan tugas perkembangan membentuk


21

identitas diri sebagai orang dewasa dan membuat pilihan

terhadap kehidupan selanjutnya. Masa memasuki orang dewasa

(usia 22 – 28 tahun) merupakan periode dimana eksplorasi

terhadap pilihan hidup yang diinginkannya, individu mulai

membentuk struktur kehidupan, misalnya memilih pekerjaan.

Pada umur 28 hingga 33 tahun merupakan masa transisi usia 30

yang ditandai dengan individu mulai menyadari bahwa ia perlu

melakukan sesuatu terhadap kekurangan dan ketidaksempurnaan

yang dimilikinya. Masa berikutnya adalah masa tenang (usia 33 –

40 tahun) yang merupakan masa yang cenderung “serius” karena

periode untuk memutuskan apa yang sungguh-sungguh penting

dalam kehidupan seseorang. Individu memantapkan struktur

kehidupannya, memperdalam komitmen untuk pekerjaan dan

keluarga.

2. Ciri-ciri Dewasa Muda

Santrock (2002) berpendapat bahwa masa dewasa muda ditandai

dengan masa transisi, baik secara intelektual, fisik maupun peran

sosial. Hurlock (1990) menjabarkan beberapa ciri khas dari

dewasa muda:

a. Masa pengaturan (settle down)

Pada masa ini seseorang akan “mencoba-coba”

sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok, dan


22

memberi kepuasan permanen. Ketika seseorang sudah

menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola

perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan

menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya

b. Masa usia produktif

Dinamakan sebagai masa produktif karena pada

rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk

menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/

melanjutkan keturunan. Pada masa ini organ reproduksi

sangat produktif dalam menghasilkan individu baru

(anak). Indivudu dewasa muda mempunyai ketekunan

yang berarti bahwa seseorang harus memiliki kemauan

untuk bekerja keras yang disertai dengan ketekunan untuk

dapat mencapai kemampuan dalam ekonomi. Seseorang

pada umumnya akan tekun mengerjakan tanggungjawab

pekerjaannya ketika mereka menemukan posisi kerja

yang sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang

pendidikannya.

c. Masa bermasalah

Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit

dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus

mengadakan penyesuaian dengan peran barunya


23

(perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bisa

mengatasinya maka akan menimbulkan masalah.

d. Masa ketegangan emosional

Ketika seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-

an), kondisi emosionalnya tidak terkendali, cenderung

labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga

emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia

juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum

tinggi dan posisinya yang baru sebagai orangtua sehingga

kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada stres

bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an,

seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.

e. Masa keterasingan sosial

Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang

mengalami “krisis isolasi”, ia terisolasi atau terasingkan

dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena

berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan

dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang.

Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat

bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.


24

f. Masa komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan

pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola

hidup, tanggungjawab dan komitmen baru.

g. Masa ketergantungan

Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-

an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua

atau organisasi/instansi yang mengikatnya.

h. Masa perubahan nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada

masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan

hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai

dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai

yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif.

Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima

atau berpedoman pada nilai konvensional dalam hal

keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial

ketika ia sudah menikah.

i. Masa penyesuaian dengan kehidupan baru

Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa

berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa

ini ia sudah mempunyai peran ganda


25

j. Masa kreatif

Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa

ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan.

Akan tetapi, kreatifitas tergantung pada minat, potensi,

dan kesempatan.

Menurut Dariyo (2003), seorang dewasa muda

menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa

pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah

mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan yang prima

sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak kreatif,

energik, cepat dan proaktif. Pada masa dewasa awal, seseorang

menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri.

Kehidupan karir seringkali menyita perhatian dan energi bagi

seorang individu. Biasanya pada masa ini, mereka merintis dan

membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari

orangtua.

Dalam perkembangan psikososial masa dewasa awal

terhadap krisis intimacy versus isolation (Erikson dalam Papalia

et al., 1998). Pada masa dewasa muda inilah individu membuat

komitmen personal yang dalam dengan orang lain, yakni dengan

menjalin hubungan dengan lawan jenis dilanjutkan dengan

membentuk keluarga. Apabila individu dewasa muda tidak


26

mampu melakukannya, maka akan merasa kesepian dan krisis

keterasingan.

Dari karakteristik aspek fisik, individu pada masa dewasa

muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi masalah secara

fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa

ini individu sudah menyadari adanya kekurangan fisik pada

dirinya namun juga menyadari bahwa ia tidak dapat menghapus

kekurangannya tapi masih mampu untuk memperbaiki

penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada

diet, olah raga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini

akan berkurang menjelang usia tiga puluhan karena dirasa

semakin kuatnya ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga.

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Muda

Pada masa dewasa dini, banyak sekali harapan-harapan

yang ditujukan masyakat pada mereka yang memang berada pada

masa ini. Banyak sekali tugas-tugas yang harus dikembangkan,

dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat

mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika sudah berusia

setengah baya. Tugas perkembangan masa dewasa dini meliputi

(Havighurst dalam Darijo, 2003):

a. Mencari dan menemukan pasangan hidup

b. Membina kehidupan rumah tangga


27

c. Meniti karir dalam rangka memantapkan ekonomi keluarga

d. Menjadi warga negara yang bertanggungjawab

C. Wanita dan Pekerjaan

1. Pengertian Wanita Yang Bekerja

Wanita yang memperoleh perkembangan dan kemajuan

dalam pekerjaan dan jabatan disebut wanita karir. Stefani dan

Prihanto (2000) mendefinisikan wanita yang bekerja sebagai

wanita yang terlibat dalam bidang pekerjaan yang memberikan

peluang untuk maju atau meningkatkan kedudukannya ke jenjang

jabatan yang lebih tinggi. Menurut Soedarto (dalam Setiasih,

2005), wanita karir diartikan sebagai wanita yang memiliki

kegiatan secara publik atau bekerja diluar pekerjaan domestik

dan memiliki jadwal tertentu untuk mengembangkan diri dan

hidupnya baik secara fisik maupun psikis. Wanita pekerja

senantiasa berusaha mengembangkan diri dan daya pikirnya

supaya mampu menghasilkan ide-ide yang inovatif bagi

kemajuan organisasi yang menjadi tempatnya bekerja.

Kemampuan wanita pekerja menghasilkan ide-ide brilian dan

kreatif akan mengantarnya pada kedudukan jabatan yang lebih

tinggi.

Menurut Thalib (1999), wanita karir dapat disebut juga

wanita profesional karena sehari-hari melakukan aktivitas kerja


28

yang menuntut tanggungjawab besar. Wanita karir tampil sebagai

wanita yang bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya

sehari-hari baik secara fisik maupun kebutuhan akan aktualisasi

diri.

2. Motif Wanita Yang Bekerja

Wanita yang menekuni pekerjaan di sektor publik

memilik berbagai macam motif. Menurut Rini (dalam Setiasih,

2005), motif yang melatarbelakangi wanita untuk bekerja dan

berkarir adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan Finansial

Wanita menekuni suatu pekerjaan yang memberikan

peluang untuk maju termotivasi oleh kebutuhan finansial.

Dengan bekerja, wanita memperoleh penghasilan yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.

b. Kebutuhan Sosio-relasional

Kebutuhan sosio-relasional mendorong wanita untuk

bekerja dan berkarir. Ini dimaksudkan bahwa wanita

memiliki kebutuhan akan penerimaan sosial dan identitas

sosial yang dapat diperoleh dari komunitas kerjanya.

Penerimaan dan identitas sosial tersebut diwujudkan

dengan menunjukkan kemampuannya dalam menjalin

kerjasama di tempat kerja.

c. Kebutuhan Aktualisasi Diri


29

Semakin terbuka kesempatan yang sama pada wanita untuk

meraih jenjang karir dan potensi diri yang tinggi

mendorong kaum wanita untuk berani tampil, aktif,

ambisius dan percaya diri di hadapan publik seperti halnya

kaum pria. Wanita berusaha mengembangkan diri untuk

mampu bersaing dengan pria dalam menduduki jabatan

yang lebih tinggi dengan cara menempuh pendidikan tinggi

dan menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif.

d. Masalah Psikologis

Wanita termotivasi untuk bekerja juga dilatarbelakangi oleh

masalah atau persoalan yang bersifat psikologis. Masalah

yang bersifat psikologis dimaksudkan bahwa banyak wanita

yang merasa lebih nyaman bekerja dibandingkan dengan

berada di dalam rumah. Wanita lajang yang bekerja bisa

memberi simbol kesejahteraan secara psikologis

(psychological well-being) dalam diri wanita yang

bersangkutan (McCommel dan Beitler dalam Lemme,

1995).

3. Konflik Wanita Yang Bekerja

Konflik dalam wanita yang bekerja bersumber dari faktor

internal dan eksternal (Rini, 2002). Kedua faktor yang menjadi


30

sumber konflik bagi wanita yang bekerja tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah

persoalan yang timbul dalam diri pribadi sang wanita

tersebut. Contohnya si wanita yang sukses karirnya merasa

‘terbebani’ oleh pihak keluarganya yang mendesak si wanita

agar segera mencari jodoh dan menikah. Kasus sebaliknya,

wanita yang lebih senang hanya menjadi ibu rumah tangga

tetapi keadaan menuntunya untuk bekerja guna menyokong

keuangan keluarga. Kondisi ini berpotensi menimbulkan

stres karena motivasi wanita dalam bekerja tidak timbul dari

dalam dari keinginan sendiri. Sedangkan konflik peran yang

dialami wanita karir berkaitan dengan perannya sebagai

pekerja dan anak yang harus patuh kepada orangtua. Sebagai

anak, wanita karir terbebani dengan tanggungjawab untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup orangtua dan saudara-

saudaranya. Dalam diri anak yang telah mandiri secara

ekonomi dengan meniti karir seringkali muncul keinginan

kuat bahkan dituntut untuk membantu ekonomi orangtua.

Tuntutan tesebut kerapkali memunculkan dilema dalam

wanita karir yang belum menikah yaitu antara keinginan


31

untuk mempersiapkan masa depan secara ekonomi dengan

lebih baik dengan membantu ekonomi orangtua.

Wanita karir juga menghadapi konflik dalam

keluarga. Maksudnya waktu untuk orangtua dan saudara-

saudaranya semakin berkurang karena wanita karir sibuk

dengan pekerjaannya. Bagai dua sisi mata uang, wanita karir

ini dituntut untuk memenuhi tanggungjawab secara

profesional kepada pekerjaan yang ditekuni dan di sisi

lainnya dituntut untuk dapat meluangkan waktu berkumpul

dengan orangtua dan saudara-saudaranya. Kondisi seperti ini

dapat menimbulkan stres bagi wanita apabila salah satu dari

tuntutan tersebut tidak dapat terpenuhi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan permasalahan yang

muncul dari keadaan di sekitar dan berada di luar pribadi

wanita. Contohnya adalah masalah pekerjaan. Hubungan

dengan atasan, tugas yang menumpuk, peraturan kerja yang

kaku, rekan kerja yang tidak kompak, diskriminasi jender,

waktu kerja yang panjang, ketidaknyaman psikologis dan

ketidakadilan di tempat kerja. Amran (1994) mengemukakan

bahwa wanita dalam menjalankan pekerjaannya masih

mengalami diskriminasi terutama keraguan terhadap


32

kemampuan wanita dalam berorganisasi. Kondisi demikian

menimbulkan kelelahan psikologis pada diri wanita karir.

4. Status Lajang Wanita Yang Bekerja

Wanita pekerja yang belum menikah atau lajang diartikan

sebagai pekerja wanita di sektor formal yang belum terikat

pernikahan dengan seorang pria. Menurut Vuuren (1988), wanita

pekerja dengan status belum menikah, belum membuat keputusan

jangka panjang secara sadar mengenai hubungannya dengan pria.

Meskipun demikian, seorang wanita dalam menekuni

pekerjaannya akan tetap dihadapkan pada panggilan untuk

berkeluarga. Panggilan tersebut tiba apabila wanita yang bekerja

tersebut telah memiliki kematangan secara seksual dan

kemantapan untuk menjalin komitmen dengan seorang pria

melalui ikatan pernikahan.

Wanita karir yang masih melajang memiliki alasan

tersendiri untuk tidak terikat dalam pernikahan dengan seorang

pria. Alasan menarik yang mendasari wanita karir untuk

menunda pernikahan adalah kebebasan untuk memperoleh

peluang dalam menempuh pendidikan, karir, serta kemandirian

secara psikologis dan sosial. Wanita karir dengan status belum

menikah memilih untuk hidup sendiri karena menganggap bahwa


33

status menikah memberikan banyak tekanan di antaranya adalah

sebagai berikut (Laswell dan Laswell, 1987):

a) Pembatasan dalam berhubungan dengan orang lain.

b) Perasaan terjerat

c) Rintangan untuk mengembangkan diri

d) Merasakan kebosanan, ketidakbahagiaan dan kemarahan.

e) Memainkan banyak peranan

f) Komunikasi lemah

g) Ketiadaan teman, terisolasi dan lengang.

h) Pembatasan mobilitas dan pengalaman baru.

Tekanan-tekanan yang mungkin muncul dalam suatu

pernikahan tersebut mengakibatkan wanita karir lebih memilih

untuk berstatus belum menikah (singlehood). Status singlehood

memberikan banyak dorongan sebagai berikut (Laswell dan

Laswell, 1987):

1) Peluang karir

2) Pengalaman yang bervariasi dan peran yang majemuk

3) Kecukupan diri

4) Kemandirian sosial dan psikologis

5) Meningkatkan gaya hidup

6) Mobilitas dan kebebasan untuk berubah

7) Kelangsungan persahabatan
34

8) Kemandirian rekreasi

9) Kebebasan untuk menolak atau untuk mendapatkan

pekerjaan yang baru.

Status belum menikah yang disandang wanita karir

memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang

dapat ditimbulkan adalah wanita karir yang belum menikah

memiliki kebebasan dalam mengatur dirinya sendiri dan mencapai

kedudukan pada jenjang jabatan yang lebih tinggi tanpa merasa

terbebani dengan keluarga. Status belum menikah tidak berarti

tidak ada dampak negatifnya. Vuuren (1988) mengungkapkan

bahwa wanita sering dipandang sebagai objek seks baik di dalam

maupun di luar lingkungan kerja. Pandangan tersebut terutama

sering mengarah pada wanita yang belum menikah.

Selain itu, wanita dengan status lajang kerap kali

mendapatkan stigma negatif dari orang-orang sekitarnya apabila

pulang kerja malam hari. Menurut Gardiner, Wagemann,

Suleeman & Sulastri (1996), dalam konstruksi sosial masyarakat,

wanita yang bekerja hingga malam hari sering dipandang sebagai

wanita yang kurang baik. Oleh karena itu, wanita yang bekerja

hingga malam hari untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan menjadi bahan pergunjingan masyarakat di sekitarnya.


35

D. Kecenderungan Compulsive Buying Pada Wanita Dewasa Muda Yang

Bekerja dan Belum Menikah

Wanita dewasa muda yang bekerja cenderung mengikuti mode

dan memperhatikan penampilannya (Clow & Baack dalam Fransisca &

Suyasa, 2005). Wanita yang bekerja di posisi public relation berbagai

perusahaan industri juga dimobilisasi untuk selalu berpenampilan

cantik, baik dan pintar berdiplomasi demi kemajuan perusahaannya

(Abar, 1998). Wanita menyadari bahwa penampilan fisik yang menarik

sangat membantu statusnya dalam bidang pekerjaan. Penampilan fisik

yang menarik sering dipandang lebih penting dari kecerdasan dan

pendidikan (Hurlock, 1990).

Wanita dewasa muda yang masih lajang pun mengalami hal yang

serupa, yaitu cenderung membelanjakan penghasilannya pada barang

yang mengikuti mode dan barang yang sesuai dengan hobinya (Blythe

dalam Fransisca & Suyasa, 2005).

Wanita pada usia dewasa muda memiliki kecenderungan untuk

lebih memperhatikan penampilan secara fisik. Penampilan fisik yang

dimaksud dimulai dari perawatan tubuh, rambut, hingga pakaian.

Perhatian terhadap pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam

masa dewasa muda. Orang mengetahui bahwa penampilan itu penting

bagi keberhasilannya di semua bidang kehidupan, sehingga orang

sering menghabiskan banyak waktu dan uang untuk pakaian dan

perhiasan (Hurlock, 1990). Demi mendapatkan penampilan yang


36

diinginkan, para wanita cenderung rela mengeluarkan banyak uang

untuk biaya perawatan. Selain itu, wanita lebih suka menghabiskan

waktu dengan berjalan-jalan dan nongkrong di pusat perbelanjaan.

Oleh karenanya, wanita cenderung untuk berbelanja dan seringkali

mengeluarkan uang untuk hal-hal yang diinginkan, bukan yang benar-

benar diperlukan (Fransisca & Suyasa, 2005). Oleh para produsen,

wanita dijadikan objek bulan-bulanan penawaran barang-barang yang

mereka produksi. Hal ini terlihat di berbagai media massa, baik cetak

maupun elektronik. Satu hal dalam wanita yang dianggap produsen

sebagai potensi untuk dijadikan sasaran eksploitasi promosi dan

penawaran barang-barang mereka, yaitu aspek psikologis kaum wanita

yang dianggap masih memiliki tingkat emosional dan impulsif yang

tinggi dalam berbelanja dan mengeluarkan uang. Berdasarkan hal

inilah maka para produsen menjadikan kaum wanita sebagai target

pasar yang paling potensial untuk barang-barang mereka (Abar, 1998).

Perilaku compulsive buying pada wanita dewasa muda yang

sudah bekerja dan masih lajang bisa saja diakibatkan oleh stres di

tempat kerja. Stres bukan hanya dikarenakan oleh tekanan di tempat

kerja, namun sebagai keseluruhan situasi kehidupan individu yang

mencakup faktor intrinsik dari pekerjaan itu sendiri (workload yang

berlebih); hubungan di tempat kerja; struktur dan iklim organisasi;

konflik dan ambiguitas peran; kesempatan untuk peningkatan karir dan

faktor lain di luar pekerjaan (Cooper dalam Fielden dan Cooper, 2002).
37

Faktor pencetus yang patut dipertimbangkan adalah pemilihan karir.

Apabila wanita salah melangkah dalam pemilihan karir tentunya akan

mempengaruhi kinerja dan mengalami frustrasi. Dalam masa transisi

dewasa muda ini kerap terjadi ketidaksesuaian dalam pekerjaan. Hal

ini didukung oleh pernyataan Hurlock (1990) yang mengatakan bahwa

wanita memang lebih sulit untuk mengubah atau pindah karir. Kaum

wanita hanya mau melakukannya apabila dianggap perlu, walaupun

mereka merasa kurang cocok dengan pekerjaannya.

Kegagalan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan masa

dewasa muda selalu muncul, dan kesulitan ini akan meningkat apabila

ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Beberapa

rintangan yang muncul seperti pengaruh kelompok kerja yang

berkepanjangan. Semakin lama individu berbaur dengan rekan kerja,

semakin banyak pula kesempatan untuk berperilaku sesuai dengan

standar teman sebayanya tersebut. Faktor lainnya adalah aspirasi yang

tidak realistik. Individu boleh saja berhasil dalam bidang studi,

sosialisasi dan olahraga. Sebagai akibatnya, mereka berharap mencapai

kesuksesan yang sama dalam dunia orang dewasa sehingga

memperbesar masalah dalam penyesuaian diri pada masa dewasa

(Hurlock, 1990).

Kecenderungan compulsive buying juga diperkuat oleh

penggunaan kartu kredit. Wanita dewasa muda yang telah memasuki

dunia kerja sehingga mereka telah memiliki penghasilan sendiri.


38

Wanita dewasa muda yang masih lajang dan mandiri dalam hal

keuangan dapat menggunakan penghasilannya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Penggunaan kartu kredit dapat mendukung

wanita dewasa muda berperilaku berbelanja tanpa kontrol, karena

berbelanja dengan menggunakan kartu kredit hampir semuanya

diterima di seluruh pusat perbelanjaan.

Berdasarkan paparan tersebut, penulis ingin meneliti tingkat

kecenderungan compulsive buying pada wanita dewasa muda yang

sudah bekerja dan belum menikah. Penulis juga mencoba untuk

mengetahui aspek compulsive buying yang paling berpengaruh

terhadap kecenderungan perilaku compulsive buying pada wanita

dewasa muda yang telah bekerja dan belum menikah.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan,

mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang

sekarang ini terjadi atau ada (Mardalis, 1990). Sedangkan Sugiyono (1999)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap satu objek yang

diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Mengacu pada dua teori diatas, maka penelitian ini menggunakan data

kuantitatif mengenai variabel yang diperoleh melalui analisis skor jawaban

subjek pada angket yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan

menggambarkan kecenderungan perilaku compulsive buying pada wanita

dewasa muda (20-40 tahun) yang telah bekerja dan belum menikah.

B. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik sampling purposif (purposive sampling technique). Peneliti

menggunakan subjek sebanyak 100 orang.

Subjek yang digunakan memiliki karakteristik antara lain:

39
40

1) Wanita dewasa muda. Penelitian ini dibatasi hanya pada subjek dengan

jenis kelamin wanita. Kaum wanita dianggap mempunyai

kecenderungan yang tinggi dalam berperilaku konsumtif (Schiffman

dan Kanuk, 2004).

2) Berusia diantara 20-40 tahun. Peneliti membatasi subjek dengan usia

antara 20-40 tahun dikarenakan individu dengan usia tersebut telah

memasuki tahap dewasa muda (Dariyo, 2003) dan sedang mengalami

masa transisi baik secara fisik, intelektual dan sosial (Santrock, 2002).

3) Berstatus Belum Menikah/Lajang. Peneliti menggunakan subjek yang

berstatus belum menikah dikarenakan individu tersebut cenderung

membelanjakan penghasilannya pada barang yang mengikuti mode dan

barang yang sesuai dengan hobinya (Blythe dalam Fransisca & Suyasa,

2005).

4) Telah Bekerja. Peneliti menggunakan subjek wanita yang telah bekerja

oleh karena adanya penghasilan sendiri dari hasil pekerjaannya.

C. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan penelitian, juga bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang

berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Bentuk penelitian ini

adalah studi deskriptif, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kecenderungan

compulsive buying pada wanita bekerja dewasa muda yang belum menikah.
41

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

yang didefinisikan yang dapat diamati. Penyusunan definisi operasional ini

penting, karena dipakai untuk menunjuk alat pengambil data yang akan

dipakai dalam penelitian (Suryabrata, 1998).

Kecenderungan perilaku Compulsive buying merupakan kecenderungan

seseorang untuk berperilaku kompulsif, mereka menjadi kecanduan: dalam

beberapa hal tidak dapat mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat

berakibat merusak diri sendiri dan orang-orang disekitarnya (Schiffman dan

Kanuk, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan compulsive

buying adalah kecenderungan subjek dalam hal ini wanita dewasa muda yang

belum menikah dan telah bekerja untuk berperilaku kompulsif dalam

berbelanja dimana subjek mendapatkan kesenangan yang bersifat sementara

disertai munculnya masalah dan diakhiri dengan penyesalan.

Adapun aspek-aspek yang terkait dengan compulsive buying menurut

Edwards (1993) yakni:

a. Kecenderungan untuk mengeluarkan uang (tendency to spend).

Keadaan dimana individu mempunyai kecenderungan-kecenderungan

untuk selalu berbelanja, selalu membeli barang atau produk yang tidak

dibutuhkan, serta membeli produk yang diluar jangkauan kemampuan

finansial seseorang.
42

b. Kompulsif / dorongan untuk mengeluarkan uang (compulsion/drive to

spend). Keadaan dimana adanya dorongan, kompulsif dan impulsif

dalam berbelanja dan mengeluarkan uang. Berbelanja bukan untuk

kepemilikan barang atau sebuah produk, melainkan kegiatan

otomatis/reaktif untuk mengurangi tekanan psikologis atau kejadian

negatif.

c. Perasaan-perasaan bahagia ketika melakukan aktivitas berbelanja

(feelings (joy) about shopping and spending). Keadaan dimana emosi-

emosi yang dirasakan individu ketika mereka melakukan aktivitas

berbelanja.

d. Pengeluaran uang yang tidak berfungsi semestinya (dysfunctional

spending). Merupakan konsekuensi yang disebabkan oleh perilaku

berbelanja yang berlebihan, misalnya bermasalah dengan diri sendiri,

keluarga, teman dekat, pekerjaan dan masalah keuangan.

e. Perasaan menyesal setelah berbelanja (post-purchase guilt). Keadaan

dimana individu merasakan penyesalan, rasa malu dan rasa bersalah

yang mendalam setelah mengetahui telah membelanjakan banyak

barang dan mengeluarkan banyak uang.

Pengukuran compulsive buying menggunakan skala yang berkaitan dengan

aspek-aspek tersebut diatas. Tingkat compulsive buying diperoleh dari skor

total penelitian, semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek maka

semakin tinggi kecenderungan perilaku compulsive buying subjek dan begitu


43

pula sebaliknya, semakin rendah skor total maka semakin rendah pula

kecenderungan perilaku compulsive buying-nya.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah skala yang diberikan kepada subjek penelitian. Skala ini diadaptasi dan

dimodifikasi dari skala penelitian Edwards (1993) berisi aitem-aitem yang

menyajikan pernyataan-pernyataan berdasarkan indikator compulsive buying.

Indikator-indikator dalam penelitian ini adalah aspek-aspek compulsive

buying, yaitu kecenderungan untuk mengeluarkan uang, kompulsi / dorongan

untuk mengeluarkan uang, perasaan-perasaan bahagia ketika melakukan

aktivitas berbelanja, pengeluaran uang yang tidak berfungsi semestinya dan

perasaan menyesal setelah berbelanja.

Aitem penelitian aslinya terdiri dari 25 aitem. Penulis memodifikasi skala

dengan menambahkan 5 aitem lagi sehingga total menjadi 30 aitem skala uji

coba. Alasan penulis adalah skala dengan hanya 25 aitem dianggap kurang

bisa mengungkap suatu perilaku yang akan diukur. Selain itu, pertimbangan

jumlah aitem sebanyak 30 nomor yaitu tidak terlalu banyak juga tidak terlalu

sedikit sehingga jumlah waktu yang dibutuhkan subjek untuk mengisi skala

sampai selesai tidak terlalu lama. Aitem-aitem ditata secara acak sebagai

sebuah skala tunggal. Subjek diminta mengungkapkan keadaan yang

sebenarnya terhadap masing-masing aitem pernyataan dalam skala 4 butir

jenis Likert (1 – Sangat Tidak Sesuai, 4 – Sangat Sesuai). Pada skala aslinya
44

menggunakan 5 butir jawaban skala Likert. Penulis memodifikasi dengan

menghilangkan jawaban di tengah (jawaban ragu-ragu) dengan alasan untuk

menghindari kecenderungan jawaban ragu-ragu yang diartikan bahwa subjek

belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban (netral) dan efek

kecenderungan untuk menjawab ke tengah (central tendency effect) yang akan

menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya

informasi yang dapat diperoleh dari subjek (Hadi, 1991). Makin tinggi skor

total menunjukkan kecenderungan compulsive buying yang tinggi sebaliknya

makin rendah skor total menunjukkan kecenderungan compulsive buying yang

rendah.

Subjek hanya diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif

jawaban tersebut yang sekiranya sesuai dengan keadaan subjek yang

bersangkutan.

Alternatif jawaban yang tersedia dikategorikan menjadi empat kategori,

yaitu:

SS : Sangat Sesuai, berarti pernyataan tersebut sangat sesuai dengan

diri subjek

S : Sesuai, berarti pernyataan tersebut sesuai dengan diri subjek.

TS : Tidak Sesuai, berarti pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri

subjek.

STS : Sangat Tidak Sesuai, berarti pernyataan tersebut sangat tidak

sesuai dengan diri subjek.


45

Jawaban pada setiap item yang hendak diukur memuat empat kategori,

yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat

Setuju (SS). Aitem dengan kategori jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4,

Setuju (S) diberi skor 3. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju

(STS) diberi skor 1

Di bawah ini akan disajikan penyusunan blueprint dan distribusi aitem

ujicoba terpakai skala Compulsive buying. Blueprint dari skala Compulsive

buying disusun berdasarkan aspek di atas yang terdiri dari aitem favorabel.

Aitem favorabel adalah aitem yang memihak pada objek ukur yang

mengindikasikan tingginya atribut yang diukur. Semua aitem disusun

berdasarkan blueprint dan dirumuskan dalam kalimat yang jelas dan mudah

dipahami. Sebelumnya telah dilakukan evaluasi pendahuluan terhadap aitem-

aitem oleh dosen pembimbing supaya didapatkan aitem-aitem yang mampu

mengukur atribut yang hendak diukur, yaitu yang sesuai dengan blueprint.

Beberapa aitem yang sulit dipahami atau terlalu panjang diganti dengan

kalimat yang lebih sederhana.


46

Tabel 1. Blue print kuesioner

No. Aspek Aitem Total


11, 12, 13,
Kecenderungan untuk mengeluarkan uang
1 14, 15, 20, 22 8
(Tendency to Spend)
dan 24
Kompulsif / dorongan untuk mengeluarkan 2, 3, 7, 9, 10,
2 7
uang (Compulsion/Drive to Spend) 19 dan 25
Perasaan - perasaan bahagia ketika
4, 5, 6, 8, 27
3 melakukan aktivitas berbelanja (Feelings 6
dan 29
joy about shopping and spending)
Pengeluaran uang yang tidak berfungsi 1, 16, 18, 23
4 5
semestinya (Dysfunctional Spending) dan 28
Perasaan menyesal setelah berbelanja (Post- 17, 21, 26
5 4
Purchase Guilt) dan 30
Total 30

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Peneliti mempersiapkan uji coba penelitian dengan terlebih dahulu

menentukan jumlah dan kriteria aitem skala.

b. Memodifikasi dan menyusun skala Compulsive Buying dengan metode

summated ratings. Skala diadaptasi dari skala yang disusun oleh

Edwards (1993).

c. Menentukan kelompok subjek try out yang telah ditentukan

karakteristiknya.

d. Melaksanakan uji coba.


47

e. Menganalisis data untuk menentukan tingkat kesahihan aitem

(validitas aitem). Aitem yang tidak memenuhi kriteria kesahihan aitem

yang dibutuhkan tidak dipakai atau dibuang.

f. Menganalisis data dengan analisis deskriptif untuk memberikan

gambaran mengenai subjek penelitian.

g. Membuat kesimpulan dan seluruh hasil penelitian berdasarkan analisis

tersebut dalam bentuk sajian deskriptif.

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Menurut Hadi (1991), validitas berarti taraf ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah alat ukur

dapat dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. Pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content

validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan

bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan yang akan

diteliti. Validitas isi juga menilai sejauh mana aitem-aitem sudah

relevan dan mempresentasikan isi atribut yang diukur. Untuk

pengujian validitas isi dilakukan dengan professional judgement

(Azwar, 1997), yaitu semua aitem dalam skala penelitian ini dikoreksi

oleh orang yang ahli, yaitu dosen pembimbing. Hal ini dilakukan untuk
48

memastikan bahwa aitem-aitem tersebut mencakup keseluruhan isi

objek yang hendak diukur.

2. Seleksi Aitem

Prosedur seleksi aitem yang pertama berdasarkan evaluasi

kualitatif. Evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat apakah aitem

yang ditulis sudah sesuai dengan blue print dan aspek perilaku yang

hendak diungkapnya, apakah aitem yang ditulis sesuai dengan kaidah

penulisan yang benar dan melihat apakah aitem-aitem yang ditulis

masih mengandung social desirability yang tinggi. Langkah

selanjutnya dilakukan prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris,

yaitu data hasil uji coba aitem pada kelompok uji coba yang

karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak diberikan skala.

Kualitas aitem-aitem diukur dengan analisis butir, yang menggunakan

parameter daya beda aitem. Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem

mampu membedakan antar individu atau kelompok individu yang

memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar,1995).

Pengukuran validitas dilakukan dengan analisis butir menggunakan

teknik uji reliabilitas dan sekaligus uji validitas menggunakan

corrected item-total correlation. Teknik ini bertujuan untuk menguji

apakah aitem tiap aitem pernyataan benar-benar mampu

mengungkapkan yang akan diukur. Sebagai kriteria pemilihan aitem

berdasarkan korelasi aitem total digunakan batasan rix ≥ 0,30. Aitem


49

dengan korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya diskriminasi

tinggi dan dianggap memuaskan. Perhitungan ini dilakukan dengan

program SPSS for Windows versi 12.00.

Dalam penelitian ini langsung menggunakan uji coba terpakai

dengan alasan karena jumlah sampel penelitian terbatas dan waktu

yang terbatas pula. Alasan lain yaitu telah dilakukannya professional

judgement oleh dosen pembimbing untuk mengukur validitas isi. Hasil

seleksi aitem dan reliabilitas yang dilakukan terhadap 30 aitem skala

compulsive buying terdapat 27 aitem yang valid dan 3 butir aitem yang

gugur yaitu aitem dengan nomor 1, 17, dan 21. Tiga butir aitem

tersebut berada di bawah batas 0,30 sehingga dinyatakan gugur.

Aitem-aitem tersebut tersebut antara lain dari aspek dysfunctional

spending terdapat 1 aitem gugur, yaitu aitem nomor 1. Aspek post-

purchase guilt terdapat 2 aitem gugur, yaitu 17 dan 21.

Berdasarkan aitem-aitem yang valid dan gugur pada skala

compulsive buying dapat disusun aitem-aitem baru yang dapat

ditunjukkan pada tabel 2.


50

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem baru Skala Compulsive Buying

No. Aspek Aitem Jumlah


11, 12, 13, 14,
Kecenderungan untuk mengeluarkan
1 15, 20, 22 dan 8
uang (Tendency to Spend)
24
Kompulsif / dorongan untuk
2, 3, 7, 9, 10,
2 mengeluarkan uang 7
19 dan 25
(Compulsion/Drive to Spend)
Perasaan-perasaan bahagia ketika
melakukan aktivitas berbelanja 1, 4, 5, 6, 8,
3 6
(Feelings(joy) about shopping and dan 27
spending)
Pengeluaran uang yang tidak
16, 17, 18, dan
4 berfungsi semestinya (Dysfunctional 4
23
Spending)
Perasaan menyesal setelah berbelanja
5 21 dan 26 2
(Post-Purchase Guilt)
Total 27

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 1995). Menurut Hadi (1991), syarat keajegan suatu

intrumen menuntut kemantepan, keajegan atau stabilitas hasil

pengamatan dengan instrumen. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan teknik statistik, yaitu menggunakan rumus

Alpha Cronbach. Nilai reliabilitas skala akan dianggap memuaskan

apabila koefisien Alpha lebih besar dari 0,90 karena berarti perbedaan
51

(variasi) yang tampak pada skor tes tersebut mampu mencerminkan

90% dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek, dan hanya 10%

dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi error

pengukuran (Azwar, 1997). Uji reliabilitas skala dalam pengukuran ini

memakai teknik Alpha dari program SPSS for Windows versi 12.00

Berdasarkan hasil uji coba dan reliabilitas pada skala tersebut

daapat diketahui bahwa jumlah aitem yang valid lebih dari 50% dari

total aitem. Koefisien reliabilitas skala compulsive buying sebesar

0,901. Hal ini berarti bahwa pengukuran skala compulsive buying

memiliki tingkat kepercayaan sebesar 90,1% dan menunjukkan variasi

error sebesar 9,9%. Dengan demikian, skala ini tergolong reliabel

karena memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,900.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan adalah metode statistik, yaitu

statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui perhitungan mean,

median, modus dan standar deviasi (Azwar, 1999). Statistik deskriptif ini juga

mencakup perhitungan-perhitungan sederhana yang biasanya disebut sebagai

statistik dasar, yang antara lain meliputi perhitungan: frekuensi, frekuensi

kumulatif, persentase, skor maksimum dan skor minimum, dan rata-rata

hitung (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2002).

Statistik deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang

dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif


52

hanya dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih

bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan-perhitungan sederhana

yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan atau karakteristik data yang

bersangkutan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data adalah

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan skala untuk mengukur kecenderungan compulsive

buying pada subjek penelitian.

b. Mengurus surat keterangan penelitian dari dekan Fakultas Psikologi

Sanata Dharma. Surat izin penelitian yang diperoleh digunakan sebagai

sarana untuk mempermudah dan memperlancar jalannya penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dalam proses pengambilan data.

c. Melaksanakan penelitian dengan skala yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret – 31 Maret 2009.

Peneliti menyebarkan skala di beberapa pusat perbelanjaan yang ada di

Jakarta. Tempat pembagian kuesioner antara lain di food court Plaza

Semanggi Jakarta Selatan. Selain itu peneliti juga menyebarkan skala di food

court Mal Ambassador dan food court ITC Kuningan, keduanya berada di

kawasan Jakarta Selatan. Alasan peneliti menggunakan pusat perbelanjaan

karena wanita lebih banyak menghabiskan waktunya menelusuri hampir

53
54

semua pusat perbelanjaan yang ada (Clendinning dalam Fransisca dan Suyasa,

2005). Selain itu peneliti juga menggunakan pusat perbelanjaan tersebut

disebabkan letaknya yang dekat dengan pusat perkantoran. Hal ini

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang sesuai

dengan kriteria.

Peneliti menyebarkan skala penelitian sebanyak 100 eksemplar sesuai

dengan jumlah subjek penelitian. Sebanyak 13 skala tidak dapat diikutsertakan

dalam proses pengolahan data karena subjek tidak memenuhi kriteria yang

telah ditentukan. Kriteria yang dimaksud adalah usia dan status pernikahan.

Deskripsi subjek penelitian ini terlampir dan dipaparkan dengan bantuan

perangkat lunak SPSS 12 for Windows.

C. HASIL PENELITIAN

1. Data Karakteristik Subjek

Berdasarkan data yang dikumpulkan, dapat diperoleh data mengenai

karakteristik subjek yang mencakup usia, pendidikan dan pekerjaan

subjek. Karakteristik subjek tersebut dapat dideskripsikan sebagai

berikut:
55

a. Usia Subjek

Usia subjek dibatasi hanya untuk subjek yang berusia 20 -

40 tahun sesuai dengan kriteria penelitian yakni hanya membatasi

untuk subjek yang berada pada masa dewasa muda. Deskripsi usia

subjek dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Usia Subjek

(N = 87)

7 8
8% 9%
12
14%

60
69%

Early Adult (18-22 tahun) Entering (23 - 28 tahun)


Transisi (29 - 33 tahun) Penyesuaian (34 - 40 tahun)

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa secara umum

subjek berada pada usia produktif yang mempengaruhi

produktivitas kerja subjek. Selain itu, subjek juga telah memiliki

kematangan dalam segala hal termasuk emosional dan kognitif.


56

b. Pendidikan Subjek

Latar belakang pendidikan subjek beragam. Deskripsi

pendidikan terakhir subjek dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Pendidikan Subjek

(N=87)

3 7
6
3% 8%
7%

24
28%
47
54%

Tamat SMU/Setingkat Tamat D1/D2/Diploma Tamat D3/Akademi


Tamat S1 Tamat S2

Dari tabel memperlihatkan bahwa sebagian besar latar

belakang pendidikan subjek adalah jenjang S1 / Sarjana. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek memiliki kemampuan intelektual

tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan dan

mengembangkan karir.
57

c. Pekerjaan Subjek

Dilihat dari pekerjaannya, subjek umumnya menekuni

pekerjaan formal di sektor swasta. Deskripsi pekerjaan subjek

selengkapnya dapat ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Deskripsi Pekerjaan Subjek

(N=87)

9
10%

78
90%

Karyawati Swasta PNS

Sebagian besar subjek bekerja sebagai karyawati swasta,

sedangkan sebagian kecil lainnya bekerja sebagai pegawai pada

instansi pemerintah atau PNS.

2. Uji Normalitas

Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal

dari distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan


58

uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang menyatakan jika nilai

signifikasi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka data dalam distribusi

normal. Jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka data

dalam distribusi tidak normal.

Berdasarkan hasil analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-

Smirnov Test SPSS for Windows 12 diperoleh nilai signifikasi sebesar

0,131. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil berasal dari

sebuah distribusi normal.

Tabel 6. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

total

N 87
Mean 62.4713
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 11.45450
Most Extreme Absolute .125
Differences Positive .125
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.167
Asymp. Sig. (2-tailed) .131

3. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Berikut ini adalah tabel yang berisi data penelitian berdasarkan

perhitungan komputerisasi dengan piranti lunak SPSS for Windows 12.


59

Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

N 87
Skor minimum Teoritik 27
Skor minimum Empirik 33
Skor maksimum Teoritik 108
Skor maksimum Empirik 91
Mean Teoritik 67,5
Mean Empirik 62,47
Median 62
Modus 62
Standar Deviasi 11,45

Berdasarkan hasil analisis deskripif data yang diperoleh bahwa

nilai mean empirik 62,47 lebih kecil daripada nilai mean teoritik 67,5. Hal

ini menunjukkan bahwa kecenderungan subjek penelitian kelompok data

lebih rendah dari nilai rata-rata teoritik yang berarti bahwa subjek

penelitian secara umum memiliki kecenderungan perilaku compulsive

buying yang tergolong rendah.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mean empirik lebih

kecil dari mean teoritik di uji lagi dengan uji statistik one sample t-test

dengan bantuan piranti lunak SPSS for Windows 12. Hal ini bertujuan

untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih kecil dari

mean teoritik. Berikut ini hasil perhitungan uji statistik one sample test:
60

Tabel 8. Uji Statistik One Sample t-test

Test Value = 67.5

95% Confidence Interval


Mean
t df Sig. (2-tailed) of the Difference
Difference
Lower Upper

total -4.095 86 .000 -5.02874 -7.4700 -2.5875

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik one sample t-test,

diketahui bahwa nilai t hitung sebesar – 4,095 Sedangkan nilai

signifikasinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05) yang

menunjukkan ada perbedaan rata-rata yang signifikan pada kecenderungan

compulsive buying subjek. Hal ini membuktikan bahwa secara signifikan

mean empirik lebih kecil dari mean teoritik sehingga bisa dinyatakan

bahwa kecenderungan perilaku compulsive buying pada wanita dewasa

muda yang bekerja dan belum menikah adalah rendah terbukti secara

signifikan.

4. Deskripsi Kedudukan Masing-masing Aspek Compulsive Buying

Berikut ini adalah deskripsi data pada masing-masing aspek

Compulsive Buying pada wanita yang telah bekerja dan belum menikah:
61

Tabel 9. Deskripsi Aspek Compulsive Buying

Aspek Compulsive Buying


Keterang
No. Compulsion/ Feelings
an Dysfunctional Guilt
Tendency Drive (joy)

1. N 87 87 87 87 87

Skor
2. minimum 8 7 6 4 2
Teoritik
Skor
3. minimum 10 8 8 4 2
Empirik
Skor
maksimu
4. 32 28 24 16 8
m
Teoritik
Skor
maksimu
5. 28 24 24 15 7
m
Empirik
Mean
6. 20 17,5 15 10 5
Teoritik
Mean
7. 19,54 14,86 16,10 7,41 4,25
Empirik
8. Median 19 15 16 7 4
9. Modus 18 15 15 8 4
Standar
10. 3,647 3,352 3,331 2,055 1,464
Deviasi

Setelah dilakukan perbandingan perolehan nilai mean empirik pada

setiap aspek dengan mean teoritik, didapatkan bahwa hanya satu aspek

yaitu aspek Feelings (joy) about shopping and spending (perasaan gembira

ketika berbelanja) yang nilai mean empiriknya di atas mean teoritik.

Keempat mean empirik aspek yang lain berada dibawah mean teoritik. Hal
62

ini mengindikasikan bahwa subjek mempunyai kecenderungan untuk

selalu merasa senang dan bahagia ketika mereka melakukan aktivitas

berbelanja. Suasana hati subjek dapat berubah menjadi positif tatkala

subjek mendapatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas berbelanja

atau sekedar berjalan-jalan di pusat perbelanjaan.

5. Analisis Tambahan

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Langkah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecenderungan

compulsive buying pada wanita dewasa muda didasarkan jenjang

pendidikan terakhir subjek maka dilakukan dengan cara analisis One

Way Anova dengan taraf signifikansi 5%. Perhitungan dilakukan

dengan bantuan program SPSS 12. hasil One Way Anova yang

diperoleh setelah dilakukan perhitungan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

Pendidikan
N Mean SD F p
Terakhir
SMA dan
7 60,85 5,63999
Setingkatnya
Tamat
6 60,67 8,95917
D1/D2/Diploma
1,397 0,242
Tamat
24 58,45 9,10317
D3/Akademi
Tamat S1 47 64,97 12,88830
Tamat S2 3 62,67 14,57166
63

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perhitungan perbedaan

rata-rata dengan Anova yaitu F = 1,397. Oleh karena nilai p = 0,242 >

0,05 maka dapat diartikan tidak ada perbedaan kecenderungan

compulsive buying yang signifikan diantara wanita dewasa muda yang

bekerja dan belum menikah apapun pendidikan terakhir mereka.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data yang didapatkan bahwa nilai

mean empirik yang bernilai 62,47 lebih kecil daripada nilai mean teoritik yang

besarnya 67,5. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian secara umum

memiliki tingkat kecenderungan berperilaku compulsive buying tergolong

rendah. Hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

d’Astous (1990) bahwa semua konsumen tidak sepenuhnya berperilaku

kompulsif selamanya tetapi dapat mengindikasikan adanya beberapa

gangguan-gangguan dalam perilaku konsumsi pada waktu-waktu tertentu saja.

Dalam penelitian ini, subjek bekerja di kota besar seperti Jakarta. Hidup

di Jakarta tentunya tidak mudah dimana biaya hidup yang tidak murah pula.

Banyak pertimbangan sebelum memutuskan akan berbelanja. Hal ini

dipengaruhi karakteristik subjek seperti usia. Usia rata – rata subjek berusia

26,24 tahun dimana pada usia tersebut belum mencapai puncak karir mereka

sehingga penghasilannya pun belum terlalu besar sehingga akan banyak

pertimbangan sebelum berbelanja secara berlebihan. Mereka lebih kritis dalam

menerima informasi yang didapatnya melalui media seperti televisi, majalah


64

dan internet sehingga tidak mudah tergoda oleh produk baru yang sebenarnya

tidak diperlukan maupun diskon besar di pusat perbelanjaan. Sebagian besar

subjek (54%) menyelesaikan jenjang pendidikan S1. Hal ini mempengaruhi

dan membentuk pola pikir mereka bagaimana selektif dalam bertindak

khusunya berbelanja.

Telah dibuktikan sebelumnya bahwa memang kaum wanita lebih

cenderung berpotensi menjadi compulsive buyer (Dittmar, 2005). Hal ini

dikarenakan wanita memang menyukai aktivitas berbelanja dan kegiatan

berbelanja tersebut dapat merepresentasikan status sosial dan sarana untuk

bersosialisasi. Kecenderungan compulsive buying pada wanita dewasa muda

yang bekerja dan belum menikah bisa tinggi karena pada fase dewasa muda

usia 30 – 39 tahun merupakan puncak karir mereka. Semakin tinggi karir dan

tanggungjawab mereka, semakin berat pula tekanan yang akan menghampiri

kaum wanita. Beban mereka terhadap pekerjaan bisa bertambah dengan

adanya permasalahan yang dihadapi, misalnya konflik dengan orangtua yang

menanyakan rencana tentang pernikahan atau pertengkaran dengan pasangan

(Eccles, 2002). Hal seperti itu tentunya akan menyebabkan kaum wanita

tertekan dan akan mencari penyelesaian yang mereka anggap bisa

menguranginya, salah satunya dengan berbelanja. Namun, wanita dewasa

muda semakin banyak yang berpendidikan tinggi dan bekerja sehingga

mempunyai kematangan dalam pikiran dan berorientasi ke depan. Jika kaum

wanita bisa menyelaraskan pekerjaan, kepribadian dan masalah dengan kepala

dingin tentunya perilaku belanja berlebihan dapat dihindari.


65

Dari aspek-aspek yang ada pada skala compulsive buying, aspek yang

mendapat skor di atas rata-rata adalah aspek feelings (joy) about shopping and

spending. Hal ini berkaitan dengan kaum wanita yaitu senang dengan aktivitas

berbelanja. Menurut Faber dan Christenson (1996), merasakan kesenangan

ketika berbelanja adalah normal-normal saja. Hal ini yang membedakan

konsumen normal dengan penderita compulsive buying. Pada konsumen biasa,

mereka berbelanja dikarenakan rasa bosan melanda tetapi mereka berbelanja

penuh perhitungan dan bisa membatasi waktu belanja. Sedangkan individu

dengan compulsive buying adalah orang-orang yang terobsesi pada perasaan-

perasaan mereka secara berlebihan. Mereka betah berlama-lama di dalam

pusat perbelanjaan. Aktivitas berbelanja yang menyenangkan tersebut dapat

mengalahkan berbagai ketegangan emosional yang umumnya terjadi pada

individu dewasa muda.

Pada penelitian ini sebenarnya peneliti mencantumkan kolom untuk diisi

penghasilan/gaji per bulannya. Namun, mayoritas subjek tidak mengisikan

penghasilannya di kolom yang tersedia. Hanya 16 subjek yang mengisikan

penghasilan per bulannya. Hal ini berkaitan dengan mayoritas subjek yang

berumur di bawah 30 tahun, dengan rata – rata usia subjek 26,24 tahun.

Dilihat dari fase perkembangan dewasa muda Levinson (Berk, 2007),

mayoritas subjek memasuki fase dimana mereka baru memasuki kehidupan

orang dewasa. Wanita seusia tersebut belum mencapai puncak karir

profesional mereka dan baru merintis karir mereka sehingga mereka merasa

penghasilan merupakan privacy mereka dan cenderung kurang percaya diri


66

apabila menuliskan penghasilannya. Selama usia dua puluhan, orang dewasa

muda dihinggapi rasa pesimis mengenai masa depannya karena adanya

kekhawatiran dengan status yang belum tinggi dan pendapatan yang belum

mapan. Seiring dengan fase penyesuaian, wanita juga dihadapkan pada fase

ketegangan emosional, dimana kondisi emosionalnya tidak terkendali,

cenderung labil, mudah resah, cenderung memberontak, sangat bergelora dan

mudah sekali tegang. Namun setelah usianya mendekati tigapuluhan, ia mulai

merasa optimis dan lebih realistis dalam memandang hari depan.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kecenderungan compulsive buying

menurut jenjang pendidikan terakhir diperoleh hasil bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pada subjek yang tamat jenjang SMA, D1, D3, S1

dan S2. Temuan ini memberikan informasi bahwa compulsive buying bisa saja

muncul pada wanita yang bekerja apapun pendidikan mereka. Walaupun

hanya selesai SMA dan berpenghasilan tidak terlalu besar, tidak menutup

kemungkinan akan menjadi compulsive buyer. Untuk wanita yang bergelar S2

dan menduduki jabatan strategis belum tentu juga akan berperilaku berlebihan

dalam berbelanja.

Posisi yang strategis tersebut mengakibatkan wanita yang bekerja secara

otomatis harus terlihat rapi dan elegan. Salah satu caranya ialah harus terus

memperhatikan penampilan fisik. Dengan membelanjakan sekaligus

menggunakan produk kosmetik, pakaian dan aksesoris yang dapat

membuatnya terlihat anggun di tempat kerja. Hal ini didukung juga oleh

penghasilan wanita yang bekerja tamatan S1 dan S2 pasti lebih tinggi


67

dibandingkan dengan wanita bekerja yang hanya tamat jenjang diploma atau

bahkan sekolah menengah. Dengan penghasilan tersebut, sudah cukup bagi

wanita untuk mengalokasikan sebagian penghasilan untuk perawatan dan

berbelanja demi penampilan di tempat kerja.

Tugas dari pekerjaan yang mampu dilaksanakan wanita karir sebagai

anggota suatu organisasi akan membuatnya diakui kedudukannya dimata

rekan seprofesi, bawahan dan atasan. Wanita karir akan merasa berharga dan

percaya diri. Hingga pada selanjutnya, wanita karir dapat terus

mengoptimalkan, menumbuhkan, mengembangkan potensi dan kompetensi

yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan mencapai

pertumbuhan jiwa yang sehat (Hurlock, 1990).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data yang menunjukkan bahwa secara umum

wanita dewasa muda yang telah bekerja dan belum menikah memiliki

kecenderungan compulsive buying yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai mean empirik lebih kecil daripada nilai mean teoritiknya ((µ Empirik <

µ Teoritik = 62,47 < 67,5).

Aspek Feelings (joy) about shopping and spending merupakan aspek

yang menonjol dibandingkan dengan keempat aspek compulsive buying

lainnya dikarenakan nilai mean empiriknya yang lebih besar daripada mean

teoritik. Sedangkan keempat aspek lainnya, nilai mean empirik berada di

bawah mean teoritik. Hal ini berkaitan dengan kecenderungan untuk selalu

merasa senang dan bahagia ketika melakukan aktivitas berbelanja.

B. Saran

1. Bagi Wanita Dewasa Muda Yang Bekerja Dan Belum Menikah

Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa

kecenderungan perilaku compulsive buying pada wanita yang bekerja

termasuk rendah, maka dapat diharapkan setiap individu khususnya

kaum wanita dapat mempertahankan pola hidup hemat dan perhitungan

dalam berbelanja dan tetap memperhitungkan ancaman compulsive

68
69

buying yang dapat muncul kapan saja mengingat pada wanita karir yang

berada pada fase perkembangan dewasa muda banyak sekali tekanan

dalam pekerjaan dan kehidupan saat ini.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dan berminat pada topik ini,

sebaiknya dapat mencoba melakukan penelitian dengan subjek yang

lebih banyak. Penelitian ini menggunakan subjek yang jumlahnya masih

terbatas sehingga kemungkinan sampel tidak dapat mencerminkan

populasi yang sebenarnya. Selain itu, diperlukan data pelengkap lagi

yang memungkinkan seperti penghasilan, lama bekerja dan jenis

pekerjaan dari subjek.


DAFTAR PUSTAKA

Abar, A.Z. 1998. Perempuan di Mata Produsen dan Pengiklan. Dalam Wanita dan
Media: Konstruksi Ideologi Gender Dalam Ruang Publik Orde Baru oleh
Idi Subandy Ibrahim & Hanif Suranto. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Amran, T.S.B. 1994. Kiat Wanita Meniti Karir. Jakarta: PT Pustaka Danamon
Pressindo.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

-----------------------. 1997.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

-----------------------. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Berk, L. E. 2007. Development Through the Lifespan.Boston: Allyn & Bacon

Black, D.W., Repertinger, S., Gaffney, G.R., & Gabel, J. 1998. Family History
and Psychiatric Comorbidity in Persons With Compulsive Buying:
Preliminary Findings. The American Journal of Psychiatry. Washington
155:960-963, July 1998. Diakses tanggal 22 Februari 2008 dari situs
http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/reprint/155/7/960.

d’Astous, A. 1990. An Inquiry into the Compulsive Side of “Normal” Consumers.


Journal of Consumer Policy, (13), 15 – 31.

Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana.

Dittmar, H. 2005. Compulsive buying - a growing concern? An examination of


gender, age, and endorsement of materialistic values as predictors. British
Journal of Psychology. London: Nov 2005. Vol. 96 Part 4. Diakses tanggal
7 November 2007 dari http://www.proquest.com/
research/sft/2005/PDF/4693.pdf

------------------. 2005. A New Look At “Compulsive Buying”: Self-Discrepancies


and Materialistic Values As Predictors Of Compulsive Buying Tendency.
Journal of Social and Clinical Psychology, 24(6).

70
71

Eccles, S. 2002. The Lived Experiences of Women as Addictive Consumers.


Journal of Research for Consumers, Vol. 4.

Edwards, E.A. 1993. Development of a New Scale for Measuring Compulsive


Buying Behavior. Financial Counseling and Planning, Vol. 4. Diakses
tanggal 7 Februari 2008 dari http://www.proquest.com/
research/spp/1993/PDF/189.pdf.

Faber, R. J. & Christenson, G. A. 1996. In the Mood to Buy: Differences in the


Mood States Experienced by Compulsive Buyers and Other Customers.
Psychology & Marketing, Vol 13(8), 803 – 819.

Faber, R. J. 2004. Self-Control and Compulsive Buying. Dalam Psychology and


Consumer Culture: The Struggle For A Good Life In A Materialistic
World oleh Tim Kasser & Allen D. Kanner, Washington DC:APA
halaman 169 – 187.

Fielden, S. L. & Cooper, C. L. 2002. “Managerial Stress: Are Women More At


Risk?” Gender Workstress and Health, Washington DC: APA.

Fransisca & Suyasa, T.Y.S. 2005. Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan


Metode Pembayaran. Jurnal Phronesis, 7(2), 172 – 198.

Gardiner, M.O., Wagemann, M., Suleeman, E. & Sulastri. 1996. Perempuan


Indonesia: Dulu dan Kini. Jakarta: PT Gramedia.

Hadi, S. 1991. Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset

Hurlock, E.B.1990.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Koran, L.M., Faber, R.J., Aboujaoude, E., Large, M.D., & Serpe, R.T. 2006.
Estimated Prevalence of Compulsive Buying Behavior in the United
States. The American Journal of Psychiatry. Washington: Oct 2006. Vol.
163, Issue 10. Diakses tanggal 7 November 2007 dari
http://www.proquest.com/ research/sjh/2006/PDF/6324.pdf.

Laswell, M. & Laswell, T. 1987. Marriage and the Family. Belmont, California:
Wadworth Publishing Company.

Lemme, B. H. 1995. Development In Adulthood. Boston: Allyn and Bacon

Mardalis. 1990. Metodologi Penelitian. Bandung: Penerbit Airlangga


72

Nurgiyantoro, B., Gunawan & Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

O’ Guinn, T.C. & Faber, R.J. 1989. Compulsive Buying: A Phenomenological


Exploration. Journal of Consumer Research, 16(2). Diakses tanggal 7
November 2007 dari situs http://www.proquest.com/
research/sve/1989/PDF/36551.pdf.

Papalia, D.E., & Olds, S.W. 1998. Human Development. New York: McGraw-
Hill.

Rini, J.F. 2002. Wanita Bekerja. Diakses tanggal 13 April 2008 dari situs
http://www.e-psikologi.com/keluarga/.htm

Roberts, J.A. 1998. Compulsive Buying Among College Students: An


Investigation of Its Antedecents, Consequences, and Implications for
Public Policy. The Journal of Consumer Affair, 32(2). Diakses tanggal 7
November 2007 dari
http://www.proquest.com/research/str/1998/PDF/13654.pdf

Roberts, J.A. & Pirog, S.F.2004. Personal Goals and Their Roles in Consumers
Behavior: The Case of Compulsive Buying. Journal of Marketing Theory
and Practice 12(3) halaman 61 – 73.

Sadock, B.J., Kaplan, H.I. & Sadock, V.A. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Baltimore:
Lippincott Williams & Wilkins

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5


Jilid II (Terjemahan dari Life-span Development, 5th Edition, 1995).
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schiffman, L.G. & Kanuk, L.L. 2004. Perilaku Konsumen (terjemahan dari
Consumer Behavior 7th edition, 2000. New Jersey: Prentice-Hall). Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia.

Setiasih. 2005. Deskripsi tentang Ibu Bekerja. Jurnal Psikodinamik Vol. 7, No. 1
halaman 18 – 28.

Shith, J.N., Mittal, B., & Newman, B.I. 1999. Customer Behavior: Consumer
Behavior & Beyond. Orlando: The Dryden Press.

Stefani, Pudjibudjojo, J.K. & Prihanto, S. 2000. Hubungan Antara Peran Gender
dan Persepsi Terhadap Dukungan Suami Dengan Fear of Success Pada
Wanita Karir. Jurnal Anima, 16(1).
73

Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alpabeta.

Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa

Thalib, M. 1999. Solusi Islami Terhadap Dilema Wanita Karir. Yogyakarta:


Wihdah Press.

Ureta, I.G. 2007. Addictive Buying: Causes, Process, and Symbolic Meanings,
Thematic Analysis of a Buying Addict’s Diary. The Spanish Journal of
Psychology, 10(2), 408 – 422. Diakses tanggal 7 Februari 2008 dari
http://www.proquest.com/research/smf/2007/PDF/781245.pdf

Valence, G., d’Astous, A. & Fortier, L. 1988. Compulsive Buying: Concept and
Measurement. Journal of Consumer Policy, 11(4). Diakses tanggal 7
November 2007 dari http://www.proquest.com/
research/sma/1988/PDF/1244525.pdf

Vuuren, N.V. 1988. Wanita dan Karier: Bagaimana Mengenali dan Mengatur
Karya. Yogyakarta: Kanisius.

Zebua, A.S., & Nurdjayadi, R.D. 2001. Hubungan Antara Konformitas dan
Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Jurnal
Phronesis, 3(6), 72-82.
74

LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
75

SKALA COMPULSIVE BUYING

Skala ini disusun sebagai instrumen penelitian yang dilakukan


untuk keperluan penyusunan skripsi peneliti. Guna kepentingan tersebut,
peneliti meminta bantuan para subjek untuk menjawab dengan jujur
setiap pernyataan sesuai dengan kondisi masing-masing. Pada skala ini
tidak ada jawaban yang benar dan salah, semua jawaban adalah benar.
Kerahasiaan jawaban akan terjamin sehingga subjek tidak perlu merasa
khawatir kondisinya akan diketahui orang lain. Atas bantuan dan
kesungguhan subjek, peneliti mengucapkan terima kasih.

Petunjuk :
Baca dan pahamilah setiap pernyataan, kemudian nyatakanlah apakah
isinya sesuai dengan apa yang anda rasakan saat ini dengan cara
memberikan tanda (√ ) pada kolom yang sesuai dengan huruf pilihan
anda.

Hormat saya,

Roland Yehoshua / Psikologi USD-Jogja


76

Usia : tahun
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Penghasilan per bulan: Rp.
Status Pernikahan:

Berilah tanda pada jawaban yang sesuai dengan apa yang anda rasakan
saat ini dengan cara memberikan tanda (√ ) pada kolom yang sesuai
dengan huruf pilihan anda.
SS = Sangat Sesuai
S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai

No Pernyataan SS S TS STS
1 Kebiasaan berbelanja menghancurkan kehidupan saya.
Saya mengeluarkan banyak uang untuk membeli barang-
2 barang bermerk terkenal, dengan harapan dapat
memperbaiki suasana hati.
Ketika saya mempunyai uang lebih, saya akan membeli
3 apa saja yang saya inginkan tanpa menghiraukan barang
tersebut benar-benar diperlukan atau tidak.
4 Saya merasa bahagia sekali ketika berbelanja.
Dibandingkan dengan aktivitas lain, berbelanja
5
memberikan saya kesenangan.
Saya merasa gembira bisa memiliki secepatnya barang-
6
barang menarik yang ditawarkan di pertokoan.
Saya berbelanja produk-produk bermerk agar bisa
7
mengurangi tekanan dalam pekerjaan.
Belanja adalah kegiatan yang membawa kenikmatan tiada
8
tara!
77

Saya merasa terdorong untuk membelanjakan barang-


9
barang walaupun saya tidak mempunyai cukup uang.
Saya pergi berbelanja ketika saya merasa kecewa, bingung,
10
depresi atau stres.
Saya akan membeli barang yang menarik perhatian saya
11
ketika saya sedang jalan-jalan di sebuah pertokoan.
Ada keinginan yang kuat untuk mencoba-coba sebuah
12
produk dengan merk terkenal meskipun harganya mahal.
Jika saya ingin membeli suatu barang, saya tak
13
mempermasalahkan harga barang tersebut.
Saya merasa keinginan membeli saya datang ketika
14 melihat iklan sebuah produk di sebuah majalah yang saya
baca.
Saya selalu ingin memiliki barang-barang yang lebih
15
mahal dari teman-teman kantor.
Saya tak mampu lagi membayar tagihan bulanan
16 dikarenakan uang saya banyak dihabiskan untuk
berbelanja.
Muncul rasa bersalah segera setelah membelanjakan suatu
17
barang karena harga yang kelewat mahal.
Keluarga saya mempermasalahkan masalah pengeluaran
18
uang saya yang berlebihan.
Segera setelah saya memasuki pusat perbelanjaan, saya
19 tidak dapat menahan desakan untuk memasuki toko guna
membeli sesuatu.
Jalan-jalan dan berbelanja di mall adalah salah satu cara
20
saya untuk mengisi waktu luang saya.
Saya merasa menyesal setelah selesai berbelanja karena
21
ternyata barang yang saya beli tidak pernah digunakan.
Ketika sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, saya
22
merasa betah berada disana.
78

Ketika bekerja, konsentrasi saya hanya tertuju pada pergi


23
berbelanja!
Jika ada potongan harga di sebuah pusat perbelanjaan,
24 saya berkeinginan membeli pakaian yang diobral sebanyak
mungkin.
Saya membeli apa saja yang saya inginkan, asal dapat
25
membangkitkan semangat saya.
Saya menyembunyikan produk-produk yang saya beli
26 dengan harga mahal dari orang terdekat saya karena takut
ketahuan.
Ketika sedang jalan-jalan di pusat pertokoan, suasana hati
27
saya menjadi cerah!
Pertengkaran dengan anggota keluarga tak terelakkan
28 setelah keluarga saya mengetahui pengeluaran saya yang
berlebihan selama ini.
Saya merasa gembira ketika dapat membeli produk-
29
produk terbaru yang dipajang di etalase.
Saya merasakan penyesalan yang mendalam atas perilaku
30
berbelanja saya yang berlebihan.

Periksalah lagi dengan teliti agar tidak ada pernyataan


yang terlewatkan untuk dijawab.

“” TERIMA KASIH ””
”!”
Atas Bantuan & Kerjasamanya

Tuhan Memberkati
79

LAMPIRAN B
TABULASI DATA PENELITIAN
80

subjek item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13
A 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1
B 4 1 4 4 4 1 1 1 1 4 1 4
C 1 2 3 3 2 2 4 2 2 3 1 1
D 4 2 3 2 1 2 4 2 2 3 3 4
E 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3
F 3 1 4 2 2 2 3 1 3 4 2 1
G 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2
H 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2
I 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1
J 2 2 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3
K 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2
L 3 1 3 4 3 1 2 1 1 3 3 1
M 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
O 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2
P 3 3 4 4 2 2 3 3 4 4 3 4
Q 1 3 4 4 4 1 3 3 1 3 3 4
R 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2
S 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2
T 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 2
U 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2
V 2 2 4 3 2 2 3 3 4 3 2 3
W 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2
X 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3
Y 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2
Z 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2
AA 2 3 2 3 4 1 2 1 3 3 2 2
AB 4 3 4 4 2 2 4 2 2 3 4 2
AC 2 2 3 3 2 2 4 1 1 4 2 2
AD 3 3 4 4 3 3 4 2 1 4 4 2
AE 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 4 1
AF 3 2 4 3 3 3 4 1 2 2 3 4
AG 2 2 4 2 3 3 4 1 4 4 3 2
AH 2 1 2 1 2 2 3 1 3 2 1 1
AI 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3
AJ 1 1 3 3 2 2 3 1 2 3 1 1
AK 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3
AL 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1
AM 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1
AN 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3 2
AO 1 1 3 2 3 1 2 1 1 2 1 1
AP 1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1
AQ 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1
AR 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3
AS 2 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3
81

AT 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2
AU 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2
AV 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2
AW 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3
AX 2 1 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2
AY 1 2 4 3 4 2 3 2 2 4 2 3
AZ 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1
BA 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2
BB 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
BC 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2
BD 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
BE 3 2 3 2 3 1 2 1 2 3 2 2
BF 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 1 1
BG 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2
BH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3
BI 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
BJ 1 3 3 2 3 2 3 2 1 3 1 2
BK 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2
BL 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
BM 1 1 3 3 3 1 2 1 1 3 1 3
BN 1 4 4 3 4 2 1 3 2 4 1 4
BO 1 3 2 2 3 1 2 1 4 3 3 2
BP 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2
BQ 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2
BR 2 1 3 2 2 1 1 1 2 3 3 1
BS 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3
BT 2 2 4 4 4 4 2 2 2 3 3 3
BU 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2
BV 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 2 2
BW 2 3 4 4 3 1 3 3 3 3 2 2
BX 3 4 3 3 4 2 2 3 1 2 2 2
BY 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2
BZ 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2
CA 1 2 3 2 2 2 1 2 1 4 3 4
CB 3 3 4 4 3 2 4 1 3 3 4 3
CC 2 3 3 1 3 2 1 2 2 3 1 1
CD 1 2 3 3 3 1 3 1 2 3 3 1
CE 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2
CF 2 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2
CG 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2
CH 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2
CI 2 4 4 3 2 2 2 2 1 3 2 3
82

item14 item15 item16 item18 item19 item20 item22 item23 item24 item25
2 1 2 3 2 2 3 1 1 1
4 1 1 1 4 4 4 1 4 4
2 1 1 3 2 3 3 1 2 2
2 2 1 3 2 3 3 1 2 2
2 1 1 2 3 4 4 4 1 4
2 1 2 3 2 3 3 1 2 2
1 2 1 2 3 3 2 2 3 3
2 1 1 3 3 4 4 1 2 2
3 2 1 1 1 3 3 1 2 2
2 1 1 2 3 4 3 1 2 3
2 2 3 2 2 2 3 2 3 3
3 2 1 2 2 3 3 1 1 1
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2
3 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 1 1 1 1 2 2 1 3 2
2 2 3 3 4 4 4 2 4 4
3 2 1 3 2 3 4 1 3 3
2 1 1 3 2 2 3 2 2 1
2 2 2 3 2 3 3 2 2 2
2 2 1 3 2 2 2 1 2 1
4 2 2 3 3 3 3 2 3 3
3 2 2 3 3 3 3 2 3 3
3 2 2 3 3 3 3 2 3 2
3 2 1 3 3 3 3 1 4 3
1 1 1 4 1 2 3 1 4 2
3 1 1 4 2 3 3 2 2 2
3 1 1 2 2 3 3 1 4 3
4 2 1 2 3 4 4 3 1 4
3 1 1 2 2 3 3 2 3 3
3 3 3 2 3 4 3 2 2 2
3 2 1 1 2 3 2 2 1 2
4 3 1 3 3 4 2 3 2 3
4 4 2 3 3 3 4 2 4 4
3 2 1 1 1 1 3 1 1 2
4 3 2 3 4 4 3 2 3 3
3 1 1 1 1 3 3 1 1 2
4 4 1 2 3 2 4 3 3 3
3 1 1 3 2 3 2 2 3 2
1 1 1 1 2 1 3 2 3 2
3 1 1 1 2 2 3 1 2 3
3 1 1 1 1 3 3 1 3 2
2 1 1 1 1 3 3 1 2 2
2 1 2 2 3 2 3 2 2 3
3 2 2 2 2 3 3 1 2 3
3 2 1 2 3 3 3 1 2 2
3 2 1 2 2 3 2 2 2 2
83

2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
3 3 1 2 2 3 3 2 2 2
3 2 2 2 2 3 3 2 3 3
3 2 1 2 2 3 3 2 2 2
1 1 1 3 2 4 3 2 2 3
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
3 2 2 2 2 3 3 1 3 3
2 2 2 3 2 3 2 1 2 2
2 2 2 2 3 3 2 2 4 3
3 2 2 2 2 3 3 1 1 1
2 1 1 2 1 1 2 2 2 2
3 3 2 2 2 3 3 2 3 2
3 1 1 1 2 2 3 1 2 2
2 2 3 3 2 2 3 2 2 3
2 1 1 3 2 2 2 1 3 2
3 1 1 2 2 3 2 1 2 2
2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
3 1 1 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 3 2 4 4 3 4 2
1 1 1 3 3 2 2 1 3 1
3 1 1 3 3 3 3 1 2 2
2 2 1 2 2 3 3 2 3 2
3 2 1 3 2 3 3 1 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
3 2 2 4 3 2 3 2 2 3
2 1 1 2 1 2 2 1 2 2
4 2 3 4 4 4 4 4 2 4
2 2 2 3 3 2 3 2 3 3
2 1 1 3 2 2 3 1 2 1
2 2 2 2 2 3 3 2 2 3
2 2 2 2 2 3 3 1 2 2
2 3 1 2 1 2 3 1 1 2
3 3 1 1 2 4 4 2 4 4
2 1 1 2 2 2 2 2 3 2
3 1 1 3 1 2 3 2 2 3
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
1 1 2 2 2 4 3 2 3 2
2 2 2 3 2 3 3 2 2 2
2 2 3 2 2 2 3 2 3 3
1 2 1 2 2 3 2 2 4 2
84

item26 item27 item28 item29 item30 total


2 3 3 1 4 50
1 4 1 4 1 69
1 3 1 2 1 54
1 3 1 2 3 63
1 4 4 2 2 69
1 3 3 2 3 61
3 3 2 2 3 62
2 3 3 3 2 70
2 3 1 2 1 55
3 3 1 3 1 62
3 3 2 3 3 69
1 2 2 2 1 53
2 2 2 2 2 62
2 2 2 2 2 56
1 2 1 2 2 43
2 4 2 2 4 85
3 3 3 2 3 73
1 2 2 2 3 53
2 2 2 3 3 64
1 3 2 1 2 49
3 3 2 3 2 78
3 3 3 3 2 74
2 3 2 3 3 68
2 3 3 4 3 76
4 3 3 2 2 70
2 3 2 2 3 62
3 3 1 2 2 62
3 3 3 3 3 79
1 4 1 3 1 61
1 4 2 4 1 76
1 3 1 3 1 57
1 4 3 3 3 78
3 3 4 3 3 83
2 2 1 2 1 45
3 4 4 3 4 88
1 3 1 3 1 49
4 4 3 4 3 86
3 3 2 3 3 63
2 2 1 2 3 44
3 3 1 3 3 59
1 3 1 3 1 47
1 2 1 2 1 45
1 4 1 2 1 47
2 3 1 2 2 64
1 3 2 3 1 88
85

2 3 3 3 2 61
2 3 1 2 2 58
2 3 2 3 2 64
3 3 2 3 2 68
2 3 2 2 3 56
1 3 1 3 1 63
2 3 1 1 2 48
2 3 2 2 1 60
2 3 1 3 2 68
2 2 2 2 3 62
2 3 2 2 2 63
2 3 1 3 1 56
1 1 1 1 1 42
2 3 2 2 1 62
3 3 4 2 3 48
2 3 2 2 2 62
2 3 3 2 3 58
2 3 3 3 3 61
2 2 3 3 3 59
2 2 2 2 2 51
4 4 2 3 3 76
3 2 1 1 2 54
3 3 2 2 3 61
3 3 2 3 2 68
3 3 2 3 4 61
1 1 1 1 1 33
2 3 3 2 3 74
2 3 2 1 3 50
2 4 4 4 2 91
2 4 3 3 3 73
2 3 3 3 4 64
2 3 2 2 2 62
2 3 2 2 2 60
2 3 2 3 2 57
2 4 1 4 2 78
1 2 1 1 1 49
2 3 2 3 4 70
2 2 2 3 3 63
2 2 1 2 2 62
2 3 2 3 3 68
1 3 2 3 2 63
1 2 1 1 1 57
86

LAMPIRAN C
HASIL SELEKSI AITEM &
RELIABILITAS
87

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
item1 67.3218 128.918 .135 .895
item2 67.3448 121.949 .527 .886
item3 67.2184 123.312 .462 .888
item4 66.4483 123.878 .528 .887
item5 66.7816 122.196 .549 .886
item6 66.9310 124.391 .426 .888
item7 67.5632 124.551 .506 .887
item8 66.9770 121.279 .527 .886
item9 67.5862 123.734 .508 .887
item10 67.2069 123.654 .401 .889
item11 66.5977 125.406 .431 .888
item12 67.1724 121.982 .518 .886
item13 67.2989 124.049 .405 .889
item14 66.9655 124.824 .383 .889
item15 67.7356 124.499 .462 .888
item16 67.9770 126.813 .366 .889
item17 66.7356 128.732 .152 .894
item18 67.1609 123.439 .472 .887
item19 67.2759 121.109 .663 .884
item20 66.6667 122.597 .527 .886
item21 66.9080 128.177 .195 .893
item22 66.5862 124.152 .555 .886
item23 67.7701 125.854 .401 .889
item24 67.0345 125.476 .327 .891
item25 67.0575 123.845 .475 .887
item26 67.4483 124.599 .404 .889
item27 66.5402 123.251 .594 .886
item28 67.4713 121.461 .525 .886
item29 67.0000 122.488 .542 .886
item30 67.2184 123.940 .374 .890

Cronbach's
Alpha N of Items
.901 27
88

LAMPIRAN D
HASIL UJI NORMALITAS
89

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


total
N 87
Mean 62.4713
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 11.45450
Most Extreme Absolute .125
Differences Positive .125
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.167
Asymp. Sig. (2-tailed) .131

One-Sample Test

Test Value = 67.5


95% Confidence Interval
of the Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
total -4.095 86 .000 -5.02874 -7.4700 -2.5875
90

LAMPIRAN E
HASIL OLAH DATA
91

Statistics Descriptive

total
N Valid 87
Missing 0
Mean 62.4713
Median 62.0000
Mode 62.00
Std. Deviation 11.45450
Variance 131.206
Range 58.00
Minimum 33.00
Maximum 91.00

Usia Subjek
N Valid 87
Missing 0
Mean 26.24
Median 25.00
Mode 23(a)
Std. Deviation 4.106
Variance 16.860
Range 20
Minimum 20
Maximum 40
a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir Cumulative


Frequency Percent Valid Percent
Percent
SMA 7 8.0 8.0 8.0
DIPLOMA 6 6.9 6.9 14.9
AKADEMI 24 27.6 27.6 42.5
S1 47 54.0 54.0 96.6
S2 3 3.4 3.4 100.0
Total 87 100.0 100.0

Pekerjaan

Pekerjaan Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
karyawati
78 89.7 89.7 89.7
swasta
PNS 9 10.3 10.3 100.0
Total 87 100.0 100.0
92

Fase Dewasa Muda

Fase Dewasa Muda Cumulative


Frequency Percent Valid Percent
Percent
Early Adult 8 9.2 9.2 9.2
Entering 60 69.0 69.0 78.2
Transisi 30 12 13.8 13.8 92.0
Settledown 7 8.0 8.0 100.0
Total 87 100.0 100.0

Oneway anova untuk tingkat pendidikan

95% Confidence Interval for


Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
SMA 7 60.8571 5.63999 2.13172 55.6410 66.0733 53.00 69.00
DIPLOMA 6 60.6667 8.95917 3.65756 51.2646 70.0687 49.00 76.00
AKADEMI 24 58.4583 9.10317 1.85818 54.6144 62.3023 42.00 76.00
S1 47 64.9787 12.88830 1.87995 61.1946 68.7629 33.00 91.00
S2 3 62.6667 14.57166 8.41295 26.4687 98.8647 49.00 78.00
Total 87 62.4713 11.45450 1.22805 60.0300 64.9125 33.00 91.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.813 4 82 .134

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 719.884 4 179.971 1.397 .242
Within Groups 10563.794 82 128.827
Total 11283.678 86
93

Oneway anova untuk fase perkembangan dewasa muda

95% Confidence Interval for


Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Early Adult 8 57.2500 12.87023 4.55031 46.4902 68.0098 43.00 78.00
Entering 60 63.8000 11.19594 1.44539 60.9078 66.6922 33.00 91.00
Transisi 30 12 64.7500 10.66963 3.08006 57.9708 71.5292 47.00 88.00
Settledown 7 53.1429 8.95225 3.38363 44.8634 61.4223 42.00 68.00
Total 87 62.4713 11.45450 1.22805 60.0300 64.9125 33.00 91.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.319 3 83 .811

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 995.471 3 331.824 2.677 .052
Within Groups 10288.207 83 123.954
Total 11283.678 86
94

Statistik Deskriptif per Aspek

ASPEK 1
N Valid 87
Missing 0
Mean 19.54
Median 19.00
Mode 18(a)
Std. Deviation 3.647
Variance 13.298
Range 18
Minimum 10
Maximum 28

ASPEK 2
N Valid 87
Missing 0
Mean 14.86
Median 15.00
Mode 15(a)
Std. Deviation 3.352
Variance 11.237
Range 16
Minimum 8
Maximum 24
ASPEK 3
N Valid 87
Missing 0
Mean 16.10
Median 16.00
Mode 15
Std. Deviation 3.331
Variance 11.094
Range 16
Minimum 8
Maximum 24
95

ASPEK 4
N Valid 87
Missing 0
Mean 7.41
Median 7.00
Mode 8
Std. Deviation 2.055
Variance 4.222
Range 11
Minimum 4
Maximum 15

ASPEK 5
N Valid 87
Missing 0
Mean 4.25
Median 4.00
Mode 4
Std. Deviation 1.464
Variance 2.145
Range 5
Minimum 2
Maximum 7

Anda mungkin juga menyukai